Mahasiswa Suku Sunda di Unikom Bandung )
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Komputer Indonesia
Oleh,
ANNISA APRILIANTI NIM. 41809007
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(Descriptive Study Identity Transformation on Language Adaptation of Sundanese College Student in Unikom Bandung)
By:
Annisa Aprilianti NIM. 41809007
Supervised By:
Ditha Prasanti, S.I.Kom., M.I.Kom
The main purpose of this research is to analyze how sundanese college student identity transformation in Unikom Bandung, this study was designed to answer that question, this research has focused on the following sub: Before Transformation of Identity, Adaptation Strategies, After Identity Transformation.
Research approach the researcher used is qualitative descriptive study, and sundanese college students in Unikom Bandung as the main subject. Informants were selected by purposive sampling technique, the number of key informants of this study was eight (8) derived from 3 different faculty years, the number of students who have the most sundanese is Engineering Faculty of the information and technology department, Economics faculty of the Accounting Department, and Communication faculty of social and political science. And 1 (one) cultural activist as a support informant.
Data were obtained through searches of data using observation, interviews, books, documentation and online data retrieval. To test the validity of the data the researcher using triangulation, discussions with colleagues and member check. In analyzing the data the researcher using data reduction, data collection, data presentation, draw conclusions, and evaluation technique.
The results showed that, there is a development within the Unikom Bandung sundanese college students whether it is behavior, attitude, mindset and foreign culture absorption before the transformation of identity. Adaptation strategies is the phase in which a person will begin to specify how the college students could adapt with different ethnic. After the transformation of identity is the final phase in which sundanese college students in Unikom Bandung significantly change, and finding new things such as a lot of experience after communicating with different ethnic college students.
Conclusion, in the absence of process stages and phases that affect and makes a person turn to be what he wanted,so any changes to it will be difficult to understand by themselves or a closest friend to them without transformation phase approach.
Bahasa merupakan alat komunikasi, dan bahasa sunda merupakan
bahasa yang di jadikan sebagai alat komunikasi sekaligus ciri dari masyarakat
sunda itu sendiri. Bahasa merupakan salah satu budaya pemberi karakter pada
suku sunda sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia. Bahasa juga yang
memberikan identitas bagi masyarakat suku sunda.
Bahasa sunda merupakan salah satu bahasa yang kaya. Bandung
merupakan kota yang penduduknya menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa
daerah. Maka tidak heran jika orang asli Bandung pasti akan berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa sunda. Bahasa sunda tidak hanya digunakan oleh
masyarakat kota Bandung saja, akan tetapi biasa digunakan oleh masyarakat
daerah Jawa Barat lainnya.
Dewasa ini, kita sudah sulit untuk membedakan mana masyarakat yang
merupakan suku sunda dan masyarakat pendatang di kota Bandung. Hal ini
disebabkan karena percampuran budaya yang begitu cepat terjadi tanpa kita
sadari. Perubahan yang terjadi ini salah satu faktornya adalah proses interaksi
yang terjadi di masyarakat. Ketika mereka berinteraksi, mereka saling
mentransfer informasi satu sama lainnya. Ketika mereka berkomunikasi, mereka
menggunakalan gaya mereka sesuai pembawaan dan kebiasaan mereka
berbicara, kerasnya suara, kosakata, tata bahasa, suara, gerak tubuh, dan
fitur-fitur lainnya. Walaupun penyesuaian ini dilakukan secara sadar, pembicara
biasanya tidak sadar akan hal ini, karena penyesuaian ini merupakan salah satu
proses bawah sadar.
Fenomena yang telah dipaparkan di atas merupakan fenomena yang
ternyata juga terjadi dilingkungan kampus UNIKOM Bandung. Jumlah
mahasiswa yang mencapai ribuan berasal dari berbagai daerah yang ada di
Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, medan, Bangka, dan lain sebagainya.
Mereka pasti mempunyai kebiasaan tersendiri baik dalam berperilaku
sehari-hari dan cara mereka berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitar
lingkungan mereka.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa terjadi suatu
perubahan dari mahasiswa suku sunda yang sebelum mereka masuk menjadi
salah satu mahasiswa UNIKOM, mereka menggunakan bahasa sunda sebagai
bahasa keseharian mereka. Setelah itu terjadi penyesuaian antara mahasiswa
suku sunda tersebut dengan mahasiswa yang berasal dari suku lain, proses
saling menyesuaikan ini terlihat ketika satu sama lain berkomunikasi, mereka
meniru gaya berbicara, bahasa yang digunakan, bahkan gerak tubuh yang terjadi
1.2Pertanyaan Mikro
1. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Sebelum
Tranformasi Identitas.
2. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung dalam
melakukan Strategi adaptasi.
3. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Setelah
Tranformasi Identitas.
II. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller
sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy J. Moleong menyebutkan bahwa :
“penelitian kualitatif yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.”
Penelitian kualitatif dianggap lebih cocok digunakan untuk penelitian
yang mempertimbangkan kehidupan manusia yang selalu berubah.Pendekatan
penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah
penelitiannya.Secara konvensional metodologi kualitatif cenderung diasosiasikan dengan keinginan peneliti untuk menelaah makna, konteks, dan suatu pendekatan holistik terhadap fenomena.”Mulyana.D (2008:5)
Penelitian ini melakukan pendekatan kualitatif dengan metode studi
deskriptif dimana Penelitian studi deskriptif adalah kutipan-kutipan data untuk
memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Studi deskriptif, yaitu laporan
penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian
laporan, data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
fotovideotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya
(Moleong,2006:23).
