• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antioksidan dan kompenen bioaktif Ubur-ubur (Aurelia aurita)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antioksidan dan kompenen bioaktif Ubur-ubur (Aurelia aurita)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF

UBUR-UBUR (

Aurelia aurita

)

AMELIA PRAMITA SINAGA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan dan

Komponen Bioaktif Ubur-ubur (

Aurelia aurita

) adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Amelia Pramita Sinaga

(4)
(5)

ABSTRAK

AMELIA PRAMITA SINAGA. Aktivitas antioksidan dan Komponen Bioaktif Ubur-ubur (Aurelia aurita). Dibimbing oleh NURJANAH dan AGOES MARDIONO JACOEB.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif pada ubur-ubur (Aurelia aurita). Aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode DPPH dan komponen bioaktif menggunakan metode Harborne. Ubur-ubur memiliki rendemen payung (59%), tentakel (37%) dan jeroan (4%), yang sangat potensial dan ekonomis untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Payung dan tentakel ubur-ubur kering ini mengandung air yang cukup tinggi (payung 68,67% dan tentakel 73,56%), lemak (payung 0,29% dan tentakel 4,55%), protein (payung 11,09% dan tentakel 6,68%), abu yang tinggi (payung 12,81% dan tentakel 14,77%) dan karbohidrat (payung 7,13% dan tentakel 0,42%). Ekstrak n-heksan payung dan tentakel ubur-ubur kering memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dari dua ekstrak yang lainnya, ditandai dengan nilai IC50-nya yang terkecil, yaitu 1.401,03 dan 1.357,25 ppm. Ekstrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan asam askorbat. Komponen bioaktif yang terdeteksi pada ekstrak kasar payung ubur-ubur kering adalah saponin dan pada tentakel terdeteksi komponen alkaloid, triterfenoid, dan saponin.

Kata kunci: ubur-ubur (Aurelia aurita), proksimat, antioksidan, komponen bioaktif ABSTRACT

AMELIA PRAMITA SINAGA. The antioxidant activity and bioactive component jellyfish (Aurelia aurita). Supervised by NURJANAH and AGOES MARDIONO JACOEB.

The objectives of this research were to determine the antioxidant and bioactive components on jellyfish (Aurelia aurita). Antioxidant activity was tested using the DPPH method and bioactive components using the method of Harborne. Yield value of jellyfish were umbrella (59%), tentacle (37%), and offal (4%) which was very potential and economical to be exploited further. The umbrella and tentacle from this jellyfish contain a very high moisture (68.67% for umbrella and 73.56% for tentacle), fat (0.29% for umbrella and 4.55% for tentacle), protein (11.09% for umbrella and 6.68% for tentacle), ash (12.81% for umbrella and 14.77% for tentacle), and carbohydrate (7.13% for umbrella and 0.42% for tentacle). The antioxidant activity of extract N-hexane from umbrellas and tentacles of dried jellyfish was bigger than two other extract, labeled with its smallest IC50 value, i.e. 1,401.03 and 1,357.25 ppm. Extract crude umbrella and tentacles of jellyfish dry having antioxidant activity that is extremely weak when compared with antioxidant activity of ascorbic acid. Components bioactive detected in extract crude umbrella of a jellyfish dry is saponin and on tentacles detected components an alkaloid, triterfenoid, and saponin.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

AMELIA PRAMITA SINAGA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan dan kompenen bioaktif Ubur-ubur (Aurelia aurita)

Nama : Amelia Pramita Sinaga

NIM : C34090008

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nurjanah, MS Pembimbing I

Dr Ir Agoes M Jacoeb, Dipl - Biol Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Mei 2013 dengan judul Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif Ubur-ubur (Aurelia aurita).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Nurjanah, MS dan Dr. Ir. Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.- Biol selaku dosen pembimbing, Dr Pipih suptijah, MBA selaku dosen penguji, serta staf dosen dan administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Mamak, Bapak, kakak Averina Sinaga dan adik-adik tersayang Alfian Sinaga dan Andi Roymondo Sinaga yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa. Di samping itu ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Marthin Pranatha Damanik, Riyan Aprianto, Yuni Kristina, Detti Pujiyanti dan Nurokmatunnisa’, Zaikanur, Christy Ariesta, Silvana Fofid, Margaretha Winem, Lukman Hakim, Ovintya serta teman-teman THP 46 (Alto) atas segala bantuan dan motivasinya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Analisis Penelitian 3

Preparasi Bahan Baku 3

Pengolahan Ubur-ubur Kering 4

Analisis Proksimat 4

Ekstraksi Bahan Aktif 4

Analisis Aktivitas Antioksidan 5

Analisis Komponen Bioaktif 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakteristik Bahan Baku 6

