• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Benih Lokal dan Benih Impor (Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Benih Lokal dan Benih Impor (Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI WORTEL

BENIH LOKAL DAN BENIH IMPOR

(Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)

ASRI HANDAYANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Benih Lokal dan Benih Impor (Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur) merupakan benar hasil karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing yang belum pernah diajukan pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi.

Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Asri Handayani

(4)

ABSTRAK

ASRI HANDAYANI. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Benih Lokal dan Benih Impor (Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.

Indonesia melakukan impor wortel dalam bentuk umbi dan juga benih untuk memenuhi kebutuhan wortel dalam negeri yang belum tercukupi. Masuknya benih wortel impor ke Indonesia merupakan suatu sinyal bagi petani dalam mengembangkan kegiatan usahataninya dilihat dari meningkatnya permintaan masyarakat akan wortel impor di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan efisiensi pendapatan usahatani wortel dengan penggunaan benih yang berbeda yakni benih impor dan benih lokal yang biasa digunakan petani di lokasi penelitian. Analisis dilakukan dengan analisis usahatani dan uji statistik mann-whitney guna mengetahui pendapatan dan efisiensi pendapatan penggunaan benih yang lebih menguntungkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani wortel dengan benih impor menghasilkan pendapatan lebih tinggi yaitu sebesar Rp2 761 000.00 dibandingkan dengan benih lokal sebesar Rp997 250.00. Analisis efisiensi usahatani berdasarkan nilai R/C ratio, return to capital, dan return to labour juga menunjukkan penggunaan benih impor lebih efisien yang didukung oleh hasil uji statistik (exact.zig(2*(1-tailed sig.<). Hasil analisis dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi petani guna meningkatkan pendapatan dan keuntungan.

Kata Kunci: analisis usahatani, wortel benih lokal dan benih impor, pendapatan dan keuntungan

ABSTRACT

ASRI HANDAYANI. Farm Income Analysis Of Carrot with Local Seed and Import Seed (Case Study: Ciherang Village, Pacet Sub-district, Cianjur District). Guided by NETTI TINAPRILLA.

Indonesia import carrot in the form of seed and also tuber to provide the needs of the domestic carrot has not fulfilled. Import seed of carrot in Indonesia is a signal for farmers to develop farming, seen the increasing demand of carrot import in Indonesia. This study aims to determine the income and income efficiency carrot using the different seed are import seed and local seed used by farmers in the study sites. Analyses were performed with farm analysis and Mann-Whitney statistic test to determine the income and efficiency of income are more profitable. The results show that the income of carrot import seed is higher to Rp2 761 000.00 compared with local seeds of Rp997 250.00. Farm efficiency analysis based on the value of R/C ratio, the return to capital, and the return to labor also showed that import seed more efficiently which is also supported by the results of statistic tests (exact.zig(2*(1-tailed sig.<). Results analysis can be use as recommendations to farmers in order to increase income and profits.

(5)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI WORTEL

BENIH LOKAL DAN BENIH IMPOR

(Studi Kasus : Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)

ASRI HANDAYANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul : Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Benih Lokal dan Benih Impor (Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur) Nama : Asri Handayani

NIM : H34114009

Disetujui oleh

Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai kaya akhir dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Benih Lokal Dan Benih Impor (Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur) sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Laporan ini merupakan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur selama jangka waktu tiga bulan pada bulan Maret hingga Mei 2013.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, Sp. MA dan Ibu Ir. Harmini, MS selaku dosen penguji utama dan dosen penguji akademik yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini. Penghargaan tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, seluruh petani di Desa Ciherang, Pegawai Kantor Kecamatan Pacet dan Kepala Desa, serta seluruh pihak yang telah membantu memberikan berbagai informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga tak hentinya penulis sampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, para sahabat, dan rekan-rekan seperjuangan Alih Jenis Agribisnis Angkatan 2 atas doa yang tak pernah putus, nasehat, kasih sayang, dan rasa kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan kepada para pembaca sekalian. Amin.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL VIII

DAFTAR GAMBAR IX

DAFTAR LAMPIRAN IX

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

Tinjauan Umum Wortel 8

Agribisnis Wortel di Indonesia 10

Struktur Biaya Usahatani Wortel 11

Penerimaan Usahatani Wortel 12

Pendapatan Usahatani Wortel 14

Efisiensi Pendapatan Usahatani Wortel 15

KERANGKA PEMIKIRAN 16

Kerangka Pemikiran Teoritis 16

Usahatani 16

Biaya Usahatani 17

Penerimaan Usahatani 18

Pendapatan Usahatani 18

Ukuran Pendapatan dan Keuntungan Usahatani 18

Efisiensi Pendapatan Usahatani 19

Analisis Hubungan Kausal Variabel Nonmetrik 20

Kerangka Pemikiran Konseptual 21 METODE PENELITIAN 24 Lokasi dan Waktu Penelitian 24 Metode Penentuan Lokasi Penelitian 24 Jenis dan Sumber Data 25 Metode Pengumpulan Data 26 Metode Pemilihan Responden 26 Metode Pengolahan dan Analisis Data 27 Analisis Usahatani 27

Analisis Hubungan Kausal Dua Variabel Nonmetrik (Uji Mann-Whitney) 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 33 Gambaran Umum Kecamatan Pacet 33 Letak Administratif dan Kondisi Wilayah 33

Potensi Pertanian Wilayah 34

Potensi Sumberdaya Lahan 35

(10)

Potensi Sumberdaya Manusia 36 Sumberdaya Alam dan Potensi Pertanian 39

Gambaran Usahatani Wortel di Desa Ciherang 40

Karakteristik Petani Responden 40 Karakteristik Usahatani Wortel 44 Kegiatan Usahatani Wortel 44

HASIL DAN PEMBAHASAN 46

Keragaan Usahatani Wortel di Desa Ciherang 46

Analisis Struktur Biaya Usahatani Wortel di Desa Ciherang 48 Analisis Penerimaan Usahatani Wortel di Desa Ciherang 55 Analisis Pendapatan Usahatani Wortel di Desa Ciherang 56 Analisis Ukuran Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Wortel 58

di Desa Ciherang 58

Analisis Efisiensi Pendapatan Usahatani Wortel di Desa Ciherang 60

KESIMPULAN DAN SARAN 63

Kesimpulan 63

Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 65

LAMPIRAN 67

(11)

DAFTAR TABEL

1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku di Indonesia tahun

2007-2011 1

2 Produksi komoditas sayuran tertinggi di Indonesia tahun 2007-2011 2 3 Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas wortel di

Indonesia tahun 2007-2011 2

4 Rata-rata konsumsi wortel di Indonesia tahun 2007-2011 2 5 Volume dan nilai ekspor impor wortel di Indonesia tahun 2008-2012 3 6 Volume dan nilai ekspor impor benih wortel di Indonesia tahun 2011

dan 2012 4

7 Luas panen, produksi, dan produktivitas wortel di Jawa Barat tahun

2009–2011 5

8 Luas panen, produksi, dan produktivitas wortel di Kabupaten Cianjur

tahun 2007-2011 5

9 Struktur biaya usahatani wortel berdasarkan penelitian terdahulu (per

hektar per musim tanam) 11

10 Penerimaan usahatani wortel berdasarkan penelitian terdahulu (per

hektar per musim tanam) 13

11 Pendapatan usahatani wortel berdasarkan penelitian terdahulu (per

hektar per musim tanam) 14

12 Analisis efisiensi pendapatan usahatani wortel berdasarkan penelitian

terdahulu (per hektar per musim tanam) 15

13 Jenis, sumber, penanggungjawab, dan waktu pengambilan data

penelitian 25

14 Luas panen, produksi, dan produktivitas berbagai komoditas yang

diusahakan di Kecamatan Pacet tahun 2010 34

15 Luas lahan sawah dan lahan darat di Kecamatan Pacet pada tahun

2010 35

16 Luas lahan darat berdasarkan penggunaan lahan di Desa Ciherang

pada tahun 2010 36

17 Jumlah penduduk Desa Ciherang berdasarkan klasifikasi usia pada

tahun 2010 37

18 Jumlah penduduk Desa Ciherang berdasarkan tingkat pendidikan terakhir penduduk di Desa Ciherang pada tahun 2010 38 19 Jumlah penduduk Desa Ciherang berdasarkan pekerjaan/mata

pencaharian pada tahun 2010 38

20 Jumlah petani berdasarkan status kepemilikan lahan usahatani di Desa

Ciherang pada tahun 2010 39

21 Karakteristik petani responden di Desa Ciherang berdasarkan kategori

tingkatan usia 40

22 Karakteristik petani responden di Desa Ciherang berdasarkan jumlah

anggota keluarga 41

23 Karakteristik petani responden di Desa Ciherang berdasarkan kategori

(12)