Kirk dan Miller Menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial, yang fundamental bergantung pada
pengamatan terhadap manusia dan kawasannyasendiri dan berhubungan dengan
orang tersebut dalam bahasanya dan peristiwanya.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. (Best dalam
untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia.Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata dalam Defry, 2011:21).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat
yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,
atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
III. Pembahasan
Hasil penelitian di ambil dengan menggunakan teknik purposive sample
(teknik sample bertujuan) yaitu informan yang di ambil berdasarkan pertimbangan
tertentu yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Pada penelitian ini peneliti mengambil informan yang merupakan mahasiswa
suku sunda yang ada di UNIKOM. Peneliti mengambil informan dari tiga Fakultas yang
memiliki mahasiswa suku sunda paling banyak, yaitu Fakultas Teknik dari Program
Studi Teknik Informatika, Fakultas Ekonomi dari Program Studi Akuntansi, dan
butuhkan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil dari rumusan permasalahan yang
sebelumnya pada bab I. dan 1 orang informan pendukung yang merupakan pengamat
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Pertanyaan Penelitian ... 6
1.2.1. Pertanyaan Penelitian Makro ... 6
1.2.2. Pertanyaan Penelitian Mikro ... 6
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1. Maksud Penelitian ... 6
1.3.2. Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian... 7
1.4.1. Kegunaan Teoritis... 7
1.4.2. Kegunaan Praktis ... 8
1.4.2.1. Kegunaan Bagi Peneliti ... 8
1.4.2.2.Kegunaan Bagi Akademik ... 8
x
2.2.1. Kerangka Teoitis ... 18
2.2.2. Kerangka Konseptual ... 22
2.2.2.1. Tinjauan Tentang Transformasi Identitas ... 22
2.2.2.1.1. Pengertian Transformasi Identitas... 22
2.2.2.1.2. Strategi Adaptasi dalam Transformasi Identitas ... 24
2.2.2.1.3. Pra/sebelum Transformasi Identitas ... 26
2.2.2.1.4. Strategi Adaptasi ... 27
2.2.2.1.5. Setelah Transformasi Identitas ... 36
2.2.2.2. Tinjauan Tentang Budaya Sunda ... 37
2.2.2.3. Tinjauan Tentang Bahasa Sunda ... 41
2.2.2.4. Tinjauan Tentang Mahasiswa Sunda UNIKOM ... 42
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Universitas Komputer Indonesia ... 45
3.1.1. Sejarah Universitas Komputer Indonesia ... 45
3.1.2. Visi, Misi, Tujuan dan Motto Universitas Komputer Indonesia ... 48
3.1.2.1. Visi... 48
3.1.2.2. Misi ... 48
3.1.2.3. Tujuan ... 48
3.1.2.4. Moto... 49
3.1.3. Logo Universitas Komputer Indonesia ... 49
3.2. Metode Penelitian... 52
3.2.1. Desain Penelitian ... 52
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ... 54
xi
3.2.4. Teknik Analisis Data ... 61
3.2.4.1. Uji Keabsahan Data ... 64
3.2.5. Lokasi dan waktu Penelitian ... 67
3.2.5.1. Lokasi Penelitian ... 67
3.2.5.2. Waktu Penelitian... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informan Penelitian ... 73
4.2 Identitas Informan Penelitian ... 85
4.3 Hasil Penelitian ... 86
4.3.1. Mahasiswa Suku Sunda Sebelum Masuk di UNIKOM ……….. 87
4.3.2. Mahasiswa Suku Sunda dalam StrategiAdaptasi di UNIKOM... 90
4.3.3. Mahasiswa Suku Sunda Setelah Masuk di UNIKOM ... 92
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
4.4.1.Mahasiswa Suku Sunda Sebelum Masuk di UNIKOM ... 94
4.4.2. Mahasiswa Suku Sunda dalam Strategi Adaptasi di UNIKOM... 96
4.4.3.Mahasiswa Suku Sunda Setelah Masuk di UNIKOM ... 99
4.5 Pembahasan Analisis Teori Interaksi Simbolik ... 101
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 104
5.2 Saran ... 105
5.2.1 Saran untuk Masyarakat ... 106
5.2.2 Saran untuk Mahasiswa Suku Sunda ... 106
5.2.3 Saran untuk Peneliti Selanjutnya ... 106
xiii
Tabel 3.2. Tabel Informan ... 61
Tabel 3.3. Jadwal Penelitian... 68
Tabel 4.1. Jadwal Wawancara key Informan ... 70
xiv
Gambar 3.2. Logo Universitas Komputer Indonesia ... 49
Gambar 3.3. Komponen-komponen Analisis Data ... 64
Gambar 4.1. Peneliti sedang melakukan wawancara dengan informan (Imar)... 74
Gambar 4.2. Peneliti berfoto dengan informan (gilang) ... 75
Gambar 4.3. Foto informan (Mitha) dengan peneliti saat wawancara ... 77
Gambar 4.4. Foto dengan informan (Usamah) pada saat selesai wawancara ... 78
Gambar 4.5. Foto peneliti dengan informan (Rendi) Saat wawancara ... 80
Gambar 4.6. Foto peneliti dengan informan (Rizqi) pada saat wawancara81 ... 81
Gambar 4.7. Foto peneliti dengan informan (ahmad) pada saat wawancara ... 82
Gambar 4.8. Foto peneliti dengan informan (Risa) saat wawancara ... 84
xv
Lampiran 2.Surat Rekomendasi Pembimbing... 111
Lampiran 3. Surat Pengajuan Pendaftaran sidang... 112
Lampiran 4.Surat Berita Acara Bimbingan ... 113
Lampiran 5. Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 114
Lampiran 6. Surat Pengantar Wawancara ... 115
Lampiran 7. Pedoman Observasi ... 116
Lampiran 8. Hasil Observasi ... 117
Lampiran 9. Pedoman wawancara ... 120
Lampiran 10. Hasil Wawancara……… 122
vi
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penyusun panjatkan ke
hadirat sang Maha Kuasa Allah SWT, Karena dengan izin-Nya dan setitik ilmu
pengetahuan yang dipinjamkan kepada mahluk-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi yang telah peneliti jalani yaitu mengenai “Transformasi Identitas
Mahasiswa Suku Sunda di Unikom Bandung.” Skripsi ini disusun guna memenuhi tugas akhir di Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Kehumasan Universitas
Komputer Indonesia.
Peneliti sangat menyadari ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Ini
dikarnakan keterbatasan peneliti dalam hal ilmu pengetahuan dan pemahaman
mengenai penulisan skripsi ini. Akan tetapi peneliti sebisa mungkin melakukan yang
terbaik dengan segenap kemampuan dan usaha.
Peneliti ingin mengucapkan banyak berterimakasih terutama kepada Kedua
Orang tuaku, Bpk. Sonjaya dan Ibu Wintri Kuraesin, yang telah memberikan
semangat serta dorongan moril.
Selama menyusun skripsi ini, peneliti telah mendapatkan banyak sekali
vii
1. Bpk. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik atas arahan dan dukungannya.
2. Bpk Manap solihat S.Sos.,M.si. selaku ketua Program studi Ilmu komunikasi.
3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos.,M.Si. selaku sekretaris Program Studi Ilmu
Komunkasi
4. Ibu Ditha Prasanti, S.I.Kom., M.I.Kom. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan arahan serta masukan kepada peneliliti. Dan dengan
sabar membimbing peneliti menyusun Proposal Usulan Penelitian ini.
5. Bpk. Sangra Juliano S.I.kom selaku dosen Wali yang telah memberikan
arahan kepada peneliti.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf pegawai program studi Ilmu
Komunikasi, UNIKOM yang telah banyak membantu peneliti.
7. Untuk Anggi Sukma Krisna Wijaya, seseorang yang selalu memberikan
dukungan. Setia mendampingi dari awal masuk kuliah sampai dengan
sekarang, dan mudah-mudahan untuk seterusnya. Terima kasih buat dukungan
dan doanya.
