• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Penjadwalan Penanaman Komoditas Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Model Penjadwalan Penanaman Komoditas Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN PENANAMAN

KOMODITAS SAYURAN

GREENHOUSE

DI PT SAUNG

MIRWAN

HILMAN HADID

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Model Penjadwalan Penanaman Komoditas Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HILMAN HADID. Pengembangan Model Penjadwalan Penanaman Komoditas Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan. Dibimbing oleh MACHFUD.

Salah satu permasalahan di bidang agribisnis produk sayuran adalah jika produksi melampaui kebutuhan pasar, oleh karena produk sayuran bersifat perishable. Kelebihan produksi menyebabkan peningkatan biaya dan dapat menyebabkan kerugian. Salah satu cara untuk meminimalkan kelebihan produksi adalah dengan melakukan penjadwalan penanaman agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan pasar tanpa mengalami kelebihan. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan model penjadwalan penanaman mingguan serta perhitungan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan setiap minggu. Pembuatan jadwal tanam mingguan dibuat dengan metode pemrograman linier dengan bantuan perangkat lunak LINDO. Model penjadwalan dibuat dengan data simulasi permintaan. Hasil yang diperoleh didapat jadwal penanaman yang dapat meminimumkan kelebihan produksi. Jadwal penanaman yang dikembangkan lebih baik dibandingkan jadwal penanaman yang dilakukan perusahaan selama ini, yaitu dalam hal jumlah kelebihan produksi dan efisiensi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

Kata kunci: kelebihan produksi, penjadwalan, program linier, sayuran

ABSTRACT

HILMAN HADID. Development Planting Scheduling Model of Greenhouse Vegetables in PT Saung Mirwan. Supervised by MACHFUD.

One of the problems in the field of agri-products vegetables is over production. Due to perishability of the product. Excess production led to increased costs and may cause profit loss. One way to minimize the excess production is by planting schedule so that products are produced to meet market demand without having excess. The objective of the research was to develop scheduling model of weekly planting and labour requirement. The linear programing maked by using LINDO software used to solve the problem. The result showed that in term of excess production and labour requirement was better than company’s planting scheduling.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN PENANAMAN

KOMODITAS SAYURAN

GREENHOUSE

DI PT SAUNG

MIRWAN

HILMAN HADID

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengembangan Model Penjadwalan Penanaman Komoditas Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan

Nama : Hilman Hadid NIM : F34080064

Disetujui oleh

Dr Ir Machfud, MS Pembimbing Akademik

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Machfud MS selaku dosen pembimbing serta kepada Bapak Dr Ir Taufik Djatna dan Ibu Dr Ir Indah Yuliasih sebagai dosen Penguji.

Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wasil dan Bapak Jarot dari PT Saung Mirwan, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 6

Kerangka Pemikiran 6

Pendekatan Berencana 6

Tata Laksana Penelitian 8

Metode Prakiraan Permintaan Mingguan Sayuran 9

Metode Penentuan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja 10

KEGIATAN PRODUKSI 10

Persiapan Penanaman 10

Persiapan Lahan 10

Persiapan Media Tanam 10

Kegiatan Penanaman 10

Pemeliharaan Tanaman 11

Pemberian Larutan Nutrisi 11

Pengajiran 11

Pewiwilan 11

Penyerbukan Bantuan 12

Seleksi Buah 12

Pembuangan Daun dan Penurunan Tanaman 12

Penopingan 12

Pembersihan Saluran Drainase 13

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 13

Pemanenan 13

(10)

PEMODELAN 15

Penentuan Jadwal Tanam 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Proyeksi Permintaan 19

Perencanaan Jadwal Tanam 22

Analisis Senstivitas 25

Validasi 25

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 28

(11)

DAFTAR TABEL

1 Produktifitas berbagai komoditas sayuran di PT. SM 14 2 Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan produksi 14 3 Umur panen dan masa produktif beberapa komoditi yang diusahakan di

PT SM 15

4 Hasil simulasi permintaan mingguan sayuran greenhouse Tahun 2011 21 5 Jumlah penanaman sayuran hasil keluaran model 23 6 Jumlah penanaman sayuran yang dilakukan perusahaan 26 7 Kebutuhan tenaga kerja penanaman tiap periode hasil penjadwalan 28

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 7

2 Diagram alir tahap penelitian 9

3 Permintaan sayuran greenhouse pada Tahun 2011 di PT SM 20

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penghitungan kebutuhan tenaga kerja penanaman 31 2 Pemenuhan permintaan dan kelebihan produksi sayuran hasil

penjadwalan 34

3 Pemenuhan permintaan dan kelebihan produksi sayuran penanaman

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan agribisnis hortikultura merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Menurut data dari Kementrian Pertanian tahun 2011, produksi sayuran di Indonesia mencapai 10.7 juta ton. Sedangkan produksi buah sebesar 18.4 juta ton, dan produksi bunga potong mencapai 399.8 juta tangkai.

Salah satu permasalahan yang terjadi dalam agribisnis sayuran adalah kelebihan produksi yang disebabkan oleh jumlah permintaan yang tidak tetap. Produk hortikultura khususnya sayuran memiliki sifat mudah rusak sehingga kelebihan produksi menyebabkan peningkatan biaya akibat penyimpanan dan kerusakan produk sehingga dapat menyebabkan kerugian. Lurie (2009) menyatakan bahwa pada hampir semua kasus, kualitas produk segar pasti menurun selama masa pascapanen.

Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan penjadwalan penanaman yang tepat sehingga kelebihan produksi dapat diminimalisir. Penjadwalan penanaman yang baik dapat memenuhi permintaan dan meminimumkan kelebihan produksi sehingga permintaan dapat terpenuhi dengan hasil yang terbuang dapat seminimal mungkin. Teknik pemrograman linier merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mencari hasil yang optimal dalam menyelesaikan suatu permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengoptimumkan jadwal yang dihasilkan.

Menurut William (1990) model adalah struktur yang sengaja dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan keistimewaan dan karakteristik dari beberapa objek lain. Model matematika adalah sekumpulan peubah-peubah dan persamaan matematika yang menggambarkan bagaimana sistem bekerja. Model penjadwalan penanaman perlu dibuat karena dalam penjadwaalan penanaman sayuran terdapat banyak faktor yang mempengaruhi.

(14)

2

Perumusan Masalah

Masalah yang yang akan diteliti pada penelitian ini adalah melihat sejauh mana penjadwalan produksi dengan menggunakan teknik program linier dapat mengurangi kelebihan produksi.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Membuat perencanaan jadwal penanaman sayuran yang dapat memenuhi permintaan dengan sisa kelebihan produksi yang minimal.

2. Membandingkan jadwal yang dihasilkan dengan yang dilakukan oleh perusahaan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung yang mencakup beberapa aspek. Manfaat penelitian ini diantaranya:

1. Diperoleh jadwal penanaman yang optimal.

2. Terdapat pengoptimalan penggunaan sumberdaya sehingga dapat mengurangi pemborosan.

3. Meningkatnya pemenuhan permintaan konsumen hortikultura.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada perencanaan jadwal penanaman 4 jenis tanaman sayuran yang utama di PT SM. Perencanaan yang dilakukan meliputi waktu penanaman serta alokasi jumlah tanaman yang ditanam pada lahan yang tersedia dengan mempertimbangkan prakiraan permintaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Satiadireja (1950) memilahkan sayuran menurut tanaman yang dipanen untuk konsumsi dan menurut penggunaannya dalam masakan (bumbu). Sayuran bumbu juga sering digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pilihannya ialah sayuran daun dan tangkai (misalnya bayam, kangkung, kubis, dan sawi), sayuran kacang (dipungut bijinya seperti kapri, kacang hijau, kedelai, dan petai), sayuran buah (misalnya blewah, kluwih, mentimun, dan tomat), sayuran akar dan ubi (misalnya kentang, ubi jalar, lobak dan lombok).

Kegiatan budidaya hortikultura dapat dilakukan pada lahan terbuka atau dengan menggunakan green house. Media tanamnya pun dapat berupa tanah, air ataupun udara, yaitu dengan menggunakan sistem hidroponik atau aeroponik.

(15)

3 pasca panen yang ditujukan untuk diproses lebih lanjut. Secara umum, penanganan pasca panen untuk tanaman hortikultura khususnya sayuran antara lain meliputi pembersihan/pencucian, perapihan (trimming), sortasi, pemutuan (grading), pengemasan, dan penyimpanan (Kitinoja dan Kader 1993).

Produk hortikultura menurut Apandi (1984) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Bersifat kamba sehingga membutuhkan tempat penampungan yan lapang. 2. Produk selalu dikonsumsi dalam keadaan segar.

3. Kualitas produk berpengaruh dalam penentuan harga. 4. Produk tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar. 5. Harga selalu berubah-ubah.

Menurut Martoredjo (2009), sayuran yang disimpan berisiko mengalami kerugian pasca panen yang disebabkan oleh:

1. Kerusakan mekanis

Kerusakan mekanis bentuknya bermacam-macam, misalnya saja berupa luka luar yang mudah terlihat dan luka dalam atau memar yang tidak mudah terlihat. Besarnya kerusakan mekanis sukar ditaksir, terutama untuk kerusakan mekanis yang tidak terlihat dari luar, sebab kerusakan mekanis , terutama yang berupa luka luar, umumnya segera diikuti oleh penyakit sehingga kehilangan pasca panen merupakan gabungan antara kerusakan mekanis dan kerugian pascapanen akibat penyakit.

2. Ganguan fisiologis

Bahan tanaman yang sudah dipanen berupa buah atau bagian tanaman lain, masih melangsungkan aktifitas fisiologisnya karena bahan tersebut masih dalam keadaan hidup. Aktifitas fisiologis yang dapat menimbulkan gangguan pada bahan tanaman diantaranya adalah transpirasi dan respirasi.

3. Penyakit non parasitik

Penyakit non parasitik adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh organisme (biotis, hayati, maupun parasit) dan tidak berasal dari dalam sel, jaringan, atau tubuh tanaman hasil panen tersebut; jadi penyebabnya berasal dari luar, misalnya suhu, kelembapan relatif, udara, dan senyawa kimia.

4. Penyakit parasitik

Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur.

Lurie (2009) menyatakan bahwa pada hampir semua kasus, kualitas produk segar pasti menurun selama masa pascapanen. Jumlah dan jenis kerusakan tergantung dari kondisi penanganan setelah produk dipetik dari pohonnya. Kondisi ini termasuk stres akibat berkurangnya kadar air, stress akibat suhu selama penyimpanan. Stres akibat kondisi anaerobik jika produk disimpan pada lingkungan terkendali atau lingkungan termodifikasi, stress akibat adanya patogen atau adanya luka kecil akibat sortasi pasca panen dan kerusakan mekanis.

Lurie (2009) membagi stress pascapanen menjadi dua yaitu stress abiotik dan stress biotik. Stres abiotik adalah stress akibat pengaruh cahaya matahari, kekurangan mineral, memar dan luka, chilling injury, penyimpanan attmosfir terkendali atau termodifikasi, dan kelembapan relative selama panen dan pasca panen. Stres biotic adalah stress akibat adanya infeksi dari jamur atau bakteri.

(16)

4

Penjadwalan akan mengatur tentang seluruh jenis kegiatan produksi beserta waktunya agar perencanaan kebutuhan dapat terpenuhi.

Penjadwalan dapat diartikan sebagai penentuan susunan pekerjaan yang akan dilakukan, yang berhubungan dengan jumlah pekerjaan, waktu tiap unsur pekerjaan dimulai dan selesai serta tanggal penyerahan barang. Dalam sistem penjadwalan harus dapat ditentukan kegiatan, waktu pengiriman produk, ketepatan perencanaan dan realisasinya (Harsono, 1984).

Penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu (timing) serta penggunaan sumber daya dalam kegiatan operasi produksi. Penetapan waktu berkenaan dengan masalah pengurutan atau sequencing dan penggunaan sumber daya untuk kegiatan operasi produksi berkenaan dengan masalah penugasan kerja (job assignment) atau pembebanan kerja pada fasilitas produksi (Machfud, 1999).

Penjadwalan merupakan rencana urutan kerja serta pengalokasian sumber daya baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan. Penyusunan penjadwalan bertujuan untuk mengurangi keterlambatan kerja dan waktu proses, memaksimalkan kerja mesin dan tenaga kerja, mengurangi idle time dan jumlah produk yang tertahan dalam pusat kerja (Russel dan Taylor, 1995).

Schroeder (1992) menyebutkan bahwa setiap sistem penjadwalan harus dapat menentukan waktu pengiriman produk berapa besar kapasitas yang dibutuhkan, waktu dimulainya kegiatan dan seberapa besar ketepatan antara perencanaan dan realisasinya.

Penjadwalan berhubungan dengan perencanaan dan waktu pelaksanaan kegiatan yang sangat penting bagi keberlangsungan operasional suatu perusahaan. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu perusahaan dengan menerapkan teknik penjadwalan yang baik antara lain menurunkan biaya (cost) dan meningkatkan kapasitas produksi. Teknik penjadwalan yang benar tergantung pada volume pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan dan tingkat kesulitan pekerjaan. Tujuan umum dari penjadwalan ialah mengoptimumkan penggunaan sumber daya sehingga tujuan produksi tercapai (Haizer dan Render,1993).

Pemodelan matematika adalah suatu proses yang menjalani tiga tahap berikut:

a. Perumusan model matematika.

b. Penyelesaian dan atau analisis model matematika.

c. Penginterpretasian hasil ke situasi nyata (Pamuntjak, 1990).

Program linier menurut Taha (1996), adalah suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian secara optimum sumber daya yang terbatas. Masalah ini timbul apabila seorang dihadapkan pada pilihan beberapa tingkat kegiatan yang akan dilakukannya dan masing-masing kegiatan yang akan dilakukannya dan masing-masing kegiatan membutuhkan sumber daya yang jumlahnya terbatas.

Ada tiga kriteria permasalahan Program Linier menurut Taha (1996), yaitu: 1. Tujuan yang ingin dicapai harus dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi linier. 2. Harus ada alternatif pilihan yang ingin diperbandingkan (alternatif

pemecahan).

(17)

5 Program linier dapat digunakan untuk merancang struktur produksi yang optimum dengan mengkaitkan model input-output. Sebenarnya kapasitas produksi telah dapat diperkirakan berdasarkan analisis input-output, namun hasil perkiraan menggunakan model input output belum memasukan pembatas-pembatas yang ada pada sektor produksi. Untuk itu menurut Gaspersz (1992) dapat dilakukan optimasi program linier dengan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut:

1. Proporsionalitas; asumsi dasar Program Linear mengenai proporsionalitas sama dengan asumsi dasar model input-output Leontief, yaitu homogenitas, proporsionalitas dan aditifitas.

2. Nilai tujuan tiap aktifitas tidak saling mempengaruhi: yang berarti kenaikan nilai fungsi tujuan yang diakibatkan kenaikan produksi suatuu industri dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi nilai fungsi tujuan industri lainnya.

3. Divisibilitas; yang berarti nilai kapasitas produksi setiap industri bisa bernilai pecahan (dapat dibagi), hal ini tidak menjadi masalah karena kapasitas produksi tersebut mantinya diperhitungkan dengan nilai persentase.

4. Deterministik; yang berarti semua parameter yang terdapat dalam model program linier dapat diperkirakan dengan pasti, hal ini dapat dipenuhi karena parammeter yang menyangkut koefisien input-uotput telah ditentukan sebelumnya.

5. Sumber daya dapat dihitung; yang berarti sumber daya yang tersedia harus dapat dihitung sehingga dapat dibandingkan hasil optimasi dengan kondisi awalnya.

6. Linearitas; yang berarti fungsi tujuan dan faktor-faktor pembatasnya harus dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi linier.

Notasi standar program linier dinyatakan sebagai berikut. Untuk aktifitas j

(j=1,2,3,…,n), cj adalah peningkatan tujuan Z yang dihasilkan dengan bertambahnya xi (tingkat aktivitas j). Untuk sumberdaya i (i=1,2,3,…,m), bi adalah jumlah sumber daya yang tersedia untuk aktifitas-aktivitas, aij adalah jumlah dari sumberdaya i yang dikonsumsi oleh setiap unit aktifitas j. Himpunan data aij, bi dan c merupakan parameter atau konstanta input bagi model program linier. Model program linier tersebut disajikan pada fungsi tujuan pada persamaan berikut.

Analisis sensitifitas juga diperlukan dalam kelanjutan model ini, karena dalam kegiatan produksi faktor ketidakpastian itu selau ada. Faktor ketidakpastian sering terjadi pada perubahan harga dan produktivitas. Pengertian sensitivitas adalah memberlakukan sumber daya (bi) yang tersedia pada batas yang paling besar (upper limit). Artinya apa yang terjadi pada solusi optimum bila parameter bi diubah nilainya lebih dari bi yang ada (bi + Δbi) dan yang lebih rendah dari (bi

(18)

6

limit. Nilai ini mengisyaratkan sampai seberapa besar para pengusaha diizinkan untuk mengubah parameter tersebut (Soekartawi 1992).

Taha (1996) menambahkan tujuan dari analisa sensitivitas adalah mengurangi perhitungan dan menghindari perhitungan ulang bila terjadi perubahan-perubahan untuk satu atau beberapa koefisien model program linier pada saat penyelesaian optimal telah tercapai. Hasil analisa sensitivitas harus menunjukan model tetap optimal walaupun nilai prakiraan produksi berubah sesuai dengan interval pada analisis sensitivitas.

METODE

Kerangka Pemikiran

Dalam melakukan perencanaan produksi budidaya hortikultura perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat memengaruhi. Hal itu dilakukan agar proses produksi dapat berjalan secara optimal dan menghasilkan keuntungan yang tinggi dengan pengunaan sumberdaya yang optimal serta dapat memenuhi permintaan konsumen. Faktor faktor yang perlu diperhatikan diantaranya adalah tujuan yang ingin dicapai, jumlah permintaan produk, sumberdaya yang tersedia seperti luas lahan dan tenaga kerja, serta masa tanam dan produktifitas yang dihasilkan.

Jumlah produk hortikultura yang dihasilkan pada waktu tertentu merupakan hasil dari penanaman pada beberapa periode sebelumnya, sehingga perlu dilakukan perencanaan tanam yang baik agar produk tersebut tersedia pada waktu dibutuhkan.

Komoditas tanaman yang dibudidayakan pada usaha sayuran terdiri dari berbagai jenis tanaman yang menggunakan lahan yang terbatas. Sehingga perlu dilakukan pengalokasian yang menghasilkan keuntungan yang optimum. Selain itu juga perlu dilakukan penentuan waktu penanaman yang dapat memenuhi permintaan konsumen secara optimal. Pada penanaman komoditas hortikultura

Waktu dan alokasi tanam yang optimum dapat ditentukan dengan menggunakan teknik progam linier. Pada program linier, faktor faktor yang berpengaruh diformulasikan kedalam bentuk persamaan linier untuk selanjutnya dilakukan pengoptimuman. Pengoptimuman tersebut dilakukan terhadap beberapa skenario yang dipilih.

Secara garis besar, ruang lingkup dan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Pendekatan Berencana

Pendekatan berencana dapat digunakan untuk menguraikan permasalahan seperti kebijakan, pertentangan secara obyektif dan alternatif-alternatif lain yang mempunyai tujuan utama untuk mengembangkan dan menerapkan model-model kuantitatif pada masalah-masalah spesifik. Tahapan-tahapan pendekatan berencana menurut Thierauf dan Klekamp (1975), adalah sebagai berikut :

(19)

7 2. Perumusan masalah yang sebenarnya dalam penjadwalan produksi. Pada tahap ini ditentukan faktor-faktor yang mmempengaruhi permasalahan, penentuan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, batasan-batasan terhadap penyelesaian masalah-masalah dan asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pengembangan dan penyelesaian masalah.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Prakiraan

Perminta an

Perencanaan Jadwal Tanam dengan metode Linear

Programming

Hasil Perencanaan Jadwal Tanam dengan

metode Linear Programming Data

luas lahan

Data Tenaga

Kerja

Data

Permintaan Data

produksi Data

produktifitas Penentuan faktor yang mempengaruhi

perencanaan jadwal tanam Mulai

Identifikasi Proses kegiatan Produksi dan metode penjadwalan

yang dilakukan oleh PT. SM

(20)

8

3. Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan melalui :

a. Analisa data untuk mendapatkan model matematika yang menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh dengan tujuan yang hendak dicapai. b. Pengembangan alternatif model berdasarkan pada peubah-peubah

keputusan dan kendala-kendala atau variabel yang ada.

4. Pemilihan penyelesaian optimum melalui tahap analisa alternatif-alternatif dengan bantuan komputer

5. Pembuktian penyelesaian optimum melalui tahap implementasi atau simulasi. 6. Pembuatan kendali-kendali yang tepat untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dan mempengaruhi penyelesaian model serta formulasi permasalahan yang mengandung umpan balik terhadap observasi lapang. Produksi dan staff lapangan PT SM berupa produktifitas tanaman, kegiatan teknis budidaya, dan umur panen tanaman. Data permintaan dan harga jual berasal dari data realisasi permintaan sayuran pada tahun 2011.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan studi mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari pihak terkait, buku-buku acuan, laporan-laporan hasil penelitian, jurnal, dan literatur lainnya. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai optimasi jadwal penanaman.

b. Observasi Lapang

Observasi lapang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mempelajari secara langsung permasalahan yang ada dalam perencanaan jadwal tanam tersebut.Observasi lapang dilakukan agar data yang didapat dari hasil wawancara sesuai dengan kondisi di lapangan.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan langsung dengan kepala bagian produksi serta staff produksi di lapangan PT SM terkait dengan teknis budidaya serta produktifitas tanaman dan umur panen.

3. Metode Pengolahan Data

(21)

9

Metode Prakiraan Permintaan Mingguan Sayuran

Pembuatan jadwal penanaman dilakukan dengan menggunakan data hasil simulasi mingguan dengan menggunakan data permintaan bulanan PT SM pada tahun 2011 dengan menggunakan bilangan acak dengan rata-rata sesuai dengan rata-rata permintaan mingguan pada bulan tersebut dan simpangan baku mengikuti simpangan baku bulanan pada tahun tersebut. Jumlah total permintaan bulanan pada satu bulan harus sesuai dengan data permintaan bulanan pada bulan tersebut. Data yang digunakan pada model penjadwalan adalah data hasil simulasi pada minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-20.

Gambar 2 Diagram alir tahap penelitian Ya Penyusunan

Laporan

Selesai Tidak

Formulasi Matematis

Pengolahan Data

Validasi Model

Ya Tidak

Data Memenuhi kebutuhan

Mulai

Studi Pustaka

Observasi Lapang dan Identifikasi Masalah

(22)

10

Metode Penentuan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja hasil dari jadwal penanaman setiap minggunya dapat ditentukan dengan cara menghitung jam kerja yang dibutuhkan oleh kegiatan yang dilakukan setiap minggunya berdasarkan yang meliputi kegiatan pembongkaran lahan, penyiapan media, penanaman, pewiwilan, pengajiran, dan pemanenan. Jumlah jam kerja tersebut kemudian dibagi dengan jam kerja yang ada setiap minggunya sehingga didapat jumlak kebutuhan tenaga kerja. Secara lengkap penghitungan tenaga kerja dapat dilihat pada Lampiran 1.

KEGIATAN PRODUKSI

Persiapan Penanaman

Kegiatan yang dilakukan pada persiapan penanaman untuk setiap tanaman sayuran hidroponik yang diproduksi oleh perusahaan adalah sama, yaitu meliputi kegiatan persiapan lahan; persiapan media tanam; dan kegiatan penanaman.

Persiapan Lahan

Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan adalah sanitasi lahan dan perangkat irigasi, serta sterilisasi lahan. Kebutuhan tenaga kerja pada kegiatan persiapan lahan adalah dua orang tenaga kerja selama setengah hari kerja setiap petak greenhouse.

Persiapan Media Tanam

Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan media tanam ini adalah pembakaran sekam untuk dijadikan arang sekam dan pengisian arang sekam ke-dalam polybag. Pemilihan arang sekam sebagai media tanam adalah karena arang sekam mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: pekerjaan untuk mempersiapkannya lebih ringan, harganya murah, mudah didapat, mudah mengikat air, dan mempunyai porositas yang baik.

Untuk kegiatan persiapan media tanam ini setiap pekerja membutuhkan waktu sekitar satu menit untuk mengerjakan 1 polybag media tanam atau dalam satu jamnya seorang pekerja dapat menyelesaikan 60 polybag media tanam.

Kegiatan Penanaman

Kegiatan penanaman dilakukan setelah media tanam diletakkan di bedengan, satu jam sebelum penanaman, media yang akan ditanami tersebut diberi larutan nutrisi melalui pipa irigasi hingga jenuh. Hal ini dilakukan dengan tujuan merangsang pertumbuhan akar seoptimal mungkin.

Untuk menekan biaya produksi, perusahaan mencari alternatif dimana setiap polybag diisi dengan 2 tanaman. Hal ini dipandang lebih menguntungkan karena perusahaan dapat menghemat polybag, arang sekam dan terutama penghematan biaya nutrisi hingga 40 persen.

(23)

11

Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan yang dilakukan untuk memelihara tanaman antara lain adalah pemberian larutan nutrisi, pengajiran, pewiwilan, penyerbukkan bantuan, seleksi buah, pembuangan daun dan penurunan tanaman, penopingan, dan pembersihan saluran drainase.

Pemberian Larutan Nutrisi

Setiap tanaman memerlukan hara sebagai makanannya, demikian juga dengan tanaman sayuran hidroponik. Kebutuhan hara tersebut mutlak diberikan melalui pemberian larutan nutrisi karena media yang dipakai untuk menanam yaitu arang sekam merupakan media yang tidak mengandung hara secara langsung seperti pada tanah. Hara yang dibutuhkan oleh tanaman sayuran hidroponik tersebut mengandung beberapa unsur yang terdiri dari unsur makro dan mikro. Kegiatan ini dikerjakan oleh tenaga kerja bagian nutrisi yang menangani pemberian nutrisi dan pengendalian hama sehingga tidak ditangani oleh tenaga kerja bagian produksi.

Pengajiran

Pengajiran adalah proses pemasangan tali ajir pada tanaman. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat berdiri tegak dan tidak roboh serta diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi tanaman. Selain itu dengan pengajiran maka tajuk dari setiap tanaman dapat diatur sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan daun yang merupakan tempat untuk melakukan kegiatan fotosintesis akan mendapat penyinaran matahari secara optimal.

Pengajiran pada tanaman dilakukan pada minggu ketiga penanaman. Untuk melakukan pengajiran ini pekerja dapat melakukan pengajiran sebanyak sekitar 80 tanaman setiap jamnya atau sekitar 0.75 menit setiap tanaman.

Pewiwilan

Pewiwilan adalah kegiatan membuang tunas-tunas air yang berada di ketiak daun dan membuang bunga-bunga yang tidak menjadi buah (bunga gagal buah). Pewiwilan dilakukan pada semua tanaman sayuran hidroponik yang telah mulai muncul tunas dan bunga. Tujuan dari pewiwilan ini adalah untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari secara manual menggunakan tangan karena pada pagi hari tunas mudah dipatahkan. Sebelum melakukan pewiwilan, tangan harus dicelupkan dulu ke cairan susu murni agar tangan steril dan dapat menonaktifkan bakteri-bakteri atau virus pada tangan yang dapat menyebabkan gangguan penyakit pada tanaman. Selain itu agar tidak terjadi penularan penyakit antar tanaman apabila pada saat pewiwilan batang tanaman terluka.

(24)

12

Penyerbukan Bantuan

Pada dasarnya, tanaman sayuran hidroponik (shishito, tomat cerry, tomat apel, timun mini) dapat melakukan penyerbukan sendiri apabila ditanam di lahan terbuka. Tapi karena tanaman sayuran hidroponik tersebut ditanam di dalam greenhouse yang pergerakan udaranya terbatas karena terisolasi dari udara luar, sementara serangga yang dapat membantu penyerbukan tidak ada maka dilakukan kegiatan penyerbukkan bantuan agar terjadi penyerbukkan yang sempurna. Penyerbukan bantuan biasanya dilakukan untuk membantu penyerbukan awal pada tanaman muda. Penyerbukan bantuan dilakukan pertama kali pada saat tanaman memasuki pembungaan. Selanjutnya kegiatan tersebut dilakukan pada pagi hari dengan cara memukul-mukul bagian tanaman dengan menggunakan tongkat kayu yang dilapisi busa atau spon agar tanaman tidak terluka. Semakin sering penyerbukan dilakukan, maka akan semakin mempercepat pembuahan.

Seleksi Buah

Seleksi Buah dilakukan dengan tujuan menyeragamkan ukuran dan kualitas buah yang akan dipanen nantinya. Untuk tanaman tomat ceri, dalam satu tanaman terdapat kurang lebih 30-35 tandan yang masing-masing tandannya diusahakan hanya berisi 15-18 buah. Untuk tanaman tomat apel, dalam satu tanaman terdapat kurang lebih 35 tandan yang masing masing tandannya diusahakan hanya berisi 4-5 buah kecuali pada tandan pertama pada tanaman yaitudapat berisi 6 buah. Untuk tanaman timun tidak ada patokan khusus berapa buah yang harus ada dalam satu tanaman, tetapi diusahakan buahnya berselang seling di setiap ketiak daun. Untuk shishito, pada cabang pertama buah berjumlah 3 dan pada cabang selanjutnya, jumlah buah adalah kelipatan 3 yaitu dapat berjumlah 6, 9, sampai 12.

Pembuangan Daun dan Penurunan Tanaman

Pembuangan daun dilakukan pada daun yang telah menguning karena tua maupun karena penyakit dan juga dilakukan apabila daun paling bawah terlalu rimbun. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penguapan (transpirasi) pada tanaman dan menjaga stabilitas penyerapan unsur hara.

Penurunan tanaman dilakukan apabila tanaman telah mencapai ketinggian para-para besi yaitu sekitar 2 meter. Penurunan ini dilakukan pada tanaman timun dan tomat saja karena kedua tanaman ini dapat mencapai ketinggian lebih dari atap besi yang sudah disediakan penurunan dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pemeliharaan dan pemanenan.

Penopingan

(25)

13

Pembersihan Saluran Drainase

Pembersihan pada saluran drainase dilakukan karena sisa larutan dan kotoran dapat menimbulkan penyakit bagi tanaman. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan penyodok karet yang menyerupai alat pel atau dapat juga menggunakan air dari power sprayer untuk dibuang ke selokan. Pembersihan dilakukan pada sore hari menjelang berakhirnya jam kerja atau setelah kegiatan pemeliharaan tanaman lainnya telah selesai dilakukan.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan di greenhouse ada 2 macam, yaitu secara mekanis dan kimia. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan menggunakan perangkap kuning berperekat dengan zat napvis D-10 yang mempunyai daya rekat yang kuat yang berfungsi sebagai pemberantas dan pendeteksi jumlah hama yang ada di dalam greenhouse atau dengan melakukan penjarangan daun, yaitu dengan membuang daun-daun yang gejala serangannya parah atau dapat dengan mengeser polybag secara berselang-seling sehingga dapat menurunkan populasi hama.

Serangan hama dan penyakit yang tidak dapat ditangani secara mekanis maka akan diberantas dengan menggunakan pestisida. Penyemprotan pestisida untuk pencegahan mewabahnya hama atau penyakit dilakukan 2 minggu sekali. Penyemprotan dilakukan pada siang hari menjelang sore yaitu sekitar jam 14.00 WIB atau apabila suhu di bawah 30 oC dengan kelembaban normal 60 persen. Apabila penyemprotan dilakukan diatas suhu tersebutmaka akan bersifat racun (toksin) pada tanaman. Beberapa hama yang sering menyerang tanaman hidroponik yang sering menyerang tanaman sayuran hidroponik yang ada di perusahaan dan pengendalian yang dilakukan antara lain adalah hama white fly (Bemisia sp.), leaf miner (Lyriomyza sp.), thrips, penyakit embun tepung (powdery mildew), dan penyakit layu bakteri. Terdapat divisi khusus yang menangani pemberian nutrisi dan pengendalian hama sehingga pemberian nutrisi dan pengendalian hama tidak dikerjakan oleh tenaga kerja produksi.

Pemanenan

Faktor lingkungan dan faktor pembudidayaan yang berpengaruh besar terhadap hasil panen. Faktor lingkungan terdiri dari suhu, cahaya, media tanam, angina, ketinggian lokasi, dan curah hujan sedangkan faktor pembudidayaan terdiri dari pemilihan bibit, persiapan lahan dan pemeliharaan. Faktor lingkungan yang cukup dominan terhadap hasil panen adalah suhu sedangkan faktor pembudidayaan yang paling dominan adalah pemberian pupuk N, P, K dan Ca.

(26)

14

Hasil panen setiap jenis tanaman yang dibudidayakan berbeda-beda, tanaman tomat apel dapat menghasilkan sekitar 3.5 kg tomat setiap tanaman selama masa hidupnya dengan periode panen selama 11 minggu sehingga setiap minggunya setiap tanaman tomat dapat menghasilkan rata-rata sebesar 0.32 kg tomat. Sedangkan tanaman tomat ceri dapat menghasilkan 2.5 kg tomat setiap tanaman selama masa hidupnya dengan masa panen selama 10 minggu sehingga setiap minggunya tanaman tomat dapat dihasilkan 0.25 kg tomat ceri. Tanaman shishito dapat menghasilkan 2 kg selama hidupnya dengan periode panen selama 13 minggu sehingga setiap minggunya dapat menghasilkan rata-rata sebanyak 0.15 kg sedangkan tanaman timun mini dapat menghasilkan 4 kg hasil panen dengan rata-rata mingguan 0.31 kg. Jumlah hasil panen setiap komoditi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produktifitas berbagai komoditas sayuran di PT. SM

Komoditas Produktifitas yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan produksi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan produksi

Kegiatan Unit Satuan Jumlah Tenaga

Kerja

Penanaman Tanaman 1 12 tanaman/jam

Pengajiran Tanaman 1 80 tanaman/jam

Pewiwilan Tanaman 1 60 tanaman/jam

Panen kg hasil panen 1 12,5 kg/jam

Pembongkaran Tanaman

(27)

