PERKOTAAN
VINA PRATIWI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian EcodesignLanskap Permukiman Perkotaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Vina Pratiwi
NIM A451110081
VINA PRATIWI. KajianEcodesign Lanskap Permukiman Perkotaan. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN dan INDUNG SITTI FATIMAH.
Permukiman menjadi penting karena merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan permukiman di Indonesia telah mencapai 13,2 juta unit blok rumah. Di sisi lain, permukiman merupakan 20% penyebab emisi bangunan, 40% dari konsumsi energi nasional, 12% konsumsi air bersih, dan penghasil 40% dari gas rumah kaca yang ada. Keselarasan antara bangunan dengan lingkungan menjadi sangat penting dan mendorong upaya penghematan fosil maupun energi. Hal tersebut menjadi dasar dari gerakan ecodesign saat ini. Permukiman juga mengalami gerakanecodesignmelalui pemenuhan kebutuhan permukiman dengan cara terbarukan. Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah belum diketahui komponen penting ecodesign lanskap permukiman, belum adanya standar kriteria yang digunakan sebagai acuan penilaian, serta belum diketahui apakah permukiman yang menggunakan konsep ecodesign sudah memenuhi kriteria ekologis. Oleh karena itu studi ini memiliki tujuan yaitu: (1) identifikasi dan pengujian komponen penting penyusun ecodesign lanskap permukiman perkotaan, (2) penetapan standar kriteria ecodesign lanskap permukiman perkotaan yang ideal dan penilaian dua lokasi test-case sebagai aplikasi penggunaan standar kriteria.
Penelitian ini menunjukkan bahwa alternatif prioritas yang menentukan
ecodesign lanskap permukiman perkotaan dimulai dari prioritas tinggi ke rendah adalah partisipasi penduduk (38,4%), desain tapak (35,9%), dan kelembagaan (25,7%). Peran serta masyarakat merupakan hal terpenting untuk mewujudkan konsepecodesign. Disamping itu komponen penting penyusun ecodesignlanskap permukiman perkotaan secara berurutan adalah komponen air (29,6%), tata guna lahan (26,7%), perilaku sumber daya manusia (14,7%), institusi (10,8%), fisik permukiman (10,0%), dan teknologi (8,2%). Hasil penilaian preferensi ini berada pada tingkat konsistensi baik, dengan nilai inkonsistensi hierarki sebesar 3%. Standar kriteria ideal terdiri atas enam komponen, enam belas subkomponen, dan parameter yang ditetapkan berdasarkan literatur terkait. Ketercapaian konsep
ecodesign pada dua lokasi test-case berada pada level sedang (skor 2,50-4,98). Hasil ini menunjukkan kedua kawasan masih belum sepenuhnya menerapkan
ecodesign dan masih perlu meningkatkan beberapa parameter. Parameter yang perlu ditingkatkan adalah ketersediaan institusi lokal, akses ke fasilitas publik, penggunaan natural force, penggunaan sofmaterial lokal, dan sertifikasi eco-properties.
VINA PRATIWI. Study of LandscapeEcodesignin Urban Settlement. Supervised by ANDI GUNAWAN and INDUNG SITTI FATIMAH.
Settlement is important because it became one of basic human needs. Settlement need in Indonesia has reached 13,2 million units. On the other hand, settlement is the cause of 20% building emissions, 40% of greenhouse gases producer, caused 40% of national energy consumption and 12% water consumption. Harmony between building and environment become important which encouraging fossils and energy saving. These condition become basis of ecological movement recently. Settlement is also experiencing ecological movement through fulfillment in renewable way, so settlement developed in ecological concept. The examined issues in this study were whether settlement in ecological concept has applied it and became ecologically, critical component and standard criteria also need to be examined. Therefore, this study has two objectives; (1) Identifying and testing critical components of landscape ecodesign in urban settlement through expert judgement, (2) determinating the ideal standard criteria of landscape ecodesign in urban settlement, and applicate standard criteria by assessing two test-case settlement.
This study showed, the alternative priorities of landscape ecodesign in urban settlement sequentially was public participation (38,4%), site design (35,9%), and institutional (25,7%). Public participation was major driver to embody ecodesign concept. Besides, critical component of landscape ecodesign in urban settlement sequentially were water (29,6%), land use (26,7%), human behavior (14,7%), institution (10,8%), physical settlement (10,0%), and technology (8,2%). This preference results were in good consistency level, with 3% inconsistency ratio of hierarchy. Standard criteria consists of six components, sixteen subcomponents, and parameters were set according related literature. Ecodesign concept at two test-case settlement were in moderate level (score of 2,50 to 4,98). These results indicate both of regions were still not fully implemented ecodesign and need to improve some parameters. The parameters are availability of local institution, accessibility to public facilities, use of natural force, use of local softmaterial, and eco-properties certification.
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Arsitektur Lanskap
PERKOTAAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
Nama : Vina Pratiwi
NIM : A451110081
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Andi Gunawan, MAgrSc Ketua
Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala rahmat-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis berjudul KajianEcodesign
Lanskap Permukiman Perkotaan merupakan identifikasi, pengujian komponen, dan penilaian lanskap permukiman di perkotaan berbasis desain ekologis, yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 sampai Juli 2013. Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini. Terima kasih disampaikan kepada:
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) sebagai sponsor dalam melanjutkan studi pada program master melalui Beasiswa Unggulan (BU) Dalam Negeri Tahun 2011
2. Komisi Pembimbing, yaitu Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Dr. Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas arahan dan bimbingan dalam penyusunan tesis 3. Dosen Penguji, yaitu Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku penguji luar komisi
dan Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr selaku penguji dari Program Studi atas pertanyaan, komentar, dan saran untuk melengkapi tesis ini
4. Responden pakar, yaitu Prof. Ir. Surjono Surjokusumo, MSF, PhD, Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS, Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr, Ir. Janthy, MSi, dan pihak planning design Sentul City yang telah bersedia menjadi responden pakar
5. Pihak Lokasi Penelitian, yaitu PT Sentul City Tbk dan PT Sukaputra Graha Cemerlang (SGC), khususnya kepada Mba Prastiti Handayani, Bapak Ivan, Bapak Karjono, dan Mba Nadia. Terima kasih diucapkan kepada PT Bogor Nirwana Residence (BNR), PT Graha Andrasentra Propertindo, dan pihak
Estate Management BNR yang telah mengizinkan peneliti untuk mengkaji kawasannya. Terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Amril Yusda (Ketua Paguyuban Cluster Harmony 2 BNR), masyarakat BNR dan masyarakat Sentul City atas kesediaan dan kontribusinya dalam pengisian kuesioner 6. Keluarga, yaitu kedua orang tua, kedua kakak, dan seluruh keluarga besar,
atas doa, kasih sayang, motivasi, dan dukungan besar kepada penulis
7. Sahabat, yaitu Wiwiek Dwi Serlan H, Presti Ameliawati, E. Junatan Muakhor, Ratsio Wibisono, Mba Debora Budiyono, Mba Roosna Adjam. Rekan satu bimbingan, Rosyidamayanti TM dan Bapak Muhammad Guriang. Sahabat di Pascasarjana Arsitektur Lanskap, Prita Indah P, Mba Delyanet, Ibu Femi, Pranawita Karina, Mba Listya Aderina, Dedi Ruspendi, Arkham HS, M. Arthum Artha, Mas Janiarto Paradise, dan Mas Anggi Mardiyanto.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Bogor, Oktober 2013
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 5
Lanskap Permukiman Perkotaan 5
Ecolabeling 6
KonsepEcodesign 6
MetodeEcodesign 9
Eco-Settlement 9
METODE 11
Lokasi dan Waktu Penelitian 11
Alat, Bahan, dan Data 12
Prosedur Analisis Data 12
Identifikasi dan Uji KomponenEcodesignLanskap Permukiman 13 Penyusunan Kriteria Daftar Periksa(Checklist) 17 Penilaian Area terhadap Kriteria Daftar Periksa 18
HASIL DAN PEMBAHASAN 20
Identifikasi dan Uji KomponenEcodesignLanskap Permukiman 20
Sintesis Pakar Akademisi 20
Sintesis Bidang Desain pada LokasiTest-Case 23
Sintesis Tergabung(Combined Synthesis) 24
Uji Konsistensi 29
Penyusunan Kriteria Penilaian 30
Penilaian Lanskap Permukiman 33
Kondisi UmumTest-case1 33
Kondisi UmumTest-case2 36
Implikasi dan Aplikasi Hasil Penelitian 42
SIMPULAN DAN SARAN 45
Simpulan 45
DAFTAR PUSTAKA 46
GLOSARIUM 48
LAMPIRAN 50
1. Kesesuaian lahan berdasarkan kemiringan lereng 5
2. Manfaat dari desain ekologis 7
3. Beberapa alat analisisecodesign 10
4. Deskripsi alat, bahan, dan data yang digunakan 12 5. Komponen dan variabel desain permukiman ekologis 13
6. Profil dan latar belakang responden pakar 15
7. Daftar pakar penilai komponenecodesignpermukiman perkotaan 16 8. Kriteria daftar periksaecodesignlanskap permukiman perkotaan 17 9. Bobot dan prioritasecodesignlanskap permukiman perkotaan 27 10. Strategi penerapanecodesignlanskap permukiman perkotaan 28 11. Kriteria daftar periksa sebagai alat analisisecodesign 31 12. Distribusi penutupan lahan kawasantest-case1 34
13. Penutupan lahan kawasantest-case2 38
14. Perbandingan komponenecodesignlanskap permukiman eksisting 39 15. Penilaianecodesignlanskap permukiman pada kawasantest-case 41
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka berpikir penelitian 4
2. Petunjuk umum tahapan kerja dalamecodesign 8
3. Metode pendekatanecodesign 9
4. Lokasi Sentul City dan Bogor Nirwana Residence sebagaitest 11
5. HierarkiAnalysis Hierarchy Process (AHP) 19
6. Prioritas alternatif serta komponen bidang Sipil dan Teknik Kayu 20 7. Prioritas alternatif dan komponen bidang Arsitektur Lanskap 21 8. Prioritas alternatif dan komponen bidang Ekologi 22 9. Prioritas alternatif dan komponen bidang Planologi & Pengembangan
Wilayah 23
10. Prioritas alternatif dan komponen lokasitest-case 24 11. Diagram pohon prioritasecodesignlanskap permukiman perkotaan 25 12. Sensitivitas kinerja dan dinamis ecodesign lanskap permukiman
perkotaan 26
13. Sensitivitas gradienecodesignlanskap permukiman perkotaan 29
14. Sintesis dan nilai konsistensi keseluruhan 30
15. Kondisi eksisting kawasantest-case1 33
16. Penutupan lahan kawasantest-case1 35
17. Penutupan lahantest-case2 36
18. Kondisi eksisting kawasantest-case2 37
1. KuesionerAnalytical Hierarchy Process(AHP) 50 2. Jenis, asal, dan kebutuhan air pada pohon di kawasantest-case1 61 3. Jenis, asal, dan kebutuhan air pada pohon di kawasantest-case2 62
4. Penggunaanhard materialspadatest-case1 65
5. Penggunaanhard materialspadatest-case2 67
6. Bentuk edukasi kriteriaecodesignlanskap permukiman 69
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan lingkungan yang meningkat, salah satunya disebabkan oleh penggunaan sumber daya alam yang mengarah pada eksploitasi. Perluasan area perkotaan mencapai 50% di tingkat global. Di Indonesia diperkirakan hingga 60% penduduk tinggal di perkotaan pada tahun 2010, artinya kawasan perkotaan di Indonesia akan menghadapi tantangan berupa dampak tekanan penduduk (Firman 2010). Peningkatan penduduk akan meningkatkan kebutuhan berupa tempat tinggal. Oleh karena itu, terjadi peningkatan pembangunan permukiman.
Permukiman menjadi penting karena menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan papan. Kebutuhan permukiman di Indonesia telah mencapai 13,2 juta unit blok rumah (BPS 2011). Permukiman dengan dominasi komposisi bangunan menyebabkan emisi yang besar apabila tidak diimbangi dengan komponen lain. Berdasarkan The 4th Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC) 20071, penyebab krisis iklim yang ada saat ini, 20% penyebabnya adalah emisi bangunan. Rata-rata bangunan menggunakan input energi 40% dari konsumsi energi nasional (Moskow 2008) dan 12% input total air bersih, sedangkan emisi yang dihasilkan antara lain 30% dari emisi CO2dan 40% dari gas
rumah kaca yang ada.
Isu mengenai keselarasan antara bangunan dengan lingkungan menjadi sangat penting dan mendorong upaya penghematan fosil maupun energi. Hal tersebut menjadi dasar dari gerakan eco-/green saat ini (Roaf et al. 2001). Permukiman juga mengalami gerakan eco-/green melalui pemenuhan kebutuhan permukiman dengan cara terbarukan. Sebaliknya, cara tidak terbarukan akan dihindari atau dihemat, sehingga mulai berkembang konsep ekologis/green pada permukiman. Konsep tersebut dikenal sebagaieco-property, digunakan untuk menyebut konsep properti yang ramah lingkungan, yang tidak hanya mencakup konsep ruang terbuka hijau, namun juga penerapannya dalam perumahan, bangunan, serta pemilihan bahan bangunan.
Terdapat beberapa permasalahan mengenai kondisi lanskap permukiman ekologis saat ini. Salah satu permasalahan adalah adanya permukiman dengan konsep mengacu pada lingkungan, namun belum diketahui apakah permukiman sudah memenuhi kriteria ekologis. Hal tersebut terjadi karena belum diketahui komponen penting penyusun lanskap permukiman yang ekologis. Disamping itu, belum adanya standar kriteria lanskap permukiman ekologis yang digunakan sebagai acuan penilaian. Keberadaan permukiman dengan konsep eco-, green-, maupun ramah lingkungan menjadi salah satu program pemerintah yang saat ini sudah berkembang menjadi gaya hidup/lifestyle (Bali Post 2010). Beberapa konsep eco-, green-, sustainable, sudah mulai diterima oleh pasar terutama populernya gaya rumah modern minimalis dan ramah lingkungan. Namun, konsep tersebut sering salah dipahami karena persepsi oleh pelaku usaha dan konsumen,
1
sehingga perlu diketahui kebutuhan masyarakat dan persepsi mengenai lanskap permukiman ekologis.
Kajian tentang permukiman yang ekologis dapat dibahas melalui konsep
ecodesign. Ecodesign memungkinkan mendesain sistem artifisial menuju sistem natural dengan menggunakan prinsip ekologis dalam mendesain lingkungan terbangun. Dasar pemikiran dari desain adalah membentuk lingkungan yang sehat bagi masyarakat. Pendekatan desain ekologis (Ecological Design Approach)
memiliki perbedaan fundamental dibandingkan pendekatan lainnya (misalnya
engineering approach). Perbedaan ada pada cara pandang dalam penyelesaian masalah. Pada pendekatan desain ekologis, desainer memulai penyelesaian masalah dari melihat kondisi tapak dan berkembang hingga proses menuju lingkungan yang sehat (Yeang 2006). Hal tersebut menjadi dasar digunakannya konsepecodesigndalam mengkaji permukiman di perkotaan.
Kajian mengenai desain taman rumah tinggal hemat energi telah dilakukan sebelumnya, diperoleh informasi bahwa aspek penting yang harus diperhatikan pada desain taman dan rumah tinggal hemat energi adalah aspeksite design(67%) danbuilding design(33%) yang apabila dikombinasi dapat membentuk arsitektur hemat energi pada skala rumah tinggal. Pencapaian konsep hemat energi dapat dilakukan dengan penggunaan elemen pohon pelindung untuk ameliorasi iklim mikro, minimalisasi hard material serap panas, dan penggunaan elemen air (Kurniawatyet al.2011). Joga (2010)dalamBerita Departemen Pekerjaan Umum (PU), menekankan perlunya permukiman hijau termasuk di kawasan kalangan rendah-menengah. Hal yang ditekankan adalah lokasi permukiman yang dibangun harus sesuai dengan RTRW Kota serta terpadu dalam satu kawasan (efisiensi transportasi), diberlakukannya harga subsidi, konsep campur sari hotel-apartemen-rusunami (1:3:6) untuk keseimbangan sosial, serta perlunya memberi pemahaman mengenai permukiman hijau kepada masyarakat agar tidak terjadi gegar budaya.
Berdasarkan permasalahan serta tinjauan teori tersebut, telah dilakukan penelitian mengenai konsep hemat energi pada skala rumah, namun belum dilakukan kajian lebih lanjut tentang konsep ecodesignuntuk skala permukiman. Oleh karena itu, diperlukan kajianecodesignlanskap permukiman perkotaan pada skala kawasan. Penelitian ini penting dilakukan karena diduga pada skala kawasan, permukiman akan memiliki komponen desain yang berbeda dibandingkan skala rumah. Hal ini diperkuat oleh penelitian Deviana (2011) yang menyatakan nilai ekologis suatu permukiman dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan, air, partisipasi masyarakat dan kondisi ekonomi masyarakat.
Selanjutnya diperlukan penilaian terhadap ketercapaian konsep ecodesign
Perumusan Masalah
Konsep ekologis pada desain lanskap permukiman perkotaan memunculkan permasalahan mengenai standarisasi/kriteria dan status ekologis permukiman yang ada saat ini. Oleh karena itu, disusun perumusan permasalahan yang terkait dengan permukiman ekologis sebagai berikut:
1. Apa komponen penting pembentuk konsep ecodesign pada permukiman perkotaan
2. Bagaimana kriteriaecodesignpada lanskap permukiman perkotaan
3. Bagaimana konsepecodesignlanskap permukiman pada dua lokasitest-case. Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, disusun kerangka berpikir penelitian yang mendeskripsikan metode, alat analisis, dan keluaran masing-masing rumusan masalah (Gambar 1).
Tujuan Penelitian
Studi ini memiliki tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi dan menguji komponen penting penyusun ecodesign lanskap permukiman perkotaan, (2) menetapkan standar kriteria dan menentukan ecodesign lanskap permukiman yang ideal. Pada kajian dilakukan penilaian terhadap 2 lokasi test-case, sebagai aplikasi penilaian konsepecodesignlanskap permukiman.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, developer, dan designer bermanfaat sebagai bahan rekomendasi dalam mendesain dan menilai tingkat ekologis permukiman 2. Bagi masyarakat umum, penelitian diharapkan bermanfaat dalam memberi
pengetahuan mengenai konsep ecodesign. Hal tersebut juga dapat melindungi konsumen(user)sebagai pengguna produk lanskap
Ruang Lingkup Penelitian
Batasan penelitian meliputi lingkup kajian dan lingkup area wilayah kajian. Pembahasan permukiman yang ekologis dibatasi pada terpenuhinya kriteria ekologis pada komponen fisik dan sosial, tidak membahas lebih lanjut mengenai komponen ekonomi, sistem, dan aliran materi komponen permukiman. Kriteria
ecodesign yang disusun dapat digunakan pada penilaian permukiman yang sudah berkembang, apabila permukiman baru akan didesain maka yang digunakan sebagai kriteria daftar komponen, subkomponen, serta parameter saja. Kriteria
Gambar 1 Kerangka berpikir penelitian
Metode Analisis:
Analytical Hierarchy Process(AHP)
Metode: Desk study, telaah pustaka Identifikasi & PengujianKomponen
Permukiman Ekologis
Deskripsi komponen penting Analisis:
Kesesuaian Eksisting vs. Kriteria
Metode Analisis:
Deskriptif kualitatif
PERUMUSAN MASALAH PERMUKIMAN PERKOTAAN
Permasalahan Sosial-Ekonomi:
Peran permukiman ekologis untuk masyarakat (kebutuhan/lifestyle) Pemahaman terhadapecodesign lanskap permukiman
Permasalahan Aspek Legal:
Prosedur/standarecolabeling, eco-property
Permasalahan Bio-Fisik:
Laju pertumbuhan penduduk meningkat, permukiman meningkat Berkembang konsepgreen-, eco-, properti hijau yang belum jelas statusecodesignnya
PROFIL PERMUKIMAN PERKOTAAN YANG EKOLOGIS
Komponen permukiman ekologis Penetapan Kriteria/Standar Penilaian terhadap area kajian
(Test case: 2 permukiman)
Kriteria IdealEcodesignLanskap Permukiman Alat Analisis:
Expert Judgement(Pakar) Expert ChoiceVersi 11
Output:
Prioritas komponen dan alternatif serta pembobotan
Alat:
LiteraturEcodesign
Output:
Tabelchecklist criteria
Alat analisis:
Tabelchecklist criteria Pembobotan
Output:
TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Permukiman Perkotaan
Urbanisasi di perkotaan memicu rendahnya pemahaman dampak terhadap lingkungan alam. Perkotaan bertanggungjawab terhadap 75% konsumsi energi di dunia & 80% emisi GRK (Farreny et al. 2010). Ecological design berkontribusi pada kota berkelanjutan dengan konsep nilai kultural dan edukasi. Tempat tinggal perlu direncanakan dan dirancang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya. Kebutuhan pengguna pada dasarnya adalah dekat dengan alam, tercapainya privasi, kenyamanan, keamanan, dan shelter. Hubungan alam dan tempat tinggal dapat dilihat dari penyesuaian iklim mikro/makro (faktor paling penting), dengan penataan elemen dari proses alam (Simonds dan Starke 2006).
Lanskap perumahan menurut Simonds dan Starke (2006) merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki secara bersama suatu ruang terbuka hijau (open space) dan berada di bawah suatu manajemen pengelola perumahan tersebut, serta terdapat fasilitas umum seperti ruko, lapangan bermain (playfield)
dan daerah penyangga(buffer). Selain itu lingkungan perumahan merupakan suatu area yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau kumpulan tempat tinggal, sarana perkantoran, niaga, pendidikan, kesehatan dan fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut. Dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, didefinisikan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Permukiman diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan.
Dalam penggunaan lahan, terdapat standar kesesuaian yang didasari oleh kemiringan lereng. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 menurut Standar Nasional Indonesia 2004.
Tabel 1 Kesesuaian lahan berdasarkan kemiringan lereng
Peruntukan Lahan Kelas sudut lereng (%)
0-3 3-5 5-10 10-15 15-20 20-30 30-40 >40 Jalan raya
Parkir
Taman bermain Perdagangan Drainase Permukiman Trotoar Bidang resapan Tangga umum Rekreasi
Faktor-faktor yang menjadi persyaratan fisik lingkungan perumahan dalam Standar Nasional Indonesia (2004) dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu:
1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/penyelesaian teknis
2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (dapat dilihat pada tabel) dengan ketentuan:
a. Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%; dan
b. Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%
Ecolabeling
Pengertian ecolabel berasal dari kata "eco" yang berarti lingkungan, dan label yang berarti tanda atau sertifikat. Jadi, ecolabel dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang bertujuan guna pemberian sertifikat yang mengandung kepedulian akan aspek-aspek yang berkaitan dengan unsur lingkungan hidup. Kata"ecolabeling" pada saat ini sudah sedemikian populer dan jauh berkembang dan banyak dipergunakan dimana-mana, sehingga kemudian diasosiasikan dengan berbagai kegiatan baik yang sifatnya fisik (lapangan) maupun non-fisik (peraturan, tata cara, kelembagaan, dan sebagainya).
Ecolabeling memerlukan persiapan dan antisipasi menyangkut aspek legal dan institusional. Aspek legal berupa pembuatan peraturan, sedangkan aspek institusional menyangkut wadah kelembagaannya (Sukadri 2011). Hal tersebut mendorong dibentuknya Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) yang dipimpin oleh Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof.Emil Salim. Sifat kerja Lembaga ini independen, tidak terikat dengan lembaga atau instansi pemerintah manapun, dan diberikan kewenangan untuk memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pengelolaan kelestarian hutan tropis Indonesia. Sejak dibentuknya LEI pada tahun 1994, lembaga ini aktif melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah perkembangan hutan dan kehutanan.
Secara umum, ecolabeling menuntut bahwa setiap produk harus telah didasarkan pada kelestarian sumber daya dan ekosistem dari lingkungan hidup. Sertifikasiecolabelingini bukan hal yang murah, namun kendala ini masih relatif kecil jika dibandingkanbenefit atau manfaat yang dirasakan baik secara ekonomi maupun lingkungan. Pada sisi ekonomi dengan adanya sertifikat ecolabel akan membentuk kepercayaan pada komoditi bahwa komoditi tersebut ramah lingkungan (Nugroho 2011).
KonsepEcodesign
dilihat dari tiga manfaat keberlanjutan dan beberapa komponen seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Manfaat dari desain ekologis
No. Komponen Ekonomi Sosial Lingkungan
1. Tempat/Kedudukan 2. Efisiensi Air Pengurangan biaya
air
Preservasi sumber air untuk
pertanian/rekreasi
Preservasi sumber daya air untuk habitat 3. Efisiensi Energi Pengurangan biaya
bahan bakar dan listrik
Meningkatkan kenyamanan penghuni
Pengurangan polusi udara dan emisi CO2
4. Material & sumber daya Pengurangan biaya produksi 5. Kualitas Lingkungan
Indoor
indoorlebih baik, Pengurangan emisi
6. Pengawasan Desain (Operasi &
Sumber: Van Der Ryn dan Cowan , 1996
Konsep ecodesign yang dikembangkan oleh Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WBCSD) pada KTT Rio adalah puncak dari pendekatan holistik, sadar dan proaktif. Tujuan ecodesign adalah membentuk instruksi sehingga hal yang kita buat menjadi bagian integral kehidupan. Isu penting terkait hal tersebut adalah perlunya interaksi, keputusan desain tidak terisolasi dari lingkungan, kesesuaian proyek pembangunan, evaluasi tapak, transportasi dampak, kondisi kenyamanan, kemandirian produksi pangan.
Pada tahap desain, ecodesign mengasumsikan bahwa dampak lingkungan dari produk atau jasa harus dipertimbangkan. Hasil yang diharapkan dari
ecodesign adalah pencegahan, sebagai upaya untuk mengurangi limbah. Hal ini perlu didukung dari sistem sosial-ekonomi. Ecodesign dapat dilihat dari eco-efficiency dan eco-effectivity (Maleetipwan 2008). Aspek penting yang perlu diperhatikan dalamecodesignadalah:
1. Penurunan materi dan intensitas energi 2. Mengurangi polutan
3. Peningkatan daur ulang
Secara umum ecodesi
dari sistem artifisial menuju dalam mendesain lingkung desain adalah membentuk
ecodesign adalah konsep ekosi teori yang digunakan adala yang dimaksud mencakup lingkungan. Terdapat petunj ditunjukkan pada Gambar 2.
Sumber: Yeang, 2006
Gambar 2 Petunj
Berdasarkan tahapan salah satunya perlu ditent misalnya untuk membuat meningkatkan kondisi ken kemandirian produksi pang dilakukan penentuan sampa yang akan dicapai.
Ecodesign membuat lingkungan. Ecodesign ada dan pertimbangan lingkung untuk menciptakan solusi y nginan manusia. Ecodesign
Penentuan dasar pemikira
Penentuan & pembedaan
Penentuan tingkat integra
Tinjauan awal tapak(site
Identifikasi ekosistem di
Penentuan batasan(boun
Analisis
odesign merupakan aktivitas mendesain secara uju sistem natural dengan menggunakan prinsip ungan terbangun (Yeang 2006). Dasar pemiki uk lingkungan yang sehat bagi masyarakat. D
ekosistem (ecosystem analogy), sementara se alah matriks interaksi sistem dengan lingkunga kup pola, aliran, dan proses yang terjadi
tunjuk umum dalam mendesain secara ekolog r 2.
tunjuk umum tahapan kerja dalamecodesign
pan kerja tersebut terdapat beberapa hal yang entukan tujuan desain. Tujuan desain dapat buat hubungan ekologis yang ada di tapak, desa
kenyamanan, konservasi air, manajemen lim ngan, pengurangan polusi, dan sebagainya. Se pai dimana tingkat integrasi dan hubungan buat produk atau jasa mampu meminimalisasi
dalah konsep yang mengintegrasikan aspek se ngan. Tujuan utama dari desain untuk lingkung i yang berkelanjutan yang memenuhi kebutuha
esign dipandang sebagai solusi berkelanjuta
ikiran dari desain
an tujuan desain
grasi dan hubungan ecodesain
site)
di tapak
undary)
ara integrasi nsip ekologis mikiran dari . Dasar dari secara dasar kungan. Sistem di di suatu kologis seperti
ang penting, pat beragam desain untuk limbah cair, . Selanjutnya n (linkages)
Penetapan Konsep dan kerangka kajian
Analisis teritori Penetapan tujuan/sasaran yang diteliti
Aksi strategis Penentuan indikator
Pengembangan Permukiman 2010). Eco settlement atau disebut juga pemukiman berwawasan lingkungan, merupakan dasar pandangan dan pembelajaran. Setiap konsep didasarkan pada pinsip intieco settlementtermasuk integritas ekologi, gaya hidup yang berkelanjutan(sustainable life style), tata kelola yang baik(good governance), dan pemeliharaan diversitas budaya dan harmoni (cultural diversity and harmony).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman telah melakukan peneli-tian mengenai pengembangan konsep eco-settlements untuk mewujudkan ekosistem yang berkelanjutan dalam lingkup permukiman. Diperlukan penelitian terkait dengan pengembangan konsep eco-settlements untuk kawasan perkotaan untuk memperoleh model permukiman berbasiseco-settlements yang utuh (Astuti
et al. 2012). Penyusunan model permukiman berbasis eco settlements di perkotaan, dapat dilakukan melalui identifikasi rona awal kawasan permukiman perkotaan.
Tabel 3 Beberapa alat analisisecodesign Analisis
ecodesign
Checklist (CL) Material Input Per Service Unit (MIPS)
Life Cycle Assessment (LCA)
Definisi Menganalisis area tertentu yang diklaimecodesign
Input sumber daya per unit jasa. Indikator berdasarkan konsep material ekologis.
Teknik kuantitatif dari keseluruhan siklus hidup (dari ekstrasi material mentah, proses,
pengolahan, transportasi, distribusi, penggunaan, pengelolaan, daur ulang Tujuan Menjawab letak
permasalahan lingkungan utama
Menyusun projek dengan karakteristik konsumsi sumber daya yang rendah
Identifikasi dan menduga pengaruh lingkungan selama siklus hidup pada area yang dianalisis Prinsip Menyusun kriteria
danrange
penilaian, mengisi ceklis dan interpretasi hasilnya (range
dapat dimodifikasi sendiri)
Menduga projek dan arah dari modifikasi yang diusulkan pada material.
Menetapkan tujuan, pelingkupan, inventarisasi, penilaian dampak, dan interpretasi
sampai bulan Juni 2013 dengan rincian dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan tesis.
Alat, Bahan, dan Data
Alat yang digunakan pada penelitian dapat dikelompokkan menjadi
hardware, dan software. Bahan yang diperlukan adalah peta administrasi, foto citra, dan standar/kriteria analisis. Data yang digunakan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi kawasan permukiman dan survei pakar dengan kuesioner AHP. Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh langsung, seperti data mengenai standar/kriteria, data pendukung mengenai kawasan permukiman, dan peta pendukung lainnya. Deskripsi mengenai alat, bahan dan data dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Deskripsi alat, bahan, dan data yang digunakan
Alat Penelitian Penggunaan Sumber Alat
Hardware
Notebook Pengolahan data Pribadi
Kamera GPS
Dokumentasi kondisi permu-kiman,
trackkingkawasan permukiman
Pribadi
Departemen ARL IPB
Software
Microsoft Office (word 2007, excel 2007, power-point 2007)
Penyusunan tesis, pengolahan data tabular/diagram, presentasi)
Diinstal padanotebook
Expert choice versi 11 Pengolahan dataAnalytical Hierarchy Process(AHP)
Diinstal padanotebook
Autocad 2007 Delineasi peta Diinstal padanotebook Photoshop CS 3 Pengeditan data image Diinstal padanotebook
Bahan Penelitian Penggunaan Sumber Bahan
Foto citra Dasar delineasi kawasan permukiman
Google map pro 2013
Peta administrasi Batas lingkup area kajian Profil kota dan kabupaten Standar/kriteria penilaian Penilaian terhadap kawasan
per-mukiman yang diamati
Berbagai sumber
Komponen permukiman ekologis perkotaan
Identifikasi komponen permu-kiman ekologis, penyusunan bobot dan kriteria
Sekunder dan Primer (AHP oleh pakar) dan berbagai sumber
Kriteriacheck list Hasil kriteria di masukkan pada tabelcheck listuntuk penilaian
Primer dan hasil kriteria AHP
Kondisi eksisting kawasan permukiman
Identifikasi rona kawasan per-mukiman terpilih di perkotaan
Primer dan Observasi lapang
UU No 1 Tahun 2011 Analisis aspek legal Sekunder dan UU No 1 Tahun 2011
Prosedur Analisis Data
digunakan yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP). Analisis tersebut penting dalam menentukan aspek yang berpengaruh pada desain permukiman perkotaan yang ekologis berdasarkan pembobotan melalui kepakaran (expert judgement). Hasil dari analisis ini menjadi dasar bagi tahap penelitian selanjutnya, yaitu penilaian konsep ecodesign pada area kajian. Prosedur penelitian terdiri atas 3 tahap, yaitu tahap identifikasi dan pengujian komponen pentingecodesignlanskap permukiman, penyusunan kriteria checklist, dan penilaian area kajian terhadap kriteriachecklist.
Identifikasi dan Uji KomponenEcodesignLanskap Permukiman
Pada tahap pertama ini, dilakukan studi pustaka sebagai dasar penentuan tujuan, komponen, dan alternatif yang menentukan suatu desain lanskap permukiman tersebut ekologis. Pustaka yang digunakan adalah yang terkait dengan permukiman, permukiman hijau, permukiman ramah lingkungan, dan pustaka mengenai ecodesign lanskap (Tabel 5). Komponen hasil studi literatur disusun ke dalam rancangan hierarki. Setelah komponen diidentifikasi, dilakukan pengujian komponen-komponen permukiman ekologis menggunakan metode sistem pengambilan keputusan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan alternatif dan bobot komponenecodesignpada lanskap permukiman.
Tabel 5 Komponen dan variabel desain permukiman ekologis
No. Komponen
Permukiman Ekologis
Variabel Hubungan komponen-variabel Sumber Referensi
1. Tata Guna Lahan Tutupan vegetasi
Jumlah dan jenis vegetasi sangat menentukan kualitas ekosistem permukiman karena berfungsi sebagai produsen oksigen dan mengurangi emisi karbondioksida (CO2)
Balitbang Kemen PU
Kesesuaian lahan
Luas ruang memadai dan berada pada peruntukan lahan yang sesuai akan berkorelasi dengan keamanan dan kenyamanan pengguna
Balitbang Kemen PU
2. Air Kualitas air
minum
Efisiensi penggunaan sumber air Balitbang Kemen PU Kondisi air
limbah
Kondisi air limbah yang masih dapat ditoleransi dapat dimanfaatkan kembali
Balitbang Kemen PU
Run off/drainase
Perubahan area resapan menjadi permukiman berdampak kepada perubahanpola runoffdan perubahan tata aliran air. Polarunoffyang meningkat dapat menyebabkan banjir, sehingga perlu mengendalikan
run offpada area permukiman
Balitbang
Perbandingan antara luas dasar bangunan dengan luas persil tanah di permukiman. Hal ini berpengaruh terhadap kenyamanan dan ketercukupan area tinggal
Tabel 5 Lanjutan
Komponen Permukiman
Ekologis
Variabel Hubungan komponen-variabel Sumber Referensi
Proporsi KDB dan KDH dalam suatu area akan berpengaruh terhadap penyediaan ruang hijau pada permukiman
Balitbang Kemen PU
Orientasi Orientasi bangunan akan
mempengaruhi dalam pemanfaatan cahaya matahari, memungkinkan penghematan energi
Kemudahan aksesibilitas ke pusat ekonomi akan mengefisiensikan baik secara waktu, transportasi, dan ekonomi
Partisipasi masyarakat ditentukan oleh tingkat sumberdaya manusia
(human resource)meliputi kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan penguasaan teknologi. Keberadaan rumah menentukan kualitas masyarakat dan lingkungannya, serta prinsip
pemenuhan kebutuhan perumahan
Balitbang Kemen PU
Persepsi masyarakat
Fungsi permukiman ekologis untuk masyarakat, pemahaman konsep ekologis yang tinggi akan meningkatkan taraf kesadaran lingkungan
Balitbang Kemen PU
5. Teknologi Pengolahan limbah
Pengolahan limbah rumah tangga (RT) memberikan nilai lebih dan secara perlahan akan mengubah persepsi masyarakat tentang limbah. Rancang bangun yang ramah lingkungan serta memanfaatkan industri bahan bangunan yang bersumber daya lokal.
Suryani (2011)
6. Institusi Stakeholder Kerjasama antar stakeholder akan memudahkan pengambilan keputusan terkait permukiman
Kebijakan UU Permukiman merupakan penegasan politik hukum nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
Analytical Hierarchy Process(AHP) merupakan suatu metode pengambilan keputusan terhadap masalah penentuan prioritas pilihan dari berbagai alternatif (Saaty 1993). Tahapan analisis menggunakan AHP dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Penetapan struktur hierarki yang terdiri atas empatlevel
Level pertama, merupakan tujuan utama dari kajian. Level kedua, merupakan level komponen pembentuk ecodesign lanskap permukiman. Level ketiga, merupakan variabel komponen pembentuk permukiman ekologis. Level keempat, merupakan alternatif keputusan berupa aspek yang paling berperan dalam mencapai permukiman ekologis. Struktur hierarki AHP yang dirancang dapat dilihat pada Gambar 5
2. Pembentukan matriks perbandingan berpasangan(pairwise comparison)
Tahap ini menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap komponen dan variabel terhadap tujuan. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu komponen dibandingkan komponen lainnya (Saaty 1993). Pada pengambilan sampel pakar digunakan aktor pembuat keputusan dari pihak akademisi dan pihak pengembang.
Kuesioner AHP disebarkan kepada pihak pakar yang akan mengisi kuesioner AHP. Para pakar mempunyai peranan dalam memberikan persentase bobot masing-masing pihak terhadap penentuan tingkat prioritas kriteria. Metode ini tidak menentukan khusus jumlah sampel pakar. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel tak-acak (dipilih secara sengaja) yakni purposive sampling. Sampel dipilih berdasarkan pada kondisi khusus yang dianggap mampu mengindikasikan karakter populasi. Penentuan pakar sebagai responden memiliki kriteria:
a. Memiliki keahlian atau menguasai secara akademik bidang yang diteliti b. Memiliki reputasi kedudukan atau jabatan dan sebagai ahli pada bidang
yang diteliti
c. Memiliki pengalaman dalam bidang kajian yang dimiliki.
Berdasarkan kriteria tersebut maka ditentukan responden pakar terpilih (Tabel 6 dan 7).
Tabel 6 Profil dan latar belakang responden pakar
No Kriteria pakar Asal institusi/lembaga Jumlah
1. Pakar di bidang Arsitektur Lanskap
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB
1
2 Pakar di bidang Ekologi Lanskap
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB
1
3 Pakar di bidang Sipil dan Teknik Kayu
Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
1
4. Pakar di bidang Planologi Program Studi Planologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan Bogor
1
5. Planning & design Lokasitest-case 1
3. Perhitungan bobot dan komponen penting
Pada tahap ini dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan
software Expert Choice versi 11. Prinsip kerja software berupa matriks perbandingan berpasangan digunakan untuk membentuk hubungan di dalam struktur. Pada matriks perbandingan berpasangan tersebut akan dicari bobot dari tiap-tiap kriteria dengan cara menormalkan data dari pendapat responden. Eigen valuemaksimum dan eigen vector yang dinormalkan akan diperoleh dari matriks ini. Penilaian oleh pakar dilakukan dengan membandingkan antar komponen serta variabel ke dalam skala 1-9 (Lampiran 1). Keluaran metode AHP adalah bobot komponen-komponen prioritas yang paling berpengaruh dalamecodesignlanskap permukiman
Tabel 7 Daftar pakar penilai komponenecodesignpermukiman perkotaan
No. Bidang Keahlian Asal
Institusi/lembaga
Jabatan Nama pakar
1. Landscape Ecology and Environmental Management
Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB
Guru Besar & Dosen
ArsitekturLanskap, Faperta IPB, Bogor
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS.
2. Urban Greenery Planning & Design
Departemen Arsitektur Lanskap, Faperta IPB
Dosen
ArsitekturLanskap, Faperta IPB Bogor
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. 3. Engineering and
wood materials
Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fahutan, IPB Bogor
Guru besar & Dosen Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fahutan, IPB Dosen di
4. Planology & Regional Planning
Ir. Janthy T. Hidajat, MSi
5. Planning & design Lokasitest-case Lokasitest-case Planning & design division
4. Pengujian konsistensi hirarki
Pada proses menentukan faktor pembobotan hirarki maupun faktor evaluasi, uji konsistensi (Consistency Ratio-CR) harus dilakukan agar diketahui tingkat konsistensi preferensi pakar dalam mengisi kuesioner. Metode AHP memiliki cara khusus untuk menentukan apakah data yang diperoleh valid (layak), yaitu dengan menghitung konsistensi rationya. Jika tingkat inconsistency rationya ≤ 10% atau
nilai CR≤ 0,10 hal tersebut menunjukkan preferensi penilaian konsisten. Apabila tidak konsisten maka penilaian perlu direvisi (diperbaiki).
Metode AHP memiliki beberapa keunggulan dalam menganalisis Adapun kelebihan dan kekurangan AHP dibandingkan dengan metode lain, yaitu:
2. AHP memberikan suatu skala pengukuran dan memberikan metode untuk menetapkan prioritas
3. Hasil yang didapat lebih rinci, karena dapat dilihat pembobotan untuk tiap alternatif
4. AHP memberikan penilaian terhadap konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas
5. Kemampuan melihat perbandingan tiap kriteria untuk masing-masing alternatif 6. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
Penyusunan Kriteria Daftar Periksa(Checklist)
Pada pendekatan ecodesign terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menilai lanskap. Alat analisis yang digunakan adalah Checklist
(daftar periksa). Pemilihan alat analisis disesuaikan dengan tujuan yaitu menilai konsep ecodesign pada lanskap permukiman. Penyusunan kriteria daftar periksa dilakukan sebelum menilai area kajian. Kriteria diperoleh dari sumber pustaka yang terkait denganecodesignlanskap permukiman. Kriteria penilaian terdiri atas komponen dan subkomponen yang sama dengan rancangan hierarki AHP. Subkomponen tersebut dideskripsikan kembali melalui beberapa parameter yang terukur. Kriteria daftar periksa ecodesign lanskap permukiman dijelaskan pada Tabel 8.
Tabel 8 Kriteria daftar periksaecodesignlanskap permukiman perkotaan
No. Komponen Sub komponen Parameter
1. Tata guna lahan1 Tutupan vegetasi
Indeks Penutupan Lahan, Kesesuaian
Penutupan Lahan, Taman Lingkungan, Taman bermain, Taman rumah, RTH rekreasi, RTH jalan
Kesesuaian lahan Ketinggian tempat,slope, status lahan
2. Air1 Run offdan drainase
Luas, tinggi, lama, frekuensi genangan, penanganan
Konsumsi air
Tingkat pelayanan, kebutuhan dasar, kebutuhan lanskap, Tanaman dengan kebutuhan air rendah, minimalisasilawn
Efisiensi air Pelayanan vs. Kebutuhan
3. Fisik
Permukiman1,3 Lokasi
Lokasi, keselarasan dengan komunitas sekitar, jarak ke lingkungan sensitif, jarak ke
infrastruktur, kedekatan terhadap sumber daya manusia, orientasi bangunan, orientasi permukiman
Aksesibilitas
Jalan lingkungan, setapak, kemudahan bagi pedestrian, sepeda, transport publik, kendaraan darurat
KDB dan KDH Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Dasar Hijau
Kepadatan bangunan
Jumlah bangunan/ha
4. Perilaku Sumber Daya Manusia1
Kesadaran dan partisipasi
Tabel 8 Lanjutan
No Komponen Sub komponen Parameter
Persepsi dan preferensi
Pengalaman, pemahaman konsep, tingkat kebutuhan, penerapan konsep, preferensi
5. Teknologi2, 3 Sistem pengolahan limbah
Tingkat penyediaan sarana sanitasi, pengelolaan limbah khusus, penerapan 3R, dan sebagainya
Energi terbarukan Penggunaannatural forcesebagai alternatif energi
Material Jenis material (lunak & keras), kemudahan didaur ulang, sumber material
6. Institusi4,5 Koordinasi stakeholder
Keterlibatan dalam pengembangan & pengawasan, Tugas dan wewenang Kesesuaian analisis
dengan kebijakan
Kesesuaian kebijakan permukiman (UU, RTRW) dan sertifikasiecoproperties
Sumber:1Kepmen Kimpraswil No.534/Kpts/M/2001,2Kibert (2008),3Suryani (2011),4UU No. 1 Tahun 2011,5RTRW Bogor 2011-2031.
Penilaian Area terhadap Kriteria Daftar Periksa
Parameter pada kriteria daftar periksa dijelaskan dalam tiga kondisi dengan nilai skala 0 (kurang sesuai) sampai 2 (sesuai). Kriteria sesuai (2) bermakna kondisi eksisting memenuhi kriteria lanskap yang ecodesign (kondisi maksimal).
Kriteria cukup sesuai (1) bermakna kondisi eksisting memenuhi kriteria, namun tidak dalam kondisi maksimal. Kriteria kurang sesuai (0) bermakna kondisi eksisting masih memenuhi kriteriaecodesign, namun pada kualitas yang rendah.
Tabel kriteria digunakan untuk penilaian tiap sampel kawasan permukiman terpilih. Tiap kawasan permukiman dinilai menggunakan beberapa parameter dengan skala variabel 0-2. Setiap nilai akan dikalikan dengan bobot komponen (hasil AHP) dan dijumlahkan sebagai nilai total kriteria suatu kawasan permukiman. Status ketercapaian ecodesign pada permukiman diketahui dengan pembuatan tiga kelas interval, yang menunjukkan levelecodesign tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelas interval dilakukan berdasarkan skor minimum dan maksimum.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bagaimana ketercapaian konsep
ecodesign pada masing-masing permukiman. Ketercapaian ecodesign lanskap permukiman dapat menempati level tinggi, sedang, dan rendah. Jika hasil yang diperoleh tinggi maka diperlukan langkah-langkah untuk mempertahankan ketercapaian ecodesign tersebut, sedangkan jika hasilnya sedang atau rendah maka diperlukan langkah untuk dapat mencapai kriteria ecodesign lanskap permukiman yang ideal.
____________________________________ 1
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No.534/Kpts/M/2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, Pekerjaan Umum.
4
Synthesis: Summary
Sipil&wood eng instance -- Synthesis with respect to: Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Overall Inconsistency = ,09
Desain Tapak ,406 Partisipasi Penduduk ,463 Kelembagaan ,131
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Priorities w ith respect to: Sipil&w ood eng Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
,205
,447
,053
,095
,148
,053
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Synthesis: Summary
Landscape Arc instance -- Synthesis with respect to: Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Overall Inconsistency = ,05
Desain Tapak ,617 Partisipasi Penduduk ,189 Kelembagaan ,195
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Priorities w ith respect to: Landscape Arc
Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Tata Guna Lahan ,589
Air ,117
Perilaku SDM ,058
Fisik Permukiman ,112
Teknologi ,055
I nstitusi ,070
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Synthesis: Summary
Ecology instance -- Synthesis with respect to: Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Overall Inconsistency = ,10
Desain Tapak ,132 Partisipasi Penduduk ,699 Kelembagaan ,170
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Priorities w ith respect to: Ecology
Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Tata Guna Lahan ,169
Air ,285
Perilaku SDM ,375
Fisik Permukiman ,062
Teknologi ,050
I nstitusi ,060
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Synthesis: Summary
Planology&Regional Planning instance -- Synthesis with respect to: Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Overall Inconsistency = ,07
Desain Tapak ,379 Partisipasi Penduduk ,346 Kelembagaan ,274
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Priorities w ith respect to: Planology&Regional Planning
Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Tata Guna Lahan ,318
Air ,274
Perilaku SDM ,192
Fisik Permukiman ,105
Teknologi ,058
I nstitusi ,053
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Synthesis: Summary
Dev instance -- Synthesis with respect to: Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Overall Inconsistency = ,10
Desain Tapak ,267 Partisipasi Penduduk ,322 Kelembagaan ,411
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Priorities w ith respect to: Dev
Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Tata Guna Lahan ,094
Air ,216
Perilaku SDM ,121
Fisik Permukiman ,059
Teknologi ,058
I nstitusi ,453
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Treeview
Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman
Perkotaan
Tata Guna Lahan ( L: ,267) Tutupan Vegetasi ( L: ,500)
Kesesuaian lahan ( L:
,500) Air ( L: ,296)
Run off & Drainase ( L: ,328) Konsumsi Air ( L: ,202) Efisiensi Air ( L: ,470)
Perilaku SDM ( L:
,147)
Kesadaran & Partisipasi ( L: ,795)
Persepsi Permukiman Ekologis ( L: ,205)
Fisik Permukiman ( L:
,100)
Lokasi & Orientasi ( L: ,163)
Aksesibilitas ( L: ,112)
KDB & KDH ( L: ,393)
Kepadatan Bangunan ( L: ,332) Teknologi ( L: ,082)
Pengolahan Limbah ( L: ,409) Energi Terbarukan ( L: ,207) Material ( L: ,384)
I nstitusi ( L: ,108) Stakeholder ( L: ,571) Kebijakan ( L: ,429)
Desain Tapak ,359
Partisipasi Penduduk ,384
Performance Sensitivity for nodes below : Goal: Ecodesign Lanskap
Tata Guna La Air Perilaku SDMFisik PermukTeknologi Institusi OVERALL
Objectives Names
Tata Guna La Tata Guna Lahan
Air Air
Perilaku SDM Perilaku SDM
Fisik Permuk Fisik Permukiman
Teknologi Teknologi
Institusi Institusi
Alternatives Names
Desain Tapak Desain Tapak
Partisipasi Partisipasi Penduduk
Kelembagaan Kelembagaan
Dynamic Sensitivity for nodes below : Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6
26,7% Tata Guna Lahan 29,6% Air
14,7% Perilaku SDM 10,0% Fisik Permukiman 8,2% Teknologi 10,8% Institusi
35,9% Desain Tapak 38,4% Partisipasi Penduduk 25,7% Kelembagaan
Objectives Names
Tata Guna La Tata Guna Lahan
Air Air
Perilaku SDM Perilaku SDM
Fisik Permuk Fisik Permukiman
Teknologi Teknologi
Institusi Institusi
Alternatives Names
Desain Tapak Desain Tapak
Partisipasi Partisipasi Penduduk
Tabel 9 Bobot dan prioritasecodesignlanskap permukiman perkotaan
No. Komponen & Variabel Bobot Bobot Variabel
(%)
Bobot Komponen
(%)
Prioritas
1. Air 0,296 29,60 29,60 1
Runoff & drainase 0,097 9,71
Konsumsi air 0,060 5,98
Efisiensi air 0,139 13,91
2. Tata guna lahan 0,267 26,70 26,70 2
Tutupan vegetasi 0,134 13,35
Kesesuaian lahan 0,134 13,35
3. Perilaku sumber daya
manusia 0,147 14,70 14,70 3
Kesadaran & Partisipasi 0,117 11,69 Persepsi permukiman
ekologis 0,030 3,01
4. Institusi 0,108 10,80 10,80 4
Stakeholder 0,062 6,17
Kebijakan 0,046 4,63
5. Fisik Permukiman 0,100 10,00 10,00 5
Lokasi & orientasi 0,016 1,63
Aksesibilitas 0,011 1,12
KDB & KDH 0,039 3,93
Kepadatan Bangunan 0,033 3,32
6. Teknologi 0,082 8,20 8,20 6
Pengolahan limbah 0,034 3,35
Energi terbarukan 0,017 1,70
Material 0,031 3,15
Total Bobot 1,000 100,00
Terdapat beberapa aktor yang berperan dalam mengaplikasikan konsep tersebut. Pada partisipasi penduduk yang berperan adalah masyarakat sebagai penghuni. Aktor yang berperan dalam penetapan konsep atau kriteria desain antara lain designer/developer, pakar, dan akademisi. Sementara pemerintah dan perusahaan properti berperan dalam komitmen institusi. Pemerintah berfungsi dalam pengatur, legalisasi, serta perlindungan sumber daya alam melalui kebijakan yang disusun. Perusahaan properti memiliki kekuatan besar dalam mengendalikan pemanfaatan lingkungan dan dalam pengembangan kawasan perlu diselaraskan dengan aturan pemerintah. Seluruh aktor tersebut juga berperan dalam mewujudkan nilai kearifan (wisdom), sehingga konsep ecodesign dapat diterapkan pada lanskap permukiman perkotaan.
Tabel 10 Strategi penerapanecodesignlanskap permukiman perkotaan
No. Aplikasiecodesign Strategi PenerapanEcodesignLanskap Permukiman
Perkotaan 1. Partisipasi penduduk
(Beatley 2000; Firman 2010)
• Keikutsertaan dalam proses desain dengan cara identifikasi kebutuhan dan keinginan penghuni
• Perubahan pola konsumsi yang mengakibatkan degradasi lingkungan
• Pengadaan pusat informasi tentang permukiman ekologis/hijau/ramah lingkungan
• Pembentukkan kelompok informal yang memberi ide desain, contoh: penghuni diberi konsultasi dan saran dalam mendesain & memelihara lanskap, Peningkatan pengetahuan mengenaigreen indexterkait sumber daya 2. Konsep/kriteria desain
(Concept/design criteria)
(Abioso 2007)
• Perancangan/desain berorientasi pada konsep hemat energi
• Pertimbangan karakteristik cuaca dalam mendesain • Penggunaan material lokal alami/indigenous local
• Penurunan penggunaan material energi intensif 3. Komitmen
pemerintah/institusi
(Political will)
(Abioso 2007)
• Diversifikasi program/action plan(jangka waktu), insentif, dan investasi
• Pemberian sanksi finansial(punishment)oleh pemerintah bagi pengguna material yang dapat merusak lingkungan • Pemberian imbalan(reward)contoh: subsidi finansial,
pemberlakuan pengurangan beberapa persen pajak bumi dan bangunan (PBB) bagi yang mengaplikasikan konsep
ecodesign
• Kesepakatan antara pemerintah pusat, daerah, pihak swasta
• Pemerintah memberi prioritas tinggi dalam mendukung dan memfasilitasi pembangunan berkelanjutan
4. Kearifan(wisdom) • Pembangunan permukiman berdasarkan perilaku alam (kemampuan membaca alam)
• Tatanan fisik bangunan dan kawasan yang mencirikan identitas
Partisipasi masyarakat sebagai prioritas alternatif dapat diaplikasikan melalui keikutsertaan dalam proses desain dan pemeliharaan lingkungan permukiman (Beatley 2000). Hal yang terpenting adalah cara masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan dan desain. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya berupa waktu, upaya dari organisasi, komunikasi, dan komitmen seluruh pihak. Kesimpulannya, partisipasi publik akan efektif apabila seluruh pihak terlibat dan berkomitmen. Setiap masyarakat juga perlu mendapat akses informasi untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan putusan. Hal tersebut perlu difasilitasi oleh pemerintah/swasta dengan penyediaan informasi secara luas (United Nation Rio Declaration Principle 10 1992).
,00 ,10 ,20 ,30 ,40 ,50 Alt%
0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1
Tata Guna Lahan
Kelembagaan Partisipasi Penduduk
Desain Tapak
Objectives Names
Tata Guna La Tata Guna Lahan
Air Air
Perilaku SDM Perilaku SDM
Fisik Permuk Fisik Permukiman
Teknologi Teknologi
Institusi Institusi
Alternatives Names
Desain Tapak Desain Tapak
Partisipasi Partisipasi Penduduk
Model Name: Kajian Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Synthesis: Summary
Combined instance -- Synthesis with respect to: Goal: Ecodesign Lanskap Permukiman Perkotaan
Overall Inconsistency = ,03
Tabel 11 Kriteria daftar periksa sebagai alat analisisecodesign
No. Subkomponen & parameter Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai
Skala Estimasi 2 1 0
1. Tutupan vegetasi1
Indeks Penutupan Lahan > 75% 30 - 75% < 30%
Kesesuaian Penggunaan Lahan > 75% 40 - 75% < 40%
Taman lingkungan 30% luas RTH 10-20% <10%
Taman bermain 20% luas RTH 10-15% <10%
Taman rumah Tersedia Sebagian tersedia Tidak tersedia
Ruang Terbuka Hijau rekreasi 30% luas RTH 10-20% luas RTH <10% luas RTH Ruang Terbuka Hijau jalan 20% luas RTH 10-15% luas RTH <10% luas RTH 2. Kesesuaian lahan permukiman1
Ketinggian tempat <1000 m 1000–2000 m > 2000 m
Kemiringan lereng 0-8 % 8-15 % 15- 40 %
3. Pengendalianrun off, drainase1
Luas genangan banjir tidak ada ada , 5-10 ha ada 10 ha
Tinggi genangan tidak ada rata2 30 cm >30 cm
Lama genangan tidak ada <2 jam >2 jam
Frekuensi banjir tidak ada < 2x setahun >2x setahun
Kualitas penanganan makro drainage saluran sekunder saluran tersier
4. Konsumsi Air1
Tingkat pelayanan air bersih tinggi sedang rendah
Kebutuhan standar air bersih 125-150 L >150 L <125 L
Lanskap minimalisasilawn <25%lawn 25-50% lawn >50%lawn
5. Efisiensi air1
Pelayanan vs. kebutuhan efisien surplus defisit
6. Kesadaran & Partisipasi1
Keikutsertaan sering pernah/jarang tidak pernah
Pemanfaatan benda/ruang public
tinggi Rendah
Keikutsertaan pemeliharaan sering pernah/jarang tidak pernah
Lembaga pendamping ada tidak ada
7. Persepsi & preferensi1
Pengalaman terhadap lanskap baik sedang kurang
Pemahaman permukiman ekologis
tinggi sedang rendah
Kebutuhan lanskap permuk. Eco
tinggi sedang rendah
Preferensi >50% 25%-50% <25%
8. Lokasi & Orientasi1
Lokasi permukiman strategis, sesuai
RTRW, bebas bencana
50% terpenuhi <50% terpenuhi
Keselarasan komunitas sekitar tinggi sedang rendah
Jarak ke lingkungan yang sensitive
>50 m 25-50 <25 m
Jarak ke infrastruktur 300 m <300 m >500 m
Jarak kedekatan terhadap masyarakat
3 km 3-5 km >5 km
Orientasi terhadap mata angin dominan T-B T-B dan U-S dominan U-S
9. Aksesibilitas3
Jalan Lingkungan P= 40-60 P= <40 P= >60
Jalan Setapak (m/Ha) P= 50-110 P= <50 atau >110 tidak ada
Kemudahan akses ya mudah jika
berkendara
tidak
Kemudahan kendaraan darurat ya - tidak
Kemudahan akses public transport
ya - tidak
Tabel 11 Lanjutan
No. Subkomponen & parameter Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai
Skala Estimasi 2 1 0
10. KDB & KDH1
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
<40% 40-50% >50%
Koefisien Dasar Hijau (KDH) >50% 40-50% <40%
11. Kepadatan bangunan3
Jumlah bangunan/ha <40 41-60 >61
12. Sistem Pengolahan Limbah2 Tingkat penyediaan sarana sanitasi
individual, komunal
sanitasi individual penyediaan <50%
Pemisahgreywater -blackwater
ada 50% tidak
Kebocoran dan rembesan tidak 50% ada
Komplain masyarakat tidak 50% ada
Sistem pengolahan limbah khusus
ya - tidak
Daur ulang sampah individual ya - tidak
Tempat pewadahan tersedia ya - tidak
Pengangkutan reguler ya - tidak
Penanganan sampah sementara
ya - tidak
Pembuangan selain di tmpt sampah
tidak - ya
Penerapan 3 R ya - tidak
13. Energi terbarukan2
penggunaannatural force ada, > 50% ada≤ 50% tidak ada
14. Material3
DomminanSoft material lokal/asli kombinasi eksotik
DominanHard material lokal kombinasi non-lokal
Kemudahan material di recycle
mudah sedang sulit
Sumber hard material bio-based land-based petroleum-based
15. Koordinasi Stakeholder4,5
Keterlibatan stakeholder seluruhnya beberapa tidak
Pengembangan & pengawasan kolaborasi dominan swasta tdk berkolaborasi 16. Kesesuaian
kebijakan-analisis4,5
Kebijakan (UU, RTRW) sesuai kurang sesuai ketidaksesuaian
Sertifikasieco-properties tersertifikasi proses sertifikasi belum Sumber: 1Kepmen Kimpraswil No.534/Kpts/M/2001,2Kibert (2008),3Suryani (2011),4UU No. 1
Tahun 2011,5RTRW Bogor 2011-2031
lokasi yang strategis, hijau yang memadai (
Kondisi Umum
Test-Permukiman te
wilayah administrasi Kelurahan Ranggame
case 1 memiliki luas terletak antara 6037’49,1 dengan Jalan Bogor N dan Barat berbatasan Selatan berbatasan den
Sumber: Dokumentasi lap
Gamba
Kawasan masih udara yang bersih Gunung Salak. Hal ini Kawasan test-case 1 permukiman, komersi
case1 dideskripsikan pa Taman lingkun
Kolamclust
is, konservasi air, serta ketersediaan taman dan i (Karyono 2011).
Penilaian Lanskap Permukiman
est-case1
test-case 1 merupakan permukiman estate y si Bogor Selatan. Sebagian kawasannya term mekar dan sebagian lagi Kelurahan Mulyaharja uas area ±1200 ha (Gambar 15). Secara astronom 37’49,13” LS dan 106047’44,55”
BT. Di sebelah U or Nirwana Raya dan Jalan Dreded Pahlawan, di san dengan Sungai Cipinang Gading, sement n dengan Sungai Cipinang Gading dan Kelurahan Mul
lapang, 2013
mbar 15 Kondisi eksisting kawasantest-case1
sih memiliki kondisi alam yang terjaga dengan h dan sejuk dapat dirasakan karena masuk
l ini menjadi faktor pendorong dikembangkann
e 1 diklasifikasikan ke dalam tiga (3) rua ersial, dan pendidikan. Distribusi penutupan l kan pada Tabel 12 dan Gambar 16.
kungan RTH Jalan Pede
luster Pintu gerbang RTH re
dan ruang terbuka
e yang terletak di termasuk kedalam rja. Kawasan
test-onomis test-case 1 h Utara berbatasan n, di sebelah Timur entara di bagian an Mulyaharja.
1
gan baik. Kualitas suk kedalam lereng annya test-case 1. ruang, yaitu area n lahan pada
test-edestrian path
Tabel 12 Distribusi penutupan lahan kawasantest-case1
No. Penutupan lahan Klasifikasi Luas (ha)
1. Bangunan Rumah 95,70
2. Bangunan Pelayanan & Komersial 180,44
Kompleks Masjid 2,53
Kompleks Mall 3,80
The Jungle 10,08
Hotel 8,77
Parkir The Jungle 3,63
Restoran Rumah air 0,63
Kompleks marketing office 8,09
Nirwana Epicentrum 0,47
Estate management office 0,31 Food Court & Service Shop 4,65
Apartemen Jungle Sky 20,00
Universitas & sekolah 102,50
Rumah sakit 5,00
Pasar bersih 3,50
3. Badan air 7,51
Kolam privat 0,68
Kolam retensi 0,69
Kolamcluster 2,39
Jungle 1,63
Kawasan rumah air 1,72
Kolam hotel 0,40
4. Ruang Terbuka Hijau 956,73
Taman Rumah/Privat 80,03
Pohon 251,64
Jalur Jalan 25,56
Taman Komunitas 12,55
Taman rekreasi (Penangkaran rusa, Lapangan olah raga,The
Jungle) 18,03
Kavling/Lahan Kosong 568,92
Luas Total Kawasan 1240,38
Sumber: Profiltest-case1 dan hasil perhitungan pada peta.
Klasifikasi ruang padatest-case1 adalah sebagai berikut: 1. Area permukiman(residential)
Area seluas ±100 ha ini terdiri atas 17 cluster yang dilengkapi fasilitas umum berupa club house/neighbourhood centre. Club house merupakan fasilitas umum yang disiapkan di dalam clustermencakup kolam renang, area bermain untuk anak-anak, mushola, dan taman. Untuk mengakses club house biasanya cukup dengan berjalan kaki.
2. Area komersial(comercial area)
Area komersial bernama NirwanaEpicentrum memiliki luas ±20 hektar. Area terdiri atas The Jungle Water Park,Orchard Mall , Orchard Walk, Aston Bogor Hotel & Resort, Apartemen Jungle Sky (sedang dibangun), dan Restoran Rumah Air. Area komersial dilengkapi dengan fasilitas pelayanan seperti
Area CBD RTH Golf Viewdari permukiman