KINERJA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN
BANTUL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN
PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DENGAN
STIKER TAHUN 2015
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
SKRIPSI
Disusun Oleh: Eric Zakaria 20130520102
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KINERJA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL
DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN
DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DENGAN STIKER TAHUN
2015
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
SKRIPSI
Disusun Oleh: Eric Zakaria 20130520102
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Dengan ❏ ✁ ✂✄
KINERJA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN
KOMPLIKASI (P4K) DENGAN STIKER TAHUN 2015
❖✂☎✆✄
ERIC ZAKARIA 20130520102
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan ❉☎✝✞✟ Penguji Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada:
❍✞✠ ✡ /Tanggal : Senin/30 Januari 2017
Tempat : Ruang IGOV Lama
Waktu : 12.30 WIB
SUSUNAN TIM PENGUJI
Ketua Tim Penguji
Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si
Penguji I Penguji II
Dr. Ulung Pribadi, M.Si Tunjung Sulaksono, S.IP., M.Si
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini s ☛☞☛ ✌
◆☛ ✍☛ ✿ ERIC ZAKARIA
Nomor Mahasiswa : 20130520102
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul KINERJA DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DENGAN STIKER TAHUN 2015 ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
manapun. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
dituliskan dan diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti terdapat duplikasi
dan ada pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan bertanggung jawab dan
menerima segala konsekuensinya.
Yogyakarta, Januari 2017
Yang membuat pernyataan
Eric Zakaria
MOTTO
“Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Penguasa Lagi Maha Penyayang, Segala Puji Bagi Allah Semesta Alam, Maha Pemurah Lagi MahaPenyayang, Yang Menguasai Hari Pembebasan, Hanya Kepada Engkaulah Kami Menyembah dan Hanya Kepada Engkaulah Kami Memohon Pertolongan, Tunjukanlah Kami Jalan Yang Lurus. (Yaitu) Yaitu jalan Orang-orang Yang Engkau Anugrahkan Nikmat Kepada Mereka Bukan (jalan) Mereka Yang Dimurkai Dan Bukan Pula Jalan Mereka
Yang Sesat.” (Q.S AL Fatihah)
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan menjadikan kamu sebagai orang-orang merdeka, dan memberikan kepada kamu apa
yang belum diberikan kepada seorang pun diantara umat yang lain.” (Q.S. Al Ma’idah (5): 20 )
“Sakit–sakit dahulu susah–susah dahulu baru kemudian bersenang senang, mungkin itu adalah suatu ungkapan yang cocok untuk diri kita dimana untuk mendapatkan yang kita inginkan tidaklah mudah harus dengan perjuangan karna hidup ini tidak ada
yang praktis.” (Eric Zakaria)
“Ingatlah apapun yang kalian dapatkan baik atau buruk jangan lupa bersyukur,sebab semua itu sebenarnya ada manfaatnya buat diri kita untuk menjadi orang yang lebih
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya tulis berupa skripsi ini kepada:
Kedua Orangtua saya Uma saya Marlina dan Bapak saya Dirman
Tanpa adanya mereka berdua saya bukanlah apa-apa, karena merekalah saya bisa menjadi anak yang sekarang ini.
Adik saya tersayang Rika Nurjanah dan Anggun Imania Rosari
Mereka selalu memberikan semangat kepada saya di daerah perantauan ini.
Teman Dekat saya Agreani Diasti Ningrum
Dengan adanya teman dekat saya ini yang selalu ada disaat senang maupun susah menemani saya selama semester pertama sampai semester akhir ini yang membuat
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “KINERJA DINAS
KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI
(P4K) DENGAN STIKER TAHUN 2015” sebagai syarat untuk menperoleh gelar kesarjanaan
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan terima kasih yang kepada:
1. Bapak Dr. Ali Muhammad, M.A Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
2. Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si. Selaku Kepala Jurusan Ilmu Pemerintahan.
3. Ibu Dra. Atik Septi Winarsih, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu di tengah kesibukan yang padat untuk memberikan bimbingan demi
selesainya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ulung Pribadi, M.Si selaku Dosen Penguji.
5. Bapak Tunjung Sulaksono, S.IP., M.Si selaku Dosen Penguji.
6. Orangtua saya tercinta, Ibu Saya Marlina dan Bapak Saya Dirman tanpa bantuan mereka
dan semangat yang luar biasa diberikan kepada saya, mungkin saya tidak dapat
menyelesaikan skripsi ini secara baik dan maksimal sesuai kemampuan saya.
7. Adik saya tercinta Rika Nurjanah dan Anggun Imania Rossari yang selalu memberikan
selalu tersenyum.
8. Seluruh keluarga saya yang memberi semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi
yang dalam hal ini tidak bisa saya sebutkan satu persatu nama seluruh keluarga saya yang
tercinta.
9. Teman dekat saya yang selalu memberikan semangat dan menemani saya selama saya
menempuh pendidikan di kampus tercinta dari awal semester hingga akhir semester yaitu
Agreani Diasti Ningrum.
10. Sahabat seperjuangan saya yang berjuang bersama dari awal perantauan hingga ujung
perantauan yaitu Wahyu Agung.
11. Kepala Seksi Penyelenggaraan Ibu dan Anak selaku narasumber.
12. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sebagai tempat penelitian dan sumber wawancara
dalam penelitian skripsi.
13. Ibu Satini dan Ibu Fitry selaku narasumber yang memberikan waktu luangnya untuk
wawancara.
14. Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan angkatan 2013 yang saya sayangi dan
saya banggakan, serta pihak lainnya yang penulis tidak bisa cantumkan satu persatu.
Akhirnya dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang ada penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaatt
bagi kita semua.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Yogyakarta, Januari 2017
DAFTAR ISI
4. Strategi Pengukuran Kinerja Organisasi ...20
5. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ...24
3. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul ...40
4. Kondisi Demografi Kabupaten Bantul...42
B. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul ...44
1. Sejarah Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul...44
2. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul ...45
3. Dasar Pembentukan...46
4. Kedudukan, Fungsi, dan Tugas Pokok...46
5. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul ...48
C. Gambaran P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) Di Kabupaten Bantul...50
1. Pengertian P4K ...50
2. Tujuan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ...53
3. Manfaat Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ...54
5. Dasar Hukum P4k (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)55 6. Komponen P4K dengan Stiker...56
BAB III PEMBAHASAN...57
A. KINERJA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DENGAN STIKER TAHUN 2015 ...57
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jumlah Kematian Ibu ...6
Gambar 1.2 Jumlah Kematian Bayi...6
Gambar 1.3 Jumlah Kematian Balita ...7
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul ...39
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Tahun 2013...42
Gambar 2.3 Peta Penyebaran Penduduk Miskin di Kabupaten Bantul Tahun 2013 ...42
SINOPSIS
Penyebaran kasus kematian ibu di Kabupaten Bantul terjadi pada beberapa wilayah kecamatan, dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Puskesmas Sedayu II, Banguntapan I dan Jetis I (2 kasus). Sedangkan kasus kematian bayi di Kabupaten Bantul Tahun 2015 sejumlah 105 kasus, dan terjadi hampir di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul. Kecamatan dengan kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah Puskesmas Banguntapan I sebanyak 8 kasus. Oleh karena itu salah satu upaya pemerintah yaitu Pemerintahan Kabupaten Bantul khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sesuai dengan peraturan dan perintah dari pemerintahan pusat menyelenggarakan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker.
Dengan demikian pada penelitian ini untuk mengukur keberhasilan kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker di Kabupaten Bantul digunakan beberapa indikator pengukuran kinerja, yaitu melalui Produktivitas, Kualitas Pelayanan, Responsivitas, Rensponsibilitas, dan Akuntabilitas. Metode penelitian pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dpenelitian dengan cara melibatkan kerja lapangan, menganalisis hasil wawancara dan observasi, serta melihat dari beberapa dokumen dan dokumentasi yang ada.
Secara keseluruhan kinerja yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul pada Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker khususnya di Tahun 2015 dapat dikatakan telah berjalan secara efektif dan efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor-faktor penilaian sebuah kinerja seperti produktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas, dan akutabilas mengenai program P4K dan menunjukan bahwa pelaksanaan program tersebut telah terlaksana secara baik dan sesuai dengan sasaran serta program yang telah direncanakan, dan dibuktikan dengan adanya peningkatan yang signifikan mengenai adanya penurunan angka kematian ibu melahirkan dan bayi di Kabupaten Bantul tahun 2015.
Diharapkan dengan adanya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker di Kabupaten Bantul sebagai salah satu terobosan dan dapat meminimalisir angka kematian ibu melahirkan dan bayi di Kabupaten Bantul di tahun-tahun berikutnya. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sebaiknya lebih ditingkatkan lagi dalam hal sosialisasi terhadap masyarakat tentang adanya program P4K agar seluruh masyarakat Kabupaten Bantul mengetahui program tersebut dan ikut berpartisipasi serta mendukung program tersebut. Masyarakat Kabupaten Bantul sebaiknya ikut berpartisipasi dan mendorong setiap program pemerintah.
SINOPSIS
Penyebaran kasus kematian ibu di Kabupaten Bantul terjadi pada beberapa wilayah kecamatan, dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Puskesmas Sedayu II, Banguntapan I dan Jetis I (2 kasus). Sedangkan kasus kematian bayi di Kabupaten Bantul Tahun 2015 sejumlah 105 kasus, dan terjadi hampir di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul. Kecamatan dengan kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah Puskesmas Banguntapan I sebanyak 8 kasus. Oleh karena itu salah satu upaya pemerintah yaitu Pemerintahan Kabupaten Bantul khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sesuai dengan peraturan dan perintah dari pemerintahan pusat menyelenggarakan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker.
Dengan demikian pada penelitian ini untuk mengukur keberhasilan kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker di Kabupaten Bantul digunakan beberapa indikator pengukuran kinerja, yaitu melalui Produktivitas, Kualitas Pelayanan, Responsivitas, Rensponsibilitas, dan Akuntabilitas. Metode penelitian pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dpenelitian dengan cara melibatkan kerja lapangan, menganalisis hasil wawancara dan observasi, serta melihat dari beberapa dokumen dan dokumentasi yang ada.
Secara keseluruhan kinerja yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul pada Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker khususnya di Tahun 2015 dapat dikatakan telah berjalan secara efektif dan efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor-faktor penilaian sebuah kinerja seperti produktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas, dan akutabilas mengenai program P4K dan menunjukan bahwa pelaksanaan program tersebut telah terlaksana secara baik dan sesuai dengan sasaran serta program yang telah direncanakan, dan dibuktikan dengan adanya peningkatan yang signifikan mengenai adanya penurunan angka kematian ibu melahirkan dan bayi di Kabupaten Bantul tahun 2015.
Diharapkan dengan adanya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker di Kabupaten Bantul sebagai salah satu terobosan dan dapat meminimalisir angka kematian ibu melahirkan dan bayi di Kabupaten Bantul di tahun-tahun berikutnya. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sebaiknya lebih ditingkatkan lagi dalam hal sosialisasi terhadap masyarakat tentang adanya program P4K agar seluruh masyarakat Kabupaten Bantul mengetahui program tersebut dan ikut berpartisipasi serta mendukung program tersebut. Masyarakat Kabupaten Bantul sebaiknya ikut berpartisipasi dan mendorong setiap program pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang merupakan "upaya terobosan" dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan tindak dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
Lebih jauh lagi, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, menyebutkan bahwa pembangunan keluarga dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Selain lingkungan yang sehat, masih menurut peraturan pemerintah tersebut, kondisi kesehatan dari tiap anggota keluarga sendiri juga merupakan salah satu syarat dari keluarga yang berkualitas. (Kementerian Kesehatan RI, 2015:103).
Sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari masyarakat, keluarga memiliki peran signifikan dalam status kesehatan. Keluarga berperan terhadap optimalisasi pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas seluruh anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan gizi dan menjamin kesehatan anggota keluarga. Di dalam komponen keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok rentan. Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh kembang pada anak. Hal ini yang menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia. (Kementerian Kesehatan RI, 2015:103).
terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. (Kementerian Kesehatan RI, 2015:103).
Sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya. Upaya tersebut dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden Republik Indonesia. Program ini melibatkan sektor lain di luar kesehatan. Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian ibu yaitu penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat. Upaya lain yang juga telah dilakukan yaitu strategi Making Pregnancy Safer yang dicanangkan pada tahun 2000. (Kementerian Kesehatan RI, 2015:104).
Keterlibatan aktif dari masyarakat baik secara perorangan maupun terorganisasi dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif sangatlah mendukung dalam mewujudkan kebijakan pemerintah Kabupaten Bantul yaitu Peraturan Bupati No.82 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Tujuan dari pembentukan KP Ibu agar terjadi peningkatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan dengan metode yang dikemas lebih menarik bagi ibu hamil dan ibu menyusui dengan harapan dapat menurunkan kematian Ibu melahirkan, kematian bayi lahir dan balita serta gizi buruk. Dari berbagai penelitian yang ada menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan berkontribusi dalam penurunan kematian bayi dan balita serta gizi buruk. (Dinkes Bantul, 2015:7).
Tahun 2015 adalah 73,24 tahun sedangkan pada Tahun 2014 adalah 73,22. (Dinkes Bantul, 2015:8).
Umur harapan hidup di Kabupaten Bantul cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2011 sebesar 73,14 meningkat menjadi 73,24 pada Tahun 2015. Peningkatan UHH ini dipengaruhi oleh multifaktor, antara lain faktor kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya. (Dinkes Bantul, 2015:8).
Angka kematian ibu pada tahun 2015 lebih baik dibandingkan pada tahun 2014. Hal tersebut ditandai dengan turunnya angka kematian Ibu, jika pada Tahun 2014 sebesar 104,7/100.000 Kelahiran Hidup yaitu sejumlah 14 kasus, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 11 kasus sebesar 87,5/100.000. (Dinkes Bantul, 2015:9).
Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada Tahun 2015 adalah Pre Eklampsia Berat (PEB) sebanyak 36% (4 kasus), Pendarahan sebesar 36% (4 kasus), TB Paru 18% (2 kasus), dan Emboli air Ketuban 9% (1 kasus). (Dinkes Bantul, 2015:9).
Tabel 1.1
Penyebab Kematian Ibu Tahun 2015
No Nama Penyakit Banyak Kasus
1. Pre Eklampsia Berat 4
2. Pendarahan 4
3. TB Paru 2
4. Emboli air Ketuban 1
Penyebaran kasus kematian ibu di Kabupaten Bantul terjadi pada beberapa wilayah kecamatan, dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Puskesmas Sedayu II, Banguntapan I dan Jetis I (2 kasus). (Dinkes Bantul, 2015:9).
Gambar 1.1 Jumlah Kematian Ibu
(Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul)
Angka kematian bayi pada Tahun 2015 sebanyak 8,35/1.000 kelahiran hidup lebih baik jika dibanding Tahun 2014 8,75/1.000 kelahiran hidup. (Dinkes Bantul, 2015:10).
Gambar 1.2 Jumlah Kematian Bayi
Dalam hal usia bayi baru dilahirkan yaitu dalam 0-28 hari atau baru dilahirkan sampai usia 28 hari, sedangakan usia anak dari 29 hari sampai 6 tahun penting untuk dijaga kesehatannya. (Kementerian Kesehatan RI, 2015:32-40).
Kasus kematian bayi di Kabupaten Bantul Tahun 2015 sejumlah 105 kasus, dan terjadi hampir di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Bantul. Kecamatan dengan kematian bayi tertinggi yaitu di wilayah Puskesmas Banguntapan I sebanyak 8 kasus. (Dinkes Bantul, 2015:11).
Kasus kematian balita pada Tahun 2015 sebanyak 119 Balita dengan jumlah kematian Balita terbesar di wilayah Puskesmas Banguntapan I sebanyak 9 Balita. Selengkapnya penyebaran kasus kematian Balita di Kabupaten Bantul tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut. (Dinkes Bantul, 2015:11).
Gambar 1.3 Jumlah Kematian Balita
Penyebab kematian bayi terbesar adalah karena BBLR sebanyak 30 kasus, sedangkan kematian karena Asfiksia, kelainan Kongenital dan lainnya hampir sama jumlah kasusnya, seperti tampak pada grafik di bawah ini. (Dinkes Bantul, 2015:13).
Tabel 1.2
Penyebab Kematian Bayi Tahun 2015
No Nama Penyakit Banyak Kasus
1 BBLR 30
2 Asfiksia 27
3 Kelainan Kongenital 27
4 Lainnya 27
(Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul)
Jumlah kematian ibu hamil di 2015 ini disumbang terbanyak oleh Bantul dengan 11 kasus kematian dari 9.835 ibu hamil. Menyusul di posisi kedua yakni Gunungkidul dengan 7 kasus dari 6.215 ibu hamil. Untuk Yogyakarta terdapat 5 kasus dari 3.163 ibu hamil. Sementara Sleman terdapat 4 kasus dari 11.627 ibu hamil. Paling sedikit di Kulonprogo. Jumlah kasus kematiannya ada 2 dari 3.946 ibu hamil. Sehingga di DIY ada 29 kasus kematian dari 34.786 ibu hamil. (http://jogja.tribunnews.com/).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan, maka rumusan masalah penelitian. di rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kinerja Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bantul
dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dengan Stiker?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Kinerja Dinas Kesehatan Pemerintah
Kabupaten Bantul dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seperti apa kinerja Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker.
2. Untuk mengetahui Kegiatan yang dilakukan dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker. 3. Untuk memenuhi studi akhir penulisan skripsi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker” bagi Mahasiswa maupun publik .
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan instansi terkait ataupu instansi lainnya terutama mengenai “Kinerja Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Stiker”.
E. Kerangka Teori
Kerangka dasar teori dimaksudkan adalah teori-teori yang digunakan dalam melaksanakan penelitian sehingga kegiatan menjadi jelas, sistematis, dan ilmiah. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, abstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatian. (Efendi Sofian dan Masri, 1989:37).
1. Organisasi Publik
organisasi sendiri mempunyai unsur-unsur tertentu. Unsur inilah yang kemudian membedakan suatu organisasi yang satu dengan organisasi lainnya. Unsur-unsur tersebut adalah tujuan (goals), teknologi dan struktur. (Nurmandi A, 1996:5).
Menurut Clive Hoetam (dalam buku Nurmadi A,1996:5) ciri-ciri organisasi publik adalah:
a. Tidak dapat memilih konsumen.
b. Perannya dibatasi oleh paraturan perundang-undangan. c. Politik penginstitusi konflik.
d. Pertanggungjawaban yang kompleks. e. Sangat sering diteliti.
Perbedaan sifat serta karakteristik sektor publik dengan sektor swasta adalah sebagai berikut:
a. Tujuan organisasi
Sektor swasta bertujuan untuk memaksimumkan laba, sedangkan sektor pubik bertujuan untuk memberikan pelayanan publik tanpa motivasi mencari keutungan. b. Sumber pembiayaan
1) Sektor publik: pajak, retribusi, utang, obligasi pemerintah, laba BUMN/BUMD), penjualan asset Negara, dll.
2) Sektor swasta: pembiayan internal, misalnya ; modal sendiri, laba ditahan, penjualan aktiva. Pembiayan eksternal, misalnya ; utang bank, obligasi, penerbitan saham.
c. Pertanggungjawaban
Organisasi sektor swasta bertanggungjawab kepada masyarakat (publik) dan parlemen (DPR/DPRD). Sedangkan organisasi sektor swasta bertanggung jawab kepada pemegang saham kreditor.
2. Kinerja
Menurut Para Ahli :
a. Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002:15) memberikan pengertian atau kinerja sebagai berikut: “performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during time period”. Prestasi
atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu.
b. Menurut Gibson, dkk (2003:355), job performance adalah hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja kefektifan kinerja lainnya.
c. Ilyas (1999:99), kinerja adalah penampilan hasil kerja personil maupun dalam suatu organisasi. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi.
d. Payaman Simanjuntak (2005:1) yang mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.
yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan tujuan pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja organisasi, kinerja unit, dan kinerja pegawai.
Pendapat lain dikemukakan oleh Prawiro Suntoro dalam buku Tika (2006:121) bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Menurut Rivai dan Basri, (2005:50). Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama.
3. Pengukuran Kinerja
Dalam pemahaman tentang konsep pengukran kinerja, lembaga kinerja administrasi negara/LAN (2001:5) menyebutkan pendapat para pakar diantaranya pendapat James B. Whittaker mengemukakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goal andobjectives).
Menurut B Whittaker dalam buku (Ismai Nawawi) yaitu elemen kunci dari sistem pengukuran kinerja yaitu:
a. Perencanaaan dan penetapan tujuan. b. Pengembangan ukuran yang relevan. c. Pelaporan formal atas hasil.
d. Pengunaan informasi.
Menurut wibowo (2010:101) terdapat tujuh indikator untuk menilai kinerja yaitu: a. Tujuan
Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif di cari oleh seorang individu atau organisasi untuk dicapai.
b. Standar
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapatdicapai. c. Umpan balik
dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan hasilnya dapat digunakan untuk perbaikan kinerja.
d. Alat atau sarana
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses.
e. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang di miliki oleh seseorang untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepada pegawai bersangkutan dengan baik. f. Motif
Motif adalah alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. g. Peluang
Pegawai perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya. terdapat dua faktor yang menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk berkomunikasi yakni ketersediaan waktu dan kemampuan untuk memenuhi syarat.
Menurut Selim dan Woodwart (dalam buku Nasucha, 2004: 108) mengemukakan bahwa ada empat dasar yang bisa dijadikan indikator kinerja sektor publik antara lain: 1. Pelayananan yang menunjukkan apakah biaya yang digunakan lebih murah
daripada yang direncanakan.
2. Ekonomi, yang menunjukkan apakah biaya yang digunakan lebih murah daripada yang direncanakan.
3. Efisiensi, yang menunjukkan perbandingan hasil yang dicapai dengan pengeluaran.
4. Efektifitas, yang menunjukkan tingkat keadilan potensial dan kebijakan yang dihasilkan.
Sedangkan menurut Dwiyanto (2008:48-49) menjelaskan beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu:
1. Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai ratio antra input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran
2. Kualitas layanan, isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasaan masyarakat seringkali tesedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasaan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa dan diskusi publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasaan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasaan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.
3. Responsivitas, yaitu kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang kurang baik pula. 4. Responsibilitas, menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan birokrasi publik itu
5. Akuntabilitas, akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
Dalam buku Ismail Nawawi (2013:243), ada beberapa jenis indikator kinerja yang sering digunakan dalam pelaksanaan pengukuran kinerja organisasi, yaitu: 1. Indikator masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran, indikator ini berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan/peraturan perundang-undangan dan sebagainya.
pelaksanaan kegiatan berlangsung, khususnya dalam proses mengolah masukan menjadi keluaran.
3. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau non fisik.
Bastian (dalam Hessel Nogi, 2005: 173) mengemukakan bahwasanya ada beberapa elemen-elemen indikator yang mempengaruhi kinerja organisasi yaitu, sebagai berikut:
1. Indikator Masukan (inputs), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang dan jasa, yang meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan.
2. Indikator keluaran (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari segala sesuatu kegiatan yang berupa fisik atau non fisik.
3. Indikator hasil (outcome), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah.
4. Indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator dampak (impactes), yaitu pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif.
4. Strategi Pengukuran Kinerja Organisasi
terhadap pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan dan pengukuran kinerja dapat memberikan penilaian (justifikasi) yang objektif dalam pengambilan keputusan organisasi maupun manajemen.
Ada beberapa strategi kunci untuk menerapkan sistem pengukuran kinerja yang tepat dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan stategis. Menurut lembaga admistrasi negara (2001:13-19) dikemukakan strategi sebagai berikut:
1. Melibatkan pimpinan puncak
Sebagian besar organisasi yang telah menerapakn pengukuran kinerja, kemudian dipimpin dan dipromosikan oleh pihak topmanagement (kepemimpinan) terhadap pengembangan dan penggunaan pengukuran kinerja merupakan elemen penting bagi suksesnya sistem pengukuran kinerja.
2. Sense of urgency
Dorongan untuk maju atau maju secara lebih agresif ke arah peningkatan pengukuran kinerja dan sistem manajemen kinerja dan sistem manajemen kinerja secara umum adalah sebagai akibat dari kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi berulang ulang, yaitu suatu kondisi yang mengancam eksistensi suatu organisasi.
3. Keselarasan dengan arah strategis
strategis organisasi kepada seluruh karyawan dan para pelanggan externalnya secara pasti (tepat) dan berulang ulang. Kemudian tujuan organisasi dikomunikasikan kepada para karyawan dalam beberapa faktor yang berbeda, baik secara visual maupun verbal.
4. Kerangka kerja konseptual
Sistem pengukuran kinerja suatu organisasi sebaiknya menjadi bagian intergral dalam keseluruhan proses manajemen dan secara langsung dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi yang mendasar. Pada kenyataannya pada beberapa kasus, sistem pengukuran kinerja adalah juga merupakan proses manajemen. Contoh dari kerangka kerja konseptual dalam mengorganisasi sistem pengukuran adalah termasuk penggunanaan beberapa hal berikut ini:
a. Ukuran penyeimbang. b. Sistem matrix.
c. Penentuan target (sasaran). d. Bench marketing.
e. Penentuan tujuan. 5. Komunikasi
Komunikasi merupakan hal penting dalam penciptaaan dan pemeliharaan sistem pengukuran kinerja. Komunikasi sebaiknya dari berbagai arah, berasal dari top-down, bottom-up dan secara horizontal berada dalam lintas organisasi.
6. Keterlibatan karyawan
yang positif untuk menciptakan pengukuran kinerja. 7. Perencanaan strategis
Perencanaan strategis yang beriorentasi pada pelanggan tersedia beberapa alat yang dapat membantu organisasi yang mengidentifiasi kebutuhan pelanggan tersebut.
8. Mulai melakukan pengukuran kinerja
Terdapat 3 elemen yang bermanfaat dalam membangun dan menerapkan sistem pengukuran kinerja yaitu:
a. Perubahan dalam manajemen perencanaan. b. Pembentukan tim.
c. Pelatihan tepat waktu.
9. Membuat dan memperbarui ukuran kinerja dan tujuan
Untuk masing masing tujuan dan cita-cita perusahaan, pengukuran kinerja, pijakan dasar dan target kinerja perlu dibuat secara keseluruhan dalam organisasi maupun per program atau per proses. Sehingga dengan demikian, para pimpinan dapat bekerja dalam tim multidisplinan focusgroup dan atau dengan pata stakeholder untuk membangun ukuran yangdari tujuan dan cita-cita organisasi.
10. Menciptakan akuntabilitas kinerja
11. Pengumpulan data dan pelaporan
Pengukuran kinerja harus tepat waktu, mudah diimplementasikan dan didefinisikan secara jelas. Kecepatan adalah merupakan hal penting dalam pengumpulan dan pendistibusian data.
12. Menganalisa dan meninjau ulang data kinerja
Beragam proses dapat digunakan untuk menganalis dan memvalidasi data kinerja termasuk melalui operation research, analisi statistik, qualitycontrol dan proses analisis biaya, dan teknik lainnya salah satu metodeyang sangat bermanfaat dalam mengukur kinerja adalah statisticalprocess control (spc).
13. Evaluasi dan penggunaaan informasi kinerja
Informasi mengenai kinerja harus ditinjau ulang secara formal dan apabila perlu ditingkatkan dan diseserhanakan. Penyerdahanaan dilakukan apabila ukuran kinerja yang akan digunakan menjadi sulit untuk dikelola atau diukur.
14. Pelaporan kinerja kepada para pelanggan dan stakeholder
Data yang tersedia sebaiknya dilaporkan dan kinerja perlu dijelaskan secara internal dan informasi mengenai kinerja sebaiknya dikonsolidasi secara lintas organisasi. Informasi sebaiknya jangan hanya diberikan didalam saja tetapi perlu dikomuniaksikan secara external dengan para pelanggan dan stakeholder melalui rapat tahunan.
15. Mengulangi siklus
berkepentingan menggunakan informasi untuk menentukan proritas.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Prawirosentono (1999:27) dalam buku Kebijakan Kinerja Karyawan faktor yang memengaruhi kinerja yaitu:
a. Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efesien.
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya. Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
d. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Grifin dalam Sule dan Saefullah (2005:235) Kinerja Sterbaik ditentukan oleh 3 faktor, yaitu:
1. Kemampuan
Kemampuan yaitu kapabilitas dari tenaga kerja atau SDM untuk melakukan pekerjaan. Kemampuan SDM berkaitan dengan latar belakangnya seperti pendidikan serta kemampuan softskill lainnya.
2. Motivasi
Motivasi yaitu yang terkait dengan keinginan untuk melakukan pekerjaan. Dalam suatu organisasi ataupun instansi motivasi sangat dibutuhkan dalam mempengaruhi kinerja dari karyawan/pegawai. Motivasi berkaitan dengan pemberian dorongan kepada pegawai dalam melakukan sebuah pekerjaan.
3. Lingkungan pekerjaan
F. Definisi Konseptual
Bahwa konsep atau pengertian adalah unsur pokok di dalam suatu penelitian, kalau masalah dan kerangka teorinya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai hal yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep yang sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu. (Tan dalam Koentjaraningrat, 1997:32).
1. Kinerja adalah hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu, juga suatu dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kefektifan kinerja lainnya.
2. Organisasi Publik yaitu suatu organisasi yang memiliki fungsi dan tujuan memberikan pelayanan serta menyediakan sarana dan prasarana kepada masyarakat tanpa bertujuan mencari keuntungan.
G. Definisi Operasional
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini ialah: a. Kinerja
1. Produktivitas.
a. Cara pencapaian hasil.
b. Perbandingan antara input dengan output. 2. Kualitas Layanan
a. Pola perilaku pegawai dalam memberikan pelayanan. b. Pelayanan yang tepat.
3. Responsivitas
a. Menanggapi kebutuhan dan keinginan masyarakat. b. Kemampuan memberikan solusi.
4. Responsibilitas
a. Kegiatan serta program yang dilakukan sesuai dengan visi dan misi. b. Prosedur kegiatan.
5. Akuntabilitas
a. Tanggungjawab untuk mengevaluasi kegiatan. b. Keterbukaan.
b. Faktor yang mempengaruhi kinerja 1. Kemampuan
2. Motivasi
a. Dorongan dari individu itu sendiri. b. Pendorong untuk melakukan kegiatan. 3. Lingkungan Pekerjaan
a. Hubungan instansi dengan masyakat. b. Infrastruktur.
c. Sumber daya manusia.
d. Tingkat pengetahuan masyarakat.
H. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
sebagai dasar analisis, sedangkan penelitian kualitatif menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. (Lexy J. Moloeng, 1995:21)
Selain itu penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada satu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan suber data yang diperoleh dari sumber asli. Data primeer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Dalam hal ini data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara.
b. Data Sekunder
3. Unit Analisis
Unit analisis berisi tentang penegasan unit atau kesatuan yang akan menjadi subjek penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang ada pada pokok pembahasan masalah dalam penelitian ini, maka penyusun akan melakukan kegiatan yaitu menyusun unit analisanya pada pihak-pihak yang terkait dan relevan dengan pembahasan atau secara tepat untuk dijadikan sebagai sumber data dalam menyusun karya tulis ini. Dalam hal unit analisa pada penelitian ini bertempat di lokasi kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Disini penulis akan mewawancarai beberapa aparatur dinas dan beberapa masyarakat sebagai narasumber terkait dalam pokok pembahasan dalam masalah ini yang memang bertanggung jawab dan berkompeten dalam bidangnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian penting adanya metode pengumpulan data karena penulis harus mengumpulkan data dari penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan pokok permasalah yang diteliti, serta tepat dan lengkap sehingga penulis mampu memperoleh data yang dibutuhkan untuk mendapatkan data yang cukup sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti, dapat dipercaya serta benar, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk melengkapi penelitian tersebut.
Menjelaskan bahwa wawancara dengan tujuan percakapan tertentu. Dalam metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (tatap muka) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan mendapatkan data tujuan yang dapat menjelaskan masalah penelitian. (Lexy J. Moloeng, 1991:135)
Adapun daftar narasumber yang ada di dalam penelitan ini yaitu:
1. Dr. Budi Nur Rokhmah Selaku Kepala Seksi Kesehatan Ibu dan Anak. 2. Riyanti Selaku Bidan.
3. Ibu Fitry selaku masyarakat. 4. Ibu Sartini selaku masyarakat.
b. Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, dan sebagainya. (Arikunto, 2002: 158).
jurnal-jurnal, dan internet yang berkaitan dan mendukung kebenaran dan keabsahan dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini.
Beberapa bukti dokumen yang diperoleh dalam penelitian sebagai berikut: 1. Lakip Tahun 2015.
2. Pedoman Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahaan Komplikasi (P4K) dengan Stiker.
c. Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Dalam penelitian ini digunakan observasi partisipasi (participant observer) yaitu pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. (Bungin, 2009: 115-116).
Salah satu yang diamati oleh peneliti terkait Progam Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ini ialah:
1. Cara Pengisian Stiker yang dilakukan oleh ibu Riyanti selaku bidan.
5. Teknik Analisis Data
yang dilakukan yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. (Sugiyono. 2009:246-249).
Data yang telah diperoleh dari lapangan, kemudian diolah agar lebih sederhana. Kegiatan analisis data yang dilakukan yaitu:
1. Reduksi data
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Mereduksi data akan mempermudah dan akan memperjelas dalam memberikan gambaran yang telah diperoleh di lapangan serta dapat mempermudah peneliti ketika melakukan pengumpulan data berikutnya. Selain itu, peneliti dapat memilah-milah mana yang relevan atau sesuai dengan fokus penelitian, sehinggaakan dapat menjawab pertanyaan peneliti.
2. Penyajian data
Langkah selanjutnya setelah reduksi data yaitu men-display-kan data atau penyajian data yang dimaksudkan agar mudah dipahami apa yang terjadi sebenarnya di lapangan, dapat merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan
BAB II
DESKRIPSI ❲✎✏ ✑✒✑✓ PENELITIAN
A.P ✔✕✖✗✘❲✗✘✙ ✚✙ ✛❑✙ ✜✢✣✙ ✤ ✥✦❇✙ ✦✤✢✘
1. ❙ ✥✧✙✔✙ ✛❑ ✙ ✜✢✣✙✤✥✦❇✙ ✦✤✢✘
Bantul memang tak bisa dilepaskan dari sejarah Yogyakarta sebagai kota
perjuangan dan sejarah perjuangan Indonesia pada umumnya. Bantul menyimpan
banyak kisah kepahlawanan. Antara lain, perlawanan Pangeran Mangkubumi di
Ambar Ketawang dan upaya pertahanan Sultan Agung di Pleret. Perjuangan Pangeran
Diponegoro di Selarong. Kisah perjuangan pioner penerbangan Indonesia yaitu
Adisucipto, pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak Belanda di Desa Ngoto.
Sebuah peristiwa yang penting dicatat adalah Perang Gerilya melawan pasukan
Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman (1948) yang banyak bergerak di
sekitar wilayah Bantul. Wilayah ini pula yang menjadi basis, "Serangan Oemoem 1
Maret" (1949) yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tolok awal
pembentukan wilayah Kabupaten Bantul adalah perjuangan gigih Pangeran
Diponegoro melawan penjajah bermarkas di Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830.
Seusai meredam perjuangan Diponegoro, Pemeritah Hindia Belanda kemudian
membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vortenlanden yang antara lain
bertugas menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung
Kidul. Kontrak kasunanan Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik hal
pembagian wilayah maupun pembayaran ongkos perang, penyerahan pemimpin
Belanda dan sultan Yogyakarta pada tanggal 26 dan 31 Maret 1831 mengadakan
kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru dalam kasultanan
disertai penetapan jabatan kepala wilayahnya. Saat itu Kasultanan Yogyakarta dibagi
menjadi tiga kabupaten yaitu Bantulkarang untuk kawasan selatan, Denggung untuk
kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindaklanjuti pembagian
wilayah baru Kasultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli 1831 atau Rabu Kliwon 10
Sapar tahun Dal 1759 (Jawa) secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul
yang sebelumnya dikenal bernama Bantulkarang tersebut di atas.
Seorang nayaka Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun
Negoro kemudian dipercayaSri Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku
jabatan sebagai bupati Bantul.
Pada masa pendudukan Jepang, pemerintahan berdasar pada Usamu Seirei nomor
13 sedangkan 'stadsgemente ordonantie' dihapus. Kabupaten memiliki hak mengelola
rumah tangga sendiri (otonom). Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan
ditangani oleh Komite Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945.
Akan tetapi di Yogyakarta dan Surakarta undang-undang tersebut tidak diberlakukan
hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun 1948 dan
selanjutnya mengacu UU Nomor 15 tahun 1950 yang berisi tentang pembentukan
Tanggal 20 Juli ini lah yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Jadi
Kabupaten Bantul. Selain itu tanggal 20 Juli tersebut juga memiliki nilai simbol
kepahlawanan dan kekeramatan bagi masyarakat Bantul mengingat Perang
Diponegoro dikobarkan tanggal 20 Juli 1825. Pada masa pendudukan Jepang,
pemerintahan berdasarkan pada Usamu Seirei nomor 13 sedangakan stadsgemente
ordonantie dihapus. Kabupaten Memiliki hak mengelola rumah tangga sendiri
(otonom). Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan ditangani oleh Komite
Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945. Tetapi di Yogyakarta dan
Surakarta undang-undang tersebut tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU
Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun 1948 dan selanjutnya mengacu UU Nomor 15
tahun 1950 yang isinya pembentukan Pemerintahan Daerah Otonom di seluruh
Indonesia.
2. ❱★✩ ★ dan Misi ✪ ✫✬✭✮✫✯ ✰✱✲ ✫ ✱✯✭✳
a. ❱★✩ ★✪ ✫✬✭✮ ✫✯ ✰✱✲✫ ✱✯ ✭✳
Visi Kabupaten Bantul adalah "BANTUL PROJOTAMANSARI
SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN AGAMIS". Visi tersebut memiliki arti
bahwa di masa yang akan dating Bantul ingin mewujudkan Kabupaten yang
produktif-profesional, ijo royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri, sejahtera, dan
a) Produktif, dalm arti bahwa semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya dapat berproduksi sehingga mampu memberikan andil
terhadap pembangunan daerah.
b) Profesional, dalam arti penekanan kepada setiap warganya dari berbagai profesi,
agar mereka betul-betul matang dan ahli di bidangnya masing-masing. Tolak ukur
profesionalisme ini dapat dilihat dari kualitas hasil kerja dihadapkan kepada
efisiensi penggunaan dana, sarana, tenaga serta waktu yang diperlukan.
c) Ijo Royo-Royo, dalam arti tidak ada sejengkal tanah pun yang ditelantarkan
sehingga baik di musim hujan baik di musim kemarau dimanapun akan tampak
suasana yang rindang. Dalam hal ini perlu diingatkan kepada masyarakat Bantul
bahwa bagaimana pun Kabupaten Bantul tumbuh terlebih dahulu sebagai kawasan
agronomi yang tangguh dalam rangka mendukung tumbuh berkembangnya sektor
industri yang kuat di masa mendatang.
d) Tertib, dalam arti bahwa setiap warga negara secara sadar menggunakan hak dan
menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga terwujud kehidupan
pemerintah dan kemasyarakatan yang tertib semuanya secara pasti, berpedoman
pada sistem ketentuan hukum/perundang-undangan yang esensial untuk
terciptanya disiplin nasional.
e) Aman, dalam arti bahwa terwujudnya tertib pemerintahan dan tertib
kemasyarakatan akan sangat membantu terwujudnya keamanan dan ketentraman
masyarakat. Kondisi aman ini perlu ditunjang demi terpeliharanya stabilitas
f) Sehat, dalam arti bahwa tertibnya lingkungan hidup yang akan dapat menjamin
kesehatan jasmani dan rohani bagi masyarakat/manusia yang menghuninya.
g) Asri, dalam arti bahwa upaya pengaturan tata ruang di desa dan di kota dapat
serasi, selaras, dan seimbang dengan kegiatan-kegiatan manusia yang
menghuninya sehingga akan menumbuhkan perasaan kerasan, asri tidak mewah
tetapi lebih cenderung memanfaatkan potensi lingkungan yang berstandar pada
kreativitas manusiawi.
h) Sejahtera, dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat Kabupaten Bantul telah
terpenuhi secara lahir dan batin.
i) Demokratis, dalam arti bahwa adanya kebebasan berpendapat, berbeda pendapat,
dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi apabila sudah menjadi keputusan
harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa tanggungjawab.
j) Agamis, dalam arti bahwa kehidupan masyarakat Bantul senantiasa diwarnai oleh
nilai-nilai religiusitas dan budi pekerti yang luhur. Pentingnya aspek agama tidak
diartikan sebagai bentuk primordialisme untuk suatu agama tertentu, tetapi harus
diartikan secara umum bahwa nilai-nilai luhur yang dianut oleh semua agama
❜✴ Misi ✵✶ ❜✷✸✶ ✹✺✻✼ ✶✻ ✹✷✽
(1) Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah menuju tata kelola pemerintahan yang empatik.
(2) Meningkatkan kualitas hidup rakyat menuju masyarakat Bantul yang sehat,
cerdas, berakhlak mulia, dan berkepribadian Indonesia dengan memperhatikan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas pertumbuhan
ekonomi, pemerataan pendapatan berbasis pengembangan ekonomi lokal, dan
pemberdayaan masyarakat yang responsif gender.
(4) Meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko bencana dengan memperhatikan
penataan ruang dan pelestarian lingkungan.
3. ✵✾✻❀❁❂❁●✺✾❃❄✶❅❁ ❂✵✶❜✷✸✶✹✺✻✼ ✶✻ ✹ ✷✽
Kabupaten Bantul adalah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Ibukotanya
adalah Bantul. Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 1100 12’34” sampai 1100
31’ 08’’ Bujur Timur dan antara 70 44’ 04’’ sampai 80 00’27’’ Lintang Selatan. (BPS
❆❈ ❊❋❈ ■ 2.1
Peta ▲▼◗❈ ❘❈ ❚❯❳ ❊ ▼❨▼❩ ❬■❈ ❩ ▼❭❈❋❪❫❈ ❬❴❨❵❈ ❨ ❬❪ ◗
(Sumber: District Health Account Dinkes Kabupaten Bantul 2014)
Peta diatas menunjukkan batas wilayaha dministrasi Kabupaten Bantul, di
sebelah Utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah Selatan berbatasan
dengan Samudera Indonesia dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon
Progo.
Kontur geografis meliputi dataran rendah pada bagian tengah, perbukitan pada
bagian Timur dan Barat, dengan bentang alam relatif membujur dari Utara ke Selatan.
Tata guna lahan yaitu Pekarangan 36,16 %, Sawah 33,19 %, Tegalan 14,90 % dan
Tanah Hutan 3,35 %. Kabupaten Bantul tergolong wilayah yang rawan bencana alam,
seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, tsunami dan bencana akibat dampak dari
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, dengan Temperatur rata-rata 22o C-36o C.
Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 50.685 Ha yang terbagi dalam 17
Kecamatan, yaitu Kecamatan Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro,
Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon,
Kasihan, Pajangan dan Sedayu. Secara administratif Kabupaten Bantul terdiri atas 17
kecamatan, dan 75 desa. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan, yaitu
Kecamatan Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Bantul,
Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon, Kasihan, Pajangan dan
Sedayu. Berikut Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 50.685 Ha yang terbagi
❛ ❝❞❡❢ 2.1
❣ ❤❝✐❥❦❢ ❝❧ ❝♠ 17 ♥❡ ♦❝♣ ❝q ❝r di ♥❝❞ ❤t ❝q ❡r✉ ❝rq ❤❢
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul Tahun 2014)
4. ♥ ✈r✇❦✐ ❦ ①❡♣ ✈② ③❝④❦♥ ❝❞ ❤t ❝q❡r✉❝rq❤❢
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul melaporkan bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Bantul pada Tahun 2013 sebanyak 938.433 jiwa, dengan
jumlah penduduk Laki-laki sebanyak 467.504 jiwa dan jumlah penduduk Perempuan
sebanyak 470.929 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bantul rerata 1.852 orang
per Km2, dengan wilayah kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi
adalah Kecamatan Banguntapan yaitu sebesar 4.458 jiwa per Km2. Sedangkan
kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Dlingo yaitu sebesar 643 jiwa per
⑤ ✈ ⑤ ❝♣ ❝♥❡ ♦❝♣ ❝q ❝r ❣ ❤❝✐
1. Kecamatan Srandakan 1.832 Ha 3,61% 2
2. Kecamatan Sanden 2.316 Ha 4,57% 4
3. Kecamatan Kretek 2.677 Ha 5,28% 5
4. Kecamatan Pundong 2.368 Ha 4,67% 3
5. Kecamatan
Bambanglipuro
2.270 Ha 4,48% 3
6. Kecamatan Pandak 2.430 Ha 4.79% 4
7. Kecamatan Bantul 2.195 Ha 4.33% 5
8. Kecamatan Jetis 2.447 Ha 4,83% 4
9. Kecamatan Imogiri 5.449 Ha 10,75% 8
10. Kecamatan Dlingo 5.587 Ha 11,02% 6
11. Kecamatan Pleret 2.297 Ha 4,53% 5
12. Kecamatan Piyungan 3.254 Ha 6.42% 3
13. Kecamatan Banguntapan 2.848 Ha 5,62% 8
14. Kecamatan Sewon 2.716 Ha 5,36% 4
15. Kecamatan Kasihan 3.238 Ha 6,39% 4
16. Kecamatan Pajangan 3.325 Ha 6,56% 3
17. Kecamatan Sedayu 3.436 Ha 6,78% 4
Km2. Piramida Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2013 di bawah ini menjelaskan
jumlah penduduk terbanyak adalah golongan usia 20-24 tahun, terdapat pada
penduduk berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Rasio Jenis Kelamin adalah
0,99.
⑧⑨ ⑩❶⑨ ❷ 2.2
❸ ❹❷⑨⑩❹❺⑨❸ ❻❼❺❽❺❽❾❿⑨ ➀❽❼ 2013
(Sumber: District Health Account Dinkes Kabupaten Bantul 2014)
Jumlah penduduk miskin yang dilaporkan di Kabupaten Bantul pada tahun 2013
dan telah memiliki kartu Jamkesmas sejumlah 472.445 jiwa atau sebesar 50,34% dari
total penduduk Kabupaten Bantul.
⑧⑨ ⑩❶⑨ ❷ 2.3
Peta ❸ ❻❼➁ ❻❶⑨ ❷⑨❼❸ ❻❼❺❽❺❽❾ Miskin di ➂⑨❶ ❽➃⑨ ➄ ❻❼➅ ⑨ ❼➄❽➆❿⑨➀❽❼ 2013
B.➇ ➈➉➊➋➌ Dinas Kesehatan ➍➎ ➏➐➑➎ ➒➓➔→➎ ➔ ➒➐➌
1. ➣➓↔➎➈➎↕ Dinas Kesehatan ➍➎ ➏➐➑➎➒➓➔→ ➎➔ ➒➐➌
Sebelum secara resmi menjadi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul telah telah
ada sebelumnya yang bernama Dinas Kesehatan Rakyat mengingat perkembangan
yang ada maka Dinas Kesehatan Rakyat diubah menjadi Dinas Kesehatan.
Dalam rangka peningkatan pelaksanaan tugas-tugas pemerintah khususnya
pelayanan dalam bidang kesehatan di Kabupaten Bantul telah terbentuk Dinas
Kesehatan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor: 3 Tahun 1982 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja bernama Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah
Tingkat II Bantul yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
Berdasarkan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 1992
tentang Pedoman Organisasi Dinas Daerah, didalam keputusan Menteri tersebut
susunan Organisasi Dinas Daerah dibedakan menjadi dua pola yaitu pola minimal
dan maksimal dengan susunan sebagai berikut:
a) Pola minimal terdiri dari Sub Bagian membawai tiga Bagian dan Seksi membawai
3 Sub Seksi.
b) Pola Maksimal terdiri dari Bagian membawai empat Sub Bagian dan Sub Dinas
membawai empat Seksi.
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 39
Tahun 1992 jo Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1993 tersebut telah
Organisasi Dinas Daerah yang menyebutkan bahwa Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kabupaten segera menerapkan Pola Maksimal.
Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka untuk menyelenggarakan
pemerintahan daerah pembagian di daerah yang diperlukan adanya perangkat daerah
yang terdiri dari Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah yang dikuatkan lewat
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pembentukan dan
Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
2. ➙➛➜ ➛ dan Misi Dinas Kesehatan ➝ ➞➟➠➡➞➢ ➤➥➦ ➞ ➥➢➠➧
a) ➙➛➜ ➛ Dinas Kesehatan ➝ ➞➟➠➡ ➞➢ ➤➥➦➞ ➥➢ ➠➧
“Penggerak pembangunan kesehatan yang profesional menuju masyarakat sehat,
mandiri, berkualitas, dan berkeadilan”.
➟➨Misi Dinas Kesehatan ➝➞➟➠➡ ➞➢ ➤➥➦➞➥➢➠➧
(1) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, dan bermutu.
(2) Menanggulangi permasalahan kesehatan.
(3) Melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan dan penyehatan lingkungan.
(4) Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dan
kemitraan di bidang kesehatan.
(5) Mengupayakan tersedianya pembiayaan jaminan kesehatan yang menyeluruh.
(6) Mengupayakan ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan yang
(7) Melaksanakan pengawasan dan pengaturan di bidang kesehatan.
(8) Menyelenggarakan manajemen, informasi kesehatan dan penelitian di bidang
kesehatan.
3. Dasar ➩ ➫➭ ➯➫➲➳ ➵➸➺ ➲
a) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 3 Tahun 1982 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja bernama Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingkat II
Bantul yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
b) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 1992 tentang Pedoman
Organisasi Dinas Daerah.
c) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1993.
d) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 43 Tahun 2000 tentang
Pembentukan dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
4. ➻➫➼➵➼➵➸➺➲➽➾➵➲➚ ➪➶ ➽ dan ➹➵➚➺➪➩➘➸➘➸
a) ➻➫➼➵➼➵➸➺➲
(1) Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.
(2) Kepala Dinas Kesehatan diangkat dan diberhentikan oleh Bupati dengan
➴➷➬ ➮➱✃ ❐ ❒
Dinas Kesehatan mempunyai fungsi pelaksana rumah tangga dibidang kesehatan, pelaksana tugas perbantuan, dan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
❮➷ ❰➮✃Ï❐ÐÑ ÒÑÒ
(1) Menyusun rencana dan program kebijaksanaan teknis dibidang kesehatan.
(2) Melaksanakan pembinaan umum dibidang kesehatan berdasarkan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati.
(3) Melaksanakan pembinaan teknis dibidang upaya pelayanan kesehatan dasar
dan upaya pelayanan kesehatan rujukan dan farmasi berdasarkan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Bupati.
(4) Melaksanakan pembinaan operasional sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Bupati.
(5) Memberikan perijinan bidang kesehatan sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis di bidang kesehatan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(7) Melakukan pengendalian dan pembinaan UPTD dalam lingkup tugasnya.
(8) Melaksanakan pengelolaan rumah tangga dan tata usaha Dinas.
5. ÓÔ ÕÖ×Ô ÖÕØ ÕÙ ÚÛÜÝ ÚÝ Ü Dinas Kesehatan Þ Úß Öà ÚÔ áÛâ ÚÛÔ Öã
äÚåß ÚÕ 2.4
ÓÔ ÕÖ×Ô ÖÕØ ÕÙ ÚÛÜÝ ÚÝ Ü Dinas Kesehatan Þ Úß Öà ÚÔ áÛâ ÚÛÔ Öã
(Sumber: www.dinkes.bantulkab.go.id)
Struktur Organisasi Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
terdiri:
1) Kepala Dinas
2) Sekretaris
a. Kepala Sub Bagian Program
b. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3) Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
a. Kepala Seksi Penyelenggaraan Kesehatan Ibu dan Anak
b. Kepala Seksi Bina Gizi Masyarakat
c. Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
4) Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan
a. Kepala Seksi Penyelenggaraan Surveilans
b. Kepala Seksi Pengendalian Penyakit
c. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan dan Kesehatan Matra
5) Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan
a. Kepala Seksi Penyelenggaraan Pengembangan Tenaga Kesehatan
b. Kepala Seksi Penyelenggaraan Regulasi Kesehatan
c. Kepala Seksi Penyelenggaraan Kefarmasian dan Sarana Kesehatan
6) Kepala Pemberdayaan Masyarakat Sehat
a. Kepala Seksi Penyelenggaraan Promosi Kesehatan
b. Kepala Seksi Bina UKBM
c. Kepala Seksi Penyelenggaraan Pembiayaan dan Kemitraan
7) U P T D
a. Puskesmas
b. Gudang Farmasi