• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha dan kepuasan konsumen “Baso Atom”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha dan kepuasan konsumen “Baso Atom”"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

IMELDA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam tugas akhir yang berjudul :

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KEPUASAN KONSUMEN “BASO ATOM”

merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis diperguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Jakarta, Januari 2010

(3)

IMELDA. Analysis of Feasibility and Consumer Satisfaction of "Bakso Atom".. Advised by AIDA VITAYALA S. HUBEIS as Chairman and BUDI SUHARJO as Member.

Meatballs believed to be the most popular snack in Indonesia and almost can find across the country. The aims of this study are to examine the feasibility of business investment as Bakso Atom franchise, to analyze consumer behavior toward business Bakso Atom franchise and to arrange appropriate strategies for the development of Bakso Atom franchise.

The study was conducted at 4 outlet Bakso Atom franchise purposively selected, which are located in Bintaro, Beji Depok, Kebayoran Baru, Pakubuwono Cendana Jakarta and Bandung. The data used in this study are primary data and secondary data that are qualitative and quantitative. The data obtained are processed by using descriptive analysis, internal and external analysis, the matrix IE and SWOT matrix.

Based on a feasibility franchise business investment showed that the NPV value generated from each outlet Bakso Atom is positive and NPV values at 14% discount rate is greater than zero indicates that the work is done according to the present value is to be profitable. IRR values obtained for the Bakso Atom business each outlet located above the level of interest rates prevailing today, which is 16%. Net B/C ratio greater than one, meaning that the investment was issued today for a rupiah for Bakso Atom business will add value to net income are Rp 1.30 in Pakubuwono, Rp 1.20 in Beji, Rp 1.03 in Cendana and Rp 1.37 in Bintaro. The results of the analysis of the payback period (PP) showed the point when investment returns have been running events for 17 months in Pakubuwono, 15 months in Beji, 21 months in Cendana and 19 months in Bintaro.

The highest ranking in the selection of food is meatballs and noodles. If viewed from the loyalty index (Customer Loyalty Index, CLI) for Bakso Atom consumer 62.5%. Customer satisfaction level of Bakso Atom 72.2% achieved. Attributes priority repairs and become as indicator for the improvement of the quality of the Bakso Atom are : easy to get the product, promotion, advertising, easy to reach location and price.

Based on the identification of internal and external factors, then the business development strategy Bakso Atom can be done as follows: 1) maintain the performance and customer service, 2) maintain a commitment of management, 3) improve marketing performance through the promotion, 4) maintain product quality according to the motto, 5) naintain and preserve the quality of the products to increase customer loyalty, 6) product development activities, 7) maintain the selling price in the market and 8) improve distribution channels.

(4)

Dibimbing oleh AIDA VITAYALA S. HUBEIS sebagai Ketua dan BUDI SUHARJO sebagai Anggota

Bisnis makanan dipercaya merupakan salah satu dari sekian banyak bisnis yang tidak terlalu terkena imbas krisis. Makanan merupakan kebutuhan primer bagi semua makhluk hidup. Sekarang tinggal mengemas bisnis tersebut, sehingga mampu dijual. Faktor paling mendasar adalah rasa (taste) dari makanan yang dijual. Faktor lainnya adalah mutu produk dan layanan. Tiga hal ini mutlak dalam bisnis makanan. Salah satu bisnis makanan adalah jajanan jenis bakso. Jajanan ini diyakini sebagai jajanan yang paling populer di Indonesia dan hampir dapat ditemukan diseantero negeri ini.

Tujuan studi ini adalah mengkaji kelayakan investasi usaha sebagai terwaralaba Bakso Atom, menganalisis perilaku konsumen terhadap usaha terwaralaba Bakso Atom dan menyusun strategi yang tepat untuk pengembangan usaha terwaralaba Bakso Atom. Penelitian ini dilaksanakan di 4 Outlet (terwaralaba) Bakso Atom yang dipilih secara purposif, yaitu berlokasi di Bintaro, Beji Depok, Kebayoran Baru, Pakubuwono Jakarta dan Cendana Bandung. Pelaksanaan kajian dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan Juni 2009. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan dan hasil wawancara secara langsung kepada pemilik dan konsumen, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan berbagai dokumen yang terkait. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode analisis yang sesuai, yaitu analisis deskriptif, analisis internal dan eksternal, matriks IE dan matriks SWOT.

Hasil perhitungan kelayakan investasi usaha terwaralaba bakso atom dari empat lokasi menunjukkan bahwa nilai NPV yang dihasilkan dari masing-masing outlet bakso atom adalah positif dan nilai NPV pada tingkat diskonto 14 persen lebih besar dari nol menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan menurut nilai sekarang adalah menguntungkan untuk dilaksanakan.

Nilai IRR yang diperoleh untuk usaha bakso atom masing-masing outlet berada diatas tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku saat ini, yaitu 16 persen. Dengan kata lain, jika dilihat dari kriteria IRR maka usaha ini telah memenuhi kriteria kelayakan finansial. Jika modal yang digunakan adalah pinjaman maka akan menguntungkan untuk diinvestasikan pada usaha bakso atom. Nilai Net B/C ratio lebih besar dari satu, artinya investasi yang dikeluarkan sekarang sebesar satu rupiah untuk usaha bakso atom akan menambah nilai pendapatan bersih per outlet bakso atom yaitu sebesar Rp 1,30 di Pakubuwono, Rp 1,20 di Beji, Rp 1,03 di Cendana dan Rp 1,37 di Bintaro.

Berdasarkan waktu pengembalian investasi, digunakan analisis payback period (PP). Hasil analisis yang dilakukan menyatakan bahwa usaha bakso atom akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat kegiatan telah berjalan selama 17 bulan di Pakubuwono, 15 bulan di Beji, 21 bulan di Cendana dan 19 bulan di Bintaro.

(5)

responden menyatakan puas atau sangat puas.

Namun demikian, berdasarkan Suhardjo Split atribut-atribut yang perlu mendapat prioritas perbaikan diantaranya adalah kemudahan memperoleh produk, promosi, iklan, kemudahan mencapai lokasi dan harga. Atribut-atribut tersebut diidentifikasikan sebagai atribut-atribut yang under service dan harus ditingkatkan layanannya karena memiliki tingkat kepuasan yang lebih rendah dibandingkan tingkat kepentingannya. Selanjutnya atribut-atribut tersebut yang kemudian menjadi indikator untuk peningkatkan mutu dari bakso atom.

Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka strategi pengembangan usaha bakso atom dapat dilakukan sebagai berikut: 1) mempertahankan kinerja pelayanan dan pelanggan, 2) mempertahankan komitmen pihak manajemen, 3) meningkatkan kinerja pemasaran melalui promosi, 4) mempertahankan mutu sesuai moto produk, 5) mempertahankan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan, 6) kegiatan pengembangan produk, 7) mempertahankan harga jual produk di pasaran dan 8) memperbaiki saluran distribusi.

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

IMELDA

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama Mahasiswa : Imelda Nomor Pokok : F 052054065

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui, Komisis Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S Hubeis Dr. Budi Suharjo, MS Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis MS,Dipl.Ing.DEA. Prof.Dr.Ir.Khairil A. Notodiputro, MS

(9)

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat allah swt yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga tugas akhir yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN KEPUASAN KONSUMEN “BASO ATOM” berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, bimbingan, motivasi dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan Tugas Akhir ini.

2. Dr. Budi Suharjo, MS selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan Tugas Akhir ini.

3. Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec selaku dosen penguji luar komisi pembimbing atas masukannya untuk perbaikan tesis ini

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kerjasama dan informasi yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga kajian ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil pada umumnya dan kegiatan waralaba bakso sehat pada khususnya. Saran dan kritik atas kajian ini diharapkan, agar kajian ini menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Januari 2010

(10)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Desember 1969, sebagai anak ke empat dari enam bersaudara dari Bapak H. Rusman Rasjid dan Ibu Hj. Sjamsimar Manaf. Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas Padang, dan lulus pada tahun 1994. Pada tahun 2006 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Lulus dari pendidikan sarjana, penulis pernah bekerja sebagai Account Officer di Bank Danamon pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1996. Selanjutnya melanjutkan kerja pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sampai saat ini untuk posisi Pengelola Kebijakan Divisi Kepatuhan.

