• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha (BTU) (Studi Kasus Pada BNI UKC Cabang Karawang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha (BTU) (Studi Kasus Pada BNI UKC Cabang Karawang)."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI

KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU)

(STUDI KASUS PADA BNI UKC CABANG KARAWANG)

SKRIPSI

ARIF LESMANA H34066023

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ARIF LESMANA. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha (BTU) (Studi Kasus Pada BNI UKC Cabang Karawang). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI).

Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Keterbatasan modal merupakan salah satu penghambat utama bagi pengusaha skala mikro, kecil, dan menengah untuk mengembangkan usahanya. Diperlukannya sebuah lembaga yang dapat membantu para pengusaha tersebut di dalam penyediaan modal.

Sebagai salah satu lembaga keuangan milik pemerintah, Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. ikut berperan dalam pemberdayaan usaha skala kecil dan menengah. Melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dikemas dalam bentuk kredit BNI Tunas Usaha (BTU), PT BNI turut membantu pemberdayaan UMKM sekaligus meningkatkan proporsi kredit bagi para pelaku usaha tersebut. Penyaluran kredit BTU dilakukan melalui Unit Kredit Kecil (UKC) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Mekanisme penyaluran kredit BTU pada UKC Cabang Karawang tetap berpegang teguh terhadap prinsip 5C (character, collateral, capital, capacity, dan condition of economy). Penerapan prinsip tersebut dilakukan untuk mendapatkan kredit yang berkualitas, yakni tepat sasaran dan tidak terjadi keterlambatan/penunggakan di dalam proses penyelesaian angsurannya. Dari keseluruhan pengajuan kredit dengan total lebih dari 11 milyar yang masuk ke UKC Cabang Karawang, hanya sebesar 8,1 milyar (71 persen) yang direalisasikan. Usaha yang kurang layak, karakter yang kurang baik dan kepemilikan agunan merupakan salah satu alasan mengapa kredit yang diajukan tidak dapat direalisasikan oleh pihak UKC Cabang Karawang.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BTU dengan menilai karakteristik dari setiap nasabah penerima kredit BTU di UKC Cabang Karawang. Sampel yang digunakan adalah seluruh nasabah penerima kredit BTU pada UKC Cabang Karawang selama periode tahun 2010 sebanyak 57 nasabah. Alat analisis yang digunakan adalah analisis desktriptif dan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Dalam melakukan pengolahan data dengan alat analisis tersebut digunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14 for windows. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perealisasian kredit BTU adalah usia nasabah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman kredit, lama usaha, sektor usaha, pendapatan usaha per bulan, current ratio, agunan, dan jangka waktu peminjaman,

(3)

Dilihat dari karakteristik individu, debitur di UKC Cabang Karawang yang memperoleh rata-rata realisasi kredit paling besar berada pada kisaran usia 31 – 40 tahun dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Sementara itu untuk debitur dengan jumlah tanggungan keluarga 4 orang dan telah memiliki pengalaman kredit memperoleh rata-rata realisasi kredit BTU terbesar.

Dari karakteristik usaha diperoleh hasil bahwa sebagian besar debitur BTU adalah pelaku usaha yang bergerak di sektor non agribisnis yang memperoleh rata-rata realisasi terbesar. Semakin besar pendapatan debitur maka akan memperoleh realisasi kredit yang lebih besar. Lama usaha memberikan pengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU, semakin lama usaha berjalan maka akan memperoleh realisasi kredit BTU lebih besar. Dari karakteristik kredit, seluruh debitur BTU diwajibkan memiliki agunan minimal 30 persen dari total kredit yang direalisasikan. Jangka waktu pengembalian kredit 5 tahun memperoleh rata-rata realisasi kredit lebih besar.

(4)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI

KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU)

(STUDI KASUS PADA BNI UKC CABANG KARAWANG)

ARIF LESMANA H34066023

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha (BTU) (Studi Kasus Pada BNI UKC Cabang Karawang). Nama : Arif Lesmana

NIM : H34066023

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analsis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha (BTU) (Studi Kasus pada BNI UKC Cabang Karawang) adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun di perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Juli 2011

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 7 Febuari 1985. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara pasangan Bapak Yayat Hudaya dan Ibu Ai Suminarsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 5 Kota Bengkulu pada tahun 2007 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Negeri 4 Kota Bengkulu. Pendidikan Lanjutan Menengah Atas di SMU Negeri 2 Kota Bengkulu diselesaikan tahun 2003.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun laporan penelitian ini yang berjudul ”Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha (BTU) (Studi Kasus Pada BNI UKC Cabang Karawang)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilatarbelakangi pemikiran pentingnya akan infoirmasi mengenai mekanisme penyaluran kredit BTU dan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BTU baik bagi nasabah BNI maupun nasabah baru. Penulisan ini merupakan proses pembelajaran bagi penulis dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2011 Arif Lesmana

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun laporan penelitian ini. Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingannya, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti. MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi.

3. Ir. Narni Farmayanti, MS selaku dosen penguji komisi akademik yang telah memberikan berbagai saran dan masukan untuk penulis dalam upaya memaksimalkan penulisan skripsi ini.

4. Papa dan mama serta keluarga tercinta untuk dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik buat mereka.

5. Bapak Aan Sastradiningrat selaku pimpinan UKC Cabang Karawang beserta staf atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

6. Rekan-rekan kostan Riau 1 No 24 (Harry, Zey, Harly, Edinho, Chandra, Mas Budi, dan lainnya) atas kebersamaan dan sharing yang membangun penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh teman-teman seperjuangan Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Angkatan I yang tidak dapat disebutkan satu-persatu saya ucapkan terima kasih atas kebersamaannya.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ... 9

2.2 Perbankan dan Perkreditan ... 10

2.3 Hasil Penelitian Terdahulu ... 13

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

3.1 Kerangaka Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 17

3.1.2 Permintaan dan Penawaran Kredit Perbankan ... 18

3.1.3 Realisasi Kredit dengan Prinsip 5C ... 21

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

IV. METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30

4.3 Metode Penentuan Responden ... 31

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 31

4.4.2 Regresi Linear Berganda ... 31

4.4.3 Asumsi Dalam Analisis Regresi Linear ... 34

4.5 Hipotesis ... 36

V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG ... 37

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG ... 42

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT BTU PADA UKC CABANG KAAWANG ... 48

7.1 Rata-rata Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha (BTU) Menurut Karakteristik Individu, Usaha dan Kredit ... 48

(11)

7.1.2 Rata-rata Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha (BTU)

Menurut Karakteristik Usaha Nasabah ... 54

7.1.3 Rata-rata Realisasi Kredit BNI Tunas Usaha (BTU) Menurut Karakteristik Kredit ... 61

7.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit BTU ... 64

7.2.1 Usia Nasabah ... 66

7.2.2 Tingkat Pendidikan ... 67

7.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 68

7.2.4 Pengalaman Kredit ... 69

7.2.5 Lama Usaha Berjalan ... 70

7.2.6 Pendapatan Usaha Per Bulan ... 61

7.2.7 Sektor Usaha ... 72

7.2.8 Current Ratio (CR) ... 73

7.2.9 Agunan ... 74

7.2.10 Jangka Waktu Pengembalian ... 75

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

7.1 Kesimpulan ... 77

7.2 Saran ... 78

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun 2008 – 2009 Atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 1

2. Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja UMKM dan Usaha Besar 2008 - 2009 ... 2

3. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Periode Januari – Desember 2010 4