8. Kedua saudara laki-laki saya, Andri Andriansyah dan Moch Insan yang sering
viii
Tak lupa peneliti memohon maaf apabila dalam penyusunan skripsi
ini, peneliti telah menyinggung perasaan atau menyakiti hati kepada semua
orang baik secara tidak sengaja maupun yang disengaja. Akhir kata, peneliti
berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi semua orang yang
membutuhkannya. Amien.
Bandung, Juli 2013
Peneliti
Ardianto, Elvinaro, 2007, Teori Komunikasi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Effendi, Onong uchjana. Ilmu Komunikasi, teori dan praktek. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Kuswarno, Engkus, 2008, Etnografi Komunikasi, Bandung: Widya Padjajaran.
Littlejohn, Stephen W, dan Foss, Karen.A , 2009, Teori Komunikasi, Theories of Human Communication, Jakarta: Salemba Humantika.
Moleong, Lexy J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy, dan Solatun, 2008, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy, 2010, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Sugiyono, 2009. Model Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung :
www.unikom.ac.id
http://ferdy-pharm.blogspot.com/2010/01/pengertian-komunikasi-verbal-dan-non.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda pkl 21.09 pm
WawanJunaidi. 2009.
PengertianObservasidanKedudukannya.Melaluihttp://wawan-
junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-observasi-dan-kedudukannya.html/diaksespadatanggal 16/04/13 pukul 15:00wib
ernaFebruAries S. 2008. teknikpengumpulandataKualitatifdalampenelitian.Melaluihttp://ardhana
12.wordpress.com/2008/02/08/teknik-pengumpulan-data-dalam-penelitian/diaksespadatanggal
16/04/13 pukul 15.30wib
KARYA ILMIAH
Skripsi Rian Widhistira, 41807849 . Transformasi Identitas Anggota Komunitas Blues Society
(Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Anggota Komunitas Blues Society di Kota Bandung). Bandung :
UNIKOM
Skripsi Bryan Hilton, 41807066 . Bagaimana Akulturasi Mahasiswa pendatang di Kota
Bandung pada Nilai-nilai Budaya Sunda. Bandung :
Makassar :
Universitas Hasanudin
SUMBER LAIN
Buku Panduan Unikom
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi, dan bahasa sunda merupakan
bahasa yang di jadikan sebagai alat komunikasi sekaligus ciri dari masyarakat
sunda itu sendiri. Bahasa merupakan salah satu budaya pemberi karakter pada
suku sunda sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia.Bahasa juga yang
memberikan identitas bagi masyarakat suku sunda.
Bahasa sunda merupakan salah satu bahasa yang kaya. Bandung
merupakan kota yang penduduknya menggunakan bahasa sunda sebagai
bahasa daerah. Maka tidak heran jika orang asli Bandung pasti akan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sunda. Bahasa sunda tidak
hanya digunakan oleh masyarakat kota Bandung saja, akantetapi biasa
digunakan oleh masyarakat daerah Jawa Barat lainnya.
Peneliti merupakan mahasiswa asli suku sunda yang dibesarkan oleh
adat istiadat sunda dan bahasa sunda menjadi bahasa sehari-hari yang
digunakan oleh keluarga dan orang yang ada sekitar lingkungan dimana
peneliti dibesarkan. Bahasa sunda merupakan bahasa yang cukup rumit, tidak
semua orang bisa fasih menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa
sehari-hari.Bahkan, orang yang merupakan suku sunda sekalipun, ada yang kurang
memahami bahasa sunda yang halus (bahasa suda buhun), karena biasanya
mengerti tentang bahasa sunda atau orang tua jaman dulu yang kesehariannya
menggunakan bahasa sunda buhun. Dalam bahasa sunda, tidak semua kata
bisa kita gunakan untuk berkomunikasi dengan semua orang. Ada aturan yang
digunakan ketika kita berbicara menggunakan bahasa sunda, ini disebut
dengan undak usuk bahasa.
Undak usuk bahasa (etika berbahasa) ini merupakan suatu aturan yang
mengkotak-kotakkan bahasa yang dipakai untuk orang yang lebih tua, orang
yang sebaya, dan orang lebih muda dari kita. Hal ini membuktikan bahwa
bahasa sunda merupakan bahasa yang cukup rumit. Tidak semua orang
mengerti tentang undak-usuk bahasa sunda, sekalipun masyarakat suku sunda
itu sendiri. Penyebabnya adalah kurangnya minat dari masyarakat sunda itu
sendiri untuk mempelajari secara mendalam tentang bahasa sunda. Padahal
bahasa sunda merupakan bahasa daerah yang seharusnya menjadi bahasa
kebangaan masyarakat suku sunda.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa kota Bandung merupakan pusat kota
yang terdapat banyak keragaman didalamnya, termasuk keragaman bahasa,
budaya, serta cara berkomunikasi dalam masyarakat, yang disebabkan
banyaknya masyarakat pendatang yang hijrah ke kota Bandung. Pada masa
sekarang, kota Bandung menjadi salah satu kota tujuan masyarakat yang
berasal dari daerah lain, baik itu untuk menimba ilmu, berlibur, membuka
usaha, atau dijadikan tempat untuk menetap. Hal ini dikarenakan terdapat
banyak Universitas baik negeri maupun swasta yang terdapat di kota
Kenyamanan untuk dijadikan tempat tinggal. Tidak heran jika banyak
masyarakat pendatang yang tertarik untuk menetap di Bandung.
Hal ini yang menjadi salah satu faktor banyaknya masyarakat dari
daerah luar kota Bandung yang berdatangan. Kita bisa mendengar banyak
masyarakat pendatang tidak asing lagi berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa sunda, baik itu orang sunda asli maupun masyarakat pendatang yang
tinggal di kota Bandung. Hal ini di karenakan, bahasa sunda merupakan
bahasa yang cukup di kenal oleh banyak orang, dan banyak orang yang
mempelajari bahasa sunda.
Dewasa ini, kita sudah sulit untuk membedakan mana masyarakat
yang merupakan suku sunda dan masyarakat pendatang di kota Bandung. Hal
ini disebabkan karena percampuran budaya yang begitu cepat terjadi tanpa
kita sadari. Perubahan yang terjadi ini salah satu faktornya adalah proses
interaksi yang terjadi di masyarakat. Ketika mereka berinteraksi, mereka
saling mentransfer informasi satu sama lainnya. Ketika mereka
berkomunikasi, mereka menggunakalan gaya mereka sesuai pembawaan dan
kebiasaan mereka sehari-hari.
Akan tetapi, lambat laun hal ini akan mengalami perubahan. Mereka
akan saling menyesuaikan diri kita terhadap tindakan orang lain, dan secara
tidak sadar merubah perilaku komunikasi kita seperti, kecepatan dalam
berbicara, kerasnya suara, kosakata, tata bahasa, suara, gerak tubuh, dan
biasanya tidak sadar akan hal ini, karena penyesuaian ini merupakan salah
satu proses bawah sadar.