(11)

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Profil Usaha Kecil Menengah ... 7

B. Bisnis Waralaba ... 9

C. Kelayakan Investasi ... 13

D. Sikap dan Perilaku Konsumen ... 16

E. Strategi Pengembangan Usaha... 18

III. METODE KAJIAN... 22

A. Lokasi dan Waktu Kajian ... 22

B. Jenis Pengumpulan dan Sumber Data ... 22

C. Pengolahan dan Analisis Data ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 30

A. Gambaran Umum Bakso Atom... 30

B. Kelayakan Usaha Bakso Atom ... 32

C. Karakteristik Responden Bakso Atom ... 36

D. Perilaku Konsumen Dalam Memilih Makanan... 40

E. Kepuasan dan Kepentingan Konsumen Bakso Atom... 42

F. Strategi Pengembangan Usaha Bakso Atom... 50

G. Sinergi Aspek Keuangan, Perilaku Konsumen dan Faktor Internal/eksternal usaha Bakso Atom... 59

KESIMPULAN DAN SARAN... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(12)

Nomor Halaman

1. Bidang Usaha Waralaba di Indonesia ... 2

2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 8

3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Perusahaan Metode Matriks Banding Berpasangan... 19

4. Kebutuhan Data Kajian ... 22

5. Atribut-Atribut Kajian... 25

6. Nilai Penjualan Empat Outlet Bakso Atom selama 3 (tiga) tahun (rupiah)... 32

7. Hasil Kelayakan Investasi pada Tingkat Suku Bunga 14 % ... 34

8. Titik Impas Usaha Bakso Atom (per hari) ... 36

9. Sensitivitas Penjualan Bakso Atom ... 36

10.Kepuasan Konsumen Secara Keseluruhan Terhadap usaha Bakso Atom... 43

11.Loyalitas konsumen terhadap Bakso Atom ... 48

12.Kesediaan Konsumen Untuk Merekomendasikan Bakso Atom ... 50

13.Faktor Strategis Internal Usaha Bakso Atom... 51

14.Faktor Strategis Eksternal Usaha Bakso Atom ... 52

(13)

Nomor Halaman

1. Tahapan Dalam Studi Kelayakan Bisnis ... 14

2. Matriks IE Model GE... 20

3. Matriks SWOT ... 21

4. Langkah-langkah dalam Pengolahan dan Analisis Data... 24

5. Diagonal Split ... 26

6. Proporsi Usia Responden ... 37

7. Proporsi Jenis Kelamin Responden... 37

8. Proporsi Status pernikahan Responden... 38

9. Proporsi Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 38

10.Proporsi Pekerjaan Responden... 39

11.Proporsi Tingkat Pendidikan Responden ... 49

12.Proporsi Pengeluaran Keluarga per Bulan ... 40

13.Ranking Jenis Makanan yang Diminati Oleh Konsumen... 41

14.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Tempat Makan ... 41

15.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengambil Keputusan Memilih Makanan ... 42

16.Keterkaitan Antara Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen... 43

17.Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Atribut... 45

18.Sumber informasi dalam mengenal Bakso Atom pertama kali... 46

19.Mapping Loyalitas Konsumen Bakso Atom... 49

(14)

1. Kuesioner kajian... 66

2. Kuesioner kepada Terwaralaba... 74

3. Rincian Biaya Investasi... 78

4. Analisa Cash Flow dan Perhitungan Kelayakan Investasi... 79

5. Penentuan Bobot Faktor Eksternal dan Internal... 83

(15)

Pengembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia masih banyak kendala mulai dari akses pasar sampai akses permodalan. Kendala ini sekaligus menjadikan tantangan bagi pengusaha kecil untuk berkembang. Kunci keberhasilan usaha kecil dan menengah antara lain terletak pada kepemilikan pengetahuan, keberanian dan kesungguhan dalam menjalankan usaha.

Risiko kegagalan usaha yang biasa dihadapi oleh para pengusaha yang membangun bisnis dengan sistem sendiri adalah risiko kegagalan sistem itu sendiri. Sudah menjadi hal yang umum diketahui bahwa tidaklah mudah untuk menciptakan suatu sistem yang baik dan berhasil guna. Sistem dimaksud adalah suatu sistem komprehensif dimulai dari sistem produksi, pemasaran, keuangan dan administrasi, hingga sumberdaya manusia (SDM).

Untuk meminimalkan risiko yang mungkin timbul, banyak pengusaha kecil saat ini terutama seseorang yang sebelumnya belum pernah menggeluti suatu jenis usaha tertentu menjadi dapat memiliki usaha tanpa memulai dari nol, menggunakan sistem waralaba (franchise) sebagai sarana bagi pengusaha dalam mengembangkan usaha. Waralaba adalah suatu kemitraan usaha yang dapat memberikan nilai tambah bagi dirinya dan juga pihak lain yang terlibat (Karamoy, 2005). Pengembangan usaha melalui sistem waralaba sedang booming di Indonesia. Melalui sistem yang telah dibangun tersebut, sistem kemitraan antara pewaralaba dan terwaralaba bisa berkembang dan memberikan keuntungan pada kedua pihak.

Payung hukum bagi publik yang ingin melakukan investasi waralaba dan juga sebagai kepastian usaha waralaba, telah diatur pemerintah dalam Peraturan Pemerintah RI No.16 Tahun 1997 tanggal 18 Juni 1997. Pengertian waralaba (franchising) adalah suatu bentuk kerja sama dimana pewaralaba (franchisor) memberikan ijin pada terwaralaba (franchisee) untuk menggunakan hak atas kekayaan intelektualnya.

(16)

Kekayaan intelektual dimaksud adalah seperti penggunaan merk usaha dagang produk dan jasa serta sistem operasi usahanya. Sebagai timbal baliknya, terwaralaba membayar sejumlah tertentu atas pemberian dan penggunaan hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki oleh pewaralaba dalam kurun waktu tertentu.

Selanjutnya dilakukan perubahan atas PP No. 16 Tahun 1997 melalui Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007. Waralaba didefinisikan sebagai hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha dan telah terbukti berhasil untuk kemudian dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Waralaba dapat dijalankan berdasarkan perjanjian tertulis antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba sesuai dengan hukum Indonesia. Selain itu juga Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No.12/M-DAG/PER/3/2006.

Karamoy (2005) berpendapat bahwa bidang usaha yang potensial dan prospektif untuk dikembangkan secara waralaba di Indonesia adalah bidang usaha makanan yang meliputi restoran, cafe/sport bar, makanan siap saji (fast food), makanan bercirikan etnik (masakan Padang, Bakso, Gado-gado, dll). Sebagai ilustrasi, data bidang usaha waralaba yang diminati di Indonesia dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel.1 Bidang Usaha Waralaba di Indonesia

No. Bidang Usaha Jumlah Waralaba 1. Restoran/Kafe/Food Outlet 111

2. Pendidikan/kursus 52

3. SPA & health center 9

4. Refill tinta 5

5. Salon 5

6. Travel 3

7. Rental VCD/DVD 3

Sumber : Karamoy, 2005

(17)

dari makanan yang dijual. Faktor lainnya adalah fokus terhadap mutu produk dan komitmen penuh dalam layanan. Tiga hal ini mutlak dilakukan oleh bisnis makanan.

Salah satu bisnis makanan adalah jajanan jenis bakso. Jajanan ini diyakini sebagai jajanan yang paling populer di Indonesia dan hampir dapat ditemukan diseantero negeri ini. Namun demikian, belum ada data yang pasti mengenai populasi pengusaha bakso di Indonesia maupun di Jakarta. Pengelolaan usaha perdagangan bakso mengalami pergeseran mulai dari pengelolaan secara tradisional dalam artian melalui pedagang keliling dengan menggunakan gerobak sampai cara yang modern dengan sistem waralaba (franchise). Pedagang bakso dapat dijumpai dari pinggir jalan yang berdebu sampai di mal (pasar supermarket) yang sejuk dan dinikmati oleh berbagai kalangan yang memiliki tingkat ekonomi dan usia yang beragam.

