• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi pekatan dan kristal pigmen oleh monasius purpureus TSTR 3090 sebagai pewarna merah alami makanan dan minuman serta stabilitasnya selama penyimpanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi pekatan dan kristal pigmen oleh monasius purpureus TSTR 3090 sebagai pewarna merah alami makanan dan minuman serta stabilitasnya selama penyimpanan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PRODUKSI PEKATAN DAN KRISTAL PIGMEN

OLEH MONASIUS PURPUREUS TSTR 3090 SEBAGAI PEWARNA

MERAH ALAMI MAKANAN DAN MINUMAN SERTA

STABILITASNYA SELAMA PENYIMPANAN

Oleh:

DRA. NANI RADIASTUTI, M.Si.

LEMBAGA PENELITIAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Ketua Lembaga PeneJitian DIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengesahkan penelitian dengan juduI " Produksi Pekatan Dan Kristal Pigmen OIeh Monasius Purpureus TSTR 3090 Sebagai !'ewarna Merah Alami Malmnan Dan Minuman Serta Stabilitasnya Selama Penyimpanan" yang dilaksanakan:

OJeh:

Dra. Nani Radiastuti, M.Si.

Mengesahkan :

AIN. Rektor UIN SyarifHidayatullah Ketua Lembaga Penelitian

PROF.DR. SYAMSlR SALAM, MS. NIP. 150183084

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (urN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PRODUKSI PEKATAN DAN KRISTAL PIGMEN OLEH

Monascus purpureusTISTR 3090

SEBAGAI PEWARNA MERAH ALAMI MAKANAN DAN MINUMAN SERTA

STABILITASNYA SELAMA PENYIMPANAN

Ringkasan

Pingmen angkak atau pigmen Monascus merupakan pigmen alami yang

diproduksi oleh Monascus purpureus. Pigmen merah ini telah banyak

digunakan sebagai zat pewarna makanan dan minuman di negara-negara

Asia seperti Cina, Jepang, Taiwan, Filipina dan Indonesia.

Pada penelitian ini pigmen angkak diproduksi melalui fermnetasi cair

dengan menggunakan media cair yaitu susu kedelai sebagai sumber nitrogen

dan cairan hasil fermentasi Saccharomyces sp R1. Media fermentasi

dilakukan dengan memvariasikan umur fermentasi Saccharomyces sp R1 (2

hari ,4 hari,6 hari,dan 8 hari) sebanyak 2,5% (v/v) dan variasi konsentrasi susu

kedelai (2,5%,5%,7,5%, dan 10% v/v). Fermentasi dilakukan dengan "Sheker Rotary" pada suhu kamar selama 7 hari. Hasil fermentasi diolah lebih lanjut

menjadi pekatan.

Hasil fermentasi menunjukkan jumlah pigmen yang tertinggi yaitu pad a

waktu fermentasi Saccharomycessp R1 4 hari dan konsentrasi susu kedelai

5% (v/v) dengan produksi pigmen sebesar 15,58 untuk pigmen kuning,

13,31untuk pigmen orange, 15,62 untuk pigmen merah.

Stabilitas zat warna angkak dipengaruhi oleh suhu, lama pemanasan, sinar

(4)

stabilitas pig men Monascus menurun semakin lama pemanasan, terlihat

sangat menurun pada pemanasan dalam oven pad a suhu diatas 100DC

selama 1 jam. Penurunan intensitas warna merah yang terjadi mencapai 44 %.

Sedangkan selama pemanasan 4 jam dalam air stabilitas pigmen tidak terlalu

menunjukkan perubahan warna secara visual, tetapi nilai absorbansi warna

merah menurun sampai 38%.

Stabilitas warna merah pekatan terhadap sinar matahari juga sangat

besar sebesar 65%. Sedangkan pengaruh pH lebih stabil pada keadaan netral

dan basa dalam bentuk pekatan daripada dalam suasana asam. Begitu juga

pengaruh kelarutan pigmen angkak dalam bentuk pekatan lebih mudah larut

(5)

JUDUL : PRODUKSI PEKATAN DAN KRISTAL PIGMEN OLEH

MonBscus purpureusTISTR 3090 SEBAGAI PEWARNA MERAH

ALAMI MAKANAN DAN MINUMAN SERTA STABILITASNYA

SELAMA PENYIMPANAN

PENELITI • NANI RADIASTUTI

NIP .150318610

PEKERJAAN. DOS EN BIOLOGI FAK. SAINS DAN TEKNOLOGI UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.

PENELITI

(NANI RADIASTUTI)

MENGETAHUI

(DR. AGUS SALIM, M.SI)

(6)

PRODUKSI PEKATAN DAN KRISTAL PIGMEN OLEH

Monascus purpureusTISTR 3090

SEBAGAI PEWARNA MERAH ALAMI MAKANAN DAN MINUMAN SERTA

STABILITASNYA SELAMA PENYIMPANAN

Peneliti

Nani Radiastuti

Disahkan Oleh :

Prof. Dr. Syamsir Salam

Kepala Lembaga Penelitian

LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulliah, puji dan syukur ke hadirat Allah swt, atas Rahmat dan

Hidayah-Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

laporan yang diberi judul

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan pad a

laporan penelitian ini. Oleh karena itu penulis menerima saran serta kritik dari

semua pihak, guna perbaikan dan penyempurnaan laporan penelitian ini.

Dalam kesempatan ini penulis ucapan terima kasih yang tulus dan rasa

hormat kepada Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor dan Prof. Dr. Syamsir

Salam yang telah memberi binbing an dan arahan, serta memberi masukan

dalam penulisan laporan ini. Terima kasih kepada Bapak Dr. Syopiansyah

Jaya Putra M.Sis atas diterimanya penelitian ini sebagai salah satu utusan dari

Fakultas Sains dan Teknologi, dan terima kasih kepada Bapak DR. Agus

Salim, M.Si sebagai konsultan penelitian ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik

secara langsung maupun tidak, yang tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu. Semoga amal baik mereka semua diterima oleh Allah swt., serta

mendapat balasan yang berlipat. Amin.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kehidupan

manusia, karena hanya i1mu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia

(8)

DAFTAR 151

Halaman

RINGKASAN ii

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR lSI , , , , , , vii

DAFTAR GAMBAR ., , , ,. viii

DAFTAR TABEL ., , , , , , ,

x

DAFTAR LAMPIRAN xi

I.PENOAHULUAN

A. Latar Belakang , ,. 1

B. Hipotesis ., , , , ,. 3

C. Tujuan , , , , , 4

II. KAJIAN TEORITIS , , , '" ., , '" ,. '" , 4

III. METODE PENELITIAN

A. Bahan , , 9

B. Cara Kerja , , , , , 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil .. , '" ., , 15

B. Pembahasan 15

V. KESIMPULAN DAN SARAN 31

VI. DAFTAR PUSTAKA 33

(9)

DAFTAR

GAM BAR

Hal

Gambar 1. Spektrum absorbansi ekstrak pigmen Monaseus pupureus dengan Pelarut organik , ' .. , . 7

[image:9.541.39.456.201.546.2]

Gambar 2. Pengaruh lama pemanasan terhadap stabilitas pigmen merah Monaseus purpureusWent TISTR 3090 ,.. , , .. , 19 Gambar 3. Pengaruh suhu terhadap kestabilan zat warna merah Monaseus

purpureusWent TISTR 3090 , , 20

Gambar 4. Pengaruh lama penyinaran matahari terhadap kestabilan zat warna merah Monascus purpureusWent TISTR 3090... , ... 23

Gambar 5. Pengaruh sul1u air terhadap kelarutan zat warna merah

Monascus purpureusWent TISTR 30909 , ,. 25 Gambar 6. Pengaruh pH terhadap kelarutan zat warna merah

Monascus purpureusWent TISTR 30909 , , 26

Gambar7. Kurva densitas optik zat warna merah sintetis pada panjang

gelombang Ie 500 nm 28

Gambar 8. Kurva densitas optik pigmen Monascus pada panjang

gelombang Ie 500 nm. 28

Gambar 9. Kapang Monascus purpureusWent TISTR 3090 pada agar miring dengan media PDA (Potato Dextrosa Agar) umur 7

hari... 41

Gambar 10. Inokulum Monascus purpureusWent TISTR 3090 pada

media tepung beras umur 4 hari... 41

Gambar 11. Hasil fermentasi Monascus purpureusWent TISTR 3090 umur 7 hari pada perlakuan 2,5%,5%,7,5%, dan 10% susu kedelai dan 4 hari waktu fermentasi Saccharomycessp R1 .... 42 Gambar 12. Hasil fermentasi Monascus purpureusWent TISTR 3090 pada

berbagai konsentrasi susu kedelai dan waktu fermentasi

Saccharomyces sp R1... 42 Gambar 13. Hasil fermentasi Saccharomyces sp R1 umur 4 hari ...セNNNNNN 43