Fenomena yang telah dipaparkan di atas merupakan fenomena yang
ternyata juga terjadi dilingkungan kampus UNIKOM Bandung. Jumlah
mahasiswa yang mencapai ribuan berasal dari berbagai daerah yang ada di
Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, medan, Bangka, dan lain sebagainya.
Mereka pasti mempunyai kebiasaan tersendiri baik dalam berperilaku
sehari-hari dan cara mereka berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitar
lingkungan mereka.
Akantetapi, mereka juga harus dapat menyesuaikan tindakan, dan
perilaku mereka dengan kebiasaan yang berlaku di tempat mereka berada.
Pada masa sekarang, banyak mahasiswa yang tidak lagi menggunakan bahasa
daerah yang mereka miliki sebagai bahasa sehari-hari ketika mereka
berkomunikasi dengan teman di lingkungan kampus.
Mahasiswa cenderung menggunakan bahasa yang mereka ciptakan
sendiri yang berasal dari apa yang mereka dengar dan mereka tiru dari orang
lain. Contoh, mahasiswa yang berasal dari kota Bandung yang merupakan
suku sunda sekarang sudah jarang sekali menggunakan bahasa sunda ketika
berkomunikasi, mereka cenderung menggunakan kata-kata seperti “lo” “gue” “kagak” ketika berinteraksi dengan lawan bicara mereka. Padahal, mereka adalah mahasiswa yang berasal dari kota Bandung dan kebanyakan
Dalam lingkungan yang berbeda, misalnya dalam lingkungan
keluarga, mereka menggunakan bahasa yang memang biasa digunakan
sehari-hari ketika berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya.Mereka kembali
pada kebiasaan awal mereka, berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
sunda karena mereka sudah berada di tempat yang berbeda dan kembali
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka berada. Ini yang
menjadi salah satu faktor mengapa bahasa begitu memiliki peran yang luar
biasa dalam membentuk kebudayaan seseorang dalam bekomunikasi.
Mereka justru tidak menggunakan bahasa sunda yang seharusnya
ketika mereka berkomunikasi dengan orang yang ada di luar lingkungan
rumah mereka, seperti di kampus. Ini yang merupakan dampak dari
komunikasi yang dilakukan mahasiswa yang beragam suku, berbaur dalam
satu lingkungan dan terjadi proses saling meniru cara berkomunikasi. Gaya
bahasa “lo” “gue” sudah terlanjur melekat pada mahasiswa, khususnya
mahasiswa UNIKOM yang menjadi objek penelitian kali ini.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa terjadi suatu
perubahan dari mahasiswa suku sunda yang sebelum mereka masuk menjadi
salah satu mahasiswa UNIKOM, mereka menggunakan bahasa sunda sebagai
bahasa keseharian mereka. Setelah itu terjadi penyesuaian antara mahasiswa
suku sunda tersebut dengan mahasiswa yang berasal dari suku lain, proses
saling menyesuaikan ini terlihat ketika satu sama lain berkomunikasi, mereka
meniru gaya berbicara, bahasa yang digunakan, bahkan gerak tubuh yang
Dari latar belakang permasalahan tersebut, peneliti akan mengadakan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui “Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung.”
1.2Pertanyaan Penelitian
1.2.1 Pertanyaan Penelitian Makro
Bagaimana Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda
UNIKOM Bandung (Studi Deskriptif Tentang Transformasi Identitas
Mahasiswa Suku Sunda di Universitas Komputer Indonesia Bandung).
1.2.2 Pertanyaan Penelitian Mikro
1. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Sebelum
Tranformasi Identitas.
2. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung dalam
melakukan Strategi adaptasi.
3. Bagaimana Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Setelah
Tranformasi Identitas.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah ingin mengetahui lebih jelas lagi
Bandung.” Dari mulai pelaksnaan kegiatan, pesan apa saja yang di
sampaikan dengan proses komunikasi yang dilakukan.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berkut:
1. Untuk mengetahui Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Sebelum Tranformasi Identitas.
2. Untuk mengetahui Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Dalam Melakukan Strategi Adaptasi.
3. Untuk mengetahui Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung Setelah Tranformasi Identitas.
1.4 Kegunaan penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk
memberikan masukan atau sumbang saran serta pemikiran untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan budaya. Dan juga bisa
bermanfaat sebagai bahan pembelajaran dan bahan perbandingan bagi
mahasiswa yang ingin meneliti tentang kajian yang sama.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa
diaplikasikan dan menjadi pertimbangan.dan kegunaan secara praktis pada
penelitian ini sebagai berikut:
1.4.2.1 Bagi Peneliti
Dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan dan
pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh selama studi yang
diterima oleh peneliti adalah secara teori.Dalam hal ini khususnya
mengenai “Transformasi Identitas Mahasiswa Suku Sunda di UNIKOM Bandung.”
1.4.2.2 Bagi Akademik
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
UNIKOM secara umum.yang dapat dijadikan sebagai literatur dan
referensi tambahan terutama bagi peneliti selanjutnya, yang akan
melakukan penelitian pada kajian yang sama.
1.4.2.3 Bagi Masyarakat (Mahasiswa Suku Sunda )
Semoga karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
serta saran bagi setiap mahasiswa yang merupakan suku sunda, agar
bisa lebih menghargai kebudayaan sendiri. Mahasiswa terbiasa
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah sendiri, dan bisa
menempatkan bahasa daerah sebagai bahasa keseharian kita walaupun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
[image:32.612.83.547.320.644.2]2.1.1 Kajian Penelitian Terdahulu
Table 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penelitian Nama Peneliti Metode yang digunakan Hasil Penelitian Perbedaan dengan skripsi ini 1. Transformasi id
entitas anggota komunitas Bandung Blues Society (studi fenomenology tranformasi iden titas anggota komunitas Bandung Blues Society di Kota Bandung) Rian Widhisti ra NIM.418 07849 kualitatif dengan studi Fenomenolo gi Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Sebelum Transfor masi identitas adala h proses
pengembangan sebelum dia melakukan transfor masi dalam dirinya baik itu meliputi prilaku, sikap, mind set maupun budaya luar yang dihadirkan dalam mencangkup sisi perubahan diri seseorang pada anggota Bandung Blues Society.
Dalam penelitian Rian Widhistira mengenai
transformasi tentang sebuah komunitas par pecinta music Blues. Selain itu penelitiannya menggunakan studi
2. Bagaimana Akulturasi Mahasiswa pendatang di Kota Bandung pada Nilai-nilai Budaya Sunda Bryan Hilton 4180706 6 deskriptif dengan pendekatan kualitatif Hasil
penelitian pada kar ya ilmiah ini menemukan hasil
bahwa faktor
utama
terjadinya Akultura si di dalam diri mahasiwa pendatan g di kota Bandung adalah Kepribadian dari mahasiswa ters ebut yang bersifat terbuka, sehingga
dapat dengan
mudah beradaptasi dengan lingkungan, selanjutnya
Motivasi yang kuat dari dalam diri mahasiwapendatan g yang mau belajar serta
menghayati Nilai Â
–
nilai budaya Sund a, dan Lingkungan yang
mendukung mahasi swa pendatang unt
uk membentuk
karakter
kepribadian yang baru .
dalam penelitian Bryan ini tidak
menggunakan transformasi identitas, akan tetapi sama sama
menggunakan studi deskriptif. Selain itu dalam penelitian Bryan lebih membahas
nilai budaya sundanya.
3. Transformasi Busana Muslim Oleh Komunitas Hijabers Makassar Yogasap utra, Andi Zulham deskriptif kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi komunitas hijabers Makassar dalam menggunakan
Dalam penelitian
Yoga Saputra
lebih
Dalam
Pengungkapan Identitas Diri
jilbab lebih
dipengaruhi oleh faktor eksternal dibanding faktor internal.
Pengungkapan identitas diri pada hijabers bertujuan
untuk: (1)
Menghapus
stereotype bahwa jilbab adalah hal yang kuno. (2) Menginspirasi wanita berjilbab lainnya agar bisa terlihat fashionable sekalipun
menggunakan
jilbab. (3)
Mengajak wanita berjilbab lainnya
untuk aktif
mengikuti kegiatan keagamaan sebagai
wujud dari
ketaqwaan manusia kepada sang Khalik yaitu Allah SWT.
yang
menggunakan hijab.
1. Transformasi Identitas Anggota Komunitas Blues Society (Studi Fenomenologi Transformasi Identitas Anggota Komunitas Blues Society di Kota Bandung)
Di susun oleh :
Rian Widhistira
NIM. 41807849
Penelitian ini memiliki berbagai tujuan, Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis bagaimana Proses Transformasi Identitas Anggota
Komunitas Bandung Blues Society di Kota Bandung, Penelitian ini dirancang untuk
menjawab permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai sub fokus pada hal
berikut: SebelumTransformasi Identitas, Diri (self), Setelah Transformasi Identitas.
Sub fokus digunakan untuk mengukur fokus dari penelitian ini yang
berjudul Transformasi Identitas Anggota Komunitas Bandung Blues Society di
Kota Bandung.
Pendekatan penelitian adalah kualitatif dengan studi Fenomenologi, dengan
Anggota Komunitas Bandung Blues Society sebagai subyek utama. Informan
dipilih dengan teknik purposive sampling, jumlah informan dari penelitian ini
adalah 4 (empat) Ketua BBS, Anggota BBS, Masyarakat dan untuk memperjelas
Penggerak musik blues dan Orang tua. Data penelitian diperoleh melalui pencarian
data dengan cara observasi, wawancara, buku, dokumentasi dan pencarian online.
Untuk menguji keabsahan data digunakan triangulasi, waktu, diskusi dengan teman
sejawat dan memberchek.Teknik analisis data adalah reduksi data, pengumpulan
data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan evaluasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, Sebelum Transformasi identitas adalah
proses pengembangan sebelum dia melakukan transformasi dalam dirinya baik itu
meliputi prilaku, sikap, mind set maupun budaya luar yang dihadirkan dalam
mencangkup sisi perubahan diri seseorang pada anggota Bandung Blues Society.
Diri (self) adalah fase dimana seseorang akan bertanya dalam dirinya untuk mencari
jati diri menuju arah kemana dia akan melangkah apakah dia akan kembali
kepadaidentitas sebelumnya atau melangkah kedepan menuju suatu perubahan pada
dirinya dan itu akan menjadi sebuah pilihan dalam hidup seseorang anggota
komunitas bandung blues society. Setelah Trasnformasi Identitas adalah fase akhir
dimana anggota komunitas Bandung blues society melakukan perubahan secara
signifikan dia akan menemukan hal-hal yang baru baik itu berupa pengalaman dan
budaya blues.
Sebagai Kesimpulan, tanpa adanya proses tahap-tahap fase yang
inginkan, maka setiap perubahan itu akan sulit dipahami oleh diri sendiri maupun
orang terdekat tanpa adanya pendekatan dengan fase-fase perubahan tersebut.3
2. Bagaimana Akulturasi Mahasiswa pendatang di Kota Bandung pada Nilai-nilai Budaya Sunda
Di susun oleh :
Bryan Hilton
41807066
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Akulturasi Mahasiswa Pendatang
di Kota Bandung pada nilai-nilai budaya sunda, untuk menjawab masalah di atas
maka di munculkan sub fokus Kepribadian Mahasiswa Pendatang di Kota Bandung
Pada Nilai-nilai Budaya Sunda, Bagaimana Motivasi mahasiswa Pendatang di Kota
Bandung pada Nilai-nilai Budaya Sunda, Bagaimana Lingkungan Mahasiswa
Pendatang pada Nilai-nilai Budaya Sunda.
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif
serta penulis juga melakukan wawancara serta observasi di lapangan dengan tujuan
untuk mengetahui kebenaran akan data di lapangan, informan pada penelitian ini
adalah informan yang di yakini peneliti sebagai narasumber yang
3
berkompeten di dalam penelitian ini, di dalam penelitian ini penulis mengunakan 1
informan kunci 4 informan tambahan.
Hasil penelitian pada karya ilmiah ini menemukan hasil bahwa faktor utama
terjadinya Akulturasi di dalam diri mahasiwa pendatang di kota Bandung adalah
Kepribadian dari mahasiswa tersebut yang bersifat terbuka, sehingga dapat dengan
mudah beradaptasi dengan lingkungan, selanjutnya Motivasi yang kuat dari
dalam diri mahasiwapendatang yang mau belajar serta menghayati Nilai –
nilai budaya Sunda, dan Lingkungan yang mendukung mahasiswa pendatang untuk
membentuk karakter kepribadian yang baru .
Kesimpulan pada karya ilmiah ini adalah bahwa akulturasi masyarakat
sunda yang selalu memegang adat istiadat warisan leluhurnya sehingga cara
berfikir, sikap ramah, terhadap pendatang dapat di tunjukan secara langsung
sehingga banyak mahasiswa pendatang di kota Bandung yang merasa nyaman
untuk menetap di Bandung serta belajar dan memahami tentang kebudayaan Sunda
Saran untuk Mahasiswa yang ingin melakukan penelitian tentang kebudayaan
selanjutnya disarankan dapat memperkaya studi literatur mengenai
kebudayaan sunda itu sendiri, selanjutnya untuk Akademik sebagai tempat untuk
kebudayaan sunda, dan untuk masyarakat sunda diharapkan dapat mempertahankan
kebudayaannya sebagai warisan leluhur yang perlu di lestarikan.4
3. Transformasi Busana Muslim oleh Komunitas Hijabers Makassar Dalam Pengungkapan Identitas Diri
Di susun oleh :
Yogasaputra, Andi Zulham
Universitas Hasanudin
Transformasi Busana Muslim Oleh Komunitas Hijabers Makassar Dalam
Pengungkapan Identitas Diri.(Dibimbing oleh M. Iqbal Sultan dan Abdul Gaffar)
Skripsi ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui motivasi komunitas hijabers
Makassar dalam menggunakan jilbab. (2) Untuk mengetahui bagaimana komunitas
hijabers Makassar mengungkapkan identitas dirinya sebagai wanita muslimah
berjilbab. (3) Untuk mengetahui alasan mengapa komunitas hijabers disebut sebagai
sosialita berjilbab.