Saat ini terdapat beberapa waralaba bakso mulai dari yang berskala besar sampai berskala kecil seperti Bakso Lapangan Tembak, Bakmi Japos, Mister Bakso, Bakso Kota Cak Man, Bakso Tukul dan Bakso Atom. Konsep pendirian Bakso Atom berawal dari pemikiran bahwa semakin hari manusia makin sadar akan kesehatan dan makan bukan asal kenyang tapi juga cukup gizi, maka diciptakan Bakso Sehat Bakso Atom dengan tag line “sehat dimulai dari makanan sehat”. Selama ini isu kesehatan makanan sebagai keunggulan produk jarang diperhatikan pebisnis resto tak terkecuali bakso, padahal makanan sehat dewasa ini sedang trend, ditengah tingkat kesadaran kesehatan masyarakat yang semakin tinggi.

Salah satu pebisnis yang menjadikan aspek kesehatan sebagai strategi utamanya adalah CV Atom Indonesia (key person BR Prabowo). Dengan memakai brand Bakso Atom, CV Atom Indonesia memiliki produk khas di antaranya bakso keju, bakso sumsum dan bakso tahu udang. Untuk menjamin kepastian dalam hal kesehatan, semua varian bakso yang ada didaftarkan ke Badan POM.

(18)

City, Puri Indah, Condet, Bandung, Cempaka Putih, Pakubuwono, Cinere, Kalisari dan Pesanggrahan. Dari 15 outlet yang ada maka 7 diantaranya adalah milik dari Bapak BR. Prabowo dan selebihnya merupakan waralaba.

Menjamurnya perdagangan bakso dengan sistem waralaba menjadi pilihan beberapa kalangan pebisnis. Namun demikian tetap perlu diingat bahwa pengembangan waralaba tak selamanya berujung sukses. Tidak sedikit yang gagal dan bangkrut. Kejelian memilih waralaba dan

mengkalkulasi kelayakan investasi suatu franchise untuk dikembangkan di suatu tempat merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan berbisnis waralaba.

Kegagalan dalam berbisnis waralaba dapat ditelusuri melalui beberapa aspek yaitu aspek keuangan dalam hal menilai kelayakan investasi, aspek manajemen dalam hal pengelolaan usaha dan aspek pemasaran dalam meningkatkan penjualan. Ketiga aspek tersebut saling berhubungan, secara sederhana dapat dikatakan bahwa usaha yang sehat adalah yang memberikan keuntungan. Untuk meningkatkan keuntungan dapat dicapai dengan meningkatkan revenue atau memperkecil cost. Efisiensi cost dalam usaha waralaba relatif tidak dapat dilakukan dimana tidak ada alternatif untuk membeli bahan baku yang lebih murah dari pemasok lain karena adanya keterikatan antara pewaralaba dengan terwaralaba. Sehingga untuk memperbesar keuntungan, langkah yang dapat ditempuh adalah meningkatkan revenue melalui volume penjualan bakso.

Selanjutnya dalam hal peningkatan volume penjualan bakso, sangat bergantung dari apakah produk tersebut memenuhi selera konsumen sehingga produk dapat menyerap pasar. Untuk itu perlu diketahui kebutuhan dan harapan konsumen dan berupaya untuk memenuhi keinginan tersebut, sehingga akan menyebabkan konsumen merasa puas. Kepuasan atas pelayanan dapat menjadikan konsumen loyal sehingga mempunyai potensi sebagai iklan berjalan yang paling murah dan ampuh.

(19)

menguntungkan, berapa investasi yang diperlukan dan dalam waktu berapa lama investasi tersebut akan kembali. Apakah bakso yang ditawarkan telah memenuhi selera/harapan konsumen. Strategi apa yang digunakan untuk kelangsungan usaha, dengan melihat unsur-unsur kekuatan dan kelemahan usaha, termasuk peluang dan ancaman yang akan dihadapi.

B. Perumusan Masalah:

Berdasarkan uraian yang ada, terdapat fenomena bahwa waralaba merupakan peluang berbisnis dengan risiko minim dan memulai usaha dengan tidak dari nol. Namun demikian, tidak semua waralaba memberikan kesuksesan dan tidak sedikit waralaba yang gulung tikar. Beberapa permasalahan yang menarik dari usaha waralaba dan dalam hal ini diangkat sebagai topik adalah usaha waralaba Bakso Atom, yaitu :

1. Apakah investasi usaha sebagai terwaralaba Bakso Atom menguntungkan ?

2. Bagaimana tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap usaha terwaralaba Bakso Atom ?

3. Strategi apakah yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan usaha terwaralaba Bakso Atom ?

C. Tujuan

1. Mengkaji kelayakan investasi usaha sebagai terwaralaba Bakso Atom. 2. Menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap usaha

terwaralaba Bakso Atom.

3. Menyusun strategi yang tepat untuk pengembangan usaha terwaralaba Bakso Atom.

D. Kegunaan Penelitian

(20)
(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Profil Usaha Kecil dan Menengah

Menurut Hammond (2007), bisnis ritel itu menakjubkan. Ritel berdampak langsung dan menyenangkan sekaligus berisiko dan sulit. Namun meski telah diakui bahwa bisnis ritel telah berjasa menyelamatkan perekonomian, ritel masih menjadi bidang yang paling tidak dipahami diantara semua praktik bisnis. Usaha kecil didefinisikan sebagai perusahaan yang dikelola secara mandiri, dimiliki oleh perseorangan atau sekelompok kecil pemilik modal dengan ruang lingkup operasi yang terbatas. Jumlah pekerja berkisar antara 10 sampai 50 orang (Machfoedz 2007).

Karakteristik usaha kecil dilihat dari sistem manajemennya, pada umumnya dikelola oleh pemiliknya langsung sehingga lebih fleksibel mengembangkan ide produk. Dari proses produksi dapat dikatakan usaha kecil memiliki proses yang sederhana dan menggunakan tenaga kerja dengan tingkat akademisi tidak terlalu tinggi sehingga biaya operasional dapat ditekan. Namun demikian usaha kecil memiliki beberapa kekurangan dalam hal keterbatasan manajerial, jaringan dan fenomena utama adalah dalam hal kesulitan pengembangan dana (Manurung, 2006).

Menurut UU Usaha Kecil No.9 tahun 1995, Industri Kecil didefinisikan sebagai bagian dari Usaha Kecil di Indonesia yang memiliki aset < Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan atau omset per tahun < Rp. 1 milyar. Selain itu juga disebutkan kriteria usaha menengah, mandiri dan tangguh, yaitu:

1. Usaha Menengah: Omset per tahun Rp.700 Juta s/d 1 Milyar. 2. Usaha Mandiri: Omset per tahun Rp.100 Juta s/d < 700 Juta. 3. Usaha Tangguh: Omset per tahun < Rp.100 Juta.

(22)

Tabel 2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Sumber : www.hukumonline, 2007

Kendati terdapat beberapa definisi mengenai usaha kecil, namun agaknya usaha kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam, yaitu: 1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan

operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekat.

2. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.

3. Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum memiliki status badan hukum.

4. Dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman, diikuti kelompok industri tekstil dan kayu (Pramiyanti, 2008).

Ditinjau dari risiko bisnis kecil menurut Alma (2006) bahwa setiap bisnis memiliki risiko dan nampaknya risiko pada bisnis kecil lebih tinggi dibanding bisnis besar. Bisnis kecil kehidupannya sangat dipengaruhi oleh

Kriteria Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah

(23)

kondisi ekonomi pada umum, lokasi bisnis, pesaing, kualifikasi pemilik dan efektivitas menjalankan bisnis.