4. Trend Pengajuan dan Realisasi Kredit BTU UKC Karawang Januari - Desember 2010 ... 6

5. Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Usia Nasabah (2010) ... 49

6. Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Tingkat Pendidikan (2010) ... 50

7. Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga (2010) ... 51

8. Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Pengalaman Kredit (2010) ... 53

9. Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Lama Usaha (2010) ... 54

10.Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Pendapatan Usaha Per Bulan (2010) ... 56

11.Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Sektor Usaha (2010) ... 58

12.Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Current Ratio (2010) ... 59

13.Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Jumlah Agunan (2010) .... 61

14.Rata-rata Realisasi Kredit BTU Menurut Jangka Waktu Peminjaman (2010) ... 62

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pergeseran Kurva Permintaan Kredit ... 20

2. Pergeseran Kurva Penawaran Kredit ... 21

3. Mekanisme Kegiatan Penyaluran Kredit ... 25

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 29

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Formulir Permohonan BNI Tunas Usaha ... 80

2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 81

3. Laporan Kunjungan Setempat ... 82

(15)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. UMKM sanggup memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan juga merupakan sebagai salah satu sumber yang cukup besar bagi penerimaan pendapatan negara1. Peningkatan peran dan kegiatan usaha sektor UMKM semakin nampak khususnya sejak krisis tahun 1997. Ketika proses restrukturisasi sektor korporat dan BUMN berlangsung lamban, sektor UMKM telah menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dan bahkan mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Banyak terdapat usaha-usaha besar yang gagal akibat ketidaktahannannya terhadap terpaan krisis ekonomi, akan tetapi usaha di sektor UMKM mampu bertahan dan terus berkembang hingga sekarang.

Selama periode 2008-2009 nilai Produk Domestik Bruto (PDB) UMKM jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai PDB yang dihasilkan oleh sektor usaha besar. UMKM menjadi pemasok jumlah kebutuhan barang dan jasa sebanyak 58 persen atau lebih dari separuh kebutuhan barang dan jasa nasional. Nilai tersebut jauh lebih besar dari pada PDB yang dihasilkan oleh sektor usaha besar yang hanya 42 persen dari total secara keseluruhan (Tabel 1). Hal tersebut membuktikan bahwa keberadaan UMKM di Indonesia tidak dapat diabaikan.

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun 2008 – 2009 Atas Dasar Harga Konstan 2000

NO Skala Usaha Jumlah Perkembangan

2008 2009 Jumlah (%)

1 Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)

1.099.301,1 (58)

1.165.257,5 (58)

65.956,4 6,00

2 Usaha Besar 783.012,4 (42) 832.468,3 (42) 49.455,9 6,32

Jumlah 1.882.313,5

(100)

1.997.725,8 (100)

115.412,3 6,13

Sumber: Departemen Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah RI (2010)

1

(16)

Pertumbuhan dan peran sektor UMKM di dalam perekonomian nasional harus terus ditingkatkan, tidak saja karena ketangguhannya dalam menghadapi berbagai kejutan ekonomi, tetapi juga kemampuannya yang lebih besar dalam menyediakan lapangan pekerjaan. UMKM memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, yakni mampu menyerap sebesar 96,95 persen dari total tenaga kerja di Indonesia (Tabel 2). Selama periode 2008 - 2009, usaha mikro, kecil dan menengah telah mampu memberikan lapangan pekerjaan baru bagi 2,1 juta orang dan menciptakan lebih dari dua juta unit usaha baru. Jumlah tersebut mendominasi dari total keseluruhan unit usaha yang ada di Indonesia (99,9 persen). Ini merupakan bukti bahwa UMKM merupakan katup pengaman, dinamisator, dan stabilisator perekonomian di Indonesia. Pada sisi lain, terjadi penurunan jumlah tenaga kerja untuk sektor usaha besar, kurang lebih sebanyak 12.000 tenaga kerja selama periode 2008 - 2009. Hal tersebut merupakan akibat dari menurunnya jumlah unit usaha di sektor usaha besar.

Tabel 2. Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja UMKM, Usaha Besar 2008- 2009

NO Skala Usaha Tenaga Kerja Unit Usaha

2008 2009 2008 2009

1 Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)

88.739.744 (96,95)

90.896.270 (96,8)

49.824.123 (99,9)

51.257.537 (99,9)

2 Usaha Besar 2.788.518 (3,05) 2.776.214 (3,2) 4.463 (0,1) 4.372 (0,1)

Jumlah 91.528.262 (100) 93.672.484 (100) 49.828.586 (100) 51.261.909 (100)

Sumber: Departemen Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah RI (2011)

Sebagai salah satu potensi yang besar, pada kenyataannya UMKM juga menghadapi berbagai masalah. Permasalahan yang paling sering timbul dalam usaha pengembangan UMKM ini berhubungan dengan karakteristik yang dimiliki oleh UMKM itu sendiri. Beberapa karakteristik yang paling melekat pada sebagian besar UMKM antara lain:

1. Lemahnya struktur permodalan dan kurangnya akses untuk menguatkan struktur modal tersebut.

2. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bekerja pada sektor UMKM.

(17)

4. Kualitas barang yang dihasilkan relatif rendah. 5. Umumnya tumbuh dari usaha tradisional.

6. Kurangnya inovasi dan adopsi teknologi-teknologi baru. 7. Kurangnya akses pemasaran ke pasar yang potensial.

Berbagai macam karakteristik tersebut dapat dikatakan saling terkait yang mengakibatkan rendahnya daya saing sektor UMKM. Kebutuhan akan modal usaha merupakan faktor yang menyebabkan munculnya karakteristik-karakteristik lain. Ketidakmampuan UMKM untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas disebabkan UMKM tersebut tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk membayarnya. Keterbatasan modal juga mengakibatkan UMKM tidak mampu untuk mengadopsi teknologi-teknologi baru. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kurangnya inovasi berdampak pada rendahnya kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan. Output dengan kualitas yang rendah berkolerasi pada nilai jualnya yang rendah pula, sehingga pendapatan yang diperoleh usaha tersebut juga kecil.

Sebagian besar UMKM masih menggunakan/mengandalkan modal sendiri dalam menjalankan usahanya dan sering terlibat masalah dengan lembaga keuangan non formal akibat dari rendahnya aksesibilitas terhadap sumber-sumber pembiayaan formal. Keterbatasan akses pengusaha UMKM untuk mengembangkan usahanya terutama disebabkan oleh keterbatasan akses kepada lembaga perbankan, lemahnya administrasi dan lemahnya jaminan meskipun usahanya dinilai layak secara ekonomi. Keterbatasan modal tersebut menyebabkan para pelaku usaha menjadi sulit untuk dapat bersaing, sehingga upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kapasitas dan daya saing produknya tidak dapat dilakukan secara optimal.

(18)

UMKM tidak memiliki jaminan pinjaman yang sesuai dengan keinginan bank). Jaminan pinjaman dari KUR dijamin oleh pemerintah sebesar 70 persen dari total pinjaman yang diberikan. Penjamin yang bekerjasama dengan pemerintah adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Keberadaan KUR diharapkan dapat membantu pelaku UMKM dalam penyediaan modal dan pengoptimalan peran dan fungsi dari lembaga keuangan / perbankan.

Sejak awal diluncurkannya program KUR oleh pemerintah, banyak pelaku usaha mikro, kecil maupun menengah yang telah memanfaatkannya untuk tambahan modal usaha. Perlu diketahui sebelumnya, penyaluran KUR pada awalnya hanya dilakukan oleh enam Bank pelaksana saja yang disetujui oleh pemerintah, yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Bukopin. Namun sejak tahun 2009, sejumlah Bank milik Pemerintah Daerah (BPD) juga ditunjuk sebagai penyaluran KUR.