Gambar 14. Perbandingan pengaruh sinar matahari selama 24 jam terhadap

(10)

Gambar 15. Perbandingan pengaruh lama pemanasan selama 1 jam, 2jam, 3 jam, dan 4 jam terhadap zat warna merah pigmen

[image:10.526.86.410.188.501.2]

Monascus sp 44

(11)

DAFTAR TABEL

Hal

[image:11.529.34.445.168.506.2]

Tabel 1. Hasil produksi pigmen ekstrasellular , , 36

Tabel 2. Daftar komposisi susu kedelai ,. 37

Tabel3. Hasil uji pengaruh lama pemanasan terhadap kestabilan zat warna merah Monascus purpureusWentTISTR 3090... ... ... 38 Tabel4. Hasil uji pengaruh suhu terhadap kestabilan zat warna merah

Monascus purpureusWentTISTR 3090 .. , ,. 38 Tabel5. Hasil uji pengaruh lama penyinaran terhadap kestabilan zat

warna merah Monascus purpureusWent TISTR 3090 38 Tabel6. Hasil uji pengaruh kelarutan terhadap kestabilan zat warna

merah Monascus purpureusWentTISTR 3090 , 39 Tabel7. Hasil uji pengaruh pH terhadap kestabilan zat warna merah

Monascus purpureusWentTISTR 3090 ., ,. '" 39 Tabel8. Uji pembentuk warna merah antara sirup marjan, bubuk pigmen

(12)

DAFTAR

LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Hasil produksi pigmen ekstraselluler ' " .. 36

Lampiran 2. Daftar komposisi susu kedelai 37

Lampiran 3. Hasil uji pengaruh lama pemanasan, suhu, dan lama penyinaran sinar matahari terhadap kestabilan zat warna merah Monascus purpureus Went TISTR 3090... ... .... 38 Lampiran 4. Hasil uji kelarutan dan pengaruh pH terhadap kestabilan zat

warna merah Monascus purpureusWent TISTR3090... ... 39 Lampiran 5. Uji pembentuk warna merah antara sirup marjan, bubuk

pigmen angkak, dan zat warna sintetis 40

Lampiran 6. Gambar Kapang Monascus purpureusWent TISTR 3090 pada agar miring dengan media PDA(Potato Dextrosa Agar)

umur 7 hari , , , ,. 41

Lampiran 7. Gambar hasil fermentasi Monascus purpureusWent TISTR

3090 umur 7 hari 42

Lampiran 8. Gambar hasil fermentasi Saccharomyces sp R1 umur 4 hari dan perbandingan pengaruh sinar matahari selama 24 jam terhadap zat warna merah pigmen Monascussp 43 Lampiran 9. Gambar perbandingan pengaruh lama pemanasan selama

1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam terhadap zat warna merah pigmen Monascussp dan perbandingan pengaruh lama

(13)

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Warna makanan merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah

makanan tersebut akan diterima atau ditolak oleh konsumen. Oleh karena itu

berbagai usaha diupayakan untuk mempertahankan agar makanan tetap

mempunyai warna yang menarik. Salah satu cara yang sejak jaman dahulu telah

diterapkan untuk memberikan warna yang menarik pada makanan adalah

dengan menambahkan pewarna makanan. Saat ini, sejalan dengan

perkembangan industri pangan di Indonesia maka pemakaian pewarna makanan

terutama pewarna sintetik juga semakin meningkat.

Menurut data Biro Pusal statistik (1990) jumlah impor pewarna sintetik

mencapai 372 ton. Akan tetapi, penggunaan pewarna sintetik ini perlu

diwaspadai karena banyak diantaranya yang menimbulkan bahaya terhadap

kesehalan. Dengan adanya kenyataan ini, maka penggunaan pewarna alami

yang umumnya aman bagi kesehatan perlu dipertimbangkan.

Alternatif tidak menggunakan pewarna sintetik yaitu menggunakan

pewarna alami yang diperolell dari tumbuhan, hewan atau mineral. Akan tetapi

menggunakan pewarna alami dari tumbuhan memiliki keterbatasan karena

pertumbuhan tanaman tergantung musim, iklim, dan letak geografis, sehingga

memerlukan waklu yang cukup lama.

Sampai sa at ini zat warna sintetis banyak sekali ragamnya, tetapi sangat

sedikit yang diizinkan untuk digunakan sebagai pewarna makanan dan minuman.

Zal warna sintelis pada umumnya mempunyai beberapa keuntungan dari pada

(14)

lebih stabil terhadap pengaruh fisika dan kimia. Tetapi zat warna sintetis

mempunyai kelemahan dalam hal toksisitasnya, sedangkan zat warna alami

umumnya tidak toksik seperti halnya zat warna sintetis.

Salah satl! mikroorganisme yang diketahui dapat memproduksi pigmen alami

adalah kapang Monascus purpureus. Kapang Monascus purpureusdapat

menghasil pigmen alami yang dikenal dengan nama 'angkak'

Angkak salah satl! pewarna alami yang telah dikenal luas dan digunakan

sejak ratusan tahun lalu. Angkak sebagai pewarna makanan alami berwarna

merah telah lama digunakan di negara-negara Asia terutama Cina, Jepang,

Taiwan, Thailand dan Filipina.

Zat pewarna alami Monascus memiliki warna yang konsisten dan stabil,

dapat bercampur dengan pigmen alami lainnya dan tidak beracun juga tidak

menimbulkan efek samping. Pigmen merah alami Monascus umum digunakan

umtuk memberi warna merah pad a produk-produk makanan dan minuman .

Sekarang ini diaplikasikan cukup luas pada produk-produk makanan, bahan baku

obat, dan juga dapat digunakan untuk bahan baku pewarna produk-prod uk

kosmetika.

Zat pewarna ini dihasilkan melalui proses fermentasi. Dalam proses

fermentasi Monascusjuga menghasilkan senyawa organik lain yang berguna

bagi kesehatan manusia, antara lain senyawa statin yang dapat dipakai untuk

(15)

B. HIPOTESIS

Oi Indonesia, angkak diproduksi dalam skala rumah tangga dengan

menggunakan beras sebagai medium fermentasi padat (Jenie et ai, 1994).

Oalam rangka mengembangkan proses produksi angkak dalam bentuk bubuk

(kristal) atau pekatan diharapkan dapat digunakan sebagai bentuk lain dari

produksi pig men angkak. Oiharapkan hasil angkak dalam bentuk bubuk memiliki

kelarutan yang lebih baik dibandingkan dengan angkak dalam bentuk beras

merah.

Stabilitas pigmen adalah masalah utama dalam penggunaan pewarna alami

(Wong & Koehler, 1983). Pigmen angkak memiliki kelarutan yang rendah dalam

air, sensitif terhadap panas dan cahaya, sehingga menghambat

perkembangannya untuk digunakan dalam industri makanan. Menurut Yuan

(1980), pigmen yang dihasilkan Monascus bersifat sang at larut dalam alkohol

dan sedikit larut dalam air. Lebih lanjut dilaporkan bahwa pigmen utama angkak

larut dalam metanol, kloroform, benzena, asam asetat dan aseton, tetapi tidak

larut dalam air dan petroleum eter. Berdasarkan hal tersebut diatas maka pigmen

yang dihasil dalam penelitian ini akan dicoba terhadap faktor-faktor fisik dan

kimia seperti pengaruh suhu, kelarutan dalam air dan alkohol, pengaruh pH,

Pengaruh pemanasan, pangaruh zat oksodator dan reduktor. Oari faktor kimia

dan fisik tersebut diatas, diharapkan bentuk bubuk maupun kristal pigmen

memiliki stabilitas yang tinggi, sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu

yang lama.