15 selanjutnya. Umur panen dan masa produktif beberapa komoditas yang diusahakan di PT Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Umur panen dan masa produktif beberapa komoditi yang diusahakan di PT SM

Asumsi yang digunakan dalam pengembangan model penjadwalan tanam adalah:

a. Jumlah minggu kerja dalam satu tahun adalah 52 minggu. b. Jumlah jam kerja dalam satu minggu adalah 44 jam kerja c. Hasil panen tanaman perminggunya tetap

d. Permintaan mingguan tanaman dalam satu bulan berfluktuasi mengikuti sebaran normal dengan sebaran baku mengikuti simpangan baku permintaan per bulan dalam satu tahun.

e. Sisa hasil yang dipanen diasumsikan tidak dapat disimpan

f. Kerugian yang dialami oleh perusahaan akibat produksi yang berlebih adalah lima puluh persen dari harga jual perusahaan

Penentuan Jadwal Tanam

Pengembangan model penjadwalan penanaman sayuran dilakukan dengan menggunakan pemrograman linier dengan menggunakan tujuan meminimumkan kelebihan produksi. Hal ini dikarenakan produk sayuran merupakan produk yang mudah rusak sehingga nilainya akan berkurang apabila disimpan lebih dari 1 minggu. Model penjadwalan yang dikembangkan mencakup 4 (i = 1,2,3,4) jenis tanaman, yaitu tomat apel ( i = 1 ), tomat ceri ( i = 2 ), shishito ( i = 3), dan timun mini ( i = 4) dan diimplementasikan selama 2 siklus.

Pada siklus pertama, lahan diasumsikan mula-mula dalam keadaan kosong sehingga model dibuat tanpa memperhitungkan tanaman yang telah ditanam sebelumnya.

(28)

16

adalah kelebihan produksi yang terjadi setiap periode panen (minggu) yaitu selisih antara jumlah produksi dari tanaman yang ditanam pada periode tanam sebelumnya dan jumlah permintaan. Jumlah produksi adalah hasil kali jumlah tanaman yang ditanam dikalikan dengan produktifitas/tanaman/minggu ( ) sedangkan b adalah kerugian perusahaan yang disebabkan oleh kelebihan produksi yang didefinisikan dengan setengah dari harga jual perusahaan. Harga jual tomat apel perusahaan rata-rata adalah Rp 20.000,00 per kg sedangkan untuk tomat ceri rata-rata adalah sebesar Rp 25.000,00 per kg, untuk shishito rata-rata adalah sebesar Rp 25.000,00 per kg dan untuk timun mini adalah sebesar Rp 22.000,00 per kg. Harga tersebut relatif stabil dengan sedikit penurunan dan kenaikkan. L adalah luas lahan yang tersedia sedangkan adalah jumlah tanaman ke-i yang dapat ditanam setiap meter persegi.

Umur tanaman tomat apel (i = 1) adalah selama 20 minggu, pada minggu ke-20 tanaman tomat apel yang ditanam pada minggu ke-1 dibongkar, tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 akan dibongkar pada minggu ke-21, tanaman yang ditanam pada minggu ke-t akan dibongkar pada minggu ke-(t + 19). Tanaman tomat dapat dipanen setelah minggu ke-10 atau setelah berumur 9 minggu sampai dengan minggu ke-20 sebanyak 3.5 kg selama hidupnya atau rata-rata 0.318 kg setiap minggunya sehingga tanaman yang ditanam pada minggu ke-1 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-ke-10 sampai minggu ke-20, tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-11 sampai minggu ke-21, dan tanaman yang ditanam pada minggu ke-t digunakan untuk memenuhi permintaan pada minggu ke-(t + 9) sampai dengan minggu ke-(t + 19). Sehingga permintaan pada periode ke-t dipenuhi oleh hasil panen tanaman yang ditanam pada periode ke-(t – 19) sampai periode ke-(t – 9) sehingga pemenuhan permintaan dirumuskan sebagai:

(29)

17

Umur tanaman tomat ceri (i = 2) adalah selama 18 minggu, pada minggu ke-18 tanaman tomat ceri yang ditanam pada minggu ke-1 dibongkar, tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 akan dibongkar pada minggu ke-19, tanaman yang ditanam pada minggu ke-t akan dibongkar pada minggu ke-(t + 17). Tanaman tomat ceri dapat dipanen setelah minggu ke-9 atau setelah berumur 8 minggu sampai dengan minggu ke-18 sebanyak 2.5 kg selama hidupnya atau rata-rata 0.25 kg setiap minggunya sehingga tanaman yang ditanam pada minggu ke-1 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-9 sampai minggu ke-18, tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-10 sampai minggu ke-19, dan tanaman yang ditanam pada minggu ke-t digunakan untuk memenuhi permintaan pada minggu ke-(t + 8) sampai dengan komoditas tomat ceri untuk minggu ke-t.

Umur tanaman shishito (i = 3) adalah selama 20 minggu, pada minggu ke-20 tanaman shishito ditanam pada minggu ke-1 dibongkar, tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 akan dibongkar pada minggu ke-21, tanaman yang ditanam pada minggu ke-t akan dibongkar pada minggu ke-(t + 19). Tanaman shishito dapat dipanen setelah minggu ke-8 atau setelah berumur 7 minggu sampai dengan minggu ke-20 sebanyak 2 kg selama hidupnya atau rata-rata 0.1538 kg setiap minggunya sehingga tanaman yang ditanam pada minggu ke-1 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-8 sampai minggu ke-20, tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-9 sampai minggu ke-21, dan tanaman yang ditanam pada minggu ke-t digunakan untuk memenuhi permintaan pada minggu ke-(t + 7) sampai dengan minggu ke-(t + 19). Sehingga permintaan pada periode ke-t dipenuhi oleh hasil panen tanaman yang ditanam pada periode ke-(t – 19) sampai periode ke-(t – 7) sehingga pemenuhan permintaan dirumuskan sebagai:

adalah jumlah jumlah penanaman untuk komoditas shishito untuk periode ke-t sedangkan adalah jumlah hasil panen per tanaman per minggu untuk komoditas shishito. adalah jumlah permintaan untuk komoditas shishito untuk minggu ke-t dan adalah jumlah sisa kelebihan produksi komoditas shishito untuk minggu ke-t.

(30)

18

ditanam pada minggu ke-2 akan dibongkar pada minggu ke-17, tanaman yang ditanam pada minggu ke-t akan dibongkar pada minggu ke-(t + 16). Tanaman timun mini dapat dipanen setelah minggu ke-4 atau setelah berumur 3 minggu sampai dengan minggu ke-16 sebanyak 4 kg selama hidupnya atau rata-rata 0.30769 kg setiap minggunya sehingga tanaman yang ditanam pada minggu ke-1 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-4 sampai minggu ke-16, tanaman yang ditanam pada minggu ke-2 digunakan untuk memenuhi permintaan minggu ke-5 sampai minggu ke-17, dan tanaman yang ditanam pada minggu ke-t digunakan untuk memenuhi permintaan pada minggu ke-(t + 3) sampai dengan komoditas timun miniuntuk minggu ke-t.

Secara umum pemenuhan permintaan dirumuskan dengan:

adalah jumlah jumlah penanaman untuk komoditas tanaman ke-i untuk periode ke-t sedangkan adalah jumlah hasil panen per tanaman per minggu untuk komoditas tanaman ke-i. adalah jumlah permintaan untuk komoditas tanaman ke-i untuk minggu ke-t dan adalah jumlah sisa kelebihan produksi komoditas tanaman ke-i untuk minggu ke-t. m adalah masa hidup tanaman sedangkan n adalah umur tanaman ketika pertama kali dipanen. Pada model siklus pertama ini diasumsikan tidak ada penanaman sebelumnya sehingga tidak ada penanaman pada periode sebelum t=1.

Kendala kapasitas lahan dirumuskan dengan jumlah total penanaman tidak boleh lebih dari kapasitas lahan yang tersedia. Pada rumusan ini kegiatan bongkar tidak diperhitungkan karena perencanaan dilakukan selama satu siklus tanaman sehingga kegiatan bongkar tidak mempengaruhi luasan yang tersedia.

Pada siklus kedua, sebelumya telah dilakukan penanaman sehingga hasil dari tanaman yang ditanam serta kapasitas lahan yang digunakan dalam penanaman siklus sebelumnya harus diperhitungkan dalam persamaan. Minggu sebelum minggu ke-1 pada siklus ke-2 adalah minggu terakhir pada siklus pertama. Penanaman yang terjadi pada siklus pertama sudah terjadi sehingga pada penjadwalan siklus kedua menjadi nilai konstanta sehingga tidak dapat diubah lagi. Pada siklus kedua ini ditujukan untuk memenuhi permintaan lanjutan dari siklus pertama sehingga minggu pertama penanaman tomat apel ditanam pada minggu ke-4 Bulan Maret tahun 2011. Minggu pertama penanaman tomat ceri ditanam pada minggu ke-3 Bulan Maret tahun 2011. Minggu pertama penanaman shishito ditanam pada minggu ke-1 Bulan April tahun 2011 sedangkan minggu pertama penanaman timun mini ditanam pada minggu ke-1 Bulan April tahun 2011.

(31)

19

Kendala kapasitas lahan dirumuskan dengan jumlah total luasan penanaman pada minggu ke-t tidak boleh lebih dari kapasitas lahan dikurangi dengan jumlah tidak boleh lebih dari jumlah kapasitas yang telah digunakan pada periode sebelumnya.

Pada program linier ini tidak diperhitungkan kendala tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena perusahaan dapat mendatangkan tenaga kerja tambahan apabila terdapat kekurangan tenaga kerja dengan upah yang relatif sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proyeksi Permintaan

(32)

20

Gambar 3 Permintaan sayuran greenhouse pada Tahun 2011 di PT SM

Gambar 3 menunjukkan bahwa pola permintaan sayuran di PT Saung Mirwan memiliki fluktuasi yang cukup tinggi terutama pada komoditas tomat apel dan tomat ceri. Pada tomat apel permintaan naik sangat tinggi pada bulan Juni dan September sedangkan permintaan tomat ceri mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada bulan September. Hal ini dipengaruhi oleh momen Hari Raya Idul Fitri yang menyebabkan permintaan tinggi pada bulan tersebut. Pada komoditas shishito dan timun mini tidak terdapat fluktuasi yang cukup signifikan. Berdasarkan pola tersebut dapat diperkirakan bahwa permintaan sayuran tomat pada tahun tahun berikutnya akan tinggi pada bulan-bulan tersebut sehingga dapat diantisipasi oleh pihak perusahaan.

Permintaan mingguan sayuran perminggu di PT Saung Mirwan cukup berfluktuasi antara lain dipengaruhi oleh permintaan minggu sebelumnya. Pada penelitian ini dilakukan simulasi permintaan perminggu dengan mengasumsikan permintaan perminggu mengikuti sebaran normal dengan rata-rata adalah rata rata mingguan setiap bulan pada minggu ke-1 sampai minggu ke-40 dan simpangan bakunya mengikuti simpangan baku permintaan perbulan dalam satu tahun. Hasil simulasi permintaan mingguan pada periode tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Per

m

in

taan

(k

g

)

Tomat Apel

Tomat Ceri

Shishito

(33)

21 Tabel 4 Hasil simulasi permintaan mingguan sayuran greenhouse Tahun 2011

No Bulan Minggu Permintaan(kg)

Tomat

Apel Tomat ceri Shishito Timun mini

1 Januari 1 233 304 300 256

2 2 0 0 218 258

31 Agustus 1 255 49 287 335

(34)

22

Perencanaan Jadwal Tanam

Hasil keluaran dari perangkat lunak LINDO dapat menunjukkan jumlah penanaman yang optimal untuk memenuhi permintaan dengan sisa kelebihan permintaan yang minimum untuk setiap periode. Selain itu juga terdapat informasi mengenai sisa kelebihan produksi setiap periode. Untuk menguji model digunakan data permintaan pada awal tahun 2011. Jumlah penanaman setiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 5.

Hasil penjadwalan menunjukkan bahwa penanaman dilakukan dengan selang waktu dan jumlah penanaman yang tidak tetap, hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan penanaman dengan selang waktu dan jumlah penanaman yang tetap. Penjadwalan penanaman dibagi menjadi dua siklus. Pada siklus pertama tomat apel ditanam pada periode ke-1 sebanyak 68.13 m2 atau sebanyak 733 pohon kemudian dilakukan penanaman kembali pada periode ke-12 sebanyak 3.80 m2 atau sebanyak 41 pohon. Penanaman kembali dilakukan pada periode ke-14 sebanyak 75.15 m2 atau sebanyak 808 pohon. Pada periode ke-15 dilakukan penanaman kembali sebanyak 49.12 m2 atau sebanyak 528 pohon. Selanjutnya dilakukan penanaman pada periode ke-19 sebanyak 25.77 m2 atau sebanyak 277 pohon dan pada periode ke-20 sebanyak 7.63 m2 atau sebanyak 82 pohon. Pada periode lain tidak dilakukan penanaman disebabkan oleh permintaan pada setiap periode sudah tercukupi dari penanaman pada keempat periode tersebut.

Pada komoditas tomat ceri, penanaman dilakukan pada periode pertama sebanyak 113.01 m2 atau sebanyak 1.216 pohon. Selanjutnya dilakukan penanaman kembali pada periode ke-11 sebanyak 23.05 m2 atau sebanyak 248 pohon dan pada periode ke-12 sebanyak 11.90 m2 atau sebanyak 128 pohon. Pada komoditas shishito, penanaman dilakukan pada periode pertama sebanyak 181.48 m2 atau sebanyak 1951 pohon lalu pada periode ke-14 sebanyak 62.42 m2 atau sebanyak 670 pohon dan pada periode ke-15 sebanyak 117.58 m2 atau sebanyak 1262 pohon.

Pada komoditas timun mini, penanaman mula-mula ditanam pada minggu ke-1 sebanyak 77.34 m2atau sebanyak 833 pohon dan periode ke-2 sebanyak 0.60 m2 atau sebanyak 7 pohon dilanjutkan pada periode ke-8 sebanyak 2.42 m2 atau sebanyak 27 pohon dan pada periode ke-9 sebanyak 0.60 m2 atau sebanyak 7 pohon selanjutnya dilakukan penanaman pada periode ke-14 sebanyak 64.95 m2 atau sebanyak 699 pohon dan pada periode ke-15 sebanyak 8.16 m2 atau sebanyak 88 pohon. Pada hasil terdapat perbedaan pada permulaan penanaman masing-masing komoditas hal ini disesuaikan dengan umur pertama panen yang berbeda beda. Tomat apel mulai ditanam pada minggu ke-44 tahun 2010, tomat ceri mulai ditanam pada minggu ke-45 tahun 2010, shishito mulai ditanam pada minggu ke-46 tahun 2010, dan timun mini mulai ditanam pada minggu ke-50 tahun 2010.

(35)

23 Tabel 5 Jumlah penanaman sayuran hasil keluaran model

No Tahun Bulan Minggu Jumlah tanam(pohon)

Tomat

Apel Tomat Ceri Shishito Timun Mini

(36)

24

Pada siklus kedua tomat apel ditanam pada periode ke-1 sebanyak 32.28 m2 atau sebanyak 347 pohon kemudian dilakukan penanaman kembali pada periode ke-3 sebanyak 141.40 m2 atau sebanyak 1520 pohon. Penanaman kembali dilakukan pada periode ke-4 sebanyak 46.23 m2 atau sebanyak 497 pohon. Pada periode ke-5 dilakukan penanaman kembali sebanyak 78.14 m2 atau sebanyak 840 pohon. Penanaman dilakukan kembali pada periode ke-16 sebanyak 78.14 m2 atau sebanyak 840 pohon dan pada periode 17 sebanyak 89.86 m2 atau sebanyak 966 pohon. Pada siklus ke-2 ini jumlah penanaman tomat apel cukup tinggi disebabkan oleh permintaan yang tinggi pada bulan bulan tersebut meskipun telah terdapat panen dari siklus sebelumnya.

Pada komoditas tomat ceri, penanaman dilakukan pada periode ke-3 sebanyak 28.28 m2 atau sebanyak 304 pohon. Selanjutnya dilakukan penanaman kembali pada periode ke-8 sebanyak 7.07 m2 atau sebanyak 76 pohon dan pada periode ke-11 sebanyak 8.19 m2 atau sebanyak 88 pohon. Selanjutnya dilakukan penanaman kembali pada periode ke-13 sebanyak 2.98 m2 atau sebanyak 32 pohon dan pada periode ke-14 sebanyak 6.70 m2 atau sebanyak 72 pohon. Selanjutnya dilakukan penanaman kembali pada periode ke-17 sebanyak 123.91 m2 atau sebanyak 1332 pohon dan pada periode ke-18 sebanyak 17.49 m2 atau sebanyak 188 pohon. Penanaman tomat apel pada siklus ini relatif sedikit karena permintaan yang rendah kecuali pada periode akhir.

Pada komoditas shishito, penanaman dilakukan pada periode ke-7 sebanyak 37.49 m2 atau sebanyak 403 pohon lalu pada periode ke-8 sebanyak 98.70 m2 atau sebanyak 1061 pohon dan pada periode ke-11 sebanyak 37.58 m2 atau sebanyak 404 pohon. Terakhir dilakukan penanaman pada periode ke-19 sebanyak 540 pohon. Pada perode ke-1 sampai periode ke-6 tidak dilakukan penanaman karena sudah tercukupi dari penanaman siklus pertama. Untuk komoditas timun mini, penanaman mula-mula ditanam pada periode ke-1 sebanyak 207 pohon dan periode ke-11 sebanyak 512 pohon dilanjutkan pada periode ke-12 sebanyak 108 pohon dan pada periode ke-14 sebanyak 301 pohon selanjutnya dilakukan penanaman pada periode ke-15 sebanyak 169 pohon.

Hasil penjadwalan juga masih terdapat kelebihan produksi yang cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh pemenuhan permintaan lebih diutamakan dalam model ini sehingga untuk memenuhi permintaan pada suatu periode akan terdapat kelebihan pada periode yang memiliki permintaan yang lebih rendah dibanding dengan permintaan sebelum atau sesudahnya hal ini tidak bisa dihindari karena selama masa produktifnya, pohon yang ditanam akan menghasilkan sayuran setiap minggunya. Nilai kekurangan produksi dan kelebihan produksi hasil penjadwalan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pada keluaran juga disajikan informasi mengenai residual cost. Informasi mengenai residual cost berisi seberapa besar nilai koefisien variabel fungsi tujuan harus diturunkan agar variabel bernilai positif. Apabila nilai residual cost bernilai negatif maka koefisien variabel fungsi tujuan harus dinaikkan agar variabel bernilai positif. Nilai residual cost memiliki nilai bukan nol hanya ketika value -nya bernilai nol.

(37)

25 memiliki bentuk sama dengan sehingga seharusnya Slack or Surplus yang dihasilkan masing-masing kendala bernilai nol.

Informasi dual price menjelaskan tentang perubahan yang akan terjadi pada nilai fungsi tujuan bila nilai ruas kanan kendala berubah satu unit dengan demikian dual price kendala 1 yang terletak pada baris ke-2 menjelaskan bahwa nilai fungsi tujuan akan berkurang sebanyak 5 setiap penambahan ruas kanan fungsi kendala sebanyak satu unit. Pada hasil nilai dual price yang dihasilkan terdapat banyak yang bernilai negatif yang berarti akan terjadi pengurangan pada nilai fungsi tujuan apabila nilai ruas kanan kendala bertambah sebanyak satu unit.

Analisis Senstivitas

Konsep dualitas menjelaskan secara matematis bahwa sebuah kasus pemrograman linier berhubungan dengan sebuah kasus pemrograman linier yang lain. Bila kasus pemrograman linier pertama disebut Primal maka kasus Pemrograman Linier kedua disebut Dual; sehingga penyelesaian kasus primal secara otomatis akan menyelesaikan kasus dual, demikian pula Sebaliknya (Siswanto 2007).

Pada penerapan penjadwalan seringkali terjadi perubahan-perubahan pada penjadwalan penanaman sayuran yang sering berubah terutama adalah harga komoditas dan permintaan. Analisis sensitivitas menjelaskan sampai sejauh mana parameter parameter model pemrograman linier, yaitu koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan kendala, boleh berubah tanpa harus mempengaruhi jawaban optimal atau penyelesaian optimal. Terdapat dua jenis analisis sensitifitas yaitu analisis sensitifitas untuk mengetahui sensitifitas peubahan nilai koefisien fungsi tujuan yang terkait dengan harga produk dan analisis sensitifitas untuk mengetahui sensitifitas perubahan nilai ruas kanan yang berkaitan dengan perubahan permintaan. Pada keluaran LINDO terdapat informasi sejauh mana nilai tersebut dapat berubah, apabila perubahan yang terjadi melebihi yang diperbolehkan maka harus dilakukan penjadwalan ulang.

Pada penjadwalan penanaman sayuran di PT SM sensitif terhadap permintaan sayuran namun tidak sensitif terhadap biaya kelebihan produksi komoditi. Permintaan sayuran di PT SM sangat berfluktuatif sehingga perlu dicari metode prakiraan permintaan yang akurat dan dilakukan evaluasi secara berkala.

Validasi

Untuk mengetahui sejauh mana validitas model maka hasil penjadwalan yang sedang dibuat dibandingkan dengan jadwal penanaman yang telah dilakukan perusahaan. Jadwal penanaman yang dilakukan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 6.

(38)

26

dari minggu ke-35. Penentuan selang waktu penanaman dan jumlah penanaman setiap batch dan mulai penanaman dilakukan dengan mencoba berbagai alternatif yang mungkin untuk mencari alternatif yang cukup baik untuk penanaman. Tabel 6 Jumlah Penanaman Sayuran Yang dilakukan Perusahaan

No Tahun Bulan Minggu Jumlah penanaman (pohon)

(39)

27 Hasil dari penanaman yang dilakukan oleh perusahaan adalah jumlah tomat apel yang diproduksi pada minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-20 terdapat kelebihan produksi yang cukup besar yang mencapai rata-rata 907 kg setiap minggunya, sedangkan pada komoditas tomat ceri, shishito, jumlah produksi yang dihasilkan setiap minggunya kelebihan produksi yang terjadi tidak terlalu tinggi, namun terjadi kekurangan produksi pada beberapa minggu tertentu, pada tomat apel, terjadi kekurangan produksi pada minggu ke-25 sebesar 518 kg, pada tomat ceri, terjadi kekurangan produksi pada minggu ke-1 sebesar 89 kg, pada minggu ke-35 sebanyak 78 kg dan pada minggu ke-36 sebanyak 213 kg, sedangkan shishito, terjadi kekurangan produksi pada periode ke-1 sebesar 115 kg, ke-15 sebesar 20 kg, ke-17 sebesar 6 kg, pada minggu ke-31 sebesar 10 kg, pada minggu ke-39 sebesar 93 kg dan pada minggu ke-40 sebesar 4 kg. Pada produksi timun mini, terjadi kekurangan pada minggu ke-17 sebesar 39 kg, pada minngu ke-21 sebanyak 14 kg, pada minggu ke-31 sebesar 58 kg dan pada minggu ke-32 sebesar 9 kg. Kelebihan produksi dan pemenuhan permintaan yang dilakukan perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Secara umum penjadwalan dengan model yang dibuat menghasilkan jumlah pemenuhan permintaan yang lebih baik dan kelebihan produksi yang lebih sedikit dibandingkan dengan penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan. Pada penjadwalan dengan menggunakan metode yang dibuat, tidak terdapat periode yang mengalami kekurangan produksi. Kelebihan produksi dan pemenuhan permintaan dari penjadwalan yang dibuat dapat dilihat pada Lampiran 2.

Dengan penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan, kegiatan penanaman relatif memiliki selang waktu yang lebih tetap dibandingkan dengan penjadwalan yang dibuat sehingga kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan produksi relatif tetap setiap periodenya, oleh sebab itu perlu dilihat apakah kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan penanaman setiap minggunya yang dihasilkan berbeda dibandingkan dengan yang dilakukan oleh perusahaan.

Kebutuhan tenaga kerja dari hasil model penjadwalan ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang dibutuhkan setiap minggunya tidak tetap. Perbedaan kebutuhan tenaga kerja tersebut dipengaruhi oleh kegiatan yang dilakukan pada periode tersebut dan juga dipengaruhi lahan yang ditanami pada periode tersebut. Pada hasil perhitungan didapat bahwa kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan penanaman keempat komoditas tersebut lebih rendah dibandingkan yang dibutuhkan untuk kegiatan penanaman perusahaan. Hal itu disebabkan oleh jumlah penanaman pada penjadwalan lebih sedikit dibanding yang dilakukan perusahaan. Namun pada hasil penjadwalan terdapat periode yang memiliki jumlah kebutuhan kerja yang sangat tinggi, fluktuasi jumlah kebutuhan pekerja pada hasil penjadwalan lebih tinggi daripada metode perusahaan.

(40)

28

Tabel 7 Kebutuhan tenaga kerja penanaman tiap periode hasil penjadwalan

No Tahun Bulan Minggu Kebutuhan Tenaga Kerja Langsung

Hasil Penjadwalan Metode Perusahaan

1 2011 April 1 10 12

2 2 7 15

3 3 9 11

4 4 7 14

5 Mei 1 8 12

6 2 7 15

7 3 9 11

8 4 11 14

9 Juni 1 8 12

10 2 10 15

11 3 12 11

12 4 11 14

13 5 10 12

14 Juli 1 19 15

15 2 13 11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian Perencanaan jadwal Tanam Komoditas Sayuran Greenhouse di PT Saung Mirwan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan model yang di buat telah berhasil menghasilkan jadwal penanaman sayuran yang dapat memenuhi permintaan dengan sisa kelebihan produksi yang minimal.

2. Model penjadwalan ini menghasilkan jumlah pemenuhan permintaan dan kelebihan produksi relatif lebih baik dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan, tenaga kerja yang digunakan relatif lebih rendah yang dilakukan perusahaan namun fluktuasi jumlah tenaga kerja yang diperlukan lebih tinggi dibandingkan dengan metode perusahaan.

Saran

1. Dilakukan pengembangan model penjadwalan yang ada di PT Saung Mirwan dengan mempertimbangkan aspek ketidakpastian.

2. Dilakukan penelitian mengenai metode prakiraan permintaan yang akurat untuk merencanakan produksi.

(41)

29

DAFTAR PUSTAKA

Apandi M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung(ID): Penerbit Alumni. Bedworth DD. dan Bailey JE. 1987. Integrated Production Control Systems

Management, Analysis, Design, (2nd ed.). Singapura(SG): J Wiley.

Dilworth JB.1992.Operation Management : Design, Planning, and Control For Manufacturing and Services. Singapore(SG): McGraw-Hill.

Gaspersz V.1992.Analisa sistem Terapan. Bandung(ID): Tarsito.

Gotfried BS.1984.Element of Stochastic Process Simulation. New Jersey(US): Prentice-Hall.

Harding HA.1984.Manajemen Produksi. Jakarta(ID): Balai Aksara. Harsono.1984.Production Management. Jakarta(ID): Binarupa Aksara.

Haizer J, Render B.1993.Production and Operation Management.Strategies and Tactics. New York(US): Allyn and Bacon.

Lurie S.2009.Stress Physiology and Latent Damage. Di dalam:Florkowski WJ, Shewfelt R, Brueckner B, dan Prussia SE, editor. Postharvest Handling, A System Aproach. Burlington(US): Elseveier Science.

Kitinoja L dan Kader AA.1993.Small-scale Postharvest Handling Practices : A Manual for Horticultural Corps. Davis, California(US): Dept of Pomology Univ of California.

Machfud.1999.Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Bogor(ID):Jur Teknologi Industri Pertanian IPB.

Martoredjo T.2009.Ilmu Penyakit Pasca Panen. Jakarta(ID): Bumi Aksara.

Muhardika BA.2009.Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Rantai pasokan Hortikultura[skripsi].Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Nasution AH.1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Surabaya(ID): Guna Widya.

Pamuntjak, R.J. dan Santosa, W. 1990.Persamaan Diferensial Biasa. Bandung(ID):FMIPA ITB.

Parisa I.1998. Sistem Penunjang Keputusan(DSS) Perencanaan dan Pengendalian Produksi Hortikultura(studi kasus di Usaha Tani Pacet Segar Cianjur) [skripsi].Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Russel R, Taylor B.1995.Production Operation Management Focusing on Quality and Competitiveness. New Jersey(US): Prentice Hall.

Santosa AB.1990.Perencanaan Produksi Industri Pengolahan Jamur Merang di PT Margo Redjo Yogyakarta[skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Sardiyanto.2000.Penjadwalan Tanam Jamur Tiram Putih di CV Tunas Sari

Bogor[skripsi].Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor.

Schroeder RG.1992.Operation Management 3rd Edition. New York(US): Mc.Graw-Hill.

Setadiredja Soeparmo. 1969. Hortikultura I. Pekarangan dan Buah-buahan. CV Yasa Guna(ID).

Siagian. 1987. Penelitian Operasional. Jakarta(ID): UI Press. Siswanto.2007.Operation Research Jilid 1. Jakarta(ID): Erlangga.

(42)

30

Soekartawi.1992.Programa Linear Teori dan Aplikasinya Khususnya dalam Bidang pertanian. Jakarta(ID): Rajawali Pers.

Taha HA.1996.Riset Operasi. Jakarta(ID): Binarupa Aksara.

(43)

31 Lampiran 1 Penghitungan kebutuhan tenaga kerja penanaman

Dari Jadwal penanaman yang telah dibuat dapat dihitung kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan produksi dengan menghitung jam kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya, yaitu termasuk kegiatan penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan pada perhitungan ini. Pekerjaan yang diperhitungkan pada penjadwalan ini adalah pekerjaan yang waktu minggu pekerjaannya dipengaruhi secara langsung oleh minggu penanaman.

Kegiatan penyiapan lahan dapat dibagi menjadi dua yaitu kegiatan pembongkaran dan pembersihan greenhouse serta kegiatan penyiapan media tanam pada polybag.

Jam Kerja yang dibutuhkan untuk penyiapan media dihitung dengan menggunakan rumus

Keterangan

: Jam kerja yang dibutuhkan untuk penyiapan media pada periode ke-t (jam)

: Indeks kebutuhan Jam kerja tiap luasan penanaman (Jam/m2) : Luasan yang ditanam pada periode ke-t (m2)

Jam kerja yang dibutuhkan untuk membongkar greenhouse dihitung dengan menggunakan rumus

Keterangan

: Jam kerja yang dibutuhkan untuk pembongkaran greenhouse pada periode ke-t (jam)

: Indeks kebutuhan Jam kerja tiap luasan penanaman (Jam/m2) : Luasan yang ditanam pada periode ke-t (m2)

: Masa hidup tanaman

Jam kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan penanaman dihitung dengan menggunakan rumus

Keterangan

: Jam kerja yang dibutuhkan untuk penanaman pada periode ke-t (jam)

(44)

32

Jam kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pemeliharaan terdiri dari penganjiran dan pewiwilan. Jam kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan penganjiran dihitung dengan menggunakan rumus

Keterangan

: Jam kerja yang dibutuhkan untuk penganjiran pada periode ke-t (jam)

: Indeks kebutuhan Jam kerja tiap luasan penanaman (Jam/m2) : Luasan yang ditanam pada periode ke-t (m2)

Sedangkan jam kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pewiwilan dirumuskan dengan rumus

∑ ∑

Keterangan

: Jam kerja yang dibutuhkan untuk pewiwilan pada periode ke-t (jam)

: Indeks kebutuhan Jam kerja tiap luasan penanaman (Jam/m2) : Luasan yang ditanam pada periode ke-t (m2)

: Frekuensi pewiwilan perminggu

Jam kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pemanenan dihitung dengan rumus

Keterangan

: Jam kerja yang dibutuhkan untuk pemanenan pada periode ke-t (jam)

: Indeks kebutuhan Jam kerja tiap kg panen (Jam/kg) : Luasan yang ditanam pada periode ke-t (m2)

(45)

33 Total tenaga kerja yang diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan:

Keterangan

: Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada minggu ke-t(jam).

: Jam kerja yang dibutuhkan untuk pemanenan pada periode ke-t(jam). : Jam kerja yang dibutuhkan untuk penyiapan media pada periode

ke-t(jam).

: Jam kerja yang dibutuhkan untuk pembongkaran greenhouse pada periode ke-t(jam).

: Jam kerja yang dibutuhkan untuk penanaman pada periode ke-t(jam). : Jam kerja yang dibutuhkan untuk pewiwilan pada periode ke-t(jam). : Jam kerja yang dibutuhkan untuk penganjiran pada periode ke-t(jam).

(46)

34

Lampiran 2 Pemenuhan permintaan dan kelebihan produksi sayuran hasil penjadwalan

1. Pemenuhan permintaan dan kelebihan produksi tomat apel

(47)

35

2. Pemenuhan permintaan dan kelebihan produksi tomat ceri

(48)

36

3. Pemenuhan permintaan dan kelebihan produksi shishito

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2 Diagram alir tahap penelitian
Gambar 3 Permintaan sayuran greenhouse pada Tahun 2011 di PT SM
Tabel 4 Hasil simulasi permintaan mingguan sayuran greenhouse Tahun 2011
+4

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu peneliti ingin meneliti apakah kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan perpajakan, persepsi yang baik atas efektifitas

penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Jenis Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Stadia Juvenil Kepiting Bakau (Scylla serrata).”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan keuangan dan sikap keuangan terhadap perilaku manajemen keuangan pribadi mahasiswa, sedangkan variabel eksernal locus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total fenol yang terdapat pada ekstrak sarang semut ( Myrmecodia pendens Merr. Perry) dan ekstrak kencur (

Hubungan antara Persepsi tehadap Hidup Melajang dan Kecemasan terhadap Status Lajang pada Wanita Dewasa Awal... METODE

Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Murid SLTP Negeri dan Swasta Per Desa di Kecamatan Labuhan Maringgai Tahun Pelajaran 2013/2014.... Jumlah Sekolah, Kelas, Guru dan Murid SMU Negeri

Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah adalah bagaimana cara memanfaatkan kembali sludge dari rumah sakit serta bagaimana

Berdasarkan tujuan penelitian, maka ada tiga hal yang esensial dalam penelitian ini, yakni a) bagaimana merancang skenario pembelajaran yang menggunakan inductive