Tabel 3. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Periode Januari - Desember 2010

Bank

Target 2010 Realisasi

Target Bawah (Rp.Milyar) Target Atas (Rp.Milyar) Realisasi (Rp.Milyar) Persentase Jumlah Debitur Rata-rata Per Debitur (Rp.Juta) Target Bawah (%) Target Atas (%)

BNI 1.560 3.000 533 33,31 16,80 3.054 174,52

BRI 6.200 8.000 8.272 132,61 102,78 1.1016.334 75,08

Mandiri 1.845 3.000 1.439 77,13 47,43 7.798 184,53

BTN 610 650 589 96,39 90,46 1.954 301,43

Bukopin 500 700 182 35,56 25,43 1.137 160,07

BSM 400 450 382 81,50 72,44 1.412 270,54

BPD 2.000 2.200 1.710 85,51 77,73 20.720 82,52

JML 13.115 18.000 13.107 99,94 72,82 1.502.409 87,24

Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi usaha (2010)

*) Data KUR PT. BRI dan PT Mandiri per 01 Desember 2010, Data bank lain per 03 Desember 20102.

Tabel 3 menunjukkan penyaluran KUR periode Januari - Desember 2010. Dalam kurun waktu tersebut pemerintah telah menyalurkan total dana KUR lebih dari 13.107 milyar rupiah kepada 1.502.409 debitur melalui bank-bank yang

2

(19)

ditunjuk sebagai penyalur. Pemerintah sedianya telah menyiapkan anggaran untuk pelaksanaan program KUR sampai dengan 18.000 milyar. Namun pada kenyataannya dari anggaran yang telah disiapkan tersebut hanya menyalurkan sebesar 72 persen saja. Setiap Bank telah diberikan target masing-masing untuk dipenuhi jumlah kredit KUR yang harus di salurkan kepada yang membutuhkannya, yakni sektor UMKM.

Sebagai salah satu bank milik pemerintah, BNI ditunjuk sebagai bank pelaksana penyalur KUR. Oleh BNI program KUR tersebut dikemas dalam bentuk produk BNI Tunas Usaha (BTU). Kredit BTU adalah salah satu fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM terutama yang memiliki usaha yang feasible (layak secara ekonomi) namun belum bankable (memenuhi ketentuan perbankan) dengan plafond hingga 500 juta rupiah. Namun pada kenyataannya, pada periode Januari – Desember 2010 penyaluran KUR untuk Bank BNI berada pada posisi keempat di bawah BRI, Bank Mandiri dan BTN, baik dalam penyaluran dana KUR maupun jumlah debiturnya (Tabel 3). Jumlah dana KUR yang telah disalurkan oleh pihak BNI kepada debiturnya sebesar 533 milyar atau sebesar 33 persen dari target minimal yang telah ditetapkan. Dari total secara keseluruhan, BNI hanya memberikan kontribusi penyaluran KUR sebesar 4 persen saja. Kontribusi penyaluran KUR BNI sangat kecil bila dibandingkan dengan bank pesaing penyalur KUR lainnya, dimana BRI yang sangat dominan dalam penyaluran KUR yakni sebesar 63 persen dan diikuti oleh bank Mandiri sebesar 11 persen dari total keseluruhan.

1.2. Perumusan Masalah

(20)

dari lembaga keuangan adalah sebagai intermediasi yang menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana lebih dan kemudian menyalurkannya kepada sektor-sektor usaha yang produktif dalam bentuk kredit. Fungsi dari lembaga keuangan tersebut menjadikan dana yang tidak produktif dapat diolah menjadi dana yang dapat meningkatkan produktivitias atau profit bagi sektor UMKM.

Kabupaten Karawang sebagai salah satu wilayah yang terus mengalami perkembangan perekonomiannya, termasuk keberadaan sektor UMKM di dalamnya. Untuk mempertahankan eksistensi UMKM tersebut, maka UMKM harus memiliki pondasi yang kuat seperti modal yang besar yang dapat digunakan untuk menjalankan usahanya. Kendala modal dapat menyebabkan para pelaku UMKM menjadi sulit untuk bersaing, sehingga upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kapasitas dan daya saingnya tidak dapat dilakukan secara optimal.

Sebagai salah satu bank milik pemerintah, BNI ditunjuk dan diberi kepercayaan sebagai salah satu bank penyalur KUR. Penyaluran KUR dikemas dalam produk BNI Tunas Usaha (BTU) dengan plafond hingga 500 juta rupiah. Penyaluran kredit BTU dilakukan melalui Sentra Kredit Kecil (SKC) dan Unit Kredit Kecil (UKC). Salah satu UKC yang berperan dalam proses penyaluran kredit BTU adalah UKC cabang Karawang.

Tabel 4. Trend Pengajuan dan Realisasi Kredit BTU UKC Cabang Karawang Periode Januari - Desember 2010

Bulan

Debitur Nilai Kredit

Pengajuan (orang)

Realisasi (orang) (%)

Pengajuan (Rp. Ribu)

Realisasi

(Rp. Ribu) (%)

Januari 6 4 67 925,000 605,000 65

Febuari 6 3 50 735,000 535,000 72

Maret 9 6 67 1,390,000 960,000 69

April 8 6 75 1,140,000 845,000 74

Mei 7 5 71 1,090,000 780,000 71

Juni 8 6 75 860,000 640,000 74

Juli 9 5 56 810,000 510,000 62

Agustus 6 4 67 550,000 415,000 75

September 6 3 50 500,000 315,000 63

Oktober 7 4 57 730,000 455,000 62

November 6 6 100 1,375,000 1,075,000 78

Desember 7 5 71 1,215,000 975,000 80

Jumlah 85 57 67 11,320,000 8,110,000 71

(21)

Tabel 4 menunjukkan kinerja UKC cabang Karawang dalam proses penyaluran dan realisasi kredit BNI Tunas Usaha periode Januari sampai dengan Desember 2010. Selama periode tersebut UKC cabang Karawang telah merealisasikan kredit BTU sebesar 8 milyar lebih dengan total debitur sebanyak 57 nasabah. Nilai realisasi tersebut jauh lebih rendah dari total pengajuannya yang berjumlah lebih dari 11 milyar dengan jumlah calon debitur sebanyak 85 orang/usaha. Banyaknya jumlah pengajuan kredit BTU tidak sejalan dengan banyaknya jumlah kredit BTU yang direalisasikan. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat realisasi kredit BTU pada UKC cabang Karawang. Usaha yang belum layak, penyertaan sejumlah agunan dalam pengajuan kredit, serta karakter dari masing-masing individu merupakan sebagian dari faktor penting yang dipertimbangkan dalam penyaluran kredit BTU sebagai kredit yang diprioritaskan bagi sektor UMKM.

