• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi fraksi aktif daun kacang babi (Tephrosia vogelii) sebagai antikanker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi fraksi aktif daun kacang babi (Tephrosia vogelii) sebagai antikanker"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI FRAKSI AKTIF DAUN KACANG BABI (

Tephrosia

vogelii

) SEBAGAI ANTIKANKER

RIDHO PUTROTOMO

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

RIDHO PUTROTOMO. Potensi Fraksi Aktif Daun Kacang Babi (

Tephrosia

vogelii

) sebagai Antikanker. Dibimbing oleh GUSTINI SYAHBIRIN dan DJOKO

PRIJONO.

Kacang babi (

Tephrosia vogelii

) telah dimanfaatkan sebagai insektisida

nabati. Berhubung sifat toksiknya tersebut, daun tumbuhan ini diuji potensinya

sebagai antikanker. Ekstrak metanol kasar difraksionasi menggunakan ekstraksi

cair-cair menghasilkan 4 fraksi, yaitu fraksi

n-

heksana, fraksi kloroform, fraksi

n

-butanol, dan fraksi air. Uji letalitas larva udang menunjukkan bahwa semua fraksi

aktif memiliki toksisitas tinggi, dengan fraksi

n

-butanol menunjukkan aktivitas

tertinggi, yaitu 28.29 ppm. Uji fitokimia keempat fraksi positif menunjukkan

golongan senyawa alkaloid dan flavonoid. Fraksi teraktif menghasilkan 2 noda

pada pemisahan dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen

n

-heksana-kloroform (3:7). Spektrum inframerah noda dengan

R

f

~

0.82 menunjukkan

beberapa kemiripan dengan standar rotenon dan diduga merupakan rotenon. Noda

dengan

R

f

~

0.75 menghasilkan serapan yang berbeda dengan standar rotenon

sehingga diduga sebagai golongan rotenoid lain dengan gugus OH.

Kata kunci: antikanker, kacang babi, rotenoid

ABSTRACT

RIDHO PUTROTOMO. Potency of Active Fraction of Fish-poison Bean

(

Tephrosia vogelii

) as Leaves an Anticancer

.

Supervised by GUSTINI

SYAHBIRIN and DJOKO PRIJONO.

Fish-poison bean (

Tephrosia vogelii

) has been used as a botanical

insecticide. Due to its toxic property, the leave of this plant was studied for its

anticancer potency. Crude methanol extract was fractionated by using

liquid-liquid extraction yielding 4 fractions, namely

n

-hexane, chloroform,

n

-butanol,

and water fractions. Brine shrimp lethality test showed that all active fractions

had

high toxicity with

n

-butanol fraction showed the highest activity, that was 28.29

ppm. Phytochemical test of the 4 fractions were positively showed alkaloids and

flavonoids. The most active fraction produced 2 spots in separation with thin layer

chromatography by using

n

-hexane-chloroform (3:7) as the eluent. The infrared

spectrum of the spot with

R

f

~

0.82

showed several similarities with rotenone

standard and was expected to be rotenone. The spot with

R

f

~

0.75 gave different

absorption from the standard so that it was predicted to be other rotenoid having

-OH group.

(3)

Disetujui

Pembimbing I

Dr Gustini Syahbirin, MS

NIP 19600819 198903 2 001

Pembimbing II

Ir Djoko Prijono, MAgrSc

NIP 1959827 198303 1 005

Diketahui

Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS

NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Potensi Fraksi Aktif Daun Kacang Babi (

Tephrosia vogelii

)

sebagai Antikanker

Nama : Ridho Putrotomo

(4)

POTENSI FRAKSI AKTIF DAUN KACANG BABI (

Tephrosia

vogelii

) SEBAGAI ANTIKANKER

RIDHO PUTROTOMO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul

Potensi Fraksi Aktif Daun Kacang Babi (

Tephrosia vogelii

) sebagai Antikanker.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya hingga akhir zaman.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Gustini Syahbirin

MS dan Bapak Ir Djoko Prijono MAgrSc, selaku pembimbing yang senantiasa

memberikan arahan, dorongan semangat, dan doa kepada penulis selama

melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Ibu,

Papa, Mbak Rina, dan yang terkasih

Livia Elsa atas motivasi, doa, dan waktu

luangnya.

Penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh Staf Laboratorium Kimia

Organik, Bapak Budi Arifin, Bapak Sabur, Wahyu, Lia, Ugi, Catur, Astri, Mbak

Herma, Mbak Nella, Syifa, Rina, Dumas atas bantuan serta masukan selama

penelitian berlangsung. Terima kasih takterhingga penulis ucapkan kepada Kak

Bekti serta seluruh keluarga Cemara, Adi, Indra, Fijar, Feli, Risal, Fery, Irvan,

Dono, Farid dan keluarga besar Kimia 43 atas doa, kasih sayang, motivasi, serta

segala dukungan yang telah kalian berikan.

Atas segala khilaf dan kekurangan, semoga dapat dibukakan pintu maaf

yang sebesar-besarnya. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak dan juga bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Januari 2013

(6)

RIWAYAT HIDUP

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan ... 1

Lingkup Kerja ... 1

Fraksionasi Ekstrak Metanol Daun Kacang Babi ... 1

Uji Fitokimia ... 1

Uji Toksisitas Fraksi terhadap

A. salina

... 2

Pencirian Senyawa Fraksi Teraktif ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fraksi Ekstrak Metanol Daun Kacang Babi ... 2

Kandungan Fitokimia ... 3

Toksisitas terhadap Larva Udang ... 3

Ciri-ciri Senyawa Fraksi Teraktif ... 3

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 4

Saran ... 4

DAFTAR PUSTAKA ... 4

(8)

DAFTAR GAMBAR

1 Kacang babi (

T. vogelii

) ... 1

2

Struktur kimia rotenon dan deguelin ... 1

3 Fraksi

n

-heksana, kloroform, metanol-air, dan

n

-butanol dari ekstrak metanol

daun kacang babi. ... 3

4 Nilai LC

50

keempat fraksi ekstrak daun kacang babi terhadap

A. salina

... 3

5 Kromatogram fraksi

n

-butanol daun kacang babi

dengan penampak lampu

UV 254 dan 366 nm Eluen kloroform:

n

-heksana (7:3) ... 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian ... 7

2 Rendemen fraksi daun kacang babi... 8

3 Kandungan metabolit sekunder daun kacang babi ... 8

4 Penduga parameter hubungan konsentrasi-mortalitas ekstrak daun

T. vogelii

terhadap larva

A. salina

dengan metode BSLT ... 8

5 Hasil uji toksisitas BSLT fraksi terhadap larva

A. salina

(larva awal 10) ... 9

6 Spektrum FTIR standar rotenon, noda 1 dan noda 2 fraksi

n

-butanol ... 10

7 Serapan inframerah fraksi

n

-butanol daun kacang babi ... 11

(9)

PENDAHULUAN

Kacang babi (Tephrosia vogelii) (Gambar 1) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai insektisida nabati. Bagian tumbuhan tersebut, terutama daunnya memiliki aktivitas insektisida yang kuat (Delfel et al. 1970; Gaskins et al. 1972). Tumbuhan kacang babi yang termasuk famili Fabaceae ini dikenal kaya akan isoflavonoid. Isoflavonoid merupa-kan metabolit sekunder golongan flavonoid yang memiliki distribusi terbatas. Flavonoid banyak ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan, sedangkan isoflavonoid umumnya hanya terdapat pada kacang-kacangan seperti kedelai, yang memiliki kandungan isoflavonoid genistein dan daidzein, keduanya bersifat antioksidatif dan dapat berkhasiat sebagai obat (Anderson 2002).

Gambar 1 Kacang babi (T. vogelii). Senyawa isoflavonoid dalam tumbuhan kacang babi adalah kelompok rotenoid seperti rotenon, deguelin, dan tefrosin (Delfel et al. 1970; Lambert et al. 1993; Koona & Dorn 2005). Kosmeder (1998) melaporkan bahwa senyawa rotenon dan deguelin (Gambar 2) dapat menurunkan pertumbuhan sel tumor kelenjar susu sehingga berpotensi antikanker. Fang dan Casida (1998), Li et al. (2012) telah melaporkan efek senyawa rotenon dan deguelin sebagai kemopreventif kanker. Selain itu, Prijono dan Pujianto (2008) juga melaporkan toksisitas ekstrak n-heksana daun kacang babi terhadap ulat krop kubis

Crocidolomia pavonana dengan konsentrasi mematikan 50% (LC50) 0.14% (b/v).

(a) (b) Gambar 2 Struktur kimia (a) rotenon dan (b)

deguelin

Potensi antikanker lazim diujikan dengan menggunakan metode uji letalitas larva udang (BSLT). Metode BSLT merupakan uji penapisan awal potensi antikanker dari ekstrak tanaman (Meyer et al. 1982) dengan hasil uji berupa nilai LC50.

Penelitian ini bertujuan mencari fraksi teraktif ekstrak metanol daun kacang babi menggunakan metode BSLT sebagai indikasi potensi antikanker (Colegate & Molyneux 2008). Senyawa fraksi teraktif dicirikan dengan spektroskopi inframerah transformasi Fourier (FTIR).

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan ialah ekstrak metanol daun kacang babi yang berasal dari Cianjur, etil asetat, metanol, kloroform, n -butanol, n-heksana, Tween 80, dan larva A. salina Leach. Alat-alat yang digunakan ialah spektrofotometer FTIR Perkin Elmer Spectrum One di Laboratorium Bidang Pangan, Gedung Pusat Laboratorium Terpadu, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Lingkup Kerja

Metode penelitian dilakukan mengikuti diagram alir pada Lampiran 1. Tahapannya meliputi fraksionasi ekstrak metanol daun kacang babi, pengujian toksisitas fraksi dengan metode BSLT, dan pencirian gugus fungsi senyawa fraksi teraktif dengan FTIR.

Fraksionasi Ekstrak Metanol Daun Kacang Babi

Sebanyak 10 g ekstrak metanol daun kacang babi diencerkan dengan metanol-air deionisasi (1:1) sebanyak 100 mL lalu dimasukkan ke dalam corong pisah, dan difraksionasi dengan n-heksana dengan nisbah 1:5. Penambahan n-heksana dilakukan secara bertahap sampai fase organik tidak berwarna. Fase organik dipisahkan dari fase air, lalu dipekatkan dengan penguap putar dan dikeringbekukan. Berikutnya fase air difraksionasi kembali berturut-turut menggunakan kloroform dan n-butanol dengan prosedur yang sama.

Uji Fitokimia (Harborne 1987)

(10)

dalam 10 mL kloroform lalu ditambahkan 4 tetes NH4OH dan disaring. Filtrat yang

diperoleh ditambahkan 10 tetes H2SO4 2 M

kemudian dikocok hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam diteteskan pada lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Dragendorf, Mayer, dan Wagner. Uji positif jika berturut-turut didapatkan endapan berwarna jingga, putih, dan cokelat.

Saponin. Sebanyak 0.1 g dari setiap fraksi daun kacang babi dilarutkan dalam 10 mL akuades panas dan dididihkan selama 5 menit. Campuran disaring dan dikocok kuat selama 10 menit hingga timbul busa. Apabila busa stabil selama 10 menit, maka filtrat positif mengandung saponin.

Steroid dan Triterpenoid. Sebanyak 0.1 g dari fraksi daun kacang babi dilarutkan masing-masing dalam 25 mL etanol panas (50

°C) kemudian disaring ke kaca arloji dan diuapkan sampai kering. Residu dilarutkan dalam eter dan ditambahkan 3 tetes pereaksi Lieberman-Burchard. Uji positif triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna merah atau ungu, sedangkan uji positif steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau atau biru.

Tanin. Sebanyak 0.1 g dari setiap fraksi daun kacang babi masing-masing dilarutkan dalam 10 mL akuades panas kemudian disaring. Filtrat ditambahkan FeCl3 1%.

Warna hijau, biru, atau hitam menunjukkan filtrat positif mengandung tanin.

Flavonoid. Sebanyak 0.1 g dari setiap fraksi daun kacang babi dilarutkan masing-masing dalam 10 mL akuades panas kemudian disaring. Sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan 0.05 g serbuk Mg, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL amil alkohol kemudian dikocok kuat. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, jingga, atau kuning pada lapisan amil alkohol.

Uji Toksisitas Fraksi terhadap A. salina

(Krishnaraju et al. 2005)

Penetasan Telur A. salina. Telur A. salina yang sudah siap ditetaskan ditimbang sebanyak 0.5 g, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air laut yang sudah disaring dan diaerasi. Telur dibiarkan selama 48 jam di bawah pencahayaan lampu agar menetas sempurna. Telur yang telah menetas menjadi larva digunakan untuk uji toksisitas.

Larutan stok fraksi n-heksana, kloroform,

n-butanol, dan air dibuat dengan konsentrasi 1000 ppm dalam pelarut air laut. Apabila ada fraksi yang tidak larut, ditambahkan 1 mL

Tween 80. Selanjutnya setiap fraksi dimasukkan ke dalam sumur uji dengan konsentrasi berturut-turut 200, 150, 100, 50, dan 10 ppm, lalu masing-masing dimasukkan 10 ekor larva udang. Uji dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Selanjutnya sumur uji ditutup dengan aluminium foil dan diinkubasi selama 24 jam. Nilai LC50 ditentukan dengan

menggunakan analisis probit.

Pencirian Senyawa Fraksi Teraktif (Houghton dan Raman 1998)

Fraksi teraktif dipantau nodanya dengan menggunakan pelat kromatografi lapis tipis (KLT) dengan eluen n-heksana-kloroform (3:7) (Panggraito 2011). Noda yang dihasilkan dari proses elusi diamati di bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Setiap noda yang diperoleh dicirikan menggunakan FTIR.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fraksi Ekstrak Metanol Daun Kacang Babi

Sampel yang digunakan sudah berbentuk ekstrak kasar dalam pelarut metanol, berwarna hijau pekat dengan rendemen 7.10% (b/v). Bobot ekstrak kasar 14.4681 g (Wulan 2008). Ekstrak metanol ini kemudian difraksionasi cair-cair untuk memisahkan senyawa metabolit sekunder berdasarkan tingkat kepolarannya. Fraksionasi diawali dengan pelarut nonpolar, yaitu n-heksana. Fraksi

n-heksana berwarna hijau (Gambar 3a).

Fraksi metanol sisa difraksionasi kembali dengan kloroform. Tidak terjadi pemisahan antara kloroform dan metanol, karena kepolaran kedua pelarut ini hampir sebanding. Untuk itu, ditambahkan air dengan nisbah 1:1 untuk menambah kepolaran metanol sehingga kedua fraksi terpisahkan. Fraksi kloroform berwarna cokelat (Gambar 3b).

(11)

3

(a) (b) (c) (d)

Gambar 3 Fraksi n-heksana (a), kloroform (b), metanol-air (c), dan n- butanol (d), dari ekstrak metanol daun kacang babi.

Berdasarkan Tabel 1, rendemen terbesar diperoleh pada fraksi n-heksana. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa nonpolar lebih dominan pada sampel. Perhitungan rendemen dirangkum dalam Lampiran 2.

Tabel 1 Rendemen fraksi daun kacang babi Fraksi Rendemen (% b/b)

n-Heksana 3.43 Kloroform 0.77

n-Butanol 0.59 Metanol-air 0.79

Kandungan Fitokimia

Uji fitokimia bertujuan menentukan kandungan metabolit sekunder pada suatu tumbuhan. Uji fitokimia dilakukan pada fraksi

n-heksana, kloroform, dan n-butanol. Uji yang dilakukan meliputi uji alkaloid, saponin, triterpenoid, steroid, tanin, dan flavonoid.

Hasil uji fitokimia (Lampiran 3) menunjukkan bahwa ketiga fraksi mengandung alkaloid. Hanya fraksi n-butanol yang positif mengandung flavonoid. Hasil uji negatif ditunjukkan pada uji saponin, triterpenoid, dan steroid. Hasil uji negatif mengindikasikan bahwa fraksi-fraksi daun kacang babi tidak mengandung golongan senyawa tersebut atau kandungannya dalam contoh sangat kecil.

Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa kemungkinan golongan senyawa yang aktif sebagai antikanker pada daun kacang babi adalah alkaloid dan flavonoid. Hasil uji fitokimia alkaloid menghasilkan endapan yang cukup banyak. Uji fitokimia flavonoid pada fraksi n-butanol menghasilkan intensitas warna kuning yang pekat. Alkaloid dan flavonoid telah dilaporkan memiliki potensi sebagai antikanker (Yi et al. 2005).

Toksisitas terhadap Larva Udang

Uji toksisitas dengan metode BSLT menggunakan larva udang A. salina

digunakan untuk menentukan fraksi teraktif. Parameter sitotoksisitas yang didapatkan adalah nilai LC50 (Gambar 4) yang diperoleh

dari hasil dengan perangkat lunak analisis probit (Lampiran 4). Data yang dianalisis diberikan pada Lampiran 5.

(Fraksi)

Gambar 4 Nilai LC50 keempat fraksi ekstrak

daun kacang babi terhadap A. salina.

Fraksi n-butanol daun kacang babi memiliki nilai LC50 paling rendah (28.29 ppm)

dibandingkan dengan ketiga fraksi lainnya. Fraksi ini dapat dikatakan sebagai fraksi teraktif karena semakin rendah nilai LC50,

semakin tinggi toksisitasnya. Toksisitas fraksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak

n-heksana daun keji beling yang memiliki nilai LC50 sebesar 30.49 ppm (Rahmah et al.

2011). Suatu senyawa dikatakan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai antikanker apabila mempunyai LC50 ≤ 30

μg/mL (Meyer et al. 1982).

Senyawa flavonoid diperkirakan berperan dalam efek toksik dari ekstrak n-butanol. Menurut Ren et al. (2003), flavonoid mempunyai efek penting pada pencegahan kanker dan kemoterapi kanker. Sementara Vrana dan Grant (2001) melaporkan peranan senyawa golongan alkaloid dan terpenoid pada pencegahan kanker.

Ciri-ciri Senyawa Fraksi Teraktif

Fraksi n-butanol diuji dengan KLT menggunakan fase diam silika gel GF254 pelat

(12)

Uji KLT ekstrak n-butanol menghasilkan 2 noda di bawah lampu UV 254 nm, yaitu noda 1 dengan nilai Rf ~ 0.82dan noda 2 dengan

nilai Rf ~ 0.75 (Gambar 5a). Dengan

menggunakan lampu UV 366 nm, fraksi n -butanol juga menampakkan keberadaan noda 2 (Gambar 5b). Kedua noda yang diperoleh ini dicirikan lebih lanjut dengan membanding-kan spektrum FTIR-nya dengan spektrum FTIR standar rotenon (Lampiran 6)

(a) (b)

Gambar 5 Kromatogram fraksi n-butanol daun kacang babi dengan penampak lampu UV 254 nm (a) dan 366 nm (b). Eluen n -heksana-kloroform (3:7). Rotenon merupakan kelompok kecil senyawa isoflavonoid golongan rotenoid yang banyak terkandung dalam kacang babi. Spektrum FTIR standar rotenon (Lampiran 6a) memiliki puncak serapan 3080.04 cm-1 yang menunjukkan ulur CH aromatik; 2941.65 cm-1 (ulur CH2 asimetrik); 1672.40

cm-1 (ulur CO2 asimetrik) yang mewakili

struktur isoflavonoid; 1304.50, 1265.15, dan 1212.64 cm-1 (gugus oksiaril); 1092.43 dan 1006.43 cm-1 (H-aromatik sebidang); serta 911.50 dan 812.93 cm-1 (H-aromatik di luar bidang).

Spektrum FTIR noda 1 (Lampiran 6b) memiliki puncak serapan pada bilangan gelombang 3431.10 cm-1 yang menunjukkan ulur OH dan tidak dijumpai pada spektrum FTIR standar rotenon. Serapan 2959.72 cm-1 berasal dari vibrasi ulur –CH2 asimetrik,

1727.96 cm-1 (ulur aromatik C=O), dan 1273.48 cm-1 (gugus oksiaril). Serapan di daerah sidik jari (742.78 dan 705.51 cm-1) menunjukkan gugus aromatik monosubstitusi. Adanya gugus aromatik pada noda 1 dan beberapa puncak serapan yang mirip dengan standar, diduga bahwa noda 1 merupakan golongan isoflavonoid. Namun, terdapat serapan gugus OH, maka noda 1 bukan senyawa rotenon. Senyawa pada noda 1 diduga golongan rotenoid lain dengan gugus OH, yaitu rotenolon atau tefrosin.

Spektrum FTIR noda 2 (Lampiran 6c) memberikan puncak serapan di 2941.52 cm-1 yang menunjukkan ulur CH2 asimetrik.

Serapan di 1731.66 cm-1 menunjukkan ulur C=O aromatik; 1672.07 dan 1611.10 cm-1 (ulur CO2 asimetrik); 1233.01 dan 1211.71

cm-1 (gugus oksiaril) yang merupakan ciri senyawa flavonoid; serta 1092.45 dan 1005.55 cm-1 (H aromatik sebidang). Serapan di 911.21, 812.14, dan 809.96 cm-1 menunjukkan lentur aromatik H di luar bidang; serapan di 782.70, 754.04, dan 728.68 cm-1 menunjukkan gugus benzena monosubstitusi dan lekuk CH dalam bidang. Serapan keseluruhan FTIR standar rotenon, noda 1, dan noda 2 dirangkum dalam Lampiran 7 dan struktur kelompok rotenoid dirangkum dalam lampiran 8. Noda 2 memiliki beberapa puncak serapan yang sama dengan standar rotenon khususnya gugus aromatik. Meskipun ada puncak serapan yang berbeda, perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh fraksi n-butanol yang bercampur. Dengan demikian, noda 2 diduga merupakan senyawa rotenoid dari golongan isoflavonoid, yaitu rotenon.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Fraksi daun kacang babi diduga berpotensi sebagai antikanker. Fraksi n-butanol paling aktif dengan nilai LC50 28.29 ppm. Fraksi ini

menghasilkan 2 noda dengan eluen n -heksana-kloroform dengan nisbah 3:7 (v/v) KLT, yaitu Rf ~ 0.75 dan Rf ~ 0.82.

Berdasarkan spektrum FTIR, noda dengan Rf

~ 0.82 diduga merupakan senyawa rotenon, sedangkan noda dengan Rf ~ 0.75 diduga

merupakan golongan rotenoid lain dengan gugus –OH.

Saran

Kedua senyawa dari dari fraksi n-butanol perlu ditentukan strukturnya dengan spektrofotoneter resonans magnet inti serta diuji aktivitas antikanker lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson JW. 2002. Meta-analysis of the effect of soy proteins intake of serum lipid.

J Med 333:276-282.

Colegate SM, Molyneux RJ. 2008. Bioactive

Natural Products: Detection, Isolation

Noda 2 Noda 1

(13)

5

and Structural Determination. California: CRC Pr.

Delfel NE, Tallent WH, Carlson DG, Wolff IA. 1970. Distribution of rotenone and deguelin in Tephrosia vogelii and separation of rotenoid-rich fractions. J Agric Food Chem 18:385-390.

Fang N, Casida JE. 1998. Anticancer action of cube insectiside: correlation for rotenoid constituents between inhibition of NADH:ubiquinone oxidoreductase and induced ornithine decarboxylase activities.

Proc Natl Acad Sci 95:3380-3384.

Gaskins MH et al. 1972. Tephrosia vogelii: A Source of Rotenoids for Insecticidal and Piscicidal Use. Technical Bulletin 1445.

Washington DC: US Government Printing Office.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Padmawinata K, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari:

Phytochemical Methods.

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural Extract. London: Chapman & Hall.

Koona P, Dorn S. 2005. Extracts from

Tephrosia vogelii for the protection of stored legume seeds against damage by three bruchid species. Ann Appl Biol

147:43-48.

Kosmeder JW. 1998. Synthesis and evaluation of rotenoids, flavonoids, and dithiocarbamates as cancer chemopreventive agents [tesis]. Chicago: University of Illinois.

Krishnaraju AV et al. 2005. Assessment of bioactivity of Indian medicinal plants using brine shrimp (A. salina) lethality assay. Int J Appl Sci Eng 3:125-134. Lambert N, Trouslot MF, Nef-Campa C,

Crestin H. 1993. Production of rotenoids by heterotrophic and photomixotrophic cell cultures of Tephrosia vogelii.

Phytochemistry 34:1515-1520.

Li Z, Wu J, Wu C, Jiang J, Zheng, Xu B, Li M. 2012. Deguelin, a natural rotenoid, inhibits mouse myeloma cell growth in vitro via induction of apoptosis. Oncol Lett

4:677-681.

Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, Mc Laughlin JL. 1982.

Brine shrimp: a convenient general bioassay for active lant constituents. Plant Medica 45:31-34.

Mukhtar MH, Adnan AZ, Pitra MW. 2007. Uji sitotoksisitas minyak atsiri daun kamanggi (Ocimum basilicum L) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test Bioassay. J Sains Tek Far 12:1-4.

Panggraito A. 2011. Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas insektisida ekstrak Tephrosia vogelii terhadap hama kubis Crocidolomia pavonana [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Prijono D, Pudjianto. 2008. Pengembangan formulasi insektisida botani yang dibakukan berbasis daun kacang babi (Tephrosia vogelii Hook.f., Leguminosae) dan buah kemukus (Piper cubeba L.f., Piperaceae) [laporan Research Grant Program B]. Bogor: Departemen Proteksi Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor. Ren W, Qiao Z, Wang H, Zhu L, Zhang L.

2003. Flavonoid: promising anticancer agents. Med Res Rev 2:519-534.

Rahmah M, Hardianti S, Susanti E. 2011. Aktivitas sitotoksik ekstrak heksana, diklorometana dan metanol daun keji beling (Sericocalyx crispus. L) terhadap

Artemia salina Leach. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau.

Supratman U. 2009. Elusidasi Struktur

Senyawa Organik. Ed ke-5. Bandung:

FMIPA Unpad.

Vrana JA, Grant S. 2001. Synergistic induction of apoptosis in human leukemia cells (U937) exposed to bryostatin 1 and the proteosome inhibitor lactacystin involves dysregulation of the PKC/MAP cascade. Blood 97:2015-2114.

Wulan RDR. 2008. Aktivitas insektisida ekstrak daun Tephrosia vogelii Hook. f. (Leguminosae) terhadap larva

Crocidolomia pavonana (F.)

(Lepidoptera: Pyralidae) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Yi WG, Fischer J, Akoh CC. 2005. Study of anticancer activities of muscadine grape phenolics in vitro. J Agric Food Chem

(14)
(15)

7

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Uji toksisitas larva udang (pencarian fraksi teraktif)

Ekstrak metanol daun kacang babi

+ metanol-air (1:1)

+

n

-heksana

Fraksi

n

-heksana

Fraksi metanol-air

Fraksi kloroform

Fraksi metanol-air

Fraksi

n

-butanol

Fraksi metanol-air

Uji fitokimia

Pemantauan fraksi teraktif dengan KLT

Pencirian dengan FTIR

+ kloroform

(16)

8

Lampiran 2 Rendemen fraksi daun kacang babi

Fraksi

b

(g)

a

(g)

Rendemen

(%b/b)

n

-Heksana

12.0071

0.4192

3.43

Kloroform

12.0082

0.0931

0.77

n

-Butanol

11.8319

0.0751

0.59

Air

12.0075

0.0951

0.79

Contoh perhitungan rendemen fraksi daun kacang babi

= 3.43%

Lampiran 3 Kandungan metabolit sekunder daun kacang babi

Komponen

fitokimia

Bahan

Keterangan

FH

FK

FB

FMA

Alkaloid

++

++

+++

+

Terdapat endapan

Saponin

-

-

-

-

Tidak berbusa

Triterpenoid

-

-

-

-

Tidak berwarna merah/ungu

Steroid

-

-

-

-

Tidak berwarna hijau/biru

Tanin

-

-

-

-

Hijau

Flavonoid

-

-

++

-

Kuning

Lampiran 4

Penduga parameter hubungan konsentrasi-mortalitas ekstrak daun

T.

vogelii

terhadap larva

A. salina

dengan metode BSLT

(17)

9

Lampiran 5 Hasil uji toksisitas BSLT fraksi terhadap larva

A. salina

(larva awal

10)

Keterangan: Rerata kematian =

FH = fraksi

n

-heksana, FK = fraksi kloroform FB = fraksi

n

-butanol

,

FMA =

fraksi methanol-air

Konsentrasi

Jumlah larva mati

Rerata Kematian (%)

(ppm)

FH

FK

FB

FMA

FH

FK

FB

FMA

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

10

1

1

3

2

13.3

20

30

23.3

1

3

4

3

2

2

2

2

50

2

3

5

3

23.3

23.3

53.3

33.3

3

1

5

3

2

3

6

4

100

4

5

7

6

46.7

53.3

76.7

56.7

5

5

7

6

5

6

9

5

150

7

7

9

7

56.7

66.7

86.7

73.3

5

6

9

8

5

7

8

7

200

7

8

10

7

70

70

100

76.7

7

7

10

9

(18)

10

Lampiran 6 Spektrum FTIR standar rotenon (a), noda 1 (b), dan noda 2 (c) fraksi

n

-butanol

(a)

(b)

(19)

1

Lampiran 7 Serapan inframerah fraksi

n

-butanol daun kacang babi

Standar rotenon Fraksi 1 Fraksi 2

Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi 3084.04 C-H aromatik 3431.10 ulur OH 2941.52 ulur -CH2-asimetri

2941;2916 ulur -CH2

-asimetrik 2959.72

ulur -CH2

-asimetrik 1731.66 ulur C=O aromatik 1672.40 ulur CO2

asimetrik 1727.96

ulur C=O

aromatik 1672.07;1611.10 ulur CO2 asimetrik

1610.03;1514.95 benzena

monosubstitusi 1272.48 Oksiaril 1233.01;1211.71 Oksiaril 1456.81 lekuk C-H

alifatik 1124.14;1072.59 CH sebidang 1092.45;1005.55 H-aromatik sebidang 1351.15 vinilik 742.78;705.51 aromatik mono

substitusi 911.21;812.14;809.96

H-aromatik di luar bidang

1304.50;1265.15;1212.64 oksiaril 782.70;754.04;728.68 lekuk C-H sebidang benzena monosubstitusi 1092.43;1006.43 H-aromatik sebidang 673.99;634.28 lekuk CH di luar bidang 911.50;812.93 H-aromatik di luar bidang 551.26;501.03;475.23 CH2

(Supratman 2009)

Lampiran 8 struktur kimia kelompok rotenoid:

(20)

Gambar

Gambar 3  Fraksi n-heksana (a), kloroform

Referensi

Dokumen terkait

 Sekum Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam Cabang Surabaya  Ketua Umum HMI Koordinator Komisariat Sepuluh Nopember  Ketua Bidang KPP HMI Cabang Surabaya..  Ketua Bidang PA BADKO

Bambang Sunggono. Metodologi Penelitian Hukum , Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm.. internasional yang berlaku sebagai sebuah hukum bagi para pihak yang menyepakatinya. Dalam

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit masih berada pada nilai kisaran normal dan tidak berbeda secara signifikan

Indikator-indikator motivasi kerja dan gaya kepemimpinan apa saja yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawai pada Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 remaja 8% memiliki kategori kemampuan mengelola emosi dalam kategori sangat tinggi, 5 remaja 13% memiliki kategori kemampuan

SHOLEH, S.PdI SDN Minohorejo 2 Kec... MUKHAYAT, S.PdI SDN Compreng 2

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa variabel kontrol diri, motivasi dan materialisme berpengaruh positif terhadap perilaku