Salah satu faktor utama kegagalan usaha adalah tidak melakukan studi kelayakan sebelumnya. Studi kelayakan merupakan blue print yang akan menjadi pedoman dan petunjuk dalam menjalankan bisnis kedepan. Kelayakan usaha diartikan oleh Kasmir dan Jakfar (2007), bahwa apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non finansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Kelayakan usaha perlu diperhitungkan dengan tujuan agar apabila usaha tersebut dijalankan tidak akan sia-sia. Paling tidak ada lima tujuan mengapa suatu usaha perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu: (1) menghindari risiko kerugian, baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan pada masa yang akan datang, (2) memudahkan perencanaan, (3) memudahkan pelaksanaan pekerjaan, (4) memudahkan pengawasan dan (5) memudahkan pengendalian.

B. Bisnis Waralaba

Awal kesuksesan franchise yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai waralaba terjadi pada tahun 1965 ketika saham McDonald’s Amerika dijual. Kurang dari sebulan sahamnya berlipat ganda. Pada tahun 1970, waralaba telah menjadi pandangan hidup baru dalam bisnis. Waralaba barupun bermunculan. Kesuksesan waralaba kini mencakup kategori baru, seperti bisnis dan jasa salon kecantikan sampai salon mobil, perdagangan buku, dan maraknya wilayah siap saji (Mancuso & Boroian, 2006). Disampaikan pula bahwa bisnis waralaba akan memegang peranan penting dimasa datang. Sekarang hampir setiap produk dan jasa dapat diwaralabakan dan diperkirakan akan mendominasi pasar.

(24)

dianggap sebagai fenomena sendiri, yang menjadi tolok ukur keberhasilan waralaba di Indonesia. Pada awal tahun 1990-an Pemerintah Indonesia mulai memberikan perhatian terhadap pewaralaba di Indonesia. Departemen Perdagangan melihat waralaba sebagai suatu pola distribusi barang atau jasa yang efektif, sehingga perlu dikembangkan dan dibina (Karamoy, 2005)

Selanjutnya disampaikan juga oleh Karamoy (2005), bahwa pada Juni 2003, Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) menyelenggaraka pemilihan waralaba (lokal) terbaik untuk klasfikasi UKM. Waralaba lokal yang dianggap terbaik adalah Rumah makan Wong Solo (untuk kategori restoran), Indomaret (kategori ritel), ILP (untuk kategori pendidikan).

Bisnis waralaba disebut-sebut juga sebagai pengantar bisnis kearah modern. Menurut Machfoedz (2007), ada 4 hal kelebihan dari memulai usaha dengan membeli hak waralaba.

a. Bantuan dan pelatihan manajemen.

Pengusaha waralaba dengan pengalaman pribadi yang kurang memadai dapat memperoleh pelatihan dari induk perusahaan. Program pelatihan telah tersusun dengan baik.

b. Konsep perusahaan, produk dan nama telah dikenal.

Pengusaha waralaba mendapatkan perusahaan yang telah dikenal dan kualitas produknya telah dipercaya pasar.

c. Bantuan keuangan.

Memulai suatu usaha memerlukan uang dalam jumlah besar dan wirausahawan seringkali mempunyai sumber dana yang terbatas.

d. Kepemilikan.

Pemilik dapat menikmati kemandirian, insentif dan laba usaha mandiri. Faktor-faktor yang merupakan kelemahan waralaba adalah sebagai berikut:

a. Biaya awal yang tinggi.

(25)

b. Pembatasan kebebasan beroperasi.

Pengoperasian usaha tidak seleluasa pengoperasian usaha yang didirikan dari titik permulaan, harus mengikuti berbagai ketentuan dan peraturan yang ditetapkan.

Dapat dikatakan juga keuntungan pengusaha kecil menjadi terwaralaba dapat langsung memiliki sistem bisnis yang mapan, serta produk dan jasa yang memiliki reputasi, sehingga dapat langsung dikenal. Untuk membentuk citra tidak perlu repot merumuskan konsep bisnis, memperkenalkan produk/jasa, atau mempromosikan kualitas produk/jasa yang dipasarkan.

Dilihat dari sisi terwaralaba, sistem pewaralabaan tidak otomatis menjamin kesuksesan (Karamoy, 2005), tetapi menyediakan seperangkat peralatan untuk sukses. Alat-alat itu antara lain sebagai berikut:

1. Bantuan pewaralaba dalam bidang vital, seperti pemilihan lokasi, penyediaan bahan baku, peralatan, training, periklanan, pemasaran dan promosi.

2. Kesinambungan bimbingan manajemen, bantuan teknis dan operasional, serta pengendalian mutu, standarisasi mutu dan mekanisme kontrol.

Beberapa kelemahan sebagai terwaralaba antara lain adalah dalam hal posisi tawar yang lebih rendah dibanding pewaralaba. Dan juga dalam hal kebebasan terwaralaba yang terbatas dalam melakukan inovasi usaha. Dari segi keuangan dimana terwaralaba harus memberikan fee yang sudah disepakati. Disamping itu ada masalah ketergantungan terhadap pewaralaba.

Waralaba di Indonesia tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga terdapat waralaba asing seperti McDonald’s, kentucky Fried Chicken, Pizza Hut’s dan lain-lain. Untuk tetap dapat bersaing dengan resto asing, dipandang positif untuk mewaralaba resto nasional yang telah bereputasi baik, terutama dilihat dari aspek kebersihan dan kesehatan.

(26)

Permintaan bakso dirasakan masih mengalami peningkatan. Keadaan ini menunjukkan peluang bisnis membuat bakso makin terbuka lebar. Perlu diingat, pesaing dalam usaha ini juga banyak. Namun demikian tidak perlu khawatir, jika kita membuat bakso yang lebih sehat, lebih bergizi dan tetap kenyal tanpa boraks, pembeli pasti tetap tertarik membeli produk kita (Yuyun, 2007).

Perdagangan bakso kategori modern dijalankan oleh salah seorang pengusaha dengan merk dagang “Bakso Atom”. Kegiatan usaha Bakso Atom baru berjalan 4 tahun dan saat ini sudah memiliki lebih dari 18 outlet dan 7 diantaranya milik pewaralaba dan sisanya merupakan mitra usaha dengan terwaralaba. Konsep kemitraan yang dibangun sangat simpel dalam arti para mitra menyiapkan tempat usaha, promosi dan peralatan pendukung dan pewaralaba akan mendukung dari segi manajemen, produk dan brand Bakso Atom.

Untuk menjadi mitra tidak perlu membayar fee tapi hanya menyiapkan modal investasi yang digunakan untuk sewa tempat yang sesuai dengan konsep Bakso Atom minimal 60 kursi, peralatan dan promosi. Sementara pihak Bakso Atom menyediakan Brand dan produk dengan sistem sharing profit. Karyawan yang akan melayani di outlet biasanya akan ditraining selama 2 minggu, pada minggu pertama akan ditraining di rumah produksi dan minggu kedua langsung terjun di outlet.

(27)

C. Kelayakan Investasi

Untuk mengidentifikasi masalah dimasa yang akan datang sehingga dapat meminimal kemungkinan melesetnya hasil yang ingin dicapai dalam suatu investasi perlu dilakukan studi kelayakan. Dengan kata lain studi kelayakan akan memperhitungkan hal-hal yang akan menghambat atau peluang dari investasi yang akan dijalankan. Jadi dengan adanya studi kelayakan investasi minimal dapat memberikan pedoman atau arahan kepada usaha yang dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2007). Ada 5 tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu: (1) menghindari risiko kerugian, (2) memudahkan perencanaan, (3) memudahkan pelaksanaan pekerjaan, (4) memudahkan pengawasan dan (5) memudahkan pengendalian.

