• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan jalur hijau jalan sebagai identitas Kota Banjarnegara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan jalur hijau jalan sebagai identitas Kota Banjarnegara"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SEBAGAI IDENTITAS KOTA BANJARNEGARA

E. JUNATAN MUAKHOR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

(3)

E. JUNATAN MUAKHOR. Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Kabupaten Banjarnegara terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan ibu kota kabupaten berada di Kecamatan Banjarnegara. Banjarnegara memiliki satu jalur jalan utama dalam kota yang menghubungkan Banjarnegara dengan kabupaten di sebelahnya. Lokasi perencanaan merupakan jalan kota yang terdiri dari Jalan Tentara Pelajar, Jalan S. Parman, Jalan Pemuda dan Jalan Letjen. Soeprapto. Keempat jalan tersebut memiliki panjang total + 7,6 km.

Kondisi jalur hijau pada keempat jalan saat ini memiliki suasana yang kurang menarik dan cenderung sama dengan jalan di kota lain sehingga tidak memiliki ciri khas atau identitas. Jumlah kepemilikan kendaraan tiap tahunnya bertambah, namun peningkatan volume kendaraan tidak diiringi dengan pemenuhan fasilitas dan pengembangan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pengguna jalan terutama dari sisi jalur hijau jalan. Kondisi jalur hijau jalan yang kurang baik, jumlah kendaraan yang terus bertambah, kondisi pedestrian dan fasilitas yang kurang memenuhi kebutuhan mengurangi kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan. Tujuan studi ini yaitu dihasilkannya perencanaan jalur hijau jalan yang memberi identitas bagi jalan Kota Banjarnegara yang nyaman, aman dan estetik.

Tahap perencanaan ini menggunakan metode menurut Simonds (1983), meliputi commission, research, analysis dan synthesis. Research atau inventarisasi lapang terdiri atas pengamatan dan pengukuran fisik maupun biofisik pada tapak dan wawancara dengan dinas atau budawayan Banjarnegara. Data fisik dan biofisik yang dikumpulkan yaitu ukuran badan jalan, pedestrian, jalur hijau, penggunaan lahan di sekitar, vegetasi dan satwa serta pemandangan di sekitar tapak. Selain itu, dilakukan penyebaran kuesioner terhadap 45 responden untuk mengetahui penilaian dan keinginan pengguna jalan.

Berdasarkan data BMG Kabupaten Banjarnegara tahun 2009, Kabupaten Banjarnegara memiliki suhu rata-rata 24,8°C dan kelembaban rata-rata 83%. Curah hujan selama lima tahun terakhir (2005-2009) adalah 3.718 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 15 hari/bulan. Jenis tanah lokasi studi adalah tanah latosol dan bentuk relief permukaan tanahnya datar. Jumlah kendaraan di Kabupaten Banjarnegara setiap tahunnya terus meningkat. Penggunaan lahan di keempat jalan lokasi studi didominasi oleh pemukiman, perdagangan/jasa, pendidikan/perkantoran dan RTH. Kabupaten Banjarnegara memiliki ciri khas berupa pohon cempaka/kantil (Michelia champaca) dan burung kepodang (Oriolus chinensis). Berdasarkan hasil wawancara kepada budayawan Banjarnegara, diketahui pohon yang memiliki nilai filosofi, yaitu pohon beringin (hangayom), sawo kecik (hamandito), palem raja (hanoto dan hangereh), dan asam kamal (hamomong). Selain itu, Banjarnegara memiliki ciri khas budaya berupa dawet ayu, batik susukan, keramik klampok dan tugu Adipura.

(4)

memiliki nilai keindahan adalah kawasan pertanian, sedangkan visual yang tidak indah seperti spanduk, parkir kendaraan dan pedagang kaki lima yang tidak rapi.

Tanaman jalur hijau jalan dipilih tanaman yang memiliki fungsi secara budaya, arsitektural dan ekologis. Selain itu, tanaman memiliki akar yang tidak merusak, daun yang tidak mudah rontok, cabang yang tidak mudah patah. Tanaman memiliki fungsi secara budaya yaitu tanaman yang memiliki nilai histori atau filosofi. Secara arsitektural tanaman dipilih sebagai penaung dan pengarah, sedangkan secara ekologis tanaman jalur hijau jalan dipilih yang memiliki kemampuan untuk mereduksi polusi dan dapat mengundang burung.

Secara umum konsep dasar perencanaan jalur hijau pada keempat adalah menciptakan jalur hijau jalan yang memberikan identitas bagi Kota Banjarnegara, memberikan rasa nyaman, aman, nilai estetika serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Konsep identitas dimunculkan pada elemen softscape dan hardscape. Konsep softscape yaitu penggunaan tanaman yang memiliki nilai histori atau filosofi, terutama tipe pohon. Pohon ditata secara linear pada ruang jalur hijau di sepanjang jalan dengan jarak penanaman sesuai penggunaan lahan di sekitar. Konsep hardscape yaitu penggunaan bahan, bentuk atau ornamen yang memiliki ciri khas budaya Banjarnegara. Konsep yang akan dikembangkan berupa konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep tata hijau dan konsep fasilitas.

Perencanaan jalur hijau dilakukan untuk memberikan identitas Kota Banjarnegara menggunakan tanaman khas dan tanaman yang memiliki nilai filosofi. Lokasi studi yang terdiri dari empat ruas jalan, masing-masing direncanakan memiliki identitas dengan penanaman salah satu tanaman khas. Tanaman identitas pada Jalan Tentara Pelajar adalah sawo kecik (Manilkara kauki), pada Jalan S. Parman adalah palem raja (Roystonea regia), pada Jalan Pemuda adalah cempaka (Michelia champaca) dan pada Jalan Letjen. Soeprapto adalah asam kamal (Tamarindus indica). Masing-masing vegetasi identitas ditanam dan dikombinasikan dengan vegetasi lain agar tidak monoton. Vegetasi yang digunakan yaitu bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), saputangan (Maniltoa grandiflora), tanjung (Mimusoph elengi) dan glodogan tiang (Polyalthia longifolia) yang ditata pada lokasi-lokasi tertentu untuk memberikan dinamika atau aksen. Pada area penerimaan ditanam pohon yang dapat mengarahkan pengguna jalan. Pada area pemukiman, sekolah, perkantoran dan industri pohon ditanam dengan jarak tanam rapat. Pada area perdagangan dan RTH pohon ditanam dengan jarak tanam yang renggang. Tanaman sebagai estetik lebih diutamakan tipe semak dan groundcover yang ditanam dengan pola dan kombinasi tertentu.

(5)

Jalur kendaraan dan pedestrian dipertahankan dan dilakukan perbaikan kondisi fisik serta dilengkapi fasilitas pada jalur hijau jalan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan. Jalur pedestrian direncanakan untuk dua orang dengan lebar minimal 150 cm. Pola pedestrian direncanakan untuk memberikan identitas yaitu menggunakan motif batik susukan. Kelengkapan fasilitas pada jalur hijau jalan yang direncanakan antara lain rambu lalu lintas, lampu jalan, halte, tempat sampah, telepon umum, bangku, papan informasi dan reklame dan sculpture. Jumlah fasilitas pada jalur hijau jalan yang direncanakan pada tapak yaitu halte sejumlah 19 buah, telepon umum sejumlah 9 buah, lampu jalan sejumlah 254 buah dan jumlah lampu pedestrian adalah 507 buah. Penciptaan identitas dari sisi hardscape yaitu penerapan bentuk dan ornamen yang mencirikan budaya Banjarnegara.

Kenyamanan dan keamanan pada lanskap jalan Kota Banjarnegara tercipta dari pemilihan dan penggunaan tanaman jalur hijau jalan. Tanaman yang digunakan dalam perencanaan memiliki fungsi penaung untuk memberikan keteduhan bagi pengguna jalan, daun yang tidak mudah rontok untuk menjaga kebersihan dan dipilih jenis pohon yang memiliki batang dan cabang kuat atau lentur sehingga tidak mudah patah sehingga tidak membahayakan pengguna jalan. Selain itu, pemilihan tanaman jalur hijau yang digunakan adalah tanaman yang mempunyai kemampuan menyerap polutan untuk menguragi dampak negatif polutan terhadap pengguna jalan dan lingkungan sekitar.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(7)

SEBAGAI IDENTITAS KOTA BANJARNEGARA

E. JUNATAN MUAKHOR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama : E. Junatan Muakhor

NRP : A44060788

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP. 1962 0118 1986 01 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(9)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul ”PERENCANAAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI IDENTITAS KOTA BANJARNEGARA” ini merupakan salah satu syarat kelulusan studi pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan memperoleh gelar sarjana.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga (Bapak Suchemi, Ibu Marchamah, Mba Wie, Mas Aan, Mba Ida, Mba Ndari, Mas Oo’, Mba Vivi, Mas Nahar, Mba Eva, Mas Wowo, Mba Desi dan Tama) yang telah memberikan doa, dukungan dan bantuan secara moral dan material,

2. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini,

3. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan Dinas terkait yang telah memberikan ijin serta membantu dalam penyediaan data-data yang digunakan dalam penelitian,

4. Sahabat-sahabat penulis (Adnan, Boy, Yumi, Wiek, Vina, Dyah, Ubay, Bembi, Yoyo, Duren, Arum, Peni, Athiq) terutama Florenthius Agung N., Yudha Kartana P., Pratitou Arafat dan Nur Rahman Colorado yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini,

5. Priambudi Tri Putra, Rina Dwica , Mahmud Haris dan Nining Irianti sebagai teman satu bimbingan yang telah memberikan dorongan, semangat dan masukan,

6. Dosen dan Staf Departemen Arsitektur Lanskap yang telah memberikan ilmu, pengalaman dan bantuan dalam bidang akademik,

(10)

tiga tahun serta atas bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua pihak untuk memperbaiki dan penyempurnaan di masa yang akan datang bagi penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang terkait.

Bogor, Maret 2011

(11)

Penulis dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 26 Juli 1988, sebagai anak ke sebelas dari duabelas bersaudara dari pasangan Bapak Suchemi dan Ibu Marchamah.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1993 dan menyelesaikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Perwanida. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Muhamadiyyah I pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan sekolah menengah pertama di MTs Negeri 1 Banjarnegara, kemudian pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan dari SMA Negeri 1 Banjarnegara.

Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan selama satu tahun menjalankan program Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Pada tahun 2007 penulis lulus seleksi sebagai mahasiswa di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia mempunyai tipe lanskap tropis dengan bentang alam yang beragam baik alami maupun buatan dari yang tradisional hingga modern yang terdapat di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Bentuk keragaman lanskap di Indonesia terlihat dari bentang alam berupa pegunungan, sungai, danau, hutan, serta masih banyak lagi bentuk arsitektur dan lanskap vernacularnya dari dataran hingga pesisir. Kondisi lanskap seperti ini menuntut masyarakat untuk dapat memanfaatkannya sebaik mungkin.

Dalam rangka pemerataan pembangunan di negeri ini, pembangunan infrastruktur terus dilakukan di setiap sudut wilayah terutama di daerah perkotaan. Pembangunan kota saat ini lebih banyak terlihat dengan adanya perkembangan kota secara fisik yaitu tersedianya sarana dan prasarana yang dalam kota. Gejala pembangunan kota pada masa yang lalu mempunyai kecenderungan untuk meminimalkan ruang terbuka hijau dan juga menghilangkan wajah alam. Lahan-lahan pertumbuhan banyak dialih-fungsikan menjadi pertokoan, pemukiman, tempat rekreasi, industri, dan lain-lain.

Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang sedang berkembang berada di provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Saat ini banyak dilakukan pembangunan di daerah ini, baik pembangunan infrastruktur maupun bangunan atau gedung. Pembangunan ini khususnya dilakukan pada daerah Kota Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara sebagai kabupaten yang pernah mendapat gelar kota Adipura Kencana perlu menjaga dan menciptakan kondisi yang senantiasa bersih, rapi, tertib, indah dan nyaman.

(13)

masyarakat Banjarnegara, tetapi digunakan juga oleh masyarakat sekitarnya. Jalan utama ini digunakan bersama oleh pejalan kaki, pengendara kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor. Pada dasarnya, hal terpenting yang diperlukan oleh pengguna jalan adalah terciptanya rasa aman dan nyaman saat beraktivitas pada jalan tersebut. Hal lain yang diperlukan adalah ciri khas dan estetika lanskap disepanjang jalan sehingga memiliki identitas, dapat dinikmati dan menimbulkan kesan berbeda saat melintasi jalan.

Jalan raya yang akan dikembangkan menghubungkan pusat pelayanan kota dengan pusat wilayah kota yang tersebar dalam beberapa kecamatan. Jalan lokasi studi berada di Kecamatan Banjarnegara terdiri dari Jalan Tentara Pelajar, Jalan S. Parman, Jalan Pemuda dan Jalan Letjend. Soeprapto. Gambaran umum tentang jalan ini adalah sebagai kawasan perdagangan dan perkantoran yang ramai dimana bidang perekonomian terkonsentrasi pada jalan ini karena letaknya yang strategis pada jalur utama. Keempat jalan tersebut memiliki panjang total + 7,6 km.

Kondisi jalan Kota Banjarnegara saat ini memiliki suasana lanskap yang biasa saja, kurang menarik dan cenderung memiliki kesamaan dengan jalan di kota lain. Hal ini membuat lanskap di keempat jalan tersebut tidak memiliki ciri khas atau identitas. Volume kendaraan di Kabupaten Banjarnegara setiap tahunnya mengalami kenaikan dengan jumlah yang cukup signifikan. Peningkatan volume kendaraan didukung dengan peningkatan jumlah penduduk. Jumalah penduduk yang paling padat dan jumlah kepemilikan kendaraan terbanyak berada di Kota Banjarnegara. Namun, peningkatan volume kendaraan tidak diiringi dengan pemenuhan fasilitas dan pengembangan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pengguna jalan. Jalur kendaraan dan jalur pedestrian kondisinya saat ini kurang baik. Kondisi jumlah kendaraan yang terus bertambah serta kondisi pedestrian dan fasilitas yang tidak memenuhi kebutuhan akan mengurangi kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan. Untuk itu perlu adanya perencanaan yang dapat memberikan identitas, meningkatkan kenyamanan dan keamanan serta estetika lanskap jalan Kota Banjarnegara bagi pengguna jalan, terutama dari sisi jalu hijau jalan.

(14)

ini ditujukan pada pemanfaatan sumberdaya lokal sehingga jalan pada Kota Banjarnegara memiliki ciri khas yang dapat membedakan jalan di Kota Banjarnegara dengan jalan di kota lain. Selain itu, hal ini ditujukan untuk menghilangkan “latah perencanaan dan perancangan” jalur jalan yang selama ini berkiblat pada Kota Jakarta tanpa memperhatikan potensi yang terdapat pada daerahnya sendiri.

Identitas sebuah daerah dapat terbentuk dari elemen-elemen lanskap yang terdapat di daerah tersebut. Elemen lanskap yang dimaksud meliputi lanskap alami dan lanskap buatan. Contoh lanskap alami adalah sungai, bukit, gunung atau danau, sedangkan contoh lanskap buatan adalah hardscape yang dibuat manusia yang menunjukkan ciri khusus suatu daerah, seperti sculpture dan ornamen. Tanaman sebagai bagian dari lanskap alami juga dapat dipilih dan digunakan sebagai elemen pemberi identitas. Identitas yang diberikan oleh tanaman antara lain dibentuk dari jenis tanaman, pola percabangan, warna daun, warna bunga ataupun dari segi desain penanaman.

Selain tanaman berfungsi sebagai pemberi identitas, penanaman tanaman pada daerah pinggir jalan berfungsi sebagai elemen penyelaras, pelembut bangunan yang ada disekitar jalan dan pereduksi karbondioksida serta penyedia oksigen bagi kebutuhan masyarakat dan mahluk hidup yang ada di dalamnya. Dari segi penanaman ini diharapkan Kota Banjarnegara tetap menjadi kota yang alami seiring dengan pembangunan pada kota tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian

(15)

1.3 Manfaat Penelitian

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Lanskap

Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan masa mendatang. Ketidakberhasilan suatu rencana adalah dikarenakan kurang mendalamnya penghayatan terhadap tapak atau feel of the land dan kurang diperhatikannya aspek sosial, khususnya pengguna.

Lebih lanjut Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengemukakan bahwa perencanaan lanskap adalah salah satu tahapan yang penting guna mendapatkan suatu rancangan lanskap yang fungsional, estetik, dan lestari. Pekerjaan perencanaan umumnya berorientasi jangka panjang dan bertujuan untuk kesejahteraan manusia. Sustainability merupakan tujuan ideal yang ingin dicapai oleh setiap perencana yang berorientasi pada perencanaan penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya alam.

(17)

Perencanaan lanskap terdiri atas tahapan-tahapan proses yang saling menyambung, dimulai dari survei sumber-sumber yang telah ada seperti keadaan lanskap, manusia, dan aktivitas pekerjaan masyarakat. Perencanaan yang baik tidak dimulai dari suatu pemikiran yang abstrak dan rencana yang dipaksakan, tetapi harus dimulai dengan pengetahuan akan kondisi awal tapak dengan segala kemungkinannya (Munford dalam Simonds, 1983).

Proses perencanaan yang baik haruslah merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait serta saling menunjang. Proses ini merupakan suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan keadaan awal suatu lahan, keadaan yang diinginkan, serta cara dan model terbaik untuk mencapai keadaan yang diinginkan tersebut (Nurisjah dan Pramukanto, 1995).

2.2 Lanskap Jalan

Setiap jalan, baik jalan desa atau jalan tol adalah kegiatan yang unik dalam mendesain dan memiliki karakteristik daerah dan memiliki fungsi yang berbeda-beda. Dalam perencanaan jalan pada setiap tipe jalan dan besarnya ukuran jalan mengikuti prinsip yang berkaitan. Menentukan keterkaitan yang paling masuk akal berimplikasi dengan hubungan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Jalan akan terbentuk diantaranya untuk menyediakan akses ke pusat aktivitas dan area pusat pemukiman. Pembentukan jalan dipengaruhi bentuk topografi serta pertumbuhan dan kesesuaian vegetasi di dalam lanskap. Fasilitas dibangun pada daerah milik jalan untuk memenuhi kebutuhan pengguna jalan (Simonds, 1983).

Menurut DPR RI 2004, jalan dikelompokan menurut peranannya menjadi empat tipe, yaitu:

1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

(18)

3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Dalam DPR RI 1985 dijelaskan mengenai bagian-bagian jalan, yaitu:

1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan yang diperuntukan bagi:

a. Badan jalan yaitu jalur lalu lintas dengan atau tanpa median jalan. Bagian ini hanya diperuntukkan bagi arus lalu lintas dan pengamatan terhadap konstruksi jalan.

b. Ambang pengaman yaitu bagian yang terletak paling luar dari damaja hanya untuk mengamankan konstruksi jalan.

c. Saluran tepi jalan yaitu bagian yang hanya diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air, agar badan jalan bebas dari pengaruh genangan air.

d. Bangunan utilitas yang mempunyai sifat pelayanan wilayah pada sistem jaringan jalan yang harus ditempatkan di luar Damija, seperti trotoar, lereng, timbunan dan galian, gorong-gorong, dan lain sebagainya. 2. Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan yang

dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi Damaja dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan.

(19)

penyangga untuk menutupi pemandangan sekitar yang tidak bagus, memberi naungan dan membingkai pemandangan yang indah untuk dilihat.

Menurut Simonds (1983), persimpangan adalah titik kekacauan yang maksimal. Pada perencanaan jalur pedestrian, kekacauan sering memberikan indikasi adanya tempat bergembira, aktivitas atau tempat yang memiliki nilai daya tarik yang tinggi atau tempat yang mengharuskan untuk mengurangi kecepatan arus perjalanan atau tempat yang memerlukan perencanaan yang baik sehingga orang tidak akan memotong jalan dan berdesakan. Lebih lanjut DPU (1996) memberikan persyaratan dalam perencanaan penanaman pada lanskap jalan, yaitu:

1. Pada jalur tanaman tepi

Jalur tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik perletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman.

2. Pada jalur tengah (median)

Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00 – 6.00 meter. Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat perletakannya terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan (”U - turn”), dan pada tempat diantara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang diturunkan.

3. Pada daerah tikungan

Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu dan semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.80 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan.

4. Pada daerah persimpangan

(20)

mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan peletakkannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang.

Rambu petunjuk yang baik adalah yang lengkap dan mudah dilihat sehingga dapat memberikan informasi yang benar, diletakan di tempat yang benar dan tentunya konsistensi bentuk yang komprehensif dengan karakter dan kecepatan kendaraan yang diijinkan pada jalan (Simonds, 1983). Beberapa istilah dalam lanskap jalan dijelaskan oleh Dephub (2006), yaitu:

1. Badan jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median dan bahu jalan.

2. Bahu jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, pondasi atas dan permukaan.

3. Trotoar adalah bagian dari badan jalan yang khusus disediakan untuk pejalan kaki.

4. Bundaran adalah persimpangan yang dilengkapi lajur lingkar dan mempunyai desain spesifik, dilengkapi perlengkapan lalu lintas.

5. Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.

6. Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan. 7. Lajur adalah bagian jalur yang memanjang dengan atau tanpa marka jalan

yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor.

8. Rambu adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pengguna jalan.

2.3 Ruang Terbuka Hijau

(21)

juga dari penilaian ekonomi dan ekologis. Berbagai fungsi ruang terbuka, rekreatif dan non rekreatif, dapat dikembangkan pada areal RTH ini. Pola dan bentuk RTH kota sangat beragam. Kebutuhan tiap kota tidak sama, tergantung dari permasalahan oleh kota tersebut, dan permasalahan ini merupakan faktor penentu utama dari jumlah dan kualitas RTH yang direncanakan. Dengan diketahuinya jumlah total RTH kota tersebut, pertimbangan selanjutnya adalah penentuan pola RTH secara makro, distribusi di setiap wilayah, bentuk fisik, ekologis, dan/atau estetika serta seleksi vegetasi. (Nurisjah dan Pramukanto, 1995)

Fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah:

1. Areal perlindungan bagi berlangsungnya fungsi dan penyangga kehidupan, 2. Sarana menciptakan kebersihan, kesehatan, dan keindahan lingkungan, 3. Sarana untuk memenuhi kebutuhan rekreasi,

4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan dari perencanaan, 5. Sarana pendidikan dan penelitian,

6. Habitat satwa dan perlindungan plasma nutfah,

7. Sarana memperbaiki kualitas lingkungan hidup perkotaan, 8. Pengatur sistem air.

Elemen lanskap adalah segala sesuatu yang berwujud benda, suara, warna dan suasana yang merupakan pembentuk lanskap, baik yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Elemen lanskap yang berupa benda terdiri dari dua unsur yaitu benda hidup dan benda mati. Benda hidup yang dimaksud dengan ialah tanaman, dan yang dimaksud dengan benda mati adalah tanah, pasir, batu dan elemen-elemen lainnya yang berbentuk padat maupun cair (DPU, 1996).

(22)

perancangan. Stres yang dihadapi tanaman pada suatu kota berbeda dengan stres yang dihadapi tanaman pada kota lain.

Lebih lanjut Carpenter et al (1973) menerangkan beberapa kriteria pemilihan tanaman untuk kota, antara lain:

1. Disesuaikan dengan kebutuhan dan efek khusus, 2. Tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan,

3. Memperlihatkan karakteristik dari tanaman, termasuk ukuran dan bentuk saat dewasa,

4. Sesuai kebutuhan pemeliharaan yang relatif kecil.

Tanaman dan elemen arsitektural mempunyai fungsi sebagai penghalang atau penyaring radiasi matahari dan sebagai penaung pada ruang terbuka dan bangunan. Tanaman dan elemen arsitektural tersebut digunakan untuk memodifikasi iklim mikro dengan memberi naungan. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai pelindung dari angin dan hujan. Dari berbagai fungsi tersebut, tanaman dan elemen arsitektural dapat meningkatkan kenyamanan di ruang terbuka (Brooks, 1988)

Menurut Brooks (1988), perencana tapak harus mengetahui prinsip dasar dari pertumbuhan tanaman:

1. Akar yang dangkal dan harus dikonservasi dalam rumpun,

2. Tanaman dewasa tidak akan bertahan dalam perubahan kondisi habitatnya, 3. Perubahan jumlah air tanah dan iklim mikro dapat menyebabkan hal yang

fatal,

4. Wilayah disekitar tanaman tidak boleh tertutup padat karena dapat mengganggu sirkulasi udara, air dan mineral.

2.4 Elemen Mental Map Kota

(23)

berupa daerah perkantoran, perumahan, dan pertokoan. Edges dapat berupa sungai, jalur hijau, dinding tembok, atau sesuatu yang menjadi batas suatu wilayah. Nodes dapat berupa area rekreasi dan titik-titik tertentu dimana terkonsentrasi aktivitas manusia seperti halte, persimpangan, dan tempat penyeberangan. Gambar mental map dalam perencanaan lanskap jalan kota Banjarnegara ini, difokuskan pada elemen paths (jalur sirkulasi) dengan tetap mempertimbangkan elemen pokok lainnya, yaitu district, nodes, edges, dan landmark.

2.5 Tanaman Identitas

Brooks (1988) menyatakan bahwa, native plants (tanaman asli) adalah tanaman yang asli berasal dari sebuah tapak atau daerah. Beberapa tahun spesies tertentu telah beradaptasi terhadap kondisi iklim wilayah dan menjadi bagian penting dari karakter yang melekat pada tapak. Identifikasi spesies tanaman dapat digunakan sebagai indikator bagaimana memberikan usulan penanaman yang baik dan mengindikasikan modifikasi pada kondisi eksisting yang dibutuhkan. Arti dari penggunaan tanaman asli tidak boleh diacuhkan.

Lebih lanjut Brooks (1988) menjelaskan, tanaman asli lebih alami tahan terhadap kekeringan, mereka menyesuaikan diri terhadap variasi musim dalam iklim mikro pada lingkungannya. Perbedaan antara tanaman asli dan tanaman hias adalah tanaman asli setelah ditanam dapat hidup dengan sendirinya tanpa irigasi. Hal yang sebaliknya terjadi pada tanaman hias, mungkin tidak sampai satu atau dua bulan tanpa diberi irigasi tidak dapat bertahan hidup.

(24)

2.6 Jalur Hijau Jalan

Menurut DPU (1996), lanskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan haruslah mempunyai ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.

Lebih lanjut DPU (1996) menyatakan, jalur tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lanskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (Damija) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lanskapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.

Menurut Simonds (1983), penanaman yang baik pada setiap jalan yaitu mempertahankan eksisting vegetasi atau penggunaan vegetasi lokal. Pemilihan biasanya dibutuhkan untuk fungsi arsitektural seperti pagar, vista dan estetika. Pohon, semak, tanaman merambat dan tanaman penutup tanah dikombinasikan untuk menciptakan jalur hijau yang rendah pemeliharaan dan memiliki keindahan lokal. Penanaman juga dilakukan untuk melindungi pada daerah yang memiliki kemiringan dan sebagai kontrol erosi.

2.7 Perencanaan Jalur Hijau Jalan

(25)

Lebih lanjut Carpenter et al (1973) menjelaskan, tanaman jalan sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan peraturan kota, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat mempengaruhi penanaman dan pemeliharaan tanaman. Metode kontrol melalui peraturan dapat memberi dampak positif atau negatif. Dampak positif dari peraturan terjadi jika pemerintah kota mengambil alih semua kontrol dari perencanaan dan pemeliharaan tanaman jalan, serta dalam pengurangan jumlah tanaman. Sedangkan dampak negatif terjadi jika pemilik tanah mengurangi dan memotong tanaman tanpa memiliki ijin atau menanam tanaman yang menimbulkan masalah, seperti pohon randu karena benihnya dapat mengganggu.

Simonds (1978) menyebutkan bahwa dalam perencanaan lanskap jalan harus mempertimbangkan:

a. Jarak pandang yaitu jarak pandang horizontal dan vertikal yang cukup untuk waktu observasi minimum 10 detik pada kecepatan jalan yang diijinkan, b. Pembukaan rangkaian pemandangan atau view, penampakan tapak dan

bangunan,

c. Kemampuan jalan dalam semua kondisi cuaca serta keamanannya, d. Pengenalan topografi, sudut cahaya matahari dan badai,

e. Panjang minimal serta gangguan lanskap minimal, f. Pengalaman mengemudi yang menyenangkan.

Tanaman merupakan soft material dan dalam peletakannya sebagai pelengkap jalan, tanaman berfungsi untuk membedakan area melalui kualitas lanskap yang unik, melapisi jalur lalu lintas dan memperkuat jajaran path dan jalan raya, memberikan penekanan pada nodes jalur lalu lintas, memberikan peneduhan dan daya tarik, screen atau menutupi pemandangan yang jelek, menghilangkan kesilauan serta mengurangi kebisingan suara. Pada persimpangan jalan harus bersih, tidak boleh ditempatkan tanaman yang dapat menutupi pandangan pemakai jalan untuk alasan keselamatan (Simonds, 1983).

(26)

pengguna jalan. Hal ini dicapai memlaui penataan tanaman sebagai penaung dan tanaman yang menarik di jalur pedestrian dan jalur sepeda. Jika tanaman tersebut dibuat secara benar maka tanaman tersebut akan memberikan manfaat sesuai fungsinya.

Simonds (1983) menyatakan pintu masuk jalur jalan sebaiknya diletakan pada area yang diinginkan (ujung jalan). Hal tersebut merupakan poin yang logis karena memiliki potensi atau pemandangan yang menarik sepanjang garis awal. Jalur jalan akan menjadi mudah dikenali dengan nomer jalan atau tanda masuk lokasi. Penempatan ini harus dipertimbangkan dalam hubungan kedekatan pintu masuk jalan dan area lanskap sekitar (batas). Membuat pintu gerbang jalan yang atraktif pada tiap perbatasan dan pusat aktivitas. Penanaman pada jalur masuk harus ditata untuk menunjukan area penerimaan yang menarik.

Selain itu, menurut Simonds (1983), pada lanskap jalan membutuhkan sesuatu untuk dilihat. Perjalanan yang lambat menyebabkan ketertarikan pada detil penataan. Pada kondisi kecepatan cukup tinggi oarng tidak memperhatikan penataan yang detil. Dalam kecepatan yang rendah orang akan tertarik dalam pergerakannya dan mendapatkan kesenangan dari benda yang dilihat atau dari pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan.

Lebih lanjut DPU (1996) menyebutkan persyaratan utama yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis tanaman lanskap jalan antara lain:

1. Perakaran tidak merusak konstruksi jalan, 2. Mudah dalam perawatan,

3. Batang/percabangan tidak mudah patah, 4. Daun tidak mudah rontok/gugur.

(27)

III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Studi mengenai ”Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara” dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen, dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai bulan September 2010. Keempat jalan yang menjadi lokasi penelitian adalah Jalan Tentara Pelajar, Jalan S. Parman, Jalan Pemuda dan Jalan Letjend. Soeprapto yang memiliki panjang total 7,6 km. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan penulisan hasil studi pada bulan September 2010 hingga diselesaikannya penulisan.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

3.2 Metode Penelitian

(28)

pengamatan dan pengukuran data fisik maupun biofisik pada tapak dan wawancara dengan pihak terkait. Data fisik dan biofisik yang diukur seperti badan jalan, pedestrian, jalur hijau, drainase penggunaan lahan di sekitar, vegetasi dan satwa serta pemandangan di sekitar tapak. Selain itu, dilakukan pendataan persepsi dan preferensi pengguna jalan terhadap jalan kota melalui kuesioner dengan jumlah responden 45 orang.

Proses studi perencanaan jalur hijau jalan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Commission (keinginan klien)

Tahap ini adalah tahap paling awal dari seluruh proses perencanaan. Pada tahap ini dilaksanakan persiapan perencanaan jalur hijau di keempat jalan yang menjadi lokasi penelitian. Perencanaan yang dibuat mengacu pada kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara dan pemerintah pusat dalam pembangunan dan pengembangan kota, khususnya tentang penataan lanskap jalan. Dalam tahap ini dilakukan penjabaran atau pendefinisian penelitian kepada pihak pemerintah sehingga dihasilkan suatu perjanjian pelayanan atau perijinan, baik secara lisan maupun tulisan.

2. Research (inventarisasi)

(29)

mengetahui kondisi eksisting tapak seperti view dan penggunaan lahan sekitar. Data yang dikumpulkan seperti dimensi jalan, volume kendaraan, jumlah pejalan kaki, penggunaan lahan di sekitar, jenis vegetasi eksisting, vegetasi khas daerah Banjarnegara, dan data sosial pengguna jalan.

Penghitungan pengguna jalan dilakukan dengan teknik pengambilan contoh di salah satu titik terpadat lalu lintas pengguna jalannya. Intensitas pengguna jalan menyatakan jumlah kendaraan dan orang yang melintas pada titik tertentu persatuan waktu (setiap 15 menit). Penentuan waktu pengambilan data ini yaitu pada pagi hari (06.00-10.00 WIB), siang (10.00-14.00 WIB), dan sore (14.00-18.00 WIB). Kemudian dari data yang diperoleh setiap 15 menit tersebut diekstrapolasi menjadi interval waktu yang telah ditentukan, yaitu 4 jam. Setelah dihitung jumlah pengguna jalan dari ketiga interval waktu tersebut maka dapat diketahui perkiraan jumlah kendaraan yang melintas di jalan kota pada selang waktu pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

3. Analysis (analisis)

(30)

Secara kuantitatif, dilakukan penghitungan pengguna jalan untuk tujuan dan fungsi yang diinginkan serta menganalisis kondisi pada tapak untuk memperkirakan terjadinya kemacetan dan jumlah polusi udara. Hasil dari analisis ini berupa kemungkinan pengembangan yang dilakukan pada tapak.

4. Synthesis (sintesis)

Sintesis merupakan tahap lanjut dari analisis yang memberikan penjabaran tentang solusi atau pengembangan dari kendala dan potensi yang terdapat pada tapak. Studi skematik dibuat untuk mempelajari perencanaan identitas yang akan diterapkan dan selanjutnya dituangkan dalam ide konsep yang sesuai dengan kondisi tapak. Hasil studi skematik yang dibuat kemudian dikembangkan menjadi suatu rencana jalur hijau jalan. Hasil rencana jalur hijau menggambarkan tata letak elemen lanskap yang meliputi tata hijau dan fasilitas pendukung fungsi jalur hijau jalan yang direncanakan, serta ketentuan panjang penanaman tanaman jalur hijau jalan yang disesuaikan dengan hierarki jalan tersebut.

Kriteria identitas yang dapat memberi ciri khusus suatu daerah dapat dilihat dari kondisi lapang, yaitu pemakaian jenis tanaman yang berasal dari daerah tersebut atau tanaman lokal, penggunaan tanaman tertentu sehingga keempat jalan memiliki keterkaitan karena menggunakan tanaman yang sama (memiliki nilai filosofi), desain penanaman yang memiliki bentuk dan ciri khusus, serta peletakan softscape dan hardscape yang memberi identitas di welcome area atau dipersimpangan jalan. Hasil sintesis

3.3 Bentuk Hasil Studi

(31)
(32)

Tabel 1 Aspek, jenis, sumber dan cara pengambilan data

No Aspek Jenis Sumber Cara Pengambilan

1 Fisik & Iklim

2 Teknik Peraturan jalan DPU studi pustaka

3 Sosial & Tata guna lahan/ RTRW BAPEDA studi pustaka & survei lapang

Ekonomi Pengguna jalan

- tujuan dan keinginan Lapangan survei lapang

- waktu Lapangan survei lapang

(33)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Inventarisasi

Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan hasil survei, secara umum peta inventarisasi lokasi studi disajikan dalam tujuh segmen yang dapat dilihat pada Gambar 16, Gambar 17, Gambar 18, Gambar 19, Gambar 20, Gambar 21 dan Gambar 22.

4.1.1 Kondisi Umum

Kabupaten Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, dengan ibukota kabupaten adalah Banjarnegara. Secara geografis Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7° 12' LS - 7° 31' LS dan 109° 20' 10” BT - 109° 45' 50" BT. Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara secara keseluruhan adalah 106.970,997 ha atau 3,29 % dari luas seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha). Secara administrasi, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di sebelah utara, Kabupaten Wonosobo di sebelah timur, Kabupaten Kebumen di sebelah selatan, serta berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga di sebelah barat.

(34)

4.1.2 Iklim

Pengamatan iklim di Kota Banjarnegara dilakukan berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Banjarnegara dari bulan Maret hingga Desember tahun 2009, suhu udara rata-rata Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar 24,8 °C dengan suhu terendah 18,2°C terjadi pada bulan Agustus dan suhu tertinggi 33 °C terjadi pada bulan Maret. Grafik suhu rata-rata bulanan di Kabupaten Banjarnegara bulan Maret hingga Desember tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik suhu udara rata-rata bulanan di Kab. Banjarnegara bulan Maret - Desember tahun 2009.

Hal ini dipengaruhi oleh letak Kabupaten Banjarnegara yang tergolong dataran tinggi, yaitu 44-1.633 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jalan kota yang menjadi lokasi studi memiliki ketinggian 289 mdpl. Kelembaban udara rata-rata di Banjarnegara selama bulan Maret hingga Desember 2009 tercatat 83% dan kecepatan angin rata-rata selama tiga bulan terakhir sebesar 5,5 knot. Grafik kelembaban rata-rata di Kabupaten Banjarnegara bulan Maret hingga Desember tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 4.

(35)

Berdasarkan data curah hujan di Kabupaten Banjarnegara antara tahun 2005-2009 menunjukkan jumlah curah hujan tahunan sebesar 3.718 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli hingga September. Hari hujan merupakan banyaknya jumlah hari dalam satu bulan yang terjadi hujan. Grafik jumlah curah hujan dan hari hujan rata-rata Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 5 Grafik curah hujan rata-rata di Kab. Banjarnegara tahun 2005-2009.

Gambar 6 Grafik hari hujan rata-rata di Kab. Banjarnegara tahun 2005-2009.

4.1.3 Jenis Tanah dan Topografi

(36)

terlapuk dengan kuat, tidak menunjukkan perbedaan horizon yang nyata, bahan induk mencapai kedalaman yang beragam antara 2 dan 4 meter, mempunyai tekstur sedang sampai berat, stabilitas agregat yang tinggi, bobot isi sedang, nisbah debu terhadap liat rendah, permeabel dan gembur. Kapasitas tukar kation 10-25 me/100 gr tanah, kejenuhan basa 15–50% dan mempunyai pH 4,5 – 6,0.

Wilayah Kabupaten Banjarnegara terletak pada jalur pegunungan di bagian tengah Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah barat ke timur. Jika ditinjau dari ketinggiannya, Kabupaten Banjarnegara sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut (mdpl) sebesar 37,04%, kemudian antara 500-1000 mdpl sebesar 28,74%, lebih besar dari 1000 mdpl sebesar 24,4% dan sebagian kecil terletak kurang dari 100 mdpl sebesar 9,82%. Jalan yang menjadi lokasi studi berada di Kota Banjarnegara memiliki ketinggian 289 mdpl.

Berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografisnya, Kabupaten Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga bagian:

a. bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan dengan relief bergelombang dan curam.

b. bagian tengah, terdiri dari wilayah dengan bentuk relief yang datar. c. bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam.

Dilihat dari lokasi keberadaan Kota Banjarnegara yang terletak di tengah Kabupaten Banjarnegara, maka berdasarkan data bentuk tata alam di atas dapat diketahui bahwa jalan Kota Banjarnegara yang menjadi lokasi studi memiliki bentuk relief permukaan yang datar.

(37)

(a) (b)

Gambar 7 Pemandangan wilayah perbukitan di Kabupaten Banjarnegara (a) di sebelah utara Jl. Letjen. Soeprapto (b) di sebelah selatan Jl. Letjen. Soeprapto.

4.1.4 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di lokasi studi dibedakan menjadi kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun. Penggunaan lahan untuk kawasan terbangun antara lain bangunan perkantoran, pemukiman, pendidikan, industri, fasilitas umum, perdagangan, dan jasa. Berdasarkan pengamatan, aktivitas perdagangan dan jasa merupakan aktivitas yang paling dominan di keempat segmen jalan. Penggunaan lahan pada kawasan tidak terbangun antara lain sebagai pengembangan pertanian/perkebunan dan ruang terbuka hijau. Bentuk dari ruang terbuka hijau bermacam-macam, seperti taman, alun-alun, makam atau lapangan. Gambar 8 dan 9 menunjukan kondisi eksisting penggunaan lahan di lokasi dan tata guna lahan sesuai RTRDK, sedangkan Gambar 10 merupakan dokumentasi hasil inventarisasi lapang.

(38)
(39)
(40)

Pada Jalan Pemuda, kawasan ini didominasi oleh area perkantoran, pendidikan, perdagangan dan jasa. Ruang terbuka hijau yang terdapat di Jalan Pemuda berupa alun-alun kota. Penggunaan lahan pada Jalan pemuda didominasi oleh area perkantoran terutama kantor pemerintahan dan dinas karena Jalan Pemuda merupakan jalan yang berada di pusat kota. Pada Jalan Letjen. Soeprapto yang merupakan jalan kota yang berada di bagian paling barat kota, kawasan ini terdiri dari area pemukiman, pendidikan, perkantoran, ruang terbuka hijau, perdagangan dan jasa. Pada jalan ini jumlah ruang terbuka hijau masih cukup banyak yaitu berupa lahan pertanian.

(a) (b) (c)

Gambar 10 Penggunaan lahan di sekitar tapak (a) pemukiman, (b) perdagangan, (c) pertanian.

4.1.5 Ciri Khas Banjarnegara

Setiap daerah memiliki sesuatu yang menjadi ciri khas bagi daerahnya. Berdasarkan hasil studi di lapang dapat diketahui adanya beberapa hal yang menjadi ciri khas bagi Banjarnegara baik dari segi sosial dan budaya atau segi vegetasi dan satwa. Segi vegetasi dan satwa, Banjarnegara memiliki ciri khas yaitu salak pondoh sebagai tanaman produksi dengan kualitas dan kuantitas yang baik, pohon cempaka/kantil (Michelia champaca Linn) dan burung kepodang (Oriolus chinensis).

(41)
(42)

SEBAGAI IDENTITAS KOTA BANJARNEGARA

E. JUNATAN MUAKHOR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(43)

E. JUNATAN MUAKHOR. Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Kabupaten Banjarnegara terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan ibu kota kabupaten berada di Kecamatan Banjarnegara. Banjarnegara memiliki satu jalur jalan utama dalam kota yang menghubungkan Banjarnegara dengan kabupaten di sebelahnya. Lokasi perencanaan merupakan jalan kota yang terdiri dari Jalan Tentara Pelajar, Jalan S. Parman, Jalan Pemuda dan Jalan Letjen. Soeprapto. Keempat jalan tersebut memiliki panjang total + 7,6 km.

Kondisi jalur hijau pada keempat jalan saat ini memiliki suasana yang kurang menarik dan cenderung sama dengan jalan di kota lain sehingga tidak memiliki ciri khas atau identitas. Jumlah kepemilikan kendaraan tiap tahunnya bertambah, namun peningkatan volume kendaraan tidak diiringi dengan pemenuhan fasilitas dan pengembangan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pengguna jalan terutama dari sisi jalur hijau jalan. Kondisi jalur hijau jalan yang kurang baik, jumlah kendaraan yang terus bertambah, kondisi pedestrian dan fasilitas yang kurang memenuhi kebutuhan mengurangi kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan. Tujuan studi ini yaitu dihasilkannya perencanaan jalur hijau jalan yang memberi identitas bagi jalan Kota Banjarnegara yang nyaman, aman dan estetik.

Tahap perencanaan ini menggunakan metode menurut Simonds (1983), meliputi commission, research, analysis dan synthesis. Research atau inventarisasi lapang terdiri atas pengamatan dan pengukuran fisik maupun biofisik pada tapak dan wawancara dengan dinas atau budawayan Banjarnegara. Data fisik dan biofisik yang dikumpulkan yaitu ukuran badan jalan, pedestrian, jalur hijau, penggunaan lahan di sekitar, vegetasi dan satwa serta pemandangan di sekitar tapak. Selain itu, dilakukan penyebaran kuesioner terhadap 45 responden untuk mengetahui penilaian dan keinginan pengguna jalan.

Berdasarkan data BMG Kabupaten Banjarnegara tahun 2009, Kabupaten Banjarnegara memiliki suhu rata-rata 24,8°C dan kelembaban rata-rata 83%. Curah hujan selama lima tahun terakhir (2005-2009) adalah 3.718 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 15 hari/bulan. Jenis tanah lokasi studi adalah tanah latosol dan bentuk relief permukaan tanahnya datar. Jumlah kendaraan di Kabupaten Banjarnegara setiap tahunnya terus meningkat. Penggunaan lahan di keempat jalan lokasi studi didominasi oleh pemukiman, perdagangan/jasa, pendidikan/perkantoran dan RTH. Kabupaten Banjarnegara memiliki ciri khas berupa pohon cempaka/kantil (Michelia champaca) dan burung kepodang (Oriolus chinensis). Berdasarkan hasil wawancara kepada budayawan Banjarnegara, diketahui pohon yang memiliki nilai filosofi, yaitu pohon beringin (hangayom), sawo kecik (hamandito), palem raja (hanoto dan hangereh), dan asam kamal (hamomong). Selain itu, Banjarnegara memiliki ciri khas budaya berupa dawet ayu, batik susukan, keramik klampok dan tugu Adipura.

(44)

memiliki nilai keindahan adalah kawasan pertanian, sedangkan visual yang tidak indah seperti spanduk, parkir kendaraan dan pedagang kaki lima yang tidak rapi.

Tanaman jalur hijau jalan dipilih tanaman yang memiliki fungsi secara budaya, arsitektural dan ekologis. Selain itu, tanaman memiliki akar yang tidak merusak, daun yang tidak mudah rontok, cabang yang tidak mudah patah. Tanaman memiliki fungsi secara budaya yaitu tanaman yang memiliki nilai histori atau filosofi. Secara arsitektural tanaman dipilih sebagai penaung dan pengarah, sedangkan secara ekologis tanaman jalur hijau jalan dipilih yang memiliki kemampuan untuk mereduksi polusi dan dapat mengundang burung.

Secara umum konsep dasar perencanaan jalur hijau pada keempat adalah menciptakan jalur hijau jalan yang memberikan identitas bagi Kota Banjarnegara, memberikan rasa nyaman, aman, nilai estetika serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. Konsep identitas dimunculkan pada elemen softscape dan hardscape. Konsep softscape yaitu penggunaan tanaman yang memiliki nilai histori atau filosofi, terutama tipe pohon. Pohon ditata secara linear pada ruang jalur hijau di sepanjang jalan dengan jarak penanaman sesuai penggunaan lahan di sekitar. Konsep hardscape yaitu penggunaan bahan, bentuk atau ornamen yang memiliki ciri khas budaya Banjarnegara. Konsep yang akan dikembangkan berupa konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep tata hijau dan konsep fasilitas.

Perencanaan jalur hijau dilakukan untuk memberikan identitas Kota Banjarnegara menggunakan tanaman khas dan tanaman yang memiliki nilai filosofi. Lokasi studi yang terdiri dari empat ruas jalan, masing-masing direncanakan memiliki identitas dengan penanaman salah satu tanaman khas. Tanaman identitas pada Jalan Tentara Pelajar adalah sawo kecik (Manilkara kauki), pada Jalan S. Parman adalah palem raja (Roystonea regia), pada Jalan Pemuda adalah cempaka (Michelia champaca) dan pada Jalan Letjen. Soeprapto adalah asam kamal (Tamarindus indica). Masing-masing vegetasi identitas ditanam dan dikombinasikan dengan vegetasi lain agar tidak monoton. Vegetasi yang digunakan yaitu bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), saputangan (Maniltoa grandiflora), tanjung (Mimusoph elengi) dan glodogan tiang (Polyalthia longifolia) yang ditata pada lokasi-lokasi tertentu untuk memberikan dinamika atau aksen. Pada area penerimaan ditanam pohon yang dapat mengarahkan pengguna jalan. Pada area pemukiman, sekolah, perkantoran dan industri pohon ditanam dengan jarak tanam rapat. Pada area perdagangan dan RTH pohon ditanam dengan jarak tanam yang renggang. Tanaman sebagai estetik lebih diutamakan tipe semak dan groundcover yang ditanam dengan pola dan kombinasi tertentu.

(45)

Jalur kendaraan dan pedestrian dipertahankan dan dilakukan perbaikan kondisi fisik serta dilengkapi fasilitas pada jalur hijau jalan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan. Jalur pedestrian direncanakan untuk dua orang dengan lebar minimal 150 cm. Pola pedestrian direncanakan untuk memberikan identitas yaitu menggunakan motif batik susukan. Kelengkapan fasilitas pada jalur hijau jalan yang direncanakan antara lain rambu lalu lintas, lampu jalan, halte, tempat sampah, telepon umum, bangku, papan informasi dan reklame dan sculpture. Jumlah fasilitas pada jalur hijau jalan yang direncanakan pada tapak yaitu halte sejumlah 19 buah, telepon umum sejumlah 9 buah, lampu jalan sejumlah 254 buah dan jumlah lampu pedestrian adalah 507 buah. Penciptaan identitas dari sisi hardscape yaitu penerapan bentuk dan ornamen yang mencirikan budaya Banjarnegara.

Kenyamanan dan keamanan pada lanskap jalan Kota Banjarnegara tercipta dari pemilihan dan penggunaan tanaman jalur hijau jalan. Tanaman yang digunakan dalam perencanaan memiliki fungsi penaung untuk memberikan keteduhan bagi pengguna jalan, daun yang tidak mudah rontok untuk menjaga kebersihan dan dipilih jenis pohon yang memiliki batang dan cabang kuat atau lentur sehingga tidak mudah patah sehingga tidak membahayakan pengguna jalan. Selain itu, pemilihan tanaman jalur hijau yang digunakan adalah tanaman yang mempunyai kemampuan menyerap polutan untuk menguragi dampak negatif polutan terhadap pengguna jalan dan lingkungan sekitar.

(46)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia mempunyai tipe lanskap tropis dengan bentang alam yang beragam baik alami maupun buatan dari yang tradisional hingga modern yang terdapat di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Bentuk keragaman lanskap di Indonesia terlihat dari bentang alam berupa pegunungan, sungai, danau, hutan, serta masih banyak lagi bentuk arsitektur dan lanskap vernacularnya dari dataran hingga pesisir. Kondisi lanskap seperti ini menuntut masyarakat untuk dapat memanfaatkannya sebaik mungkin.

Dalam rangka pemerataan pembangunan di negeri ini, pembangunan infrastruktur terus dilakukan di setiap sudut wilayah terutama di daerah perkotaan. Pembangunan kota saat ini lebih banyak terlihat dengan adanya perkembangan kota secara fisik yaitu tersedianya sarana dan prasarana yang dalam kota. Gejala pembangunan kota pada masa yang lalu mempunyai kecenderungan untuk meminimalkan ruang terbuka hijau dan juga menghilangkan wajah alam. Lahan-lahan pertumbuhan banyak dialih-fungsikan menjadi pertokoan, pemukiman, tempat rekreasi, industri, dan lain-lain.

Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang sedang berkembang berada di provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Saat ini banyak dilakukan pembangunan di daerah ini, baik pembangunan infrastruktur maupun bangunan atau gedung. Pembangunan ini khususnya dilakukan pada daerah Kota Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara sebagai kabupaten yang pernah mendapat gelar kota Adipura Kencana perlu menjaga dan menciptakan kondisi yang senantiasa bersih, rapi, tertib, indah dan nyaman.

(47)

masyarakat Banjarnegara, tetapi digunakan juga oleh masyarakat sekitarnya. Jalan utama ini digunakan bersama oleh pejalan kaki, pengendara kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor. Pada dasarnya, hal terpenting yang diperlukan oleh pengguna jalan adalah terciptanya rasa aman dan nyaman saat beraktivitas pada jalan tersebut. Hal lain yang diperlukan adalah ciri khas dan estetika lanskap disepanjang jalan sehingga memiliki identitas, dapat dinikmati dan menimbulkan kesan berbeda saat melintasi jalan.

Jalan raya yang akan dikembangkan menghubungkan pusat pelayanan kota dengan pusat wilayah kota yang tersebar dalam beberapa kecamatan. Jalan lokasi studi berada di Kecamatan Banjarnegara terdiri dari Jalan Tentara Pelajar, Jalan S. Parman, Jalan Pemuda dan Jalan Letjend. Soeprapto. Gambaran umum tentang jalan ini adalah sebagai kawasan perdagangan dan perkantoran yang ramai dimana bidang perekonomian terkonsentrasi pada jalan ini karena letaknya yang strategis pada jalur utama. Keempat jalan tersebut memiliki panjang total + 7,6 km.

Kondisi jalan Kota Banjarnegara saat ini memiliki suasana lanskap yang biasa saja, kurang menarik dan cenderung memiliki kesamaan dengan jalan di kota lain. Hal ini membuat lanskap di keempat jalan tersebut tidak memiliki ciri khas atau identitas. Volume kendaraan di Kabupaten Banjarnegara setiap tahunnya mengalami kenaikan dengan jumlah yang cukup signifikan. Peningkatan volume kendaraan didukung dengan peningkatan jumlah penduduk. Jumalah penduduk yang paling padat dan jumlah kepemilikan kendaraan terbanyak berada di Kota Banjarnegara. Namun, peningkatan volume kendaraan tidak diiringi dengan pemenuhan fasilitas dan pengembangan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pengguna jalan. Jalur kendaraan dan jalur pedestrian kondisinya saat ini kurang baik. Kondisi jumlah kendaraan yang terus bertambah serta kondisi pedestrian dan fasilitas yang tidak memenuhi kebutuhan akan mengurangi kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan. Untuk itu perlu adanya perencanaan yang dapat memberikan identitas, meningkatkan kenyamanan dan keamanan serta estetika lanskap jalan Kota Banjarnegara bagi pengguna jalan, terutama dari sisi jalu hijau jalan.

(48)

ini ditujukan pada pemanfaatan sumberdaya lokal sehingga jalan pada Kota Banjarnegara memiliki ciri khas yang dapat membedakan jalan di Kota Banjarnegara dengan jalan di kota lain. Selain itu, hal ini ditujukan untuk menghilangkan “latah perencanaan dan perancangan” jalur jalan yang selama ini berkiblat pada Kota Jakarta tanpa memperhatikan potensi yang terdapat pada daerahnya sendiri.

Identitas sebuah daerah dapat terbentuk dari elemen-elemen lanskap yang terdapat di daerah tersebut. Elemen lanskap yang dimaksud meliputi lanskap alami dan lanskap buatan. Contoh lanskap alami adalah sungai, bukit, gunung atau danau, sedangkan contoh lanskap buatan adalah hardscape yang dibuat manusia yang menunjukkan ciri khusus suatu daerah, seperti sculpture dan ornamen. Tanaman sebagai bagian dari lanskap alami juga dapat dipilih dan digunakan sebagai elemen pemberi identitas. Identitas yang diberikan oleh tanaman antara lain dibentuk dari jenis tanaman, pola percabangan, warna daun, warna bunga ataupun dari segi desain penanaman.

Selain tanaman berfungsi sebagai pemberi identitas, penanaman tanaman pada daerah pinggir jalan berfungsi sebagai elemen penyelaras, pelembut bangunan yang ada disekitar jalan dan pereduksi karbondioksida serta penyedia oksigen bagi kebutuhan masyarakat dan mahluk hidup yang ada di dalamnya. Dari segi penanaman ini diharapkan Kota Banjarnegara tetap menjadi kota yang alami seiring dengan pembangunan pada kota tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian

(49)

1.3 Manfaat Penelitian

(50)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Lanskap

Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan masa mendatang. Ketidakberhasilan suatu rencana adalah dikarenakan kurang mendalamnya penghayatan terhadap tapak atau feel of the land dan kurang diperhatikannya aspek sosial, khususnya pengguna.

Lebih lanjut Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengemukakan bahwa perencanaan lanskap adalah salah satu tahapan yang penting guna mendapatkan suatu rancangan lanskap yang fungsional, estetik, dan lestari. Pekerjaan perencanaan umumnya berorientasi jangka panjang dan bertujuan untuk kesejahteraan manusia. Sustainability merupakan tujuan ideal yang ingin dicapai oleh setiap perencana yang berorientasi pada perencanaan penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya alam.

(51)

Perencanaan lanskap terdiri atas tahapan-tahapan proses yang saling menyambung, dimulai dari survei sumber-sumber yang telah ada seperti keadaan lanskap, manusia, dan aktivitas pekerjaan masyarakat. Perencanaan yang baik tidak dimulai dari suatu pemikiran yang abstrak dan rencana yang dipaksakan, tetapi harus dimulai dengan pengetahuan akan kondisi awal tapak dengan segala kemungkinannya (Munford dalam Simonds, 1983).

Proses perencanaan yang baik haruslah merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait serta saling menunjang. Proses ini merupakan suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan keadaan awal suatu lahan, keadaan yang diinginkan, serta cara dan model terbaik untuk mencapai keadaan yang diinginkan tersebut (Nurisjah dan Pramukanto, 1995).

2.2 Lanskap Jalan

Setiap jalan, baik jalan desa atau jalan tol adalah kegiatan yang unik dalam mendesain dan memiliki karakteristik daerah dan memiliki fungsi yang berbeda-beda. Dalam perencanaan jalan pada setiap tipe jalan dan besarnya ukuran jalan mengikuti prinsip yang berkaitan. Menentukan keterkaitan yang paling masuk akal berimplikasi dengan hubungan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Jalan akan terbentuk diantaranya untuk menyediakan akses ke pusat aktivitas dan area pusat pemukiman. Pembentukan jalan dipengaruhi bentuk topografi serta pertumbuhan dan kesesuaian vegetasi di dalam lanskap. Fasilitas dibangun pada daerah milik jalan untuk memenuhi kebutuhan pengguna jalan (Simonds, 1983).

Menurut DPR RI 2004, jalan dikelompokan menurut peranannya menjadi empat tipe, yaitu:

1. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, ditempuh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

(52)

3. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, ditempuh dengan kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Dalam DPR RI 1985 dijelaskan mengenai bagian-bagian jalan, yaitu:

1. Daerah Manfaat Jalan (Damaja), merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh pembina jalan yang diperuntukan bagi:

a. Badan jalan yaitu jalur lalu lintas dengan atau tanpa median jalan. Bagian ini hanya diperuntukkan bagi arus lalu lintas dan pengamatan terhadap konstruksi jalan.

b. Ambang pengaman yaitu bagian yang terletak paling luar dari damaja hanya untuk mengamankan konstruksi jalan.

c. Saluran tepi jalan yaitu bagian yang hanya diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air, agar badan jalan bebas dari pengaruh genangan air.

d. Bangunan utilitas yang mempunyai sifat pelayanan wilayah pada sistem jaringan jalan yang harus ditempatkan di luar Damija, seperti trotoar, lereng, timbunan dan galian, gorong-gorong, dan lain sebagainya. 2. Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan yang

dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi Damaja dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan.

(53)

penyangga untuk menutupi pemandangan sekitar yang tidak bagus, memberi naungan dan membingkai pemandangan yang indah untuk dilihat.

Menurut Simonds (1983), persimpangan adalah titik kekacauan yang maksimal. Pada perencanaan jalur pedestrian, kekacauan sering memberikan indikasi adanya tempat bergembira, aktivitas atau tempat yang memiliki nilai daya tarik yang tinggi atau tempat yang mengharuskan untuk mengurangi kecepatan arus perjalanan atau tempat yang memerlukan perencanaan yang baik sehingga orang tidak akan memotong jalan dan berdesakan. Lebih lanjut DPU (1996) memberikan persyaratan dalam perencanaan penanaman pada lanskap jalan, yaitu:

1. Pada jalur tanaman tepi

Jalur tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi kriteria teknik perletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman.

2. Pada jalur tengah (median)

Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00 – 6.00 meter. Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat perletakannya terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan (”U - turn”), dan pada tempat diantara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang diturunkan.

3. Pada daerah tikungan

Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu dan semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0.80 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan.

4. Pada daerah persimpangan

(54)

mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini pemilihan jenis tanaman dan peletakkannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang.

Rambu petunjuk yang baik adalah yang lengkap dan mudah dilihat sehingga dapat memberikan informasi yang benar, diletakan di tempat yang benar dan tentunya konsistensi bentuk yang komprehensif dengan karakter dan kecepatan kendaraan yang diijinkan pada jalan (Simonds, 1983). Beberapa istilah dalam lanskap jalan dijelaskan oleh Dephub (2006), yaitu:

1. Badan jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median dan bahu jalan.

2. Bahu jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, pondasi atas dan permukaan.

3. Trotoar adalah bagian dari badan jalan yang khusus disediakan untuk pejalan kaki.

4. Bundaran adalah persimpangan yang dilengkapi lajur lingkar dan mempunyai desain spesifik, dilengkapi perlengkapan lalu lintas.

5. Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.

6. Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan. 7. Lajur adalah bagian jalur yang memanjang dengan atau tanpa marka jalan

yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor.

8. Rambu adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pengguna jalan.

2.3 Ruang Terbuka Hijau

Gambar

Gambar 1  Peta lokasi penelitian
Tabel 1  Aspek, jenis, sumber dan cara pengambilan data
Gambar 3  Grafik suhu udara rata-rata bulanan di Kab. Banjarnegara bulan
Gambar 5  Grafik curah hujan rata-rata di Kab. Banjarnegara tahun 2005-2009.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana wajib pajak patuh dalam membayar pajaknya; untuk menguji kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang

Budaya tempat kerja yang benar sehingga karyawan termotivasi untuk memanfaatkan knowledge Menurut Hamdani (2011), pengembangan Model Knowledge Management System pada

Selain sebagai sumber makanan trofik level di atasnya, Ordo Lepidoptera ini juga dapat menjadi hama pada saat dewasa, sehingga produktivitas sekunder Ordo

Nilai Adjustd R-Square sebesar 0.102875 yang berarti variabel dependen dalam model dapat menjelaskan variabel independen sebesar 10.28% bahwa variabel dependen yaitu Return

58 Pembangunan Kantor BUMDes Desa Sukaraja

Valbury Asia Securities hanya sebagai informasi dan bukan ditujukan untuk memberikan rekomendasi kepada siapa pun untuk membeli atau.. menjual suatu

Salah satu standar data center  yang telah diakui internasional adalah TIA – 942, standar ini dikeluarkan oleh Telecommunications Industry Association (TIA). Dari studi kasus ini

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil pengukuran parameter fisik untuk kesesuaian pariwisata pantai yang terdiri dari kedalaman, kemiringan gisik,