Rendemen Ubur-ubur (Aurelia aurita) 7

Komposisi Kimia Payung dan Tentakel Ubur-ubur (A. aurita) 7 Ekstrak Kasar Payung dan Tentakel Ubur-ubur (A. aurita) 8

Aktivitas Antioksidan Payung dan Tentakel Ubur-ubur 9

Komponen Bioaktif Payung dan Tentakel Ubur-ubur (A. aurita) 13

KESIMPULAN DAN SARAN 15

Kesimpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 18

(13)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia payung dan tentakel ubur-ubur (A. aurita) 7

2 Hasil uji aktivitas antioksidan Vitamin C 10

3 Hasil uji aktivitas antioksidan larutan kasar payung ubur-ubur (A. aurita) 10 4 Hasil uji aktivitas antioksidan larutan kasar tentakel ubur-ubur (A. aurita) 10 5 Komponen bioaktif ekstrak ubur-ubur (A. aurita) 13

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir kerangka penelitian 3

2 Payung dan Tentakel ubur-ubur kering 6

3 Rendemen ubur-ubur (A. aurita) 7

4 Rendemen ekstrak payung dan tentakel ubur-ubur (A. aurita) 9 5 Aktivitas asam askorbat dengan persen inhibisinya 11 6 Grafik hubungan konsentrasi ekstrak kasar payung ubur-ubur kering

dengan persen inhibisinya 11

7 Grafik hubungan konsentrasi ekstrak kasar tentakel ubur-ubur kering

dengan persen inhibisinya. 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi penelitian 18

(14)
(15)
(16)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan potensi perairan yang melimpah. Salah satu biota perairan yang belum termanfaatkan secara optimal dan memiliki nilai ekonomis adalah ubur-ubur (Aurelia aurita). Nilai produksi ubur-ubur menurut data statistik Indonesia pada tahun 2011 adalah 674.000 ton (KKP 2011). Potensi ubur-ubur seharusnya dapat termanfaatkan secara optimal karena banyak ditemukan di perairan Indonesia dengan jenis yang beragam. Ubur-ubur masih menjadi hasil tangkapan samping (by catch) di perairan Indonesia. Ubur-ubur diduga memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi meliputi vitamin, asam amino, mineral,taurin, dan asam lemak.

Ubur-ubur juga diduga memiliki kandungan komponen bioaktif. Komponen bioaktif yang diharapkan terdapat pada ubur-ubur adalah komponen bioaktif yang berpotensi sebagai antioksidan. Semakin majunya zaman menyebabkan semakin tingginya tuntutan terhadap aktivitas dunia kerja. Kondisi ini akan memaksa masyarakat untuk berpindah kepada hal-hal yang bersifat instant termasuk makanan. Makanan instant dapat mengandung xenobiotik (pengawet, zat warna, penyedap rasa, pestisida, logam berat atau zat kimia lain) yang beresiko akumulasi jangka panjang. Xenobiotik dapat menjadi radikal bebas di dalam tubuh manusia. Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif yang memiliki elektron tidak berpasangan di kulit terluarnya (Winarsi 2007). Radikal bebas di dalam tubuh manusia dapat menimbulkan berbagai penyakit misalnya serangan jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, penuaan dini, dan penyakit kronik lainnya. Konsumsi antioksidan dalam jumlah memadai dapat menurunkan resiko terkena penyakit degeneratif yaitu kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, dan lain-lain. Antioksidan terdapat secara alami pada bahan pangan, baik yang berasal dari daratan maupun perairan. Bahan pangan yang berasal dari perairan banyak mengandung komponen-komponen antioksidan. Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Sunardi et al. 2007).

Komponen bioaktif yang terdapat pada hasil perairan dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Komponen-komponen bioaktif tersebut yaitu alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan lain sebagainya (Harborne 1984). Komponen-komponen bioaktif pada ubur-ubur diharapkan memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Pengkajian ini bermanfaat untuk mengetahui pemanfaatan dari ubur-ubur dimasa yang akan datang.

Perumusan Masalah

(17)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif ubur-ubur.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif ubur-ubur.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan contoh, analisis komponen gizi, analisis aktivitas antioksidan, analisis komponen bioaktif, analisis data, serta panulisan laporan.

METODE

Penelitian aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif ubur-ubur dilaksanakan mulai Desember 2012 hingga Mei 2013. Preparasi dan analisis proksimat serta komponen bioaktif dilakukan di Laboratorium Pengetahuan Bahan Baku Industri Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ekstraksi dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika (Balitro) Cimanggu. Analisis aktivitas antioksidan di Laboratorium Biofarmaka.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubur-ubur dari pantai Cirebon. Bahan yang digunakan untuk proses pengeringan ubur-ubur adalah air, garam, dan tawas. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis proksimat adalah akuades, selenium, H2SO4, NaOH, HCl, asam borat (H3BO3), kertas saring, kapas, dan pelarut heksana. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk uji aktivitas antioksidan, yaitu ekstrak ubur-ubur, kristal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH), etanol, antioksidan sintetik Vitamin C sebagai pembanding. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk uji fitokimia meliputi pereaksi Wagner, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendroff (uji alkaloid), kloroform, anhidra asetat, asam sulfat pekat (uji steroid), serbuk magnesium, amil alkohol (uji flavonoid), air panas, larutan HCl 2 N (uji saponin), etanol 70%, larutan FeCl3 5% (uji fenol hidrokuinon), pereaksi Biuret (uji Biuret), dan larutan Ninhidrin 0,1% (uji Ninhidrin).