Hal pertama yang dikaji berkaitan dengan analisis kelayakan usaha meliputi biaya pembangunan fisik pabrik, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan proyek (Zubir, 2006) seperti:

1. Pembelian tanah (termasuk biaya pematangan tanah, pembuatan saluran air, lapangan parkir, taman dan pemagaran).

2. Biaya pembangunan (pabrik, kantor, gudang, mess karyawan, pos satpam dan bangunan penunjang lainnya).

3. Biaya pembelian mesin-mesin dan pemasangannya (termasuk biaya tenaga ahli yang digunakan).

4. Biaya instalasi listrik, air, dan sebagainya. 5. Biaya pembelian kendaraan.

6. Biaya pembelian peralatan kantor, perabot dan lain-lain.

(28)

dapat bersumber dari modal sendiri, hutang dagang, hutang bank, maupun hutang lainnya.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2007) menyatakan bahwa tahap-tahap dalam penilaian studi kelayakan bisnis dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis (Kasmir dan Jakfar, 2007)

Ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, akan tetapi aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan investasi meliputi aspek hukum, aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis dan aspek manajemen. Aspek keuangan dipandang beberapa investor sebagai aspek yang paling utama untuk dianalisis karena aspek ini tergambar jelas dari hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan, sehingga merupakan salah satu aspek yang sangat penting.

Adapun kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha atau investasi adalah sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Melakukan Pengolahan Data

Analisis Data

Mengambil Keputusan

Direkomendasikan

Dijalankan

Dibatalkan Layak

(29)

a. Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. PP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Zubir, 2006), dihitung menurut persamaan :

Nilai Investasi

PBP (tahun) = x 1 tahun Kas Masuk Bersih

Metode ini sangat sederhana, sehingga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback, sehingga metode ini umumnya hanya digunakan sebagai pendukung metode lainnya.

b. Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan PV (Present Value) kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi. Selisih antara PV tersebut disebut NPV (Zubir, 2006). NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya (Pramudya, 2006).

(30)

NPV ’ = nilai NPV Positif (Rp) NPV ” = nilai NPV Negatif (Rp)

i’ = discount rate nilai NPV positif (%) i” = discount rate nilai NPV negatif (%)

d. Profitability Index (PI) atau benefit and cost ratio (B/C ratio) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai penerimaan bersih sekarang dengan nilai pengeluaran investasi sekarang selama umur investasi (Kasmir & Jakfar, 2007).

Σ PV Kas Bersih

PI = x 100%

Σ PV Investasi

e. Break Event Point (BEP) adalah BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana besarnya pendapatan sama dengan besarnya biaya/pengeluaran yang dilakukan oleh proyek, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut : (Pramudya, 2006).

Total Biaya (Rp) = Volume Penjualan (unit) x Harga Jual (Rp)

Perhitungan volume penjualan pada saat BEP dapat dihitung dengan persamaan :

Total Biaya Tetap BEP (unit) =

(Harga Jual/unit - Biaya Variabel/unit)

Total Biaya Tetap BEP (Rp) =

1 - Biaya Variabel per Unit Harga Jual

D. Sikap dan Perilaku Konsumen

(31)

(2) menetapkan segmentasi, (3) merumuskan positioning dan pembedaan

produk, (4) memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya, dan (5) menyusun strategi pemasaran.

Ditegaskan pula oleh Setiadi (2003), bahwa memahami konsumen adalah elemen penting dalam pengembangan strategi pemasaran. Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel et al, 1994). Tindakan membeli dapat berwujud pada pilihan-pilihan konsumen terhadap merek, jumlah produk, tempat waktu dan frekuensi pembelian. Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh banyak faktor, yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis.

Selanjutnya dijelaskan oleh Umar (2005) bahwa terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor sosial budaya yang terdiri dari kebudayaan, sosial, serta keluarga. Faktor lain adalah faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap. Sedangkan faktor-faktor kepuasan konsumen adalah mutu produk dan pelayanan, kegiatan penjualan, pelayanan setelah penjualan dan nilai-nilai perusahaan.

Fakor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Setiadi (2003), adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi (umur, pekerjaan, ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri) dan faktor psikologis. Perilaku konsumen merupakan suatu proses, dimana pembelian merupakan salah satu tahap dari beberapa tahap yang dilalui dalam proses tersebut. Ada banyak pengaruh yang mendasari proses pembelian tersebut, mulai dari motivasi internal hingga pengaruh eksternal.

(32)

menciptakan hukum dan peraturan yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan barang atau jasa, dan membantu konsumen dalam pengambilan keputusan yang lebih baik (Mowen & Michael, 2006).

Perusahaan harus dapat memahami perilaku konsumen agar dapat memenuhi harapan konsumen yang pada akhirnya pemasaran produk berjalan dengan baik. Dengan pemahaman tersebut, perusahaan dapat memperkirakan reaksi konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat (Sumarwan, 2003). Schiffman dan Kanuk (2004) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses pencarian informasi mengenai suatu produk atau jasa pada saat pembelian, menggunakan, dan mengkonsumsi serta mengevaluasi produk yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan.

Kepuasan pelanggan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu usaha. Hal ini dikarenakan dengan memuaskan pelanggan, perusahaan dapat meningkatkan tingkat keuntungannya dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. Menurut Kotler (2000) kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Dalam banyak kasus, pelanggan yang puas belum tentu merupakan pelanggan yang loyal dan sebaliknya pelanggan yang kurang puas tidak otomatis menjadi pelanggan yang tidak loyal.

E. Strategi Pengembangan Usaha

Penyusunan strategi perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi perusahan. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan yang dihadapi (Rangkuti, 2006). Perencanaan strategis sangat penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.

(33)

untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2006). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan.

Analisis faktor internal dan eksternal dilakukan dengan menggunakan matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS), External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) dan matriks profil kompetitif.

Tahapan kerja pada matriks IFAS dan EFAS (Rangkuti, 2006) adalah:

a) Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan.

b) Masing-masing faktor diberi bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (Tabel 3). Penentuan bobot dilakukan dengan memberikan bobot numerik dan membandingkan antara satu peubah dengan peubah lainnya. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan adalah:

1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal. Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Perusahaan dengan Metode

Matriks Banding Berpasangan

Faktor Strategis internal/eksternal A B C ... Bobot

A B C ...

Total

Sumber : Rangkuti (2006)

(34)

dari 1 (jika nilai ancaman/kelemahannya sangat besar) sampai dengan 4 (jika nilai ancaman/kelemahannya sedikit).

d) Masing-masing bobot dikalikan dengan rating, sehingga diperoleh nilai untuk masing-masing faktor.

e) Nilai masing-masing faktor dijumlahkan untuk memperoleh nilai total pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Total Skor Faktor Strategis Internal

Kuat Rataan Lemah

Selanjutnya nilai yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan matriks Internal-External (IE) model General Electric (GE-Model) yang ditunjukkan pada Gambar 1. Hasil pada matriks IE dapat digunakan untuk menentukan posisi perusahaan, sehingga dapat diketahui arah strategi yang akan diterapkan. Total skor strategi internal menunjukkan kekuatan bisnis perusahaan sedangkan total skor strategi eksternal menunjukkan kemenarikan industri.

(35)

SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti, 2006).

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis (Gambar 3). Gambar 3. Matriks SWOT (Rangkuti, 2006)

Kombinasi dari empat faktor dapat dirumuskan sebagai berikut.

• Strategi SO: Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

• Strategi ST: Strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan cara menghindari ancaman.

• Strategi WO: Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

(36)

Lokasi kajian dilakukan di 4 Outlet (terwaralaba) Bakso Atom yang dipilih secara purposive, yaitu berlokasi di Bintaro, Depok Beji, Kebayoran Baru, Jakarta dan Bandung. Pelaksanaan kajian dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan Juni 2009.

B. Jenis Pengumpulan dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan dan hasil wawancara secara langsung (pemilik dan konsumen) sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait. Adapun data primer kuantitatif yang dibutuhkan dalam menganalisa kelayakan investasi, antara lain seperti tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Kebutuhan Data Kajian

No. Jenis Data Satuan Waktu Series

1. Asset Bulanan Jan 2007 sd.Des, 2008 2. Modal Bulanan Jan 2007 sd.Des, 2008 3. Omset Penjualan Bulanan Jan 2007 sd.Des, 2008 4. Biaya-biaya Bulanan Jan 2007 sd.Des, 2008 5. Laba Kotor Bulanan Jan 2007 sd.Des, 2008 6. Profit sharing Bulanan Jan 2007 sd.Des, 2008 7. Laba bersih Bulanan Jan 2007 sd.Des, 2008

(37)

C. Pengolahan dan Analisis Data

Dalam kajian ini dilakukan pengolahan dan analisis data terhadap kelayakan usaha sebagai terwaralaba Bakso Atom, dengan tahap analisis seperti pada Gambar 4. Langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah :

1. Mengidentifikasi informasi yang diperoleh dari kuesioner dan hasil wawancara kepada pemilik dan manager pelaksana.

2. Mengkaji kelayakan usaha terwaralaba Bakso Atom. 3. Menganalisis perilaku konsumen

4. Menyusun strategi pengembangan usaha.

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif disampaikan secara deskriptif berdasarkan informasi yang diperoleh, sedangkan analisa kuantitatif terhadap data-data yang bersifat numerik. Metode analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Analisis Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah usaha yang dijalankan tersebut layak atau tidak. Adapun kriteria-kriteria pengukuran terhadap kelayakan investasi tersebut berupa NPV, IRR, Gross B/C (PI), dan PP (Payback Period).

(38)

Gambar 4. Langkah-langkah dalam Pengolahan dan Analisis Data

b. Analisis Perilaku Konsumen

Analisis perilaku konsumen dilakukan terhadap 25 orang konsumen dari masing-masing lokasi., yang diambil secara random. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Batasan kajian terdiri atas 18 atribut seperti yang tercantum dalam Tabel 5.

Karakteristik Usaha Terwaralaba Bakso Atom

Kajian Terhadap:

- Aspek Kelayakan - Aspek Perilaku Konsumen - Aspek Kajian Strategi

Analisa Kualitatif Analisa Kuantitatif

Interpretasi Hasil Analisa

Kelayakan Usaha (1)

Strategi Pengembangan (3)

Usaha Bakso Atom yang Prospektif

(39)

Tabel. 5 Atribut-Atribut Kajian

6 Kombinasi dan Variasi produk

7 Kemudahan untuk memperoleh produk

Price

16 Kualitas Kebersihan produk 17 Kemasan bawa pulang

Process

17 Keramahan dan kesopanan 18 Kecepatan Layanan

Dari atribut yang telah ditetapkan dilakukan analisis perilaku konsumen dengan metode berikut :

1) Diagonal Analysis (Suharjo Split)

(40)

Dengan melihat posisi atribut dalam diagram tersebut maka dapat diketahui sejauh mana kepentingan maupun kepuasan suatu atribut terhadap garis efficient service (Gambar 4).

Gambar 5. Diagonal Split (sumber: Suharjo dan Suwarno, 2002) Dalam mengukur nilai kepentingan dan kepuasan digunakan metode two top boxes, yaitu menggabungkan persentase responden yang memilih respon positif dalam skala likert. Pengukuran dilakukan dalam 5 skala, top two boxes yang akan menggabungkan persentase responden yang memilih jawaban dua skala teratas, yaitu skala 5 dan skala 4, sehingga kinerja suatu atribut dapat dinyatakan sebagai berikut.

a. Selisih nilai antara kepentingan atribut (X) dan kepuasan (Y) bila menghasilkan nilai nol, maka atribut tersebut dikatakan telah efisien dan berada tepat pada garis efficient service sehingga atribut yang bersangkutan hendaknya dipertahankan karena sudah sesuai dengan kepentingan dan kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. b. Selisih nilai antara kepentingan atribut (X) dan kepuasan (Y) bila

menghasilkan nilai negatif (X>Y), maka atribut tersebut dikatakan mempunyai layanan yang tidak memadai (under service) sehingga atribut tersebut perlu ditingkatkan.

c. Selisih nilai antara kepentingan atribut (X) dan kepuasan (Y) bila menghasilkan nilai positif (X<Y), maka atribut tersebut dikatakan

(41)

mempunyai layanan berlebih (over service) sehingga perlu diturunkan atau direduksi.

Tujuan akhir dari Analisis Diagonal ini adalah untuk mengidentifikasikan atribut-atribut under service yang harus ditingkatkan layanannya karena memiliki tingkat kepuasan yang lebih rendah dibandingkan tingkat kepentingannya. Prioritas didasarkan pada selisih nilai antara tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dengan negatif terbesar, sedangkan penurunan (reduksi) diprioritaskan berdasarkan selisih nilai positif terbesar.

2) Thurstone Analysis

Analisis ini digunakan untuk merangking atribut-atribut mana yang dianggap penting oleh responden, dimana responden mengurutkan dari yang terpenting sampai sangat tidak penting. Selanjutnya untuk mengetahui keunggulan suatu peubah terhadap peubah yang lain perlu diketahui peluang suatu peubah lebih unggul dari yang lainnya. Peluang ini diperoleh dengan menghitung beda-beda pembeda dari kedua peubah yang diperbandingkan untuk berbagai kesempatan penilaian. Frekuensi munculnya beda-beda ini berfluktuasi, sehingga apabila dipetakan di atas garis yang memuat semua nilai beda yang mungkin, akan membentuk suatu sebaran dari beda pembeda.

Jika kedua peubah yang diperbandingkan adalah x dan y maka beda pembeda keduanya secara umum dilambangkan dengan Sx-y.

Nilai tengah dari sebaran beda pembeda adalah selisih nilai tengah proses modus dua peubah tersebut (Sx-Sy) dan simpangan bakunya adalah :

2 2

y x

xy σ σ

σ = +

(42)

2

Sy = nilai modus proses pembeda (discriminal) untuk peubah ke-y

Zxy= nilai yang berhubungan dengan proporsi penilaian peubah

ke-x lebih besar dari penilaian peubah ke-y. (Jika proporsi ini lebih besar dari 0,5 maka Zxy bernilai positif, artinya

peubah x lebih tinggi penilaiannya dibanding peubah ke-y)

x

σ = simpangan pembeda dari peubah ke-x

y

σ = simpangan pembeda dari peubah ke-y

Metode Thurstone dikenal sebagai Hukum Nilai Perbandingan (The Law of Comparative Judgement). Dalam penelitian ini menggunakan model yang kelima yang mempunyai keakuratan dalam penskalaannya (Green dalam Supatmiati, 1998). Persamaannya dinyatakan sebagai berikut:

Correspondence Analysis merupakan analisis yang memperagakan baris dan kolom secara serempak dari tabel kontingensi dua arah. Data input berupa tabel kontingensi yang akan mengindikasikan sebuah asosiasi kualitatif antara baris dan kolom. Correspondence Analysis akan membuat skala baris-baris dan

(43)

di tampilkan secara grafis dalam ruang dimensi rendah yang sama. Peta spesial ini akan memberikan gambaran mengenai:

a. Keserupaan dan perbedaan dalam baris untuk sebuah kategori kolom tertentu

b. Keserupaan dan perbedaan dalam kategori kolom untuk sebuah baris tertentu

c. Hubungan antara baris-baris dan kolom-kolom

c. Analisis Strategi Pengembangan

Data yang dipergunakan tersebut diperoleh dari data internal dan data eksternal. Data internal yang dipergunakan adalah laporan keuangan, laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran, wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Setiap instrumen dalam kuesioner ini menggunakan skala Likert yaitu: 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3 = netral, 4 = penting, dan 5 = sangat penting.

Data eksternal diperoleh dari pustaka. Metode yang digunakan untuk penetapan strategi dengan menggunakan analisis IFAS, EFAS dan SWOT.

(44)

A. Gambaran Umum Bakso Atom

Bakso Sehat adalah motto dari Bakso Atom. Dengan berlatar belakang ingin menyajikan makanan yang sehat, bersih dan nikmat, Bakso Atom menyediakan produk bakso dengan standar kesehatan, halal serta harga yang terjangkau. Standar kesehatan yang ditawarkan yaitu dalam hal bebas bakteri berbahaya, bebas terhadap bahan kimia berbahaya dan menggunakan bahan olahan dari daging Sapi pilihan (Sapi Bali).