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan yakni bulan April
hingga Juni 2012 yang dilaksanakan di Makassar.Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif, sebuah metode penelitian yang efektif untuk
4
menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada.Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan penelitian pustaka.
Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu kepada
beberapa anggota komunitas hijabers Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi komunitas hijabers Makassar
dalam menggunakan jilbab lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal dibanding faktor
internal. Pengungkapan identitas diri pada hijabers bertujuan untuk: (1) Menghapus
stereotype bahwa jilbab adalah hal yang kuno. (2) Menginspirasi wanita berjilbab
lainnya agar bisa terlihat fashionable sekalipun menggunakan jilbab. (3) Mengajak
wanita berjilbab lainnya untuk aktif mengikuti kegiatan keagamaan sebagai wujud
dari ketaqwaan manusia kepada sang Khalik yaitu Allah SWT. Komunitas hijabers
juga tidak selamanya identik dengan kehidupan sosialita karena mereka cenderung
bergaya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan memilih tempat bergerumul
sesuai dengan fokus kegiatannya.5
5
2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Teoritis
Dalam penelitian kali ini peneliti juga menggunakan teori interaksi
simbolik.Pencetus dari teori ini adalah George Herbert Mead, akantetapi istilah
interaksi simbolik diperkenalkan oleh Herbert Blumer.
Dalam teori ini dijelaskan bahwa suatu hubungan yang terjadi secara alami
anatara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan
individu.Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui symbol-simbol
yang mereka ciptakan.Interaksi yang dilakukan oleh individu itu berlangsung
secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vocal, suara, dan ekspresi tubuh
yang kesemuanya itu memilki maksud tertentu yang disebut dengan symbol.
(Kuswarno Engkus, 2008:22)
Dalam buku etnografi komunikasi Engkus Kuswarno (2008:22), Blumer
menyebutkan pendekatan interaksi simbolik mengacu pada tiga hal, yaitu:
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang
ada pada sesuatu itu bagi mereka.
2. Makna diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang
lain.
3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial
Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi
ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu.Sampai akhirnya teori
interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak
langsung merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional.
Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimana merupakan salah
satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat
”humanis” (Ardianto. 2007: 40). Di mana, perspektif ini sangat menonjolkan
keangungan dan maha karya nilai individu di atas pengaruh nilai-nilai yang ada
selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki
esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan
menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Dan pada
akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan
oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah
satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan
interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu.Banyak ahli di
belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang
paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu
adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui
Interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk
memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia
simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia. Interaksi
simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari
pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah
interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta
menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut
menetap.
Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136),
Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna,
selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar dari interaksi simbolik, antara lain:
(1) Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang
mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus
mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain,
(2) Diri (Self) adalah kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari
penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksi
simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang
(3) Masyarakat (Society) adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan,
dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat,
dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih
secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia
dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.
Tiga tema konsep pemikiran George Harbert Mead yang mendasari
inteaksi simbolik, antara lain :
Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada
pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, di
mana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan
dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada
artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara
interpretatif oleh individu melalui proses interaksi, untuk
menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama.
Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada
pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”, dimana, pada
tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan
konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan
Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan
hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana
asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi
perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap
individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam social
kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk
menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam
proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini
adalah:
1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh
proses budaya dan sosial
2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
Ardianto (2007: 136)
2.2.2 Kerangka konseptual
2.2.2.1 Tinjauan Tentang Transformasi Identitas 2.2.2.1.1 Pengertian Transformasi Identitas
Dalam bukunya Deddy Mulyana (2002:231), kutipan teori dari
Anselm Strauss (1959) menyebutkan bahwa transformasi identitas adalah
mengisyaratkan penilain baru tentang diri pribadi dan orang-orang lain,
perspektif teori interaksi simbolik, transformasi identitas menyangkut
perubahan psikologi. Perubahan ini dapat identifikasi melalui pelakunya
yang menjadi berbeda dari sebelumnya.Strauss mengakui melalui
transformasi persepsi seseorang bersifat irreversible, artinya sekali
berubah tidak bisa kembali lagi.
Transformasi identitas adalah sebuah proses dinamis meliputi
pilihan-pilihanyang disengaja, bukan kondisi yang kekal dan tak dapat
dielakkan. Makna dan nilaidibangun individu melalui aturan budaya yang
dimiliki bersama oleh kelompokkelompoktertentu, namun bukan sesuatu
yang ganjil bagi seseorang untuk berpindahdari satu aturan ke aturan lain,
ataupun bergerak di antara keanekaragaman identitassosial. Seseorang
yang sudah mengalami transformasi identitas akan membangun citradan
kesan yang berbeda baik dari sikap, prilaku, obrolan, mind set dan
memungkinkanseseorang akan mempunyai kepribadian ganda. (mulyana
2007:165)
Berdasarkan aturan-aturan ini mencakup ‘kesetiaan primordial’
(primordial attachments), seperti bahasa dan ikatan keagamaan, yang telah
dipelajari dan terbentukpada masa kecil, begitu juga dengan aturan-aturan
baru yang dipelajari kemudian. Kitakadang dengan perhitungan atau
tidak serta merta konsisten dengan tujuan-tujuan yang diakui ataudianggap
secara publik sebagai aturan-aturan asal. Lagi pula, setiap rangkaian
prosesdan interaksi menggabungkan elemen-elemen identitas sebelumnya
yang disesuaikanatau yang ditemukan kembali, dengan identitas yang baru
diciptakan atau yang sesuaidengan situasi khusus. Dengan kata lain,
penetapan identitas pada waktu atau keadaantertentu merupakan hasil dari
aktor, konteks dan tujuan, juga hasil dari makna ataukandungan, betapun
luasnya, yang diasosiasikan oleh aktor-aktor yang berbeda
denganidentitasnya sendiri, dalam hubungannya dengan identitas orang
lain atau komunitasyang digaulinya.
2.2.2.1.2 Strategi adaptasi dalam Transformasi Identitas
Sebuah aspek dari strategi transformasi adalah kebutuhan akan
penerimaan atau pengakuan orang lain atas identitas yang diyakini atau
yang diakui. Sementara identifikasi diri merupakan sesuatu yang penting,
kesuksesan pada tingkat pribadi sekalipun tergantung pada respon orang
lain, yang mendorong terjadinya penegasan sebuah identitas independen.
Karena kita tak sepenuhnya mampu mengontrol bagaimana orang lain
memandang kita, kita perlu bernegosiasi dengan mereka tentang
terkait dengan pandangan itu menurut perspektif mereka sendiri. Oleh
karena itu, tidak ada yang namanya identitas-identitas yang terisolasi atau
yang berdiri sendiri karena watak dan hasil dari proses penentuan
identitas-identitas dimaksud bisa berubahdan tidak pasti.
Dalam bukunya deddy mulyana metode penelitian komunikasi
(2007:165) kutipan dari teori (straus 1959) menyebutkan tentang
transformasi Identitas secara Radikal yang terbagi kedalam karakteristik
seperti pencucian otak dan Konversi seperti perspektif orang untuk
membangun kesetiaan atau mengeksistensikan keberadaaan dirinya maka
secara tidak langsung dia akan beradaptasi dengan lingkunganya.
Sebagai kesimpulan, konsep identitas bisa didefinisikan secara
luas atau sempit, tergantung pada aktor, konteks dan tujuan.Sering konsep
identitas merupakan sebuah aturan untuk wacana moral dan politik atau
pengganti bagi aneka tujuan, baik yang dinyatakan ataupun tidak.
Termasuk bagaimana kita mendefinisikan diri kita sendiri, dimana dan
kapan, untuk tujuan apa, begitu juga bagaimana orang lain menerima dan
berhubungan dengan kita, bagaimana mereka bereaksi pada satu aspek
identitas kita dan yang lainnya. Apakah kolektif atau personal, identitas
mencakup serangkaian tindakan, motivasi, komitmen subtantif dan afiliasi
Realitas keanekaragaman internal yang nyata dalam
kebudayaan-kebudayaan juga mengindikasikan kebutuhan akan toleransi dan
penghargaan atas perbedaan di dalam maupun di antara
kebudayaan-kebudayaan. Perspektif mengenai proses-proses transformasi kebudayaan
dan identitas ini menekankan kebutuhan untuk mengamankan ruang dan
proses-proses kontestasi dan reformasi bagi pengukuhan identitas diri
seseorang, tapi juga bagi upaya perubahan makna dan
implikasi-implikasinya, selama seseorang menganggapnya penting. Ruang seperti itu
perlu bagi perdebatan publik internal dan dialog lintas kebudayaan, dan
juga penyataan diri pribadi maupun bersama.
2.2.2.1.3 Pra / Sebelum Transformasi Identitas
Sebelum masuk menjadi salah satu mahasiswa di Universitas
Komputer Indonesia, mahasiswa suku sunda yang ada di UNIKOM
terbiasa menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa keseharian mereka.
Mereka berkomunikasi dengan orang yang ada disekitar lingkunganya
dengan menggunakan bahasa daerah.Hal ini terjadi karena mahasiswa
suku sunda ini di besarkan dalam lingkungan yang sebagian besar
merupakan masyarakat suku sunda.Mereka tidak merasa canggung ketika
bicaranya. Karena mereka belum membaur dengan masyarakat dari suku
lain.
Sebagian besar mahasiswa UNIKOM yang merupakan suku
sunda, sulit untuk menghilangkan kebiasaancara mereka dalam
berkomunikasi karena sudah terlanjur melekat kebiasaan lama yaitu
berkomunikasi dengan bahasa sunda. Walaupun mereka berkomunikasi
menggunakan bahasa lain, contohnya bahasa Indonesia, tetap ciri khas dari
orang sunda melekat pada mereka. Gaya bahasa yang khas, dan logat yang
kental membuat mereka mempunyai keunikan tersendiri.Selain dari bahasa
secara verbal, mahasiswa yang merupakan suku sunda bisa terlihat dari
perilaku kesehariannya.Ciri orang sunda cenderung lebih lemah lembut
dan sopan santun. Mahasiswa suku sunda lebih mudah membaur dengan
orang yang ada di sekitarnya, dan ciri lainnya adalah mahasiswa suku
sunda tidak berbicara dengan nada yang tinggi akan tetapi lebih
menunjukan kelembutan.
2.2.2.1.4 Strategi adaptasi
Mahasiswa suku sunda yang sebelumnya terbiasa dengan
lingkungan yang sebagian besar masyarakat sunda, pada saat mereka
satu universitas yang banyak menerima mahasiswa dari berbagai daerah,
seperti Jakarta, Bogor, Sukabumi, Depok, Bekasi, bahkan dari pulau lain
seperti Bangka, Medan, Nias, Riau dan banyak daerah lainnya yang
berbeda adat istiadat serta kebiasaan dalam berkomunikasi sehari-hari.
Dengan keragaman yang ada antara mahasiswa di UNIKOM,
mengharuskan mereka untuk saling membaur satu sama lainnya. Mereka
mulai membiasakan diri bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari suku
lain. Mulai terjadi proses penyesuaian yang dilakukan satu sama lain.
prosesitu terjadi pada saat mereka mulai berkomunikasi, dan mengenal
satu sama lain. ketika berkomunikasi, mahasiswa suku sunda secara tidak
langsung merekam apa saja yang di komunikasikan oleh lawan bicaranya.
Baik itu bahasa verbal, maupun bahasa non verbalnya.Mahasiswa suku
sunda mulai melakukan penyesuaian seiring dengan berjalannya waktu
yang cukup lama, terjadi perubahan sedikit demi sedikit.
Dengan sikap mahasiswa suku sunda yang cenderung lebih
mudah bergaul dengan orang yang ada disekitar lingkungannya, ini
menjadi salah satu faktor yang mendukung mahasiswa suku sunda untuk
lebih cepat menyesuaikan diri dengan mahasiswa dari suku lain. Peneliti
mengambil contoh dari kebiasaan mahasiswa yang berasal dari kota
mereka berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya. bahasa seperti ini
dengan mudah ditiru oleh mahasiswa lainnya.
Mahasiswa suku sunda dengan gaya komunikasi mereka yang
khas, tetap memperlihatkan ciri sebagai suku sunda. Akan tetapi, mereka
juga secara tidak sadar meniru dan menyesuiakan diri dengan gaya bahasa
dan kebiasaan mahasiswa lainnya terutama mahasiswa dari Jakarta. Selain
bahasa dan cara berkomunikasi yang di tiru, gerak tubuh, intonasi, serta
bahasa non verbal lainnya ikut mempengaruhi kebiasaan dari mahasiswa
suku sunda tersebut.
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai bahasa verbal dan
non verbal :
1. Verbal
Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah
bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada
komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral).
Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena
kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah
harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa
lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.6
Dalam buku Prof Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar (2003) di sebutkan bahwa simbol, bahasa,
atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih.Bahasa dapat juga dianggap
sebagai sistem kode verbal.Bahasa dapat didefinisikan sebagai
seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa
secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa
diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan.Ia menekankan dimiliki bersama,
karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di
antara anggota-anggota kelompok sosial untuk
menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai
semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut
peraturan tata bahasa.Setiap bahasa mempunyai peraturan
6
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya
memberi arti.
Dalam bahasa verbal ada istilah kode verbal, dalam
pemakaiannya menggunakan bahasa, dimana bahasa memiliki
fungsi yang erat hubungannya dalam menciptakan komunikasi
yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
a. Untuk mempelajari tentang dunia disekeliling kita
b. Untuk membina hubungan baik di antara sesama manusia
c. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.
Keterbatasan Bahasa:
a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili
objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk
pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan,
dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk
pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka
realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada
dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara
eksak.
b. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis,
c. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat
ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan
interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar
belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang
mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam.
Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu
berat;
d. Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks
budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok
manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak
mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama
atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau
kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama.
Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang
berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka
mereka menggunakan kata yang sama. (Riswadi, 2009: 63)
2. Non Verbal
Komunikasi Non verbaladalah komunikasi yang
biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.Secara teoritis
komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat
dipisahkan.Namun dalam kenyataannya, kedua jenis
komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam
komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E.Porter, mengemukakan bahwa komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihaslkan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. (Riswadi, 2009: 69).
Komunikasi non verbal ( non verbal communication)
menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak
efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan
komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan.
Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu
kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai
macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen
Komunikasi non verbal bisa membantu komunikator
untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus
memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.7
Tujuan komunikasi non verbal :
1. Menyediakan/memberikan informasi
2. Mengatur alur suatu percakapan
3. Mengekspresikan suatu emosi
4. Memberi sifat, melengkapi,
menentang atau mengembangkan
pesan-pesan verbal
5. Mengendalikan atau mempersuasi
orang lain
6. Mempermudah tugas-tugas khusus
Kode Non verbal
Manusia ketika melakukan komunikasi nonverbal tentu
memiliki suatu kode verbal atau bahasa. Kode verbal
disebut juga dengan bahasa isyarat atau bahasa diam. Dan
hal yang menarik dari kode nonverbal adalah studi Albert
Mahribian (1971) yang menyimpulkan bahwa tingkat
7
kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7 persen berasal
dari bahasa verbal, 38 persen dari vocal suara dan 55 persen
dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika
terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang
dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai
hal hal yang bersifat nonverbal. Oleh sebab itu Mark Knapp
(1978) menyebut bahwa penggunaan kode nonverbal dalam
komunikasi mempunyai fungsi yaitu.
1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repetition)
2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa
diutarakan dengan kata-kata (substitution)
3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenal
(identiti)
4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang
dirasakan belum sempurna.(Cangara 2008)
Dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku
nonverbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Perilaku verbal dapat mengulangi/repetisi perilaku verbal
2. Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku
3. Perilaku nonverbal dapat menggantikan/substitusi
perilaku verbal
4. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal
5. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan
(kontradiksi) dengan perilaku verbal). (Riswadi, 2009:
70-71)
2.2.2.1.5 Setelah Transformasi identitas
Setelah melewati fase Sebelum transformasi identitas dan
proses/strategi adaptasi pada saat menjadi mahasiswa UNIKOM,
mahasiswa suku sunda di UNIKOM mulai menentukan akan seperti apa
identitas mereka kedepannya. Apakah kebiasaan komunikasi yang
mereka tiru dari mahasiswa suku lain akan tetap melekat, atau bahkan
mereka akan kembali pada kebiasaan mereka berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa keseharian mereka.
Akan sulit memang jika kita memprediksi seperti identitas
mahasiswa suku sunda setelah mengalami transformasi identitas.
Perubahan yang terjadi pada mahasiswa karena adanya penyesuaian yang
dilakukan oleh mahasiswa suku sunda dengan mahasiswan suku lain yang
2.2.2.2 Tinjauan Tentang Budaya Sunda
Budaya sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup
dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang
sangat menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter
masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah (someah), murah
senyum, lemah-lembut, dan sangat menghormati orangtua. Itulah cermin
budaya masyarakat Sunda. Di dalam bahasa Sundadiajarkan bagaimana
menggunakan bahasa halus untuk berbicara dengan orang yang lebih tua.
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua
di Nusantara. Kebudayaan Sunda yang ideal kemudian sering kali
dikaitkan sebagai kebudayaan masa Kerajaan Sunda. Ada beberapa
ajaran dalam budaya Sunda tentang jalan menuju keutamaan hidup. Etos
dan watak Sunda itu adalah cageur, bageur, singer dan pinter, yang
dapat diartikan "sembuh" (waras), baik, sehat (kuat), dan cerdas.
Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi
sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya
perlu di lestarikan. Sistem kepercayaan spiritual tradisional Sunda
adalah Sunda Wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup dengan
Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang
membedakannya dari kebudayaan–kebudayaan lain. Secara umum
masyarakat Jawa Barat atau Tatar Sunda, dikenal sebagai masyarakat
yang lembut, religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak
sebagaimana dalam pameo silih asih, silih asah dan silih asuh; saling
mengasihi (mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan
atau memperbaiki diri (melalui pendidikan dan berbagi ilmu), dan saling
melindungi (saling menjaga keselamatan).
Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti
kesopanan, rendah hati terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua,
dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada kebudayaan Sunda
keseimbangan magis di pertahankan dengan cara melakukan upacara adat
sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan
gotong-royong untuk mempertahankannya.8
Budaya sunda memiliki unsur-unsur yang ada di dalamnya.9 Ada
4 unsur dalam budaya sunda, antara lain :
1. Bahasa
8
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda pkl 21.09 pm
Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa,
yaitu unda-usuk bahasa untuk membedakan golongan usia
dan status sosial antara lain yaitu :
Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk
berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau
disegani.
Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang
setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada
bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih
rendah.
2. Religi
Sebagain besar masyarakat suku Sunda menganut agama
Islam, namun ada pula yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll.
Mereka itu tergolong pemeluk agama yang taat, karena bagi
mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama. Contohnya
dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji
bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya
yangberhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup,
mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lainnya.
3. Matapencaharian
Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah :
Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit,
karet, dan kina.
Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan
sayur-sayuran.
Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan
ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada
juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang,
pengrajin, dan peternak.
4. Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem
kekerabatan parental atau bilateral, yaitu mengikuti garis
keturunan kedua belah pihak orang tua.Pada saat menikah, orang
Sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu
asal tidak melanggar ketentuan agama.Setelah menikah,
tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal ditempat baru atau
neolokal.
2.2.2.3 Tinjauan Tentang Bahasa Sunda
Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang
Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia.Bahasa ini dituturkan oleh
sekitar 34 juta orang (sekitar 1 juta orang di luar negeri) dan merupakan
bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia.
Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi