• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 3 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 1 WAY TENONG KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 3 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 1 WAY TENONG KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 3 PADA MATA PELAJARAN

SEJARAH DI SMA NEGERI 1 WAY TENONG KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN AJARAN

2014/2015 Oleh : Shinta Anggraini

(1113033058)

Pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan, yang didalamnya ditunjang oleh berbagai unsur-unsur pembelajaran antara lain, tujuan, materi pelajaran, sarana prasarana, situasi atau kondisi belajar, media pembelajaran, lingkungn belajar, model pembelajaran, serta evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adalah 1) Apakah ada pengaruh yang signifikan dari pengaruh model Problem Based Learning (PBL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPS 3 pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Ajaran 2014/2015?. 2) Seberapa besarkah taraf siginifkansi pengaruh model Problem Based Learning (PBL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPS 3 pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Ajaran 2014/2015?.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-Exsperimental dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang ada, yaitu seluruh siswa kelas XI IPS 3. Sampel yang digunakan adalah teknik Sampling Jenuh. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Selanjutnya, untuk mengetahui besarnya pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar dilakukan analisis data. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif deskriptif dengan dilakukan uji analisis data dengan rumus uji t dan rumus korelasi.

(2)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 3 PADA MATA PELAJARAN

SEJARAH DI SMA NEGERI 1 WAY TENONG KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN AJARAN

2014/2015

Oleh

SHINTA ANGGRAINI

(S k r i p s i)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti merupakan anak pertama dari empat bersaudara putri pertama Bapak Ujang Solehadi dan Ibu Hertati. Peneliti dilahirkan pada tanggal 23 Agustus 1993 di Sukananti, Lampung Barat. Pendidikan peneliti dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 1 Sukananti, Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat dan tamat belajar pada tahun 2005.

Peneliti melanjutkan pendidikan kejenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat dan selesai pada tahun 2008 dan dilanjutkan kejenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Way Tenong dan tamat belajar pada tahun 2011.

(7)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. dengan kerendahan hati dan rasa syukur,

kupersembahkan sebuah karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada :

Kedua orang tuaku Ayahanda Ujang Solehadi dan Ibunda Hertati yang telah membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang,

memperjuangkan segalanya hanya untuk kesuksesanku. Terimakasih untuk segalanya, terimakasih untuk setiap tetesan keringat yang tidak

pernah terhitung banyaknya, terimakasih untuk tetesan air mata dan

do’a yang selalui mengiringi setiap langkah kecilku.

Peluk dan cium ananda

ketiga adikku tersayang:

Vicky Sandika, Bagas Prayoga dan Raju Wibowo, yang selalu meberikan canda tawa, do’a, semangat, dan kasih sayang yang selalu diberikan.

Seluruh keluarga besarku, rekan dan sahabat-sahabat yang telah

mendo’akan demi keberhasilanku

Bapak Ibu dosen FKIP khususnya P.IPS P.SEJARAH yang memberikan banyak ilmu serta mendewasakan ku dalam berfikir, bertutur dan

berkata juga telah mengukir sebuah sejarah dalam kehidupanku

(8)

MOTTO

"

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua."

(Aristoteles)

“Pengetahuan adalah kekuatan”

(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 3 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 1 WAY TENONG KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015”. Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi tingkat Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. plt. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Wakil Dekan II Bidang Keuangan

(10)

4. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si. Sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah serta Pembimbing I dalam skripsi ini yang telah sabar membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Bapak M. Basri, S.Pd., M.Pd., Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, untuk mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta selalu membuat penulis merasa semangat, percaya diri dan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Bapak Drs. Maskun, M.H. Pembahas dalam skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

(11)

10. Bapak Kepala SMA Negeri 1 Way Tenong yaitu Bapak Drs. Dahlin yang telah menerima untuk melakukan penelitian, memberikan ijin dan memberikan waktu untuk peneliti dalam melakukan penelitian serta membantu peneliti dalam memberikan data-data penunjang dalam penelitian skripsi ini.

11. Ibu Evi Hayati, S.Pd sebagai guru mitra peneliti yang telah membantu dalam penelitian saya di SMA Negeri 1 Way Tenong.

12. Sahabat yang kusayangi sekaligus teman sekamar kos ku yang selalu mendukung serta memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman seperjuanganku Nita Noviani, Beb Yulita Sari, Beb Sevia Andriliani, Mb Yuni Wiyati, Ika Surya Widia, Pipin Susilawati, Anita Resianti, Resi Irmayati, Anggun Puspawati, Feri Elsandi, A Ucep Saifulloh, Koko Wicaksono, Agung Aditia, Robert, Wahyu, Setoy, Novri, Anwar, dan semua saudara satu angkatan Sejarah 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk kebersamaan dan kasihnya selama ini, serta kakak tingkat yang telah melewatkan waktu bersama.

14.Keluarga besar SMPN 2 Pagar Dewa, juga tak terlupa teman-teman KKN dan PPL terimakasih atas kebersamaan dan kasih sayang melalui hari demi hari dalam menjalani kegiatan bersama. Berharap persaudaraan kita akan terjalin sampai nanti.

(12)

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 2016 Peneliti,

(13)

DAFTAR ISI

1.6. Kegunaan Penelitian ... 8

1.7. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 Konsep Pengaruh ... 9

2.1.2 Konsep Model Pembelajaran ... 10

2.1.3 Konsep Problem Based Learning (PBL) ... 11

2.1.4 Pengertian Pembelajaran Sejarah ... 14

2.1.5 Konsep Hasil Belajar Kognitif ... 15

2.2. Kerangka Pikir ... 20

2.2.1 Kerangka Pikir ... 20

2.2.2 Paradigma ... 21

2.3. Hipotesis ... 21

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ... 23

3.2 Desain Penelitian...……….…………. ... 23

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 24

3.3.1 Variabel Penelitian ... 24

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 24

3.4 Populasi dan Sampel ……….………. . 25

3.1.1 Populasi ... 25

3.1.2 Sampel ... 26

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5.1 Tes ... 26

3.5.2 Dokumentasi ... 29

3.5.3 Wawancara ... 29

3.6 Instrumen Penelitian ... 30

(14)

3.6.2 Uji Reabilitas………..………. .... 31

3.6.3 Tingkat Kesukaran ... 32

3.6.4 Daya pembeda ... 33

3.7 Teknik Analisis Data ... 34

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 37

4.2Data Hasil Penelitian ... 42

4.3Analisis Data ... 63

4.4Pembahasan ... 76

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 80

5.2Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel. 1.1 Data Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas Xi Ips 3 Sma N 1 Way Tenong

Tahun Ajaran 2014/2015 ... 3

Table. 2.1 Daftar Kata Oprasional Ranah Kognitif Taksonomi Bloom... 18

Table. 3.1 Populasi Kelas Xi Ips 3 Sma N 1 Way Tenong ... ... 25

Tabel. 3.2 Sampel Kelas Xi Ips 3 Sma N 1 Way Tenong ... ... 26

Tabel. 3.3 Pedoman Pensekoran Pretest Dan Posttest. ... ... 28

Tabel. 3.4 Kriteria Reliabilitas ... ... 31

Tabel. 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... ... 32

Tabel. 3.6 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... ... 33

Tabel. 3.7 Taraf Signifikansi... ... 36

Tabel. 4.1 Hasil Pretest Kemampuan C1 Kelas Xi Ips 3 ... ... 43

Tabel. 4.7 Hasil Kemampuan Awal (Pretest) Kelas Xi Ips 3. ... ... 49

Tabel. 4.8 Hasil Posttest Kemampuan C1 Kelas Xi Ips 3. ... ... 56

Tabel. 4.14 Hasil Kemampuan Awal (Posttest) Kelas Xi Ips 3. ... ... 62

Tabel. 4.15 Daftar Distribusi Frekuensi Data Pretest ... ... 64

Tabel. 4.16 Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Kognitif Siswakelas Xi Ips 3 ... ... 66

Tabel. 4.17 Daftar Distribusi Frekuensi Data Posttest ... ... 68

Tabel. 4.18 Uji Normalitas Data Posttest Hasil Belajar Kognitif Siswakelas Xi Ips 3 ... ... 69

Tabel. 4.19 Data Selisih Nilai Hasil Belajar Kognitif Pretest Dan Posttest Siswa .. 70

Tabel. 4.20 Menghitung Selisih Antara Nilai Pretest Dan Posttest ... ... 72

(16)

1

I. PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan unsur penting dalam kehidupan individu, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia agar memperoleh kualitas kehidupan kearah yang lebih baik. Sekolah sebagai salah satu wadah dan lembaga formal pendidikan memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan pendidikan.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003, tentang system pendidikan nasioanal, merumuskan bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan didirinya, masyarakat bangsa dan Negara. (Sugiyono, 2012:42)

Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses pembelajaran yang dialami oleh siswa di sekolah. Salah satu yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran.

(17)

2

disekolah merupakan suatu kegiatan yang dapat disenangi oleh siswa dan dapat berguna bagi kesadaran dirinya untuk siap mengadakan perubahan dan perbaikan pada proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objek yang ditentukan seperti aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Namun pada kenyataannya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini cendrung pada pencapaian materi yang lebih mementingkan pada penghapalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran didalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Biasanya guru menggunakan metode konvesional dimana siswa tidak diikutsertakan dalam kegiatan pembelajaran.

“pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dan guru yang

menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan harus mengingat pada prinsip pemebelajaran yang setiap aktivitas dan kegiatannya

selalu terpusat pada siswa” (Daryanto, 2009:14).

(18)

kadang-3

kadang sulit untuk bisa berkosentrasi dalam belajar. Hal demikian dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar.

“hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan

tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidika”(Purwanto, 2013:54).

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda. Mata pelajaran praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif.

(19)

4

Table 1.1 Rekapitulasi hasil belajar kognitif sejarah ujian semester ganjil siswa kelas XI IPS 3 SMA N 1 Way Tenong tahun ajaran 2014/2015

9 Dinda Rindi Sudarsono 68.00

10 Emelia 50.00

11 Jaja 70.00

12 Joni Irawan 68.00

13 Juwita Okta Rina 70.00

14 Laila Sumiyati Asmalily 78.00

15 Maya Sari 68.00

16 Mirna Wati 71.00

17 Muhammad Dandi Septiawan 50.00

18 Muhammad Septa Roza 68.00

19 Puji Indrawati 75.00

20 Ruri Anggara 72.00

21 Saeful Anwar 70.00

22 Septia Handayani 79.00

23 Siti Maghfiroh Nurul Hidayah 55.00

24 Suyati Ervina 70.00

25 Wahyu Pujiati 52.00

26 Yeni Rohayani 66.00

Sumber : dokumentasi guru sejarah kelas XI IPS 3

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil kognitif Sejarah siswa kelas XI IPS 3 pada semester ganjil terdapat 14 orang peserta didik yang telah mencapai KKM, serta 12 orang lainnya belum mencapai KKM. Dari hasil ujian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 masih rendah yang jika dipersentasekan yaitu hanya mencapai 56 %. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Syaiful

Bahri Djamarah dan Aswan Zain, “Apabila bahan pembelajaran yang diajarkan

(20)

5

mata pelajaran tersebut tergolong rendah” (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,

2006:107).

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung pada faktor-faktor tersebut.

Menurut Muhibbin Syah bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor, yaitu:

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

(Muhibbin Syah, 2006: 144)

Berdasarkan gambaran diatas, maka peneliti ingin menerapkan pembelajaran yang melibatkan peran peserta didik secara langsung melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seperti yang dinyatakan oleh Suryo Subroto bahwa “model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat menentukan keberhasilan belajar siswa karena model adalah cara yang

dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Suryo

Subroto, 1997: 149).

(21)

6

melakukan analisis sendiri mengenai pemecahan masalah yang ada. Selanjutnya peneliti akan melihat seberapa besar pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 pada pelajaran sejarah di SMA N 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Ajaran 2014/2015.

I.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPS 3 pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar afektif siswa kelas XI IPS 3 pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Ajaran 2014/2015.

3. Pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar psikomotorik siswa kelas XI IPS 3 pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Kabupaten Lampung Barat Way Tenong Tahun Ajaran 2014/2015.

1.3. Pembatasan Masalah

(22)

7

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan pada model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPS 3 pada mata pelajaran sejarah di SMA N 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Seberapa besarkah taraf signifikansi pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPS 3 pada mata pelajaran sejarah di SMA N 1 Kabupaten Lampung Barat Way Tenong Tahun Ajaran 2014/2015?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui Apakah ada pengaruh yang signifikan pada model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPS 3 pada mata pelajaran sejarah di SMA N 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Ajaran 2014/2015.

(23)

8

1.6. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian dalam penulisan ini adalah:

1. Memberi sumbangan pemikiran bagi guru sejarah dalam rangka meningkatkan hasil belajar sejarah siswa.

2. Menambah wawasan bagi para pembaca mengenai pembelajaran sejarah yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar sejarah pada ranah kognitif.

1.7.Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini meliputi : a. Ruang lingkup ilmu

Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya pendidikan ips. b. Ruang lingkup subjek

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Way Tenong c. Ruang lingkup objek

Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat

d. Ruang lingkup wilayah

Tempat penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat

e. Ruang lingkup waktu

(24)

9

REFERENSI

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian pendidikan. Bandung. Alfabeta. Hlm 42

Daryanto. 2009. Panduan Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta. Hlm 14

Syaifful Bahri Djamara dan Asswan Zein. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hlm 107

Purwanto.2013. evaluasi Hasil Belajar. Jogjakarta : Pustaka Belajar. Hlm 54 Syah Muhibbin, 2006. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada. Hlm 144

(25)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Pengaruh

Surakhmad berpendapat bahawa “pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala yang dapat memberikan perubahan

terhadap apa yang ada di sekelilingnya” (Surakhmad, 1989:7). Kemudian menurut

pendapat junadi “pengaruh adalah pernyataan suatu hubungan yang sudah

mempunyai arah. Jadi, jika kita mengatakan variabel B dipengaruhi variabel A, kita mengatakan arah variabel itu dari A ke B bukan dari B ke A” (Junadi 1995: 64). Jadi, pengaruh adalah hasil dari suatu benda atau orang yang dapat memberikan perubahan sesuatu terhadap apa yang dilakukan, sehingga perubahan tersebut dapat dikatakn berpengaruh.