Alat

(18)

3

Payung m

Tentakel

Uji aktivitas antioksidan Pengeringan Preparasi sampel

ekstraksi

tabung reaksi, gelas Erlenmeyer, tabung soxhlet, pemanas Sibata tipe SB-6 (analisis kadar lemak); tabung kjeldahl, destilator, buret (analisis kadar protein); tanur Yamato tipe FM 38 dan desikator (analisis kadar abu). Alat yang digunakan untuk analisis aktivitas antioksidan adalah multipipette, micropipette, Microplate Spectrophotometer merek EpochTM, inkubator dan vortex. Ekstraksi menggunakan kertas saring Whatman 42, Erlenmeyer, rotary vacuum evaporator.

Prosedur Analisis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel ubur-ubur di pantai Cirebon, penentuan ukuran dan berat sampel, preparasi sampel, penghitungan rendemen serta analisis kimia yang terdiri atas analisis proksimat, analisis aktivitas antioksidan, dan analisis komponen bioaktif. Penelitian ini dilakukan dengan dua perlakuan yaitu analisis pada payung ubur-ubur kering dan tentakel ubur-ubur kering yang diberi perlakuan pemberian garam dan tawas, serta pengeringan. Prosedur kerja penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 Diagram alir metode penelitian.

Gambar 1 Diagram alir penelitian Preparasi bahan Baku

Sampel ubur-ubur yang telah diperoleh kemudian diukur morfometrik dan beratnya. Tahap selanjutnya adalah pemisahan bagian payung (daging) ubur-ubur dari tentakel dan jeroannya. Bagian payung dan tentakel yang diperoleh akan diolah menjadi ubur-ubur kering dengan penambahan garam dan tawas.

Ubur-ubur

(19)

4

Pengolahan Ubur-ubur Kering (Manuputty 1988)

Pengolahan ubur-ubur kering terdiri dari tujuh tahapan. Tahap pertama dilakukan dengan perendaman bagian payung (2.182 g) dan tentakel (1.384 g) dalam air tawar sebanyak 10 L dengan campuran tawas 50 gram dan didiamkan selama 3-5 jam atau sampai terlihat adanya lapisan tebal berwarna putih. Tahap ke-2, payung dan tentakel yang telah dibersihkan dari lapisan tebal berwarna putih, disusun pada wadah yang lain dengan bagian payung menghadap ke atas dan dibiarkan selama 3-4 hari. Di antara tumpukan payung dan tentakel diberi tawas 120 gram dan garam 600 gram.

Tahap ke-3 merupakan tahap dimana cairan dari payung dan tentakel sudah mulai berkurang. Payung dan tentakel dipindahkan ke wadah lain yang telah diisi dengan campuran tawas 60 gram dan garam 80 gram selama 3 hari. Selanjutnya pada tahap ke-4 payung dan tentakel dipindahkan pada wadah berikutnya, kemudian ditambah tawas 30 gram dan garam 40 gram. Setelah 4 hari tepi payung dan tentakel akan mulai terlipat kemudian dicuci dengan larutan garam. Bagian selaput tipis pada payung dan tentakel dibuang kemudian dicuci kembali dengan larutan garam.

Tahap ke-5 payung dan tentakel yang telah pipih disusun dalam wadah berikutnya dan diberi garam 300 gram. Setelah 3 hari, diberi perlakuan seperti pada tahap 4. Pada tahap ke-6 payung dan tentakel yang telah berbentuk lempengan disusun dalam wadah yang lain, kemudian ditaburi garam 200 gram (garam ditaburkan pada setiap lapisan). Larutan garam dimasukkan pada wadah hingga mencapai 4/5 bagian dari wadah tersebut. Bagian atas ditutup dan diberi pemberat agar mengurangi cairan dari lempengan payung dan tentakel. Selanjutnya pada tahap ke-7 lempengan payung dan tentakel dipindahkan ke wadah bersih.

Analisis Proksimat (AOAC 2005)

Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan yang meliputi, analisis kadar air, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu.