24 Karakteristik petani responden di Desa Ciherang berdasarkan lama

pengalaman bertani 42

25 Karakteristik petani responden di Desa Ciherang berdasarkan luas

kepemilikan lahan 43

26 Karakteristik petani responden di Desa Ciherang berdasarkan penggunaan tenaga kerja per 1 000 m² per musim tanam 43 27 Jumlah Hari Orang Kerja (HOK) dalam penggunaan tenaga kerja

usahatani wortel dengan benih lokal di Desa Ciherang 50 28 Jumlah Hari Orang Kerja (HOK) dalam penggunaan tenaga kerja

usahatani wortel dengan benih impor di Desa Ciherang 51 29 Penggunaan alat dan nilai penyusutan pada usahatani wortel di Desa

Ciherang 52

30 Nilai rata-rata dan persentase biaya usahatani wortel benih lokal dan benih impor di Desa Ciherang pada luas lahan 1 000 m² per musim

tanam 53

31 Rata-rata penerimaan usahatani wortel benih lokal dan benih impor di Desa Ciherang pada luas lahan 1 000 m² per musim tanam 55 32 Rata-rata pendapatan usahatani wortel benih lokal dan benih impor di

Desa Ciherang pada luas lahan 1 000 m² per musim tanam 56 33 Analisis pendapatan dan keuntungan usahatani wortel dengan benih

lokal dan benih impor di Desa Ciherang pada luas lahan 1 000 m² per

musim tanam 58

34 Tabel hasil perhitungan analisis usahatani wortel benih lokal dan benih impor di Desa Ciherang pada luas lahan 1 000 m² per musim

tanam 61

35 Analisis pendapatan dan efisiensi pendapatan usahatani wortel dengan benih lokal dan benih impor berdasarkan hasil output SPSS 62

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran konseptual 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Penelitian 67

2 Pertanian wortel di Desa Ciherang 73

3 Kegiatan usahatani wortel di Desa Ciherang 74

4 Kegiatan penulis di lokasi penelitian 76

(13)

6 Hasil uji statistik variabel pendapatan usahatani tunai dan pendapatan usahatani total wortel benih lokal dan benih impor 78 8 Hasil uji statistik variabel R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas

biaya total wortel benih lokal dan benih impor 80 9 Hasil uji statistik variabel return to capital wortel benih lokal dan

benih impor 82

10 Hasil uji statistik variabel return to farm equity capital wortel benih

lokal dan benih impor 83

11 Hasil uji statistik variabel return to labour wortel benih lokal dan

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu subsektor dalam sektor pertanian yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Peranan subsektor hortikultura dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku di Indonesia tahun 2007-2011

Komoditas Nilai PDB (Milyar Rp)

2007 2008 2009 2010 2011

Buah – buahan 48 362 47 060 48 437 45 482 45 856

Sayuran 25 587 28 205 30 506 31 244 32 542

Tanaman hias 4 741 5 085 5 494 3 665 4 221

Biofarmaka 4 105 3 853 3 897 6 174 6 745

Total 76 795 84 203 88 334 86 565 89 364

Laju Pertumbuhan Total - 9.6% 4.9% - 2% 3.2%

Sumber: Badan Pusat Statistik 2012

PDB subsektor hortikultura dihasilkan melalui pengusahaan empat komoditas yakni sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, serta tanaman obat (biofarmaka). Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa kontribusi nilai PDB dalam subsektor hortikultura mengalami penurunan pada tahun 2010, namun cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Komoditas sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan komoditas pangan penyumbang PDB terbesar dalam subsektor hortikultura. Komoditas subsektor hortikultura dapat menjadi suatu usaha ekonomi yang menguntungkan apabila dapat dikelola secara optimal. Sayuran merupakan bagian dari komoditas hortikultura yang memiliki peluang untuk dikembangkan, tidak hanya berkontribusi dalam PDB tapi juga sebagai salah satu sumber pangan masyarakat yang ketersediaannya harus selalu ada dalam jumlah yang cukup dan memadai.

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, berdasarkan data pada tahun 2012 kini telah mencapai 255 juta jiwa1, tentunya perlu diimbangi dengan ketersediaan pangan. Sayuran sebagai salah satu komoditas dalam subsektor hortikultura ikut berperan penting dalam hal ini. Beragam jenis sayuran diproduksi di Indonesia guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Data produksi beberapa jenis sayuran yang banyak diproduksi didalam negeri dapat dilihat pada Tabel 2.

1

(15)

Tabel 2 Produksi komoditas sayuran tertinggi di Indonesia tahun 2007-2011 Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (data diolah)

Wortel (Daucus carota L.) merupakan salah satu dari sepuluh komoditas sayuran yang banyak diproduksi di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan pentingnya nilai gizi, permintaan wortel untuk konsumsi diprediksikan akan terus berkembang pada masa yang akan datang. Data perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas wortel di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2012 (data diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 3, diketahui bahwa luas panen, produksi, dan produktivitas wortel di Indonesia meningkat setiap tahunnya, mengindikasikan bahwa permintaan wortel meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2009 sebesar 2.47 persen, namun tetap menunjukan nilai positif dan mengalami peningkatan kembali dalam dua tahun terakhir. Produksi wortel yang meningkat dilakukan untuk memenuhi konsumsi wortel masyarakat. Data rata-rata konsumsi wortel di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rata-rata konsumsi wortel di Indonesia tahun 2007-2011

Tahun Konsumsi (kg/kapita/tahun) Pertumbuhan (%)

2007 0.93 -

2008 1.07 15.05

2009 1.25 16.82

2010 1.48 18.40

2011 1.76 18.91

(16)

Konsumsi wortel perkapita dalam negeri cenderung meningkat setiap tahunnya (Tabel 4). Selama lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2007 hingga tahun 2011, konsumsi wortel meningkat dari 0.93 hingga 1.76 kilogram per kapita per tahun dengan rata-rata konsumsi sayuran secara keseluruhan ialah sebesar 65.75 per kilogram per kapita per tahun. Meningkatnya konsumsi wortel di Indonesia menunjukkan bahwa komoditas wortel memiliki potensi besar untuk diusahakan. Dibutuhkan supply yang cukup guna memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang meningkat. Saat ini Indonesia belum mampu mencukupi kebutuhan wortel dalam negeri baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Kurangnya pasokan wortel lokal dan kualitasnya yang belum memadai, menjadikan Indonesia harus malakukan impor wortel dari luar. Indonesia juga mengekspor wortel hasil produksi dalam negeri namun dalam jumlah yang relatif sedikit yakni wortel dengan kualitas terbaik. Data perkembangan ekspor impor wortel di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Volume dan nilai ekspor impor wortel di Indonesia tahun 2008-2012 Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik dan Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian

diolah oleh Direktorat Jenderal Hortikultura 2013 (data diolah)

