• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode problem solving pada pembelajaran akidah akhlak siswa kelas II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode problem solving pada pembelajaran akidah akhlak siswa kelas II"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANWARUL HUDA TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Disusun Oleh :

SUHERNI

(109011000034)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Suherni (NIM: f09011000034) Penerapan Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas

II

MTs Anwarul Huda Tangerang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui "Untuk Mengetahui Penerapan

Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di kelas

II

MTs

Anwarul Huda TangerangS". Metode penelitian

ini

menggunakan metode penelitian kualitatif Jan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini uautun metode deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan

gejala atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.

Pada Penelitian ini, data yang penulis peroleh dari kepustakaan (library research), maupun data yang penulis peroleh dari lapangan' Pengamatan yang digunakan adaiah pengamatan non partisipatif, yaitu pengamatan dengan cara

pe-neliti tidak ikut tirjun langsung dalam kegiatan penelitian untuk mendapatkan

informasi. Kemudian menganalisis dan mengelaborasinya sehingga dapat

dijelaskan lebih gamblang dan mudah dipahami'

Data yang dikumpulkan dan disajikan dalam penelitian ini meliputi kurikulum, metode, eialuasi du, pror., pembelajaran Akidah Akhlak pada siswa kelas II MTs Anwarul Huda Tangerang.

(7)

_.*?riF)i

Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji bagi Allah Tuhan Pemilik alam dan seisinya, Allah yang Maha Kuasa terhadap segala sesuatu yang

diciptakan-Nya segala nikmat dan karunia-Nya, yang selalu mengalir, merupakan suatu anugrah yang terindah dalam kehidupan ini, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran segala urusan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan tugas akhir mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

di

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2Ol5. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada

Nabi

Muhammad Saw, yang merupakan kekasih

Allah

yang telah menunjukan kita kejalan yang diridhoi Allah SWT.

Keberhasilan penulisan skripsi

ini

tidak terhindar dari motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis haturkan terimakasih yang

sebesar-bes arnya khususnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan

bantuan baik moril maupun :

1.

Prof. Dr.Ahmad Thib Raya. MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2.

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam'

3.

Ibu Hj. Marhamah Saleh, LC. MA Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4.

Ibu Dra. Eri Rossatria, MA. Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini'

5.

Bapak Bahrissalim, MA Dosen Penasehat yang telah memberikan bimbingan dan arahan dari semester awal hingga akhir'

6.

Bapak Rusmin Syukur S"Pd.I Kepala Sekolah MTs Anwarul Huda. yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian'
(8)

dukungan dan do'a.

8.

Bapak dan Umi tercinta yanglelah memberikan kasih sayangyang tidak bisa dibalas dengan apapun, keberhasilan skripsi dan gelar sarjana ini penulis berikan untuk mereka.

g.

Saudara-saudara tersayang Roni Maulana Dan Tedi Ariansyah yang selalu

mendukung dan memberikan do'a.

10. Sahabat-sahabat dan teman-teman yang selalu memotivasi dan memberikan do'a untuk penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga amal

baik

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan

pahala dari Allah SWT.

Jakarta, l9 Januari 2015

Suherni

(9)

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

BAB

I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah....

B.

Identifikasi Masalah...

C.

Pembatasan Masalah ..."....

D.

Perumusan Masalah

E.

Tujuan Penelitian

F.

Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A.

Pembelajaran Akidah Akhlak di MTs Anwarul

Huda....

9

1.

Pengertian

Akidah

9

2.

Tujuan Mengajarkan Pembelajaran Akidah

Akhlak

1l

3.

Sumber-Sumber Akidah

Islamiyah

tr 1

4.

Pengertian

Akhlak

11

5.

Dasar dan Tujuan

Akhlak...

13

6.

Pembagian

Akhlak

13

I u tv

(10)

2.

Teori-Teori Pembelajaran Akidah

Akhlak.,....

17

3.

Ciri-Ciri Pembelajaran Akidah

Akhlak

17

4.

Tujuan Pembelajaran Akidah

Akhlak

1l

5.

Pembelajaran Akidah

Akhlak

17

C.

Penerapan Metode Problem

Solving

20

1. Pengertian Metode Problem

Solving

20

2. Teknik Metode Problem

Solving

24

3. Langkah-langkah Penerapan Metode Problem Solving

...

25

4. Keunggulan Metode Problem

Solving

26

5. Persiapan Metode Problem

Solving

27

6. Pelaksanaan Metode Problem

Solving

28

7. Keuntungan Metode Problem

Solving

29

8. Kelemahan Metode Problem

Solving

29

9. Manfaat Menggunakan Metode Problem

Solving

30

BAB

III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu

Penelitian

31

B.

Setting

Penelitian

31

C.

Metode

Penelitian

3l

D.

Teknik Pengumpulan

Data

32

E.

Sumber Data

."...

32

F.

Instrumen

Penelitian

33

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

"...'.

34

H.

Analisis

Data

34
(11)

BAB

V

B.

Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan

C.

Metode Pembelajaian Akidah Akhlak di MTs Anwarul Huda

D.

Evaluasi Pembelajaran Akidah Akhlak MTs. Anwarul Huda '

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ...

B.

Saran...

44

5l

52

54 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

56

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era global sekarang ini, dibutuhkan manusia Indonesia yang

berkualitas, yakni manusia yang dapat menghadapi segala tantangan di masa

sekarang maupun yang akan datang. Sebagai konsekuensinya adalah

pembaharuan dalam segala bidang, terutama dibidang pendidikan. Melalui

pendidikan yang baik, peserta didik dimungkinkan untuk memperoleh

berbagai macam bekal dalam menghadapi tantangan era global, yaitu peserta

didik mempunyai kemampuan berpikir kritis, logis, cermat sistematis, kreatif

dan inovatif.

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

diciptakan. Dalam proses belajar mengajar guru memegang peranan penting

dalam menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan menggairahkan

peserta didik. Dengan kondisi belajar yang menyenangkan bagi peserta didik,

akan terbentuk interaksi yang baik dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan

sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu inti proses pengajaran tidak

lain adalah kegiatan belajar anak didik adalam mencapai suatu tujuan

pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik

berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak

hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik

(13)

besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak

belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan didalam dirinya.

Padahal belajar pada hakikatnya “perubahan” yang terjadi di dalam diri

seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar.

Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah

anak didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan

kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktifitas yang dilakukan oleh

seseorang di luar dari keterlibatan guru.

Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan

keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik,

siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi kesalahan

tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar

merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu didalam konsep pengajaran.

Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan

sejumlah anak didik adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa,

bagaimana, kapan, dan dimana adalah serentetan pertanyaaan yang perlu

dijawab dalam hubungannya dengan masalah pengelolaan kelas. Peranan guru

itu paling tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi

kegairahan dan kesenangan belajar anak didik. Setiap kali guru masuk kelas

selalu dituntut untuk mengelola kelas hingga berakhirnya kegiatan belajar

mengajar. Karena semua kegiatan itu guru lakukan tidak lain demi

kepentingan anak didik, demi keberhasilan belajar anak didik.

Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah

suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi. Lingkungan yang ada

disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik

melakukan proses belajar. Menurut Nana Sudjana mengatakan Pada tahap

berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada

anak didik dalam melakukan proses belajar.

Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya

(14)

pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dalam proses pembelajaran Guru sebagai motivator, motivasi

merupakan salah satu asfek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi yang

kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan

tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak

berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.

Dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran

dilakukan.

Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah,

bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak

didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan

oleh guru. Karena kesulitan peserta didik itu bukan hanya sebagai individu

dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan

latar belakang yang berlainan.Paling sedikit ada tiga asfek yang membedakan

anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu asfek intelektual, psikologis,

dan biologis.

Ketiga asfek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang

melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah.Hal itu

yang menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik.

Pengelolaan yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar

yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat di capai tanpa menemukan

kendala yang berarti.Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak

selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada

gangguan yang tidak dikehendaki dengan datang tiba-tiba. Suatu gangguan

yang datang tiba-tiba dan di luar kemampuan guru adalah kendala spontanitas

dalam pengelolaan kelas.Dengan hadirnya kendala spontanitas suasana kelas

biasanya terganggu yang ditandai pecahnya konsentrasi anak didik.

1

(15)

dari agenda kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar anak

didik. Masalah lain juga selalu guru gunakan adalah masalah pendekatan.

Hampir tidak pernah ditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidak

melakukan pendekatan tertentu terhadap semua anak didik.Karena disadari

bahwa pendekatan dapat mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar.Oleh

karena itu guru tidak sembarangan memilih dan menggunakan suatu

pendekatan.

Kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan suatu metode memiliki

peran yang penting. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik,

akan ditentukan oleh kerelevansian penerapan suatu metode yang sesuai

dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan

penerapan suatu metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang

terpatri di dalam suatu tujuan. Metode yang dapat diterapkan dalam kegiatan

belajar mengajar bermacam-macam.Penerapannya tergantung dari rumusan

tujuan.Dalam mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode,

tetapi kombinasi dari dua atau beberapa macam metode.Penggunaan metode

gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik.Dengan

bergairahnya belajar, anak didik sukar untuk mencapai tujuan

pengajaran.Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai

tujuan, tetapai anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.2

Salah satu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya penguasaan

konsep adalah pembelajaran yang masih didominasi oleh penggunaan metode

ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru. Aktivitas siswa dapat

dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang

dianggap penting. Guru menjelaskan Akidah Akhlak hanya sebatas produk

dan sedikit proses. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi yang harus

dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku, sehingga waktu

yang tersedia tidak mencukupi. Padahal, dalam membahas Akidah Akhlak

tidaklah hanya proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau

hukum.

2

(16)

yang terbentuk dari manifestasi pembangunan batiniah yang berhubungan

dengan moral, akidah maupun ibadah. Mata pelajaran ini dipandang sebagai

salah satu mata pelajaran yang baik untuk menyebarkan, mengenalkan, dan

menanamkan akhlakul karimah, dan mendalami nilai-nilai religius, terutama

mereka yang beragama islam.

Dari keterangan diatas menunjukan bahwa pembelajaran Akidah

Akhlak mempunyai peranan baik dalam mewujudkan prilaku anak didik

dalam bergaul disekolah maupun dilingkungan masyarakat.

Dalam islam, Akhlak memiliki posisi yang sangat penting, yaitu

sebagai salah satu rukun agama islam. Dalam kaitan ini Rasulullah SAW

pernah ditanya, “Beragama itu apa?” Beliau menjawab, “Berakhlak yang baik” (H.R. Muslim).

Akhlak memberikan peran penting bagi kehidupan, baik yang bersifat

individual maupun kolektif. Tak heran jika kemudian Al-Qur’an memberi penekanan terhadapnya. Al-Qur’an meletakan dasar-dasar akhlak mulia. Demikian pula Al-Hadist telah memberikan porsi cukup banyak dalam bidang

akhlak. Menurut satu penelitian, dari 60.000 hadist, 20.000 diantaranya

berkenanan dengan akidah, sementara sisanya (40.000) berkenaan dengan

akhlak dan muamalah. Ini dapat dijadikan bukti bahawa Al-Hadist,

sebagaimana Al-Qur’an, sangat memperhatikan Akhlak.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “Mukmin yang paling sempurna

imannya adalah orang yang paling bagus Akhlaknya.” (H.R. At-Tirmidzi). Nabi Muhammad SAW. pun mengabarkan bahwa orang yang paling

sempurna diantara umatnya adalah yang paling baik akhlaknya. Dengan

demikian, seyogyanya seorang muslim berusaha dan bersemangat untuk

memiliki akhlak yang baik dan merujuk kepada Rasulullah SAW.dalam

berakhlak.3

Oleh karena itu, guru sebagai salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan

dan kreativitas dalam menyesuaikan materi yang diajarkan dengan

3

(17)

sekaligus berpikir kreatif dalam menyikapi masalah yang ada. Salah satu

metode tersebut adalah metode problem solving.

Melalui penerapan metode problem solving siswa dapat memecahkan

masalah secara terstruktur dan bertahap sehingga diperoleh hasil pemecahan

masalah yang tepat dan cepat. Kreatifitas siswa dalam memecahkan suatu

masalah dapat diasumsikan sebagai proses berpikir, dimana siswa berusaha

untuk menemukan hubungan-hubungan baru mengenai konsep dengan

permasalahan yang dihadapi serta mendapatkan jawaban dari prosedur baru

dalam memecahkan suatu masalah. Bagi bidang pendidikan bukanlah apa

yang dihasilkan dari proses tersebut, tetapi keasyikan dan kesenangan siswa

yang terlibat dalam proses tersebut.

Penerapan metode Problem solving ini merupakan salah satu

pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada

siswa. Metode Problem solving ini adalah suatu pembelajaran inovatif yang

melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap ilmiah

sehingga siswa dapat mempelajarai pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah tersebut dan sekaligus memilki keterampilan untuk memecahkan

masalah.

Problem solving ini dianggap tepat untuk pemahaman konsep karena

dengan menggunakan pembelajaran ini siswa dapat menyelesaikan suatu

masalah sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.

Proses belajar yang baik adalah proses belajar yang dapat menambah

pengalaman serta dapat mengubah sikap penguasaan konsep yang diharapkan.

Untuk membentuk sikap siswa yang bermakna, maka diperlukan

pengembangan metode pembelajaran yang dapat menanamkan akhlak yang

mulia dalam bahan ajarnya.

Adapun peneliti menggunakan metode problem solving ini karena

adanya beberapa faktor dalam pembelajaran yang kurang signifikan disekolah

MTs ini dan pembelajarannya yang masih didominasi oleh penggunaan metode

ceramah, jadi guru masih cenderung monoton penyampaian bahan ajarnya

(18)

karena diharapkan penelitian ini dapat mengungkap “Bagaimana Penerapan Pembelajaran Problem Solving dapat dijadikan penguasaan konsep siswa pada

pokok materi Mata Pelajaran Akidah Akhlak.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas timbul

beberapa permasalahan, yaitu:

1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Akhlak dengan

menggunakan metode problem solving.

2. Metode yang digunakan guru cenderung monoton dan tidak menggunakan

metode yang bervareasi.

3. Ada beberapa guru yang belum mampu menciptakan suasana pemberian

materi yang menarik dan menyenagkan.

4. Pembelajaran yang masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah

dan kegiatannya lebih berpusat pada guru.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah yang

dibatasi.

1. Yang dibahas dalam penelitian ini adalah metode problem solving.

2. Yang diteliti dibatasi pada mata pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII MTs

Anwarul Huda Tangerang semester I, dengan Topik: “Menghindari

Akhlak Tercela Terhadap Diri Sendiri”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah di kemukakan diatas,

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(19)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui “Bagaimana Penerapan Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Akidah Akhlak kelas II MTs.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang

seluas-luasnya:

1. Dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Dapat memberikan tambahan informasi dan pemikiran serta memberikan

wawasan baru khususnya dalam penerapan metode problem solving pada

(20)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Akidah Akhlak 1. Pengertian Akidah

Menurut bahasa, kata Akidah berasal dari Bahasa Arab ادقع٠دقعي٠دقع

yang artinya mengikat atau mengadakan perjanjian. Adapun yang

dimaksud dengan Aqad di sini adalah janji, baik janji kepada Allah,

maupun janji kepada sesama manusia. Secara istilah, akidah adalah suatu

pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang

mempercayainya.

Berdasarkan pengertian akidah di atas maka yang dimaksud akidah

islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya

oleh setiap muslim, berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqli.1

Aqaid adalah jamak dari akidah, artinya kepercayaan. Menurut syara’, kepercayaan (akidah) ialah iman yang kokoh terhadap segala sesuatu yang

disebut secara tegas dalam Al-Qur’an dan hadits shahih, yang berhubungan dengan tiga sendi akidah Islamiyah, yaitu:

a. Ketuhanan, meliputi sifat-sifat Allah SWT, nama-namanya yang baik,

dan segala pekerjaan-Nya.

1

(21)

b. Kenabian (Nabuwwah), meliputi sifat-sifat nabi-nabi „alaihisallam, keterpeliharaan dalam menyampaikan risallah, beriman kepada

kitab-kitab Allah.

c. Yang didengar, meliputi :

1) Alam rohani

2) Alam barzah

3) Kehidupan di alam akhirat.2

Akidah ialah sesuatu yang mengharuskan hati anda membenarkannya,

yang membuat jiwa anda tenang tentram kepadanya dan yang menjadi

kepercayaan anda yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.3

Menurut Abdul Ghani dalam bukunya al-Aqidatul Islamiyah wa

Idiologiyatil Ma’ashirah, mengatakan bahwa akidah itu ialah keyakinan kepada hakikat yang nyata yang tidak menerima keraguan dan bantahan.

Apabila kepercayaan terhadap hakikat sesuatu itu masih ada unsur

keraguan, maka tidak disebut akidah.Jadi akidah itu kuat dan tidak ada

kelemahan yang membuka peluang untuk dibantah.Oleh karena itu Hassan

al-Banna dalam bukunya Akidah Islam mengatakan bila akidah sudah

tertanam dengan benar dan kuat dalam jiwa, maka jiwa itu tenang dan

tentram, bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Hal ini amat penting, karena dari sinilah syariat dan pengalamannya

muncul.Menurut M. Syaltut akidah merupakan pondasi yang di atasnya

dibangun hukum syariat merupakan aktualisasi akidah.Oleh sebab itu

hukum yang kuat adalah yang lahir dari akidah yang kuat.Tidak ada

akidah tanpa syariat dan tak mungkin syari’at itu lahir jika tidak ada akidah.4

Akidah Islamiyah juga selalu berkaitan dengan Iman, seperti: Iman

kepada Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,

2

Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008), cet 1. Hal.115

3

Syekh Hasan Al-Banna, Akidah Islam, (PT Alma’arif: 1992) Hal.9

4

(22)

Nya, dan Hari Akhir.Untuk itu Allah SWT memerintahkan semua umat

manusia agar menggunakan akal pikirannya dengan sebaik-baiknya, dan

memperhatikan serta merenungkan segala ciptaan-Nya.Salah satu untuk

berma’rifat (mengetahui), mengenal, dan mengimani sifat-sifat dan kekuasaan Allah SWT ialah dengan memperhatikan segala makhluk

ciptaan-Nya.5

2. Tujuan Mengajarkan Akidah :

a. Memperkenalkan kepada murid akan kepercayaan yang benar, yang

menyelamatkan mereka dari siksaan Allah Ta’ala.

b. Menanamkan Iman kepada Allah, para malaikat Allah, kitab-kitab

Allah, Rasul-rasul Allah, qadha dan qhadar, dan hari akhir.

c. Menumbuhkan generasai yang kepercayaan dan keimanannya sah dan

benar, yang selalu ingat kepada Allah.

d. Membantu murid-murid memahami tentang hakikat.6

3. Sumber-Sumber Aqidah Islamiyah :

Apabila diperhatikan dengan seksama bahwa sumber atau dasar

Aqidah Islamiyah berupa Al-Qur’an dan as-Sunnah dan selain itu adalah fitrah tauhid yang dimiliki setiap manusia karena hidayah taufiqiyah dari

Allah SWT. Dengan akal pikirannya akan menyadari bahwa dirinya itu

makhluk dan hamba Allah SWT dan di samping itu manusia dengan qalb

(hati-perasaan-intuisi-sirr) lebih dalam lagi seperti kaum sufi dalam

meletakan landasan Aqidah Islamiyahnya.7

4. Pengertian Akhlak

Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab Khuluq yang jamaknya akhlak

menurut bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata khalaq

5

Syaifuddin Zuhri & H. Syamsuddin Yahya, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: 1999), Hal.88

6

Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008), cet 1. Hal.116

7

(23)

yang berarti “kejadian”, serta erat hubungannya dengan kata Khaliq yang

berarti “pencipta” dan makhluq yang berarti “yang diciptakan”.

Ibn Al-Jauzi menjelasakan (W. 597 H) bahwa al-khuluq adalah etika

yang dipilih seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata

Akhlak diartikan sebagai budi pekerti, watak, tabiat.

Imam Al-Ghazali (1055-1111 M) dalam Ihya Ulumuddin menyatakan:

“Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan

pertimbangan pikiran.”Jadi akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan

perbuatan.8

Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik buruk,

terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan

batin.9

Akhlak juga dapat kita temukan dalam hadist yang sangat populer

yang diriwayatkan oleh imam malik, yang artinya: “Bahwasanya aku

(Muhammad) diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak mulia”.10

Kata Akhlak juga mengandung segi-segi persesuaian dengan khalaq

serta erat hubungannya dengan khaliq dan makhluq.Dengan demikian kaka

akhlaq menunjukan pada pengertian adanya hubungan baik anata khaliq

dan makhluk yang diatur dalam agama.

Menurutibnumaskawihia menyebutkan bahwa:“Sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.11

Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri

seseorang.Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku

8

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Disusun Berdasarkan Kurikulum Terbaru Nasional Perguruan Tinggi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.11-13

9

Drs. Barmawie Umary, Materia Akhlak, (CV Ramadhani, Solo: 1967), cet 1. Hal.1

10

Dr. H. Didiek Ahmad Supadie, M.M, Dkk, Pengantar Studi Islam, (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), Cet.1, Hal.216

11

(24)

perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, atau sebaliknya

pemarah, benci karena dendam, sehingga memutuskan tali silaturahmi.

Apabila akhlak dan tingkah laku perbuatan yang baik di dalam

kehidupan seseorang itu, maka dia akan memperoleh hasil yang baik pula.

Puncak dari semua akhlak yang mulia itu, kelak dikemudian Hari (Hari

Akhirat) akan dinikmati oleh setiap ummatyang bertingkah laku dengan

akhlak yang baik di dunia ini.12

5. Dasar dan Tujuan Akhlak

Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi

pekerti, bertingkah laku, berperangai baik sesuai dengan ajaran islam.13

Akhlak bertujuan pula membentuk pribadi yang luhur dan mulia.

Seorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku yang

terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama

manusia, makhluk lainnya, serta dengan alam lingkungan.

6. Pembagian Akhlak :

Dari segi sifatnya perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan itu sejalan

dengan ajaran islam yang bersumberkan al-Qur’an dan al-Sunnah, disebut akhlak terpuji, jika kebiasaan itu bertentangan dengan ajaran islam disebut

akhlak tercela.14

Secara garis besar, akhlak dibagi dalam dua kategori, yaitu akhlak

mahmudah dan akhlak mazmumah.Yang dimaksud dengan akhlak

mahmudah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik

(terpuji).Dan sebaliknya segala macam sikap dan tingkah laku yang

(tercela) disebut akhlak mazmumah.15

Adapun akhlak atau sifat-sifat mahmudah sebagaimana yang

dikemukakan oleh para ahli akhlak, antara lain:

12

KH. Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masyarakat),

(Jakarta Pusat: Media Da’wah, 1986), cet .1, Hal. 5-6

13

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Disusun Berdasarkan Kurikulum Terbaru Nasional Perguruan Tinggi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.25

14

Prof. Dr. H. A. Rahman Ritonga, MA, Akhlak Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia, (Amelia Surabaya, 2005), cet 1, Hal.11

15

(25)

1) Al-Amanah (setia, jujur dapat dipercaya)

2) Al-Sidqu (benar, jujur)

3) Al-Adl (adil)

4) Al-Afwu (pemaaf)

5) Al-Alifah (disenangi)

6) Al-Wafa (menepati janji)

7) Al-Ifafah (memelihara diri)

8) Al-Haya (malu)

9) As-Syajaah (berani)

10)Al-Quwwah (kuat)

11)As-Sabru (sabar)

12)Ar-Rahmah (kasih sayang)

13)As-Sakha’u (murah hati)

14)At-Ta’aun (penolong/tolong menolong) 15)Al-Islah (damai)

16)Al-Ikha (persaudaraan)

17)Al-Iqtisad (hemat)

18)Silaturahmi (menyambung tali persaudaraan)

19)Ad-Diyafah (menghormati tamu)

20)At-Tawadu’ (merendahkan diri) 21)Al-Ihsan (berbuat baik)

22)Al-Khusyu’ (menundukan diri) 23)Al-Muru’ah (berbudi tinggi)

24)An-Nazafah (memelihara kebersihan badan)

25)As-Shalihah (cenderung kepada kebaikan)

26)Al-Qana’ah (merasa cukup dengan yang ada) 27)As-Sakinah (tenang, tentram)

28)Ar-Rifqu (lemah lembut)

29)Anisatun (bermuka manis)

30)Al-Khair (kebaikan, baik)

(26)

32)At-tadarru’ (merendahkan diri kepada Allah) 33)Izzatun Nafsi (berjiwa kuat)

34)Dsb

Sedangkan yang termasuk akhlak mazmumah, antara lain:

1) Ananiah (egoistis)

2) Al-Bagyu (lacur)

3) Al-Bukhl (kikir)

4) Al-Buhtan (dusta)

5) Al-Hamr (peminum khamr)

6) Al-Khianah (khianat)

7) Az-Zulmu (aniaya)

8) Al-Jubn (pengecut)

9) Al-Fawahisy (dosa besar)

10)Al-Gaddab (pemarah)

11)Al-Gasysyu (curang dan culas)

12)Al-Gibah (mengumpat)

13)An-Namumah (adu domba)

14)Al-Guyur (penipu, memperdaya)

15)Al-Hasd 9dengki)

16)Al-Istikbar (sombong)

17)Al-Kufran (mengingkari nikmat)

18)Al-Liwat (homosex)

19)Ar-Riya (ingin di puji)

20)As-Sum’ah (ingin di dengar kelebihannya) 21)Ar-Riba’ (makan riba)

22)As-syikiriyah (berolok-olok)

23)As-Sirqah (mencuri)

24)As-syahwat (mengikuti hawa nafsu)

25)At-Tabzir (boros)

26)Al-Azalah (tergopoh-gopoh)

(27)

28)Al-Makru (penipuan)

29)Al-Kazbu (dusta)

30)Al-Israf (berlebih-lebihan)

31)Al-Ifsad (berbuat kerusakan)

32)Al-Hiqdu (dendam)

33)Al-Gina (merasa tidak perlu kepada yang lain)16

34)Dsb.

B. Pembelajaran Akidah Akhlak 1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang

saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.17

Pembelajaran mengandung arti sebagai “Upaya untuk membelajarkan

seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan

berbagai strategi, metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang

telah direncanakan.”

Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para

peserta didik didalam kehidupannya, yakni membimbing dan

mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus

dijalani.