PERPUSTAKAAN UTAMA

UIN SYAHID JAKARTA

(16)

C. TUJUAN DAN SIGNIFIKANSI PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan produksi pig men dalam

bentuk konsentrat dan kristal sehingga aplikasi pad a makanan dan minuman

menjadi lebih praktis dan pemakaiannya dalam jumlah sedikit. Selain itu

diperoleh data pengaruh faktor fisik dan kimia dari pig men Monascus untuk membuktikan bahwa pigmen alami Monascustidak kalah mutunya dengan

pig men sintetis.

Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan informasi produksi zat

warna bagi industri kecil bahan makanan, atau memasyarakatkan pembuatan zat

warna alami dengan mengunakan fungi (cendawan), agar dapat dimanfaatkan

pada pewarna bahan makanan dengan harga yang relatif murah, mudah didapat

dan aman bagi kesehatan, karena selama ini banyak bahan makanan, terlebih

jajanan untuk anak-anak yang mengandung zat warna sintetis yang tidak aman

bagi kesehatan. Dalam penelitian ini akan dicoba pewarna Monascus

digunakan pewarna sirup, agar-agar, pewarna kue bolu, dan lain-lain. Tetapi

sebelum dikonsumsi oleh manusia sebelumnya di uji toksisitasnya.

II. KAJIAN TEORITIS

Salah satu pewarna makanan alami yang telah digunakan sejak ribuan tahun

yang lalu di Cina adalah angkak. Angkak merupakan produk yang dibuat dengan

cara fermentasi beras oleh kapang Monascus purpureus. Menurut Carels dan

Shepherd (1977) beberapa galur yang mampu memproduksi pigmen tersebut

adalah M. purpureus, M. rubropunctatus, M. rubiginosus, M. anka, M. majordan

M. berkeri. Menurut penelitian Fabre et at. (1993) M. ruberpun dapat

(17)

memproduksi angkak, karena galur-galur tersebut tidak dapat menghasilkan

pig men gelap yang diinginkan, misalnya M. albicans dan M. pilosus. Dari

beberapa macam spesies yang paling umum digunakan untuk membuat angkak

adalah Monascus purpureus (Heseltine, 1965).

Pigmen merah angkak terbentuk karena keluarnya cairan granular melewati

ujung-ujung hifa yang rusak pad aMonascus purpureus. Ketika kultur masih

muda, cairan ekstrusi tidak berwarna, tetapi seeara bertahap terjadi perubahan

menjadi kemerahan, merah kekuningan atau jingga bila kultur tersebut

ditumbuhkan pada agar kentang dekstrosa (PDA) (Hesseltine, 1965). Hal ini

terjadi karena pada waktu kultur masih muda, semua nutrien dipakai untuk

pertumbuhan dan setelah dewasa sebagian nutrien digunakan untuk

pembentukan pig men angkak (Carels & Shepherd, 1977).

Pigmen angkak umumnya digunakan untuk memberi warna merah pad a

produk-produk seperti anggur, keju kedelai, pikel sayuran, pasta ikan, keeap

ikan, tofu, wine,daging, dan ikan. (Steinkraus,1983; Leistner, 1998). Selain

sebagai pewarna, angkak dapat pula digunakan untuk preservatif alami

makanan, karena mempunyai sifat antibakteri. Menurut Wong & Bau (1977)

dalam Wong & Koehler, (1981) aktifitas antibakteri dari Monascus purpureus

yang diisolasi dari red rice menunjukkan bahwa produksi antibiotik tersebut aktif

terhadap Baecil/us, Streptococcus, dan Pseudomonas. Tiga genus bakteri ini umumnya yang ditemukan dalam makanan basi.

Beberapa bahan berguna seperti enzim , ester, alkohol, pigmen dan agen

hypoeholestrerol ditemukan dalam metabolisme Monascussp. Produksi pig men merah yang tinggi dan agen hypocholestrerol, monakolin K dapat

(18)

Selain itu menurut Lin et a/., (1992); Hasegawa, (1992) juga mencatat bahwa

pig men Monascus dapat digunakan sebagai bahan pewarna dalam industri

minuman dan kosmetika.

Penggunaan angkak sebagai zat warna memiliki beberapa keuntungan,

diantaranya adalah bahan bakunya cukup tersedia, produk yang dihasilkan baik,

pigmen yang dihasilkan konsisten dan stabil, larut dalam air. Angkak dapat

bercampur baik dengan pigmen alami lainnya, dan belum ada bukti

menunjukkan toksisitas atau karsinogen (Steinkraus, 1983).

Angkak dapat diproduksi dengan sistem fermentasi padat maupun cair.

Fermentasi padat maupun cair dapat menggunakan berbagai sumber karbohidrat

seperti beras, jagung dan gandum. Fermentasi dapat berlangsung selama 2-15

hari pada kisaran suhu 25-40° C (Yongsmith, 1998)

Pembentukkan pig men tergantung berbagai komposisi sumber karbon dan

surnber nitrogen. Beberapa modifikasi forrnulasi medium, faktor pH, dan suhu

dapat berpengaruh terhadap produksi pigmen-pigmen. (Yongsmith, 1998).

Menurut Kujumdzieva et a/., (1995), sumber-sumber karbon dapat berupa gula,

gula amino, gula alkohol (0,1-5%) dan surnber nitrogen dapat berupa amrnonia,

yeast, ekstrak jagung, asam -asam amino, glutamat (0,1-3%). Menurut Juzlova

et a/., (1994) bahwa etanol sebagai penunjang produksi pigmen lebih besar dari

pada gula. Sedang menurut Miyake at a/., (1984) dilaporkan, bahwa kornbinasi

rnaltitol dengan Mg-L-aspartate dan substansi amylosa rnemberikan efek sinergis

yang luar biasa pad a produksi pigmen Monascus.

Pigmen yang dihasilkan oleh Monascus sp bersifat sangat larut dalam

(19)

warna kuning. Puncak penyerapan warna terletak pada daerah sekitar 390 nm

dan 500 nm. Daerah puncak pada 390 nm menunjukkan komponen warna

kuning dan pada 500 nm menunjukkkan komponen warna merah (yuan, 1980).

Broder dan Koehler (1980) menyatakan bahwa pig men yang dapat dihasilkan

oleh Monascus sp dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut kloroform,

metanol, etanol, aseton, dimana hasil ekstrak terbaik adalah dengan

menggunkan metano!. Spektrum absorbansi pigmen yang diektrak dengan

menggunakan pelarut yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Spektrum absorbansi ekstrak pigmen Monascus pupureus dengan Pelarut organik : metanol .. .. ; kloroform . . . etanol

Aseton ( Broderdan Koehler, 1980) - - ,

-Pig men merah merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh

Monascus purpureus. Secara alami sintesis dan produksi metabolit oleh

mikroorganisme sedikit jumlahnya, sehingga untuk memperoleh metabolit

[image:19.522.46.425.210.501.2]
(20)

diperlukan usaha dan modifikasi, baik terhadap mikroorganismenya maupun

terhadap kondisi pertumbuhannya.

Stabilitas pigmen adalah masalah utama dalam penggunaan pewarna alami

(Wong & Koehler, 1983). Pig men angkak memiliki kelarutan yang rendah dalam

iar, sensitif terhadap panas dan cahaya, sehingga menghambat

perkembangannya untuk digunakan dalam industri makanan. Menurut Yuan

(1980), pig men yang dihasilkan Monasclls sp bersifat sangat larut dalam alkohol

dan sedikit larut dalam air. Lebih lanjut dilaporkan bahwa pigmen utama angkak

larut dalam metanol, etanol, klorofonn, benzena, asam asetat dan aseton, tetapi

tidak larut dalam air dan petroleum eter.

Berdasarkan kelarutannya maka ekstraksi pig men dapat dilakukan dengan

pelarut kloroform, aseton, etanol dan metanol. Puncak absorbansi pigmen terjadi

pad a daerah sekitar 390 nm untuk warna kuning dan 500 nm untuk warna merah

(Broder& Koehler, 1980).

Hasil penelitian Sutrisno (1987) terhadap zat warna merah yang dihasilkan,

ternyata zat warna merah yang dimodifikasi dengan menggunakan asam amino

asetat, asam p-amino benzoat dan asam glutamat lebih stabil terhadap pengaruh

fisik dan kimia serta memiliki daya larut yang tinggi dalam air.

Kestabilan zat warna angkak dalam larutan dipengaruhi oleh cahaya

matahari, suhu, pH, oksidator dan surfaktan non ionik (Boelhasrin et aI., 1982).

Menurut Yuan (1980), pada pH netral atau lebih tinggi lagi "hue" yang didapat

adalah merah keunguan pada pelarut etanol 70%. Pada pelarut yang sama juga

ternyata bahwa kestabilan pig men terhadap pengaruh sinar matahari dalam

(21)

kestabilan pig men terhadap panas memberi hasil bahwa pigmen di dalam etano!

70% sang at stabil meskipun dipanaskan lebih dari 100°C pada kondisi netral

atau alkali

III. METODOLOGI

A. BAHAN

Mikroorganisme

Biakan Monascus purpureusTISTR 3090 diperoleh dari culture collection

Pusat Penelilian Bioteknologi LlPI Cibinong-Bogor dan Saccharomycopsissp R1

dari culture collection BATAN Pasar Jum'at.

Bahan kimia.

- Sumber karbon: fermentasi Saccharomycopsis sp R1

- Sumber nitrogen: susu kedelai (buatan sendiri)

- Bahan kimia : KH 2 P04 0,25 w/v%. NaN03 0,21 w/v%. MgS04 7H20 0,1

w/v%, CaCI2. 2H20 0,001 w/v%, etano! 70%, etanol 100%, NaOH 1N, HC! 1N,

asam glutamat, kloroform, petroleum eter..

Medium

Medium pemeliharaan Monascus purpureus TISTR 3090 dan Saccharomycopsis

sp (PDA, Difco).

B.CARA KERJA.

Pembuatan Biakan Monascus purpureusTISTR 3090

(22)

dan 2 sebagai biakan kerja. Biakan tersebut ditumbuhkan pada agar

miring PDA selama 7 hari pada suhu 30°C (Hamdi at ai,1998 ; Shin at ai,

1998).

Pembuatan Biakan Saccharomyces sp R1

Saccharomyces R1 ditumbuhkan pad a agar miring POA selama 24

jam pad a suhu 30°C. Hasil biakan Saccharomyces R1 umur 24 jam

ditumbuhkan pad a medium POB 50 ml sebanyak 5 ose, kemudian diinkubasi

selama 24 jam, 120 rpm dan pada suhu kamar.

Persia pan Inokulum Saccharomycessp R1

Tepung beras sebanyak 1% (w/v) dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500

ml ditambahkan 300 ml aquades. Medium dipanaskan sambil diaduk dengan

magnetik stir kemudian disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121°

e,

tekanan

1,5 atm selama 15 meni!. Suspensi spora (inokulum awal) Monascus

purpureus sebanyak 20% (v/v) diinokulasi ke dalam medium yang sudah dingin dandiinkubasi dengan pengocokan pada 120 rpm, suhu ruang, selama

2 hari, 4 hari, 6 hari, dan 8 hari

Persia pan Suspensi Spora Monascus

Kultur yang telah tumbuh pad a agar miring POA ditambahkan

dengan 5 ml akuades steri!. Pengerikan dilakukan menggunakan ose,

sehingga diperoleh suspensi spora, kemudian dikocok menggunakan vortex

(23)

Inokulum untuk Produksi Pigmen.

Tepung beras sebanyak 5% (w/v) dimasukkan ke dalam erlemneyer 250 ml

kemudian ditambahkan 50 ml aquades. Medium dipanaskan sambil diaduk

dengan magnetik stir kemudian disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 1210 C,

tekanan 1,5 atm selama 15 meni!. Suspensi spora (inokulum awal) Monascus

purpureus sebanyak 1 ml diinokulasi ke dalam medium yang sudah dingin dan

diinkubasi dengan pengocokan pad a 150 rpm, suhu ruang, selama 4 hari

(Sukara, 2001)

Perhitungan Jumlah Spora (propagul kapang).

Suspensi spora kapang diencerkan sampai pengenceran 10'5 . Kemudian

disebar pada permukaan PDA dalam cawan petri. Inkubasi dilakukan pada suhu

28 °C selama 7 hari. Cara menentukan jumlah mikroorganisme per ml suspensi

dilakukan dengan membagi jumlah koloni terhitung dengan volume suspensi

yang diinokulasi dan dibagi dengan pengenceran yang digunakan (Ganjar et ai,

1992)

Pembuatan Media Fermentasi Monascus

Sebanyak 1000 mllarutan medium mengandung (0,25 w/v %) KH2P04 ,(0,

21 wlv %) NaN03, (0.1 w/v %) MgS04. 7 H20, (0,001 w/v %) CaC12.2 H20

(Miyake et ai, 1984). Sebanyak 50 mllarutan tersebut dimasukan ke dalam

erlenmeyer 250 ml, ditambah 3% tepung beras (w/v) , 5% cairan fermentasi

(24)

Pertumbuhan Monascus purpureus

Medium fermentasi diinokulasi dengan 1 ml inokulum Uumlah spora

Monascusper 1 ml adalah 15 - 19 x 106) . . Biakan diinkubasi selama 7 hari,

pada 30 aC pada inkubator shaker dengan kecepatan 150 rpm (Miyake et ai,

1984; Juzlova et ai,1994).

Penggandaan Skala Produksi Pigmen.

Penggandaan produksi pig men dilakukan seperti halnya dalam pembuatan

fermentasi cair pig men Monascus purpureus, namun menggunakan erlenmeyer

500 ml . Penggandaan produksi dibuat sebanyak 1000 ml medium. Hal ini

dilakukan untuk menyiapkan pekatan

Pembuatan pekatan pig men

Hasil fermentasi dari penggandaan produksi dipisahkan dengan cara filtrasi

menggunakan kertas saring whatman biasa no 4. Filtrat yang diperoleh

mengandung pigmen ekstraselular. Pigmen intraselular yang masih terikat di

dalam sel digerus dengan mortal, kemudian diekstrak 3 kali dengan alkohol 70%.

Kemudian filtrat sekarang mengandung pigmen ekstraselular dan pig men

intraselular, dipekatkan dalam 'rotary vacum evaporator' pad a suhu 70

ac

dengan tekanan 60 cmHg. Konsentrat yang diperoleh dikeringkan dalam oven

pada suhu 50

ac.

Konsentrat yang telah kering digerus sampai halus. Serbuk

tersebut kemudian diekstraksi dengan kloroform. Ekstrak dikisatkan di atas

(25)

b. Pengarllh Lama pemanasan

10 ml dari masing-masing larutan pigmen diatas dimasukkan ke dalam

tabung reaksi dan dipanaskan pada suhu 100°C selama 3 jam. Setiap interval

waktu 1 jam diukur perubahan absorbansinya pada panjang gelombang 400 nm

dan 500 nm. Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu volume larutan

diusahakan sam a seperti volume semula dengan menambahkan air suling panas

ke dalamnya.

c. Pengarllh Sinar matahari

10 ml dari masing-masing larutan pig men diatas dimasukkan kedalam tabung

reaksi dan ditempatkan dibawah sinar matahari dari mulai pukul 09.00 pagi

sampai 15.00 sore setiap hari. Uji ini dilakukan selama 4 hari berturut-turut

sehingga total penyinaran adalah 24 jam.Setiap 6 jam sekali dilakukan

pengukuran dengan spetrofotometer pad a panjang gelombang 400 dan 500 nm.

d. Pengaruh pH

Sebanyak 1 ml dari pigmen bubuk maupun pekatan angkak dimasukkan

dalam tabung reaksi, masing-masing ditambahkan 9 ml 0,01 M buffer Na-sitrat

pH 3, Na-fosfat pH 6 dan Na-karbonat pH 9,2, berturut-turut kemudian larutan

disimpan dalam suhu kamar selama 12 jam dan pengukuran dilakukan setiap

interval 3 jam (Jenieet ai, 1997)

e. Pengarllh kelarlltan dalam air.

(26)

dalam masing-masing tabung ditambahkan pigmen bubuk / kristal sebanyak 60

mg atau pekatan pig men sebanyak 2 ml sambil diaduk selama 30 detik.

Pengujian zat warna merah Pigmen Monascus dan sirup marjan

a. Pigmen Monascus

Bubuk pigmen 0,1 9 dilarutkan dalam 10 ml akuades. Suspensi pigmen

diencerkan dengan dilusi serial sampai dapat dibaca pada ), 500 nm.

b. Zat Warna Merah Sintetis

Zat warna untuk makanan sebanyak 0,1 ml (Arlificial cochined colour, carmosine CI 14720) dilarutkan dalam 100 ml akuades. Selanjutnya

pengenceran dilakukan melalui dilusi serial sehingga dapat dibaca pada Jc 500

nl1l.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Fermentasi substrat cair oleh M. purpureus dengan kombinasi 4 maeam hari

ferl1lentasi Saccharomyces R1 dan 4 l1laeal1l konsentrasi susu kedelai sebagai sUl1lber karbon l1lenghasilkan warna-warna dengan intensitas yang berbeda.

Pengamatan hasil ferl1lentasi dapat dilihat pad a Lal1lpiran 1-1 dan Tabell. Hasil

analisis pengukuran absorbansi dengan menggunkan panjang gelol1lbang 410

nl1l untuk warna kuning, 470 nl1l untuk warna orange dan 500 nm untuk warna

merah terlihat bahwa produksi pig men tertinggi pada yang ditumbuhkan pad a

konsentrasi susu kedelai 5% (v/v) dan lama fermentasi Saccharomyces R1 4

(27)

Fermentasi substrat cair dengan menggunakan sumber karbon berupa hasil

fermentasi Saccharomyces R1 dan susu kedelai menghasilkan warna-warna dengan intensitas yang berbeda yaitu merah tua, merah muda, orange, dan

kuning. Terjadinya perbedaan-perbedaan kadar zat warna yang dihasilkan dari

ke 16 perlakuan disebabkan oleh komponen-komponen yang terkandung

didalamnya, karena setiap perlakuan medium mempunyai komposisi yang

berbeda-beda. Sehingga kadar sumber karbon dan nitrogen dalam medium

harus yang sesuai untuk pertumbuhan Monascus purpureus. Pada penelitian ini,

fermentasi menggunakan konsentrasi susu kedelai 5% (v/v) dan lama

fermentasi Saccharomyces R1 5 hari memberikan hasil yang terbaik yaitu warna merah tua yang ditandai dengan nilai absorbansi tertinggi yaitu 1,558 untuk

pengukuran pada gelombang 410 nm (kuning), 1,331 pada pengukuran 470 nm

(oranye), dan 1,562 pad a gelombang 500 nm (merah).

Menurut Wong et aI., (1981) pertumbuhan M. purpureus dan produksi pig men dipengaruhi oleh perbandingan karbon dan nitrogen dalam substrat. Bila

konsentrasi karbon dalam medium meningkat, maka lebih banyak nitrogen

dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan maksimum. Menurut Carels dan

Sherpherd (1978) bila nitrogen yang tersedia dalam substrat habis, maka

intermediat yang terbentuk dari jalur metabolisme primer (glikolisis) adalah

senyawa metabolit sekunder.

Pad a penelitian ini pencampuran susu kedelai dan fermentasi

Saccharomyces sp ke dalam medium fermentasi ternyata dapat meningkatkan

produksi pig men. Pembentukan pig men ini terjadi melalui Iintasan asam asetat

(28)

·substrat habis maka hasil glikolisis dialihkan untuk membentuk metabolit

sekunder. Oleh karena itu untuk meningkatkan metabolit sekunder dari kapang

ini tidak diperlukan sumber nitrogen yang terlalu banyak karena akan tidak

mengahambat pengalihan glikolisis ke metabolit sekunder. Sehingga untuk lebih

cepatnya pengalihan tersebut diperlukan suatu prekusor yaitu berupa

asam-asam organik, dan asam-asam-asam-asam organik banyak dihasilkan dari fermentasi yeast

salah satunya dari jenis Saccharomyces sp. Hasil fermentasi Saccharomyces sp

banyak mengandung poliol dan asam-asam organik. Berdasarkan analisis

tersebut, maka fermentasi Saccharomycessp potensial digunakan sebagai

sumber nitrogen alami sebagai pengganti yeast ekstrakalami dalam medium.

Menurut hasil penelitian Juzlova eta/ (1994) yang menggunakan ekstrak yeast

sebanyak 0,025% dan sumber karbon berupa alkohol sebanyak 2%, dan hanya

menghasilkan pigmen kuning dengan nilai absorbansi 0,71 dan pigmen merah

dengan nilai absorbansi 0,27.

Konsentrasi susu kedelai dalam medium yang optimum adalah 5% (v/v) jika

melebihi 5%, maka penambahan susu kedelai tidak menghasilkan pembentukan

pig men yang optimal. Oleh karena itu untuk pembentukan pigmen yang tinggi

dalam medium fermentasi tidak diperlukan sumber nitrogen yang tinggi, karena

hanya akan menurunkan produksi pigmen.

Berdasarkan waktu fermentasi Saccharomyces sp 4 hari adalah waktu

yang tepat untuk menghasilkan asam-asam organik. Dengan demikian

fermentasi Saccharomyces sp sebagai penghasil alkohol dan asam-asam

(29)

2. Uji pengaruh lama pemanasan terhadap kestabilan zat warna merah

Hasil uji pengaruh lama pemanasan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar

2. Pada Gambar 2 terlihat bahwa pigmen Monacus yang dipanaskan selama 4 jam suhu 100°C menunjukkan terjadi penurunan intensitas pigmen merah akibat perlakuan inL Penurunan intensitas warna ini disebabkan terjadinya kerusakan

gugus khromofor zat warna tersebut yaitu perubahan-perubahan dari ikatan atau

gugus-gugus fungsionilnya. Hal ini terjadi ditandai oleh penurunan spektrum

absorbansi sebesar 40%. Selain itu, pengaruh lama pemanasan dalam jangka

waktu yang lama akan menyebabl<an timbulnya energi kinetik yang diduga

menjadi penyebab kerusakan tersebut. Kerusakan gugus kromofor ini akan

menyebabkan pemueatan zat warna, tetapi jika dilihat seeara visual tidak tampak

adanya perubahan warna yang berarti (Sutrisno, 1987). Berdasarkan penelitian

Fabr et aI., (1993) didapatkan bahwa pigmen merah angkak mengalami

degradasi sebesar 55 % setelah dipanaskan pad a 100°C selama 8 jam. Oleh karena itu, penggunaan pigmen Monascus dalam bentuk pemanasan atau

penyimpanan pada suhu dibawah <100°C selama 1jam tidak terlalu

memudarkan warna masakan karena pengaruh penurunan spektrum absorbansi

(30)

o

jam 1Jam

...-.--..

MセM

..-..-

MMMMMNMセᄋᄋMMᄋᄋᄋセᄋセᄋMᄋMᄋᄋᄋᄋMMᄋャ

100% ᄋLMMセMᄋMMMᄋᄋ⦅セセセᄋᄋᄋMᄋMᄋᄋMMMᄋMᄋMMMᄋᄋMᄋᄋᄋMᄋMi

I

80% i

60%

QMMᄋMᄋセᄋMBBGMMN・ZZZBBMQiiZZZMMセセᄋMMMMMᄋᄋセMQ

{Zセセ セセセ[セー・ュM。MB[ッNG[

III

40% 1···--··----·-···-····---··-··---···-··-

QセTPP

__

--.---J

0% iMMNMセセNMセM

__- ....

セ⦅MM⦅i

2jam 3jam 4jam

[image:30.529.43.453.56.510.2]

__Nセ __.__... ..__セ __.__..__セ .._ _ .._.... .. ... セ __ ._...J

Gambar 2. Pengaruh lama pemanasan terhadap stabilitas pig men merah Mon8scus purpureusWent TISTR 3090

2. Uji pengaruh suhu terhadap kestabilan zat warna merah

Hasil uji pengaruh panas dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 4

menunjukkan bahwa terjadj penurunan intensjtas pjgmen merah. Dari data

perlakuan antara suhu pemanasan masing-masing berbeda nyata. Penyimpanan

pig men pada suhu kamar 28°C selama 1 jam tidak menyebabkan perubahan

spektrum absorbansi warna merah, begitu juga penyimpanan pad a suhu 100°C

mas!h tetap stabil, tetapi setelah disimpan pad a suhu diatas 100°C selama 1

jam terjadi perubahan warna yang nyata. Perubahan in! berupa pergeseran

k!saran absorbansi pada spektrum yang berart! telah terjadinya pemueatan

warna. Pada suhu lebih dari 125°C selama 1 jam terjadi perubahan kisaran

panjang gelombang dominan, perubahan in! berarti bahwa telah terjadi

pemueatan pig men merah Mon8scus walaupun seera visual tidak tampak. Oleh

karena itu, sebaiknya pemasakan dalam oven dengan menggunakan pigmen

(31)

Hasil penurunan intensitas warna tersebut didukung oleh perubahan

spektrum absorbansi yang menunjukkan terjadinya kerusakan gugus kromofor

akibat adanya energi kinetik dari panas yang menyebabkan pemucatan warna.

Pig men lainnya yang sensitif terhadap pengaruh pemanasan adalah

antosianin, betalain, klorofil dan pigmen heme. Penyebab utama yang umum dari

kerusakan ini adalah karena timbulnya energi kinetik akibat pemanasan hingga

suhu 110 cC. ada dua mekanisme yang diduga menjadi penyebab kerusakan

tersebut, yaitu (1) terjadi hidrolisis pad a ketiga ikatan glikosidik antosianin dan

menghasilkan aglikon-aglikon yang labil; (2) terbukanya cincin pirilium sehingga

terbentuk gugus karbinol yang tidak berwarna. (Simpson et al., 1976)

2 0 % 1 - - - 1 セMMMMャG

-+-suhu

II

_ _ 500

-1>-400

28 C 100 C 125 C 150C 180 C

[image:31.532.34.439.187.597.2]

_ _ _ _ _ _. .J

(32)

3. Uji pengaruh sinar matahari terhadap kestabilan zat warna merah

Berdasarkan hasil anal isis terhadap pengaruh sinar matahari didapatkan

bahwa perlakuan pigmen terhadap lama penyinaran sangat berbeda nyata.

Waktu penyinaran 6 jam hari pertama menyebabkan penurunan nilai absorbansi

warna merah. Secara visual perubahan pig men setelah lama penyinaran 6 jam

menjadi sangat pudar yaitu berwarna merah pucat atau merah sangat muda

kebening-beningan. Pengaruh sinar matahari terhadap kestabilan zat warna

Monascus menurun intensitas warna merah sampai 65%.

Degradasi pigmen ini jelas terlihat dari perubahan spektrum yang terukur

pada Tabel 5 dan Gambar 4 terlihat bahwa adanya penurunan kisaran

absorbansi spektrum pada panjang gelombang 11 400 dan 11 500. Begitu juga

pada penyinaran hari kedua dan ketiga. Secara visual hari ketiga larutan pigmen

telah berubah dari merah tua pekat menjadi bening kerusakan ini terus terjadi

dengan bertambahnya waktu penyinaran.

Sinar matahari sangat mempengaruhi senyawa-senyawa kimia, begitu juga

terhadap zat warna akan mengakibatkan pemucatan, terutama terhadap zat-zat

warna alami yang kestabilannya sangat lemah. Pengaruh penyinaran ini

didasarkan atas sifat reduksi dari fotokimia yang dapat merubah struktur kimia

zat warna hingga warnanya lambat laun akan mengalami pemucatan dan

akhirnya hilang ( Sutrisno, 1987). Selain itu, cahaya matahari secara umum

menyebabkan kerusakan pad a bahan-bahan pangan, hal ini dimungkinkan besar

sinar matahari mengandung sinar ultra violet yang memiliki energi gelombang

yang sangat besar yang dapat menyebabkan terbentuk reaksi kimia dalam

(33)

Menurut Yuan (1980), pad a pH netral atau lebih tinggi lagi "hue" yang didapat

adalah merah keunguan pad a pelarut etanol 70%. Pada pelarut yang sama juga

ternyata bahwa kestabilan pig men terhadap pengaruh sinar matahari dalam

jangka waktu 1 minggu lebih baik dibandingkan dalam pelarut air. Pad a

penelitian ini pigmen dilarutkan dalam air sellingga stabilitasnya sangat menurun

pad a pengaruh sinar matahari. Oleh karena itu, untuk melarutkan pekatan

pigmen sebaiknya ditambahkan sedikit etanol kemudian etanol yang ada

diuapkan kembali.

Selain itu untuk menghindari pengaruh sinar matahari terhadap pig men

angkak sebaiknya pekatan pig men disimpan dalam suatu kemasan gelas yang

berwarna coklat atau polipropilen berlapis alumunium untuk menjaga stabilitas

pigmen. Menurut hasil penelitian Mitrajanty (1994) bahwa terjadi penurunan

kadar pigmen selama penyimpanan dapat disebabkan banyak hal. Mekanisme

penyebab kerusakan angkak secara pasti belum diketahui, tetapi diduga bahwa

selama penyimpanan dalam kemasan terjadi reaksi-reaksi yang menyebabkan

perubahan gugus kromofor pigmen. Kemungkinan perbedaan intensitas pig men

tersebut disebabkan karena perbedaan daya tembus cahaya dari tiap kemasan.

Polipropilen berlapis almunium memiliki daya pantul yang cukup besar yaitu lebih

(34)

100%

r--·---80% 1_--',,_

60% 1--· ---.--\'\:.- ..-_.--- - - --..- ----.-- .•. ---1 [=+-Iama penyinaran

II

1--ll1l-S00

JI

1__ - -.\--- -.NNZZセセM⦅⦅iLN .. -. I -L-400 I

I

20%

.1---...-··. [image:34.529.31.456.58.518.2]

o

jam 6 jam 12jam 18jam 24jam

Gambar 4. Pengaruh lama penyinaran matahari terhadap kestabilan zat warna merah Monascus purpureusWent TISTR 3090

4. Uji pengaruh kelarutan terhadap kestabilan zat warna merah

Hasil uji kelarutan dalam air dapat dilihat dalam Tabel 6 dan Gambar 5. Pada

Garnbar 5 terlihat bahwa suhu 80°C rnerupakan suhu yang paling baik untuk

melarutkan pekatan pig men Monascus dari pad a suhu yang lainnya. Setelah

dilarutkan pada suhu yang lebih tinggi yaitu 100

ac,

kelarutan pjgmen tetap

stabil.

Sentuk pig men dalam pekatan mudah larut dibandingkan dalam bentuk

bubuk rnenurut hasil penelitian Sutrisno (1987). Oleh karena itu kelarutan pig men

angkak dalam air dipengaruhi oleh peningkatan suhu. Sehingga untuk aplikasi

pig men Monascus lebih baik dilarutkan pad a air panas yang suhunya berkisar

antara 80-100

ac,

dan lebih cepat larut dalam bentuk pekatan dari pada bubuk.

Selain itu karena pig men angkak sukar larut dalam air, maka dengan adanya

peningkatan suhu air dapat mernbantu pigmen angkak memiliki daya larut yang

(35)

adalah senyawa polar yang mudah larut dalam air. Menurut Wong & Koehler

(1981) terjadinya peningkatan kelarutan pig men angkak dalam air karena

substitusi atom oksigen pad alJ1onas/(orubrindan rubropunl\tatin oleh atom

nitrogen dari grup amino membnetuk senyawa kompleks. Struktur kompleks ini

juga lebih stabil terhadap panas, cahaya dan perllbahan pH.

100%

80%

60%

20%

20'C 80'C 100 'r

-+-suhu air

[image:35.535.41.430.179.501.2]

·_IDJ··500 -fr-'400

Gambar 5. Pengarllh sllhll air terhadap kelarlltan zat warna merah Monascus pUipureusWent TISTR 30909

5. Uji pengarllh pH terhadap kestabilan zat warna morah

Hasil uji pengarllh pH terhadap kestabilan zat warna merah Monascus

terlihat bahwa perlakllan bentuk pig men berbeda terhadap stabilitas warna

pigmen angkak, pada sllasana asam kestabilan pig men lebih rendah

dibandingkan pada sllasana basa atau netral. Hasil ini didllkllng oleh Fabre et

al, (1993) yang menyatakan bahwa pigmen merah paling sensitif terhadap ph

asam dan lebih stabil pada kondisi alkali. Stabilitas ini dapat dipertahankan

selama dua bulan bila disimpan dalam gelas berlapis almunium foil (Mitrayanti,

(36)

lOO%

80%

---60%

40%

20%

0%

a

jam 3jam 6jam 9jam

...-jam

·-iill---·-asam

--netra!

[image:36.535.42.473.45.506.2]

basa

Gambar 6. Pengaruh pH terhadap kelarutan zat warna merah Monascus plllpureusWent TISTR 30909

Pada Gambar 5. terlihat bahwa pad a waktu kontak selama 3 jam intensitas

pigmen sudah mengalami penurunan yang lebih banyak pada kondisi asam dari

pada alkali dan basa. Selanjutnya waktu kontak selama 12 jam pigmen dalam

kondisi asam stabilitasnya berkurang hingga 30 %.

Pigmen alami lainnya yang sensitif terhadap pH asam terdapat dalam bentllk

Flavilium kation yang berwarna merah dan kekurangan elektron. Dengan

meningkatnya pH gllglls f1avilillm kation mendapat donor elektron dan berubah

menjadi chalcone yang tidak berwarna. Hal ini ditunjllkkan dengan penurllnan

spektrum absorbansi dan pergeseran kisaran panjang gelombang maksimllmnya

(Jenie, dkk. 1997).

Mekanisme kerusakan pig men angkak akibat perubahan pH belum jelas,

tetapi dapat didllga bahwa kerllsakan juga terjadi adanya perubahan donor atau

akseptor elektron pada gllglls kationnya, sehingga menyebabkan strllktur

(37)

Pigmen angkak dibuat mudah larut dalam air jika terlarut dalam protein larut

air peptida larut air atau asam amino, hal ini terjadi pada pH 5,0-8,5. Oleh karen3

itu, untuk melarutkan pigmen angkak dalam aplikasinya sebaiknya dibuat kondisi

pH lebih cenderung basa, apalagi jika produk bahan makanan mengandung

protein yang terlarut dalam air akan lebih mempercepat pigmen angkak lebih

larut dalam air.

Pengujian zat warna merah pada pigmen angkak dan pigmen sintetis

Dari hasil penelitian ini pig men yang diperoleh dalam bentul< bub uk. Jumlah

bubuk yang diperoleh dengan menggunakan waktu fermentasi Saccharomyces

sp 7 hari dan susu kedelai 5% sebagai komponen utama dari medium produksi

diperoleh bubuk pigmen sebanyak 8,1 giL. Bubuk pig men tersebut sukar

dilarutkan dalam air. Kelarutannya menjadi lebih tinggi jika digunakan air

mendiclih.

Dalam penelitian ini kemungkinan penggunaan pig men Monascus sebagai

pewarna produk makanan cair diuji coba. Sebagai pembanding, dipergunakan

zat warna merah sintetis dengan merek dagang Artificial cochined colour,

(38)

r

PERPUSTAKA/,N UTAMA

L

UIN SYAHID JAI<ARTA

2 S

"

lllit Y = 3,25 -0,00021 X-t 3.54X"

"

" 5

u WOO() JIlOO()

ーサIBuセヲ|ciBセB

[image:38.532.41.447.72.539.2]

セ[ooャャャャ

Gambar 7. Kurva densitas optik zat warna merah sintetis pada panjang gelombang ), 500 nm

I.', 1 ] Q o '::; 00 "E 5 O.G 8 02 600

Pengenccran 800 1000 1200

-+-Garisregresi l%1 Dataasli

Gambar 8. Kurva densitas optik pigmen Monascus pad a panjang gelombang ), 500 nm.

Untuk mengetahui kemungkinan penggunaan pigmen Monascus di dalam

produk pangan, sirup marjan juga dianalisis densitas optiknya pada panjang

gelombang ). 500 nm. Dari hasil analisis, densitas optik sirup marjan adalah

(39)

bahwa jika zat warna sintetis yang digunakan untuk memproduksi sirup dengan

densitas optik mendekati produk sirup marjan akan diperlukan pengenceran

pewarna sintetik sanlpai dengan 50x103

kali. Sementara itu dengan

menggunakan data pad a Gambar 7 maka untuk membuat warna merah dengan

menggunakan pigmen Monasclis yang mendekati produk sirup marjan

diperlukan pengenceran pigmen ini sebanyak 11xi0' kali. Hasil penelitian ini

memperlillatkan bahwa pig men MonasClIs dapat dipergunakan sebagai zat

warna produk makanan menggantikan zat warna sintetis sekalipun diperlukan

pigillen dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan pewarna

sintetis.

Hasil penelitian memperlillatkan, bahwa pig men Monasclis dapat dipakai

untuk menggantikan zat pewarna sintetis untuk mewarnai produk pangan cair

(dengan contoh kasus sirup marjan). Sekalipun demikian, masih ada kesulitan.

Bubuk pigmen tersebut sukar dilarutkan dalam air. Kelarutannya dapat

ditingkatkan bila dipergunakan air mendidih. Oari fenomena ini diperkirakan

bahwa pigmen akan lebih mudah diekstrak dengan menggunakan suhu yang

lebih tinggi jika menggunakan pelarut air. Hasil penelitian Sutrisno (1987) daya

kelarutan pigmen Monasclis dalam air dapat diperbaiki dengan menambahkan

asam amino atau protein yang larut dalam air. Penambahan asam amino

tersebut juga dapat meningkatkan kestabilan pig men dalam air. Asam amino

yang ditambahkan untuk maksud tersebut diatas adalah sebanyak 4% (w/v).

Untuk mendapatkan hasil yang baik juga perlu ditambahkan NaOH 1 N sebanyak

0,25% (w/v). Menurut Yuan (1980) dalam Justiawan (1997) produksi pigmen

(40)

yang larut dalam air, misalnya peptida atau asam amino. Medium harus dialur

agar kondisi pH berkisar antara 7 dan 9. Suasana dalam keadaan aerob dan

suhu antara 27° C dan 48° C selama 72 jam.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pigmen Monasclis dapat

dipergunakan sebagai zat warna produk makanan menggantikan zat warna

sinletis sekalipun diperlukan pig men dalam jumlah yang jauh lebih banyak

dibandingkan dengan pewarna sintetis. Dari penelitian ini, pig men Monasclis

tampaknya akan lebih ideal bila dipergunakan untuk mewarnai produk pangan

cair yang mengandung alkohol seperti sake, anggur (wine), produk pangan

berupa padatan seperti sosis, atau produk makanan yang mengandung protein

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIIVIPULAN

Pad a fermentasi cair dengan menggunakan Monascus purpureus dengan

kombinasi beberapa waktu fermentasi Saccharomyces sp R1 dan konsentrasi

susu kedelai menghasilkan berbagai jenis warna yaitu warna merah tua, Illerah

muda, orange, dan kuning Illuda. Waktu fermentasi Saccharomyces sp R1 4 hari

dan konsentrasi susu kedelai 5 % (v/v) merupakan kombinasi yang terbaik untuk

menghasilkan pigmen merah Monascus.

Selama pemanasan dalam oven atau pengaruh suhu , slabilitas pig men

MonascLis menurun semakin lama pemanasan, terlihat sangat menurun pad a

pemanasan dalam oven pada suhu diatas 100DC selama 1 jam. Penurunan

intensitas warna merah yang terjadi mencapai 44%. Sedangkan selama

pemanasan dalam air (suhu 100DC) selama 4 jam dalam air stabilitas pigmen

tidak terlalu meilunjukkan perubahan warna secara visual, telapi nilai absorbansl

warna merah menurun sampai 38%.

Stabilitas warna merah pekatan terhadap sinar matahari sebesar 65%.

Sedangkan pengaruh pH lebih stabil pada keadaan netral dan basa dalam

bentuk pekatan. Begitu juga pengaruh kelarutan pigmen angkak dalam bentuk

pekatan lebih mudah larut jika dilarutkan dengan air pada suhu berkisar 80 DC.

Stabilitas zat warna angkak ternyata dipengaruhi oleh suhu, lama

pemanasan, sinar matahari, dan pH. Sedang kelarutan dalam air lebih mudah

(42)

B. SARAN

Pengujian pigmen pada penelitian ini merupakan pig men merah alami yang

di uji kestabilitasannya sehingga dapat diperoleh informasi bagaimana cara

proses peillasakan dan penyilllpanan yang benar dan tidak Illerusak warna,

tetapi penelitian ini tidak dibandingkan dengan Illenguji zat warna sintetis dan zat

warna Illerah alami lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut

guna sebagai pembanding stabilitas pigillen angkak, sintetis dan pigillen Illerah

(43)

Kujumdzieva, A, V. Savov, A Wartenberg, E. Fdavidova, 1. Rasheva. 1995. Food coloring production from Monascus fungi. English rJatent 9509755.

Lee, CZ., C.B. Wang, C.C. Chen, C.H. Teng, G.F. Yuan & C.C. Liao. 1998. A Monascus strain with high productivity in both red pigmen

and Monakolin f<. Culture Collection and Research Center, Food Industry Research and Development Institute, Taiwan.

Leistner, L. 1998. Use of red-mould rice and Monascus-extracts for meat product. The Symposia on Monascus culture and Aplications, July 8-101998. Toulouse, France.

Lin, T.F., K. Yakushijin, G.H. Buechi & AL. Demain. 1992. Formation of Water-soluble Monascus red pigment by biological and synthetic processes. US Patent US92-11986.

Mitrajanty, K.D. 1994. Pengaruh faktor fisik dan kimia terhadap selama mutu pigmen angkak serta stabilitasnya selama penyimpanan dalarn beberapa jenis kemasan. FATETA IPB. Bogor

Miyake, T., S. Ohno, & S. Sakai. 1984. Process for the production ofMonascus pigment. US Patent US4442209

Rahayu, L. K. 2001. Produksi pig men dan senyawa statin rnelalui fermentasi Substrat cair dan substrat padat oleh Monascus purpureusWent Tesis. FMIPA Program Pasca Sarjana. UI. Jakarta

Shepherd, D. 1977. The Relationships between pigment production and sporulation in Monascus. Biotechnology and fungal differentition. Fems Symposium No.4. Academic Press. New York. 107-118.

Shin, SC., J-Y Ju, & J-H Suh, 1998. Analysis of enzymes which stimulate Monascus pigment production and optimization of fermentation procedures. Symposium on Monascus culture and application, July 8-10,1998, Toulouse, Perancis.

Steinkraus, K.H. 1983. Handbook of Indigenous Fermented Foods. Marcel Dekker, Inc. New York. 243-553.

Sutrisno, AD. 1987 Pembuatan dan peningkatan kualitas zat warna alarni yang dihasilkan oleh Monascus purpurueus. Di dalam: S. Fardiaz, R. Dewanti dan S. Budijanto (eds). Risalah seminar bahan makanan tambahan kimiawi, PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(44)

Yongsmith, B., C. Chaisrisook, P. Chimanage &S. Krairak. 1998. Productionof yellow pigmen by MonasCLIs molds growing in cassava substrat. The Symposia on Monascus Culture and Aplicalion, July 8 - 10 1998 Toulouse.

Wong, H-C & P.E. Koehler. 1981. Production and isolation of an antibiotic from Monascus purpureusand its relationship to pigment production. Journal of food Science. 46: 589-592

Y""n C S H180 Ferment:otive oroduction of imkil oiqlllent

.

-

Dillilill' Procedinq of

(45)
[image:45.528.45.413.110.503.2]

LANIPIRAN 2.

Tabel 2. Oaftar komposisi susu kedelai (per 100 9 bahan)

No Komposisi Jumlah

1 Kalori (kal) 41

2 Protein (g) 3,5

3 Lemak (g) 2,5

4 Karbohidrat (g) 5,0

5 Kalsium (mg) 50

6 Fostor (mg) 45

7 8esi (mg) 0,7

8 Nilai vit A (S.I.) 200

9 ViI. 81 (mg.) 0,08

---..--.."

-10 ViI. C (mg) 2

11 Air (g) 87,0

12 b.d.d (%) 100

(46)

LAMPI RAN 3.

Tabel 3. Hasil uji pengaruh lama pemanasan terhadap kestabilan zat warna merah Monascus purpureusWent TISTR 3090

r'o,. .MMNMNMLMMMMMMMMセMNMMMLM ....---.-MセMMMMMMMMMMMM ---_.

[.. L<l.Ill<l.f:>l;IllClI],:lsa

n

ェェ。iャャl⦅⦅AGセqo

セTPcG

_

i

0 I 87.8 87.9

1=----=_--

BtGMGセMGMMGQセMVtWMP

- 55.30

i⦅セセMNセ⦅N

-

セセ⦅N

MセMセiNセセN⦅[Z⦅セNセM⦅N

Nセ[⦅セ⦅セ

[image:46.529.36.414.115.508.2]

1 _ _ _ . _ _

:!.

.._.[.4750 4_4.80.J

Tabel4. Hasil uji pengaruh suhu terhadap kestabilan zat warna merah Monascus purpureusWent TISTR 3090

.

セセィセ⦅lッY

__ .__

..

セセYNqNNNNNNN A 400

28 87.80 87.90

100 86.00 86.10

_..⦅MNMMMM⦅N⦅セNセMMセM ---_.._---.

125 65.50 69.10

_

..._._---_._-...

150 53.10 65.60

180

TSNWPセN]セNᄋセPセMQ

Tabel 5. Hasil uji pengaruh lama penyinaran terhadap kestabilan zat warna merah Monascus purpureusWent TISTR 3090

27.30

25.20

40.50

[image:46.529.46.357.555.694.2]
(47)
[image:47.526.25.441.167.498.2]

LAMPIRAN 5.

Tabel 8. Uji pembentuk warna merah antara sirup marjan, bubuk pigmen angkak, dan zat warna sintetis

1 Sirup marjan

R

Perlakuan Pengenceran " 500

ャMセャMMMGMM

5 1,053

10 0,377

セセセ

15 0,282

20 0,190

2 Bubuk pig men angkak

No

Perlakuan Pengenceran (102) UOO

I-t-

セML⦅NM P1 2 . 1,177

P2 3 0,876

3 P3 4 0,640

4 P4 5 0,501

5 P5 6 0,448

6 P6 7 0,361

7 P7 8 0,228

8 P8 9 0,211

9 P9 10 0,208

10 P10 11 0,191

(48)

LAMPIRAN 7

Gambar11. HasH fermentasi Monascus purpureusWent TISTR 3090 umur 7

hari pada perlakuan 2,5%, 5%,7,5%, dan 10% susu kedelai dan 4 hari waktu fermentasi Saccharomyces sp R1

Gambar 12. HasH fermentasi Monascus purpureusWent TISTR 3090 pad a

[image:48.526.40.449.100.662.2]
(49)
[image:49.525.31.406.79.663.2]

LAMPI RAN 8

Gambar 13. Hasil fermentasi Saccharomycessp R1 umur 4 hari

Gambar14. Perbandingan pengaruh sinar matahari selama 24 jam terhadap zat

(50)
[image:50.531.25.452.50.625.2]

LAMPIRAN 9

Gambar 15. Perbandingan pengaruh lamaperhanasahselama 1 jam, 2 jam, 3

jam, dan 4 jam terhadap zat warna merah pigmen Monascus sp

Gambar 16. Perbandingan pengaruh lama pemanasan selama 4 jam terhadap

zat warna merah pigmen Monascus sp pada suhu 29

ac,

100

ac,

125

ac,

dan 180

ac

Gambar

Gambar 3. Pengaruh suhu terhadap kestabilan zat warna merah Monaseus
Gambar 16. Perbandingan pengaruh lama pemanasan selama 4 jamterhadap zat warna merah pigmen Monascus sp pada suhu29 "C, 100 "C, 125 "C, dan 180 "C
Tabel 2. Daftar komposisi susu kedelai
Gambar 1. Spektrum absorbansi ekstrak pigmen Monascus pupureus dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Iya, Manuel Antonio Añapa de la Cruz-yu , iyaa entsa kiika taawasha mumu puushu juntsa kiyu ¨ Rampidal tenanu chumu chachilla' tinbu-kuinda keraa kuinda, yalaya Atahualpa

Kautsar yang senantiasa putra putrinya sudah di sekolahkan di SD tersebut. Seperti ungkapan kelapa sekolah SD IT Muhammadiyah Al-kautsar, mengungkapkan bahwa

Dengan demikian F hitung lebih besar dari F tabel yaitu 4.273&gt;3.138, hal ini memberikan arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel gaya kepemimpinan,

Kini sistem penjaminan mutu menjadi wacana dan praktek yang mulai ramai dilakukan oleh banyak lembaga pendidikan swasta dan negeri, baik pada kategori kecil, sedang, maupun

Nah yang maju siapa, antara India sama Jawa, yang maju itu India, hitungannya njelimet, jadi kalau petani-petani kaya raya India, tapi kalau petani yang cukup Jawa,

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk

Menurut Elisabeth (2013), bahwa pelapukan bahan organik yang berasal dari azolla, fosfat alam dan abu sekam dapat memberikan unsur N, P, K dalam tanah yang dibutuhkan

Pengirim (Transmitter) : Pada bagian ini data yang dibangkitkan dari sistem sumber tidak ditransmisikan secara langsung dalam bentuk aslinya namun pada sebuah transmitter