Pada dasarnya, produk BTU telah didesain dan diperuntukkan bagi usaha kecil dengan proses aplikasi yang lebih mudah dan cepat. Prosedur yang diterapkan dalam proses penyaluran BTU tidak jauh berbeda dengan prosedur penyaluran KUR yang ditetapkan oleh Pemerintah, karena produk BTU itu sendiri merupakan perpanjangan dari program KUR milik Pemerintah. Kemudahan aplikasi ini diantaranya berupa persyaratan umur usaha yang hanya 1 tahun untuk bisa dibiayai dan izin usaha yang cukup dari kantor kecamatan setempat. Lama proses realisasi kredit BNT lebih kurang 10 hari kerja. Penyesuaian dilakukan mengingat bahwa UMKM mempunyai karakteristik yang berbeda dengan usaha lainnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mekanisme penyaluran kredit bagi UMKM berbeda dengan penyaluran kredit bagi usaha besar. Sedikit prosedur yang berbeda dalam proses penyaluran kredit BTU ini adalah dimana setiap calon nasabah wajib menyertakan sejumlah agunan minimal 30 persen dari total kredit yang akan direaliasikan.

(22)

Desember 2010, nilai NPL pada UKC Karawang adalah 3,123. Nilai tersebut relatif besar walaupun dalam sebenarnya masih pada taraf aman. Oleh karena itu pihak UKC Karawang sebagai penyalur kredit BTU harus dapat mencermati bagaimana karakteristik dari calon nasabah dan usahanya untuk dapat menekan nilai NPL pada UKC Karawang.

Dari uraian diatas, maka diperoleh perumusan masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana prosedur dan mekanisme penyaluran kredit BTU pada UKC cabang Karawang ?

2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap realisasi kredit BTU di UKC cabang Karawang.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Menganalisis prosedur dan mekanisme penyaluran kredit BNI Tunas Usaha pada UKC Cabang Karawang.

2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi kredit BNI Tunas Usaha di UKC Cabang Karawang.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi pihak yang berkepentingan, baik penulis, mahasiswa, maupun UKC Karawang. Bagi penulis yaitu dapat menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh pada saat kuliah, serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang kredit serta pengalaman praktis dalam dunia perbankan. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan bahan pustaka dan referensi dan bahan pustaka untuk penelitian yang akan dilakukan. Bagi pihak UKC Karawang, diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pertimbangan bagi penentuan kebijakan selanjutnya dalam upaya meningkatkan total penyaluran kredit BTU sesuai dengan target dan tepat sasaran.

3

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia. Lebih dari 50 juta unit usaha yang ada di Indonesia dimana 99 persennya adalah sektor UMKM. UMKM memiliki banyak keterbatasan dibandingkan dengan perusahaan besar. Perbedaan yang paling mendasar jika dibandingkan dengan perubahan besar adalah dalam hal skala usaha. Hal tersebut menunjukkan bahwa ruang lingkup usaha UMKM sangat terbatas. Faktor lain yang membedakan yakni pada umumnya sektor UMKM belum memiliki legalitas usaha yang sah, sehingga sering disebut dengan sektor informal. Menurut S.V. Sethuraman dalam Wibowo (2002), sektor informal merupakan sektor usaha yang terdiri dari unit-unit usaha berskala kecil yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa, dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi dirinya masing-masing dan dalam usahanya sangat dibatasi faktor modal dan keterampilan.

Usaha mikro sebagaimana dimaksud keputusan Kementerian Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Usaha mikro dapat menerima kredit dari bank maksimal 50 juta rupiah.

(24)

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Usaha Menengah berdasarkan Undang-undang nomor 20 Tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Adapun karekteristik UMKM secara umum adalah sebagai berikut : - UMKM dimiliki oleh individu atau keluarga dan bertindak sebagai pengelola. - Ukuran perusahaan kecil dalam hal jumlah pekerja.

- Operasinya terbatas pada kumpulan modal yang tersedia.

- Wilayah operasi terbatas pada lingkungan sekitar, meskipun wilayah pemasarannya dapat melampaui wilayah tersebut.

2.2. Perbankan dan Perkreditan

(25)

masyarakat yang membutuhkan dana. Oleh karena itu bank harus dapat dipercaya oleh masyarakat sehingga nantinya masyarakat tidak ragu untuk menyimpan uangnya di bank.

Berdasarkan Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tangal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah ”badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. (Dendawijaya, 2005).

Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Secara ringkas fungsi dapat dibagi menjadi sebagai berikut :

a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding), berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito berjangka (time deposit).

b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending), dalam bentuk antara lain : kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit perdagangan.

c. Memberikan jasa-jasa lainnya (services) seperti transfer, kliring (clearing), letter of credit (LC), menerima setoran-setoran serta pembayaran.

d. Kegiatan di pasar modal : penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarrantor), wali amanat (trustee), perdagangan sekuritas (dealer).

(26)

Berdasarkan undang-undang nomor 10 tahun 1998 yang merupakan perubahan dari undang-undang nomor 7 tahun 1992, menyatakan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, kesepakatan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan phak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Dendawijaya, 2005).

Menurut Suyatno, dkk (2007) menyatakan bahwa dalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur kredit, yaitu :

1. Kepercayaan

Merupakan keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Kepercayaan ini timbul karena sebelumnya si pemberi kredit telah melakukan penyelidikan dan analisa terhadap kemampuan dan kemauan calon nasabah dalam membayar kembali kredit yang telah disalurkan.

2. Waktu

Suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3. Degreeof risk

(27)

4. Prestasi

Pemberian kredit tidak hanya diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat diberikan dalam bentuk barang atau jasa, yang dapat dinilai dalam bentuk uang. Dalam prakteknya transaksi kredit umumnya adalah menyangkut uang.

Sebagai agent of development, bank umum khususnya bank pemerintah memiliki tujuan dalam pemberian kredit, yakni :

1. Turut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan.

2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat.

3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu

Penyaluran kredit pada dasarnya harus melalui proses atau mekanisme yang telah ditetapkan oleh setiap masing-masing bank penyalur. Penelitian untuk mengetahui mekanisme penyaluran kredit telah banyak dilakukan sebelumnya, diantaranya Tarigan (2006) di BRI Unit Parung, Safitri (2007) di BRI Unit Ciampea, Gustianti (2007) di BRI Unit Citeureup, Hutagaol (2009) di BRI Unit Cigombong, dan Mulyarto (2009) di BRI Unit Leuwiliang.

(28)

Mekanisme penyaluran kredit harus melewati tahapan-tahapan ataupun prosedur yang telah ditetapkan yang meliputi pendaftaraan, pemeriksaan, pembinaan dan pengawasan. Pemeriksaan usaha calon nasabah tidak terlepas dari prinsip 5 C. Akan tetapi untuk kepemilikan agunan, tidak diwajibkan setiap nasabah untuk menyertakannya di dalam pengajuan kredit sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya. Mengingat kredit yang dieberikan adalah kredit untuk sektor UMKM, prinsip character menjadi faktor terpenting yang sangat dipertimbangakn oleh pihak BRI di dalam menyalurkan kreditnya. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh kredit yang berkualitas, yakni kredit yang tepat sasaran dengan meminimalkan terjadinya tunggakan dalam proses pelunasannya.

Sedikit berbeda dengan mekanisme penyaluran kredit yang dilakukan pada BRI Unit Ciampea, Safitri (2007). Terdapat kebijakan yang dilakukan oleh pihak BRI Unit Ciampea, dimana nasabah setia dari bank tersebut dapat memperoleh waktu lebih cepat dalam proses penyaluran kredit. Hal tersebut dikarenakan pihak dari BRI Unit Ciampea sudah cukup mengenal nasabahnya. Strategi kedekatan tersebut juga betujuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan nasabah, agar nasabah tetap loyal terhadap pihak BRI.

Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat diketahui bahwa pada dasarnya proses ataupun mekanisme penyaluran kredit hampir sama. BRI telah mempunyai ketetapan dan prosedur secara umum yang harus diterapkan oleh setiap masing-masing unitnya. Hanya saja setiap unit mempunyai kebijakan-kebijakan dari pemimpinnya yang dapat membantu di dalam mekanisme penyaluran kredit.

(29)

Risdwianto yang melakukan penelitian tentang penyaluran kredit pada Bank BRI menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan, frekuensi peminjaman, nilai agunan berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit. Akan tetapi variabel rasio modal terhadap aset memberikan pengaruh yang negatif terhadap volume kredit yang disalurkan oleh BRI. Pengaruh variabel tersebut bersifat nyata dan signifikan. Analisis dilakukan dengan menggunakan model OLS (ordinary least square).

Mulyarto yang melakukan penelitian pada nasabah BRI Unit Leuwiliang menyimpulkan hasil yang berbeda dengan apa yang diperoleh Risdwianto. Selain variabel nilai agunan dan frekuensi pengambilan kredit, variabel pendapatan, lama usaha dan modal usaha juga berpengaruh nyata terhadap realisasi kredit. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap realisasi kredit. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan alat analisis liniear berganda.

Hasil yang sama dengan Mulyarto juga diperoleh Hutagaol yang melakukan penelitian pada BRI Unit Cigombong serta Wangi yang melakukan penelitian Bank “X” di wilayah Bandung. Wangi menambahkan variabel aset usaha juga berpengaruh nyata terhadap realisasi kredit.

Lubis yang melakukan penelitian pada BRI Unit Cibungbulang menyimpulkan bahwa variabel omzet usaha per bulan, tingkat pendapatan bersih per bulan, dan jumlah kredit yang diajukan berpengaruh nyata dan positif terhadap realisasi KUR. Variabel jenis usaha memberikan pengaruh yang negatif dan nyata terhadap realisasi kredit KUR. Alat analisis yang digunakan yakni regresi linier berganda.

(30)

yang menjadi penyebab sangat typical, beragam dan conditional pada masing-masing nasabah, sehingga tidak bisa digeneralisasi.

Dari karakteristik usaha yang diteliti, ciri UMKM yang dilayani atau paling akses kepada KUR adalah usaha-usaha yang memiliki risiko paling kecil, dalam hal ini risiko yang dimaksud adalah peluang usaha untuk menunggak, sehingga usaha-usaha yang memiliki risiko lebih kecil akan diakses lebih cepat untuk menerima KUR. Usaha-usaha yang memiliki risiko menunggak paling kecil tentu saja adalah usaha-usaha yang memiliki capacity atau kemampuan usaha yang paling baik dan telah memiliki pengalaman dalam meminjam.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BNI Tunas Usaha di UKC Cabang Karawang ini menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui mekanisme penyaluran kredit. Bagaimana dan apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang calon debitur serta ketentuan ataupun prosedur dalam memperoleh kredit BTU di UKC Karawang. Dengan menggunakan analisis tersebut maka akan diketahui pula karakteristik dari nasabah UKC cabang Karawang.

(31)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran teoritis. Pengetahuan diperoleh dari ilmu-ilmu yang telah dipelajari dari sumber-sumber bacaan seperti buku teks, jurnal, skripsi dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya.

3.1.1. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam upaya memberikan kemudahan bagi usaha mikro, kecil dan menengah dalam memperoleh modal usaha. Latar belakang diluncurkannya KUR adalah adanya dana masyarakat yang dikumpulkan oleh Bank dan belum produktif. Adanya dana yang tidak produktif tersebut, maka pemerintah mengaeluarkan kebijakannya melalui Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Kebijakan tersebut diharapkan mampu mengembangkan sektor UMKM untuk dapat terus berkembang dan mampu mengoptimalkan penggunaan dana yang tidak produktif sebelumnya.

KUR diperuntukkan untuk sector UMKM yang telah feasible namun belum bankable. Pemerintah menunjuk Askrindo dan Jamkrindo sebagai perusahaan penjamin KUR. Penjaminan KUR tersebut diberikan oleh perusahaan penjaminan yang melakukan kegiatan dalam bentuk penjaminan kredit atau pembiayaan untuk membantu UMKM guna memperoleh kredit atau pembiayaan dari Bank pelaksana. Bank Pelaksana yang dimaksud adalah Bank Umum berdasarkan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang telah menandatangani Nota Kesepahaman Bersama (MoU) dengan Pemerintah dan Perusahaan Penjaminan. Adapun ketentuan pelaksanaan program KUR diawal peluncurannya tahun 2007 adalah sebagai berikut :

(32)

c. Pembagian risiko penjaminan : Perusahaan penjaminan 70 persen dan Bank Pelaksana 30 persen.

d. Penilaian kelayakan terhadap usaha debitur sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana

e. UMKM dan koperasi tidak dikenakan Imbal Jasa Penjaminan (IJP)

3.1.2. Permintaan dan Penawaran Kredit Perbankan

Berkembang atau tidaknya suatu usaha salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan modal. Penyediaan modal oleh pengusaha dapat diperoleh melalui modal sendiri ataupun modal dari luar (kredit). Modal sendiri adalah modal yang dimiliki secara pribadi yang digunakan untuk usahanya, sedangkan modal dari luar adalah modal yang berasal dari orang lain dengan tujuan untuk pengembangan usahanya.

Memulai suatu usaha biasanya membutuhkan modal dari luar selain dari modal sendiri. Sumber modal yang berasal dari luar dapat berasal dari sumber formal ataupun sumber non formal. Sumber modal yang formal berasal dari lembaga keuangan formal bank dan non bank. Sumber non formal merupakan lembaga keuangan non formal, seperti pelepas uang (rentenir), pedagang ataupun pengijon. Modal dari luar dapat juga berasal dari kredit.

Kebutuhan akan kredit memang diperlukan oleh seluruh bidang usaha termasuk sektor UMKM. Hampir sebagian pihak perbankan memberikan kemudahan kredit bagi para pelaku bisnis untuk mengembangkan usahanya. Tetapi pemberian kredit jarang diberikan oleh pihak perbankan bagi para pelaku usaha UMKM. Hal ini dikarenakan sektor UMKM yang masih dianggap rentan dalam kondisi keuangan perusahaannya. Namun atas dasar intruksi dari pemerintah sebagai proses penerapan kebijakan program KUR, pihak perbankan sudah mulai memberikan perhatiannya kepada pengusaha UMKM untuk menyediakan dana bagi pengembangan usaha di sektor tersebut.

(33)

jumlah/populasi usaha, dan ramalan di masa yang akan datang. Faktor-faktor lain seperti aktivitas perekonomian, kondisi internal debitur (perusahaan), dan faktor non-ekonomi lainnya turut mempengaruhi permintaan kredit (Armanto dalam Nuryakin dan Warjiyo 2006). Secara teori, suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit, cateris paribus. Artinya kenaikan suku bunga akan menurunkan jumlah kredit yang diminta sedangkan penurunan suku bunga akan menaikkan jumlah kredit yang diminta. Sedangkan kondisi perekonomian yang baik dan kondisi internal debitur yang sehat akan menaikkan permintaan kredit. (Nuryakin dan Warjiyo 2006) Selain itu, permintaan kredit perbankan juga dipengaruhi oleh inflasi dan nilai tukar. Secara teori, tingginya inflasi dan terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik menyebabkan penurunan permintaan kredit perbankan.