Pengaruh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengaruh model yang diberikan guru dalam kegiatan pembelajaran untuk melihat perubahan pada hasil belajar siswa setelah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

(26)

10

2.1.2 Konsep Model Pembelajaran

Kesuksesan setiap proses pembelajaran itu berada pada pemilihan model pembelajaran yang tepat. Agar materi yang diajarkan bersinegis dengan kemampuan siswa melalui model pembelajaran yang dipraktikkan oleh guru.

“Model pembelajaran adalah kerangka konseptual/oprasional, yang melukiskan

prosedur yang sistemmatis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan, dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Guna mencapai hasil belajar siswa di sekolah yang maksimal dan memadai, diperlukan kreativitas guru dalam menjalankan proses pembelajarannya” (M. Hosnan, 2014:337).

“Model pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh

seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik memudahakan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya

diakhir kegiatan pembelajaran” (Syaiful Bahari Djamarah dan Aswan Zain,

2002:06). “Model pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan

pembelajaran tertentu” (Hamza B Uno, 2008:02).

(27)

11

dapat mempermudah siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran. Guna mencapai hasil belajar siswa yang maksimal dan memadai.

2.1.3. Konsep Problem Based Learning (PBL)

Problem basad learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar sejarah secara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran.

“Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran dengan membiasakan siswa

untuk melakukan sendiri, menemukan masalah dan memecahkan masalah, dengan kolaborasi untuk saling bertukar pikiran demgan semua teman dan keaktifan

siswa” (Nasution, 2003:136). Menurut Arends dalam Abbas yang dikutip oleh M. Hosnan "Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyususn pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang tinggi dan lebih tinggi dari inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Hosnan, 2014:228).

Pada pembelajaran berbasis masalah terdapat beberapa langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

(28)

12

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisaikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalahnya.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluai terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

(M. Hosnan, 2014:301).

Dalam setiap model pembelajaran pasti terdapat kelemahan dan kelebihan. Tidak terkecuali model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sendiri. Kelebihan dari model PBL adalah:

1. Siswa lebih memahani konsep yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut

2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi

(29)

13

4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterkaitan siswa terhadap bahan yang dipelajari 5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memeberi aspirasi dan

menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa

6. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

7. Melatih siswa agar memiliki sudut pandang berfikir tidak hanya dari satu arah 8. Siswa lebih dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya, tidak hanya

bertumpu pada satu keadaan yang sudah ada

9. Melatih kereatifitas guru dalam mengarahkan cara berfikir siswa

10.Bermanfaat untuk siswa dalam kehidupan sehari-hari mereka agar dapat menyelesaikan masalah

Dengan adanya kelebihan-kelebihan diatas dalam model Problem Based Learning (PBL) ini siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya serta menjadikan siswa lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

(30)

14

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka merasakan enggan untuk mencoba

2. Keberhasilan pembelajaran melalui Problem Based Learning ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan

3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari

4. Siswa memiliki keterbatasan sumber materi

5. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menganalisis suatu masalah

6. Model pembelajaran PBL tidak dapat diaplikasikan pada semua materi dalam mata pembelajaran sejarah. (Rusmono, 2012:82)

Namun kelemahan diatas dapat tertupi apabila guru memiliki kreativitas dalam menjalankan model pembelajaran problem Based Learning (PBL), sebab awal dalam pembelajaran ini guru yang sangat berperan dalam mengarahkan siswa untuk mencari sumber lain dan tidak bertumpu pada satu sumber saja.

2.1.4 Konsep pembelajaran Sejarah

(31)

15

sejarah itu sungguh-sungguh terjadi dan dapat dibuktikan kebenarannya. (Hugiono dan P.K. Poerwadarminta, 1987: 9)

“Proses belajar sejarah bukan semata-mata menghafal fakta, siswa dapat

mengenal kehidupan bangsanya secara lebih baik dan mempersiapkan kehidupan

pribadi dan bangsanya yang lebih siap untuk jangka selanjutnya” (Hamid Hasan,

1997:141).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemebelajaran sejarah adalah pemebelajaran yang mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang benar terjadi dan dapat dibuktikan kebenarannya serta siswa dapat belajar dari peristiwa-peristiwa sejarah untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.

2.1.5. Konsep hasil belajar Kognitif

Menurut Syah 2003 yang dikutip dalam buku Jihad dan Haris, “Belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu :

a. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi b. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan materi c. Tahapan retrieval, yaitu pendekatan kembali informasi

(32)

16

Menurut Sudjana (1996) dalam buku Jihad dan Haris, “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar” (Jihad dan Haris, 2012:2).

“Hasil Belajar adalah penelaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang

dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan dan kecakapan atau

keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian” (Suryosubroto 1997:2).

“Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui

kegiatan belajar dan memiliki tujuan pembelajaran.Hosnan menyatakan tujuan pembelajaran suatu program atau bidang pelajaran itu ditinjau dari hasil belajar, maka akan muncul tiga ranah/aspek, yaitu ranah kognitif, afaektif dan psikomotorik (Hosnan, 2014:10).

Dari pengertian diatas hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan suatu proses atau tahapan perubahan pada diri seseorang, sebagai hasil proses belajar yang menyangkut pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah adanya penilain.

Lebih lanjut lagi seperti pendapat Bloom yang dikutip dalam Dimyati dan Mudjiono, menyebutkan adanya enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

(33)

17

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:26-27)

Sehingga hasil belajar kognitif merupakan perubahan perilaku peserta didik karena adanya latihan dan pengalaman yang mencakup enam ranah kemampuan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Adapun Menurut Daryanto pada ranah ini ada enam jenjang berfikir mulai dari tingkat yang rendah sampai tingkat yang tinggi. Keenam jenjang dalam ranah kognitif yaitu: 1). Pengetahuan/ingatan (C1), 2). Pengetahuan (C2), 3). Penerapan (C3), 4). Analisis (C4), 5). Sintesis (C5) dan, 6). Evaluasi (C6) (Daryanto, 2010:102).

Adapun keenam kategori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan (C1) adalah kemampuan untuk mengingat akan informasi yang telah diterima.

2. Kemampuan kognitif tingkat pemahaman (C2) adalah kemampuan mental untuk menjelaskan informasi yang telah diketahui dengan bahasa atau ungkapannya sendiri.

(34)

18

4. Kemampuan kognitif tingkat analisis (C4) adalah kemampuan menguraikan suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, dan semacamnya atas elemen-elemennya, sehingga dapat menentukan hubungan masing-masing elemen. 5. Kemampuan kognitif tingkat sintesis (C5) adalah kemampuan

mengkombinasikan elemen-elemen kedalam kesatuan atau struktur.

(35)

19

Tabel 2.1 Contoh Daftar Kata Kerja Operasional ranah kognitif Taksonomi Bloom

Pengetahuan (C1) Pemahaman (C2) Penerapan (C3) Analisis (C4) Sintesis (C5) Penilaian (C6)

Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi Membandingkan Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur Menyimpulkan Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecahkan Menganimasi Menilai Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan Mengarahkan Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorikan Mengkritik Mengidentiflkasi Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkode Menimbang Mendaftar Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi Mengkombinasikan Memutuskan Menunjukkan Menghitung Mengklasifikasi Memerinci Menyusun Memisahkan Memberi label Mengkontrasikan Menghitung Menominasikan Mengarang Memprediksi Memberi indek Mengubah Membangun Mendiagramkan Membangun Memperjelas Memasangkan Mempertahankan Mengurutkan Mengkorelasikan Menanggulangi Menugaskan Menamai Menguraikan Membiasakan Merasionalkan Menghubungkan Menafsirkan

Menandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan Mempertahankan

Membaca Membedakan Menentukan Mencerahkan Mengkreasikan Memerinci Menyatakan Mendiskusikan Menggambarkan Menjelajah Mengoreksi Mengukur

Menghafal Menggali Menggunakan Membagankan Merancang Merangkum

Meniru Mencontohkan Menilai Menyimpulkan Merencanakan Membuktikan

Mencatat Menerangkan Melatih Menemukan Mendikte Memvalidasi

Mengulang Mengemukakan Menggali Menelaah Meningkatkan Mengetes

Mereproduksi Mempolakan Mengemukakan Memaksimalkan Memperjelas Mendukung Meninjau Memperluas Mengadaptasi Memerintahkan Memfasilitasi Memilih

Memilih Menyimpulkan Menyelidiki Mengedit Membentuk Memproyeksikan

(36)

20

2.2 Kerangaka Pikir dan Paradigma 2.2.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang masalah, diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan pemiilhan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Salah satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah adalah Model Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran model PBL merupakan pembelajaran yang dimulai berdasarkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata siswa.

Melalui model ini siswa diajak untuk belajar mandiri serta dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi yang dicari, dilatih untuk menjelaskan temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah. Namun siswa juga diajak berperan aktif dalam mecari sumber dan menganalisis suatu permasalahan yang timbul, sehingga siswa dapat mengomunikasikan hasil pemecahan permasalahannya.

(37)

21

2.2.2 Paradigma

Keterangan :

: garis kegiatan : garis pengaruh

2.3 Hipotesis

“Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul”(Arikunto, 2002:62).

Sedangkan menurut S. Margono hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya (S.Margono, 2007:67).

Siswa kelas XI IPS 3

Pembelajaran Sejarah dengan Model

Problem Based Learning

(38)

22

Berdasarkan kerangka pikir, maka hipotesis atau jawaban sementara dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kognitif siswa pada Mata Pelajaran Sejarah kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Way Tenong Tahun Ajaran 2014/2015. H1 : Ada pengaruh yang signifikan model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kognitif siswa pada Mata Pelajaran Sejarah kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Way Tenong Tahun Ajaran 2014/2015.

Hipotesis 2:

H0 : Taraf signifikansi pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPS 3 pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Way Tenong tahun pelajaran 2014/2015 adalah tidak cukup.

(39)

23

REFERENSI

Purnama Junadi. 1995. Pengantar Analisis Data. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm.64

Winarno Surakhmad. 1989. Pengantar penelitian ilmiah dasar, metode dan teknik.

Bandung : Tarsito. Halaman 7

M. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. hlm. 377.

Syaifful Bahri Djamara dan Asswan Zein. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hlm 06

Hamza. B Uno. 2008. Model pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara. Hlm 02

S. Nasution. 2003. Pengembangan Kurkulum. Bandung : Citra Aditia Bakti. Hlm 136

M. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. hlm. 301.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning itu Perlu.Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm 78-82

Hugiono dan P.K Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara. Hlm. 9

Hamid Hasan. 2012. Pendidikan Sejarah Indonesia. Bandung. Rizqi Press. Hlm 7 B. Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hlm.179

(40)

23

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

“metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu”(Sugiyono,2011:2). Sedangkan peneliti lain mengatakan

“metodelogi penelitian merupakan suatu metode penelitian untuk mengetahui dan

menyelidiki perbedaan dan pengaruh dua metode mengajar pada mata pelajaran

tertentu di dalam kelas” (Sumadi Suryabrata, 2012:88)

Dari penjelasan diatas metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan seseorang dalam memecahkan permasalahan guna mendapatkan jawaban yang tepat. Pada penelitian ini metode yang penulis gunakan yaitu penelitian experimen .

3.2. Desain Penelitian

(41)

24

Keterangan:

O1 = nilai pretest ( sebelum diberi perlakuan) O2 = nilai posttest ( sesudah diberi perlakuan) (Sugiyono 2011:74)

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1. Variable Penelitian

“Variabel adalah objek suatu penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian”(Suharsimi Arikunto,1998:91). Pada penelitian ini terdapat dua

variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah model Problem Based Learning (PBL). Sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran sejarah.

3.3.2. Definisi Oprasional Variabel

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran variabel yang akan diteliti, maka perlu adanya batasan atau definisi oprasional tentang variabel yang akan diteliti. Definisi oprasional variabel dalam penelitian ini adalah:

a) Model Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning (PBL) merupakan variabel bebas pada penelitian ini. Model Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu metode pembelajaran yang mengajarkan siswa menganalisis suatu masalah sampai pada pemecahan masalah.

(42)

25

b) Hasil Belajar

Hasil belajar yang merupakan variabel terikat mengarah kepada hasil belajar kognitif. Dimana hasil tersebut diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL). Hasil belajar diketahui setelah adanya test. Kemampuan kognitif tersebut terdiri dari jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisi (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Masing-masing jenjang kemampuan kognitif tersebut terdiri dari empat soal.

3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” (Sugiyono,2011:80)

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto “populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian.” (Suharsimi Arikunto, 2007:115)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Way Tenong Tahun Ajaran 2014/2015.

Table 3.1 Populasi Siswa Kelas XI IPS 3 SMA N 1 Way Tenong

No. Kelas Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan

Jumlah

1 XI IPS 3 9 17 26 orang

Jumlah 9 17 26 orang

(43)

26

3.4.2. Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.” (Sugiyono, 2011:81).

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS3. Peneliti menggunakan teknik sampel jenuh atau sampel total. “Sampling Jenuh merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel.” (sugiyono, 2011:85).

Sehingga sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang ada yaitu seluruh siswa kelas XI IPS 3 di SMA Negeri 1 Way Tenong, seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini:

Table 3.2 Tabel Kelas XI IPS 3 SMA N 1 Way Tenong

No. Kelas Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan

Jumlah

1 XI IPS 3 9 17 26 orang

Jumlah 9 17 26 orang

Sumber : Tata Usaha SMA N 1 Way Tenong Tahun Ajaran 2014/2015

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.5.1. Tes

Tes merupakan alat ukur yang banyak digunakan untuk mengetahui hasil belajar

kognitif siswa. “Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian

(44)

27

belajar individu atau kelompok” (Masidjo, 1995:38). Dari pengertian tersebut ada

unsur-unsur:

1. Adanya kewajiban peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang ada; 2. Peserta didik berada pada situasi yang sama artinya tata tertib, waktu,

pengukuran, pengawasan, dan lain-lain berlaku bagi semua peserta didik;

3. Pertanyaan tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok.

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis tes yaitu pretest dan posttes. Pretest adalah tes yang dilakukan sebelum siswa mendapat perlakuan sedangkan posttest adalah tes yang digunakan setelah mendapatkan perlakuan. Tes yang digunakan merupakan tes pilihan ganda yang terdiri dari dua puluh empat butir soal yang tersebar dalam enam ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). Langkah-langkah penelitian dalam penyususnan tes yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan mengadakan tes.

2. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan. 3. Merumuskan tujuan intruksional khusus dari tiap bagian bahan.

4. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.

(45)

28

6. Menuliskan butir soal, didasarkan atas TIK_TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup. (Arikunto, 2007:154) Setelah penyusunan tes, maka setiap butir soal diberi skor. Terkait perbedaan skor yang diberikan untuk setiap jenjangnya, tidak ada pedoman yang peneliti gunakan.

Besar skor menurut Sudijono adalah “orang yang paling tahu berapa bobot yang

seharusnya diberikan terhadap jawaban yang betul itu adalah pembuat soal itu sendiri, yaitu tester, karena dialah orang yang paling tahu mengenai derajat kesukaran yang dimiliki oleh masing-,masing butir item yang dikeluarkan dalam

tes hasil belajar’’(Sudijono, 2009:306).

Skor yang diberikan untuk setiap jenjang kemampuan kognitif terlihat pada tabel berikut:

Table 3.3 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest No. Jenjang

Sumber : Olah Data Peneliti tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa skor yang diberikan untuk setiap jenjang kemampuan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang maka skor yang diberikan akan semakin tinggi, skor maksimal yang diharapkan adalah 72.

(46)

29

(C3) dan analisis (C4) diberi skor dua karena jenjang penerapan dan analisis ini termasuk katagori sedang, sehingga dapat dikatakan C1 dan C4 lebih sulit dari C1 dan C2. Sintesis (C5) diberi skor tiga karena jenjang ini termasuk katagori sukar karena jenjang analisis lebih tinggi dari jenjang C1, C2, C3 dan C4. Evaluasi (C6) diberi skor empat karena jenjang evaluasi ini termasuk katagori sangat sukar dari jenjang lainnya. Untuk menghitung nilai yang dicapai siswa dihitung menggunakan rumus :

jumlah skor jawaban yang diperoleh

Nilai siswa = X 100

Jumlah skor maksimal (Arikunto, 2007:236)

3.5.2. Dokumentasi

“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu” (Sugiyono, 2014:

240). Dokumen ini sebagai penguat data yang diperoleh setelah wawancara Pada penelitian ini teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data yang sudah ada, seperti data siswa dan nilai kelas XI IPS 3 di SMA N 1 Way Tenong Tahun Ajaran 2014/2015.

3.5.3. Wawancara

“Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan

(47)

30

3.6Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2012:148). Jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan dalam penelitian. Instrument dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa, yaitu tes hasil belajar (nilai posttest) pada pembelajaran sejarah setelah diberikan perlakuan (treatment) yaitu diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, dokumentasi, dan wawancara.

3.6.1. Uji Validitas

Sebelum instrumen digunakan di kelas maka harus di uji menggunakan uji validitas. “Uji validitas adalah uji intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013:121).

(48)

31

∑XY : jumlah perkalian X dengan Y N : jumlah sampel

(Arikunto, 2013:75)

Setiap butir soal dikatakan valid jika nilai korelasi (r) yang diperoleh lebih dari 0.3. Hal demikian seperti yang diungkapkan Masrun dalam Sugiyono

“Bahwasanya syarat minimu untuk dianggap memenuhi syarat valid adalah kalau

r = 0.3. jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang 0.3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan valid” (Sugiyono, 2014:134).

3.6.2. Uji Reliabilitas

“Realibilitas adalah ketetapan suatu tes dapat diteskan pada objek yang sama

untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya melihat kesejajaran hasil”

(Suharsimi Arikunto, 2011:86)

Sugiono (2013:121), Uji Reabilitas adalah uji instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini adalah rumus Alpha sebagai berikut:

keterangan:

: reliabilitas yang dicari n : banyaknya butir soal

: jumlah varians skor tiap-tiap item : varians total

(49)

32

Berikut interpretasi koefisien reabilitas seperti yang terlihat dalam Tabel berikut: Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Instrument dapat dikatakan mempunyai reliabilitas apabila nilai criteria soal yang digunakan dalam instrument 0,6 sampai dengan 1,00.

3.6.3. Tingkat Kesukaran

Setelah soal dinyatakan reliabel, selanjutnya setiap butir soal dihitung tingkat kesukarannya. Sebab soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P : angka indeks kesukaran item

B : banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul JS : jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar

(Sudijono, 2008:372)

(50)

33

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Besarnya P Interpretasi

Kurang dari 0,30 Sangat Sukar 0,30 – 0,70 Cukup (Sedang) Lebih dari 0,70 Sangat Mudah Sumber: Sudijono (2008:372)

3.6.4. Daya Pembeda

“Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa yang bodoh (berkemampuan

rendah)” (Arikunto, 2007:211). Sebelum menghitung daya pembeda, terlebih

dahulu data diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Untuk menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

D = PA - PB ; dimana PA= dan PB =

Keterangan:

D : indeks diskriminasi satu butir soal

PA : proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal yang diolah

PB : proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir soal yang diolah

BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal yang diolah

BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir soal

yang diolah

(51)

34

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6 Interpretasi nilai daya pembeda

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk

0,21 - 0,40 Sedang

0,41 - 0,70 Baik

0,71- 1,00 Sangat Baik

Bertanda negatif Buruk sekali

Sumber : Sudijono (2008:389)

3.7Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen.

Setelah data penilitian diperoleh, kemudian dianalisis untuk mengetahui hasil belajar. Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh hasil belajar kognitif siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

Rumus yang digunakan yaitu Uji t sebagai berikut:

)

Keterangan:

S : Simpangan baku

d : Jumlah selisih antara pretest dan posttest n :Jumlah sampel

(52)

35

Menentukan thitung :

thitung =

Keterangan :

d : Jumlah selisih antara pretest dan posttest SD : Standar deviasi/

n : Sampel

(Husaini Usman, 2008:202)

Untuk mengetahui besar taraf signifkansi pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan rumus korelasi pearsonproduct moment, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

(53)

36

Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Untuk melihat ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari model Problem Based Learning (PBL) berpedoman pada tabel interpretasi koefesien korelasi berikut ini:

Tabel 3.7: Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

(54)

37

REFERENSI

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Hlm. 2

Sumadi Suryabrata. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 102

Sugiyono. Op. Cid. Hlm. 74

Arikunto Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. Hlm. 9

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 38

Sugiyono. Op Cid. Hlm. 240

(55)

38

Anas Sudijono. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 213

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 118 Arikunto Suharsimi. Op. Cit. Hlm. 75

Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 372-389

Sudjana.2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Hlm. 239

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara. Halaman 202

(56)

80

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa kelas XI IPS 3 pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada pengaruh yang signifikan model Problem Based Learning (PBL) terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas XI IPS 3 pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat tahun ajaran 2014/2015. Hal ini diperoleh karena nilai thitung> ttabel yakni sebesar 9,2415 > t table 1,706.

(57)

81

5.2 Saran

Berdasarkan dari hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Model Problem Based Learning (PBL) diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif bagi para guru dalam mengajar di kelas, terutama pada pembelajaran sejarah.

2. Model Problem Based Learning (PBL) dapat diterapkan pada pembelajaran Sejarah untuk membantu dan melatih siswa dalam memecahkan masalah, dan melatih komunikasi siswa dalam diskusi kelompok.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.

Arikunto Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka B. Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Daryanto. 2009. Panduan Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Publisher. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamid Hasan. 2012. Pendidikan Sejarah Indonesia. Bandung. Rizqi Press.

Hamza. B Uno. 2008. Model pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Hugiono dan P.K Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara.

Joko Subagyo. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta.

M. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

(59)

Purnama Junadi. 1995. Pengantar Analisis Data. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning itu Perlu.Bogor : Ghalia Indonesia.

Syah Muhibbin, 2006. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada. S. Nasution. 2003. Pengembangan Kurkulum. Bandung : Citra Aditia Bakti. Sudjana.2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyanto. 2012. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS.

Sutirman. 2013. Media Dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumadi Suryabrata. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Syaifful Bahri Djamara dan Asswan Zein. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Syaifful Bahri Djamara dan Asswan Zein. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Gambar

Table 1.1 Rekapitulasi hasil belajar kognitif sejarah ujian semester ganjil siswa                 kelas XI IPS 3 SMA N 1 Way Tenong tahun ajaran 2014/2015
Tabel 2.1  Contoh Daftar Kata Kerja Operasional ranah kognitif Taksonomi Bloom
Table 3.1 Populasi Siswa Kelas XI IPS 3 SMA N 1 Way Tenong
Table 3.2 Tabel Kelas XI IPS 3 SMA N 1 Way Tenong
+6

Referensi

Dokumen terkait

memang harus ada di dalam jual beli lada agar harga yang akan diberikan. waktu transaksi tidak berbeda mungkin yang tidak boleh itu kalau

Sebagai suatu negara hukum (rechtsstaat), dalam hubungannya dengan pengelolaan sumber daya alam nasional, termasuk dalam bidang kehutanan, negara atau pemerintah Indonesia

Koordinasi di bidang Statistik dilaksanakan antara Pemerintah Kota Semarang dengan Badan Pusat Statistik (BPS), sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997

bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang retribusi pelayanan kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan

Dengan demikian, perubahan tersebut semakin memperjelas peran dan fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya fokus pada pemahaman keagamaan, tetapi juga,

W dengan Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Nakula RSUD Banyumas”, adalah hasil karya sendiri dan bukan penjiplakan dari karya orang lain.. Demikian pernyataan ini saya buat

Dengan dikeluarkannya surat pemberitahuan ini maka nama paket pekerjaan yang berlaku pada paket. pekerjaan yang dimaksud adalah dengan nama “ Pengawasan Pembangunan Penahan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel