• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI MOTIVASI DAN KEPRIBADIAN PESERTA EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO DI SMA SMK NEGERI SE KOTA KENDAL TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SURVEI MOTIVASI DAN KEPRIBADIAN PESERTA EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO DI SMA SMK NEGERI SE KOTA KENDAL TAHUN 2015"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

i

SMA/SMK NEGERI SE-KOTA KENDAL

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

oleh

DIAH NAWANG WULAN

6101411054

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

ii

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi/S1 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Heny Setyawati, M.Si

Kata Kunci : Motivasi, Kepribadian, Ekstrakurikuler, Taekwondo.

Latar belakang dalam penelitian ini adalah menurunnya prestasi atlet

taekwondo di Kabupaten Kendal, pada event “Moks Invitasi Taekwondo Bupati

Cup Tahun 2014” di ikuti oleh pelajar se-Jawa Bali sebanyak 1300 atlet (900 pemula & 400 prestasi ). Mayoritas atlet taekwondo di Kabupaten Kendal adalah pelajar dan peserta ekstrakurikuler taekwondo. Bagaimana motivasi dan kepribadian peserta ekstrakurikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal tahun 2015. Tujuan penelitian untuk mengetahui motivasi dan kepribadian peserta ekstrakurikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun 2015.

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan penelitian survei yang bersifat kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase (DP). Populasi dalam penelitian semua peserta ekstrakurikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun 2015. Jumlah sampel 40 responden terdiri 4 sekolah yaitu 23 dari SMA N 1 Kendal 5 dari SMK N 1 Kendal, 11 dari SMA N 2 Kendal, dan 1 dari SMK N 2 Kendal.

Hasil penelitian pada 40 responden didapatkan data motivasi sedang dengan skor persentase 73,24%. Dapat dilihat pada tabulasi data skor rata-rata faktor motivasi adalah faktor perhatian 87%, faktor relevansi 95%, 66% faktor kepercayaan diri, faktor kepuasan 63%. Hasil penelitian kepribadian untuk tipe

kepribadian ekstrovert, 0% untuk kategori sangat tinggi, 45% dengan kategori

tinggi, 52,5 rata-rata dan 2,15% sangat rendah. Hasil kepribadian introvert 10%

sangat tinggi, 72,5% tinggi, 17,5 rata-rata dan 0% sangat rendah

Simpulan hasil penelitian motivasi peserta ekstrakurikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal tahun 2015 tergolong sedang dengan hasil persentase 73,24% dan hasil penelitian kepribadian peserta ekstrakurikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun 2015 menunjukan

sebagian besar peserta ekstrakurikuler taekwondo tipe kepribadian ekstrovet

yang sedang dengan persentase 52,5% dan kepribadian introvert dengan

(3)

iii

Nama : Diah Nawang Wulan

NIM : 610141154

Jurusan/Prodi : PJKR/PJKR

Fakultas : Ilmu Keolahragaan

Judul Skripsi : MOTIVASI DAN KEPRIBADIAN PESERTA

EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO DI SMA/SMK

NEGERI SE-KOTA KENDAL TAHUN 2015

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini hasil karya saya

sendiri dan tidak menjiplak (plagiat) karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya

maupun sebagian. Bagian tulisan dalam skripsi ini yang merupakan kutipan dari

karya ahli atau orang lain, telah diberi penjelasan sumbernya sesuai dengan tata

cara pengutipan.

Apabila pernyataan saya ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi

akademik dari Universitas Negeri Semarang dan sumber hukum sesuai

ketentuan yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia.

Semarang, 22 November 2015 Yang menyatakan,

(4)
(5)
(6)

vi

akan kembali ke tanah. Kenapa masih bersifat langit? (Hamka)

Persembahan:

Saya persembahkan karya sederhana ini

kepada:

1. Bapak Junadi dan Ibu Sri Supadmi,

terimakasih atas segala perhatian,

(7)

vii

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul " Survei Motivasi dan Kepribadian Peserta Ekstrakurikuler

Taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun 2015". Skripsi ini disusun

dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa ada

bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk memperoleh pendidikan di Universitas Negeri

Semarang.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah membantu menyelesaikan

segala bentuk urusan administrasi.

3. Ketua Jurusan PJKR yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

4. Diah Ayu Tantri dan Muhammad Kuat Mulyanto atas semangat dan

suportnya.

5. Ibu Dra. Heny Setyawati, M.Si atas bimbingan dan kesabarannya hingga

skripsi saya dapat tersusun dengan baik.

6. Sahabat-sahabatku dan kawan-kawan seperjuangan PJKR 2011

7. Bapak / ibu dosen beserta staff tata usaha jurusan PJKR FIK UNNES yang

(8)

viii

10. Ketua Bapeda Kabupaten Kendal yang telah memberikan rekomendasi untuk

melakukan penelitian.

11. Ketua Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin dan

rekomendasi untuk melakukan penelitian.

12. Terimakasih kepada sabeum Suroso, sabeum Hasan, sabeum Yawawi, dan

ibu Antik atas kerjasama sehingga proses pengambilan data dapat dilakukan

dengan lancar.

13. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amalan baik

serta mendapat pahala dari Allah SWT. Pada akhirnya penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat.

Semarang, 28 November 2015

(9)

ix

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERSETUJUAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifkasi Masalah ... 5

1.3. Pembatasan Masalah ... 5

1.4. Rumusan Masalah ... 6

1.5. Tujuan Penelitian ... 6

1.6. Manfaat Penelitian ... 6

1.7. Penegasan Istilah ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Pengertian Motivasi ... 10

2.1.1.1. Teori-teori Motivasi ... 12

2.1.1.2. Motivasi dilihat Dari Dasar Pembentukannya ... 15

2.1.1.3. Fungsi Motivasi dalam Olahraga ... 16

2.1.1.4. Teori ARCS ... 18

2.1.1.5. Strategi Meningkatkan Motivasi Atlet ... 20

2.1.2. Kepribadian ... 21

2.1.2.1. Pengertian Kepribadian ... 21

2.1.2.2. Pembentukan Kepribadian ... 23

2.1.2.3. Tipe Kepribadian Eysenck ... 24

2.1.2.4. Struktur Kepribadian Freud ... 27

2.1.2.5. Psikilogi Kepribadian ... 29

2.1.2.6. Pengukuran Kepribadian ... 31

2.1.2.7. Kepribadian Atlet dan Bukan Atlet ... 28

2.1.3. Hubungan Motivasi dan Kepribadian ... 32

2.1.3.1. Teori Kebutuhan Berprestasi (Need Achievment) ... 32

2.1.4. Ekstrakurikuler ... 35

(10)

x

2.1.5.4. Kelas yang Dipertandingkan... 41

2.1.5.5. Kondisi Geografis Kabupaten Kendal ... 41

2.2. Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ... 43

3.2. Variabel Penelitian ... 43

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

3.3.1. Populasi ... 43

3.3.2. Sampel Penelitian ... 43

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.4.1. Kuesioner (Angket) ... 44

3.4.2. Tes Kepribadian ... 45

3.5. Instrumen Penelitian ... 48

3.5.1. Uji Validitas ... 50

3.5.2. Ujii Reliabilitas ... 51

3.6. Prosedur Penelitian ... 52

3.7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penelitian ... 54

3.8. Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 57

4.1.1. Hasil Penelitian Motivasi ... 57

4.1.1.1.Hasil Penelitian Motivasi berdasarkan Sekolah ... 59

4.1.2. Hasil Penelitian Faktor-faktor Motivasi ... 63

4.1.2.1. Hasil Penelitian Faktor Motivasi Berdasarkan Sekolah ... 65

4.1.3. Hasil Penelitian Kepribadian ... 74

4.1.3.1. Hasil Penelitian Kepribadian Berdasrkan Sekolah ... 76

4.1.4. Uji Hipotesis ... 80

4.2. Pembahasan ... 81

4.2.1. Pembahasan Motivasi ... 81

4.2.1.1. Perhatian ... 83

4.2.1.2. Relevansi ... 84

4.2.1.3. Kepercayaan Diri ... 85

4.2.1.4. Kepuasan ... 87

4.2.2. Pembahasan Kepribadian ... 88

4.2.2.1. Ekstrovert ... 88

4.2.2.2. Introvert ... 89

4.3. Temuan Penelitian ... 90

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 93

5.2. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(11)

xi

1.1. Daftar Sekolah dan Jadwal Berlatih Ekstrakurikuler Taekwondo . 4

1.2. Daftar Kelas dalam Kejuaraan Taekwondo ... 41

3.1. Instrumen Tes Kepribadian ... 45

3.2. Kategori Tipe Kepribadian Ekstrovert ... 46

3.3. Kategori Tipe Kepribadian Introvert ... 47

3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Motivas Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo Tahun 2015 ... 49

3.5. Hasil Uji Validitas Data ... 51

3.6. Kriteria Analisis Deskriptif Persentase ... 56

4.1. Data Penelitian Motivasi dan Kepribadian Ekstrakurikuler Taekwondo Tahun 2015 ... 57

4.2. Deskriptife Persentase Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun 2015 .... 58

4.3. Deskriptif Persentase Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA N 1 Kendal Tahun 2015 ... 59

4.4. Deskriptif Persentase Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMK N 1 Kendal Tahun 2015 ... 60

4.5. Deskriptif Persentase Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA N 2 Kendal Tahun 2015 ... 61

4.6. Deskriptif Persentase Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMK N 2 Kendal Tahun 2015 ... 62

4.7. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri, Kepuasan Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun 2015 ... 64

4.8. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri, Kepuasan Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA N 1 Kendal Tahun 2015 ... 66

4.9. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri, Kepuasan Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMK N 1 Kendal Tahun 2015 ... 68

4.10. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri, Kepuasan Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA N 2 Kendal Tahun 2015 ... 70

4.11. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri, Kepuasan Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMK N 2 Kendal Tahun 2015 ... 72

4.12. Distribusi Kepribadian Ekstrovert Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun 2015 ... 74

4.13. Distribusi Kepribadian Introvert Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun 2015 ... 75

(12)
(13)

xiii

1.1. Peta Kabupaten Kendal ... 41

4.1. Distribusi Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo di

SMA/SMK Negeri Se-Kota Kendal Tahun 2015 ... 58

4.2. Distribusi Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo

SMA N 1 Kendal Tahun 2015 ... 59

4.3. Distribusi Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo

SMK N 1 Kendal Tahun 2015 ... 60

4.4. Distribusi Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo

SMA N 2 Kendal Tahun 2015 ... 61

4.5. Distribusi Motivasi Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo

SMK N 2 Kendal Tahun 2015 ... 62

4.6. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri,

Kepuasan Terhadap Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA/SMK Negeri Se-Kota Kendal Tahun 2015 ... 65

4.7. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri,

Kepuasan Terhadap Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA N 1 Kendal Tahun 2015 ... 67

4.8. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri,

Kepuasan Terhadap Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMK N 1 Kendal Tahun 2015 ... 69

4.9. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri,

Kepuasan Terhadap Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMA N 2 Kendal Tahun 2015 ... 71

4.10. Distribusi Faktor Perhatian, Relevansi, Kepercayaan Diri,

Kepuasan Terhadap Peserta Ekstrakurikuler Taekwondo SMK N 2 Kendal Tahun 2015 ... 73

4.11. Distribusi Tipe Kepribadian Ekstrovert Peserta Ekstrakurikuler

Taekwondo SMA/SMK Negeri Se-Kota Kendal Tahun 2015 ... 74

4.12. Distribusi Tipe Kepribadian Introvert Peserta Ekstrakurikuler

Taekwondo SMA/SMK Negeri Se-Kota Kendal Tahun 2015 ... 75

4.13. Distribusi Tipe Kepribadian Ekstrovert Peserta Ekstrakurikuler

Tekwondo Berdasarkan Sekolah Tahun 2015 ... 77

4.14. Distribusi Tipe Kepribadian Introvert Peserta Ekstrakurikuler

(14)

xiv

1. Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 97

2. Surat Ijin Penelitian Dari Fakultas ... 98

3. Surat Pengantar Penelitian Dari Kesbangpol dan Linmas ... 99

4. Surat Pengantar Penelitian Dari Bapeda ... 100

5. Surat Pengantar Penelitian Dari Dinas Pendidikan ... 102

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian SMA N 1 KENDAL ... 103

7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian SMK N 1 KENDAL .. 104

8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian SMA N 2 KENDAL ... 105

9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian SMK N 2 KENDAL .. 106

10. Angket Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi ... 107

11. Daftar Responden Uji Validitas dan Reliabilitas ... 109

12. Hasil Uji Validitas ... 110

13. Hasil Uji Reliabilitas ... 111

14. Soal Angket Penelitian ... 113

15. Angket Penelitian ... 117

16. Pedoman Observasi ... 121

17. Hasil Observasi ... 122

18 .Pedoman Dokumentasi... 124

19. Hasil Dokumentasi ... 125

20. Daftar Responden Penelitian ... 126

21. Tabel Hasil Deskriptif Persentase Motivasi Hasil Penelitian ... 127

22. Tabel Hasil Deskriptif Persentase Motivasi Hasil Penelitian Berdasarkan Sekolah ... 129

23. Tabel Hasil Deskriptif Persentase Faktor-Faktor Motivasi ... 132

24. Tabel Hasil Deskriptif Persentase Faktor-Faktor Motivasi Berdasarkan Sekolah ... 136

25. Tabel Kepribadian Ekstrovert ... 143

26. Tabel Kepribadian Ekstrovert Berdasarkan Sekolah ... 145

27. Tabel Kepribadian Introvert ... 148

28. Tabel Kepribadian Introvert Berdasarkan Sekolah ... 150

(15)

1

1.1.

Latar Belakang Masalah

Prestasi atlet taekwondo Kabupaten Kendal terlihat menurun, dimana

pada tanggal 17-19 Oktober 2014 Pemerintah Kabupaten Kendal mengadakan

event bergengsi “Mok’s Invitasi Taekwondo Bupati Cup Tahun 2014” bertempatan di GOR Bahurekso Kendal yang diikuti pelajar se-Jawa Bali

sebanyak 1300 atlet (900 pemula dan 400 prestasi). Acara tersebut diikuti oleh

Kabupaten dan Kota diantaranya : Semarang, Pekalongan, Pemalang, Tegal,

Kudus, Demak, Pati dan Solo. Kabupaten Kendal menerjunkan 200 atlet dan

juara umum di peroleh kontingen Solo dengan 82 atlet. Solo meraih 9 Emas, 10

perak, 9 perunggu, Diklat Ragunan meraih 7 emas, 5 perak dan 6 perunggu,

WTC Semarang meraih 5 emas, 3 perak dan 12 perunggu. Prestasi taekwondo

Kabupaten Kendal menurun pada event tersebut, dalam segi jumlah atlet dan

segi lokasi sangat diuntungkan karena masih bertempatan di Kendal tetapi dalam

pertandingan Kabupaten Kendal hanya bisa menjadi tuan rumah yang baik.

Pembinaan olahraga beladiri taekwondo salah satunya dapat dilakukan di

sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler diberikan

untuk mengembangkan dan menyalurkan bakat, minat, dan keterampilan siswa,

sehingga akan timbul kemandirian, kepercayaan diri dan kreativitas siswa.

Prestasi yang paling utama bagi pelajar adalah mencapai nilai yang baik

sehingga prestasi baik di kelas maupun prestasi lain seperti prestasi olahraga.

Motivasi serta tujuan siswa SMA/SMK Negeri di Kota Kendal sudah pasti

(16)

bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakan

untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorangan dalam dirinya, ada

beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang adalah umur, kondisi

fisik, latar belakang sosial ekonomi, dan kekuatan intelegensi harus tetap

dipertimbangkan. Penjasorkes merupakan jalur pembinaan olahraga, dalam satu

sistem terpadu terutama dalam memperkuat landasan pembinaan prestasi

olahraga agar regenerasi terus tercipta. Untuk mengadakan kegiatan

ekstrakulikuler dibutuhkan pembinaan secara rutin. Peneliti melakukan observasi

ke dojang pelatihan SMA/SMK Negeri yang dibina di sekolah melalui kegiatan

ekstrakurikuler di sekitar wilayah Kota Kendal, dimana pada SMA/SMK Negeri

merupakan sekolah dengan prestasi taekwondo yang setingkat. Perkembangan

peserta ekstrakurikuler taekwondo terlihat kurang untuk menghadapi suatu

pertandingan, dimana kurangnya motivasi untuk berlatih secara stabil dan

intensif sehingga membuat prestasi kurang maksimal. Hal ini sangat berbeda

dengan pelatihan yang bernaungan club dimana atlet siap melakukan

pertandingan, atlet termotivasi dalam pelatihan tetap antusias untuk berprestasi

meski pelatihan cukup berat. Atlet yang bernaungan di club ini memiliki motivasi

internal dan eksternal yang kuat, berbeda dengan atlet yang dibentuk dalam

kegiatan ekstrakurikuler, bentuk motivasi mereka rendah, dan semakin menurun

karena pemadatan jam belajar dari senin sampai jumat membuat para peserta

ekstrakurikuler taekwondo kekurangan waktu untuk beristirahat yang membuat

motivasi untuk berlatih menurun, sehingga banyak peserta ekstrakurikuler

taekwondo yang kurang intensif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler taekwondo.

Hal ini dapat membuat motivasi mereka untuk berlatih menurun. Atlet yang

(17)

atlet yang memiliki 2 dojang latihan, yaitu club dan dojang sekolah. Dimana dari

segi motivasi ketika berlatih terlihat berbeda dengan peserta ekstrakurikuler yang

hanya berlatih di sekolah yang belum memiliki jam terbang menghadapi

pertandingan. Pembinaan ekstrakurikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri di Kota

Kendal tampaknya perlu perhatian khusus karena dalam menangani dan

menguasai ekstrakurikuler kurang maksimal, jika peserta ekstrakurikuler

berprestasi pada suatu sekolah tidak dibina dan dibentuk secara optimal dapat

membuat sekolah mengalami penurunan. Regenerasi atlet pencetak prestasi

kurang di perhatikan secara khusus oleh pihak perwakilan dari sekolah karena

pihak perwakilan dari sekolah belum membina dan memantau kegiatan

ekstrakurikuler tersebut secara intensif. Oleh sebab itu masih banyak siswa yang

berlatih sesuai dengan keinginannya tanpa memperhitungkan kematangan dan

kemampuan ketika diterjunkan dalam kejuaran baik tingkat sekolah maupun

daerah. Sangat diharapkan adanya pendekatan positif guru pembina terhadap

siswa yang mengikuti ekstrakulikuler taekwondo sehingga memberikan motivasi

untuk mengikuti eksrakurikuler dan tidak hanya mengikuti tetapi juga

meningkatkan prestasi. Kepribadian siswa mampu berpengaruh terhadap tingkat

motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Selain peran motivasi, kepribadian juga memiliki peranan penting dalam

menunjang prestasi. Individu/pribadi adalah satu kesatuan dalam dua

(monodualis), baik psychosomatic,socio-individual maupun cultural-religius unity.

Eksistensi monodualis tersebut menjadi bingkai yang membalut kesatupaduan

organisasi dinamik dalam diri individu dengan lingkungannya ini disebut

kepribadian (personality). Sementara olahraga secara umum diartikan sebagai

(18)

karena itu kepribadian tidak dapat dipisahkan dari performa dan perestasi

olahraga, sebab kepribadian merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi

performa siswa/atlet dalam berolahraga.

Tingkat motivasi siswa sangat tergantung pada kepribadian siswa

tersebut, jika siswa mempunyai kepribadian yang pendiam, tipe orang pemalu,

motivasi mereka akan muncul dari pribadinya. Siswa lebih cenderung merasa

termotivasi dan mendapatkan perbedaan ketika bersama orang yang banyak

bicara dan berani. Kepribadian memiliki dampak besar bagaimana kita

termotivasi dalam hidup kita, motivasi dan kepribadian jelas berhubungan.

Dalam menunjang kegiatan ekstrekurikuler taekwondo dibutuhkan sarana

dan prasarana yang lengkap dan memadai. Tujuanya untuk meningkatkan

motivasi siswa, mengembangkan bakat siswa, serta menjadikan siswa lebih

berprestasi dalam mengikuti ekstrakurikuler taewondo.

Tabel 1.1. Tabel Sekolah dan Hari Latihan Ekstrakulikuler Taekwondo di Kota Kendal Tahun 2015.

Sekolah

Hari

Pelatih

Jam

Jumlah siswa

SMA N 1

KENDAL

Senin

Sabeum

Suroso

15.30

selesai

25

SMA N 2

KENDAL

Selasa

Rabu

Sabeum

Kabib

16.00

selesai

20

SMK N 1

KENDAL

Sabtu

Sabeum

Yawawi

16.00

selesai

12

SMK N 2

KENDAL

Sabtu

minggu

Sabeum

Hasan

14.30

selesai

15

Sumber: penelitian 2015

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis berkeinginan untuk

(19)

Ekstrakurikuler Taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun 2015”. Peneliti berusaha mengungkap dan mengetahui hubungan antara kedua aspek

yaitu motivasi dan kepribadian yang dimiliki siswa dan siswi peserta

ekstrakurikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal tahun 2015

dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler khususnya ekstrakurikuler taekwondo.

1.2.

Identifikasi Masalah

Dari uraian, diambil identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Masih kurangnya perhatian terhadap ekstrakurikuler taekwondo.

2. Siswa kurang berminat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler khususnya

ekstrakurikuler taekwondo.

3. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam ekstrakurikuler

taekwondo.

4. Hubungan antara dua aspek yaitu motivasi dan kepribadian peserta

ekstrakulikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal tahun 2015

yang belum di ketahui.

1.3.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tidak menuntup kemungkinan timbulnya

permasalahan yang meluas, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah agar

ruang lingkup penelitian menjadi jelas. Mengingat keterbatasan masalah yang

ada pada penelitian di batasi pada masalah yaitu motivasi peserta ekstrakurikuler

taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal tahun 2015 dan kepribadian

peserta ekstrakurikuler taekwondo SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal Tahun

2015 serta hubungan antara dua aspek yaitu motivasi peserta ekstrakurikuler

(20)

SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal tahun 2015 mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

taekwondo.

1.4.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana motivasi peserta ekstrakulikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri

se-Kota Kendal tahun 2015?”

2. Bagaimana kepribadian peserta ekstrakulikuler taekwondo di SMA/SMK

Negeri se-Kota Kendal tahun 2015?”

1.5.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui motivasi peserta ekstrakulikuler taekwondo SMA&SMK

Negeri se-Kota Kendal tahun 2015.

2. Untuk mengetahui kepribadian peserta ekstrakulikuler taekwondo SMA&SMK

Negeri se-Kota Kendal tahun 2015.

1.6.

Manfaat Penelitian

Dengan penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat

bagi peneliti, para pendidik, dan para pembaca pada umumnya, adapun

penjelasanya sebagai berikut :

1. Dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, menambah referensi

atau sumber bacaan penelitian sejenis.

2. Dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman khusus untuk

mengetahui motivasi dan kepribadian peserta ekstrakurikuler taekwondo bagi

(21)

3. Bagi peneliti dapat memberikan pengetahuan baru tentang “Survei Motivasi dan Kepribadian Peserta Ekstrakulikuler Taekwondo SMA&SMK Negeri

Se-Kota Kendal tahun 2015”.

4. Dapat sebagai bahan evaluasi bagi sekolah dalam pembinaan program

ekstrakulikuler taekwondo.

5. Sebagi sumbangan dalam upaya peningkatan program ekstrakulikuler siswa

dalam segi pengukuran motivasi dan kepribadian peserta ekstrakurikuler

taekwondo.

6. Bagi pemerintah Kabupaten Kendal, penelitian ini sebagai bahan evaluasi

untuk menegetahui motivasi dan kepribadian atlet taekwondo untuk

mencapai prestasi.

1.7.

Penegasan Istilah

Supaya tidak terjadi salah pengertian dan salah paham penafsiran

maksud dari judul penelitian ini, maka perlu memperjelas dengan memberikan

penegasan-penegasan istilah dalam judul :

1. Motivasi

Motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat

dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna

mencapai suatu tujuan. Berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983)

telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang disebut model ARCS.

Di dalam model yang dikemukakan ada empat kategori kodisi motivasional yang

harus diperhatikan dalam usaha menghasilkan proses suatu aktivitas yang

menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi masyarakat yaitu attention,

(22)

Motivasi yang dimaksud penulis dalam skripsi ini adalah prinsip-prinsip

motivasi yang disebut model ARCS, yaitu pertama attention peserta

ekstrakurikuler taekwondo terhadap beladiri taekwondo, kedua relevance peserta

ekstrakurikuler taekwondo antara kebutuhan dan kondisi peserta ekstrakurikuler

taekwondo, ketiga confidence peserta ekstrakurikuler taekwondo untuk dapat

berinteraksi secara positif dengan lingkungan, keempat statisfaction peserta

ekstrakurikuler taekwondo di SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal tahun 2015.

2. Kepribadian

Menurut Eysenck kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku

aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh

keturunan dan lingkungan. Pola perilaku tersebut berasal dan dikembangkan

melalui interaksi fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkah

laku. Adapun keempat sektor tersebut adalah sektor kognitif, sektor konatif,

sektor afektif, dan sektor somatic. Menurut Dwi Sunar Prasetyo kepribadian

dibagi atas 2 pola perilaku yaitu ekstrovert dan introvert. Ekstrovert yang

dimaksud adalah kepribadian seseorang dimana dia senang bersama orang lain,

tidak merasa tersiksa ketika bersama dengan orang lain, atau hadir dalam

pertemuan-pertemuan. Introvert yaitu kepribadian seseorang dimana dia kurang

menyukai hidup berdampingan atau bersama dengan orang lain. Dia lebih suka

hidup sendiri, tidak suka dengan orang baru, tidak suka berbicara di depan

umum, tidak suka menonjolkan diri.

Kepribadian yang dimaksud oleh penulis adalah tipe kepribadian

ekstrovert atau tipe kepribadian introvert yang cenderung dimiliki oleh peserta

ekstrakurikuler taekwondo SMA/SMK Negeri se-Kota Kendal tahun 2015.

(23)

Menurut Suharsimi Arikunto kegiatan ekstrakulikuler merupakan

kegiatann di luar struktur program yang ada pada umumnya merupakan kegiatan

pilihan. Dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dipilih siswa yaitu kegiatan

ekstrakurikuler taekwondo. Taekwondo adalah beladiri nasional Korea. Tae

bararti kaki, kwon berarti tangan dan do berarti jalan. Jalan disini maksudnya

cara atau seni. Jadi, taekwondo bisa diartikan sebagai seni membela diri dengan

tangan dan kaki.

Dalam penelitian ini adalah ekstrakurikuler taekwondo merupakan

olahraga beladiri yang dipilih peserta ekstrakurikuler di SMA/SMK Negeri se-Kota

Kendal tahun 2015 dimana beladiri taekwondo berasal dari korea yang

(24)

10

2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah energi psikologis yang bersifat abstrak. Wujudnya hanya

dapat diamati dalam bentuk manifestasi tingkah laku yang ditampilkannya

(Husdarta, 2010 : 31).

Menurut Anshel (1990 : 100) motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu

“movere” meaning “to move”. Sesuai dengan pendapat tersebut motivasi berarti

menggerakan atau mendorong untuk bergerak (Komarudin, 2013 : 23).

Motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat

dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna

mencapai suatu tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan

bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan yang terdapat dalam diri

seseorang yang mengatur tindakannya dalam posisi tertentu. Adapun Greenberg

menyebutkan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang

terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktifitas

tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) (Djaali, 2013 : 101).

Motif adalah dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri seseorang

yang mendorong yang bersangkutan untuk berbuat atau bertingkah laku dalam

rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah sesuatu

daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi

menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan.

(25)

dikatakan sebagai tidak memiliki motif untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu. Bahkan motif bisa dikatakan sebagai daya penggerak aktif dari sebuah

tindakan, terutama ketika seseorang berada dalam keadaan dimana dia memiliki

kebutuhan yang sangat mendesak (Akyas Azhari, 2004 : 65-66).

Menurut Sarlito (2006) menjelaskan bahwa motivasi merupakan istilah

yang lebih umum, yang menunjukkan kepada seluruh proses gerakan itu,

termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu,

tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari

gerakan atau perbuatan (Husdarta, 2010 : 33).

Alderman (1974) mendefinisikan bahwa motivasi merupakan suatu

kecenderungan untuk berperilaku secara selektif kesuatu arah tertentu yang

dikendalikan oleh adanya konsekuensi tertentu, dan perilaku tersebut akan

bertahan sampai sasaran perilaku dapat dicapai. Sifat selektif dari perilaku

berarti individu yang berperilaku membuat suatu keputusan untuk memilih

tindakannya. Arah tertentu dari perilaku artinya tindakan yang dilakukan memiliki

suatu tujuan sesuai dengan keinginan. Adapun yang dimaksud dengan

konsekuensi adalah suatu kondisi negatif yang diperoleh individu jika melakukan

perilakunya tersebut (Monty P Satiadarma, 2000 : 71).

Dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang

terdapat dalam diri seseorang maupun kelompok yang menggerakan atau

mendorong untuk bergerak dengan ditandai munculnya “feeling” baik secara

sadar maupun tidak sadar dengan suatu tujuan tertentu sesuai dengan keinginan

individu. Jadi motivasi sangat penting bagi peningkatan siswa dalam berlatih

ekstrakurikuler taekwondo, dengan mengetahui tingkat motivasi yang mendorong

(26)

2.1.1.1. Teori-teori Motivasi

Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari

timbulnya motivasi, Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup

manusia itu terbagi atas lima tingkatan (Djaali. 2013 : 102) yaitu :

1. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhinya

dengan segera seperti keperluan untuk makan, minum, berpakaian, dan

bertempat tinggal.

2. Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh

keselamatan, keamanan, jaminan, dan perlindungan dari ancaman yang

membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspek.

3. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai,

dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

4. Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan seseorang untuk memperoleh

kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan, dan pengakuan.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk

memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan kemashuran sebagai pribadi

yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil

prestasi luar biasa.

Disamping teori kebutuhan diatas, ada juga teori lain tentang motivasi

yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain sebagai berikut (Akyas Azhari,

2004 : 71-74) :

1. Homeostatis, teori ini diturunkan dari teori drive dan teori aurosal. Kedua teori

ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Teori drive dipelopori oleh Clarkleond

(27)

kekurangan zat tertentu, maka akan menimbulkan sejumlah keadaan seperti

ini secara alamiah akan timbul suatu ketegangan dalam tubuh, dan

ketegangan ini akan memuncak jika kebutuhan untuk menghilangkan

ketidakseimbangan tidak terpenuhi. Untuk itu ia akan mendorong organisme

agar berperilaku untuk menghilangkan ketegangan atau pengembalian

keseimbangan tubuh melalui tindakan pemenuhan kebutuhan tadi. Keadaan

keseimbangan itu disebut homeostatis atau dengan kata lain homeostatis

bisa terjadi jika determinan-determinan biologis telah tercukupi. Inilah yang

menjadi dasar dari motivasi tindakan seseorang. Teori Aurosal dipelopori

oleh Elizabeth Deffy. Ia mempunyai pendapat tentang homeostatis yang

berbeda dengan teori drive. Menurut Elizabet organisme tidak selalu

berusaha menghilangkan ketegangan, akan tetapi justru sebaliknya

organisme seringkali berusaha meningkatkan ketegangan dalam dirinya.

Homeostesis menurut teori ini bisa dicapai jika berada dalam ketegangan

yang tidak terlalu rendah dan tinggi. Keadaan inilah yang hendak dicapai atau

menjadi dasar motivasi tindakan seorang individu.

2. Teori Atribusi, teori ini dicetuskan oleh Fritz Helder, berpendapat bahwa

motivasi seseorang ditentukan oleh determinan-determinan lingkungan.

Untuk itu motivasi dari tindakan seseorang dapat dilacak dari bagaimana

seseorang menafsirkan atau berusaha mengerti apa yang melatarbelakangi

peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

3. Teori Harapan, teori ini dicetuskan oleh Victori E. Vroom yang beranggapan

bahwa motivasi merupakan produk kombinasi antara besarnya keinginan

seseorang untuk mendapatkan hadiah atau reward tertentu dengan

(28)

diperlukan untuk memperoleh reward itu. Dimana ketika seseorang

menginginkan hadiah, tingkat motivasinya akan meningkat.

4. Aktualisasi Diri, teori ini dikembangkan oleh Carl Rogers dan Abraham H.

Maslow. Keduanya beranggapan bahwa manusia adalah makhluk rasional,

oleh karena itu setiap rangsangan terlebih dahulu akan mengalami proses

kognitif sebelum terjadinya suatu respon. Maslow berpandangan bahwa

motivasi tertinggi dalam kehidupan manusia adalah aktualisasi diri. Hal ini

dapat dicapai jika telah terpenuhinya beberapa tingkat kebutuhan tertentu.

5. Teori Motif Berprestasi, menurut pengembangan teori ini, David Mc Clelland,

perilaku atau tindakan manusia didasari oleh motif-motif sebagai berikut ini :

a. Motivasi Berprestasi atau need of achievement (n-ach) tercermin dari

perilaku individu yang selalu mengarah kepada tugas-tugas yang

menantang tanggung jawab secara pribadi. Ia terbuka untuk menerima

umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif-kreatif.

b. Motivasi-motivasi lain yaitu : 1) kebutuhan kekuasaan atau need of

power (n-power) yang terlihat dari individu yang selalu menanamkan

pengaruh atas orang lain demi reputasinya sendiri. 2) kebutuhan

berafilisiasi need of affiliation (n-aff) yang terlihat pada perilaku individu

yang menyukai berkumpul dengan orang lain, membina hubungan, dan

melakukan afiliasi-afiliasi baru. Hanya saja penelitian tentang kedua

motifasi ini kurang berkembang dibandingkan dengan kebutuhan akan

prestasinya.

6. Motivasi Takut Berprestasi, teori ini dikembangkan oleh John At Kinson

hanya mengganti istilah motivasi n-power dan n-naff dari Mc Clelland sebagai

(29)

Jadi berdasarkan uraian teori motivasi diatas motivasi terbentuk dari

beberapa aspek seperti : fator kebutuhan, homeostatis, atribusi, teori harapan,

aktualisasi diri, motivasi berprestasi, dan motivasi takut berprestasi.

2.1.1.2. Motivasi Dilihat dari Dasar Pembentukannya

Motivasi dapat dilihat dari dasar pembentukannya terdiri dari

macam-macam bentuk, diantaranya motif-motif bawaan, motif-motif yang dipelajari, motif

jasmaniah dan rohaniah, momen timbulnya alasan, momen putusan, momen

terbentuknya kemauan yang akan dijelaskan seperti berikut :

1. Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu

tanpa dipelajari. Sebagai contohnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk

minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual.

Motif-motif ini diisyaratkan secara biologis, maka Arden N. Frandsen memberi

istilah jenis motif physiological drivers.

2. Motif-motif yang dipelajari adalah motivasi yang timbul karena dipelajari.

Sebagai contohnya : dorongan untuk belajar suatu ilmu pengatuhuan,

dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini

seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyarakatkan secara sosial.

Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs.

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah yang termasuk motivasi jasmaniah seperti

misalnya : refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk

motivasi rohaniah adalah kemauan.

4. Momen timbulnya alasan, sebagai contohnya seorang pemuda yang sedang

giat berlatih olahraga untuk menghadapi suatu porseni di sekolahnya,

tiba-tiba disuruh ibunya untuk mengantarkan tamu membeli tiket karena tamu itu

(30)

Dalam hal ini si pemuda tersebut timbul alasan baru untuk melakukan suatu

kegiatan (kegiatan mengatar). Alasan baru itu bisa karena untuk menghormat

tamu atau mungkin keinginan untuk tidak mengecawakan ibunya.

5. Momen pilihan, maksudnya dalam keadaan pada waktu ada

alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan di antara alternatif-alternatif atau

alasan-alasan itu.

6. Momen putusan persaingan antara berbagai alasan, sudah barang tentu

akan berakhir dengan dipilihannya satu alternatif. Satu alternatif inilah yang

menjadi putusan untuk dikerjakan.

7. Momen terbentuknya kemauan, kalau seseorang sudah menetapkan satu

putusan untuk dikerjakan, timbullah dorongan pada diri seseorang untuk

bertindak, melaksanakan putusan itu.

Jadi dilihat dari pembentukan motivasi ada yang dibawa sejak lahir,

terbentuk karena hasil proses yang dipelajari, motif yang timbul karena keadaan

jasmani dan rohani, motif yang timbul karena suatu momen yang menjadikan

alasan, momen pilihan, momen putusan persaingan antara berbagai alasan, dan

moment terbentuknya karena suatu hasil kemauan..

2.1.1.3. Fungsi Motivasi dalam Olahraga

Motivasi memiliki banyak fungsi dalam berolahraga dan didorong oleh

beberapa faktor-faktor yang mampu meningkatkan motivasi atlet. Banyak atlet

elit yang mencurahkan perhatianya dan kesenangannya pada olahraga yang di

geluti, atlet tersebut memiliki sensasi yang kuat dan merasa termotivasi dalam

aktifitas itu. Motivasi memiliki dua fungsi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

(31)

1. Motivasi Instrinsik sangat menentukan atlet untuk memutuskan dirinya untuk

terus berprestasi dalam olahraga yang digelutinya. Bagi atlet yang memiliki

motivasi intrinsik aktifitasnya dilakukan secara sukarela, penuh kesenangan,

kepuasan, sehingga atlet merasa kompeten dengan apa yang dilakukannya.

Harsono (1988) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik disebut “competence

motivation” karena atlet biasanya sangat bergairah untuk meningkatkan

kompetensinya dalam usahanya untuk mencapai kesempurnaan. Aktivitas

yang didasari dengan motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama

dibandingkan motivasi lainnya. Penelitian Anshel (1990 :107) menunjukkan

bahwa : “perilaku yang didasari dengan motivasi intrinsik akan bertahan kebih

lama, lebih menyenangkan dan lebih meningkatakan gambaran diri

ketimbang aktivitas yang didasari dengan motivasi ekstrinsik”. Oleh karena itu

motivasi intrinsik harus ditumbuhkan pada diri atlet, sebab perilaku yang

didasari dengan motivasi intrinsik cenderung lebih giat, lebih gigih, dan

relative menetap dibandingkan perilaku yang didorong dengan motivasi yang

bersifat ekstrinsik.

2. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul karena adanya faktor luar

yang mempengaruhi dirinya. Atlet berpartisipasi dalam aktivitas olahraga

tidak didasari dengan kesenangan dan kepuasan, tetapi keterlibatan atlet

dalam aktivitas itu didasari oleh keinginan untuk peroleh sesuatu. Harsono

(1988) menjelaskan bahwa motivasi ekstrinsik sering pula disebut

competitive motivation” karena dorongan untuk bersaing dan menang

memainkan peran lebih besar daripada kepuasan karena telah berprestasi

dengan baik. Motivasi ekstrinsik merupakan keinginan untuk menampilkan

(32)

demikian motivasi ekstrinsik akan berfungsi manakala adanya rangsangan

dari luar diri seseorang. Misalnya, seseorang terdorong untuk berusaha atau

berprestasi sebaik-baiknya disebabkan karena : 1) menariknya hadiah-hadiah

yang dijanjikan kepada atlet bila menang. 2) perlawatan keluar negeri, 3)

akan dipuja orang, 4) akan menjadi berita dikoran dan TV, 5)ingin mendapat

status di masyarakat, dan sebagainya.

Jadi motivasi dalam berolahraga dibagi menjadi dua yaitu berasal dari

dalam (intrinsik) dan yang berasal dari luar (ekstrinsik). Keduanya memiliki

kelebihan dan kekurangan masing-masing yang keberadaanya dibutuhkan untuk

meningkatkan motivasi peserta ekstrakurikuler taekwondo untuk mencapai

prestasi, dengan mengetahui motivasi intrinsic dan ekstrinsik peserta

ekstrakurikuler taekwondo, dapat mempermudah meningkatkan motivasi peserta

ekstrakurikuler taekwondo.

2.1.1.4. Teori ARCS

Berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) dalam (Prasetya

Irawan, 2005 : 43) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang

disebut model ARCS. Di dalam model yang dikemukakan ada empat kategori

kodisi motivasional yang harus diperhatikan dalam usaha menghasilkan proses

suatu aktivitas yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi

masyarakat. Keempat motivasional tersebut dijelaskan sebgai berikut ini:

1. Perhatian ( Attention )

Perhatian seseorang muncul didorong karena rasa ingin tahu, dan rasa

ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen-elemen yang baru,

(33)

diperhatikan agar stimulus sebagai hal yang sudah biasa dan akan kehilangan

keefektifan.

2. Relevansi ( Relevance )

Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara kebutuhan dan kondisi

seseorang. Motivasi seseorang akan terpelihara apabila mereka menganggap

apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai

dengan nilai yang dipegang.

3. Kepercayaan Diri ( Confidence )

Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat

berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Menurut Bandura

mengembangkan lebih lanjut konsep tersebut dengan mengajukan knsep “self -afficacy’. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya

memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat

keberhasilan, prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah motivasi akan mengikat

sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil.

4. Kepuasan ( satisfaction )

Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan dan

seseorang akan termotivasi untuk berusaha mencapai tujuan yang serupa.

Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima

baik yang berasal dari dalam maupun dari luar seseorang tersebut.

Jadi menurut teori ARCS (Attention Relevance Confidence Satisfaction)

ada empat kategori motivasi yaitu : perhatian, relevansi, kepercayaan diri,

kepuasan dimana kategori yang paling rendah adalah pada perhatian kemudian

relevansi selanjutnya kepercayaan diri dan paling tinggi adalah kepuasan dimana

(34)

2.1.1.5. Strategi Meningkatkan Motivasi Atlet

Prinsip dan teori motivasi dapat meningkatakan penampilan atlet.

Penerapan motivasi merupakan pekerjaan pelatih dan atlet dalam situasi

spesifik. Banyak pelatih yang mengatakan bahwa motivasi atlet itu harus nampak

dalam tanggung jawab atlet setelah atlet tersebut mempelajari berbagai

ketrampilan dalam olahraga. Terkait dengan hal tersebut, pelatih harus memiliki

kemampuan untuk memotivasi atlet agar atlet tertarik untuk berlatih ketrampilan

dan tehnik yang selanjutnya mampu menerapkannya dalam situasi kompetisi

yang kritis. Kemampuan yang dimaksud terkait dengan beragam strategi yang

bias digunakan oleh pelatih untuk meningkatkan motivasi atlet (Komarudin, 2013

: 32 - 35).

Terkait hal tersebut, Brewer (2009 : 8) menyebutkan beberapa strategi

yang dapat diterapkan.

1. Tetapkan goal-setting

Goal-setting merupakan prosedur untuk meningkatkan tujuan, baik tujuan

jangka pendek, menengah, sampai tujuan jangka panjang. Goal-setting bertujuan

untuk memotivasi atlet supaya lebih produktif dan efektif dalam menampilkan

performa.

2. Berikan penguatan atau umpan balik

Umpan balik sering digunakan pelatih untuk mendorong atlet terus

berlatih. Kata-kata yang sering terungkap seperti waaw, mengagumkan, hebat

adalah beberapa contoh umpan balik secara umum.

3. Ciptakan situasi yang menyenangkan

Segala kegiatan yang dilakukan oleh atlet harus didasari oleh

(35)

tanggung jawabnya. Aktifitas yang dilakukannya tidak di dorong oleh paksaan

orang lain.

Jadi untuk meningkatkan motivasi atlet ada 3 tindakan yang harus

dilakukan oleh pelatih yaitu menetapkan goal-setting, memberikan penguatan

atau umpan balik, menciptakan situasi yang menyenangkan dimana ketiga

motivasi tersebut berhubungan dan tidak bisa dipisahkan..

2.1.2. Kepribadian

2.1.2.1. Pengertian Kepribadian

Secara etimologis istilah personality atau kepribadian memiliki akar kata

dari kata latin sonare yang kemudian berkembang menjadi kata persona yang

berarti “topeng” (Akyas Azhari, 2004 : 164). Secara filosofis dapat dikatakan pribadi adalah “aku yang sejati” dan kepribadian merupakan “penampakan sang aku” dalam bentuk perilaku tertentu. Disini muncul gagasan umum bahwa

kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang

diperoleh dari apa yang dipikir, dirasakan dan diperbuat yang terungkap ,elalui

perilaku (Djaali, 2013 : 2)

Kepribadian menurut Allport (Sumardi Suryabrata, 2013 : 205 - 207)

adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psikofisis yang

menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Definisi ini perlu dijelaskan maksudnya: pernyataan “organisasi dinamis”

menekankan kenyataan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah

walaupun dalam pada itu ada organisasi sistem yang meningkat dan

menghubungkan berbagai komponen dari pada kepribadian. Istilah “psikofisis”

menunjukan bahwa kepribadian bukanlah eksklusif (semata–mata) mental dan

(36)

dan jiwa (tak terpisah-pisah) dalam kesatuan kepribadian. Istilah “menentukan” menunjukan bahwa kepribadian mengandung tendensi-tendensi determinasi

yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu. kata khas yang

menunjukkan tekanan utama yang diberikan oleh Allport pada individualitas.

Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri

terhadap lingkungan, jadi dengan demikian berarti tidak ada dua orang yang

mempunyai kepribadian yang sama. Dengan menyatakan “menyesuaikan diri

terhadap lingkungan” Allport menunjukkan keyakinannya bahwa kepribadian

mengantarai individu dengan lingkungan fisis dan lingkungan psikologisnya,

kadang-kadang menguasainya. Jadi kepribadian adalah sesuatu yang

mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.

Menurut Eysenck kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku

aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh

keturunan dan lingkungan. Pola perilaku tersebut berasal dan dikembangkan

melalui interaksi fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkah

laku. Adapun keempat sektor tersebut adalah sektor kognitif, sektor konatif,

sektor afektif, dan sektor somatik (Sumardi Suryabrata. 2013. 289-290).

Selanjutnya Phares (dalam Alwisol, 2004: 10) menambahkan bahwa

kepribadian merupakan pola khas dari pikiran, perasaan yang selalu

menampakan diri dalam kehidupan seseorang serta tidak mudah berubah-ubah

sepanjang hidup seseorang.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian

adalah keseluruhan pola tingkah, sifat-sifat, kebiasaan, dan unsur-unsur psikifisik

lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang serta tidak

(37)

2.1.2.2. Pembentukan Kepribadian

Akyas Azhari (204. 167-168) kepribadian merupakan susunan

faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial sekaligus. Untuk itu keseimbangan

kepribadian sangat ditentukan oleh kemampuan mengintegrasikan ketiga faktor

ini menjadi bagian integral dari kehidupan. Secara sistematis dapat dikemukakan

bahwa ada beberapa faktor mempengaruhi pembentukan atau perkembangan

kepribadian, yaitu pembawaan, pengalaman-pengalaman yang aktual bagi

individu dan kebudayaan. Totalitas individu terbentuk melalui interaksi ketiga

faktor tersebut. Ketiganya dapat dijelaskan sebahgai berikut:

1. Heredity (pembawaan), untuk mengetahui bagaimana pembawaan

berpengaruh pada perkembangan kepribadian, bisa diperhatikan sejumlah

hasil penelitian psikolog tentang hal ini. Lalu kita lihat hubungan antara

konteks dan derajat pengaruhnya. Misalnya penelitian mengenai anak

kembar identik, dimana faktor hereditas memiliki faktor yang signifikan bagi

pembentukan kepribadian atau dengan kata lain lingkungan yang

berbeda-beda tidak akan banyak berpengaruh bagi perkembangan kepribadian

sepasang anak kembar.

2. Pengalaman dan lingkungan keluarga, meskipun setiap anak muda akan

bereaksi terhadap pengalaman-pengalaman baru menurut pihak kematangan

atau kecerdasan tempramennya, akan tetapi reaksi-reaksinya berubah oleh

interaksinya dengan orangtua dan lingkungan keluarga pada umumnya, akan

tetapi reaksinya akan berubah oleh interaksinya dengan orangtua dan

lingkungan keluarga pada umumnya. Untuk itu perkembangan kepribadian

(38)

(0-2 tahun) sampai dengan kanak-kanak ((0-2-6 tahun) dimana di usia-usia ini bisa

disebut sebagai masa- masa emas pembentukan kepribadian.

3. Kebudayaan, karena anak memiliki kecenderungan meniru tingkah laku

orang tuanya, bisa jadi tingkah laku dapat diwariskan dari orangtua kepada

anak. Bagi anak-anak peniruan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan

bagi perkembangan pribadinya, sebab si anak sangat sugestibel. Melalui

peniruan inilah anak menyerap sikap sikap kepribadian dan menjadi model

yang ditiru secara utuh. Inilah awal dari bagaimana kebudayaan

mempengaruhi kepribadian seseorang. Selama kebudayaan berlangsung

secara terus menerus dalam jangka panjang. Tentunya disini kehidupan

keluarga biasanya mempresentasikan dan memelihara kebudayaan tertent,

pada gilirannya nanti, seseorang yang dibesarkan dalam latar belakang

kebudayaan tentu itu akan menjadi penjaga dan pemelihara kebudayaan

yang ia terima sejak masa kecil.

Jadi pembentukan kepribadian berdasarkan uraian di atas dipengaruhi

oleh 3 faktor yaitu: pembawaan, pengalaman dan lingkungan keluarga,

kebudayaan yang sifatnya melekat karena pengaruh yang kuat dari ketiga faktor

tersebut.

2.1.2.3. Tipe Kepribadian Eysenck

Setiap orang mempunyai tipe kepribadian yang berbeda dengan orang

lain. Tipe adalah kumpulan dari trait yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu

kombinasi yang luas. Banyak ahli yang membagi tipe kepribadian, salah satunya

adalah tipe kepribadian dari Eysenck. Penyelidikan-penyelidikan Eysenck banyak

(39)

Dari penyelidikannya Eysenck mengemukakan tipe kepribadian yaitu tipe

Ekstraversi, tipe Neorotisisme, dan tipe Psikotisisme.

Eysenck menjelaskan sifat-sifat atau karakteristik yang menonjol dari

tipe-tipe diatas adalah sebagai berikut (Sumardi Suryabrata. 2013. 292-296):

1. Tipe Introversion-ekstraversion, istilah tipe ekstraversi dan Introversi pertama

kali dikemukakan oleh Jung, hanya saja Eysenck lebih membahasnya secara

popular. Ekstraversi adalah orang yang mempunyai pandangan objektif dan

tidak pribadi. Sedangkan Introversi adalah orang yang pandangannya

subyektif dan individual. Orang dengan tipe ekstraversi kecenderungan untuk

mengembangkan gejala-gejala histeris dan tipe ini lebih memiliki sifat-sifat

sosiabel, lincah, asertif, mencari sensasi, riang, dominan, bersemangat dan

berani. Introversi merupakan kebalikan sifat ekstroversi yaitu tidak sosial,

pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih, penurut, pesismis, penakut.

Berdasarkan penelitian Esyenck, orang-orang dengan tipe ekstoversi lebih

memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta olahraga beregu.

2. Tipe Neurotisisme, orang dengan tipe ini mempunyai sifat cemas, tertekan,

berdosa, harga diri rendah, tegang, irasional, malu, mudah terpengaruh,

kurang tetap pendirian, lambat dalam tindakan dan pikiran murung dan

emosional.

3. Tipe Psikotisisme, sifat sifat dari tipe ini adalah prestasinya rendah dalam

penjumlahan(angka-angka), yang kontinyu, dalam “mirror drawing”,

asimilatornya lambat pada tes perspektif, kurang pasti terhadap sikap-sikap

(40)

gerak-gerik lebih besar dan menaksir jarak serta score, berlebih-lebihan,

membaca lambat, taraf aspirasi kurang sesuia dengan kenyataan.

Sedangkan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert menurut Dwi Sunar

Prasetyo yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut :

Ekstrovert yang dimaksud dengan kepribadian ekstrovert adalah

kepribadian seseorang dimana siswa senang bersama orang lain, tidak merasa

tersiksa ketika bersama dengan orang lain, atau hadir dalam

pertemuan-pertemuan, tidak merasa kaku untuk berbicara didepan umum atau orang yang

belum dikenal, sangat mudah bergaul atau supel dan menyenangi bertemu

dengan orang-orang baru, mudah berbaur dan tidak merasa canggung dalam

pergaulan. Biasanya siswa disenangi oleh teman atau lingkungannya. Introvert

yaitu kepribadian seseorang dimana siswa kurang menyukai hidup

berdampingan atau bersama orang lain. Siswa lebih suka hidup sendiri, tidak

suka dengan orang baru, tidak suka berbicara didepan umum, tidak suka

menonjolkan diri. Siswa tidak berani membuka lebih dulu percakapan pada orang

baru. Pembawaanya terlihat kaku jika bersama orang banyak, apalagi dengan

orang-orang yang tidak dikenal sama sekali. Siswa juga mudah tersinggung

terutama dengan lelucon tentang dirinya. Siswaa juga kurang percaya diri,

pemalu pendiam, dan kurang banyak tertawa, rasa humornya rendah. (Dwi

Sunar Prasetyo. 2013.229-230)

Berdasarkan penjelaskan diatas Eynseck membagi tipe kepribadian

menjadi 3 yaitu Introvert-Ekstrovert, Tipe Neurotisisme dan tipe Psikotisisme

dimana setiap tipe kepribadian tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang tidak

dimiliki oleh tipe kepribadian lainnya. Jadi sangat penting untuk mengetahui

(41)

2.1.2.4. Struktur Kepribadian Freud

Sigmund Freud menjelaskan bahwa struktur kepribadian terdapat atas

tiga aspek (Sumardi Suryabrata, 2013 :124-128) yaitu:

1. Das Es (the id) aspek biologis,

Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan system yang original

didalam kepribadiannya, dari aspek ini kedua aspek lainnya tumbuh. Das Es

merupakan dunia batin atau subyektif manusia dan tidak mampunyai hubungan

langsung dengan dunia obyektif. Pedoman dalam berfungsinya das Es adalah

menghindari diri dari ketidak enakan dan mengejar keenakan. Hal ini di sebut

Freud “prinsip keenakan”. Untuk menghilangkan ketidakenakan dan mencapai

kenikmatan itu das Es mempunyai dua cara (alat proses), yaitu : pertama iyalah

reflek dan reaksi-reaksi otomatis seperti misalnya bersin, berkedip. Yang kedua

proses primer seperti misalnya orang lapar membayangkan makanan.

2. Das Ich (the ego), aspek psikologis

Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan

baik dengan dunia nyata (realita). Perbedaan pokok antara das Es dan das Ich

adalah das Es hanya mengenal dunia subyektif (dunia batin) maka das Ich dapat

membedakan sesuatu yang ada didalam batin dan sesuatu yang ada di luar.

3. Das Ueber Ich (the super ego), aspek sosiologis

Aspek sosiologi kepribadian merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional

serta cita-cita masyarakan sebagaimana ditafsirkan orangtua kepada

anak-anaknya yang diajarkan dengan berbagai perintah langsung. Adapun fungsi

pokok das Ueber Ich dapat dilihat dengan hubungan antara ketiga aspek

(42)

impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataanya sangat ditentang oleh

masyarakat. Kedua, mendorong das Ich untuk mengejar hal-hal yang moralitistis

daripada yang realistis. Ketiga, mengejar kesempurnaan.

Berdasarkan teori yang disampaikan diatas bahwa struktur kepribadian

Freud terbagi atas tiga kelompok yaitu: Das Eh, Dash Ich dan Das Ueber Ich

diamana tiap-tiap kelompik mewakili aspek-aspeknya.

2.1.2.5. Psikologi Kepribadian

Singgih D.Gunarsa (2008, 35-36) menjelaskan bahwa kepribadian

banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai dengan

bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepak bola, dan bulu

tangkis. Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya

dengan berolahraga, seseorang akan mengembangkan sikap pantang

menyerah, gigih, serta sikap membuka diri terhadap lingkungan sosialnya.

Bidang yang mempelajari hubungan antara kepribadian dengan olahraga

disebut dengan Sport Personology. Seperti yang telah disinggung pengaruh

timbal balik antara kepribadain dan prestasi seorang atlet dalam bidang yang

ditekuninya, memunculkan perdebatan diantara para psikolog olahraga. Singgih

D.Gunarsa (2008, 36-37) membagi pendapat-pendapat itu dalam 3 kelompok

besar yaitu:

1. Golongan pertama adalah yang mengganggap bahwa suatu olahraga

tertentu memiliki banyak kaitannya dengan kepribadian. Contohnya :

sepakbola, golf, dan bola basket.

2. Golongan kedua yang menganggap bahwa beberapa cabang olahraga,

(43)

tidak terlalu berpengaruh terhadap prestasinya. Misalnya pada cabang

Atletik.

3. Golongan ketiga adalah pendapat yang menyatakan bahwa pengaruh

kepribadian terhadap penampilan seorang atlet dalam olahraga bersifat

moderat . Artinya pengaruh tersebut tetap ada tetapi tidak terlalu dominan.

Jadi hubungan kepribadian dan olahraga dibagi menjadi tiga kelompok

besar yaitu kelompok pertama yang beranggapan bahwa olahraga memiliki

banyak kaitan dengan kepribadian, kelompok kedua yaitu beberapa cabang

olahraga tidak terlalu berpengaruh dengan kepribadian dan golongan ketiga

pengaruh kepribadian penampilan seorang atlet olahraga bersifat moderat.

2.1.2.6. Pengukuran Kepribadian

Sekalipun berbagai kendala pengukuran kepribadian atlet tetap muncul,

upaya pakar para psikolog pada umumnya dan para psikolog olahraga pada

khususnya tetap terus di lanjutkan sebagai usaha untuk mengungkap aspek

kepribadian yang memiliki peran penting bagi individu untuk memperoleh sukses

di dalam olahraga. Hal ini tentunya penting dirasakan apabila standar

kepribadian atlet untuk cabang olahraga tertentu dapat di tetapkan, proses

seleksi untuk memperoleh atlet berbakat akan lebih mudah (Monty P.S,

2000,38-39).

1. Pengukuran “Trait” dan “state”

Trait adalah elemen kencenderungan seseorang yang menjadikan

seseorang memiliki kecenderungan tertentu untuk berperilaku. Spielberger,

Gorsuch dan Lushene (1970) dalam membahas pengukuran kecemasan

membedakan “trait” dan “state” adalah kecenderungan situasional, atau

(44)

situasi tertentu pada suatu saat. Beberapa pengukuran “trait” dan “state” ini adalah : The State-Trait Anxiety Inventory (Spielberger, Gorsuch, & Lushense,

1970), The Test of Attention and Interpersonal Style (Nideffer,1976), The Profile

of Mood States (McNail, Lorr,& Droppleman, 1971), The Eysenck Personality

Inventory (Eysenck & Eysenck, 1968).

2. Pengukuran berdasarkan situasi khusus

Sarason (1975) beranggapan bahwa sejumlah pelajar yang dalam situasi

sehari-hari tidak menunjukan kecemasan, nyatanya memiliki hasil tes buruk

karena mereka mengalami kecemasaan pada saat dites. Ia beranggapan bahwa

situasi tertentu cenderung menimbulkan dampak psikologis tertentu. Jadi

menurutnya untuk menentukan derajat kecemasaan seseorang, situasi pra-tes

atau sebelum diberikan tes merupakan situasi yang sangat baik untuk

memberikan gambaran sesungguhnya tentang derajat kecemasan seseorang.

3. Pengukuran khusus dalam situasi olahraga

Pengukuran dalam situasi olahraga merupakan pengukuran pada situasi

spesifik. Seorang pelatih dapat mengukur kecemasan seseorang beberapa

waktu sebelum bertanding misalnya. Situasi pra-kompetisi ini dianggap sebagai

situasi yang tepat untuk memperoleh gambaran yang sesungguhnya tentang

derajat kecemasan atlet. Sedangkan jika atlet dievaluasi bukan pada saat

pra-kompetisi, data yang diperoleh tidak memberikan gambaran yang sebenarnya.

Beberapa pengukuran ini telah dikembangkan diantaranya : the Sport

Competition Anxienty Test (Martens,1977), dan The Trait-State convidence

Inventory (Vealey, 1986).

Baerdasarkan teori yang telah disampaikan diatas ada tiga cara

(45)

trait, pengukuran situasi khusus dan pengukuran dalam situasi olahraga. Dalam

pengukuran jenis ini memiliki keunggulan masing-masing seperti yang telah

dijelaskan diatas.

2.1.2.7. Kepribadian Atlet dan Bukan Atlet

Berdasrkan sejumlah penelitian Weinberg dan Gould (1995) mengutip

beberapa laporan hasil penelitian tentang kepribadian atlet dan bukan atlet yang

sebagai berikut (Monty P.S, 2000, 45-47):

1. Dibandingkan yang bukan atlet, atlet yang bermain dalam olahraga beregu

menunjukan: kurang menggunakan berpikir abstrak, cenderung lebih

ekstrovert, cenderung lebih dependen (menggantungkan diri pada orang

lain), kurang memiliki ketahanan ego.

2. Dibandandingkan dengan yang bukan atlet, atlet yang bermain dalam

olahraga individual menunjukan hal-hal sebagai berikut: lebih bersikap

obyektif, lebih bergantung pada orang lain (dependensi), tidak terlalu cemas,

kurang menggunakan kemampuan berpikir abstrak.

3. Dibandingkan dengan yang bukan atlet, atlet perempuan menunjukan hal-hal

sebagai berikut: berorientasi pada prestasi, tidak tergantung pada orang lain

(independen), cenderung agresif, emosinya cenderung stabil, “assertive

(berani berpendapat secara terbuka mengatakan apa yang hendak dikatakan

sesuai dengan kewajarannya).

4. Profil Gunung Es seperti yang dikemukakan Morgan (1979, 1980)

menunjukkan perbandingan atlet bintang dan atlet bukan bintang. Atlet

bintang memiliki keteguhan lebih tinggi, dan kelelahan serta kebimbangan

lebih rendah daripada atlet bukan bintang. Sementara itu jika dibandingkan

(46)

ketegangan, kebimbangan dan depresi dibawah rata-rata. Jika hasil ini

dilukiskan maka akan membentuk gambaran seperti gunung es.

5. Sejumlah pakar kini juga tertarik untuk mempelajari hubungan latihan dengan

kepribadian, misalnya hunbungan antara latihan dan kepribadian A. Tipe

kepribadian A memiliki kecenderungan tingkat aktivitas kerja tinggi dan

mengalami gangguan jantung akibat intensitas kerja yang terlalu tinggi.

Beberapa percobaan memperoleh bukkti bahwa program aerobik selama 12

minggu menurunkan derajat aktivitas kerja individu bertipe kepribadian A,

serta mengurangi reaksi kardiovaskular terhadap kondisi stress. Jadi latihan

olahraga memberikan keuntungan bagi peningkatan kesehatan ( et al., 1988)

6. Sonstroem (1984) mengemukakan bahwa latihan olahraga memiliki kolerasi

positif dengan perkembangan konsep diri. Hubungan kolerasi positif ini belum

tentu berdasarkan kenyataan bahwa individu mengalami perbaikan,

kebugaran tubuh akibat latihan kebugaran, tetapi

Gambar

Tabel 2.1.  Daftar Kelas Dalam Kejuaraan Taekwondo
Tabel 3.1. Instrumen Tes Kepribadian
Tabel 3.2. Kategori Tipe Kepribadian Ekstrovert
Table 3.3. Kategori Tipe kepribadian Introvert
+7

Referensi

Dokumen terkait

PANITIA PENGADAAN BARANG'JASA PEMERINTAH KEGIATAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN. KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN ANGGARAN

Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar

Alur proses yang terjadi adalah sebagai berikut: Pada sistem laporan transaksi, terdapat proses meng input tipe transaksi berupa tunai atau utang dari database

Kajian sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang ( Nicolaia speciosa Horan) terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan.. Sekolah

Metode merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang peneliti dalam sebuah penelitian, dimana dalam sebuah metode penelitian dikemukakan tata cara bagaimana

[r]

PENGARUH METODE MENGAJAR DAN MOTOR ABILITY TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LAY-UP SHOOT BOLABASKET.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya peradangan pada ambing dengan cepat adalah menggunakan California Mastitis Test (CMT), yang dapat mendeteksi sel-sel