• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan media pembelajaran tepal tilu di Perguruan Silat Badak Putih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan media pembelajaran tepal tilu di Perguruan Silat Badak Putih"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEPAK TILU DI PERGURUAN SILAT BADAK PUTIH

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2011/2012

Oleh :

Intan Nursakti 51908141

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(4)

iii KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdullilah pada Allah Swt. bahwa penulisan Laporan Pengantar Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Media Pembelajaran Tepak Tilu di Perguruan Silat Badak Putih” telah diselesaikan dengan baik.

Untuk menyelesaikan penulisan, disusun melalui proses yang cukup panjang serta mengalami banyak kendala baik itu dalam hal pencarian data maupun pengerjaannya yang memerlukan ketelitian yang sangat tinggi. Hal itu dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang berarti untuk melahirkan semangat yang lebih giat dan bekerja keras, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.

Dari hasil penulisan laporan yang telah dibuat maupun visualisasi yang ditampilkan, semoga dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi penulis lainnya. Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Bandung, Juli 2012

(5)

iv

II.4.4 Tahap-Tahap Pembelajaran dalam Aspek Seni Budaya di Perguruan Pencak Silat Badak Putih ... 7

II.5 Metode Pembelajaran Pencak Silat di Perguruan Badak Putih ... 7

II.5.1 Tingkatan Menurut Sabuk ... 7

II.5.2 Metode Pembelajaran/Latihan ... 8

II.5.3 Gerakan Dasar ... 10

II.6 Gerakan Tepak Tilu ... 10

II.7 Gerakan Tepak Tilu di Perguruan Pencak Silat Badak Putih ... 11

(6)

v

II.8.1 Demografis ... 15

II.8.2 Geografis ... 15

II.8.3 Psikografis ... 15

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 16

III.1 Tujuan Komunikasi ... 16

(7)

43 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arsyad,Azhar. 2005. Media Pemblajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Anggaran Dasar Rumah Tangga Perguruan Pencak Silat Badak Putih

Buku Besar Ikatan Pencak Silat Jawa Barat. 2010

Ermawan, Erik. (2011). Perancangan Media Informasi Buku Cerita Bergambar Lutung Kasarung. Laporan Pengantar Tugas Akhir. Universitas Komputer Indonesia, Bandung

Kusrianto Adi, 2006. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI

Latuheru, J.D. 1998. Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Depdikbud RI.

Maryanto Drs. 1996. Ilmu Satria Nusantara. YAYASAN SATRIA NUSANTARA

Sanyoto Ebdi Sadjiman Drs. 2009. NIRMANA Dasar-dasar Seni dan Desain. Yogyakarta: Jalasutra

Subroto .J, Parno Raharjo. 2000. Daya Ledak Tendangan Dan Pukulan Maut. CV Aneka: Solo

Internet

Dwi Evi Lestari. 2012. Karakteristik anak usia dini. Tersedia di:

http://blog.elearning.unesa.ac.id/evi-dwi-lestari/karakteristik-anak-usia-dini

Fataruba Hayatuddin. 2010. Mengenal Metode Penelitian Eksperimen. Tersedia di:

http://talibupomai.blogspot.com/2010/11/metode-penelitian-eksperimen.html [17

(8)

44 Irwan Suherman Agud S.H (HPS. Panglipur). 2008. Aspek Seni Pencak Silat Tari & Ibing Pencak Silat. Tersedia di:

http://margaluyu-pusat.net/latih.htm [17 Februari 2012]

Padepokan Pencak Silat Indonesia Jakarta Java tersedia di: http://www.tripadvisor.co.id/LocationPhotos-g294229-d1847758 Repo. 2011. Ibing Penca Dan Bela Diri Pancak Silat. Tersedia di: http://silatindonesia.com/2011/11/02/ibing-dan-beladiri-pencak-silat/ [17

Februari 2012]

Rusdi. 2012. Alangkah Kaya Dialek di Indonesia. Tersedia di:

http://history1978.wordpress.com/2010/01/14/alangkah-kaya-dialek-di-indonesia/ Berbagai arti kata tersedia di:

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Murphy dan Hildebrandt (2012), budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik perilaku dalam suatu kelompok. Pengertian ini juga mengindikasikan bahwa komunikasi verbal dan non verbal dalam suatu kelompok juga merupakan tipikal dari kelompok tersebut dan cenderung unik atau berbeda dengan yang lainnya.

Budaya Indonesia sangat banyak, seperti angklung sebagai alat musik tradisional, tari jaipong, juga seni bela diri asli Indonesia yaitu Pencak Silat. Budaya tersebut tidak hanya dilihat dari keindahannya saja namun beberapa budaya memiliki arti dan fungsi tersendiri untuk digunakan pada kehidupan sehari-hari. Di Indonesia terdapat banyak seni bela diri namun semua seni bela diri tersebut menjadi satu nama karena mempunyai tujuan dan karakteristik yang sama, namanya adalah Pencak Silat.

Menurut buku besar IPSI (2010), pencak adalah gerak bela-serang yang berupa tari dan berirama dengan peraturan dan biasa untuk pertunjukan umum. Sedangkan silat adalah intisari pencak untuk secara fisik membela diri dan tidak dapat digunakan untuk pertunjukan.

(10)

2 budaya. Namun gerakan serta maknanya berbeda di setiap perguruan, hal ini merupakan kebebasan berkreasi bagi para perguruan sehingga mempunyai daya tarik masing-masing serta mempunyai komposisi gerak yang baik namun masih pada aturan-aturan Pencak Silat.

Dalam persilatan, setiap pesilat dapat melakukan gerakan Tepak Tilu, namun tidak semua mengerti gerakan Tepak Tilu, serta tidak adanya pengetahuan ciri-ciri Tepak Tilu. Serta manfaat dan kelebihan Tepak Tilu sebagai dasar pengetahuan bagi murid yang belajar Pencak Silat.

(11)

3 sering mendengar kata Tepak Tilu tetapi tidak mengetahui arti dari kata Tepak Tilu serta ciri-cirinya sehingga tidak dapat membedakan Tepak Tilu dengan yang lainnya seperti misalnya tepak dua.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diambil beberapa masalah sebagai berikut: 1. Banyaknya peserta didik di perguruan Pencak Silat Badak Putih yang

tidak dapat membedakan gerakan Tepak Tilu dengan gerakan lainnya. 2. Adanya kesulitan peserta didik di perguruan Pencak Silat Badak Putih

untuk belajar sendiri di rumah karena tidak ada media yang mendukung.

3. Belum ada media informasi sebagai pengetahuan dasar bagi peserta didik di perguruan Pencak Silat Badak Putih maupun peserta didik umum tentang Tepak Tilu serta arti dan fungsinya.

I.3 Fokus Masalah

Banyaknya peserta didik di perguruan Pencak Silat Badak Putih yang tidak mengetahui ciri-ciri gerakan Tepak Tilu serta adanya kesulitan untuk belajar sendiri dirumah karena tidak ada media pendukung.

I.4 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan ini adalah :

1. Diharapkan peserta didik di perguruan Pencak Silat Badak Putih dapat membedakan Tepak Tilu dengan gerakan lainnya.

2. Agar ada media pendukung pembelajaran sehingga mengurangi kesulitan belajar di rumah.

(12)

4 BAB II

GERAKAN TEPAK TILU BADAK PUTIH

II.1 Pencak Silat

Pencak Silat adalah kata majemuk. Pencak dan silat mempunyai pengertian yang sama dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara, yakni kelompok masyarakat etnis yang merupakan penduduk asli negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara yaitu Brunei Darusalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam. (Ibing Penca dan beladiri Pencak Silat,2011)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pencak adalah permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak dsb. Silat adalah kepandaian berkelahi, seni bela diri khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan atau perkelahian.

(http://kamusbahasaindonesia.org/pencak%20silat/mirip)

II.2 Perguruan Pencak Silat

Perguruan Pencak Silat adalah lembaga pendidikan tempat berguru segala sesuatu tentang Pencak Silat. Berguru disini adalah belajar secara intensif yang prosesnya diikuti, dibimbing dan diawasi langsung dan tuntas oleh sang guru, sehingga orang yang berguru diketahui dengan jelas perkembangan kemampuannya, terutama kemampuan mengendalikan diri serta budi pekertinya. Perguruan ini bertujuan untuk memberi pelatihan yang nantinya akan berguna bagi pesertanya maupun sebagai pelestarian budaya (IPSI, Jawa Barat,2010).

(13)

5 yaitu aspek mental spiritual, aspek bela diri, aspek seni, aspek olahraga. Menurut Tateng Sugandar Badak Putih merupakan binatang yang menyimbolkan kekuatan. Nama Badak Putih yaitu singkatan dari bawa awak anjeun dina ahlak kaimanan. Badak yang bercula satu percaya yang satu kepada Allah SWT, dan melihat dari hidupnya badak yang selalu merunduk diartikan sebagai perilaku yang tidak sombong (ADRT perguruan Pencak Silat Badak Putih).

II.3 Arti Logo Perguruan Pencak Silat Badak Putih

Gambar II.1 Tateng Sugandar pendiri perguruan Pencak Silat Badak Putih (Sumber : Pribadi)

(14)

6  Berbentuk bundar/lingkaran artinya sumber awal atau dasar

 Gambar tengah: gambar Badak Putih dan telapak tangan

 Badak Putih: lambang kekuatan dan telapak tangan di atas kesucian dari segala kesucian yang diridhoi oleh Allah SWT.

 Empat jari tangan melambangkan dari keampuhan yang terdiri dari empat aspek yaitu:

1. Aspek seni budaya 2. Aspek bela diri

3. Aspek mental spiritual 4. Aspek olahraga

(ADRT perguruan Pencak Silat Badak Putih)

II.4 Visi dan Misi Badak Putih

II.4.1 Visi

1. Tolak ukur pembinaan diutamakan pada kriteria pencapaian untuk prestasi atlet yang dibina.

2. Strategi pembinaan dan arah pembinaan bersifat jangka panjang sampai dengan menuju event kejuaraan regional, nasional maupun internasional.

(15)

7 II.4.2 Misi

1. Mempertahankan kesinambungan serta peningkatan pembinaan Pencak Silat di kota Bandung.

2. Mendukung program KONI kota Bandung, IPSI kota Bandung dan Pengda IPSI Jawa Barat dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan Pencak Silat.

3. Sebagai wahana penggalang kesatuan dan persatuan, melalui pembinaan para pesilat di perguruan silat Badak Putih

(ADRT perguruan Pencak Silat Badak Putih).

II.4.3 Analisa Masalah dari Opini Pesilat

1. Pelatih di perguruan silat Badak Putih mengaku adanya keterlambatan penyampaian materi gerakan Tepak Tilu.

2. Kurangnya minat remaja di perguruan Pencak Silat Badak Putih untuk belajar dirumah.

3. Dilihat dari tujuan Tepak Tilu yang dalam aspek seni budaya, diharapkan murid didik yang mengikuti pembelajaran Tepak Tilu ini dapat dengan cepat menghafal, hal ini bertujuan untuk dapat mengikti pertandingan. Namun hafalan bagi murid didik didik tersebut merupakan hal yang sulit.

II.4.4 Tahap-Tahap Pembelajaran dalam Aspek Seni Budaya di Perguruan Pencak Silat Badak Putih

 Pengenalan gerakan-gerakan dasar.  Gerakan ibingan tepak dua serta parered.  Gerakan ibingan Tepak Tilu serta Padungdung.

II.5 Metode Pembelajaran Pencak Silat di Perguruan Badak Putih

II.5.1 Tingkatan Menurut Sabuk a. Tanda sabuk:

(16)

8  Tingkat dua memakai sabuk kuning aktif enam bulan

 Tingkat tiga memakai sabuk hijau aktif enam bulan  Tingkat empat memakai sabuk merah aktif enam bulan

 Tingkat lima memakai sabuk merah strip hitam aktif satu tahun  Tingkat enam memakai sabuk hitam aktif dua tahun

 Tingkat Pendekar memakai sabuk hitam strip kuning emas b. Kenaikan tingkat gabungan dilaksanakan satu tahun sekali (ranting

cabang dan anak cabang) diselenggarakan oleh pengurus pusat. (ADRT perguruan Pencak Silat Badak Putih)

II.5.2 Metode Pembelajaran/Latihan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. (http://kamusbahasaindonesia.org/metode)

Metode pembelajaran dalam aspek seni yang dilakukan untuk pemula atau tingkat satu hingga pada tingkat empat yang bersabuk merah yaitu pelatih menunjukkan gerakan Tepak Tilu lalu diikuti berkali-kali oleh murid didiknya, pengajaran gerakan tersebut selalu dibimbing oleh pelatih sehingga gerakan tersampaikan sedikit demi sedikit sehingga murid didik hafal atau sampai batas waktu yaitu 2 jam untuk setiap pengajaran.

(17)

9 Pelatihan dalam aspek seni untuk sabuk putih sampai sabuk merah dilaksanakan setiap hari minggu, pukul 08.00-10.00. Penambahan waktu belajar dapat dilakukan jika akan dilaksanakan pertandingan, atau sesuai permintaan murid didik dan jika pelatih merasa dibutuhkan untuk menambah waktu seperti jika murid didik yang diajarkan cukup banyak dan masih kurang menguasai materi. Bagi anak-anak di tingkatan satu hingga empat, pembelajaran hanya sebatas pengenalan gerakan-gerakan ibingan juga sebatas pengenalan fungsi dari gerakan yang telah diajarkan.

Pembelajaran Tepak Tilu pada tingkat satu hanya diajarkan gerakannya saja, setelah naik tingkat ke tingkat dua maka pengajaran dilakukan disertai iringan musik berupa kaset (tape). Gerakan tersebut dilakukan perorang juga dibagi beberapa kelompok untuk melakukan latihan secara giliran. Jika dalam latihan menggunakan kaset, dengan aturan bahwa murid didik yang mengikuti kaset. Berbeda ketika dalam pertandingan, pesilat yang akan diikuti oleh seperangkat gendang pencak, yang terdiri dari gendang indung, gendang kulanter, gong, terompet.

Sabuk merah strip hitam atau tingkat lima hingga tingkat pendekar, pelatihan dilakukan pada malam hari pukul 19.00-21.00. Pada tingkat ini kebanyakan murid didik adalah remaja juga dewasa dan pelatihan yang dilakukan adalah aspek beladiri karena menurut pelatih pada tingkatan ini dianggap cukup menguasai emosi diri sendiri dan mempunyai fisik yang memungkinkan untuk berlatih beladiri. Tingkatan ini mulai diberikan teknik bertarung, serta pemahaman tentang gerakan juga fungsinya.

(18)

10 dengan mengikuti metode pembelajaran yang dilakukan secara lisan yang dilakukan oleh pelatih.

II.5.3 Gerakan dasar

Gerakan dasar merupakan gerakan murni, yaitu gerakan yang mempunyai fungsi-fungsi tanpa makna. Pembelajaran gerakan dasar ibing Pencak Silat merupakan proses menyatukan sejumlah komponen yang saling berhubungan dan tidak dapat terpisahkan untuk menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik secara optimal menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang diharapkan (IPSI, Jawa Barat,2010).

Tujuan dalam pembelajaran gerakan dasar di perguruan Pencak Silat Badak Putih yaitu sebagai ilmu dasar yang menunjang untuk pembelajaran gerakan-gerakan berikutnya. Juga sebagai pembantu pelatikan kelenturan tubuh dalam ibing Pencak Silat.

II.6 Gerakan Tepak Tilu

Dalam Pencak Silat ada gerakan maknawi dan gerak-gerak murni. Gerak murni adalah gerak yang hanya untuk mendapatkan gerak-gerak artistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu. Gerak murni dapat digunakan pada silat yang tidak menggambarkan sesuatu, sedangkan gerak yang ada dalam Pencak Silat seni banyak menggunakan gerak yang mempunyai makna (IPSI, Jawa Barat,2010).

(19)

11 II.7 Gerakan Tepak Tilu di Perguruan Pencak Silat Badak Putih

Gerakan Tepak Tilu di perguruan Pencak Silat Badak Putih diajarkan di semua tingkatan, gerakan disetiap tingkatanpun sama. Berikut adalah satu komposisi gerakan Tepak Tilu yaitu 4 gerakan setiap 1 gong:

Gambar II.3. Gerakan Tepak Tilu Sumber : Pribadi

Gambar II.4. Gerakan Tepak Tilu Sumber : Pribadi

Gambar II.5. Gerakan Tepak Tilu

(20)

12 Gambar II.6. Gerakan Tepak Tilu

Sumber : Pribadi

Gambar II.7. Gerakan Tepak Tilu Sumber : Pribadi

Gambar berikut adalah lampiran gerakan Tepak Tilu

Gambar II.8. Rincik Sumber : Pribadi

(21)

13 Setelah Rincik lanjut ke gerakan Tepak Tilu berikutnya

Gambar II.9. Gerakan Tepak Tilu Sumber : Pribadi

Gambar II.10. Gerakan Tepak Tilu Sumber : Pribadi

Gambar II.11. Gerakan Tepak Tilu Sumber : Pribadi

(22)

14 Gambar II.12. Rincik

Sumber : Pribadi

Dalam wawancara bersama Ayi, beliau menyatakan bahwa gerakan Padungdung adalah gerakan serang bebas dengan irama lebih cepat. Gerakan ini adalah gerakan pelengkap untuk Tepak Tilu maupun tepak dua. Berikut adalah gerakan Padungdung di perguruan silat Badak Putih

(23)

15 II.8 Segmentasi

II.8.1 Demografi

Segmentasi secara demografi ditentukan berdasarkan murid didik yang berlatih di perguruan Pencak Silat Badak Putih yang berumur 8-18 tahun baik laki-laki ataupun perempuan yang mengikuti Pencak Silat dalam aspek seni budaya. Namun murid didik yang mempunyai kesulitan menghafalkan gerakan Tepak Tilu berumur 8-13 tahun yang memakai sabuk kuning, hijau dan merah.

Umur : 8-13 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan Pendidikan : SD hingga SMP

Agama : Semua agama

Tingkatan sabuk : Tingkat dua hingga tingkat empat

Karena murid didik yang berada pada aspek seni budaya di perguruan Pencak Silat Badak Putih merupakan murid didik yang memakai sabuk kuning, hijau dan merah.

II.8.2 Geografis

Di daerah perkotaan sesuai dengan tempat perguruan yaitu di Kota Bandung, juga dikarenakan murid didik yang ada di perguruan Pencak Silat Badak Putih berasal dari Kota Bandung.

II.8.3 Psikografis

Tingkatan Sosial : A, B, dan C

(24)

16 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Tujuan Komunikasi

Arah komunikasi yang diharapkan adalah target komunikasi akan tersita

perhatiannya dikarenakan ada ketertarikan untuk belajar dirumah dan

disebabkan adanya media pembelajaran yang baru. Ketertarikan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan minat belajar, menambah wawasan

tentang gerakan Tepak Tilu dan memudahkan murid didik untuk

menghafalkan gerakan.

III.2 Materi Komunikasi

Materi yang akan disampaikan yaitu:

1. Informasi tentang gerakan dasar.

2. Pengenalan Tepak Tilu serta ciri-cirinya.

3. Pembelajaran Tepak Tilu berupa video.

4. Pertanyaan sebagai soal juga untuk membantu mengingat materi yang

telah diajarkan.

III.3 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang meningkatkan rasa

keingintahuan serta menambahkan minat belajar.

III.3.1 Pendekatan Visual

Sesuai dengan karakteristik target audiens maka unsur desain yang

dipilih adalah:

1. Menggunakan ikon berupa kartun badak yang menggunakan

pakaian silat, diharapkan dapat mencerminkan citra yang ada

dalam perguruan pencak silat Badak Putih.

2. Menggunakan warna yang disukai anak-anak dengan bentuk

objek yang sudah disederhanakan. Warna-warna terang tetapi

(25)

17 3. Menggambarkan suasana yang sebenarnya, seperti padepokan

perguruan yang sebagian besar berada di lapangan terbuka atau

di luar ruangan. Juga menambahkan objek-objek yang biasa

ditemui di kota Bandung yaitu layang-layang, pohon bambu

dan pohon kelapa.

III.3.1 Pendekatan Verbal

Bahasa yang digunakan untuk narasi adalah bahasa Indonesia

namun berdialek sunda. Weijnen (seperti yang dikutip Rusdi

Januari 2012) yang dikutip oleh Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa (1983), dialek adalah sistem kebahasaan

yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk membedakan dari

masyarakat lain yang bertetangga yang menggunakan sistem

berlainan maupun erat hubungannya. Sedangkan jenis dialek yang

digunakan untuk multimedia ini adalah dialek regional, yaitu dialek

yang ciri-cirinya dibatasi oleh tempat. Sering juga disebut Dialek

Area. Dialek ini biasanya berkembang di satu daerah tertentu,

artinya orang di luar wilayah itu tidak akan paham dengan Dialek

yang dimaksud. (Alangkah Kaya Dialek di Indonesia, 2012)

Bahasa yang digunakan untuk ikon dalam interaktif pembelajaran

ini adalah bahasa Indonesia, juga menggunakan dialek sunda.

Penggunaan bahasa Indonesia agar pesan yang tersampaikan pada

target audiens, karena bahasa Indonesia lebih populer dikalangan

remaja dibandingkan bahasa sunda. Sebagai identitas perguruan

pencak silat Badak Putih yang bertempat di Bandung. Maka

penambahan dialek yang dipaparkan oleh ikon tersebut berfungsi

sebagai identitas. Suara untuk ikon tersebut adalah suara orang

dewasa yang menyerupai anak-anak agar sesuai dengan karakter

(26)

18 III.4 Strategi Kreatif

Strategi kreatif menggunakan ikon berupa badak sesuai citra perguruan,

dengan warna-warna yang disukai anak-anak namun kecerahannya tidak

mencolok. Ada gabungan media yang akan dilakukan yaitu antara

tampilan karakter kartun ikon badak pesilat sebagai penyampai materi

Tepak Tilu. Foto sebagai informasi tentang gerakan dasar. Video gerakan

Tepak Tilu yang dilakukan oleh guru besar Badak Putih sebagai

pembelajaran gerakan. Selain itu ada kuis agar murid didik mengingat

materi yang telah disampaikan sebelumnya. Penyisipan video dalam CD

Interaktif offline dirasa tepat karena tidak semua murid yang ada di

perguruan silat Badak Putih adalah anak-anak atau remaja yang menyukai

kartun, maka pengajaran gerakan melalui video diharapkan dapat menarik

pula bagi remaja, selain itu video merupakan media yang paling tepat

untuk menyampaikan detail gerakan karena segala detail gerakan dapat

tersampaikan.

III.5 Konten Materi

1. Halaman antar muka berisi informasi-informasi seputar yang akan

dipelajari peserta didik juga sebagai pintu masuk ke halaman utama.

2. Halaman selamat datang, berisi ucapan selamat datang dan perkenalan

ikon. Pada halaman ini ada button untuk masuk ke halaman

berikutnya yang terdiri dari:

a. Materi pertama pemberian pengetahuan dasar mengenai

gerakan-gerakan dasar dalam pencak silat.

b. Materi kedua yaitu pengenalan Tepak Tilu serta aspek-aspek yang

mendukung seperti musik, dll.

c. Materi ketiga yaitu pembelajaran gerakan Tepak Tilu sebagai

hafalan bagi peserta didik yaitu berupa video.

d. Materi keempat yaitu latihan atau kuis, untuk memberikan umpan

balik dari proses pembelajaran melalui media pembelajaran ini.

(27)

19 III.6 Site Map

Button home secara visual berupa gong yang dipukul sebagai tanda masuk

atau mulai. Di Indonesia gong merupakan tanda memulai sesuatu yang

baru dapat dilihat dari berbagai pengesahan acara-acara atau pengesahan

gedung baru dan lainnya yang biasa menggunakan gong.

Untuk button Gerakan dasar disembunyikan pada awan. Video

disembunyikan pada batu bata, untuk button Tepak Tilu disembunyikan

pada batu, dan untuk button kuis disembunyikan pada kentongan. Hal ini

bertujuan untuk menambah daya tarik pengguna agar dapat mencari button

tersebut yang memang sengaja dibedakan dari objek lainnya, selain itu

adannya kotak informasi berupa layang-layang sebagai pemberi penjelasan

apa saja yang harus dilalukan untuk mempermudah penggunaannya.

Dalam halaman gerakan dasar akan memaparkan gerakan-gerakan dasar

yaitu kuda-kuda, pukulan, tendangan, tangkisan, serangan. Pemaparan tersebut berupa slide foto.

(28)

20 Pada halaman kuis berisi lima pertanyaan, dua pertanyaan mengenai gerakan dasar, dua pertanyaan mengenai Tepak Tilu dan satu pertanyaan mengenai gerakan padungdung. Isi kuis pada halaman tersebut hanya lima pertanyaan, hal ini hanya sebagai media pendukung yang berfungsi untuk mengingat ulang hal-hal yang sudah dijelaskan pada halaman sebelumnya.

III.7 Strategi Media

Menurut Latuheru (1998), Media pembelajaran merupakan hasil dari

sebuah budaya yang secara jelas untuk proses belajar dan mengajar. Hal

ini karena segala proses dari awal sampai selesainya proses tersebut harus

mencerminkan pembelajaran itu sendiri, sebagai suatu usaha yang sadar

dan disengaja, bertujuan jelas dan pelaksanaannya terkendali.

Adapun manfaat dari penggunaan media diantaranya yaitu: (1)

mengarahkan atau menjaga perhatian dan konsentrasi siswa, (2)

memperkuat daya ingat, (3) memperkecil keraguan, (4) memperjelas

struktur dan sistematika, (5) meningkatkan relevansi arah pembicaraannya,

(6) memperpendek waktu dan usaha belajar serta (7) bahan kajian lebih

utuh dan tuntas.

Multimedia adalah penggunaan penyediaan informasi pada komputer yang

menggunakan suara, grafika, animasi, dan teks. Multimedia Interaktif

menambahkan elemen yang kelima yaitu interaktif bersifat saling melakukan aksi, antar hubungan, saling aktif.

CD Interaktif ini termasuk dalam jenis CD Interaktif pembelajaran yaitu program pembelajaran terdiri dari berbagai media yang disusun secara utuh, terintegrasi, dan mempunyai tujuan pembelajaran.

III.7.1 Media Utama

Media utama untuk pembelajaran Tepak Tilu di perguruan silat

(29)

21 pengenalan tentang gerakan dasar, Tepak Tilu, video sebagai alat

bantu untuk menghafal, dan kuis.

III.7.2 Media Pendukung

1. Canvas bag

Agar dapat digunakan peserta didik sebagai alat membawa baju

silat saat latihan

2. Tempat minum plastik

Tempat minum plastik biasa digunakan oleh anak-anak dan

masih digunakan untuk saat ini, juga dikarenakan peserta didik

yang akan merasa haus setelah berkeringat karena latihan,

makan media ini dirasa sesuai.

III.8 Konsep Visual

Elemen-elemen utama dalam program multimedia:

1. Teks sebagai tampilan layar yang mempertunjukkan kata-kata yang

mungkin dibuat dengan berbagai style dan bentuk font, pengaturan

warna serta pembubuhan beberapa penekanan agar memperoleh

perhatian lebih dari yang lain. Menampilkan teks yang berwarna

kontras akan diatur pada CD Interaktif ini.

2. Image, pemilihan karakter pesilat muda dengan gaya gambar kartun

akan memberikan dampak baik bila dibandingkan dengan teks saja.

3. Movie, agar pembelajaran dapat tersampaikan dengan tepat,jelas

dengan menghadirkan rekaman gambar hidup dari video.

4. Animasi dapat menggambarkan sesuatu menjadi menarik juga disukai

kalangan remaja, dalam CD Interaktif ini, diberi sedikit animasi

sebagai daya tarik agar tidak monoton,

5. Sound, meggunakan instrumen Tepak Tilu serta padungdung, selain

pada saat pengajaran, suara dibutuhkan sebagai backsound pada saat

game.

6. Use control, adalah kelengkapan atau fasilitas yang dipergunakan oleh

(30)

22 III.8.1 Format Desain

Ukuran 1024 x 768 pixels sesuai dengan monitor wide screen pada

layar monitor.

768 pixels

1024 pixels

III.8.2 Tata Letak (Layout)

Jika suatu layout desain menampilkan elemen-elemen yang sama kuatnya, maka akhirnya tidak adanya materi di halaman itu yang menonjol. Oleh karena itu diperlukan suatu kontras sehingga akan diperoleh fokus yang ingin ditonjolkan (Adi Kusrianto, 2006, h.281). Dalam CD Interaktif ini button disembunyikan pada objek yang mempunyai warna atau mempunyai hal yang berbeda dengan objek yang sejenisnya. Guna menampilkan kontras untuk memperoleh fokus, maka beberapa warna elemen diredupkan sehingga elemen-elemen lainnya menjadi lebih fokus karena timbulnya kontras antara objek yang sebagai fokus utama serta elemen lain yang dibuat redup di sekelilingnya.

(31)

23 III.8.3 Sound/Suara

Sound atau suara dan musik yang digunakan dalam CD Interaktif

ini menggunakan lagu Sabilulungan dengan instrumen gendang

pencak agar terasa suasana silat musik tersebut juga berfungsi

sebagai backsound. Namun pada saat halaman video gerakan

Tepak Tilu menggunakan musik Tepak Tilu sebagai pengiring

gerakan dengan musik Sabilulungan yang dihentikan sementara

video tersebut dimulai. Pemilihan lagu Sabilulungan yang

diciptakan oleh Koko Koswara (Mang Koko) dikarenakan pada

setiap awal mula penyelenggaraan pertandingan pencak silat selalu

diawali dengan musik Sabilulungan dengan tujuan untuk

menambah semangat seperti semangat pada saat gotong royong.

Pengisi suara lelaki dewasa berlogat sunda dan menyerupai suara

anak-anak agar sesuai dengan visualisasi ikon yang berupa kartun

dan target audiens yaitu anak-anak.

III.8.4 Tipografi

Dikarenakan media pembelajaran berupa CD Interaktif tentang

gerakan Tepak Tilu yang cepat dan memakai musik, maka

dibutuhkan pula huruf-huruf yang dapat dibaca dan dimengerti

dengan cepat. Hobo STD dirasa tepat, selain mudah untuk cepat Gambar III. 15. Capture layout

(32)

24 dibaca, juga mempunyai bentuk yang dirasa sesuai dengan karakter

silat yang kuat dengan berdiri kokoh namun tidak kaku sesuai

dengan anak-anak. Untuk judul dan sub judul juga pemaparan,

semua menggunakan font tersebut.

III.8.5 Ilustrasi

Menggunakan gambar badak berupa ikon yang memakai baju silat.

Menggunakan gaya gambar kartun karena digemari remaja dan

anak-anak. Transformasi badak dari bentuk asli ke bentuk kartun,

Gambar III. 18. Ikon Sumaber : Pribadi Gambar III. 17. Foto badak

Sumber :

http://www.seruu.com/kota/regiona l/artikel/terancam-punah-badak-

jawa-justru-tambah-dua-keturunan-baru

(33)

25 Berikut adalah contoh gambar kartun badak sebagai referensi

I

Marianto (seperti dikutip Ermawan, 2011, h.16) kartun adalah penggambaran sesuatu secara sederhana atau dengan cara yang dilebih-lebihkan. Ilustrasi pendukung yaitu padepokan yang biasa digunakan untuk berlatih silat dimunculkan sebagai identitas.

Berikut adalah foto padepokan pencak silat Indonesia yang berada

di Taman Mini Indonesia Indah. Foto ini menggambarkan suasana

padepokan silat yang sebenarnya, lalu di sederhanakan dalam

bentuk kartun sehingga menjadi gambar dibawah ini.

Gambar III.22. Ilustrasi background

Sumber : Pribadi Gambar III.21. Foto background

Sumber :

http://www.tripadvisor.co.id/Hotel_Re view-g294229-d1847758-Reviews-

Padepokan_Pencak_Silat_Indonesia-Jakarta_Java.html

Gambar III.19. Ilustrasi badak Sumber :

http://www.istockphoto.com/stock-

illustration-5037627-rhino-charge.php

Gambar III.20. Ilustrasi badak Sumber :

http://www.istockphoto.com/stock

(34)

26 Penambahan pohon kelapa pada halaman gerakan dasar merupakan

objek yang membantu untuk menggambarkan suasana yang

sebenarnya yang terlihat pada foto padepokan diatas.

Gambar awan diatas merupakan awan yang dipakai pada CD

Interaktif ini. Gambar disederhanakan dari bentuk aslinya, juga

menggunakan ketebalan outline yang berbeda-beda.

Button dalam halaman home ini disembunyikan dalam objek-objek

sebagai berikut: Gambar III.23. Foto pohon kelapa

Sumber :

http://wisatakita.com/album/7/150Wis ata-Karimunjawa46?req=df&idf=46

Gambar III.24. Ilustrasi pohon kelapa Sumber : Pribadi

Gambar III.26. Sketsa awan Sumber : Pribadi

Gambar III.27. Awan vektor Sumber : Pribadi

Gambar III.29. Awan Sumber : Pribadi

Gambar III.30. Button gerakan dasar Sumber : Pribadi

Gambar III.25. Foto awan Sumber :

http://vienasofi.wordpress.co m/2008/10/05/awan-putih/

Gambar III.28. Foto awan Sumber :

(35)

27 Gambar III.26. Bata

Sumber : Pribadi

Gambar III.33. Button video Sumber : Pribadi

Gambar III.35. Kentongan Sumber : Pribadi

Gambar III.38. Batu Sumber : Pribadi

Gambar III.39. Button Tepak Tilu Sumber : Pribadi

Gambar III.34. Foto kentongan Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas: Kentongan.jpg

Gambar III.37. Foto batu Sumber :

http://www.geocities.ws/me layuantique/batukalimahalla

h.html

Gambar III.31. Foto bata Sumber :

(36)

28 Ikon button yang disembunyikan pada objek-objek bertujuan agar

ada interaksi dengan audiens. Namun untuk memberi kemudahan,

diberikan ikon-ikon yang berfungsi sebagai informasi, berikut

adalah beberapa ikon yang berfungsi sebagai alat bantu informasi.

Layang-layang adalah mainan yang terbuat dari kertas berkerangka yang diterbangkan ke udara dengan memakai tali (benang) sebagai kendali. Dikarenakan layang-layang terbang dan bergerak-gerak maka dianggap tepat sebagai button dan bantuan informasi bagi audiens karena mudah ditemukan.

Gambar III.41. Layang-layang Sumber : Pribadi

Gambar III.42. Button informasi Sumber : Pribadi

Gambar III.44. Layang-layang exit

Sumber : Pribadi

Gambar III.45. Button exit

Sumber : Pribadi

Gambar III.43. Ikon exit

Sumber :

http://www.shutterstock.co m/pic-18793720/stock-

(37)

29 Button exit menggunakan simbol x sesuai dengan yang sering digunakan oleh berbagai media.

Button fullscreen menggunakan visual berupa dua buah kotak,

kotak pertama hanya outline dan kotak kedua full colour. Hal ini

mempunyai arti bahwa kotak pertama menuju kotak kedua yaitu

dari tampilan tidak penuh menjadi tampilan penuh atau fullscreen. Gambar III.47. Layang-layang

fullscreen

Sumber : Pribadi

Gambar III.48. Button fullscreen

Sumber : Pribadi

Gambar III.49. Foto gendang Sumber :

http://rahadianmf.blogspot.com/20

12/04/indonesian-traditional-music.html

Gambar III.50. Ilustrasi gendang Sumber : Pribadi

Gambar III.51. Foto gong Sumber :

http://poswayang.wordpress.com/2

011/06/15/gamelan-mendunia-karena-humanis/gong/

(38)

30 Ikon pada halaman gerakan dasar disembunyikan dibalik

awan-awan. Informasi bahwa ikon itu disembunyikan dalam awan ada di

button informasi. Berikut adalah ikon yang dipakai untuk masuk ke

penjalasan yang berkaitan dengan ikon tersebut:

Gambar III.57. Ikon kuda-kuda Sumber : Pribadi

Gambar III.58. Ikon pukulan Sumber : Pribadi Gambar III.53. Foto terompet

Sumber :

http://silatbanten.multiply.com/journal/item/6

Gambar III.54. Ilustrasi terompet Sumber : Pribadi

Gambar III.55. Ilustrasi bambu Sumber :

http://www.flickr.com/photos/pketh/75778032/

(39)

31 Dalam CD Interaktif ini menyisipkan satu video Tepak Tilu

sebagai hafalan gerakan. Video tersebut berdurasi dua menit lima

belas detik dengan format .flv, berikut adalah capture video. Gambar III.59. Ikon sikuan

Sumber : Pribadi

Gambar III.60. Ikon tangkisan Sumber : Pribadi

Gambar III.61. Ikon tendangan Sumber : Pribadi

(40)

32 III.8.6 Warna

Warna merupakan salah satu unsur seni rupa, sehingga

sesungguhnya tidak dapat berdiri sendiri untuk mencapai

keindahan, karena masih dipengaruhi unsur lain. (Drs. Sadjiman

Ebdi Sanyoto, 2009, h.38)

CD Interaktif ini menggunakan warna-warna cerah yang digemari

remaja dan anak-anak, namun dengan tingkat kecerahan yang tidak

mengganggu objek utamanya seperti foto-foto agar lebih fokus

pada objek pembelajaran.

(41)
(42)

34 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1. Proses Perancangan CD Interaktif Pembelajaran Tepak Tilu IV.1.2 Media Utama

Media utama dalam perancangan ini adalah CD Interaktif. Pada perancangan CD Interaktif Tepak Tilu ini langkah-langkah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan diawali dengan pemilihan tema. Kemudian dipilihlah tema secara verbal memakai bahasa Indonesia namun berdialek sunda, sedangkan secara visual lebih menekankan pada gaya gambar kartun dengan menyesuaikan pada target audiens.

2. Berikutnya studi karakter, berupa ikon badak, dan gaya gambar untuk background.

Gambar IV.64. Sketsa ikon badak Sumber : Pribadi

(43)

35 3. Langkah berikutnya menentukan jumlah laman yang dibutuhkan

berupa site map.

Site map tersebut berfungsi untuk memberi petunjuk berbagai hal yang akan dikerjakan dan membantu untuk saat proses pembuatan sehingga tidak ada hal yang lupa.

4. Setelah membuat site map maka membuat storyboard sesuai dengan yang ada di site map seperti pembuatan interface, gerakan dasar, Tepak Tilu, video, dan kuis sesuai dengan kompetensi dasar. Selain itu pembuatan storyboard dapat membantu dan mempermudah mengingat apa saja yang akan dibuat dan apa saja yang diinginkan secara tampilan, dari mulai animasi, suara, navigasi. Berikut ini adalah sketsa-sketsa storyboard yang digunakan untuk membuat CD Interaktif ini.

Storyboard untuk interface atau halaman awal untuk masuk ke halaman beranda atau home.

Gambar IV.66. Sketsa site map

Sumber : Pribadi

Gambar IV.67. Site map

Sumber : Pribadi

Gambar IV.69. Interface Sumber : Pribadi Gambar IV.68. Sketsa storyboardinterface

(44)

36 Perintah untuk interface adalah animasi judul dan konten dari kanan ke kiri, kursor berubah menjadi pemukul gong. Pada saat gong dipukul muncul suara gong dan animasi gong bergerak.

Perintah untuk home adalah animasi Rhino yang mengucapkan kata “hai” pada saat rollover. Setiap button yang di rollover akan memunculkan button yang mewakilinya. Objek yang menjadi button adalah batu, kentongan, bata, dan awan.

Perintah untuk laman gerakan dasar adalah button bersembunyi pada awan-awan. Ketika di klik akan muncul gambar yang dan keterangan pada halaman yang sama hanya saja memakai tampilan yang muncul dari button tersebut.

Gambar IV.70. Home

Sumber : Pribadi

Gambar IV. 71. Gerakan dasar Sumber: Pribadi

(45)

37 Perintah untuk laman Tepak Tilu adalah ikon yang menjelaskan tentang Tepak Tilu. Terdapat button yang berupa alat musik dan ketika di klik makan muncul sedikit penjelasan untuk alat musik tersebut.

Perintah untuk kuis adalah ketika tombol 1hingga tombol 5 diklik maka akan muncul pertanyaan, ketika jawaban salah maka ikon akan sedih dan berkata “aduh salah” namun ketika jawaban benar ikon akan berkata “yee benar”. Button yang sudah dijawab tidak dapat ditekan kembali. Selanjutnya membuat sketsa dengan pensil digambar ulang menggunakan software adobe illustrator, agar mendapatkan hasil yang baik.

Gambar IV.75. Proses pembuatan ikon Sumber : Pribadi

Gambar IV.73. Tepak Tilu Sumber : Pribadi

(46)

38 Kemudian sketsa yang sudah digambar ulang dengan 300 dpi dan jenis color mode RGB karena menggunakan media elektronik tanpa cetak. Setelah itu lalu mulai membuat animasi, dan script di adobe flash. Pembuatan objek-objek dilakukan secara terpisah dengan bentuk file .swf (.flash), agar mudah di edit dan di pecah gambarnya di adobe flash ketika ada kesalahan

Gambar IV.76. Proses pembuatan background Sumber : Pribadi

Gambar IV.77. Proses pembuatan objek Sumber : Pribadi

(47)

39 CD interaktif yang dibuat menggunakan ukuran resolusi layar 1024 x 768 pixels. Dibuat menggunakan beberapa Program yaitu Adobe Ilustrator untuk membuat Ilustrasinya dan Adobe flash untuk membuat Interaktif dan animasinya. Hasil akhir dikemas dalam CD dengan jenis file .exe

Gambar IV.79. Proses pengaturan suara Sumber : Pribadi

Gambar IV.80. Proses pengaturan script

Sumber : Pribadi

Gambar IV.81. Proses pengaturan fullscreen

(48)

40 IV.1.3 Kemasan

CD Interaktif ini dikemas dalam bentuk CD kecil dengan kapasitas 219MB

Media : Kemasan CD

Ukuran : Tinggi 8,5 cm dan lebar 9,5 cm dalam satu muka dengan ketebalan 0,5 cm.

Material : Kertas Linen Teknis Produksi : Cetak offset sparasi

Media : Label CD

Ukuran : Diameter 7,5cm

Material : Glossy paper 135 gsm Teknis Produksi : Cetak offset sparasi

Gambar IV.82. Kemasan CD Sumber : Pribadi

(49)

41

Media : Kemasan

Ukuran : Tinggi 22cm Lebar 9,5x10cm Material : Kertas Linen

: Plastik mika

: Karton 3mm Teknis Produksi : Cetak offset sparasi

IV.2. Media Pendukung IV.2.1 Marchandise

Canvas bag ini berfungsi sebagai alat bantu untuk membawa peralatan saat berlatih silat.

Gambar IV.85. Canvas bag

Sumber : Pribadi Gambar IV.84. Kemasan

(50)

42

Media : Canvas bag

Ukuran : 29x36 cm

Material : Canvas

Teknis Produksi : Cetak offset sparasi

Tempat minum ini bertujuan sebagai alat minum ketika murid didik merasa kehausan seusai latihan, juga sebagai daya tarik untuk murid didik agar mau membeli CD Interaktif tersebut.

Media : Tempat minum plastik

Ukuran : 550ml

Material : tempat minum plastik dan sticker glossy Teknis Produksi : Print sticker cetak offset sparasi

Gambar

Gambar III. 14. Capture format desain Sumber : Pribadi
Gambar III. 15. Capture layout
Gambar III. 16. Capture tipografi
Gambar III.19. Ilustrasi badak
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Design window: Time in which design decisions have to be made... Bernd Bruegge & Allen H. Dutoit Object-Oriented Software Engineering: Using UML, Patterns, and Java 41.

Dalam kehidupan masyarakat peranan pelayanan sosial adalah mengembangkan kehidupan bagi individu dan kelompok sebagai pengganti fungsi dalam keluarga, sehingga

Anak berkebutuhan khusus atau disebut juga dengan anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan mental,

Wirosaban di bagian Instalasi Unit Gawat Darurat /yang tetap akan buka pada hari natal// Bahkan saat pemkot melakukan cuti bersama hingga tanggal 27 Desember 2009 /RSUD wirosaban

membuat, menguji, dan mempresentasikan karya rekayasa pembuatan penjernih air dari bahan buatan di wilayah setempat berdasarkan teknik dan prosedur

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM ISLAM TERPADU SESUAI STANDAR MUTU JSIT DI SMP IT AL MULTAZAM KABUPATEN KUNINGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia |

UNTUK ITULAH TIMOHO EXPO DIGELAR SAAT MUSIM LIBURAN PANJANG YANG DILAKUKAN UNTUK. MEMECAH KEPADATAN DAN

Kegiatan menggambar, mencetak, menempel, dan kegiatan berkarya seni rupa dua dimensional lainnya yang menyenangkan anak dengan media dan cara-cara yang sederhana dapat