Penawaran merupakan banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Sedangkan penawaran kredit adalah besarnya uang yang dicairkan (direalisasikan) oleh pihak bank (kreditur) pada tingkat suku bunga tertentu dan pada periode tertentu. Pada sisi penawaran ini, Nuryakin dan Warjiyo (2006) berpendapat bahwa besarnya jumlah kredit juga ditentukan oleh suku bunga kredit dan faktor-faktor lain seperti karakteristik internal kreditur (bank), yang meliputi kapasitas kredit (Dana Pihak Ketiga), efisiensi operasional (BOPO), kualitas asset perbankan, permodalan, dan Non Performing Loans (NPL). Secara teori, suku bunga kredit berhubungan positif dengan jumlah kredit yang ditawarkan, cateris paribus. Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit, maka semakin besar penawaran kredit yang dilakukan oleh pihak perbankan, dan sebaliknya. Suku bunga kredit berpengaruh pada besarnya pendapatan bank tersebut. Sementara itu, rendahnya efisiensi dan kualitas aset perbankan, tingginya NPL, rendahnya modal dan kapasitas kredit akan menurunkan penawaran kredit.

a. Pergeseran Kurva Permintaan Kredit

(34)

kredit bergeser ke kiri atau ke kanan. Faktor tersebut dapat berupa pendapatan debitur, suku bunga pada bank lain dan berbagai faktor lainnya yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut mengakibatkan kurva permintaan bergeser dari A1

ke A2 atau dari A1 ke A3.

(i)

Kiri Kanan

A2 A1 A3

0 Qd2 Qd1 Qd3 Qd Kredit

Gambar 1. PergeseranKurva Permintaan Kredit Sumber : Mankiw (2006)

b. Pergeseran Kurva Penawaran Kredit

Pada sisi penawaran, pergeseran kurva penawaran merupakan sebagai akibat dari perubahan jumlah kredit yang ditawarkan, dimana tingkat suku bunga yang ditawarkan adalah tetap. Perubahan apapun yang dapat meningkatkan jumlah yang diinginkan oleh pembeli dan harga tetap maka akan menggeser kurva penawaran dari A1 ke A2 dan sebaliknya, perubahan apapun yang menurunkan

[image:34.612.113.498.55.748.2]
(35)

(i)

i

A3 A1 A2

0 Qs2 Qs Qs1 Qs Kredit

Gambar 2. PergeseranKurva Penawaran Kredit Sumber : Mankiw (2006)

3.1.3. Realisasi Kredit dengan Prinsip 5C

Pengertian realisasi kredit di dalam penelitian ini adalah jumlah/besar kredit yang diberikan pihak bank kepada debitunya. Realisasi kredit dinyatakan dalam rupiah. Banyak faktor yang dapat menentukan realisasi kredit. Realisasi kredit dapat saja melebihi dari nilai pengajuan kredit sebelumnya, jika dimungkinkan debitur tersebut mampu untuk dapat melakukan pembayaran/pelunasan kredit. Hal tersebut tentunya disesuaikan dengan kapasitas dari calon debitur.

[image:35.612.98.505.51.768.2]
(36)

Pihak perbankan dalam melaksanakan kegiatan perealisasian kredit secara sehat terlebih dahulu melakukan penilaian atau analisa terhadap calon nasabah. Menurut Kasmir (2003), penilaian dalam pemberian kredit kepada calon debitur dilakukan dengan penerapan ”Prinsip 5C” atau Five Cs of Credit, yakni :

1. Karakter (Character)

Pemberian kredit berdasarkan atas kepercayaan atau adanya keyakinan bahwa debitur mempunyai watak atau sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Selain itu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun menjalankan kegiatan usaha.

Manfaat penilaian character / karakter adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik, yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai seorang debitur. Karakter merupakan faktor dominan, sebab walaupun seorang calon debitur cukup mampu untuk menyelesaikan hutang-hutangnya, tetapi bila tidak ada itikad baik tentu akan membawa kesulitan.

Pada dasarnya pihak perbankan lebih suka memberikan kredit kepada nasabah yang telah lama menjadi nasabah bank tersebut. Hal ini dikarenakan pihak bank lebih mengetahui watak dan karakteristik debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bahkan pihak bank cenderung menambahkan jumlah kredit kepada nasabah lama tersebut.

2. Kapasitas (Capacity)

Kapasitas / capacity merupakan suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Jadi penilaian yang dimaksudkan adalah sampai dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut akan mampu untuk melunasi kewajibannya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

3. Modal (Capital)

(37)

seseorang semakin dipercaya untuk mendapatkan kredit. Pada dasarnya setiap calon debitur mengajukan kredit bertujuan untuk menambah modal usaha dalam upaya melakukan pengembangan usahanya. Pada pemberian kredit tidak semua pembiayaan atau modal akan sepenuhnya diberikan oleh pihak perbankan. Besarnya kemampuan modal calon debitur dapat diketahui dari laporan keuangannya. Semakin besar usaha calon debitur maka semakin mudah untuk memperoleh data tentang modal usaha calon debitur.

4. Agunan (Collateral)

Manfaat dari collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak dapat melunasi kreditnya. Jaminan juga dapat sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit tersebut harus dilunasi.

Penilaian terhadap jaminan harus ditinjau dari dua sudut, yaitu sudut ekonomis dari barang-barang yang menjadi jaminan, serta nilai yuridisnya yaitu apakah barang-barang yang menjadi jaminan telah memenuhi syarat-syarat yuridis untuk digunakan sebagai barang jaminan. Sedangkan untuk penilaian jaminan yang tidak berwujud kebendaan, tentu harus dilihat dari bonafiditas dari pemberi pinjaman, reputasi bisnis, dan juga perlu diperhatikan intensitas dari keterkaitan si pemberi jaminan bila kredit tersebut benar-benar mengalami kegagalan.

Jaminan yang dapat diajukan oleh debitur adalah sebagai berikut :

a. Jaminan benda berwujud, seperti tanah, bangunan, kendaraan bermotor, mesin-mesin atau peralatan, tanaman/kebun/sawah.

b. Jaminan benda tidak berwujud, merupakan surat-surat yang bisa dijadikan jaminan seperti sertifikat saham, sertifikat obligasi, sertifikat deposito, rekening tabungan yang dibekukan, promes dan wesel.

(38)

5. Kondisi Ekonomi (Condition of Economy)

Suatu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu. Hal ini mempunyai kemungkinan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit baik yang bersifat positif maupun negatif. Kondisi perekonomoian harus dianalisis paling tidak selama jangka waktu kredit sehingga dapat diketahui kondisi usaha akibat suatu kondisi ekonomi. Kondisi-kondisi tersebut antara lain meliputi :

a. Kondisi perekonomian secara nasional, regional dan global.

b. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku berhubungan dengan usaha yang dijalankan.

c. Kemudaha memperoleh sumberdaya dalam melakukan usaha. d. Tingkat suku bunga yang berlaku.

Kredit adalah bisnis yang berisiko, dimana ada kemungkinan kredit yang diberikan tidak dapat tertagih. Debitur (penerima kredit) dapat mengemukakan banyak alasan untuk menghindari tagihan. Disisi lain, Bank harus membayar setiap rupiah dana masyarakat yang ditempatkan padanya. Apapun yang terjadi pada kredit, Bank tidak boleh tidak membayar dana masyarakat. Bank tidak dapat mengatakan bahwa karena kredit yang diberikannya tidak tertagih, maka dana masyarakat belum dapat dibayarkan.

(39)

ANALISIS KREDIT PROPOSAL KREDIT (Kelengkapan Berkas)

DOKUMENTASI

PENCAIRAN DANA

[image:39.612.252.384.79.250.2]

PEMANTAUAN KREDIT

Gambar 3. Mekanisme Kegiatan Penyaluran Kredit 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

BNI merupakan salah satu lembaga keuangan terbesar milik pemerintah yang mempunyai komitmen fokus terhadap pelayanan dan bisnis. Pembiayaan dalam upaya pengembangan sektor UKM merupakan salah satu bentuk bisnis yang dijalankan oleh BNI. BNI memiliki komitmen untuk membantu dan mengembangkan para usaha kecil dengan menyediakan produk kredit kecil yang sesuai dengan kebutuhan pengusaha. Hal tersebut tercermin dengan diluncurkannya produk kredit BNI Tunas Usaha (BTU) yang merupakan penerapan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari pemerintah. Pelaksanaan program kredit BTU tersebut jaminannya dijamin oleh pemerintah dimana pemerintah yang bekerjasama dengan Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo).

(40)

Dalam penyaluran kredit usaha kecil dan menengah, BNI telah didukung dengan jaringan yang tersebar di seluruh pelosok, yaitu 51 Sentra Kredit Kecil (SKC), 112 Unit Kredit Kecil (UKC), 20 Sentra Kredit Menengah (SKM), 63 kantor cabang stand alone, 54 cabang syariah dan didukung 1040 kantor layanan.

Salah satu UKC yang ditunjuk untuk menyalurkan kredit BTU adalah UKC cabang Karawang. Kenyataan yang terjadi adalah proporsi kredit BTU yang telah direalisasikan relatif rendah dari pengajuan kerdit yang ada. Nilai kredit yang direaliasaikan hanya 71 persen dari pengajuannya. Rendahnya realisasi kredit BTU tersebut menjadi masalah yang harus diketahui mengapa hal tersebut bisa terjadi, sehingga perlu diketahui mekanisme penyaluran yang akan dianalisis secara deskriptif. Dari analisis deskriptif tersebut dapat diketahui karakteristik debitur kredit BTU. Karakteristik debitur sangat penting untuk diidentifikasi karena terkait dengan karakter nasabah maupun keberhasilan nasabah dalam menjalankan usahanya serta kemampuan dalam pengembalian kreditnya.

Pemilihan variabel/faktor yang diduga berpengaruh terhadap realisasi kredit BTU tersebut berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen UKC cabang Karawang serta didukung oleh referensi penelitian sebelumnya (terdahulu). Variabel yang digunakan untuk menduga pencairan kredit BTU ini berdasarkan karakteristik rumah tangga, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Secara rinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Karakteristik individu, meliputi variabel usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman kredit.

(41)

b. Tingkat pendidikan seseorang tercermin dalam tindakan dan perilakunya sehari-hari, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin berdisiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. Untuk itu, tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman berserta bunganya.

c. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi kredit. Semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka akan semakin besar pengeluaran untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari sehingga lebih besar proporsinya dalam menghabiskan pendapatan keluarga. Dengan demikian, semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin kecil peluang direalisasikan kreditnya mengingat pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang semakin besar.

d. Pengalaman kredit diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Semakin sering orang meminjam, maka debitur tersebut akan lebih memahami bagaimana pola kredit yang diajukan dan bagaimana memanfaatkannya, sehingga meningkatkan kepercayaan bank untuk menyalurkan kredit yang lebih besar. Adanya pengalaman kredit dapat dilihat karakter orang tersebut, apakah punya itikad yang baik di dalam pengajuan kreditnya atau tidak. Orang yang telah memiliki pengalaman kredit dapat dilihat sejarah perkreditan yang telah dilakukannya.

2. Karakteristik usaha meliputi lama usaha berjalan, pendapatan usaha per bulan, sektor usaha dan current ratio (CR).

a. Lama usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Semakin lama suatu usaha berjalan maka dapat dikatakan usaha tersebut dapat menjamin keberlangsungan usahanya, dan usaha tersebut layak untuk dibiayai dan dikembangkan. Disamping itu, pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang dijalankan.

(42)

Variabel pendapatan usaha per bulan merupakan salah satu variabel yang diteliti oleh Lubis (2009), Hutagaol (2009), Mulyarto (2007), dan Safitri (2007). Variabel pendapatan usaha per bulan berpengaruh signifikan terhadap realisasi kredit.

c. Sektor usaha diduga berpengaruh terhadap realisasi kredit, karena setiap usaha memiliki risiko yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk membayar angsuran pinjaman. Usaha di sektor agribisnis diduga memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan usaha non agribisnis, sehingga diduga debitur yang memiliki usaha non agribisnis memiliki peluang lebih besar untuk direalisasikan kreditnya. Variabel sektor usaha merupakan salah satu faktor yang diteliti Lubis (2009) dan faktor tersebut berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap realisasi kredit.

d. Variabel current ratio (CR) di dalam penelitian ini diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. CR merupakan rasio antara harta lancar dibanding dengan hutang lancar. Nilai CR yang telah ditetapkan oleh BNI sebagai syarat pengajuan kredit BTU adalah 1,0. Jika calon nasabah tidak dapat memenuhi syarat tersebut, maka proses realisasi kredit tidak dapat dilanjutkan.

3. Karakteristik kredit meliputi variabel agunan, jangka waktu peminjaman. a. Agunan merupakan jaminan yang disertakan pengusaha dalam melakukan

(43)
[image:43.612.128.492.184.651.2]

b. Jangka waktu peminjaman yaitu periode kredit atau jangka waktu pengembalian kredit. Jangka waktu peminjaman diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit karena semakin panjang jangka waktu yang kredit maka besarnya bunga akan diterima oleh bank akan lebih tinggi.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

Realisasi Kredit BTU < Pengajuan Kredit

Karakteristik individu:

Usia nasabah

Tingkat pendidikan

Jumlah tanggungan rumah tangga

Pengalaman Kredit

Karakteristik usaha :

Lama usaha

Pendapatan usaha dalam satu bulan

Sektor usaha

Current ratio (CR) Variabel-variabel yang mempengaruhi realisasi kredit BTU

Metode Regresi Linear Berganda

Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BTU di BNI Cabang Karawang

Model pencairan kredit

Rekomendasi

Karakteristik Kredit

Agunan

Jangka waktu peminjaman Kredit BNI Tunas Usaha

(44)

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BNI Tunas Usaha ini dilakukan pada Unit Kredit Kecil (UKC) Cabang Karawang. Bank BNI yang dipilih sebagai tempat penelitian karena telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai bank konvensional. Dipilihnya Kota Karawang sebagai tempat penelitian dikarenakan kota Karawang merupakan salah satu kota yang sedang berkembang. Banyak terdapat jenis kegiatan UMKM dari berbagai sektor usaha yang sangat berpotensi untuk dapat tumbuh menjadi lebih baik. Penelitian dilakukan pada bulan April tahun 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi dalam penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data yang diperoleh merupakan data responden/debitur yang melakukan kerjasama dengan pihak UKC Karawang yang diperoleh secara langsung dari perusahaan tempat dilakukannya penelitian. Data tersebut mengenai informasi perkreditan yang dilakukan oleh nasabah khusus untuk pengajuan dan pencairan program kredit BTU. Adapun data debitur yang akan diperoleh sebagai bahan analisis yakni terdiri dari karakteristik individu, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Ketiga karakteristik tersebut merupakan bagian penerapan prinsip 5 C yang digunakan sebagai dasar dalam proses penyaluran kredit.