Bakso Atom telah mengantongi beberapa sertifikat dari lembaga yang berkompetensi dalam produk makanan seperti Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Laboratorium Kesmavet Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan serta Uji Metode SNI-19-2897-1992. Sertifikasi tersebut di atas, mendukung Bakso Atom sebagai bakso yang higienis, sehat, dan halal. Para pengunjung tidak perlu ragu adanya residu bahan pengawet, antibiotik, ataupun bahan-bahan kimia lain. Bagi yang alergi terhadap MSG, Bakso Atom merupakan makanan sehat siap saji yang tidak perlu dikhawatirkan.

Menu bakso yang disajikan yaitu berupa: bakso daging (ukuran besar dan kecil), bakso urat (ukuran besar dan kecil), bakso sumsum, bakso telor ayam kampung, bakso keju, bakso tahu, bakso tahu udang, bakso buntel (bakso dibungkus dengan kulit martabak telur) dan bakso sutera. Bakso Atom disajikan secara prasmanan dimana konsumen dapat memilih dan mengambil langsung jenis bakso yang diinginkan, untuk kemudian meracik sendiri bumbu yang diinginkan sesuai selera. Untuk harga, Bakso Atom memiliki harga yang bervariasi dari tiga ribu lima ratus rupiah sampai dengan tujuh ribu rupiah per butir bakso dengan ukuran yang cukup besar.

(45)

AC, dan pada beberapa outlet tersedia fasilitas Free Hot Spot Area (area bebas jaringan internet). Fasilitas lain yang ditawarkan adalah sistem pesan antar (delivery order).

Empat lokasi outlet diantaranya yang dijadikan sample untuk pengambilan data, dapat digambarkan sebagai berikut: untuk lokasi di jalan. Bumi, Pakubowono Jakarta terletak dipinggir jalan utama menuju ke Pasar Mayestik. Lokasi outlet bersebelahan dengan agen penjulan rumah (century 21), dan tempat bimbingan belajar. Outlet ini menempati luas areal ± 170 m² dengan status kepemilikan adalah milik sendiri. Untuk outlet di Bintaro terletak dipinggir jalan utama memasuki gerbang perumahan Bintaro Jaya Sektor IX, bersebelahan dengan outlet buku Gramedia. Outlet ini menempati luas areal ± 120 m² dengan status kepemilikan sewa. Outlet di Beji Depok merupakan rumah tinggal menempati luas areal ±100 m² dengan status kepemilikan sewa. Lokasi outlet terletak bersebelahan dengan toko obat dan tanah kosong. Untuk outlet di jalan Cendana, Bandung letak lokasi di areal pemukiman (bukan real estate) dan bukan di jalan utama. Outlet ini memanfaatkan rumah tinggal milik sendiri (tidak ditempati) untuk lokasi usaha, bersebelahan dengan lokasi bimbingan belajar (Sakamoto). Luas areal ± 120 m².

Setiap outlet tidak melakukan produksi sendiri, melainkan hanya melakukan penjualan bakso. Pengambilan bakso dilakukan setiap sore hari (untuk wilayah Jakarta) dan 1 minggu sekali (untuk wilayah Bandung) diambil langsung ke kantor pusat pewaralaba di Ciputat. Sistem pembayaran dilakukan keesokan harinya.

(46)

B. Kelayakan usaha

Analisis kelayakan yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah kelayakan finansial usaha franchise produk bakso sehat bakso atom (BSBA). Hal ini digunakan untuk membantu terwaralaba dalam mengembangkan usahanya di masing-masing outlet. Dari analisis finansial ini akan diperoleh informasi tentang kelayakan usaha, apabila layak maka dapat menjadi salah satu motivasi bagi terwaralaba untuk mengembangkan usahanya dengan membuka outlet baru dan selanjutnya dapat menarik konsumen lebih banyak.

Biaya investasi masing-masing terwaralaba berbeda satu sama lain dapat dilihat pada Lampiran 2, perbedaan tersebut terutama dalam hal biaya renovasi. Biaya investasi yang dikeluarkan untuk outlet Pakubowono sebesar Rp. 237.465.000,- (dua ratus tiga puluh tujuh juta empat ratus enam puluh lima ribu Rupiah), cukup besar dibanding outlet lainnya. Besarnya biaya investasi untuk outlet ini, dipengaruhi oleh luas areal outlet yaitu mencapai ± 170m² (paling luas dibanding outlet lainnya). Disamping itu juga karena pemakaian material meja saji stanless steel berkualitas dan pemilihan kursi yang lebih bagus (kursi dengan sandaran). Biaya investasi untuk outlet lainnya yaitu: Beji (Depok) sebesar Rp. 165.650.000,- (seratus enam puluh lima juta enam ratus lima puluh ribu Rupiah), Cendana (Bandung) sebesar Rp. 140.903.000,- (seratus empat puluh juta sembilan ratus tiga ribu Rupiah) dan Bintaro sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta Rupiah).

a. Arus manfaat (Inflow)

Manfaat atau inflow menggambarkan berapa uang yang masuk yang diperoleh dari penjualan produk Nilai pendapatan diperoleh dari penjualan produk yang dikalikan dengan harga jualnya. Harga jual produk adalah harga yang berlaku sesuai dengan harga saat kontrak berlaku. Nilai penjualan outlet Bakso Atom dapat dilihat pada Tabel 6.

Table 6. Nilai penjualan empat outlet Bakso Atom selama 3 (tiga) tahun (Rupiah)

Tahun Pakubuwono Beji Cendana Bintaro

(47)

Dari tabel 6 terlihat bahwa penjualan pada tahun 2008 pada ke-empat outlet mengalami penurunan. Penurunan penjualan berturut-turut sebesar 14

persen outlet Bumi, 10 persen outlet Beji, 27 persen outlet Cendana dan 4 persen untuk outlet Bintaro. Hal ini menurut pemilik dari masing-masing outlet disebabkan oleh adanya kenaikan harga BBM yang dirasakan cukup

mempengaruhi tingkat penjualan.

Pada periode September 2009 tingkat penjualan relatif stabil bahkan untuk outlet Bintaro mengalami sedikit peningkatan (±5 persen). Hal ini dirasakan oleh pemilik selain karena perekonomian yang mulai stabil, juga karena adanya tambahan fasilitas Free Hot Spot Area yang sedikit banyaknya mempengaruhi jumlah pengunjung. Untuk outlet Beji mengalami penurunan sebesar 3 persen, hal ini menurut pemilik karena adanya persaingan pendatang baru (bakso Joko) di areal sekitar lokasi dimana harga yang ditawarkan cukup rendah.

Secara keseluruhan pencapaian penjualan terendah adalah outlet Cendana (Bandung) dengan rata-rata omset harian hanya sebesar Rp.1.934.717,- (satu juta sembilan ratus tigapuluh empat ribu tujuh ratus tujuh belas rupiah). Hal ini menurut pemilik disebabkan oleh beberapa hal yaitu: lokasi outlet agak sulit dijangkau bukan merupakan jalur utama, disamping itu Bakso Atom di Bandung merupakan cabang pertama sehingga belum banyak dikenal masyarakat, dan dirasakan masih kurang promosi.

b. Arus biaya (Outflow)

Arus biaya adalah arus biaya-biaya yang terjadi dalam analisis kelayakan usaha Bakso Atom. Arus biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi digunakan untuk menyediakan tanah dan bangunan dengan fasilitas seperti listrik, telepon, pengadaan air bersih, toilet dan pantry.

Selain itu, biaya investasi juga digunakan untuk peralatan dalam menunjang kelengkapan kebutuhan outlet seperti meja saji stanless steel, meja tempat bumbu, meja kursi tamu, mesin cashier, freezer, motor delivery box dan materi promosi diantaranya display dalam ruangan (neon

(48)

Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari usaha bakso atom. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variable (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha ini terdiri dari gaji karyawan, listrik, telepon, keamanan, kebersihan dan tunjangan hari raya (THR).

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung dari penjualan yang dihasilkan. Besar biaya variabel yang dikeluarkan setiap tahun untuk kegiatan usaha ini terdiri dari : (1) bonus insentif karyawan yang dikeluarkan sebesar Rp. 50,- per butir bakso yang terjual setiap harinya dan dibagi ke seluruh pegawai pada setiap outlet. Bonus penjualan dikeluarkan apabila penjualan melebihi target harian yang ditetapkan (untuk Bumi sebesar Rp.3.000.000,-, Beji sebesar Rp.2000.000,- Cendana sebesar Rp.2.000.000,- dan Bintaro sebesar Rp.3.000.000,-); (2) selisih penjualan (salah pencatatan, pembulatan atau adanya kelebihan pengembalian dari konsumen), biaya operasional (biaya bahan bakar kendaraan dan Gas), tagihan bakso dan tagihan belanja. Biaya lain-lain merupakan biaya pengeluaran intern outlet terdiri dari sewa, cicilan motor, pulsa dan alat tulis kantor (ATK).

c. Kelayakan finansial usaha

Berdasarkan cashflow pada Lampiran 4 diperoleh hasil untuk semua kriteria investasi usaha meliputi NPV, IRR, Net B/C dan Payback period. Hasil kelayakan investasi Bakso Atom Bintaro, Beji, Cendana dan Pakubuwono pada tingkat suku bunga 14 persen dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil kelayakan Investasi pada Tingkat Suku Bunga 14 persen

Nilai Kriteria

investasi Pakubuwono Beji Cendana Bintaro

NPV 71.404.011 33.244.550 4.857.773 55.508.016

IRR 30.38% 26.20% 16.51% 31.70%

Net B/C 1.30 1.20 1.03 1.37

(49)

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai NPV yang dihasilkan dari masing-masing outlet Bakso Atom adalah positif dapat disimpulkan bahwa usaha yang dilakukan menurut nilai sekarang adalah menguntungkan untuk dilaksanakan. Selanjutnya nilai IRR di atas tingkat suku bunga pinjaman, dapat diartikan bahwa apabila modal yang digunakan adalah pinjaman maka akan menguntungkan untuk diinvestasikan pada usaha Bakso Atom. Sedangkan dari B/C ratio mencapai nilai lebih besar dari 1 (satu) artinya investasi yang dikeluarkan sekarang sebesar satu rupiah untuk usaha Bakso Atom akan menambah nilai pendapatan bersih lebih dari satu rupiah. Dari kriteria investasi di atas, outlet Cendana memiliki kriteria investasi yang rendah. Hal ini dipengaruhi tingkat penjualan yang juga rendah.

Berdasarkan waktu pengembalian investasi, digunakan analisis payback period (PP). Hasil analisis yang dilakukan menyatakan bahwa

usaha bakso atom akan mencapai titik pengembalian investasi kurang dari umur ekonomis investasi tersebut atau berkisar 15-21 bulan. Dari keempat outlet tersebut, outlet Cendana memiliki tingkat pengembalian yang paling

lama, hal ini dipengaruhi oleh nilai keuntungan bersih yang diperoleh paling rendah dan nilai investasi yang cukup besar.

(50)

dengan batas error benefits ataupun terjadi peningkatan biaya investasi sampai dengan error cost, maka investasi dinilai masih layak untuk dilaksanakan. Jika sudah melewati ambang batas tersebut, maka investasi tidak lagi layak untuk dilaksanakan. Dapat dikatakan bahwa outlet Cendana sangat sensitif terhadap sedikit penurunan benefit dan adanya sedikit kenaikan nilai investasi.

Tabel 8. Titik Impas Bakso Atom (per hari)

BEP Realisasi

Outlet

Unit Rupiah Unit Rupiah

Pakubuwono 114 760.841 510 3.400.518

Beji 210 1.332.030 415 2.627.221

Cendana 193 1.125.721 331 1.934.717

Bintaro 234 1.465.954 509 3.364.982

Tabel 9. Sensitivitas penjualan Bakso Atom

Sensitivitas Pakubuwono Beji Cendana Bintaro

Error cost 30% 17% 3% 37%

Error Benefits -23% -20% -3% -27%

Dari indikator kelayakan usaha di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hal yang paling berpengaruh adalah tingkat penjualan. Pada kegiatan usaha dengan sistem franchise, peningkatan penjualan dapat dilakukan hanya dengan meningkatkan volume penjualan. Hal yang perlu diperhatikan dalam peningkatan volume penjualan adalah memahami konsumen yang meliputi karakteristik konsumen, keinginan, kebutuhan dan kepuasan konsumen.

C. Karakteristik Responden Bakso Atom

(51)

a. Usia

Responden didominasi oleh konsumen yang berusia antara 21-30 tahun (47 persen), selebihnya menyebar pada usia 31-45 tahun (44 persen). Dari data ini tergambar responden yang mengkonsumsi Bakso Atom berada pada usia produktif, dimana pada usia ini pada umumnya sudah mempunyai penghasilan dan peduli terhadap kesehatan. Proporsi usia responden dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Proporsi usia responden Bakso Atom b. Jenis Kelamin

Responden yang mengkonsumsi Bakso Atom pada umumnya adalah wanita (75 persen), dan jika dilihat dari status pernikahan ternyata responden yang berstatus menikah (53 persen) dan yang belum menikah (46 persen) sama-sama menggemari Bakso Atom. Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 7 dan proporsi status pernikahan pada gambar 8.

(52)

c. Status Pernikahan

Proporsi status pernikahan responden sesuai Gambar 8, Bakso Atom digemari baik oleh yang berstatus menikah maupun yang belum menikah.

Gambar 8. Proporsi status pernikahan responden Bakso Atom d. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah keluarga responden menunjukkan jumlah pengeluaran yang digunakan keluarga dalam mengkonsumsi atau membelanjakan barang dan jasa. Semakin besar jumlah anggota keluarga biasanya kecenderungan pengeluaran semakin besar. Berdasarkan Gambar 9, jumlah anggota keluarga responden antara 3 orang mendominasi (50 persen) dan yang terkecil adalah 1 orang (17 persen). Proporsi jumlah anggota keluarga responden dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Proporsi jumlah anggota keluarga responden Bakso Atom e. Pekerjaan

(53)

kemudahan dalam memperoleh makanan dibanding jika harus memasak sendiri. Proporsi pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Proporsi pekerjaan responden Bakso Atom f. Pendidikan

Pada Gambar 11 terlihat bahwa tingkat pendidikan terbanyak didominasi oleh responden berpendidikan Sarjana, yaitu 47 persen dan yang terendah adalah SMU (19 persen). Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap penerima dan pengartian informasi yang diperolehnya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pola pikirnya semakin sistematis dan ingin mendapatkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi dirinya (Sumarwan, 2003). Ditengah kesadaran masyarakat akan kesehatan, makanan sehat saat ini sedang menjadi trend. Selling point Bakso Atom mengedepankan bakso sehat, beda dengan bakso-bakso yang lainnya.

Gambar

Tabel.1 Bidang Usaha Waralaba di Indonesia
Tabel 2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Gambar 1. Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis (Kasmir dan Jakfar, 2007)
Gambar 2.   Matriks IE  Model GE (Rangkuti, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan potensinya, kawasan ini tepat sebagai kawasan rekreasi alam, rekreasi olah raga, maupun rekreasi

Asumsi yang digunakan untuk meramalkan produksi daging yaitu (a) dengan jumlah sampel dan bobot potong total yang digunakan merupakan total sampel dan total bobot potong yang

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah karakteristik perawat (umur, pendidikan, status perkawinan) dan lingkungan kerja (beban kerja, lama kerja, dukungan

Dari berbagai uraian diatas, secara sederhana dan detail program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin (PEKM) diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi

• Bibit tanaman untuk dijual. Barang jadi yang tersedia untuk dijual disajikan sebesar biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah.. b)

randu yang sangat signifikan menjadi penyumbang terbesar dalam kaitan- nya dengan penurunan ketersediaan sumber pakan, mengingat bunga ran- du merupakan sumber utama pengha- sil

Menurut Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, dalam kegiatan pendahuluan, guru: (1) mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan, (2) mendiskusikan kompetensi yang