Jadi pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan

(belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta

diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi

dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar.18

16

Drs.H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung; Pustaka Setia, 1997), cet V. hal.197-200

17

Dr. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet.3, hal.57

18

(28)

2. Teori-Teori Pembelajaran :

a. Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta

didik di sekolah.

b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda

melalui lembaga pendidikan sekolah.

c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk

menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.19

3. Ciri-Ciri Pembelajaran: a. Rencana

b. Kesalingtergantungan

c. Tujuan

4. Tujuan Pembelajaran :

Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran

adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri.

a. Untuk menilai hasil belajar

b. Untuk membimbing siswa belajar

c. Untuk merancang sistem pembelajaran

d. Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam

meningkatkan proses pembelajaran.

e. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan

program pembelajaran.20

5. Pembelajaran Akidah Akhlak

Dibawah ini macam-macam sifat yang harus kita hindari, agar dapat

menjadi orang-orang yang bertaqwa dan berakhlak mulia kepada Allah

dan Rasul-Nya.

19

Dr. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet.3, hal.65

20

(29)

a. Ananiah

Ananiah artinya keakuan atau egois, yaitu orang yang selalu

mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Orang

yang bersifat ananiah hidupnya tidak di ridhoi Allah dan Rasul-Nya

dalam pergaulan pun tidak disenangi orang lain.

Sifat ananiah tidak sesuai dengan ajaran islam, sebab islam

mengajarkan bahwa harus memperhatikan diri sendiri juga jangan

melupakan orang lain selama diperlakukan dengan cara yang benar dan

tidak berlebihan.

Firman Allah SWT:





Tapi janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-An’am: 141).

b. Putus Asa

Putus Asa artinya habis atau hilang harapan.Putus Asa termasuk

akhlak tercela.Orang yang Putus Asa merasa pada dirinya tidak ada

harapan lagi.Allah dan rasul-Nya melarang kita untuk berputus asa.

Firman Allah dalam surah Yusuf ayat 87:





Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

Jika ada perasaan Putus Asa pada diri kamu, hendaklah kamu sadari

bahwa itu adalah bujukan setan.Setan selalu berusaha untuk

menjerumuskan manusia ke lembah kesengsaraan.Oleh sebab itu,

(30)

Asa, karena akibatnya sangat buruk bagi kita baik di dunia dan di

akhirat nanti.

c. Gadab

Gadab artinya marah, yaitu perasaan sangat tidak senang karena

dihina, di perlakukan tidak baik, dan sebagainya.Orang yang sedang

dihinggapi gadab sangat mudah dipengaruhi oleh tipu daya setan.

Gadab termasuk akhlak tercela. Allah dan Rasul-Nya melarang umat

islam untuk menjadi seorang yang pemarah.

Dalam firman Allah SWT :









Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.

d. Tamak

Tamak disebut juga serakah.Orang yang tamak pikirannya selalu

tertuju kepada bagaimana agar dapat mengumpulkan harta

sebanyak-banyaknya.Orang yang tamak biasanya pelit.Orang tamak akhir

hidupnya di dunia menderita dan di akhirat mendapat azab yang pedih.

Orang yang tamak pada akhir hidupnya di dunia menderita dan di

akhirat akan mendapat azab yang sangat pedih.

e. Takabur

Takabur artinya sombong. Oarang takabur memandang orang lain

itu kecil dan rendah. Ia pun lupa bawa segala sesuatu yang ada pada

dirinya adalah nikmat dari Allah.

Orang yang sudah terkena sifat buruk yang namanya takabur, ia

bukan hanya membanggakan diri secara berlebihan, tetapi juga

merendahkan orang lain. Semua orang dipandang rendah dan kecil.

(31)





Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.

Waktu Nabi Musa a.s. membawa Bani Israil ke luar dari negeri

Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Fir'aun, mereka harus melalui

laut merah sebelah Utara. Maka Tuhan memerintahkan kepada Musa

memukul laut itu dengan tongkatnya. perintah itu dilaksanakan oleh

Musa hingga belahlah laut itu dan terbentanglah jalan raya

ditengah-tengahnya dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan

kaumnya ke seberang. sedang Fir'aun dan pengikut-pengikutnya

melalui jalan itu pula, tetapi di waktu mereka berada di tengah-tengah

laut, Kembalilah laut itu sebagaimana biasa, lalu tenggelamlah mereka.

Jadi kesimpulan diatas bahwa kita sebagai orang islam

hendaknya dapat menjauhi sifat-sifat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari. Berbuatlah sebaliknya dan menanamkan sifat Akhlakul karimah.21

C. Pengertian Metode Problem Solving 1. Pengertian Metode Problem Solving

Kata metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan bodos.

Meta berarti “melalui” dan bodos “jalan”atau “cara”. Dengan demikian

metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai

suatu tujuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah

suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang

diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu tersebut.22

Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode

21

Drs. H. Masan AF, M.Pd, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kurikulum 2008 Kelas VIII, (Semarang: PT Karya Toha Putra,2009), cet.1. hal.56-66

22

(32)

diperlukan oleh guru dan pengguanaannya bervariasi sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam kegiatan

belajar mengajar guru tidak hanya terpaku dengan menggunakan satu

metode, tetapi sebaiknya guru menggunakan metode yang bervariasi agar

jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak

didik.23

Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan

islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan untuk menanamkan

pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi

obyek sasaran, yaitu pribadi yang islami.

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah

disusun tercapai secara optimal. Dengan demikian metode dalam

rangkaian system pembelajaran memegang peran sangat penting.

Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada

cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi

pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui

penggunaan metode pembelajaran.

Adapun kata lain metode merupakan cara untuk melakukan sesuatu

untuk mencapai tujuan, keberadaan metode sangatlah penting dalam

pendidikan, dimana dengan adanya metode dapat mempermudah

pencapaian tujuan yang diharapkan. Menurut kamus besar bahasa

Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Metode pembelajaran berarti pilihan cara yang digunakan dalam

proses pembelajaran. Berkaitan dengan ini, “Dewey” menekankan pada

penerapan metode langsung, spesifik, dan pengalaman-pengalaman yang

mengesankan. Anak diyakini oleh “Dewey”, tentu menghadapi

situasi-situasi konkret sedemikian hingga ia terpaksa mengerjakan sesuatu.

23

(33)

Menurutnya aktivitas anak didik di dalam kelas mestilah memfokuskan

pada upaya penyelesaian masalah (problem solving), daripada ditekankan

pada metode pemberian semua materi pelajaran secara verbal.24

Berdasarkan diatas bahwa metode pembelajaran merupakan suatu

cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

disusun sebelumnya dan direalisasikan didalam kegiatan pembelajaran.

Dengan adanya metode dalam pembelajaran tersebut diharapkan proses

pentransferan ilmu pengetahuan akan lebih mudah dilakukan, sehingga

kegiatan pembelajaran akan lebih terarah dan memudahkan siswa dalam

memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasannya.

Kata “problem” berasal dari Bahasa Inggris yang berarti masalah (selanjutnya dalam tulisan ini digunakan kata “problem” yang diartikan

sebagai masalah atau soal). Masalah merupakan pertanyaan yang bersifat

tantangan (challenge) dan tidak dapat dipecahkan secara prosedur rutin

(procedur routine) yang sudah diketahui jawabannya. Disadari atau

tidak, setiap hari kita harus menyelesaikan berbagai masalah dalam

kehidupan. Masalah tiap orang berbeda-beda, sesuatu hal merupakan

masalah bagi seseorang tetapi belum tentu merupakan masalah bagi

orang lain. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang

mendorong seseorang untuk menyesaikannya. Contoh suatu soal

diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui

cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat

dikatakan sebagai masalah. Jika soal tersebut belum dapat diselesaikan

secara langsung, maka hal itu merupakan masalah bagi anak tersebut.

Problem solving adalah belajar memecahkan suatu masalah. Pada

tingkat ini anak-anak merumuskan memecahkan masalah, memberikan

respon terhadap rangsangan yang menggmbarkan atau membangkitkan

24

(34)

situasi problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah

dikuasainya.25

Menurut Depdiknas mengatakan bahwa metode problem solving

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dipercaya sebagai vehicle

(kendaraan/alat) untuk mengembangkan higher order thinking skills.

Melalui proses problem solving, para siswa akan mampu menjadi

pemikir yang handal dan mandiri.26

Metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk

dianalisis, dibandingkan, dan disimpulkan dalam usaha mencari

jawabannya oleh peserta didik.27

Metode pemecahan masalah ini memiliki kelebihan yaitu dapat

membuat situasi pengajaran disekolah menjadi lebih relevan dengan

kehidupan, khususnya yang berkaitan dengan dunia kerja.28

Metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan cara

memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk

memperhatikan, menela’ah dan berpikir tentang suatu masalah untuk

selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk

memecahkan masalah. Dalam problem solving dapat menggunakan

metode-metode lainnya yang dimulai mencari data samapi menarik

kesimpulan.29

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan

hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode

25

Syaful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h.18

26

Drs. Lukmanul Hakim MPd, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung:CV Wacana Prima, 2009) hal. 49

27

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Perspektif Islam Tentang Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grouf, 2009), cet.1, hal.187

28

Abuddin Nata, Prsefktif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: 2009 Kencana Prenada Media Group), h.178

29

(35)

berpikir, sebab problem solving (belajar memecahkan masalah).30 Pada

tingkat ini, siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah,

memberikan rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan

situasi problematic, mempergunakan berbagai kaidah yang telah

dikuasainya.

Jadi yang dimaksud dengan Problem Solving dalam penelitian ini

adalah hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang

dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik.

(Lawson, 1991:53)

2. Teknik Metode Problem Solving

Dalam pemecahan problem-problem baru yang dihadapi diperlukan

kesanggupan untuk berpikir. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sekolah

turut bertanggung jawab mempersiapkan siswa dengan menggunakan

metode problem solving dalam mengajarkan berbagai mata pelajaran.

Metode ini memusatkan pada murid. Jadi berbeda dengan metode

ceramah yang mengutamakan Guru.

Metode ini telah mendorong anak untuk berpikir secara sistematis

dengan menghadapkannya pada problem-problem. Jika anak-anak telah

terlatih dengan metode ini, mereka diharapkan dapat menggunakannya

dalam situasi-situasi problematis dalam hidupnya.

Keunggulan Metode Problem Solving

a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

b. Berpikir dan bertindak kreatif.

c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.

d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

f. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk

men yelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

30

(36)

g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnya dunia kerja.31

3. Langkah-Langkah Pelaksanaan dalam Metode Problem Solving (Pemecahkan Masalah Ilmiah)

Menurut John Dewey, pada pokoknya langkah-langkah yang harus

dicapai dalam memecahkan masalah sebagai berikut:

a. Menyadari adanya masalah: problem, kesulitan, sesuatu yang

menimbulkan tanda tanya dalam pikiran kita yang biasanya kita

hadapi sehingga kita merasa bimbang.

b. Memahami hakekat masalah dengan jelas; ketegasan dan kejelasan

rumusan problem merupakan syarat untuk memecahkan masalah

secara efisien.

c. Mengajukan hipotesis yaitu dugaan mengenai jawaban suatu

masalah, tanpa bukti-bukti yang nyata.

d. Mengumpulkan data: untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis

e. Analisis dan sintesis data: bahan yang dikumpulkan harus ditinjau

dan dianalisa secara kritis dan melihat hubungannya dengan

pemecahan masalahnya.

f. Mengambil kesimpulan: berdasarkan data telah dikumpulkan dan

dianalisis secara kritis dapat diuji kebenaran hipotesis.

g. Mencoba dan menerapkan kesimpulan: kebenaran kesimpulan bukan

hanya berupa hasil pemikiran melainkan pula harus dibuktikan

kebenaran di dalam perbuatan.

h. Mengevaluasi seluruh proses pemecahan masalah. 32

Menurut Ahmad Sabri, dalam bukunya Strategi belajar mengajar

(micro teaching) yaitu:

a. Adanya masalah yang jelas untuk di pecahkan.

31

Hamdani, M.A, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.84

32

(37)

b. Mencari data dan keterangan yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut.

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara dari masalah tersebut.

e. Menarik kesimpulan.33

4. Persiapan Metode Problem Solving

a. Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru.

b. Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu

dalam memecahkan persoalan.

c. Guru memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara

pelaksanaannya.

d. Persoalan yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsang siswa

untuk berpikir.

e. Persoalan harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan

siswa.34

Menurut Ramayulis, dalam bukunya metodologi pengajaran agama

islam, bahwa ada beberapa persiapan dalam menggunakan metode

problem solving yang harus disiapkan sebagai berikut:

a. Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru.

b. Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu

dalam memecahkan persoalan.

c. Guru memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara

pelaksanaannya.

d. Problema yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsang siswa

untuk berpikir.

e. Problema harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan siswa.35

33

Drs. H. Ahmad Sabri, M.Pd. Strategi Belajar Mengajar, Micro Teaching, (PT. Ciputat Press, 2005), cet.1, hal.62

34

Hamdani, M.A, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.85

35

(38)

5. Pelaksanaan Metode Problem Solving

Dalam bunkunya Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang

Pembelajaran, bahwa pelaksanaan menggunakan metode problem solving

yaitu:

a. Dapat dilakukan dengan cara membagi siswa kedalam

kelompok-kelompok antara 3-5 orang.

b. Menentukan pokok permasalahan yang harus dipecahkan, serta

c. Mendiskusikan dan memecahkan masalah tersebut melalui kegiatan

pengumpulan data.

d. Menyusun hipotesis,

e. Mengolah data,

f. Menguji hipotesis, dan

g. Menarik kesimpulan.36

Menurut Ramayulis, dalam bukunya metodologi pengajaran agama

islam bahwa pelaksanaan menggunakan metode problem solving sebagai

berikut:

a. Guru melaksanakan secara umum tentang masalah yang dipecahkan.

b. Guru meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang

tugas yang akan dilaksanakan.

c. Siswa dapat bekerja secara individual atau berkelompok.

d. Siswa dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula tidak.

e. Kalau pemecahannya tidak ditemukan siswa, hal tersebut didiskusikan.

f. Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran, kebiasaan,

pengalaman, diskusi, dan mencari bahan banding.

g. Data diusahakan mengumpulkan sebayak-banyaknya untuk analisis

sehingga dijadikan fakta.

h. Membuat kesimpulan.37

36

Abuddin Nata, Prsefktif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: 2009 Kencana Prenada Media Group), h.188

37

(39)

Menurut Hamdani, dalam bukunya strategi belajar mengajar bahwa

pelaksanaan menggunakan metode problem solving sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan secara umum tentang masalah yang dipecahkan.

b. Guru meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang

tugas yang akan dilaksanakan.

c. Siswa dapat bekerja secara individual atau berkelompok.

d. Siswa dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula tidak.

e. Kalau pemecahannya tidak ditemukan siswa, hal tersebut didiskusikan.

f. Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran.

g. Data diusahakan mengumpulkan sebanyak-banyaknya untuk analisis

sehingga dijadikan fakta.

h. Membuat kesimpulan.38

6. Keuntungan Metode Problem Solving

a. Melatih siswa untuk menghadapi problema atau situasi yang timbul

secara spontan.

b. Siswa menjadi aktif dan berinesiatif serta bertanggung jawab.

c. Pendidikan di sekolah relevan dengan kehidupan.

d. Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan

tingkat kemapuan siswa.39

Melatih siswa untuk menghadapi problema atau situasi yang timbul

secara spontan.

Menurut Ramayulis, dalam bukunya metodologi pengajaran agama

islam bahwa pelaksanaan menggunakan metode problem solving sebagai

berikut:

a. Melatih murid-murid untuk menghadapi problema-problema atau

situasi-situasi yang timbul secara spontan.

38

Hamdani, M.A, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.85-86

39

(40)

b. Murid-murid menjadi aktif dan berinesiatif sendiri serta bertanggung

jawab sendiri.

c. Pendidikan disekolah relevan dengan kehidupan.

d. Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan

tingkat kemampuan siswa.40

7. Kelemahan Metode Problem Solving

a. Memerlukan waktu yang lama, artinya memerlukan alokasi waktu

yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang

lain.

b. Siswa yang pasif dan malas akan tertinggal.

c. Sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran.41

Siswa diharapkan dapat membangun pemahamannya tentang

realita alam dan ilmu pengetahuan dengan cara merekontruksi sendiri

“makna” melalui pemahaman pribadinya. Para siswa difasilitasi untuk

menerapkan their existing knowledge melalui problem solving,

pengambilan keputusan, dan mendesain penemuan.

Para siswa dituntut untuk berpikir dan bertindak kreatif dan kritis.

Mereka dilibatkan dalam melakukan eksplorasi situasi baru, dalam

mempertimbangkan dan merespon permasalahan secara kritis, dan dalam

menyelesaikannya secara realistis.42

8. Manfaat menggunakan Metode Problem Solving

Dalam kehidupan disekolah maupun dimasyarakat guru telah

membuktikan diri sebagai pemecah masalah (problem solving).Di sekolah,

seorang guru mampu memberikan berbagai solusi untuk anak-anak.

40

Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet.2, hal.205

41

Hamdani, M.A, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.84-86

42

(41)

Berbagai persoalan yang tidak bisa ditangani oleh profesi lain, ternyata

guru mampu.

Menjadi satu kebanggaan bagi seorang guru ketika melihat muridnya

menjadi sukses. Guru tidak memiliki rasa cemburu. Justru dengan

mempunyai murid yang sukses dapat dijadikan sebagai motivasi.43

Adapun kelebihan menggunakan metode ini diantaraya:

a. Metode Problem Solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk

lebih memahami pelajaran.

b. Metode Problem Solving dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi

siswa.

c. Metode problem Solving dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran

siswa.

d. Metode problem Solving dianggap lebih menyenangkan dan disukai

siswa.44

9. Tujuan Menggunakan Metode Problem Solving

Dalam pemecahan masalah-masalah baru yang dihadapi perlu

kesanggupan untuk berpikir, oleh karena itu tujuan dari metode ini

diantaranya :

a. Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus

belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

b. Agar mampu membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan

mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

c. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

mengembangkan kempuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru.45

43

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: PT Temprina Media Grafika, 2011), cet I, h. 194-195

44

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi pada Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2006), h.220

45

(42)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mengambil tempat di sebuah

sekolah swasta, yakni MTs Anwarul Huda Tangerang-Banten. Alasan peneliti

mengambil lokasi di MTs Anwarul Huda, karena peneliti mengajar disekolah

yang sama dengan tempat penelitian. Adapun waktu pelaksanaan penelitian

ini di mulai pada tanggal 19 September 2014.

B. Latar Penelitian (Setting)

Setting yang dipilih dalam penelitian ini adalah setting kelas.

Penentuan setting ini membantu peneliti dalam merencanakan serta terjun

mendekati subjek penelitian. Peneliti menggunakan 1 kelas yang berisi 36

(Tiga Puluh Enam) orang. Adapun kelas yang dijadikan tempat penelitian

adalah kelas VIII (delapan), di MTs Anwarul Huda Tangerang-Banten.

C. Metode penelitian

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dan

metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif.

Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan gejala atau keadaan apa

adanya, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu.1

1

(43)

D. Sumber Data

Sumber data utama penelitian ini adalah Guru Akidah Akhlak, pada

penelitian ini, data yang penulis peroleh dari kepustakaan (library research),

maupun data yang penulis peroleh dari lapangan. Pengamatan yang digunakan

adalah pengamatan non partisipatif, yaitu pengamatan dengan cara peneliti

tidak ikut terjun langsung dalam kegiatan penelitian untuk mendapatkan

informasi. Kemudian menganalisis dan mengelaborasinya sehingga dapat

dijelaskan lebih gamblang dan mudah dipahami.

Data yang dikumpulkan dan disajikan dalam penelitian ini meliputi

kurikulum, metode, evaluasi dan proses pembelajaran Akidah Akhlak pada

siswa kelas II MTs Anwarul Huda Tangerang.

E. Teknik pengumpulan data

Adapun cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi (pengamatan) yang dilakukan dengan cara mengamati

secara sistematik gejala-gejala yang terjadi di lapangan dengan mengamati

proses pembelajaran siswa kelas II MTs Anwarul Huda Tangerang.

Selama pembelajaran Akidah Akhlak berlangsung. Peneliti melakukan

pengamatan dimana peneliti berada di luar subjek. Dalam pengamatan ini

peneliti tidak ikut terlibat langsung dalam kehidupan orang yang

diobservasi, tetapi secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (peneliti) untuk memperoleh peneliti untuk memperoleh

informasi dari pihak yang diwawancarai yaitu guru Akidah akhlak,

kepala/wakil sekolah, dan murid berkaitan dengan masalah yang diteliti

mengenai Penerapan Metode Problem Solving pada Pembelajaran Akidah

Akhlak di Kelas II MTs Anwarul Huda Tangerang. (pedoman wawancara

(44)

3. Dokumentasi

Adapun dokumentasi diperkuat untuk memperkuat data yang sudah

peneliti dapatkan. Untuk menggambarkan keadaan sekolah yang dijadikan

tempat penelitian yaitu MTs Anwarul Huda Tangerang. Dokumentasi yang

peneliti lakukan adalah dengan mengumpulkan data dengan menggunakan

dokumen-dokumen berikut ini:

a. Data profil sekolah

b. Data staf pengajar dan karyawan

c. Brosur sekolah (Bila ada)

F. Sumber Data 1. Sumber Primer

Sumber primer yang dimaksud disini adalah sumber yang berasal

dari seseorang atau lebih, informasi-informasi penelitian diperoleh.

Adapun sumber-sumber tersebut peneliti dapatkan dari:

a. Guru Akidah Akhlak

Guru Akidah Akhlak adalah salah satu sumber yang akan memberikan

informasi kepada peneliti yang menyangkut semua hal yang berkaitan

dengan peran guru dalam proses belajar siswa serta segala hal yang

berkaitan dengan bagaimana penerapan metode problem solving pada

pembelajaran akidah akhlak di kelas II MTs Anwarul Huda Tangerang.

b. Kepala/Wakil Kepala Sekolah

Peneliti akan memperoleh beberapa informasi dari kepala sekolah/wakil

kepala sekolah mengenai bagaiamana penerapan metode problem

solving pada pembelajaran akidah akhlak di kelas II MTs anwarul huda

tangerang.

c. Para Siswa

Untuk mendapatkan respon dari siswa kelas II MTs mengenai

bagaimana penerapan metode problem solving pada pembelajaran

akidah akhlak dikelas II MTs Anwarul Huda Tngerang.

(45)

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang berasal dari buku-buku

tentang Penerapan Metode Problem Solving pada Pembelajaran Akidah

Akhlak dan tentang petunjuk-petunjuk pelaksanaan penelitian kualitatif,

serta buku Pedoman Penulisan Skrifsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki beberapa instrumen yang

dikembangkan menjadi instrumen penelitian yang sederhana yang dapat

melengkapi data hasil penelitian.

Adapun penelitian tersebut antara lain;

1. Pedoman observasi atau pengamatan (observation)

2. Pedoman wawancara (interview guide)

3. Pedoman dokumentasi ( check list)

4. Field note berfungsi untuk mencatat data hasil observasi dan wawancara.

5. Kamera.

H. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik triangulasi.

Menurut Lexy J Moleong: “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pebanding terhadap data itu”.2 1. Triangulasi

Proses analisis data dengan teknik ini dimaksudkan untuk

mendapatkan keabsahan data dengan cara mengecek dan membandingkan

2

(46)

data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara maupun dokumen

terkait.

2. Triangulasi Metode

Yaitu dengan melakukan pengecekan drajat kepercayaan

penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data

(observasi, wawancara dan dokumentasi) dan juga melakukan pengecekan

drajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Tringulasi Teori

Yaitu dengan membandingkan hasil temuan peneliti dengan teori

yang ada di bab II dan laporan hasil penelitian akan disertai dengan

penjelasan guna meningkatkan derajat kepercayaan yang diperoleh.

I. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah,

dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

1. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti membuat catatan data yang

dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang

merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan dan tujuan

penelitian.

2. Reduksi Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan proses analisis data yang di

mulai dengan menela’ah seluruh data dari berbagai sumber yakni observasi, wawancara, studi dokumentasi,. Setelah dibaca dan dipelajarai,

selanjutnya adalah mengadakan reduksi data yang berkaitan erat dengan

proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstrasikan ,

dan mentrasformasikan data mentah yang diperoleh dari penelitian.

3. Penyajian Data

Setelah melalui reduksi data, maka langkah selanjutnya yaitu penyajian

(47)

penelitian. Teks naratif ini bisa dialihkan dengan bentuk gambar, bagan

dan tabel.

4. Penarikan Kesimpulan

Setelah data yang dikumpul direduksi kemudian disajikan, maka langkah

terakhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penarikan

kesimpulan ini tidak lepas dari fenomena permasalahan yang diteliti.3

3

(48)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Sekolah, Guru, dan Siswa

a. Sejarah Berdirinya MTs Anwarul Huda Tangerang

Jl. Raya Rancaiyuh Kp. Nangela Rt/Rw 02/01 Kec. Legok Kab.

Tangerang sejak Tanggal 29 juli 2005 diberik

Referensi

Dokumen terkait

Kita akan mencoba melihat peranan Soeharto yang sangat dominan dalam setiap perumusan kebijakan luar negeri Indonesia serta membahas seberapa besar pengaruh militer dan tujuan

Praktik pegalaman lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan unutuk menerapkan teori yang diperoleh

SEGMEN BERITA REPORTER B Banyusumurup, Desa Kerajinan Aksesoris Keris. miniatur

Pemimpin sangat penting dalam mempengaruhi masyarakat kearah yang baik atau buruk serta mengemudi sebuah masyarakat atau negara sampai tujuan dan cita-cita, karena

yang kurang paham terhadap keadaan atau mungkin salah persepsi dalam kasus yang terjadi. Dalam hal inilah perlu dilakukan proses pengeditan berita oleh redaksi. Gaya

Proses belajar seperti inilah yang diharapkan dapat dikembangkan melalui penerapan strategi math talk di kelas sehinga peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis?. Seseorang

Dalam proses pemecahan masalah, digunakan metode penelitian tindakan kelas (action research classroom). Dalam penelitian ini terdapat sumber data utama, yaitu siswa

Tidak diberikan waktu tambahan bagi peserta yang terlambat dan tidak disediakan ujian susulan oleh panitia, kecuali dosennya sendiri menyediakan waktu ujian susulan. Peserta