(45)

4.3 Metode Penentuan Responden

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi dari nasabah penerima kredit BNI Tunas Usaha periode Januari sampai dengan Desember 2010. Populasi merupakan jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diselidiki karakteristik atau ciri-cirinya. Teknik populasi yang digunakan adalah populasi sasaran. Adapun jumlah nasabah kredit BTU tersebut berjumlah 57 nasabah, baik itu nasabah lama maupun nasabah baru. Nasabah kredit BTU tersebut berasal dari berbagai sektor ekonomi.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif disajikan dalam bentuk analisis deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif menggunakan alat analisis regresi liniear berganda.

4.4.1. Analisis Deskriptif

Menurut Nazir (2003), analisis deskriptif adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif mempunyai tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan gambaran umum BNI, syarat-syarat penyaluran kredit serta prosedur yang diterapkan untuk memperoleh kredit BTU yang dikeluarkan oleh UKC Cabang Karawang, maka dengan demikian akan diketahui mekanisme penyaluran kredit BNI Tunas Usaha serta karakteristik calon nasabahnya untuk di daerah Karawang dan sekitarnya berdasarkan prinsip 5C.

4.4.2. Regresi Linear Berganda

(46)

bebas yang digunakan untuk menjelaskan perilaku variabel tak bebas. Pada penelitian ini variabel terikat yang ingin diketahui adalah besarnya kredit yang disalurkan, sedangkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi diantaranya adalah usia nasabah, tingkat pendidikan (dummy), tingkat pendapatan usaha per bulan, jumlah tanggungan keluarga, lama usaha berjalan, pengalaman kredit (dummy), sektor usaha (dummy), agunan, dan jangka waktu peminjaman.

Besarnya penyaluran kredit dipengaruhi oleh beberapa faktor (Xi) yang

dapat dirumuskan ke dalam suatu fungsi kredit yang disalurkan (Y), secara matematis fungsi tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

Yi = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + ei

Dimana :

Yj = Besar kredit (rupiah) X1 = Usia nasabah (tahun)

X2 = Tingkat pendidikan

D = 0; jika pendidikan ≤ SLTP D = 1; Jika pendidikan ≥ SLTA X3 = Jumlah tanggungan keluarga (orang)

X4 = Pengalaman kredit

D = 0; jika tidak memiliki pengalaman kredit D = 1; jika memiliki pengalaman kredit X5 = Lama usaha (tahun)

X6 = Pendapatan usaha dalam satu bulan (rupiah)

X7 = Sektor usaha

D = 0; jika sektor usaha agribisnis D = 1; jika sektor usaha non agribisnis X8 = Current ratio

X9 = Agunan (rupiah)

X10 = Jangka waktu peminjaman (tahun)

a = konstanta

(47)

Dalam membuat suatu keputusan ada tidaknya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka digunakan Uji F, Uji t, dan koefisien Determinasi (R2). Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) secara bersama-sama (simultan), sedangkan uji t digunakan untuk melihat pengaruh setiap variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dalam penelitian ini. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14 for windows.

a. Uji-F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor (Xi) secara bersamaan (simultan) terhadap variabel terikat (Y). Pengujian ini adalah : H0 : b1 = b2 (semua faktor x tidak mempengaruhi Y)

H1 : b1 ≠ 0 (sekurang-kurangnya ada satu Xi yang mempengaruhi Y) Rumus uji F adalah sebagai beriukut :

Uji F =

)

/(

.

.

)

1

/(

.

.

k

n

sisa

kuadrat

Jumlah

k

regresi

kuadrat

Jumlah

Keterangan :

n = jumlah data histories

k = jumlah variabel independent Kriteria uji:

1. F hit > F tabel, maka tolak H0 berarti semua variabel bebas mampu secara

bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel tak bebas

2. F-hit < F tabel, maka terima H0 berarti semua varibel bebas tidak mampu

secara bersama-sama menjelaskan variasi dari variabel bebas.

b. Uji-t

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel terikat (Y). Dalam melihat pengaruh variabel X terhadap variabel Y, maka digunakan uji T. Rumus perhitungannya adalah:

Thitung =

)

(

bi

S

i

(48)

Dimana:

bi = koefisien regresi ke-I yang diduga

i

= parameter ke-I yang dihipotesiskan

S(bi) = standar deviasi atau simpangan baku dari bi i = 1,2,3,4

Bila t-hit > ttabel, maka tolak Ho artinya variabel-variabel bebas yang diuji

berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Jika t-hit <ttabel, maka terima Ho

artinya variabel-variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap bariabel tak bebas.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan model. Semakin tinggi keragaman dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin besar koefisien determinasi. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

R2 =

JKT

JKS

1

=

2 2

)

(

)

(

Y

Yi

Y

Yi

Dimana :

R2 = koefisien determinasi KS = Jumlah Kuadrat Sisa JKT = Jumlah Kuadrat Total Y = Nilai rataan respon Y = Nilai dugaan

4.4.2. Asumsi Dalam Analisis Regresi Linier

(49)

a. Uji Normalitas

Normalitas atau disebut juga uji kenormalan data diperlukan dalam analisis regresi linear berganda, hal ini disebabkan metode ini merupaka salah satu metode analisis parametrik. Kenormalan diketahui melalui sebaran regresi yang merata di setiap nilai. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan melihat plot garis dari standardized residual cumulative probability. Apabila sebaran data berada pada garis normal, maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran yang normal dan sebaliknya jika tidak terletak disekitar garis, maka data tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai variabel terkait (Y) bervariasi dalam satuan yang sama. Untuk menguji asumsi ini, dibuat plot antara standardized residual dengan faktor X. Jika tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut maka dikatakan bahwa data tersebut homogen.

c. Multikolinieriatas

Kolinier ganda (multikolonierity) merupakan hubugan linier yang sama kuat antara peubah-peubah bebas dalam persamaan regresi berganda. Adanya kolinier berganda ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Pendeteksian terjadinya suatu kolinier ganda, dapat dilihat pada hasil VIF (Variance Inflation Factors). Nilai VIF dapat diperoleh dari persamaan :

VIF = 2

1

1

j

Gambar

Tabel 4. Trend Pengajuan dan Realisasi Kredit BTU UKC Cabang Karawang
Gambar 1. Pergeseran Kurva Permintaan Kredit
Gambar 2. Pergeseran Kurva Penawaran Kredit
Gambar 3. Mekanisme Kegiatan Penyaluran Kredit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. SHOFWAN, SH, M.Si Pembina

Dari nilai rata-rata variabel penelitian yang disebutkan dalam tabel 2.1 diatas, hubungan antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan selama tahun 2013 sampai dengan

Pada pembebanan dinamis a = 0,3 g efektif digunakan Tyresoil, penurunan yang dihasilkan oleh kondisi tanpa perkuatan sebesar 186 mm, setelah diberi perkuatan

Purwoceng dengan panjang tangkai daun dari yang terpanjang ke yang lebih pendek berturut-turut adalah yang ditanam di lokasi Cibadak, Cicurug, dan Gunung

[r]

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI.. JALAN JENDERAL GATOT

Waktu perealisasian KUR selama tujuh hari merupakan waktu yang dijanjikan oleh BRI dalam perealisasian dana setelah dilakukan survey lapang guna mengetahui

 Kelemahan   secara  struktur  biologis  yang  dimiliki  oleh  perempuan  dimanfaatkan  oleh  para  pelaku