Vol. 7 No.2, November 2011 ISSN 1907-0276
"'URNAL
SUMBER DAVA AIR
PelindungIr. Mohamad Hasan, Dip!. HE.
Pembina
Dr. Ir. Ari e Setiadi Moerwanto, M .Sc.
Penanggung Jawab
Ir. Nur Fizi li Kifli, M T.
Redaktur
Ora . Conny Ama lia
Ketua Dewan Penyunting
Prof. (R) Ir. Nana Terangn a Ginting, Dip/. EST.
Dewan Penyunting
Prof. (R) Drs. Erm an Mawardi, Dipl . AlT. (Pen eliti Bidang Tekni k Hidl'aulik) Dr. Simon S. Brahmana, CES, DEA (Peneliti Bidang Teknik Lingkungan SDA) Dr. Ir. W ann y K. Adidarma, M.Sc. (Peneliti Bidang Teknik Hidrologi) Dr. (Eng). Fitri Riandini , S.Si, MT. (Peneliti Bi dang Teknik Rawa/Pantai) Ir. Carlina Soetjiono, Dipl. HE . (Peneliti Bidang Teknik Sipil)
Ir. Iskandar A. Yusuf, M .Sc. (Peneliti Bidang Teknik Lingkung an SDA) Drs. W aluyo Hatmoko, M.Sc. (Peneliti Bidang Teknik Konservasi & Tata Air) Drs. Tontowi, M.5c. (Peneliti Bidang Teknik Lingkungan SDA)
Mitra Bestarl
Prof. Ir. R. Wahyudi Triweko, M. EnB., Ph.D. (Bidang Sumber Daya Air UNPAR) Prof . Dr. Hidayat Pawitan , M.Sc. (Bidang Tekn ik Hidrologi IPB)
Dr. Ir. Sri Legowo, M.Sc. (Bidang Teknik SipilITB)
Prof. (R) Dr. Ir. Bambang So enarto, DipJ. HE., M. Eng. (Bidang Hidrologi dan Geohidrologi Univ. Tama Jagakarsa)
Sekretariat Redaksi Ora. Aid illisyah Luthan Rlna Dian i, S.505 . AnjelitJ, 5.5 0s. Ha ryadi, S.ST.
Yohanna Prita Amelia , S.Sos.
Ala mat Redaksi/Penerbit :
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR BADAN PENElITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
JI. Ir. H. Juanda No. 193 Bandung 40135
Tip. : (022) 2501083, 2504053
Fax . : (022) 2500163 PO BOX: 841
Vol. 7 No.2, November 2011 ISSN 1907-0276
URNAL
SUMBERDAYAA R
DAFTAR 151
Kajian Kebijakan Pengelolaan Sum be r Da ya Air pada Daerah Aliran Sungai Citarum
Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi
lOS 118
Climate Chan ge Impa ct on AgroC/i matic Type and l ength of Gro wing Period of Three Locat ion s on Java
Eleonora Runtunuwu
119 130
Prediksi Tinggi M uka Air Ekstrim di Pantai Semara ng Akibat Pasa ng Tinggi da n Badai Tropis
Fitri Riandin;, Huda Bachtior
131 1 42
Pemetaan Da erah 8ahaya Alfran Debris di Dae ra h Gunung Se meru
C. Bambang Sukatja
143 156
Upaya Pengendati an Degradasi Dasar Sungai denga n Bangu nan Groundsi" Unik Sri Mulatsih Gclih Habsoro Sundoro
157170
Karakteristik Hidrologi Aliran Permukaan di Das Ka li M adiu n
Sri Mulat Yuningsih, Bayu Raharja, Rosidatu Diniyah, Desi Windatin ingsih
171 184
Mon itoring da n Evaluasi Penerapan Standar, Pedoma n da n Manual (S PM) Bidang Sumber Daya Air (Studi Kasus Beberap a Instansi di Pu! au Ja w a)
Fanan i Aziz A/wi
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 7 No.2 November 2011 : 105118
KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PADA DAERAH
ALlRAN SUNGAI CITARUM
Mohamad Hasan!, Asep Sapej2, Januar Purwanto3 , Sukardi4
1) Sadan Penelitian dan Pengembangan, Kemente r ian PU
II.
Pattim ura No. 20, Jakarta SelatanEm ail: mohasan5 3 @yahoo.co.id 2,3, 4J Pe ngaj ar Program Pascasarj ana IPB Sekolah Pascasarjana IPS, Ged ung Rekto ra t La ntai 5
Ka mpus IPB Darmaga, Bogor
Dilerima : 7 September 2011; Disetujui: 28 Oktober 2011
ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan sLimber daya air pada DAS Citarum mengenai:
ro
status keberlanjutan, (ii) urutan prioritas da /am penetapan River Basin Organization (RBO) dan (iii)merumuskan model untuk pengelolaan sum ber day a air seca ra berkelanjutan. Metode penelitian menggunakan pendeka tan soft dan hard system m ethodology ( SHM dan HHM). Analisis SHM menggu nakan kuesioner para akhli. Un tu k tujuan pertama dilakukan analisis des kriptiJ m enggun akan data sekunder pada kondisi air tanah k uali tas air dan daerah tang kapan, kemudian d ikom binasikan dengan m odel Multi Dimensional Scaling (MDS). Untuk tujua n kedua dan ketig a digunakan An alytical Hierarchy Process ( AHP) dan model Sistem Dinamik Hasil analisis men unjukka n kon disi DAS Citarum tidak berkelanju tan ham pir pada semua dimensi. Dimensi lingkungan memperoleh skor yang paling buruk. Hasil AHP menunjukk all bahwa m odel Perum Jasa Tirta (PJT) mendapat nilai tertingg i un tuk alternatif RBO. Berdasarkan ana lisis sistem dinam ik pada beberapa skenario, ruang lingkup tal1ggung jaw ab PJT Il harus dibatasi hanya pada
pengelolaa n waduk dan prasarana pembawa atau pengatur alokasi air. Hal ini dimakslldka n aga r PJT /I
sehat secara jinansial. Akhirnya, rekomendasi kajian m engusulkan tig a model yaitu m odel k e/emb agaan, manajemen dan pendanaan, serta mensyaratkan dibentuknya Tim Koordinasi Pe ngelolaan Su m bel' Daya Air pada tingkat wi/ayah sung ai untuk terlaksana nya pengelolaan secara b erkela njutan.
Kata kune;: Sum ber daya air, keterp aduan, kebijakan, model, sistem, berkelanjutan
ABSTRACT
This study intends to analyze: (i) the s tatus of sustainability, (ii) prioritiz ation or. river basin organization
and (iii) appropria te m odels for sustainable development by soft an d hard system methodology approach
(SSM and HSM). The SSM analysis is based on questionnaires of exp ert choice. Fo r goal (i), [he analysis used
the descriptive analy sis afsecondary data on water quality, catchment area degrada tio n and land subsidence as well as Multi Dimensional Scaling (MDS) Model. For g oal (ii) and (i ii), the analysis had applied the Analytical Hierarchy Process (AHP) and System Dy na m ic Model respectively. Results indica ted the
unsustainable environmental condition of basin. Whereas, A HP results show that Perum jasa Tirta ( PJT) is
scored highest to take the role of river basin orga nization. The scenarios of responsibility of PJT JI were
analyzed by an indicator on cost reco very. Most appropriate seems to be the scenario wh erein PJT 1J is
responsible for only the reservoir and conveyan ce inji"(!structure management The st!.ldy reco mmends the application of three m odels, i.e. inst itution, management and finance, to ensure sustainabiIity of river basin
development in future. Strongly recom mended is the establishment of a coordinating board on water
resources managem ent concerned with coordination and integration management.
Keywords: Water reso urces, integration, policy, model, system, sustainable
PENDAHULUAN dan kegiatan ekonomi lain ny a (Nittu, 200 5). Pasokan air untu k me nd ukun g berja la nnya Ai: m erupakan sl!mb er daya a1 m yang pem bangunan dan b erbagai ke butuhan manus ia str tegis dan vita l bagi keh id upan ma nusia, serta
Kajian Kebijaka n Pengelolaan ... (Mohamad Hasan, Asep Sapei, januar Purwanto, Sukardi)
IL!gatifterhadap kelestarian sumber daya air (SDA) d:m meningkatnya daya rusak air (Mitchell, 2005). Hal tersebut menuntut pengelolaan SDA yang terpClc1u dari hulu sampai ke hilir dengan basis wilayah sungai dalam satu pola pengelolaan SDA tanpa dipengaruhi oleh batasba tas wilayah ad m inistrasi yang dilaluinya (H ooper, 2005). Kecender unga n fra gm entasi pengelolaan SDA sem a ki n menguat da lam kerangka otonomi daerah. Pem da ingi n mend a patkan kendali yang lebih kuat da lam pengelolaan SDA yang berada dalam jurisdiksi wilaya h adrninistrasinya dengan rno tivasi utama un tuk mendapatkan kendali pema n faata n SDA yang lebih besar disamping sebagai su mber F'en dapa tan Asli Daerah (Cany, 200 5).
Pa da daer ah alira n sungai (DAS) Citarum ba nyak inst itu si yang terlib a t secara langsung a tau tidak la ng 'ung. Ma sing mas ing insti tusi me rasa berhak m elakukan pe ngelolaa n, me nggunaka n atau me!akukan eksploitasi ses ua i de nga n tujuannya rna ing masi ng. Aki batnya, terj ad i tu m pang tindih dala m tugas poko k, fu ngsi dan kewena ngan pengelolaa nnya. Fenom ena semacam in i a kan dihadap i d a la m praktek p engelolaan SDA di setiap wilaya h su nga i sehi ngga di perl ukan perumusan model pengelolaa n ' SDA yang d pat mengakomo das ikan ke pentingan semua pihak seca ra a dil dan optima\.
Tujuan penelitian 1111 adalah: (1 ) menganali is status keb e rl a njutan wilaya h Su ngai Citaru m da ri di m ns i kebi jakan, kele mbagaa n, teknik, ekonomi, セッウゥ。ャ@ b udaya dan li ngkungan; (2) menga nalisis priori tas tu juan, faktor, akto r yang terliba t da n kelem bagaan pada DAS Citarum ; (3) merumuska n model keb ijakan pengelo laan DAS Citarll m ya ng berkelanju ta n.
Pe nelitian in i diha rapkan akan mem bE: ri manfa at bagi pemerintah dalam meneta p kan keb ijakan pengelolaan DAS Citarum, ba hkan sebagai m odel yang bisa ditera pkan seca ra nasionaI dalam pengelolaan SDA. Disa mp ing itu, penelitian lnl juga a kan me lengka pi kajian pengel olaa n su ngai de ngan pendekatan h id rologis, ekologis dan berkela njuta n.
METODE PENELTTlAN
Lokasi dan Waktu Penelitian, Lo kasi penelitia!1 ini berada di DAS Cita:'um ya ng m eli puti Ka bupa ten Bandung, Ko ta Bandung, Kota Cimahi, Kabupa ten Su medang, Kab upa en Cianjur, Kabu paten Subang, Kab upaten Purwakarta dan Kab upaten Karawang. Penelitian dilaksa nakan selama e nam bula n mula i bulan Agustus 2010 sam pai bula n ja nuari 2011.
Teknik Pengambilan Sampel dan Data,
Teknik pe nga mbilan sampel me nggunakan metode
expert survey de ngan purposive sampling, baik
melalui wawan cara maupun mengg unaka n kuesioner. Pemilihan responden di te ntukan berdasarkan keterwakilan stakeholders pada DAS Citaru m dan pakar bidang pengelolaan SDA. Adap u n pcngumpulan data se Kunder dila kuka n pada kantor instansi pemerintah ya ng b erw ena ng.
Metode Analisis, Analisis keberlanju tan dila kukan mengguna kan multi dimen sional scaling
(MDS) mo del dengan te knik ordinasi RAP Citra ru m.
Hasilnya dibandingkan dengan anali sis deskriptif kondis i situasional DAS Citarum. Analisis p ri oritas mengguna kan analytical hiera rchy process (AHP) ya ng membandingkan secara berpasa nga n
(pairwise comparisons) tingkat kepentingan atau
tingkat pengaruh satu elemen de ngan elem en lainnya pacta sa tu tingkatan yang diolah menggu nakan perangkat lunak criteria decision
plus (CDP) y3. 04. Perum us a n model dilakukan
dengan mengguna kan mod el ana li sis sistem dina mik u ntuk me nguji kinerja kelembagaa n pengeJola dengan berbagai ske nario kebija ka n. Disampi ng itu, dila kukan juga focus group
discussion (FCD) untu k pembulatan nya.
KAJIAN PUSTAKA
1 Pe nge)olaan Sumber Oaya Air
Ali ran air selai n dimanfaatkan untu k kebutu h an masyarakat lokal, juga dimanfaatlcan oleh pendll d uk yang berada di wilayah hilirnya yang secara administratif dan ata u stakeholders berbeda. I!1teraksi antara kawasan hulll sebagai zona resapan su mber a ir dan kawasan hili rnya da lam pemanfaa ta n a ir sangat erat, sehingga up aya u ntu k mewujud ka n p engelolaan air berkelanju tan m enj ad i ta nggungjawab semua pihak yang berada di wilayah DAS ters ebut (Karyana, 2007).
Upaya perlindungan ekosistem kawasan su mbe r air ya ng umumnya bera da di bagial1 hulu DAS me rupa ka n salah satu p ila r p e nti ng dalam pengelolaan air berkelanjutan (Edwa rsya h, 2008). Pengelolaan SDA terpadu mengisya ratkan pengelolaan SDA yang utuh da ri hulu sampai hilir dengan bas is DAS dalam SCl.tU pola pel1gelo laan SDA tan pa dipengaruh i oleh batasba tas wilayah adminis trasi yang dilaluinya (Sjarief, 201 0) . Oleh karena itu, agar pengelolaan b erbagai sumber daya tersebu t dapat menghasilkan manfaat bagi masyarakat secara optimal, maka diperlu kan su a tu acuan pengelolaan terpadu antar lembaga da n antar wilayah serta berkelanjutan.
Jurnai Sumber Daya Air, Vol. 7 No. 2 November 2011: 105118
SDA bagi wi layahnya. Penyatuan bebera pa DAS ke dalam wilayah sungai tetap mem pertimbangkan efektivitas da n efisiensi pengel olaannya. Nam un demikia n dala m perkembanga nnya pengelolaan wilaya h su ngai semakin ru mit dengan sem akin ba nyaknya institusi yang te rlibat dalam segme n-segmen ya ng terpisah mengikuti kewenangan k men te rian a tau lem baga yang membentuknya.
2 Kelembagaan dalam Pengelolaan SDA
Pengelolaa n SDA ya ng komple k da n menya ngku t kepentingan b nyak sektor me me rlu kan dukungan sistem keJembagaan yang kua t dan terstruktur. Ditinj au dari fungsiny a, sistem ke lemb 2gaa n dalam pengelolaa n SDA secara garis besar dapat d ipilah secara sederhana atas lima unsu r yai tu: regulator, operator, developer, user dan wa dah koordinasi. Aspe k kele mbagaan merupaka n satu ko mpo nen penting dalam proses pengelolaan WS ya ng terpad u dan m€nyeluruh. Kelembagaan wilayah sungai, kemudian secara internasional dikenal seb agaj River Basin
Organization (RBO) , tela h mcn jadi unsur yang
paling menentukan dalam mengimplementasikan konsep pengelolaan SDA.
a) Perkembangan RBO di Dunia
Beraneka ragam pengelolaa n SDA ya ng telah dilakukan pada berbaga i negara, namun masih dan akan senantiasa pengelolaa n SDA dihadapkan pada permasalahan meningka tnya jumlah penduduk yang berdam pak pada meningkatnya kebu t uhan air yang bersamaan de nga n me ningkatnya aktifi tas sosia l ekonom i. Peni ngka tan kebutuhan air ini seringkali tidak dapat terpenuh i karena terbatasnya pclsokan ai r dan infrastruktu r y. ng ada dan sering juga di hadapkan pada berbagai permasalahan baik dari aspek kelembagaa n, aspek kebijakan. aspek pendanaan dan aspek pengelolaan SDA seperti dalam perencanaan, pelaksanaan dan operasl pe meliha raa nJlya. Pendekatan dalam pengelolaa n SDA dapat dilakukan dengan ca ra tradisional ma upun pendekatan pengel olaan secara terintegrasi atau terpadu.
Pada ta hun-tah u n be la kangan ini ada perubahan d ramatis di da lam pengelolaa n SDA sebaga i hasil dad suatu pa rad igma ba ru. Pengelolaan SDA terpadu meru pakan suatu sistem yang terin tegrasi d engan mern perhatika n laha n, sumber dan Iingkungannya a ta u de nga n kata lain mengintegras ika n berbagai sektor kepen ti nga n dengan pendekatan koordin si pengelolaan dari suatu DAS dala m skala waktu da n r ua ng.
b) RBO di Indonesia
Kel mba gaan ata u insti tu si pengelola SDA untuk WS di Indonesia, kegiatan penge lolaan pada awal nya I bi berkonotasi sem pit yakni kegiatan
operasi dan pemeliharaan prasa ra na SDA Berkenaan dengan terb itnya Undang-undang (Ull) No. 7 Talmn 2004 te ntang SDA, pengertian pengelolaan SDA sudah mencakup pengertian yang lebih luas m elip uti perencanaan, pela ksa naan konstruksi serta operasi dan pemeliharaan dalam rangka ko nse rvasi SDA, pendayagun aa n SDA da n pengendalian daya ru sak air (Gu nalatika 2004).
Hingga akhir tahun 200 8 di Indonesia telah terbentuk 59 unit pelaksana tek nis daerah (UPTD) Balai PSDA yang terseba r di 1 5 Provinsi da n 30 unit pelaksana teknis (UPT) BBWSj BWS dan 2 badan usaha milik negara (BU MN) pengelola SDA di tingka t WS, ya kni r erum JasaTirta I (WS Brantas dan VIS Bengawan Solo) dan Perum Jasa Tirta II
(WS Citaru m da n WS Ciliwung-Cisada ne). Oleh karena itu seca ra keselur uha n telah ada 91 (sem bilan pulu h sa tu) pe ngelola SDA-WS atau
River Basin Organization (RBO). Men urut Sarwan
(2009 ) secara gar is besar terda pat tiga model institus i penge\ola SDA-WS ata u biasa diseb ut RBO,
yakn i: (a) RBO dengan OM cost recovery di dala mnya terdapa t pengusahaan SDA diti ngkat WS (PJT I dan PJT II); (b) RBO yang hanya melaksa nakan OP prasarana SDA d enga n biaya APBD (59 UPTD di bawah Dinas PU Provi nsi); dan (c) RBO dengan kegiata n lengkap mulai dari perencanaan, pengem bangaJl dan OP dengan biaya APB N da n belu m melaksana kan OM cost recovery
(30 UPT J BWSjBBWS d i bawah Ditjen SDA, Ke menterian Pekerjaan Umu m).
1) Balai BesarjBalai Wilayah Su.ngai
Berdas:.lrka n Peraturan Menteri (Permen) PU No llAj PRTjMj2 00 6 wilayah suneai li ntas negara, li ntas provi nsi dan strategis nasiona l yang jumlahnya 69 buah m eru pakan wewenang dan tanggung jawab pem erintah dala m hal I n!
Kementer ian Pekerjaan Umum Di tjen SDA. Ketika melaksanakan kew ena ngan tersebut, pemerin tah dengan persetu juan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatu r Nega ra memb entuk 30 UPT BWSj BBWS ya ng terdiri 11 UPT BBWS da n 19 UPT BWS dengan wilayah kerja meliputi 69 WS kewenangan pusat
Pembentuka n 30 UPT BBWS j BWS te rse but . merupakan kons eku ensi logis da ri adanya kewenangan dan ta nggung jawab pengelo laa n SDA sebaga imana diatur d alam UU No.7 Tah un 2004 tentang SDA pasal 14, 15, 16 dan adanya sistem
unified budget yang tidak dikenal lagi organisas:
Kajian Kebijakan Pengelolaan ... (Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi)
sumbe r air pada wilayah sungai; Melakukan
p e n gelobJn SOA yang meliputi konservasi,
pe mbangu 1;]11, p endaya g unaan dan pengendalian
daya rusak; Menyiapkan re komendasi teknis dalam pem beria n izin atas penyediaan, peruntukan,
p nggunaan dan pengusahaan SOA; dan
Mel a ksanakan OP, pengelolaan sistem hidrologi dan pe mberdayaan masyarakat.
2) Balai PSDA
Pada awalnya, Ba lai PS OA berbentuk satgas PS DA ya ng dibentuk di 5 WS percontohan. Satgas ini ui b e ntuk d e ngan Surat Keputusan Dirjen Pe n gai ra n, bukan merupakan unit orga nik di
ba wa h Oitjen Pe ngaira n maupun Oinas PU
Pr ovinsi, nam tln bersifat ad hoc (semel1tara) dan bcrtangg u ng javvab kepada Kepa la Dinas PU P I\ga ira n P ra vin si. Sa tgas PSDA ini cukup u n ik
s ba b ya n g m e mbentuknya adalah Dirj e n .
Penga iran (p usa t) namun bertanggg ung jaw ab kepada Kepa Ja Dinas Provinsi (dae ra h) dan SOM nya pu n se ba gian b esar me ru pa ka n SOM cam puran dari d aerah dan PIPWS. Ha l in i da pat dipahami karena pa da . saat itu bel um a da kejela sa n wewe na ng pe ngelo la an SOA sehingga muncul a ngga p an ba hwa Di nas PU di d a era h juga institusi dinas Ke menteria n Pe ke rj a a'n Um um .
Kem u d ia n, pada tanggal 23 Oktober 1996
Me nte r i da la m Negeri m en erbitkan Keputusan
Me nteri (Ke pMe n) Nomor 179/1996 ten tang
Pedo ma n Pe m b e ntukan dan Ta ta Ke rja Balai PSOA.
De ng a n Kep Me n d ag ri ters e b ut disiapkan
e mf en tuka n Ba la i PSDA se banya k 30 buah di Pu la u Ja wa ya kn i Jawa Ti mur tah u n 1996 (9 Balai) di seb ut Bala i PSAWS, tah un 1997 dl Ja w a Barat 6
Ba lai PSDA, ta h1.! n 19 99 d i Jawa Tengah 7 Bala i PS DA da n 2 Ba lai PSDA di DI Y. Pem be ntu ka n Balai PSDA termas uk li ma orga n isasi Sa tga s PS DA percon toha l1 un t uk menjadi Balai PSDA. Tugas Balai PSDA leb ih diti ti kb e ratkan pada pengelolaan
WS da lam a rti sem p it (yakni OP-SDA) sebagaimana
d itua ngkan dala m KepMcndagri di atas.
Pa da saat pena taa n organisasi Sa tua n Kerja Pe ra gkat Daerah (SKPD ) sebagai tindak la njut d ri Pe ra turan Pemeri nta h (PP) No. 41 Tahun 2007
da lam kenya taan nya wilayah kerj a UPTD/Ba lai PS DA hamp ir tidak men ga lami perubahan ba hkan
a da kecend e r ungan jum lah UPTO bertambah
banya k. Overlapping wil ayah kerja antara UPTD
d e nga n UPT tersebut da la m pelaksanaa n kegiatan
di li'lpa nga n ser ing me n imblll kan keragllan
khus usnya bagi rekan-rekan da ri UPTO.
3) Model Perum Jasa Tirta ( PIT I nan PJT 11)
Pe rm a salahan poko k yang dihadapi
Pemcrintah In donesia sejak 30 tahun lalu dalam
nw la ks a naka n ォ ・セゥ。 エ。ョ@ OP adala h keterbatasan d ana. Ke terbatasa n ini mcngakiha tbn penurunan
fungsi prasarana pen ga iran kare na rn engura ngi umur teknis dan kinerja bangu n a n tersebu t.
Akibatnya ke lllampuan mensuplai air gu na
memenuhi tuntutan berbagai sektor pe m a nfaat (pertanian, dome s tik, industri dan lingkungan) mengalami penurunan juga.
Gu na menjawab persoaJa n di atas, digagas pendiria n suatu badan usaha yang memiliki tugas pokok mengelola wilayah sungai beserta prasa ran a
pengairan yang telah dibangun, s ehingga
pemenuhan kebutuhan air untllk b (C rbag ai sektor
dapat ters ed ia secara akuntabel. Pada tanggal 4
November 1986, dalam ra pa t yang dipimpin
Me nteri PU disepakati pembentukan suatll
lembaga yang menanga n i WS Kali Brantas dengan nama Perum Jasa Tirta Bran ta s . Selanjutnya, dalarn
PP No. 5 Tahun 1990 tentang Pe r um Jasa Tirta
dikukuh l an se bagai sebuah bada n usaha milik negara (BU MN) yang b e r kedu d u kan di Kota Malang.
Kemudi a n, p emerintah menerbitka n PP No.
93 Tahun 1 999 yang mengatur kem bali
keberada an PjT. Sesuai pasal 2 ay a t (2) dari PP tersebut, ditetapkan PJT seba ga im a na dimaksud
da lam PP No. 5 Tahun 1 990 d iub ah namanya
menjadi Perusaha a n Umu m (P e ru m) Jas a Tirta I.
Pa da 14 Septemb e r 2000 terbit Kepu t usan
Presiden No. 129 Tahun 2000 d engan mena m bah
w ilayah kerjanya dengan WS Bengaw a n Solo
beserta 25 anak sungainya.
PJT I diberi wewenang memungut iuran
eksploitasi dan pemelihdraan (E P) kepa da pa ra pengguna komersial dan hasil dana yang diperol e h digunakan untuk membiayai kegiatan operas i delll
pemeliharaan prasarana SOA. Melalui
pendi t'iannya, PjT tersebut mulai dite iJ pkan
prinsip "pemanfaat membayar" (user pay
principle), meskipun hanya terbatas pada
pemanfa3t yang bersifat komersial saja seperti penggunaan air baku untuk air minull1, air baku untuk in dustri d a n air baku untuk tenagalistrik
Sebelum PJT I Brantas b e r diri, terleb 'ih dulu Perum Otorita Jatilllhur ( POJ) ya ng m e ngdola WS
Citarum telah dibentuk dengan PP No 20 Tahun
1970. POj merupakan peleburan dari berbagoi institusi ya ng b era da di wilayah jatiluhur. lnstitusi-institusi tersebut adalah P royek !rigasi jatiluhur (Oep. PU), Proyek Pengairan Tersier jatiluhur (Depdagri), PN jabluhur (O ep . Perindustrian) da n Jawatan Jawa Ba ra t Balai Daerah PurNakarta (P ropinsi jawa Barat). Oapat dipahami bahwa pada
awal pendiriannya POJ memiliki wilayah ke rja
Jurn al Sumber Daya Air, Vol. 7 No.2 November 2011: 105118
penerim manfaa t guna pembiayaan OP prasarana SDA dan pelaks naa n usahanya .
Pera tu ra n pemerinta h tentang POJ in i me ng lami beberapa kali penyesuaian denga n terb itnya P P No. 35 Tahun 1980 dan disesuaikan lagi denga n PP No. 42 Tahu n 1990. Selanj u tnya terbi t PP No. 13 Tah un 19 98 tentang Perusahaan Umum dan POJ diubah da n diseslla ika n dengan nama Perum Jas a Tirta II (PJT II) berdasarkan PP No. 94 Ta hll l1 1999, ya ng kemlldian diperb aharui !agi dengan PP No.7 Tahu n 2010.
Berdasarkan ko nteks penge! olaa n WS, ke nya taan di \a pangan menunj ukka n bahwa peran PJT II berbeda denga n PJT I. Wilayah kerja PJT II lebih te rkonsentras i pa da pengelolaan bendungan latil uhu r dan w ilayah pelayana nnya di hilir, sedangka n di bagian te ngah te rda pat d ua bendllngan yaitu Saguli ng da n Cirata yang dibangun dan di kelola oleh PLN untuk pembangkit tenaga listrik Demikian pula pada bagian huIu, dapat dikatakan kegia tan yang dilakukan oleh PIT II sangat mini mal.
3 Keterkaitan Pengeiolaan SDA dengan
Penataan Ruang
Menurut UU No. 26 Tah un 200 7 tentang Penataan Ruang, defi nisi penataan ruang sendiri ada!ah suatu sistem proses perencanaan ta ta ruang, pemanfaatan ruang, dan pengend alian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata rua ng wiJayah da!am kaitan nya untuk pengelolaan SDA yaitu untuk peme!iharaa n kelangsllngan fu ngsi resapan ai r da n daerah ta ngkapan air, pengembangan SDA, pencegahan benca na akibat daya rusak air.
Daerah aliran sungai adalah su tu wilaya h daratan yang merupa kan sa tu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyi m pan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hu jan ke danau <lra u ke laut secara alami, yang ba tas di darat merupakan pemisah topogra fis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaru h aktifitas daratan. Adap un pengertian umu m WS adala h kesatuan wilayah penge!olaan SDA dalam satu ata u Jeb ih DAS da n atall pulau -puJau kecil yang Juasnya kurang dari atau sarna denga n 2.000 km2 • Wilayah sungai meliputi WS !intas negara, WS IIntas provins i, dan WS strategis nasional.
Keterkaita n antara pengatura n WS da n penataan l uang dapa t d ilihat pada pasal 59 ayat 4 dan UU No. 7 Tahu n 2004 ten tang SDA, yang menyataka n b hwa re ncana pengelolaan SDA merupaJ a n salah satu lI ns ur dalam penyusuna n, peninj a ll an kem bali , dan atau penyempurnaan ren ca na tata ruang w ilayah. Berdas ar ka n UlJ Nomor 26 Ta h ul1 20 07 tenta ng Penataa n Rua ng, ruang a dCl lah wa da h ya ng melip uti r uang da ra t,
ru ang laut dClI1 ru ang udara, termas uk rua ng di da!am bu mi sebagai satu kesa tllan wilayah, tem pat manusia dan ma khluk hidup lain, mela kukan kegiatan da n m em elihara kelangsunga n h idupnya.
4 Pembangunan Berkelanjutan
Berdas a rkan UU No. 32 Ta hu n 20 09, pem bangunan berkelanj utan adal ah upaya sada r dan terenca na yang memadukan aspek lingkungan hid up, sosial dan ekonomi ke da lam s ategi pemba ngunan untuk menjami n keutu han lingkungan hidup serta keselamatan, kemamp uan, kesejahte raan da n mutu hidup generasi masa ki ni dan generasi masa depan. Konsep pem banguna n yang mengintegrasikan ma salah ekologi, ekonomi, dan so sial yang di seb ut dengan pembanguna n berkelanju ta n (sustainable developmen t) telah di sepaka ti secara globa l sejak diselenggarakannya
United Nation 's conference on the human
environ ment di Stockholm tahu n 1972.
Pembangunan berkelanjllta n djdefin isikan se bagai pemba ngunan yang dapat memenuhi kebutuhan genE: rasi sekara ng tan pa mengorban kan gener asi yan g aka n datang un tu k dapat memenuh i kebutuhan nya (Soegandy da n Haki m 2007).
Penelitian ke berlanjutan dilaku kan oleh Rj dwan (2006) ya ng mengguna kan enam d ime nsi keberla nju tan yai tu dim ensi ekol ogis, ekonomis, sosial budaya, hllkum, kele mbagaan da n teknologi. Persamaa n dengan pen eli tian 1m adalah menggunaka n a na li sis Multi Dim ensional Scaling
(M DSJ dan analisi fin ansial usaha, na m un
perbed aannya ter!etak pada analisis lanjutan ya ng d ilo.kukan da!am peneli ti an In1 adalah m enggu na ka n anali sis ekono metrika dan sistem d ina m ik pada usa ha peternaka n sapi perah di kaw asan pariw isata Kabupaten Bogor.
Berkaitan dengan ke bijakan pemerin tah,
agar
sege na p tu jua n pem bangunan berkelanjutan in i dapa t te rca pai, maka d alam kon teks hu bungan an tara tujuan sosial dan eko nomi diperlu kan kebijaka n ekono m i. Hal ini meliputi inte rven i pemerintah secara terarah, pemerataan pen da patan, penciptaan kesempatan kerja da n pem berian subs id i bagi kegiatan pembangunan yang memerlukannya. Sedang kan da la m konteks. hubungan antara tujuan sosial da n ekologi, s t ra tegi yang perlu ditemp uh adalah partisipasi ma sya rakat dan swasta serta konsultas i.5 Multi Dimensional Scaling
Metode MDS merupa kan salah satll metod e
multy variate yang da pat menangani da ta metrik
(s kala ordinal atau nomina!). Teknik ordi nasi dala m MDS didasa rka n pa da euclidian distance
Kajian Kebijakan Pengelolaan". (Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi)
s ederhana. MDS juga merupakan teknik statistik ya ng mencoba melakukan transformasi multi d im ensi ke dalam dimensi yang le bih rendah. Perseps i atau hubungan antara stimulus secara psikologis ditunjukkan sebagai hubungan geografis ao tara titik-titik di dalam suatu ruang multi dimensi. Sumbu dari peta spasial diasumsikan menunjukkan dasar psikologis atau dimensi yang dipergun ak an oleh responden, untuk membentuk p rs epsi sebagai stimulus.
6 Allalytical Hierarchy Process (ARP)
Me tode AHP pada das arnya memecah-mecah situasi yang kompleks, tak terstruktur, ke dalam bagian -bagian komponennya; menata bagian atau varia bel ini dalam su atu susunan hi rarl i; memberi nilai numerik pada perti mbangan suhyektif tenta ng relatif p entin gnya setiap variabel; dan mens intes is berbaga i pertim ba ngan in i un tuk m eneta pkan vil r iabe l ma na yang me mili ki prioritas paling tinggi da n berti nda k untuk mem pengaruhi hasil pada situasi te rseb ut. AHP
memiUki banyal keunggula n dalam menjelas kan proses pe ngamb ilan keputusan, ka re na da pat digam barkan secara grafi s, seh ingga muda h d ifa ba mi ole h SCm i.l a Hhak yang terliba t da lam pengamblla n keputusan (Marimin, 2005).
Data dapat dipero leh denga n cara wawancara langs ung dan pengisian kues ioner. leh kare na pendekata n AHP berbas is pa da
expertices judgement, ma ka pell1ilihan respo nden
ditu jukan pada responden yang benar-benar mell1aha mi permasnla han. Pemilihan res ponden pakar didasa rkan atas pertim bangan dan kriteria: ll) keberadaan, keterja ngkauan dan kesediaan un tu k diwawancara i, (2) reputa si, ked uduka n dan kr d ibilitas s ebagai pakar, serta (3) pengala man pri ba d i (Eriyat no & So fyar, 2007). Ke lua ra n hasil pengolahan da ta oleh pe rangka t lu na k CDP mensin tesis un tu k m enentu kan priori tas. Berdasarkan uru tan prio r itas tersebut maka alte rn tif ya ng be rad a di prioritas teratas adalah ya ng din ilai pal ing efisien dan efektif yang sebaiknya di terapkan.
7 Pendekatan Sistem
Pen dekata n sistem ada lah pendekatan terpa du yang memandang suatu obj ek a ta u ma salah yang kompleks dan be rsifat antar disiplin sebaga i bagian dari sistem. Pengkajian daldnl pend ekatan sistem seyogyanya memenuh i tiga ka rakte r isti k, yai tu: (1) ko mpleks, dimana interaksi aotar ele men cu lm p r umit; (2) dinamis, dalam arti fak to r yang terliba t ada yang berubah menurut w aktu dan ada pendu ga an ke masa depan; nan (3) prob bili stik, yaitu d iperlukannya fungsi pel uang da lam infe rens i kes impulan maupun rekoll1endasi (Eriy atno, 199 8).
Verifikasi model dilakukan sebagai proses uji sahih untuk mengetahui berbagai kelemaha n maupun kekura ngan, serta rdentifikasi berb agai persoalan yang harus diantisipasi da lam ka ita n penerapan kebijakan yang dih asilkan (Eriyatno g,
Sofyar 2007). Validitas adalah salah satu kriter i3 penilaian keobyektifan yang d itunjukka n dengan sejauh mana model dapat me n irukan fa kta (Muhammadi et aI., 2001) Studi ini mem anfaatka n
face validity terhadap pa ra pakar guna memeriksa
kesesuaian antara perilaku model denga n peril ak u sistem yang diwakilinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Analisis Deskriptif Data Situasional
Kekritisan DAS yang me nggunaka n indikator Qmak/Qmirl dengan data debit ra ta-ra ta tahun 1996-2 000 da n tahun 2001-2006 telah terj adi penlngkatan nil ai Qmak/Qmin yang signifikan di a nta ra nya pada ind uk Sungai Ci tarum di Majalaya meningkat dari 49,2 me njadi 107,5 yang bersesuaia n pula dengan lokasi Nanj ung meningkat dar i 46,1 menj adi 127,9 yang men unjukkan peningka tan lebih da ri dua kalinya. Ind ikato r lain nya adalah eros i da n sedimentas i yang tela h terj a di peningkatan ka dar sedime n yang clIku p ti nggi yaitll a l a n me nyeba bkan laju p ndangkalan ya ng tinggi di S. Citarum pada lima tahun terakh ir.
Kekritisan Air Tanah yang mempunyai kece ilderungan p enurunan ai r ta nah dari tahun ke tahun sangat di rasakan di DAS Cita r um, teruta ma di zona hulu Cita rum. Oleh karena itu .dalam bahasan ini difokuskan untuk kekntis n ai rtanao di DAS Ci tarum hulu seluas 1.771 knr2 dengan ketersedia a n d a ta kurang lebih 50%. Hasi l simulasi menunju kkan untuk tahun 2015 terda pa t 16% dan ta hun 2020 terdapat lebih d3ri 20% zona m enjadi rusak.
Operasi Kaskade 3 Waduk dalam kajian ini ada dua kejadian yc:ng dij ad ilcan sebagai dasar analisis terkait de ngan pengoperasian kaskade tiga waduk (Saguling, Cirata dan Jatiluh ur) yaitu kejadi a n banjir di zona hilir Citarum bula n Ja nuari -April 2010 yang membawa kerugian sangat besar bagi masyarakat sekita rn ya dan kekurangan pasokan air di tiga waduk bulan Januari - April 2011. Hasil kajian menunju kkan bahwa yang menjadi penyebab utama pada kedua keja dian tersebut adalah tidak terintegrasinya pengoperasian tiga waduk tersebut.
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 7 No.2 November 2011: 105118
lnd ikator lai n nya yang perlu diantisipasi yaitu meningkatnya korosifltas air yang akan memb ahayakan terha da p berbagai ゥョヲイ。セl ャオォエ オイ@
y ng berbahan semen dan logam.
2 MetodeMDS
Kon disi keberlanjutan pada lAS Citarum dikaji deng n menggunakan analisis MDS berdasa kan penentuan indeks keberlanjutan pada enam dimensi yaitu d imensi kebijakan, teknis, sosial dan budaya, lingkungan, kelembagaan da n ekonom i dengan atribut da n nila i scoring hasil pendapat pa kar. Hasil a na lisis dengan menggu na kan Rapid Appraisal for Citarum (Rap-Citarum) d ipe roleh nilai ind eks keberla njuta n berdasarka n data tah un 20 10 untu k masing-masing dimensi . Seluru h dim ens i m enunju kka n tidak berkelan jutan kecuali d imensi te knis d an sosia l budaya seperti pada Ga mbar 1. Dimensi lingkungan memiliki nHa i paling re ndah. Has il tersebu t jika dibandi ngkan dengan hasi l analisis
Monte Car/o, pada tingka t k percaya n 9 5%
m nun ju!ckan peny impanga n ku rang dari 2,5%.
KEBIJAKAN
TEKNIS
SO SlAl BUDAYA
Ll NGK UNGA N
Gambar 1 Diagram layangIayang (kite diagram)
RapCit aru m tahu n 2010
3 Analisis Kebijakan dengan Analytical
Hierarcl1y Process
Analisis dilakukan dengan mengguna kan AHP terhada p pendapa t dari 11 pakar yang terdiri dari: Balai PSDA, Pe meri ntah Pusat (Kementerian PU), Pemerin tah Provi nsi Jawa Ba rat, Pemerin tah Daerah Kabupaten Bandung, PLN, BBWS, Perum Jasa Tirta (PJT) I dan II, LSM. Ana lisis dengan fokus pengelola an SDA pada DAS Citarum menggunakan empat level, yaitu: tujuan, faktor, kinerja dan alternatif model kelembagaan, seperti pada GambaI' 2. Hasil dari pemodelan dengan AHP, menunjukkan kelembagaan yang mempunyai nilai potensi terbesar sebagai pengelola DAS Citarum adalah model PJT.
4 AnaJisis Sistem Dinamik
DAS Citaru m sebagai salah satu SDA yang vital mem ili ki inte raks i sistem sosial, eko no mi, dan lingkunga n. Ketiga sistem da n interaksi nya tersebut disimplifi kasi menjad i model pengelolaan SDA Cita rum yang mencal<up sub -m od el s05ial, sub-model Iingkungan, dan sub-model ekonom i (Gambar 3 dan Ga mbar 4) .
Sub-model sosial kependudu kan terd iri da ri pa rameter utama berupa ju mla h penduduk dan indeks pemenu ha n kebutu ha n a ir. Parameter turuna n pertam bahan jumlah penduduk merupakan agregat dari adanya pertumbuhan pend uduk berupa kelahiran dan imigra5i, serta pengura ngan ju mla h penduduk seperti ke matia n da n emig rasi. Penduduk dibedaka n berd asarkan lokasi service area dari Waduk Jatil uhur sebagai pe nghasil セオュ「 ・ イ@ daya air yc:ng dikelola PJT II.
Penduduk diklasifikasi menjadi penduduk yang berdomisili di DK) Jakarta dan di lua r DKI Jakarta (non-D KI).
[image:9.612.74.540.361.750.2]Kajian Kebijakan Pengelola a n ... (M o hamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi)
Sub-model lingkungan berupa simulasi beb an peneemar ke dalam badan sungai. Pen ingkatan penduduk akan mendorong peningkatan limbah domestik yang masuk ke badan sungai. Limbah tersebut bisa berupa beb a n p en eem a r yang seeara terus meneru s t erakumulasi pa da badan s ungai. Oiasumsikan pen du du k di OK!
J
karta pada awal simulasi adalah 8.. 84 juta orang de nga n la ju pertamb aha n penduduk sebesar 1,06% per tah u n. Sementara penduduk non-OK! berj u mlah 12, 39 juta orang pada awal tahun s imulasi den gan laju perta mbahan penduduk s besar 1,75% per ta h un. Beban leneemar lainnya b erasal da ri kegia tan lain nya, seperti kegiatan indus tri, kegiata n pertani(l11 dan kegiatan peternakan. Be ban peneemar a kib t kegiatan indu h'i berasal da ri li mbah yang diolah (treated)dan y a ng tidak di olah (un-treated). Beba n pene m ar dari kegiatan perta n ia n berasal dari laha n perkebu na n dan lahan sawa h. Sementa ra beban p e ncem ar kegiata n peterna kan b erasal da ri ber bagai jenis ternak yang dipelihara masyaraka t dan juga peterna kan ska la besar ya ng Iimbah nya masu k ke da!am bada n alr pacta OAS Ci ta rum.
Sub-model pere kono mian daerah dice r minka n oleh para m eter utama berupa n ilai ke unt ungan ekonomis datam bent uk revenue da n biaya penge)olaa n ya ng ha rus d ikeluarka n. Keu nt ungan yang d ihas il ka n berasal da r i penjua)an
sumber daya air berupa air bak u (PDAM), has il penjualan listr ik (P LN), dan beban jasa sum her daya air (BJ-SOA) lai nnya yang terdiri d ri penggunaan badan air untuk wisata, iura n keramba jaring apung (KIA), cla n sarana pe nu nj ang air minum.
Indikator keberha si lan pengelola an diee rminkan oleh dinamika pasokan a ir min urn (sosial); dinamika beban peneemaran BOO (lingkungan); dinamika cost recovery (e konom i), yang seeara la ngsung dan tidak la ngsung sa ling m empenga r uhi . Penentuan kebijakan disusun dalam empat skenario de nga n menginte rvensi pengelolaan biaya guna meningkatka n kinerja sarana dan prasarana penyediaan a ir di DAS Citaru m. Ske nari o satu (Sl), PJT II berta nggung jawab atas operasi. pemeliharaa n dan re habil itasi (aPR) un tuk sel uruh in fr struktu r pa da Sungai Ci tarurn . Skenario dua (S2) dila kuka n dengan mengeluarkan beba n pembiayaan aP R iriga:> i dari ta nggungjawab PJT 1I. Skenario tiga (S3 ) den gan m elanj u tkan S2 di ta mbah denga n mengeluarkan OPR bada n sungai da ri tanggung jawab PJT II, da n Skenario 4 (S4, s ken ario proyeksi) rnelanj utkan S3 dengan me njadikan biaya Ii ngkungan (poll ution
fe e) sebagai pemasukkan PJT II. guna m en utupi
biaya pengelolaan lingkungan. Hasil sim ulasi antara kondisi aktual dan skenario (p royeks i) terbaik d isajikan pad a Gam ba r 5.
+ __ penduduk +..
/ セ kebutuhan air _ _ _
limbah
セ
+?
+ "
.,.
セ
MMMM
prilakuセ@
セ@
- +ketersediaan セ + + _ kesejahteraan
I
ipal セ@ air masyarakat
kualitas revenue + -
A
air cost
セ@
) kuantitas( +
セ
biayaセM
ree/veryiャョァォセHョ@
+(,,?
Kセ@
ッセ@
klneo, _;PJT II
Oセ
A
K
+...
I
prasarana Iingkungan /
セ
K⦅
ー・ョァ・ョ、。ャゥ。ョ@
BBMMMK@
+ ++
[image:10.612.119.574.434.695.2]セ
konservaslI--' I--'
W
<'lI,,AH 1 C,
... H@BャQZセNセNNNLNゥnョ@ "
--'J
AMLUiJ
セ@MMMMMM M MMMMセャセ
Dtta.1 セ@ t hi|セ@ fif1UMf1
Nセセセ オNェ@
\ \
11·
'''' \
]セ@
-..
c
" "'B"",, '
I
セNNLLBQイB@ L> ___0
_ 0;.,. h , セ⦅@ セ@.' • .,_ _ • A_1...1 ("^セ⦅@ ,セ@
Q)""\ "
セ LGpaLLL ャ」ー、LL N@
( \ セ@ .! B@ ャuエャ^ ィセ G@v () セ@ャBG jイセセ@
セ@
) \\, \ , / /£'
NL セ@ I ..."...,セ@
Ii
.... ..."",,,,,,,U" .
セ@
'
.
/ \ s . . . 1>
\ ot,w
""",.i
I::J
Bセ@ Y ,/ / ' V ''. PnbIJ... ャLQNGセBB N BL@ GO@ スH@ セ@ , 'v
.
/ / V>
c
"', '\
,I
/
B;."V.,,-,,-r-;__
/ /
'h
G ッwョャャセ
⦅ セ@
/GiッョL セ G^@
\" ;
I
/ "",...""'....
:3セ
, , \ 1 / "'... セ ret,.d. セ MN __, I (= '.\...
I A ITセ
MZVN@
BBSセ
MMMM
セ@
l.... l.hoe " "., " 01'0,' """"'. .MエN M⦅ セ
., ' h - - - - ...::.y) . / /セO@
roIe: 'r'lAk ) A
=:
セ セ@ セ@.
___.
on.';;;;::§oopi J /セ
N@
セ@
""
セ@
---...::
',.,.. 00
".
セ@
a
/
/',
Q) oッ セG|@
7
i| MG^MMB セ a[Gセ@
, /', , _ ...セ
M
__Aセ
__ーセ
I
セ M[[@ セ MM ML M
___
-",.w_/
/ -"'v'T., I1'AJt DKI \
V\
'
/'
セ@
-=---"../ OICI·nl1 ... '.,.l.セM
Lセ j@ セ@
,/"Nセ NNNM r NセMNオBBGョ@
<),' '" ""."",,,'.,,0<1 , I
0
"'
_____
\.
"_
.
,//
LLLセMG@ w---\...r--.
.-'
...-
.
FイMGuャjオ ォセ@ AIr --... - _ _ _ _ "" ____ ___.__-セ@
セ@
.GセGッHi@
セ|@
________NZセ@
t
B B@ BBセ セG@
BセM
BュBセ
B@
"" ",M G
MMM MHIZNZZZセMMM
,... ... '... o ーヲャ GセャG|。 l[エM ュ
tiP\! fl:f'YAI ' DKI <..;r-...." ___ " . / ....! rセョオ・@ ... セ MMMNNNNNNN セ⦅@
"
<
ャ GセイャQ
GGGnGGG ori|@
セ
/ \ \ ...."" ...,OKI " ' . Ar'\...
I'Qn'
セNMMLL
__,_
イMM セ
Q.ャpイッ、オエᄏBBBG セ@ セ MMNL@ J..; .:..1 bゥVv 。ーエ セョiセG^MMMMMZG セ L@ J
セ@ OKI ヲセ セ ゥBQエ@ npvヲiセBG ャゥGエイゥᆱ@ i _ .
I
....
AME ',L8i,.flt:nl:e1oLun A Zo
1,....' "..."N.,.,.
l 'U'''''
_______
セ@
'\
VNPV...AIiNOA'O<J
0
セ@ MMML セ@ 4 "l,9
...
N
,,,I'",,,,,,.,,
セR_
m セ
G セ aャイ@
,
'p
セ
_...
セセセセ
____ \
ZIndiiSft l , PrGlnnt. " ... .
ャ BQセセ B イ@ /, •
IOn'"
. ,
I ....".. 0.,.L
G セ⦅ B ョ@ ,,'I <ro
イセ@
Gッ
セ@
NNR..,セ@
セO@
Q
.... ___o セセBBBBB@
_____:IIMMMMセ ⦅セ j@ :3o
....J Air Enf'rJ1 _ _ CilUlutn. ,...
Nf'Y... AlrlncMlIi ________
セ⦅⦅⦅⦅@
'rDCIuklr Airlistrik N'Y.._Jl.Y0
セ
N@
.___
--u-
H セ@
IT_____ __ ____ 1'1)'''' Ite;IbuUinnp _ .." hjヲvセ touA@ ,. _ ..•_ - ro
セセ@ l セ B niG。@
N
o
f' f'
Gambar 4 Stockflow diagram model pengelolaan sumber daya air DAS Citarum f'
o
lJ1, f' f'
[image:11.842.81.770.67.481.2]i@
Kajian Kebijakan Pengelolaan ... (Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi)
A@ ャ O セ@
セ@
_
セ@
Gl I 1 I 1 I',_;01(1 t l)u1'Jli OI",.MlO 1I ... MlS (llmnN olセャエャYIG@ BQZ N i|エヲTセ@
Time
Ca)
==='!!:.'...-...J
Kadar BOD
:i 25
セ@ 20
E
15
c
g
ICr-
r-セ
•
"
•
:<
oャセ
セセセ
セ@
0 1 Jan 201 0 01 Ja n 2020 01 )" n .2: 030 0.1 'an 204 0
(b)
Io:adar 800 Alttulll
Koidu BOo Proydisl
Kelu Air 1 Kelas o\ir 2 Kelas Air ]
Kelli s AIr"
I
Cost RecoveryI
f
1.0U
•
=
セ@ O,!i8
0,0 MAMM ⦅⦅⦅ゥセ ⦅⦅イ MM MiMMM⦅エ⦅MMK⦅⦅⦅⦅ゥ@
01 Jail lO IO 01 J.ln セP RP@ (H I セNL@ R Pjセ@ 01 Jan 2040
[image:12.612.125.348.76.411.2](c)
Gambar 5 Hasil simulasi model pengelo(aan SDA Citarum: (a) d inamika pasokan air, (b) dinamika ' beba n pencem aran, (el di nami ka cost recovery.
Dari empat skenario tersehut di maksud kan untu k mengka ji skenario mana yang paling optimal untu k dapat melakukan pengelolaan SDA seeara tcrpadu dengan pembagian kewenan gan ya ng jelas. Selain dari itu perlu memperha ti ka n juga aspe k Iingkungan guna mencapai k ondisi DAS Citarum yang berkela njutan.
Seca ra umum, S4 merupakan skenario proyeksi paling optimal dengan kemampuan mem pertahankan debit distribusi, m enurunkan kadar BOD dan me ningkatkan cost recovery. Validasi model menggunakan absolute mean error (AM E) menunjukkan kinerja m odel ya ng me menu hi batas penyim pangan maksimum 10%, dengan nilai AME model penduduk se besar 0,4%, AME revenue sebesa r 9% dan AME beba n pencemaran sebesar 7%.
Prinsip dasar pengelolaa n agar dapa t melaksanakan pengelolaa n SDA seeara terpadu dan berke la njutan d i DAS Cita rum ini yang pali ng penting adala h: (1) perlu melakukan pemisahan antara fu ngsi air sebagai komoditas pub lik a taupun s ebagai ko m oditas ekonomi; dan (2) melakukan kes eim bangan kewena ngan antara pusa t daerah
pada WS yang menja d i kewenangan pusat yang dalam hal in i DAS Citarum.
5 Model Konseptual Kebijakan
Selanjutnya diusulkan Model Konse ptua l Keb ijakan pengelolaan DAS Citarum yang dibagi da lam t iga submodel yai tu: Submodel kelembagaan, submodel ma na je men dan sub -model pendanaan sebagai beri kut:
a) SubModel Kelembagaan
Prins ip dasar model kelembagaan yang diusulkan ada lah pem bagian fungsi y ng jelas dan te rp isah a n tara koordinato r, reg ulator, de y loper, operatar da n use r. Pembagian fu ngsi ini ham s teri nci pada seti ap s tra ta wilayah kewenangan yang d ibagi dalam tingka t nas ional, anta r wilaya h sunga i, tingkat p ropinsi, tingka t dae rah aliran sungai dan tingkat kabupaten. Dengan dem ikian, ru ang Iingkup kewenangan mas ingrnasi ng insta nsi serta ba gaim a na sat u insta nsi da n insta nsi lainnya s aling berhub ungan ba ik seea ra struktur al, ga ris koordinasi, dan jal ur pembinaan menj ad i jelas, s eperti terliha t pada Gambar 6.
Agar koo rdi nator da pat mengintegrasi kan reneana dan opera siona lisasi seluruh institusi ya ng terli bat dalarn pengelolaan DAS Citaru m, m utla k dipe rlukan untuk mem bentuk Tim Koord inasi Pengelo laa n Sumber Da ya Air (TKPSDA) pada tingkat DAS.
b) SubModel Manajemen
Model ma najemen yang berka itan denga n pereneanaan, organisasi, pelaksa n aa n dan p engawasan tela h di usulkan untuk di} adika n p ed oman da la m pengelolaan SDA pada DAS Ci tarum seperti t erlihat pa da Gambar 7. Adapun berbagai aspE)k yang m enja di perhatia n dala m usulan mode l mana jemen ini di anta ranya meli p uti p ola dan rencana WS, operation center tiga w a duk, perij inan a lo kasi a i" reneana tana m ta hunan, konservasi air, dan mekanisme pengawasan
(controlling).
Hal yang dirasakan sangat krusial pada DAS Cita rum saa t ini selain penataan pola dan ren eana WS yang belum tersusun ::ieeara ba ik yai tl.l p enanga nan pola sistem operasi DAS Ci tarum secara terpadu yang memuat SO P pola operasi tiga waduk kaskade baik dalam kondisi normal ma upu n darurat, maka untuk ini disarankan ar.rart>
0
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 7 No.2 November 2011: 105118
t Koordinator 1 Regulator HセセセセセセIZ@ Operator I User
,.-o
MMM M MMMMM M イMMMMMMMMMMMMMMMMMMMエMM
NASIONAL
セMM セ M MM セ MM M セ M セセ セMセ MM M M MM セセ M MM M M セセセセ M] ZZ
Mセセ Mセセ Mセ MM セ Mセ Mセ M M M MMセM セセセセ エ MM セセセセ MM M MM M ]MM M MMイMMMMMMMMMMMMMMMM
0LEVEL
o o
---r---r---
·
·
oI
·
I
INTER BASIN:
o
I
LEVEL
o o
I
I 0
_ JL ___ _________ _ _ _ ___ _
o
---- --- -i-- -
セ@I
o
I
ROVINSI
LEVEL :
o II
o
o I
o
o 0
セ@ ,JL 'L . イBBBGZlNNNM MZuZ BBBGZセ MMMセ
-BASIN
LEVEL
:
.---....,Ti.
j
PLN
:
I
I.:
MMMMMMMMMMセMMMMMMM Qセ M セ M セ M セ M セ M セヲ] M セ M
____}__
l _________ jj セMMMMMMMMMMMMMMMMセセセ セen@
:
Kot
セ
i
セセセセセAAAAAAAセセセセセAAセAAAAiAAA
エj@
セ セ セ@
o@
pe:::3A
I
o •
Keterangan:
Goris Struklural
Geris Pe rnbl naan
[image:13.612.88.527.83.368.2]Garis Koordinasl
Gambar6 M odel Kelembagaa n untuk Pengelolaan DAS Citarum
PLANNING ORGANIZING AC"TUATING CONTROUING
I .L ""l__________ ーセ@ 'lin
I
セ@
i
I
1
®.
""""'""'"
ViS!
....t---
FEEO BACKIASPiAASIL _ _ _ _ _ _ _ _ _--:-_ _ _ _ _ lhI ut.n Illn AIe....1Atr - - - -, - - - -_t_'
Rencana r..,.m Till'lunWn
セ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ _ _ __ _ __ _ _
[image:13.612.82.549.203.728.2]Kajian Kebijakan Pengelolaan ... (Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi)
c) Sub -Model Pendanaan
Un t uk pengelolaan sungai secara berke la njutan perlu didukung oleh kebijakan tarif a ir yang menga komodasikan prinsip full cost
recovelY yang memungkinkan pengenaan tarif air
kep a da user sesuai dengan besarnya biaya yang d ikeluarkan dalam pengf'lolaan SDA. Struktur tarif air ya ng diusulkan terdiri dari tiga elemen sebagai pemen uha n biaya: (i) OP prasarana & sarana, (ii) ma n a jem en pengelolaan air, (iii) pollution fee
u ntu k pelestarian sumber air. Konsep kebijakan da lam meka n isme pend a na an dirumuskan dalam mo de l pe nd a naan sebagaimana diagram pada Ga mbar 8.
1) Anggaran Pem erintah
Meskipun pengelola utama ditangani oleh prT II, namun demi kian ma sih dip erlukan bantuan peme rintah untu k me nangani kompo nen fungsi . pu bli k. Angga ra n pemerin ta h pusat (A PBN) m eblui Kemen tria n Keu a ngan ti dak hanya m enye d iakan da na ll ntll k pelaksanaan melalu i Kementerian Ke h uta na n dan Kement erian PU tetapi juga m emberika n pengalokasian da na ke Pemer intah Prop in si da n Ka bllpaten sebagai d ana peri mbangan un tuk kebu tu han konse rva s i da n operasi jaringan iri gasi (APBD) ya ng menja d l tanggung jawabnya masing- mas ing. Ke menteri a n Kehu ta nan m el alu i dana APB N yang dila ksana kan oleh BPDAS m elakukan konservasi hulu dengan program rebo isa:oi. Sedan gkan Kem entria n PU m e mbiayai
program yang telah disuSlln oleh B WS untuk melakllkan perencanaan, pembangunan d n OP R atas prasarana yang menjadi tanggung jaw abnya. BBWS setelah mebkuka n pe mb a ngunc n infras(cuiztur menyerahkan a set te rs ebu t ke PJT II melalui penyertaan Inodal peme rinta h (PMP). Badan usaha industri dan PLN me lalui CSR mendukung m asyara kat lokal d;ll1 adat untuk berp artisipasi dalam m e nsukses ka n program rebois a s i. Dengan keterlibatan dari Pemerintah pusat, Pemerintah Propinsi dan Kabupa ten serta
stakeholders, diharapkan diperol eb dana yan g
berkesinambungan untuk pengelola a n SDA di DA Citarum.
2) Revenue PJT II
Par user yan g dil ayani oleh PJT II (PDAM, Indonesia Power, Badan Pariwisata, Badan Usa ha Industri) memb er ikan BJ-PSDA ke PJT II. Disa m ping itu, ba da n usah indus tri membe ri ka n ta m ba han ko m pensasi beru pa pollution fee ke PJT Ii sesuai dengan besarnya beban pence maran ya ng masuk ke ba da n sungai. Sedangkan dari pembangkitan listrik, PJT II mendapat da na dari menjua l li strik kepa da PL N. Dukungan pend anaa n juga di dapa t d a ri jasa pelayanan la in nya s e su i
dengan tarif yang ditetapkan, serta ua ng s ew a dari pengusaha keramba. Sebaga i k o rpo ra si ya ng bergera k d ala m pen gusahaan PJT II b er kewajiban mem b ayar paj ak ke pemerintah.
Pajak
I
I
OJ -PSDA.I
P()LLVTJON FEE(lmblll Jua Linp:ua.nn )
1
p サ セ@ mba n Hェ uiGゥan@
1l'.;r:RASTR L' KTVR
O r.1R!CiASI
f - - -MOD - - - - -- - '
PEJl.iG E.lOL..-'AN
I N FRASTft U KTIJR
-(o r N セ@ R ehab. )
Gambar 8 Model pendanaan sumber da ya air di DAS Citarum
Ha!o il l Uli l
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 7 No.2 November 2011 : 105-118
KESIMPULAN
Ha sil anali s is kekritisan dari da ta situasional da n model MDS pada DAS Cita rum me nunjukkan bahwa ko ndisi DAS Citarum sangat kritis teru tama pa da dim ensi li ngkungan.
Analisi s kebijakan dengan m odel AHP pada berbaga i ins ti tusi terkait pengelolaan DAS Citarum menll njukka n bahwa model PIT dipilih sebagai pengelo la u la ma DAS Citarum.
Analis is si ste m dinamik DAS Citaru m menu njukka n skenario yang optimal untul pemenu ha n kebutuha n ai r dengan cost recovery
terbesa r den gan ruang Ii ngkup ta nggung jawab PJT
II dibatasi pa da pengelolaa n Wad uk Jatiluhu r dan p rasara na pe mbawa (Sal u ra n Tarum Sara t, Tarum Utara da n Ta r um Timur se rta bendung-bendung lItama) ya ng memi li ki fu ngsi pengatura n alokasi air.
Agar s istem de ngan skenario yan g d ipilih berjala n d enga n b aik, d isara r. ka n untu k membentuk: TK-PSDA, Divi i OCC da n m em bua t peraturan ter ka it un tul penyesuaian ruan g li ngku p kewe nanga n masing-masing ins titusi dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Dinar
A
Karin Kem per, W illiam Blom quist, Michele Diez, Gesele Sine, Will iam Fru . 20 0S.Decentralization of River Basin Man agement: A Globa l Analysis.
Edwarsyah. 20 08. Rancang Bangun Sistem Kebija kan Peng elolaan Daerah Aliran Sunga i
dan Pesisir (Studi Kasus : DAS dall Pesisir
Citarum Jawa Barat). [di s er tasi). Bogor:
Prog ram Pascasa rj a na, ln s ti tut Pertanian Bogor.
Eriyatno dan F. Sofya r. 20 07 . Riset Kebijakan;
Metode Pen elitian Untuk Pascasarjana. Bogor:
IPS Press.
Eriya tno. 1999. llm u Sistem; Meningkatkan Mutu
dan Efektivitas Manajemen . Bogor: IPB Press.
Gany. AH. 200 5. Su mbe r Daya Air Memasuki Era Globa li s si: Da ri Perspektif Hi drologi, De entra lisasi da n De mokratisasi di Seputra Ko nstaJasi Pri vatisasi dan Hak Guna Air.
Jurna l Ko nstitusi, Volum e 2, Nomo r 2. Jakarta.
Gu na ti la ka. A. 2004. River Basin Man agement
Stra tegies for In donesia - Extens ion of the
Bran t 5 Model t Central Java.
Hooper, Bruce P. 20 03. Integrated Water Resources Manag ment a n d River Basin Governance.
Journal Water Resources Update, Issue 126,
Pages 12-20, November 2003, Southern
IllinGi s Univers ity Ca rbon da le.
Ka ryana, A. 20 07 . Analisis Posisi dan Peran Lem baga serta Pengembangan Kelembagaan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
[di serta s i]. Bogor: Program Pascas arja na, [nstitut Perta nian Bogor.
Katiandagho, TM. 2007. Model Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Kompetisi Antar Sektor di Wilayah Hilir Daerah Irigas! Jatiluhur:
Pendekata n Optimasi Dinamik. [disertas i].
Bogor: Program Pasca sarjana , Institu t Pertanian Bogor.
Marimin. 200S. Teknik dan Aplikasi Pengambilan
Keputusan Kriteria Majemuk. Ja karta:
Grasindo.
Mitchell, Bruce. 2005 . Integ rated water resource manage rn ent, institutional arrangements, and land-u se planning. Journal En viro nm ent and
Planning A 2005, volu me 37. Departm ent of
Geography, University of Waterloo, Wate rloo, Ontario N2L 3Gl , Canada;
Muhammadi, E. AminuJlah dan B. Soesi\o. 20 01.
Analisis Sistem Din am is: Lingkungan Hid up,
Sosial, Ekonomi, Man ajemen. Jakarta : lIMJ
Press.
Napitup ul u. 2005 . Keteranga n Tertulis Akhli dalam
P1Jtusan Mahkamah Konstitusio na l pada
Pengujian Undang-undang Nomor 7/2004,
ten ta ng S umber Daya Air.
Ni ttu A. 2005. Alba nia. Water of Food, Water for Life.
Norman U. 1986. Local Institutional Developm ent:
An Analytical Sourcebook With Cases.
Connecticut Kumaria n Press.
North, Horton. 198 4. Local Institutio nal Development: An Analytical Sourcebook W ith
Cases. Conn ecticut. Ku ma rian Pr ess.
Nuddin A. 2007. Analisis Sistem Kelembagaan dalam Pe rencanaan dan Strategi Pengelolaan
Lahan Kritis DAS Bila. [disertasiJ. Bogor:
Program Pascasarja na, Institut Pertan ia n Bogor.
Nurmali na R. 2007. Model Neraca Ketersediaan Beras y ang Berkelanjutan Untuk Mendukung
Ketahanan Pangan Nasional. [disertasiJ.
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertan ian Bogor.
Pa kpahan. 1989. Mengubah Pertanian Tradisional dalam Pembangunan Jangka Panjang. Tahap
kedua: Pendekatan Kelembag aan. Ma kalah.
Ins titut Pertanian Bogor.
Pasandaran E, Zuliasri N, Sugiharto B. 2002 . Peluang- Pelu ang Pemanfaatan Sumb erdaya Air Untuk Mendukung Ketahanan Pangan.
Prosiding Seminar Hari Pangan Sedunia Ke 22.
Jakarta, 9 Oktober 2002, Departemen Pertanian.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nom or 38 Tahun 2011 Tentang Sungai .
Kajian Kebijakan Pengelolaan", (Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi)
pセイjNエオイ。ョ@ Pemerintah Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 2010 Tenta ng PerumJasa Tirta II. PI'Llturan Pemerintah Republik Indonesia Numor
82 Tahun 2001 Tentang Pengeloban Kualitas Air da n Pengendalian Pencemaran Air.
Pcratura n Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang WiIayah Nasional.
l ' L ,stOWO, 2009, AnaUsis Daya Dukung Lingkungan
(Aspel< Sumber Daya Air). Hand o ut Bahan
Kulia h PSL S3 IPB, Bogor.
i-'u!s2Ili FM, Ciampalini F, Tiezzi E, Zappia C. 2006, Th e Ind ex of Sustainable Economic Welfare (ISEW) for a Local Authority: A Case Study in Ita ly, Department of Chemical and Biosystems Sc ie nces and ' i'echnologies, University of Siena, Italy. Ecological Economics: 60, 271-281.
Rachm a n, B. 1999. An alisis Kelembagaall j aringan Tata Air dalam Me llingkatkan Eftsiensi dan Optimasi Alokasi Penyaluran Air Irigasi di Wilayah Pengembangan IP-Padi 300 jawa
Barae. [disertasiJ. Bogor: Program
Pascasa rj a na, Institu t Pertanian Bogar.
Ri dwa n, W A 2006. Mo del Agribisnis Peternakan
Sap i Perah Berkelan/utan pada Ka wasL1n
Pariwisata di Kabupatf! n Bogar (Kasus
Kecamatan CisarLi u dan Kecamatan
Megamendung). [dis ertasi]. Bogor: Program
Pa scasa rjana, institut Pe rtanian Boga r.
Ruza rdi . 2 007. Analisis : Ketahanan Air NasionaI.
http ://www.merauke.go.i d. [24 No v embe r
20 0 8].
Saa ly, TL. 1 993, Pengambilan Keputusan Bag! Parer
Pemimpin. Terje mah a n. Pustaka Binaman
Pressindo, Jaka r ta .
Sa rwa n S. 2009, Mene ngok Sejarah Pembentukan Le m baga Pengelola Sumber Daya A.ir Wilayah Sungai a tau Rive r Basin Org,mization (RBO). Media informasi SDA: Am edisi
Agustus-September 2009. hal. 18 - 24.
Scott, R. 2008, In stitutions and Organizations, Idea
and Inte rest. Los Angeles : age Publications.
Sena nayake R, 19 91. Sustainable Agricult ure:
Definition an d Pa ra meters for Measurement.
journal ofSustainable Agriculture: 1 (1-4).
Senge P. 1990. The Fifth Discipline: The Art and
Practice of the learning Organization. London:
Century.
Sjarie f R. 2010. Multi Level Basin Management.
Jakarta.
So egandhy, A dan R. Ha kim. 2007. Prinsip Dasar
Kebijakan Pembangu nan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkullgan. Penerbit Bumi
AkSJ.ra. Jakar , .
Sofyar, CF, 2004, Pengembangan Kebijakan Usaha
Kecil yang Berbasis Produksi Bersih [disertasi].
Bogar: Program Pascasarjana" Insti tut
Pertanian Bogor.
Srdjevic B, Mcueiros YDP, Faria AS, 2003. An Objective IVlulti-Criteria Evaluation of Wate r
Management Scenarios. Water Resources
Manugement 18: 35-54, 2004 , Kluw e r
Academic Publishers, Prillted in the
Netherlands,
Stock 1994 , A Frame Work for Evaluating The
Su s tainability of Agricultural Prod uction
Systems, American journal of Alternative
Agriculture: 9, 10-20,
Tasrif. 2006. Analisis Kebijakan MenggLinakan
Model System Dynamic, 200 6,
Thamrin, 2009, Model Pcngernbangan Kawaswi
Agropolitan Secara Berkelanjutan di Wi/ayah
Perbatasan Kalimantan Barat - Malaysia
(Studi Kasus Kecamatan Dekat Perbatasan di
KabL/patE" Bengkayang) [diserta si]. Bogor:
Program Pascasarjana, institut Perta nian
Bogor.
Tisdell, C. 1986, Economic Indicators to Access The
Sustainahflity of Conservation Farming
Projects: An Evaluation Agriculture.
Ecosystems and Environments: 57, 1-7
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tenta ng Penataan Ruang.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pellgelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Walker and Reute r. 1996. Chal!enges in The
Development and Use of Ecological Indicqtors:
1,1-5,
World Bank 1993, Water Resourcps Management: A
World Bank Policy Papper. Washington, DC.
Wright, G dan Soendjaja, S. 2007. Diagnostic Report
for Balai Besar Wilayah Sungai Citarum
(BBWS). Kementerian Pekerjaan Umum,
Jakarta,
Xu ZX, Chen YN, Li JY. 2004. Impact of Climate Change on Water Resources in the Tarim
River Basin, Water Resources Management 18:
439-458, 2004, Kluwer Academic Publishers.
Printed in the Netherlands,
Yusuf J. 2010. Fakta Lingkungan Sumber baya Air
Sungai Citarum. [Laporan Teknis). Pusat
Litbang Sumber Daya Air. Bandung.
Zaag P van der. 2007. Asymmetry and Equity in
Water Resources Management; Critical
Institutional Issues for Southern Africa , Water Resources Management (2007) 21.1993-2004.