Peluang pasar dalam negeri maupun luar negeri bagi komoditas ini masih terbuka lebar dari sisi ekspor maupun impornya. Total volume ekspor wortel di Indonesia selama periode 2008 hingga 2012 hanya mencapai 115 ton yang artinya pengusahaan komoditas wortel untuk ekspor di Indonesia masih sangat rendah dengan nilai ekspor sebesar US$66 382. Volume impor untuk kurun waktu yang sama mencapai 164 951 ton dengan nilai impor US$59 016 109 yang mengindikasikan bahwa jumlah impor wortel di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan ekspornya dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya volume impor wortel dalam negeri disertai dengan volume ekspornya yang masih rendah mengindikasikan bahwa komoditas ini memiliki potensi besar untuk diusahakan. Hal ini merupakan peluang bagi usaha bisnis sayuran khususnya wortel bahwa pengusahaan wortel memiliki prospek pasar yang potensial dimana konsumsinya yang cenderung meningkat dan tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri. Dilihat dari sisi ekspornya yang masih sedikit, pengusahaan ekspor wortel Indonesia dapat ditingkatkan melalui kegiatan budidaya dan penggunaan benih berkualitas unggul guna menghasilkan output yang lebih baik.

(17)

Masuknya wortel impor ke Indonesia menggeser posisi wortel lokal dipasaran yang menjadikan adanya dua pilihan komoditas wortel yang dapat dipilih konsumen. Dari sisi kualitas, wortel impor memiliki kualitas yang lebih baik dari sisi tampilan, bentuk yang lebih seragam, ukuran yang lebih besar, warna yang lebih cerah, dan kandungan airnya yang lebih sedikit sehingga tidak mudah busuk. Indonesia tidak hanya mengimpor wortel dalam bentuk umbi, tapi juga dalam bentuk benih. Wortel impor sendiri dapat dibudidayakan di Indonesia melalui teknik budidaya yang sesuai hanya saja dengan penggunaan benih impor dari luar karena Indonesia belum mampu menghasilkan benih seperti varietas impor. Saat ini ketersediaan benih bermutu untuk komoditas wortel belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan benih selama ini dipenuhi dari produksi dalam negeri dan pasokan benih dari luar (impor). Data volume dan nilai ekspor impor benih wortel dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Volume dan nilai ekspor impor benih wortel di Indonesia tahun 2011 dan 2012

Sumber : Penangkar Benih diolah oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura 2013 (data diolah)

(18)

Usahatani wortel banyak dilakukan pada beberapa wilayah di Indonesia dengan sentra produksi di Jawa Barat. Faktor alam dan iklim yang mendukung menjadikan Jawa Barat cocok untuk dijadikan sebagai kawasan sentra dalam pembudidayaan wortel. Luas panen, produksi, dan produktivitas wortel di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 7.

Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (data diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 7, luas panen, produksi, dan produktivitas wortel mengalami fluktuasi. Penurunan produksi disebabkan oleh penurunan hasil produksi pada berbagai daerah sentra produksi wortel di Jawa Barat yang meliputi Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung. Kabupaten Cianjur merupakan merupakan salah satu wilayah sentra produksi wortel di Jawa Barat. Data luas panen, produksi dan produktivitas wortel di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 8.

Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat 2012 (data diolah)

(19)

Rumusan Masalah

Kabupaten Cianjur sebagai salah satu sentra produksi wortel di Jawa Barat terbagi menjadi 30 kecamatan. Kecamatan Pacet merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Cianjur yang memiliki keunggulan dalam pengembangan agribisnis sayuran. Faktor ilkim serta lingkungan yang mendukung menjadikan Kecamatan Pacet sebagai sentra produksi bagi beberapa komoditas sayuran. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Pacet bermatapencaharian sebagai petani yang merupakan potensi besar dalam mengembangkan kegiatan di sektor agribisnis. Wortel merupakan salah satu komoditas yang banyak diusahakan di Kecamatan Pacet dan menjadikan wortel sebagai komoditas unggulan. Desa Ciherang merupakan salah satu dari tujuh desa di Kecamatan Pacet yang memiliki potensi dalam pengembangan agribisnis wortel. Di Desa Ciherang, terdapat petani wortel yang menggunakan jenis input produksi berupa benih lokal dan benih impor. Pemilihan benih dilakukan didasarkan pada pertimbangan dan keadaan masing-masing petani dengan perbandingan jumlah petani yang jauh berbeda yaitu benih lokal yang lebih banyak digunakan oleh petani.

Benih merupakan input utama yang digunakan dalam kegiatan usahatani wortel sebagai komponen yang membedakan antara komoditas wortel yang dihasilkan. Saat ini benih wortel impor mulai diminati sebagian petani di Indonesia dengan alasan pasar yang lebih baik. Dilihat dari sisi kualitas, benih impor memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan benih lokal karena merupakan hasil persilangan benih-benih wortel unggul yang telah dibudidayakan dengan pengembangan teknologi sehingga mampu menghasilkan kualitas umbi yang baik. Kualitas yang lebih baik tentunya berdampak pada harga benih yang lebih tinggi. Varietas benih yang digunakan oleh petani dilokasi penelitian diimpor langsung dari luar yaitu negara Jepang untuk varietas New Kuroda. Benih yang diimpor dari luar tidak memiliki standar perlakuan khusus yang harus dilakukan petani. Kegiatan produksi yang dilakukan terhadap benih impor umumnya sama dengan benih lokal yaitu varietas lokal Cipanas, hanya saja hasil benih impor yang ditanam di Indonesia tidak sebaik hasil produksi di negara asalnya namun tetap lebih baik dibandingkan dengan benih lokal.

Perbedaan antara benih lokal dan impor terlihat pada harga benih dan juga harga output. Harga benih yang berbeda antara benih varietas lokal dan varietas impor menyebabkan adanya pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh petani untuk digunakan dalam kegiatan usahataninya. Penggunaan input berupa benih yang berbeda menjadikan adanya perbedaan struktur biaya usahatani keduanya. Penggunaan benih yang berbeda, akan mempengaruhi output yang dihasilkan baik dari sisi jumlah maupun kualitasnya. Perbedaan kualitas output akan mempengaruhi harga jual komoditas wortel yang dihasilkan. Jumlah dan harga jual output yang berbeda, pada akhirnya akan mempengaruhi penerimaan yang diperoleh petani.

(20)

baik pada penggunaan benih lokal maupun impor. Adanya dua jenis input produksi berupa benih lokal dan benih impor pada kegiatan usahatani wortel yang, menjadikan adanya pilihan (choice) yang dapat dipilih petani dalam pemilihan input produksi. Pemilihan input produksi yang tepat diharapkan dapat memberikan suatu bahan pertimbangan bagi petani guna meningkatkan pendapatan dan keuntungan. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimanakah keragaan usahatani wortel di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dalam penggunaan benih lokal dan benih impor?

2. Apakah kegiatan usahatani wortel dengan penggunaan benih impor akan menghasilkan pendapatan yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan benih lokal ataupun penggunaan benih lokal yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan benih impor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan dan latar belakang penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan karakteristik petani wortel di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur melalui penggunaan input produksi berupa benih lokal dan benih impor.

2. Menganalisis struktur biaya dan penerimaan kegiatan usahatani wortel dengan membandingkan antara penggunaan input produksi berupa benih lokal dan benih impor.

3. Membandingkan dan menganalisis pendapatan serta efisiensi pendapatan pada kegiatan usahatani wortel dengan benih lokal maupun impor guna mengetahui pilihan input produksi yang lebih menguntungkan sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam pengambilan keputusan petani wortel.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi suatu sumber informasi dan rekomendasi dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak terkait yaitu:

1. Bagi pemilik perusahaan maupun petani di lokasi penelitian, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan pengambilan keputusan dalam pengembangan pada masa yang akan datang. 2. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian dapat

memberikan manfaat sebagai bahan pustaka dan referensi guna melakukan studi lain maupun penelitian ilmiah yang lebih mendalam terkait dengan analisis usahatani wortel.

(21)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dan batasan penelitian yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Benih Lokal dan Benih Impor (Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur) ini dikhususkan membahas mengenai analisis usahatani pada komoditas wortel melalui penggunaan input produksi benih yang berbeda yakni jenis varietas lokal dan varietas impor. Perbandingan dilakukan terhadap karakteristik petani wortel, analisis biaya, penerimaan, pendapatan, dan efisiensi pendapatan usahatani.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Wortel

Wortel (Daucus carota L.) termasuk jenis tanaman sayuran umbi semusim yang berasal dari daerah beriklim sedang (subtropis). Tanaman wortel berasal dari hutan liar di kawasan Asia Tengah yang hingga kini telah tersebar luas di kawasan Eropa, Afrika, Amerika, dan akhirnya menyebar ke berbagai negara, termasuk ke Indonesia. Pada zaman masyarakat Yunani kuno umbi wortel dimanfaatkan untuk mengobati penyakit dan belum dimanfaatkan sebagai bahan makanan, kecuali sebagai bahan pakan kuda. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat mulai memanfaatkan wortel sebagai bahan makanan dan pada saat itu penggunaan wortel terus berkembang. Wortel juga banyak digunakan untuk keperluan medis karena wortel mengandung banyak gizi didalamnya. Saat ini wortel banyak digunakan sebagai bahan sayur, bahan pewarna makanan dan minuman, serta bahan ramuan obat tradisional. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan wortel di Indonesia, produksi wortel dari waktu ke waktu terus ditingkatkan.

Tanaman wortel dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur dan tidak tergenang air dengan pH 6.5. Jenis tanah yang cocok ialah tanah andosol yang umumnya terdapat didaerah dataran tinggi. Tanaman wortel akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 1 200-1 500 meter diatas permukaan laut (dpl) pada suhu 15-21 derajat celcius. Wortel termasuk kedalam famili umbelliferae (Aplaceae) yang anggotanya memiliki bentuk bunga payung. Beberapa tanaman sejenis dari wortel antara lain tanaman pegagan, ketumbar, jintan putih, seledri, dan tanaman lainnya. Umbi wortel merupakan akar tunggang yang mengalami penebalan dan berisi cadangan makanan. Mulanya akar berwarna putih, kemudian berubah warna menjadi kuning muda dan akhirnya berkembang menjadi oranye tua. Bentuk dan ukuran umbi wortel tergantung pada varietas, kesuburan tanah, iklim, hama serta penyakit pada tanaman wortel (Manalu 2007).

(22)

memenuhi kebutuhan wortel dalam negeri maupun ekspor ke negara lain. Hingga saat ini hasil persilangan wortel memiliki varietas yang sangat beragam. Wortel berdasarkan rekayasa genetika dan bentuk umbi dibedakan sebagai berikut:

1. Wortel berdasarkan rekayasa genetika

Wortel berdasarkan rekayasa genetika dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Wortel Komposit

Wortel komposit yaitu wortel hasil silangan yang telah memiliki kualitas unggul sebelumnya termasuk varietas unggul nasional yang telah lama dimanfaatkan oleh petani wortel. Kelompok wortel ini dapat dikembangkan melalui penangkaran benih wortel secara konvensional. Wortel komposit banyak dihasilkan dari produsen luar negeri. Beberapa contoh wortel komposit yang banyak berkembang antara lain:

1) Red Pin (Hungnong Seed, Korea)

2) Kinko Chantenay 6 inch, Kinko Chantenay 6 inch Long Type, dan Kuroda Chantenay 8 inch (Sakata Seed, Jepang)

3) New Kuroda, Scarlet Wonder, dan Mini Express (Takii Seed, Jepang) 4) Varo dan Torini (Nunhems Holland Seed)

5) Thumbellina (Peto Seed, USA)

6) Varietas Cipanas, Lembang, dan Karanganyar (Produksi Lokal) b. Wortel Hibrida

Wortel hibrida yaitu hasil silangan (F1) dari induk yang memiliki sifat-sifat unggul tertentu. Benih wortel hibrida jika diperbanyak dengan cara konvensional akan menghasilkan benih wortel yang memiliki sifat berbeda dengan sifat unggul dari benihnya. Belakangan ini banyak benih wortel hibrida yang dipasarkan dengan berbagai nama dagang seperti Red Sky, Dandy, Caroline, Royal Cross, Amstrong, dan Legend.

2. Wortel berdasarkan bentuk umbi

Selain berdasarkan hasil rekayasa genetika wortel juga dibedakan berdasarkan bentuk umbinya. Tipe/varietas wortel berdasarkan bentu umbi dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

1) Tipe Imperator, yaitu golongan wortel yang memiliki tipe umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing, hingga menyerupai bentuk kerucut. 2) Tipe Chantenay, yaitu golongan umbi yang memiliki tipe umbi berbentuk

bulat panjang dengan ujung tumpul dan tidak berakar serabut.

3) Tipe Nantes, yaitu golongan wortel yang memiliki umbi tipe peralihan antara tipe imperator dan tipe chantenay.

Varietas wortel yang berasal dari luar negeri banyak dimanfaatkan untuk wortel konsumsi antara lain New Kuroda Chantenay, New Kuroda, Nantes Type, dan Nantes Strong.

(23)

saat ini wortel varietas lokal masih banyak diusahakan oleh petani Indonesia, Usahatani ini berlangsung secara turun menurun yang telah dilakukan oleh banyak petani sejak dulu. Produksi wortel dari waktu ke waktu terus diupayakan peningkatannya melalui usahatani wortel secara intensifikasi dan perluasan areal panen. Kebutuhannya yang harus terpenuhi setiap harinya menjadikan wortel sebagai komoditas yang harus selalu terjamin ketersediaannya saat ini maupun pada masa yang akan datang.

Agribisnis Wortel di Indonesia

Pengembangan agribisnis wortel di Indonesia memiliki prospek cerah untuk diusahakan. Kondisi agroklimatologis beberapa wilayah di Indonesia yang cocok untuk budidaya wortel, berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor serta peningkatan ekspor di Indonesia. Sistem agribisnis wortel di Indonesia dapat dilihat berdasarkan berbagai subsistem didalamnya. Dalam subsistem agribisnis hulu, sarana produksi untuk budidaya wortel belum sepenuhnya tersedia dengan memadai dari sisi jumlah dan kualitasnya. Benih sebagai salah satu sarana produksi utama yang digunakan dalam kegiatan budidaya wortel jumlahnya belum terpenuhi secara maksimal. Hal ini merupakan suatu peluang dalam pengusahaan usahatani wortel untuk terus meningkatkan produksi wortel dan meningkatkan kualitas. Pengusahaan benih wortel dapat terus dikembangkan dalam rangka menciptakan benih dengan kualitas lebih baik dan jumlah produksi yang lebih tinggi yang didukung dengan berbagai sarana produksi lainnya dan tentunya petani sebagai pelaku dalam kegiatan subsistem usahatani wortel.

Aditya (2009) dalam artikelnya yang berjudul Mari Majukan Pertanian Indonesia (Budidaya Wortel), menyatakan produktivitas wortel di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Rendahnya hasil rata-rata disebabkan masih terbatasnya varietas wortel unggul dan teknik budidaya yang belum intensif. Teknologi budidaya wortel juga relatif masih terbatas. Kegiatan usahatani wortel di Indonesia sebagian besar masih dilakukan dengan penggunaan teknologi tradisional dengan skala usaha yang masih kecil.

(24)

Struktur Biaya Usahatani Wortel

Struktur biaya ialah korbanan yang harus dikeluarkan dalam kegiatan produksi guna mendapatkan suatu hasil yang diperoleh dari curahan korbanan yang dikeluarkan. Studi mengenai analisis usahatani wortel telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya pada lokasi penelitian dan waktu yang berbeda. Perbedaan antara beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan analisis struktur biaya usahatani wortel dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Struktur biaya usahatani wortel berdasarkan penelitian terdahulu (per hektar per musim tanam)

No. Peneliti Sebelumnya Struktur Biaya

Usahatani Wortel 1. Susanti (2000)

Analisis Usahatani dan Efisiensi Pemasaran wortel (Kasus di Desa Cipendawa,

Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Wortel dengan Budidaya Organik

Analisis finansial terhadap usahatani wortel di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo

Persentase biaya terbesar dikeluarkan untuk biaya saprotan sebesar 55%. 4. Pohan (2007)

Analisis Ekonomi Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Wortel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Sumatra Utara. Salah satu penelitian pernah dilakukan oleh Susanti (2000) dengan judul penelitian Analisis Usahatani dan Efisiensi Pemasaran wortel (Kasus di Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur). Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani, saluran pemasaran, serta efisiensi pemasaran di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil analisis, biaya terbesar

yang dikeluarkan dalam usahatani ini ialah biaya tenaga kerja sebesar Rp3 324 280.00 dan selanjutnya ialah untuk keperluan pengadaan pupuk sebesar Rp2 245 484.00 dengan total biaya usahatani yang dikeluarkan ialah sebesar Rp7 942 602.00 per hektar per musim tanam.

(25)

Penelitian ini membandingkan usahatani dan pemasaran wortel yang dibudidayakan secara konvensional dan organik yang bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani dan sistem pemasaran yang dilakukan petani di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usahatani ialah biaya untuk keperluan tenaga kerja. Total biaya yang dikeluarkan dalam usahatani wortel yaitu sebesar Rp7 115 415.00 untuk wortel organik dan Rp9 181 056.00 untuk wortel konvensional per hektar per musim tanam.

Manalu (2007) juga pernah melakukan penelitian terkait dengan analisis finansial usahatani wortel di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui usahatani, teknik budidaya, hubungan antara karakteristik petani terhadap pendapatan, serta analisis finansial untuk mengetahui permasalahan pada usahatani wortel di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitiannya terkait dengan biaya, biaya produksi wortel pada lokasi penelitiannya adalah sebesar Rp4 948 529.00 per hektar per musim tanam. Biaya produksi dengan jumlah terbesar adalah pembelian saprotan yang terdiri dari benih, pupuk, dan obat-obatan yakni senilai Rp2 730 770.00. Biaya produksi terbesar selanjutnya merupakan biaya tenaga kerja yaitu Rp2 197 617.00 per hektar per musim tanam.

Pohan (2007) juga melakukan kajian terkait usahatani wortel dengan menganalisis ekonomi usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani wortel di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Sumatra Utara. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis apakah usahatani wortel menguntungkan serta mengetahui pengaruh berbagai faktor produksi terhadap pendapatan petani. Hasil penelitian Pohan berbeda dengan hasil penelitian Manalu. Pada penelitiannya biaya yang dikeluarkan per hektar pada usahatani wortel ialah sebesar Rp7 068 283.00 per musim tanam. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam penelitian ini ialah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp2 991 604.00 selanjutnya biaya terbesar kedua yang dikeluarkan ialah biaya penyusutan alat sebesar Rp1 883 318.00 dan kemudian biaya pupuk yakni sebesar Rp1 840 478.00.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ruhmayati (2008) yang melakukan penelitian terkait dengan analisis usahatani wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Penelitian yang dilakukan oleh Ruhmayati bertujuan untuk mengetahui apakah usahatani wortel menguntungkan untuk diusahakan. Pada penelitiannya, biaya terbesar ialah biaya tenaga kerja senilai Rp4 182 161.00 dan biaya pupuk sebesar Rp1 437 802.00. Total biaya tunai yang dikeluarkan ialah sebesar Rp5 744 687.00.Biaya total yang dikeluarkan ialah sebesar Rp9 384 764.00 per hektar per musim tanam. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat diketahui adanya perbedaan struktur biaya dalam usahatani wortel menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan pada wilayah, waktu, dan peneliti yang berbeda, mempengaruhi struktur biaya usahatani wortel.

Penerimaan Usahatani Wortel

(26)

diimbangi dengan balas jasa yang diharapkan. Imbalan terhadap pengorbanan yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani dapat diartikan sebagai penerimaan usahatani Penerimaan usahatani wortel yang pernah dikaji dalam beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Penerimaan usahatani wortel berdasarkan penelitian terdahulu (per hektar per musim tanam)

No. Peneliti Sebelumnya Penerimaan Usahatani Wortel (Rp)

1. Susanti (2000) 4 012 891.00

2. Khairina (2006) 11 917 408.00

3. Manalu (2007) 8 404 791.42

4. Pohan (2007) 13 282 242.00

5. Ruhmayati (2008) 12 704 210.00

Berdasarkan penelitian terkait dengan penerimaan, Susanti (2000) melakukan perhitungan penerimaan usahatani wortel yaitu sebesar Rp4 012 891 per hektar dalam satu kali musim tanam. Khairina (2006) melakukan analisis perbandingan usahatani wortel organik dan wortel konvensional dalam

penelitiannya usahatani yang diteliti menghasilkan penerimaan sebesar Rp11 968 285 untuk wortel yang dibudidayakan secara organik dan Rp11 917 408

untuk wortel yang dibudidayakan secara konvensional. Manulu (2007) dalam penelitiannya menghasilkan perhitungan penerimaan usahatani wortel dalam satu hektar lahan ialah sebesar Rp8 404 791.42 per hektar dalam satu kali musim tanam. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2007) bahwa usahatani wortel menguntungkan diusahakan pada lokasi penelitiannya dengan penerimaan yang dihasilkan sebesar Rp13 282 242 per hektar. Ruhmayati (2008) melakukan penelitian analisis usahatani memperoleh perhitungan penerimaan sebesar Rp12 704 210 per hektar dalam satu kali panen.

(27)

Pendapatan Usahatani Wortel

Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi di bidang pertanian. Pada akhirnya kegiatan produksi yang diusahakan akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani akan mendorong petani untuk mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan seperti sebagai modal untuk melakukan kegiatan usahatani selanjutnya, tabungan, dan pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Hernanto 1989). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, pendapatan dihitung per hektar per musim tanam. Terdapat peneliti yang menggolongkan pendapatan menjadi dua kategori yakni pendapatan tunai dan pendapatan total dan beberapa petani hanya menggabungkan menjadi pendapatan total. Berdasarkan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya dapat dilihat bahwa usahatani wortel memiliki prospek yang cerah karena dianggap menguntungkan dengan hasil perolehan pendapatan yang berbeda dari masing-masing peneliti sebelumnya (Tabel 11).

Tabel 11 Pendapatan usahatani wortel berdasarkan penelitian terdahulu (per hektar per musim tanam)

(28)

Efisiensi Pendapatan Usahatani Wortel

Analisis pendapatan usahatani dihitung berdasarkan analisis efisiensi pendapatan usahatani. Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya biaya yang harus dikorbankan untuk mencapai suatu hasil dari kegiatan yang dilaksanakan. Pengertian efisiensi menurut SP.Hasibuan (1984) yang mengutip pernyataan H. Emerson yakni: “Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan.” Efisiensi usahatani dihitung berdasarkan nilai R/C ratio yang membandingkan nilai benefit yang dihasilkan terhadap keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan.

Usahatani wortel secara ekonomi menguntungkan, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan perhitungan nilai R/C ratio dalam kegiatan usahatani wortel. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, Susanti (2000) menghasilkan nilai R/C ratio yang diperoleh atas biaya tunai yang dikeluarkan ialah sebesar 2.43 dan R/C ratio atas biaya total yang dikeluarkan ialah sebesar 2.19. Khairina (2006) berdasarkan hasil penelitiannya menghasilkan nilai R/C ratio untuk biaya tunai sebesar 2.48 untuk wortel yang dibudidayakan secara konvensional dan 3.53 untuk wortel yang dibudidayakan secara organik. R/C ratio yang dihasilkan atas biaya total yaitu sebesar 1.70 untuk wortel yang dibudidayakan secara konvensional dan 2.28 untuk wortel yang dibudidayakan secara organik. Manalu (2007) berdasarkan hasil penelitiannya memperoleh nilai R/C ratio sebesar 1.60. Pohan (2007) menghasilkan hasil analisis nilai R/C ratio senilai 2.44. Ruhmayati (2008) menyatakan bahwa nilai efisiensi pengusahaan komoditas wortel menghasilkan nilai R/C ratio sebesar 2.21 atas biaya tunai dan 1.35 atas biaya total yang dikeluarkan. Efisiensi pendapatan yang diperoleh dari hasil penelitian beberapa peneliti terdahulu yang dilihat berdasarkan nilai R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Analisis efisiensi pendapatan usahatani wortel berdasarkan penelitian terdahulu (per hektar per musim tanam)

No. Peneliti Sebelumnya R/C Ratio atas Biaya Tunai

R/C Ratio atas Biaya Total

1. Susanti (2000) 2.43 2.19

2. Khairina (2006) 2.48 1.70

3. Manalu (2007) - 1.60

4. Pohan (2007) - 2.44

5. Ruhmayati (2008) 2.21 1.35

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang menjelaskan mengenai teori-teori yang sesuai dan digunakan dalam topik penelitian. Kerangka pemikiran teoritis membahas mengenai berbagai teori dan konsep usahatani terkait dengan penelitian yang dilakukan. Kerangka pemikiran teoritis dalam kajian ini meliputi kegiatan menganalisis dan membandingkan kegiatan usahatani pada komoditas wortel dengan benih lokal dan wortel dengan benih impor.

Usahatani

Menurut Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) usahatani dinyatakan sebagai setiap organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi ini berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang-orang segolongan sosial baik yang berkaitan geneologis maupun tertorial sebagai pengelolanya. Secara umum, usahatani dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berbasiskan pertanian (tanaman, ikan, dan ternak), dimana kegiatan tersebut dikelola oleh seorang petani yang bertujuan untuk mendapatkan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan memanfaatkan sumberdaya dan faktor produksi yang dimiliki. Hernanto (1989) mengemukakan faktor–faktor yang terkait dalam kegiatan usahatani meliputi berbagai faktor sebagai berikut:

1. Lahan

Tanah atau lahan usahatani dapat diartikan sebagai bagian dari permukaan bumi yang digunakan untuk kegiatan produksi bidang pertanian, tanaman, ternak, dan ikan. Karakteristik faktor produksi lahan yakni luasnya yang terbatas, tahan lama (tidak ada penyusutan), serta tidak dapat dipindahkan. Lahan dapat diperoleh dengan pembukaan lahan secara perorangan, beli, sewa, sakap, pemberian, warisan, atau wakaf. Faktor–faktor yang perlu diperhatikan terkait dengan lahan antara lain: (1) kesesuaian dan daya dukung lahan, (2) status penguasaan lahan, (3) fragmentasi lahan dan (4) aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana pendukung. Lahan merupakan faktor produksi yang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya seperti sinar matahari, curah hujan, angin dan faktor lainnya sehingga perlu disesuaikan dengan pemilihan cabang usahatani atau pemilihan komoditas yang diusahakan.

2. Tenaga Kerja

(30)

Tenaga kerja bersumber dari tenaga kerja dalam dan tenaga kerja luar keluarga. Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja luar keluarga sangat dipengaruhi oleh upah dengan sistem upah harian, mingguan, bulanan, maupun borongan. Upah tenaga kerja dapat berupa uang tunai maupun berupa natura (benda, makan, rokok, barang, dan lain sebagainya).

3. Modal

Modal merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Aspek permodalan merupakan kemampuan perusahaan dalam menyediakan sejumlah modal untuk kegiatan bisnis yang dilakukan. Modal dalam suatu usaha dapat diperoleh dari modal pribadi, modal join atau kerja sama, maupun modal pinjaman. Modal pada usahatani terdiri dari: lahan, bangunan, peralatan, mesin, tanaman, ternak, ikan, bahan (sarana produksi), stok produksi, uang tunai serta piutang. Pada prinsipnya modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) barang-barang yang tidak habis dalam sekali proses produksi, misalnya peralatan pertanian dan bangunan serta (2) barang-barang yang langsung habis dalam sekali proses produksi seperti pupuk dan insektisida.

4. Pengelolaan atau Manajemen

Pengelolaan usahatani merupakan kemampuan petani dalam melakukan kegiatan manajemen dan pengelolaan dalam kegiatan usaha. Kegiatan pengelolaan atau manajemen dilakukan dengan mengorganisir serta mengkoordinasikan berbagai faktor produksi yang dimiliki guna menghasilkan suatu produk atau jasa sehingga mampu memberikan keuntungan yang diharapkan. Berbagai aktivitas dilakukan dalam melakukan kegiatan pengelolaan dan manajemen yang meliputi aktivitas teknis dan ekonomis guna pengambilan keputusan yang tepat.

Biaya Usahatani

Biaya usahatani dapat diartikan sebagai berbagai pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk membiayai seluruh kegiatan usahatani yang dilakukan. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. Seluruh nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayarkan dengan benda atau berdasarkan kredit dimasukkan sebagai biaya. Hernanto (1989) mengkaji biaya-biaya dalam usahatani yang dibedakan berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan atau diperhitungkan (biaya tunai) dan biaya yang tidak dikeluarkan secara langsung (biaya tidak tunai/non tunai) sebagai berikut:

a. Biaya Tunai

Biaya tunai merupakan biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayarkan secara tunai. Biaya tetap misalnya bunga pinjaman (jika meminjam), sedangkan biaya variabel misalnya biaya untuk pengeluaran bibit, obat-obatan, pupuk, dan tenaga kerja yang dikeluarkan secara langsung. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani guna pemenuhan kebutuhan dalam kegiatan usahatani.

b. Biaya Tidak Tunai (Non Tunai)

(31)

digunakan untuk melihat bagaimana manajemen suatu kegiatan usahatani yang dikonversi kedalam nilai uang.

Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani dapat diartikan sebagai nilai produk usahatani dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam kegiatan usahatani, maupun digunakan sebagai pembayaran yang disimpan. Penerimaan usahatani merupakan suatu hasil produksi fisik yang dinyatakan dalam jumlah uang yang diperoleh dengan perkalian antara output produksi dengan harga jual per satu satuan output (Soekartawi dkk, 1986). Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh jumlah output yang diproduksi dalam suatu kegiatan usahatani serta harga jual dari produk itu sendiri yang merupakan hasil perkalian antara keduanya.

Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor produksi (lahan, modal, tenaga kerja dan pengelolaan). Fungsi dari pendapatan dalam usahatani antara lain guna pemenuhan kebutuhan sehari–hari (keluarga petani) maupun kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani guna mengukur imbalan yang diperoleh petani akibat penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan. Pendapatan usahatani dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan dan biaya sebagai ukuran keberhasilan usahatani (Hernanto 1989). Rasio antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dihitung dengan menggunakan analisis R/C ratio untuk mengetahui tingkat efisiensi dari kegiatan usahatani yang dilakukan. Perhitungan analisis R/C ratio ialah dengan membagi penerimaan dengan komponen biaya.