Ekstraksi (Quinn 1988)

(20)

5 evaporator. Penggunaan suhu rendah dimaksud untuk melindungi komponen bioaktif dari kerusakan akibat panas tinggi. Berdasarkan proses ini maka diperoleh ekstrak kasar n-heksana, estrak kasar etil asetat, dan ekstrak kasar metanol. Ekstrak kasar dari ketiga pelarut kemudian dimasukkan ke dalam botol ekstrak dan dilakukan beberapa uji yang meliputi uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan uji fitokimia.

Uji aktivitas antioksidan (Blois 1958 diacu dalam Hanani et al. 2005)

Aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH menggunakan ekstrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering dari ketiga pelarut yang telah dipekatkan kemudian dilarutkan dalam etanol p.a. Konsentrasi campuran ekstrak kasar dan etanol yang digunakan dalam penelitian ini antara lain 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm. Kontrol positif menggunakan asam askorbat (Vitamin C) dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm.

Larutan blanko dengan konsentrasi 5000 ppm dibuat menggunakan kristal DPPH yang dilarutkan dalam etanol p.a. Proses pembuatan larutan DPPH dilakukan dalam kondisi terlindung dari cahaya matahari. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan berdasarkan kemampuan sampel yang digunakan dalam mereduksi radikal bebas DPPH. Kontrol positif menggunakan larutan asam askorbat (Vitamin C) 100 ppm yang dibuat dengan cara melarutkan kristal asam askorbat pada etanol p.a. Larutan DPPH dengan konsentrasi 125 µM diambil sebanyak 100 µL dan ditambah dengan 100 µL ekstrak, kemudian dimasukkan ke dalam microplate yang telah disiapkan. Campuran larutan tersebut dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit. Serapan yang dihasilkan diukur dengan menggunakan Microplate Spectrophotometer merek EpochTM pada panjang gelombang 517 nm.

Presentase penghambat aktivitas radikal bebas (%inhibisi) diperoleh dari nilai absorben sampel. Persamaan regresi diperoleh dari hubungan antara konsentrasi sampel dan persen inhibisi. Nilai konsentrasi penghambat aktivitas radikal bebas sebanyak 50% (IC50) dihitung dengan persamaan regresi linear yaitu y = ax+b. Nilai IC50 diperoleh dengan memasukkan y = 50 serta nilai a dan b yang telah diketahui.

Uji fitokimia (Harborne 1984)

(21)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bahan Baku

Penelitian ini menggunakan sampel ubur-ubur yang memiliki bagian tubuh atas berupa payung berwarna putih transparan dan bagian bawah terdapat tentakel yang menjuntai dengan tekstur kenyal, serta tubuhnya mengeluarkan cairan berupa lendir. Berdasarkan hasil identifikasi sampel di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, sampel yang digunakan pada penelitian ini tergolong Aurelia aurita. Ubur-ubur yang telah diolah memiliki penampakan warna kekuningan dengan tekstur yang lebih kompak dan sangat elastis serta memiliki bau khas ubur-ubur. Nurrahman dan Isworo (2002) menyebutkan bahwa perendaman dalam larutan tawas menyebabkan tekstur daging ikan menjadi lebih kompak, kesat, dan keras. Hasil pengolahan tersebut sesuai dengan SNI (2010) mengenai spesifikasi ubur-ubur hasil pengolahan yang memiliki mutu baik.

Ubur-ubur yang digunakan untuk proses pengeringan adalah ubur-ubur yang memiliki diameter minimum 25 cm. Payung dan tentakel ubur-ubur mengalami penyusutan bobot. Penyusutan disebabkan adanya penambahan garam dan tawas yang pada prinsipnya untuk menarik cairan dalam tubuh dan menghilangkan lendir. Trimaningsih (2008) menyatakan bahwa tawas berfungsi untuk memperoleh penyusutan minimum agar lapisan ektoderm (lapisan kulit atau daging) ubur-ubur menjadi pipih dan kenyal serta garam yang berfungsi sebagai bahan pengawet dan pengering ubur-ubur. Tawas yang digunakan pada larutan perendaman adalah 5% dari bobot payung dan tentakel ubur-ubur. Menurut Edyarti (1984) dalam Sugiarto (2003) penggunaan tawas pada perendaman ubur-ubur adalah 2-7%, sehingga penggunaan tawas sebanyak 5% masih dalam kisaran aman untuk digunakan. Didukung dengan penelitian Haribi dan Yusrin (2005) bahwa variasi konsentrasi tawas 4%, 6%, 8%, 10% dan 12% yang digunakan untuk merendam ikan dengan variasi lama waktu perendaman ikan tidak menimbulkan variasi dalam penyerapan daging ikan terhadap ion aluminium. Haribi et al. (2009) menyatakan bahwa konsentrasi larutan tawas sebagai perendam makanan (ikan) mencapai 10%, tidak semuanya diakumulasi oleh makanan tersebut, karena sebagian besar tawas berikatan dengan koloid pada larutan perendam. Ubur-ubur yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b)

(22)

7 Rendemen Ubur-ubur

Rendemen ubur-ubur meliputi payung, tentakel, dan jeroan, yang nilainya disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Rendemen ubur-ubur

Gambar 3 menunjukkan bahwa rendemen daging yang meliputi payung dan tentakel memiliki persentase paling besar. Rendemen payung sebesar 59%, rendemen tentakel 37% dan jeroan sebesar 4%. Solihat (2004) menyatakan bahwa ubur-ubur memiliki rendemen daging yang paling besar. Besarnya rendemen yang dapat dimanfaatkan menjadikan ubur-ubur sebagai komoditas perairan bernilai ekonomis tinggi.

Komposisi Kimia Payung dan Tentakel Ubur-ubur

Komposisi kimia suatu bahan pangan perlu diketahui agar dapat menentukan kandungan gizi yang terdapat didalamnya. Kandungan gizi bahan pangan meliputi air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat. Komposisi kimia payung dan tentakel ubur-ubur kering dapat dilihat pada Tabel 1.

(23)

8

menghilangkan air yang terkandung dalam bahan pangan. Proses pemberian garam juga dapat menyebabkan berkurangnya kadar air yang terkandung pada ubur-ubur tersebut. Garam bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap air yang terkandung dalam bahan kemudian menurunkan aktifitas air dari bahan tersebut (Winarno 2008).

Kadar Abu

Kadar abu payung ubur-ubur kering hasil analisis adalah 12,81% dan kadar abu pada tentakel ubur-ubur kering adalah 14,77%. Hasil analisis kadar abu tersebut berbeda dengan hasil penelitian Aji (2011) yang menyatakan kadar abu payung ubur-ubur kering sebesar 3,26%, hal ini disebabkan adanya perbedaan waktu pengambilan sampel, umur dan ukuran sampel.

Kadar Protein

Kadar protein payung ubur-ubur kering adalah 11,09% dan kadar protein tentakel ubur-ubur kering adalah 6,68%. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Aji (2011) yang menyatakan bahwa kadar protein payung ubur-ubur kering sebesar 4,67% dan hasil penelitian Rackmil et al. (2009) menyatakan bahwa kadar protein pada ubur-ubur adalah 9,20% . Perbedaan tersebut diduga karena wilayah penangkapan, umur, ukuran dan perlakuan yang berbeda terhadap ubur-ubur tersebut sehingga kandungan protein berbeda.

Kadar lemak

Kadar lemak payung ubur-ubur kering sebesar 0,29% dan kadar lemak tentakel ubur-ubur kering adalah 4,55%. Hasil analisis tersebut berbeda dengan hasil penelitian Aji (2011) yang menyatakan bahwa kadar lemak pada payung ubur-ubur kering sebesar 9,20% . Kadar lemak yang rendah dapat disebabkan oleh kandungan air pada payung dan tentakel ubur-ubur kering yang tinggi, sehingga secara proporsional persentase kadar lemak akan turun secara drastis. Yunizal et al. (1998) menyatakan bahwa kadar air umumnya berhubungan terbalik dengan kadar lemak. Hubungan tersebut mengakibatkan semakin rendahnya kadar lemak, apabila kadar air yang terkandung di dalam bahan cukup tinggi.

Karbohidrat

Kandungan karbohidrat pada payung ubur-ubur kering sebesar 7,13% dan kandungan karbohidrat pada tentakel ubur-ubur kering adalah 0,42%. Kadar karbohidrat pada ubur-ubur hasil penelitian ini berbeda dibandingkan dengan hasil penelitian Aji (2011) yaitu sebesar 13,54%. Karbohidrat pada analisis komposisi kimia (proksimat) dihitung secara by difference. Rendahnya kadar air dan protein dapat menyebabkan kandungan karbohidrat suatu bahan meningkat.

Ekstrak kasar

(24)

9 sama halnya dengan nilai rendemen bahan. Nilai rendemen ekstrak dari masing-masing pelarut dapat dilihat pada diagram batang pada Gambar 4.

Gambar 4 Rendemen ekstrak payung dan tentakel ubur-ubur kering payung tentakel

Nilai rendemen ekstrak payung ubur-ubur kering tertinggi adalah ekstrak metanol sebesar 36,49 %, ekstrak etil asetat sebesar 1,6 % dan nilai ekstrak terkecil adalah ekstrak n-heksana sebesar 1,03%. Rendemen ekstrak tentakel ubur-ubur kering tertinggi adalah ekstrak metanol sebesar 42,1%, ekstrak etil asetat sebesar 0,71 % dan nilai ekstrak terkecil adalah ekstrak n-heksana sebesar 0,71%. Perbedaan nilai rendemen yang dihasilkan dari ketiga pelarut tersebut disebabkan perbedaan sifat polaritas larutan-larutan tersebut. Salamah et al. (2008) menyatakan bahwa rendemen ekstrak hasil maserasi dengan pelarut yang berbeda akan menghasilkan presentase rendemen yang berbeda. Rendemen ekstrak metanol tertinggi diduga karena ubur-ubur bersifat polar sehingga lebih banyak terlarut dengan metanol, namun komponen bioaktif pada ubur-ubur lebih banyak terlarut pada ekstrak etil asetat dan n-heksan.

Aktivitas Antioksidan

(25)

10

Tabel 2 Hasil uji aktivitas antioksidan larutan kasar payung ubur-ubur kering

Sampel payung % Tabel 3 hasil uji aktivitas antioksidan larutan kasar tentakel ubur-ubur kering

Sampel tentakel % ppm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa antioksidan asam askorbat merupakan antioksidan dengan aktivitas sangat kuat, sesuai dengan pernyataan dari Molyneux (2004) bahwa suatu bahan dengan nilai IC50 < 50 ppm merupakan antioksidan yang sangat kuat. Pengujian aktivitas antioksidan asam askorbat ini digambarkan dalam hubungan antara konsentrasi asam askorbat dengan persen inhibisinya, yang dapat dilihat pada Gambar 5.

(26)

11 Pengujian aktivitas antioksidan dari masing-masing ekstrak kasar payung ubur-ubur kering dan tentakel ubur-ubur kering menghasilkan hubungan antara konsentrasi ekstrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering yang digunakan dengan persen inhibisinya, yang dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.

Gambar 6 Grafik hubungan konsentrasi ekstrak kasar payung ubur-ubur kering dengan persen inhibisinya

Gambar 7 Grafik hubungan konsentrasi ekstrak kasar tentakel ubur-ubur kering dengan persen inhibisinya

Grafik pada Gambar 6 dan 7 menunjukkan bahwa persen inhibisi tertinggi dihasilkan oleh larutan yang mengandung konsentrasi ektrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering yang terbanyak, yaitu larutan dengan konsentrasi 800 ppm (pada masing-masing ekstrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering).

(27)

12

Persen inhibisi terendah dihasilkan oleh larutan yang mengandung konsentrasi ekstrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering paling sedikit, yaitu larutan dengan konsentrasi 200 ppm (pada masing-masing ekstrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering yang ditambahkan, maka semakin tinggi pula persen inhibisi yang akan dihasilkan. Hanani et al. (2005) menyatakan bahwa persentase penghambatan (persen inhibisi) terhadap aktivitas radikal bebas akan ikut meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi (Molyneux 2004).

Ekstrak n-heksan payung dan tentakel ubur-ubur kering memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dari dua ekstrak yang lainnya, ditandai dengan nilai IC50-nya yang terkecil, yaitu 1.401,03 dan 1.357,25 ppm. Ekstrak etil asetat payung dan tentakel ubur-ubur kering merupakan ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan yang paling lemah. Hal ini terbukti dari nilai IC50-nya yang terbesar, yaitu 5.380,00 ppm dan 6.412,85 ppm. Rendemen ekstrak payung dan tentakel ubur-ubur kering dengan pelarut n-heksan lebih sedikit dari rendemen ektrak kasar metanol dan etil asetat, tetapi aktivitas antioksidannya lebih kuat, hal ini diduga karena pada ekstrak kasar payung dan tentakel dengan pelarut n-heksan terdapat komponen bioaktif tertentu seperti alkaloid. Alkaloid telah diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/mL, kuat apabila nilai IC50 antara 0,05-0,10 mg/ml sedang apabila nilai IC50 berkisar antara 0,10-0,15 mg/mL, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 0,15-0,20 mg/mL (Blois 1958 dalam Molyneux 2004). Menurut klasifikasi tersebut, ketiga esktrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah, karena nilai IC50-nya lebih besar dari 0,20 mg/mL atau 200 ppm.

Ekstrak payung dan tentakel ubur-ubur kering yang digunakan dalam pengujian ini masih tergolong sebagai ekstrak kasar (crude). Ekstrak kasar ini masih mengandung senyawa lain yang bukan merupakan senyawa antioksidan. Senyawa lain tersebut ikut terekstrak dalam pelarut selama proses ekstraksi. Senyawa-senyawa ini dapat meningkatkan nilai rendemen ekstrak, tetapi tidak dapat meningkatkan aktivitas antioksidan ekstrak tersebut. Senyawa murni dari ekstrak kasar ini diduga memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi.

Vega et al. (2008) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan pada nematokis ubur-ubur jenis Chrysaora plocamia di perairan Cili memiliki persen inhibisi sebesar 65 %. Hasil yang didapatkan berbeda disebabkan oleh spesies ubur-ubur yang berbeda, habitat dan lingkungan yang berbeda. Berdasarkan penelitian Hardyanti (2011) aktivitas antioksidan pada anemon laut segar memiliki IC50 sebesar 916,94 ppm. Hasil yang didapatkan berbeda karena jenis, habitat lingkungan dan kondisi sampel penelitian yang berbeda.

Komponen bioaktif ekstrak kasar

(28)

13

Tabel 4 Komponen bioaktif ekstrak payung dan tentakel ubur-ubur kering No Jenis

sampel

Uji fitokimia

N-heksan Etil asetat Metanol

1 Payung

Hasil pengujian fitokimia pada Tabel 4 menunjukkan bahwa ekstrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering dengan menggunakan pelarut etil asetat payung dan tentakel mengandung komponen bioaktif yang lebih banyak dibandingkan dua ekstrak dengan pelarut lainnya. Komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak payung dan tentakel ubur-ubur kering dengan pelarut etil asetat antara lain alkaloid, saponin, triterfenoid, dan flavonoid. Komponen bioaktif yang yang terdeteksi pada payung dan tentakel ubur-ubur kering dengan menggunakan pelarut metanol antara lain alkaloid dan saponin. Komponen biaoktif yang terdeteksi pada ekstrak payung dan tentakel ubur-ubur kering dengan pelarut n-heksan antara lain alkaloid, saponin dan triterfenoid. Komponen alkaloid yang terdeteksi pada ekstrak tentakel ubur-ubur kering pada ketiga pelarut dapat menjadi sumber antioksidan .

(29)

14

alkaloid, komponen bioaktif yang terdeteksi pada payung dan tentakel ubur-ubur kering adalah saponin. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Saponin termasuk golongan triterpenoid yang mempunyai kerangka karbon berdasarkan isoprena. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, dan sering mempunyai titik lebur tinggi (Harborne 1987). Saponin bersifat toksik terhadap ikan dan binatang berdarah dingin. Saponin yang beracun disebut sapotoksin (Sirait 2007). Triterfenoid terdeteksi pada ekstrak kasar payung dan tentakel ubur-ubur kering menggunakan pelarut n-heksan dan etil asetat. Triterpenoid adalah senyawa alam yang terbentuk dengan proses biosintesis dan terdistribusi secara luas dalam dunia tumbuhan dan hewan (Sirait 2007). Steroid merupakan golongan senyawa triterpenoid. Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat (Harbone 1984).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ubur-ubur yang berasal dari Desa Gebang, Kota Cirebon, Jawa memiliki rendemen payung (59%), tentakel (37%) dan jeroan (4%), yang sangat potensial dan ekonomis untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Payung dan tentakel ubur-ubur kering ini mengandung air yang cukup tinggi (payung 68,67% dan tentakel 73,56%), lemak (payung 0,29% dan tentakel 4,55%), protein (payung 11,09% dan tentakel 6,68%), abu yang tinggi (payung 12,81% dan tentakel 14,77%) dan karbohidrat (payung 7,13% dan tentakel 0,42%).

Ekstrak N-heksan payung dan tentakel ubur-ubur kering memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dari dua ekstrak yang lainnya, ditandai dengan nilai IC50-nya yang terkecil, yaitu 1.401,03 dan 1.357,25 ppm. Komponen bioaktif yang terdeteksi pada tentakel adalah alkaloid dan saponin dalam ketiga jenis pelarut serta triterfenoid dalam pelarut n-heksan dan etil asetat.

Saran

(30)

15 DAFTAR PUSTAKA

Aji DU. 2011. Profil Asam Lemak Ubur-ubur (Aurelia aurita) sebagai Sumber Bahan Baku Hasil Perairan Kaya Manfaat [skripsi]. Bogor (ID). Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum Lycopersium L.). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 13(1):1-9.

Blois, MS.1958. Antioxidant determinations by the use of a stable free radical. Journals Nature 181: 1199-1200.

Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian 2(3):127-133.

Harborne JB. 1984. Phytochemical methods. Ed ke-2. New York: Chapman and Hall.

Hardyanti F. 2011. Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Anemon Laut (Stichodactyla gigantea) [skripsi]. Bogor (ID). Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Haribi R, Yusrin. 2005. Konsentrasi Aluminium pada Ikan Asap yang Direndam dalam Larutan Tawas. Dirjen Dik Ti Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta (ID).

Haribi R, Darmawati S, Hartiti T. 2009. Kelainan fungsi hati dan ginjal tikus putih

(Rattus norvegicus, L.) akibat suplementasi tawas dalam pakan. Jurnal Kesehatan. 2(2):11-19.

Haryati S. 2006. Optimalisasi Penggunaan Bawang Putih Sebagai Pengawet Alami Dalam Pengolahan Ikan Asin Jambal Roti. [tesis]. Bogor (ID). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ditjen Perikanan Tangkap. 2011. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2010. [internet]. [diunduh 7 Februari 2013]. Tersedia pada http//www.dkp.go.id.

Manuputty A. 1988. Ubur-ubur (Scyphomedusae) dan cara pengolahannya. Balai Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jurnal Oseanologi. VIII (2): 49-61.

Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical dyhenylpicrylhydrazil (DPPH) for estimating antioxidant activity. Journals science and technology: 26:211-219

Nurrahman, Isworo JT. 2002. Pengaruh perendaman dan konsentrasi tawas terdahap sifat fisik, kimia dan organoleptik ikan tongkol asap. di dalam Proseding Seminar PATPI Malang. 49-62. Malang (ID): UNIBRAW Press. Porto DD, Henriques AT, Fett-Neto AG. 2009. Bioactive alkaloids from South

(31)

16

Quinn R J. 1988. Chemistry of Aqueous Marine Extracts: Isolation Techniques in Bioorganic Marine Chemistry, Vol. 2.Verlag Berlin Heidelberg:Springer Rackmil M, Messbauer A, Morgano M, DeNardo D, Ellen S. 2009. Investigations

into the nutritional composition of moon jellyfish Aurelia aurita. J Drum and Croaker. 40:34-47.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2010. Ubur-ubur Asin - Bagian 1: Spesifikasi 2707.1: 2010. Jakarta (ID): BSN.

Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008. Penapisan awal komponen bioaktif dari kijing taiwan (Anadonta woodiana Lea.) sebagai senyawa antioksidan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 11(2):119-132.

Sirait. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Sugiarto H. 2003. Perikanan ubur-ubur. Warta Oseanografi. 17(2):14-16.

Sunardi, Kucahyo I. Uji aktivitas antioksidan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) terhadap 1,1 diphenyl-2- pycrylhidrazil (DPPH). Makalah Seminar Nasional Teknologi 2007. Yogyakarta, 24 November 2007. Solihat SH. 2004. Pemanfaatan ubur-ubur (Aurelia sp.) sebagai salah satu upaya

diversifikasi pembuatan kerupuk ikan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Trimaningsih. 2008. Mengenal Ubur-ubur. Warta Oseanografi-LIPI. 22(4): 32-38. Vega AM, Ogalde JP. 2008. First results on qualitative characteristics and

biological activity of nematocyst extracts from Chrysaora plocamia (Cnidaria, Scyphozoa). Departamento de Ciencias Básicas, Universidad Santo Tomás Iquique, Chile. 36(1): 83-86

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisus Yunizal, Murtini JT, Dolaria N, Purdiwoto B, Abdulrokhim, Carkipan. 1998.

(32)

17 LAMPIRAN

Lampiran Dokumentasi penelitian

Cawan pada kadar air Analisis kadar abu

Analisis antioksidan Analisis antioksidan

Fitokimia payung kering n-heksan Fitokimia payung kering etil asetat

(33)

18

Fitokimia tentakel kering etil asetat Fitokimia tentakel kering metanol

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Hinalang, Sumatera Utara pada tanggal 7 September 1991. Penulis merupakan anak kedua dari 4 bersaudara dari pasangan Drs. Linson Sinaga dan Dra. Hokni Damanik.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir penelitian  Preparasi bahan Baku
Gambar 2 (a) tentakel ubur-ubur kering (b) payung ubur-ubur kering.
Gambar 3 Rendemen ubur-ubur
Gambar 4 Rendemen ekstrak payung dan tentakel ubur-ubur kering        payung      tentakel
+4

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak metanol daging dan jeroan keong ipong-ipong memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dari dua ekstrak yang lainnya, ditandai dengan nilai IC 50 yang

Data hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut segar yang menggunakan pelarut metanol dan etanol dengan konsentrasi masing-masing menghasilkan Nilai

Ekstrak metanol daging dan jeroan keong ipong-ipong memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dari dua ekstrak yang lainnya, ditandai dengan nilai IC 50 yang

Pada penelitian ini, dilihat aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah pidada merah, pengaruh variasi konsentrasi ekstrak terhadap DPPH, nilai IC50 masing-masing

Uji aktivitas antioksidan pada masing-masing fraksi tersebut secara kuantitatif dengan metode yang sama dengan pengujian ekstrak yakni metode DPPH menggunakan

Pengujian aktivitas antioksidan pada masing-masing sampel ekstrak daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) secara kualitatif dilakukan menggunakan KLT dengan menggunakan fase

Hasil pengujian asam amino dengan menggunakan pereaksi Ninhidrin 0,10% menunjukkan bahwa hanya ekstrak kasar metanol semanggi air saja yang positif mengandung

Berdasarkan pengujian aktivitas antioksidan yang telah dilakukan disimpulkan ketiga sampel memiliki potensi aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 berturut- turut, 1,95 µg/ml ekstrak