Ukuran Pendapatan dan Keuntungan Usahatani

Soekartawi (1986) menyatakan ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani tidak hanya menghitung ukuran arus uang tunai, tapi juga non tunai yang dianggap perlu diperhitungkan. Banyak petani yang hanya menghitung pendapatan berdasarkan biaya tunai dan mengabaikan biaya non tunai yang sebetulnya juga memiliki nilai yang perlu diperhitungkan. Ukuran pendapatan dan keuntungan dihitung sebagai berikut:

1. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income)

Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual (dikonsumsi). Pendapatan kotor usahatani merupakan ukuran hasil perolehan dari total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Pendapatan kotor usahatani memiliki istilah lain yaitu nilai produksi (value of production) atau penerimaan kotor usahatani (gross return).

2. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses)

(32)

dihitung ialah pengeluaran yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk dalam periode waktu tertentu.

3. Pendapatan bersih usahatani (net farm income)

Pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani (gross farm income) dan pengeluaran total usahatani (total farm expenses). Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan dalam usahatani. Melalui perhitungan pendapatan bersih usahatani, maka komponen lain dalam ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani lainnya dapat dihitung.

4. Penghasilan bersih usahatani (net farm earning)

Penghasilan bersih usahatani (net farm earning) merupakan ukuran yang menggambarkan penghasilan yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan ter hadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai dalam usahatani. Nilai net farm earning diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman.

5. Imbalan terhadap seluruh modal (return to total capital)

Imbalan terhadap seluruh modal (return to total capital) merupakan ukuran imbalan terhadap modal untuk menilai keuntungan investasi. Imbalan kepada seluruh modal dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari pendapatan bersih usahatani. Untuk keperluan ini, tenaga kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah yang berlaku. Hasilnya biasanya dinyatakan dalam persen terhadap nilai seluruh modal.

6. Imbalan terhadap modal petani (return to farm equity capital)

Imbalan terhadap modal petani (return to farm equity capital) juga merupakan ukuran imbalan terhadap modal untuk menilai keuntungan investasi hanya saja investasi berupa modal yang dikeluarkan petani, bukan modal secara keseluruhan. Imbalan terhadap modal petani dihitung dengan mengurangakan niali kerja keluarga dari penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini pada umumnya dinyatakan dalam persen terhadap nilai modal petani.

7. Imbalan terhadap tenaga kerja keluarga (return to family labour)

Imbalan terhadap tenaga kerja keluarga (return to family labour) dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbalan ini dapat dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbalan kepada tiap orang. Angka ini dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja diluar usahatani.

Efisiensi Pendapatan Usahatani

(33)

1. Penerimaan tiap rupiah yang dikeluarkan (analisis R/C ratio)

Analisis efisiensi penerimaan terhadap biaya yang dikeluarkan dinilai dengan melakukan analisis R/C ratio. R/C ratio atau rasio penerimaan atas biaya, dihitung dengan membandingkan penerimaan yang dihasilkan dengan biaya yang dikeluarkan. Tujuan dari analisis ini ialah mencapai produksi pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dengan uang. Apabila diperoleh nilai lebih dari satu artinya usahatani yang dilakukan efisien artinya setiap biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan bagi kegiatan usahatani yang dilakukan, tetapi bila diperoleh nilai kurang dari satu artinya usahatani yang dilakukan dinilai belum efisien sehingga perlu dilakukan upaya pengelolaan maupun perbaikan lebih lanjut.

2. Penerimaan tiap rupiah yang diinvestasikan (return to capital)

Penerimaan tiap rupiah yang diinvestasikan menghitung besarnya imbalan yang dihasilkan dari pendapatan terhadap setiap biaya atau modal yang diinvestasikan untuk kegiatan usahatani. Analisis ini menghitung tingkat efisiensi biaya yang diinvestasikan terhadap kegiatan usahatani yaitu apakah pendapatan yang dihasilkan petani telah efisien terhadap modal yang diinvestasikan. Tingkat efisiensi dihitung berdasarkan nilai investasi yang dikeluarkan oleh petani maupun total modal secara keseluruhan. Nilai penerimaan tiap rupiah yang diinvestasikan dihitung dengan return to capital. 3. Penerimaan terhadap tiap pekerja (return to labour)

Penerimaan tiap pekerja menghitung seberapa besar imbalan yang dihasilkan dari pendapatan terhadap biaya tenaga kerja keluarga yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usahatani. Dalam perhitungan ini, tenaga kerja dinilai menurut tingkat upah yang berlaku. Hasilnya dinyatakan dalam persen terhadap nilai seluruh modal. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi dari pendapatan yang telah dihasilkan terhadap biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani baik biaya tenaga kerja yang dikeluarkan secara tunai maupun non tunai yang berasal dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.

Analisis Hubungan Kausal Variabel Nonmetrik

(34)

Mann-Whitney dipilih karena jumlah sampel berupa data nonmetrik dengan jumlah responden kurang dari 30 responden.

Kerangka Pemikiran Konseptual

(35)

Keterangan :

Usahatani Wortel di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur

(36)

Kerangka pemikiran konseptual disusun berdasarkan permasalahan yang terjadi dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. Adanya dua jenis benih yang dapat diusahakan petani sebagai input produksi, menjadikan adanya suatu pilihan yang dapat dipilih petani dalam kegiatan usahatani yang dilakukan. Berdasarkan data dan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa petani di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur mengusahakan dua komoditas wortel dengan varietas benih yang berbeda yaitu benih lokal dan benih impor. Adanya perbedaan karakteristik dari kedua varietas benih yang digunakan menjadikan kedua komoditas ini dilakukan perbandingan untuk mengetahui perbedaan struktur biaya, penerimaan, pendapatan dan efisiensi pendapatan dari masing-masing komoditas dilihat dari sisi usahatani.

Input merupakan berbagai faktor produksi yang mempengaruhi struktur biaya dalam usahatani. Penggunaan input produksi yang terdiri dari lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan peralatan yang berbeda, dapat mempengaruhi struktur biaya dalam kegiatan usahatani yang dilakukan. Perbedaan antara komoditas wortel yang dihasilkan petani terkait dengan penelitian dipengaruhi oleh penggunaan benih yang berbeda yakni benih varietas lokal juga varietas impor. Benih merupakan input produksi utama yang digunakan untuk menghasilkan output produksi. Penggunaan jumlah input produksi dan harga input produksi yang digunakan, akan mempengaruhi struktur biaya usahatani. Penggunaan input yang berbeda akan mempengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam satu kali kegiatan produksi yang menyebabkan adanya perbedaan struktur biaya usahatani antara pengusahaan wortel dengan benih lokal dan benih impor. Perhitungan struktur biaya dihitung berdasarkan biaya tunai dan non tunai yang dikeluarkan petani.

Selain input produksi, pengusahaan komoditas wortel dengan benih berbeda akan menghasilkan output yang juga berbeda. Perbedaan kualitas wortel yang dihasilkan dari pengusahaan benih lokal dan benih impor berdampak pada harga jual dari output yang dihasilkan. Jumlah output dan harga output yang dihasilkan akan mempengaruhi penerimaan usahatani. Besar kecilnya penerimaan dipengaruhi oleh jumlah output dan harga output yang merupakan hasil perkalian kedua variabel tersebut. Penerimaan usahatani merupakan hasil yang diperoleh atas pengkombinasian input produksi sehingga menghasilkan output dengan jumlah dan kualitas yang berbeda sehingga mempengaruhi harga. Pengusahaan jenis wortel yang berbeda akan berdampak secara langsung terhadap penerimaan yang dihasilkan.

(37)

Pendapatan usahatani perlu dinilai berdasarkan efisiensi pendapatan usahatani guna mengetahui seberapa besar input produksi mampu memberikan imbalan. Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mencapai hasil dari kegiatan yang diusahakan. Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan usahatani dilihat berdasarkan efisiensi pendapatan yang dihitung melalui analisis R/C ratio, analisis penerimaan terhadap tiap pekerja (return to labour), serta analisis penerimaan terhadap tiap rupiah yang diinvestasikan (return to capital). Analisis R/C ratio yakni merupakan perhitungan atas penerimaan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Analisis penerimaan terhadap tenaga kerja dan juga terhadap modal yang diinvestasikan dihitung berdasarkan analisis pendapatan dan keuntungan. Analisis pendapatan dan keuntungan menghitung seberapa besar tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam kegiatan usahtani wortel di Desa Ciherang yang tidak hanya memperhitungkan nilai tunai, tapi juga perhitungan non tunai. Sama halnya seperti pendapatan, hasil perhitungan analisis usahatani selanjutnya diuji dengan uji statistik untuk mengetahui apakah hasil perhitungan usahatani dapat dibuktikan secara statistik. Uji statistik dilakukan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui apakah efisiensi yang dihasilkan dalam kegiatan usahatani wortel dengan benih lokal berbeda dengan benih impor secara signifikan.

Hasil analisis selanjutnya dihitung dan diuraikan dalam bentuk deskriptif. Hasil perhitungan dapat dijadikan suatu bahan rekomendasi untuk mengetahui dan membandingkan komoditas manakah yang memberikan keuntungan lebih besar untuk diusahakan. Hasil perbandingan selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan sebagai rekomendasi bagi petani dalam meyakinkan input produksi mana yang dapat dipilih untuk diusahakan sesuai dengan hasil penelitian serta berbagai data yang mendukung.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian merupakan salah satu dari tujuh desa yang terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dengan luas lahan pertanian yang banyak diusahakan untuk kegiatan budidaya komoditas sayuran. Faktor alam dan iklim yang mendukung menjadikan wilayah ini menjadi sentra usahatani sayuran khususnya komoditas wortel. Waktu penelitian dilakukan selama jangka waktu tiga bulan yakni pada bulan Maret hingga bulan Mei 2013.

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

(38)

dengan topik penelitian dilokasi ini yakni adanya petani yang mengusahakan wortel dengan benih impor dan benih lokal, maka Desa Ciherang sengaja dipilih sebagai lokasi penelitian. Pemilihan dilakukan berdasarkan penilaian peneliti bahwa Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur merupakan lokasi yang tepat untuk dijadikan subjek penelitian karena memiliki berbagai informasi yang dibutuhkan selama proses penelitian.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian , terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan berupa data hasil wawancara dan pengisian kuisioner yang diajukan dan ditanyakan secara langsung oleh peneliti sendiri sebagai enumerator dan petani sebagai responden. Kuesioner penelitian yang digunakan dalam kegiatan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Responden adalah para petani yang mengusahakan komoditas wortel pada lahan mereka. Data primer digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang lahan usaha, jenis komoditas yang diusahakan, kegiatan usahatani yang dilakukan, data harga-harga dan data keuangan seperti laporan biaya, penerimaan, dan pendapatan petani wortel.

Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer, yaitu data-data yang didapat dari literatur ataupun instansi terkait. Data sekunder meliputi berbagai data terkait dengan gambaran umum kegiatan usahatani wortel secara umum serta didukung oleh data-data akurat lainnya. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, literatur-literatur yang relevan dengan tujuan serta dari sumber lain seperti browsing internet, artikel majalah dan pustaka lainnya. Penggunaan data dan sumber data yang telah diuraikan diatas dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Jenis, sumber, penanggungjawab, dan waktu pengambilan data

(39)

Keterangan: *) Sumber data: Internet

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data primer adalah wawancara dan observasi. Kegiatan wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan menggunakan kuesioner penelitian dan diskusi dengan pihak terkait untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penelitian. Observasi dilakukan dengan cara pencatatan langsung di lokasi penelitian tentang aktivitas usahatani yang dilakukan. Untuk memperoleh data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur dan mencari data yang bersumber dari internet. Data primer dan data sekunder yang telah didapatkan kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui perbandingan kegiatan usahatani wortel yang dilakukan petani.

Metode Pemilihan Responden

(40)

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara memberikan gambaran deskriptif untuk menggambarkan kondisi umum lokasi usahatani yang dijadikan objek penelitian. Analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel perhitungan dan dihitung dan diolah dengan menggunakan metode analisis usahatani dan uji statistik untuk jenis variabel nonmetrik untuk mengetahui hubungan korelasi dan hubungan kausan antara dua variabel nonmetrik. Analisis kuantitatif diolah dengan menggunakan alat hitung kalkulator dan dengan bantuan komputer yaitu menggunakan software microsoft excel 2007 dan software SPSS 17 for windows.

Analisis Usahatani

Analisis usahatani digunakan untuk melihat seberapa besar pendapatan usahatani yang diperoleh dari kegiatan produksi yang dihasilkan oleh petani. Analisis usahatani dihitung berdasarkan analisis pendapatan dan efisiensi pendapatan yang dipengaruhi oleh penerimaan dan biaya. Data dan informasi yang telah dikumpulkan diolah dengan bantuan kalkulator, komputer dan disajikan dalam bentuk deskriptif dan tabulasi data. Perhitungan untuk berbagai komponen dalam kegiatan usahatani secara umum adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual yang dirumuskan sebagai berikut:

TR = P x Q Keterangan:

TR = Total penerimaan P = Harga wortel

Q = Jumlah wortel yang dihasilkan 2. Biaya Usahatani

Biaya Usahatani adalah penjumlahan biaya secara keseluruhan yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani baik biaya tunai maupun non tunai dan dijumlahkan secara keseluruhan. Perhitungan biaya usahatani adalah sebagai berikut:

TC = C + NC Keterangan:

TC = Total Biaya

C = Total Biaya Tunai (Cash)

NC = Total Biaya Non tunai (Non cash) 3. Penyusutan

Gambar

Tabel 3  Luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas wortel di Indonesia
Tabel 5  Volume dan nilai ekspor impor wortel di Indonesia tahun 2008-2012
Tabel 7  Luas panen, produksi, dan produktivitas wortel di Jawa Barat tahun
Tabel 9 Struktur biaya usahatani wortel berdasarkan penelitian terdahulu (per hektar per musim tanam)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian untuk mengetahui sifat papan partikel yang dibuat dari limbah tersebut dilakukan dengan cara; partikel kulit manis baik dalam bentuk serbuk gergaji atau serpih,

Hasil pemeriksaan struktur mikro pelat Zr-4 Gambar 1 memperlihatkan bahwa baik penampang tegak lurus arah rol maupun searah dengan arah rol tidak tampak perbedaan yang mencolok

Berdasarkan 5 kali uji coba yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam segmentasi untuk identifikasi pola menggunakan analisis tekstur

Kinerja paralel perhitungan kritikalitas dan distribusi fluks menggunakan metoda Modified Gauss Seidel dinyatakan pada tabel 1 pada sistem kluster untuk penyelesaian sistim

Hasil pengamatan rata-rata rendemen tahu galur harapan 4-Psj sebesar 370,0% dan galur harapan Q-298 sebesar 336,7% memiliki kandungan rendemen lebih tinggi dibandingkan

Bagi ULP, panitia, serta pejabat pengadaan, pengetahuan mengenai KBLI ini penting untuk dasar pencantuman di dalam dokumen pengadaan, misalnya akan melelang pekerjaan

Hasil penelitian menunjukan bahwa unsur perbuatan melawan hukum dalam transaksi e-commerce adalah adanya perbuatan yang melanggar undang- undang yang berlaku, atau

(1) Wakapolres sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b merupakan unsur pimpinan Polres yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolres..