SKRIPSI
Oleh:
Mardziyah Tri Hastuti
NPM: 20120720198
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
i
KONSEP METODE KOMUNIKASI PENDIDIK
DALAM AL-QURAN
(TELAAH KATA QAULAN)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) starata Satu
pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Mardziyah Tri Hastuti
NPM: 20120720198
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ii Hal : Persetujuan
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa : Mardziyah Tri Hastuti
NPM : 20120720198
Judul : KONSEP METODE KOMUNIKASI PENDIDIK
DALAM AL-QURAN (TELAAH KATA QAULAN)
telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing
iii
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
KONSEP METODE KOMUNIKASI PENDIDIK DALAM AL-QURAN
(TELAAH KATA QAULAN)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Mardziyah Tri Hastuti
NPM : 20120720198
telah dimuqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Program Studi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 29 Agustus 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima
Sidang Dewan Munaqasyah
Ketua Sidang : Nurul Aisyah, M.Pd. ( )
Pembimbing : Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag. ( )
Penguji : Drs. Marsudi Iman, M.Ag. ( )
Yogyakarta, 29 Agustus 2016 Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,
iv Nomor Mahasiswa : 20120720198
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi mana pun dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 03 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan
v
MOTTO
َْلا ََِإ اًقيِرَط ُهَل ُه َلَهَس اًمْلِع ِهيِف ُسِمَتْلَ ي اًقيِرَط َكَلَس ْنَم "
" ِ"َن
{Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, maka
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (H.R. Turmudzi)}
ْتُمْصَيِل ْوَأ اًرْ يَخ ْلُقَ يْلَ ف ِرِخ ْْا ِمْوَ يْلاَو ََِِِ ُنِمْؤُ ي َناَك ْنَم... "
"
{...Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata
baik atau diam
vi
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Orang Tua saya, Kakak saya, Guru saya, dan Saudara-saudara yang selalu mendukung saya;
kepada yang tercinta dan yang mencintai saya siapa pun mereka itu; serta
vii
KATA PENGANTAR
ِميِحهرلا ِنَْْهرلا ِهَا ِمْسِب
ِّبَر َِِ ُدْمَْْا
ِرَش َا ُهَدْحَو ُه هاِإ َهَلِإ َا ْنَأ ُدَهْشَأَو ،َنْيِرِّهَطَتُما ّبَُُِو َِْْباهوه تلا ّبُُِ ،َِْْمَلاَعلْا
،ُهَل ََْي
َُل َِْْعِباهتلاَو ِهِباَحْصَأَو ِهِلآ ىَلَعَو ِهْيَلَع ُه ىهلَص ،ُهُلْوُسَرَو ُهُدْبَع اًدهمَُُ هنَأ ُدَهْشَأَو
ِ ْوَ ي َ ِإ إناَسْحِِِ ْم
ُدْعَ ب اهمَأ ،اًرْ يِثَك اًمْيِلْسَت َمهلَسَو ،ِنْيِّدلا
Segala puji bagi Allah swt atas segala limpahan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Konsep Metode Komunikasi Pendidik
dalam al-Quran (Telaah Kata Qaulan)” ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan untuk Nabi Muhammad saw yang dengan perjuangan beliaulah penulis dapat menikmati pendidikan hingga sekarang.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Mahli Zainuddin, M. Si., selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Dr. H. Abd. Madjid, M. Ag., selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag., selaku penasehat akademik dan pembimbing yang telah memberikan arahan serta nasehat dan membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
4. Seluruh dosen dan staf karyawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan sumbangan ilmunya dan membimbing selama penulis belajar.
viii
Akhirnya, teruntuk semua dan seluruh pihak yang penulis tidak mampu menyebutkan detailnya, semoga semua kebaikan, bantuan dari mereka berupa ilmu, arahan, bimbingan, motivasi, dan lain-lainnya yang tak ternilai harganya semoga menjadi amal saleh di sisi Allah swt dan mendapatkan rida-Nya.
Yogyakarta, 03 Agustus 2016 Penulis,
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
NOTA DINAS ii
PENGESAHAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI x
ABSTRAK xi
TRANSLITERASI xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Kegunaan Penelitian 6
E. Sistematika Pembahasan 6
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK
A. Tinjauan Pustaka 8
B. Kerangka Teoretik 10
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 37
x
A. Qaulan Ma’rūfan (ف م ا ق)...43
B. Qaulan Sadīdan ( ي س ا ق) ... 50
C. Qaulan Layyina ( يل ا ق) ... 54
D. Qaulan Maysūran ( يم ا ق) ...58
E. Qaulan aqilan (اي ث ا ق) ... 61
F. Qaulan Balīgan (غي ب ا ق) ...64
G. Qaulan Kariman ( ي ك ا ق) ...69
H. Qaulan ‘aẓīman ( ي ع ا ق) ...72
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan 76
B. Saran 80
DAFTAR PUSTAKA
xi
ABSTRAK
Al-Quran mengajarkan umat manusia untuk melakukan komunikasi dengan bertutur kata yang baik, agar tercipta suasana dan hubungan yang baik antara penyampai dan penerima pesan. Terdapat beberapa cara atau model bertutur kata atau komunikasi, yang semestinya diterapkan oleh siapa saja pada umumnya, dan khususnya diterapkan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran maupun memberikan nasehat kepada peserta didiknya. Salah satu hal yang harus diperhatikan pendidik terkhususnya dalam memberikan pengajaran, yaitu dengan paham bagaimana metode komunikasi yang baik. Dapat diketahui bahwa komunikasi yang baik dapat menunjang kompetensi sosial seorang pendidik. Oleh sebab itu seorang pendidik harus memahami benar bagaimana metode komunikasi yang seharusnya digunakan terutama pada peserta didiknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode komunikasi yang semestinya digunakan oleh pendidik yang berdasarkan pada al-Quran. Pengkajian pada penelitian ini adalah kata qaulan dalam al-Quran yang sudah banyak diketahui sebagai ayat komunikasi, yang peniliti simpulkan sebagai metode komunikasi yang seharusnya pendidik gunakan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Sumber penelitian berupa buku-buku, jurnal, dan beberapa tulisan lainnya yang sejenis. Adapun pendekatannya menggunakan pendekatan semantik. Karena ingin mengetahui bagaimana makna katanya yang diteliti dan maksud penggunaannya. Penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan tentang metode komunikasi pendidik dalam al-Qur’an, yakni: penggunaan metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ma’rūfan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan sadīdan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan layyīnan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ṣaqīlan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan balīgan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan
‘aẓīman, metode komunikasi pendidik dalam konsepqaulan karīman, danmetode komunikasi pendidik dalam konsepqaulan maysūranṬ
xii
ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No: 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
1. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
أ Alif - Tidak dilambangkan
Ba b be
Ta t te
ṡa ṡ es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)
Kha kh ka dan ha
د dal d de
żal ż zet (dengan titik di atas)
ra r Er
zai z zet
sin s es
syin sy es dan ye
ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)
ط a te (dengan titik di bawah)
ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)
‘ain ‘... koma tebalik di atas
xiii
ف fa f ef
qaf q ki
kaf k ka
lam l el
mim m em
nun n en
wau w we
ha h ha
ء hamzah ... apostrof
ya y ye
2. Vokal
a. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huru Latin Nama
__َ___ Fathah A A
_____ Kasrah I I
_____ ḍammah U U
b. Vokal Rangkap
Tanda dan Huruf Nama Huru Latin Nama
....
Fathah Ai a dan i....
kasrah au a dan uContoh:
ب ك
Ditulis Katabaبه ي
Ditulis yażhabuxiv
. .... . ...
fathah dan alif atau yaa dan garis di atas
. ....
kasrah dan ya i dangaris di atas. ....
ḍammah danwau
Ū u dan garis di atas
Contoh:
ق
Ditulis qālaم
Ditulis Ramāليق
Ditulis Qīlaي
Ditulis Yaqūlu4. Ta Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua yaitu:
1. Ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan
ḍammah, transliterasinya adalah /t/
2. Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah /h/
xv Contoh:
طأ ض
Ditulis rauḍah al-a fālة
ل ي ل
Ditulis al-madīnah al-munawwarahط
Ditulis alḥah5. Syaddah (tasydid)
َب
Ditulis Rabbanāَ ن
Ditulis Nazzala6. Kata sandang (لا)
Dalam transliterasi ini kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf
qamariyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai bunyinya, yaitu huruf /1/ diganti dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya.
Contoh:
لج َ ل
Ditulis ar-rajuluxvi
Namun hanya berlaku bagi hamzah yang terletak ditengah dan diakhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
ء َ ل
Ditulis an-nau’uءيش
Ditulis syai’unإ
Ditulis Inna8. Penulisan kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun harf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata yang lain yang mengikutinya.
Contoh:
نيق َ ل يخ ل ه َ إ
ditulis -Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīnṬ
-Wa innallāhu lahuwa khairur
-raziqīnṬ
xvii
DALAM AI-QT]RAN
(IELAAH KATA
QAUIAI,
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
NamaMahasiswa
NPM
telah d Agama Islam syarduntuk
99203113014
lll
mffu.qhi
!+'E
i
ffi
o-1
r
ABSTRAK
Al-Quran mengajarkan umat manusia untuk melakukan komunikasi dengan bertutur kata yang baik, agar tercipta suasana dan hubungan yang baik antara penyampai dan penerima pesan. Terdapat beberapa cara atau model bertutur kata atau komunikasi, yang semestinya diterapkan oleh siapa saja pada umumnya, dan khususnya diterapkan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran maupun memberikan nasehat kepada peserta didiknya.Salah satu hal yang harus diperhatikan pendidik terkhususnya dalam memberikan pengajaran, yaitu dengan paham bagaimana metode komunikasi yang baik. Dapat diketahui bahwa komunikasi yang baik dapat menunjang kompetensi sosial seorang pendidik. Oleh sebab itu seorang pendidik harus memahami benar bagaimana metode komunikasi yang seharusnya digunakan terutama pada peserta didiknya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metode komunikasi yang semestinya digunakan oleh pendidik yang berdasarkan pada al-Quran. Pengkajian pada penelitian ini adalah kata qaulan dalam al-Quran yang sudah banyak diketahui sebagai ayat komunikasi, yang peniliti simpulkan sebagai metode komunikasi yang seharusnya pendidik gunakan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research). Sumber penelitian berupa buku-buku, jurnal, dan beberapa tulisan lainnya yang sejenis. Adapun pendekatannya menggunakan pendekatan semantik. Karena ingin mengetahui bagaimana makna katanya yang diteliti dan maksud penggunaannya. Penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan tentang metode komunikasi pendidik dalam al-Qur’an, yakni: penggunaan metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ma’rūfan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan sadīdan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan layyīnan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ṣaqīlan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan balīgan, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan ‘aẓīman, metode komunikasi pendidik dalam konsep qaulan karīman, dan metode komunikasi pendidik dalam konsepqaulan maysūran.
1
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran merupakan kitab suci seluruh umat manusia, sebagai pedoman hidup menuju kebahagian dunia dan akhirat, yang tidak diragukan lagi mengenai kandungannya. Didalamnya terkandung beberapa ajaran pokok yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Ajaran-ajarannya begitu luas, ditujukan kepada umat manusia bagaimanapun kondisi dan keadaanya. Kepada kaum yang masih dalam keadaan primitif, maupun kepada kaum yang telah mencapai peradaban dan kebudayaan yang baik.
Al-Quran merupakan sumber dari segala sumber ilmu, Ibnu Mas’ud
mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Shalih ibn Fauzan Fauzan Haya al-Rosyid, “Kalau kalian menginginkan ilmu, bukalah lembaran al-Quran. Karena al-Quran mengandung ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang di masa
mendatangṬ” (al-Rosyid, 2007: 21). “Al-Quran dijadikan sebagai sumber
pendidikan Islam pertama dan utama karena memiliki nilai absolut yang
diturunkan Allah” (Mujib dan Jusuf).
2
berkualitas. Pendidik tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan atau bahan ajar saja dalam sebuah materi pelajaran, karena pada dasarnya pendidikan merupakan proses pengubahan sikap atau perilaku seseorang. Menurut Idris
(al-Asy’ari, dan Mu’arif, 2011: 141), proses pendidikan mencakup dua hal, yakni
transfer of knowladge dan transfer of value. Jadi, proses pendidikan bukan hanya menambah pengetahuan dan keterampilan seseorang, tetapi juga melakukan proses perubahan nilai, lebih tepatnya akhlak dan moral, juga sikap dan perilaku dari buruk ke baik, dari yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.
Pendidik atau guru membawa amanah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengarahkan untuk taat beribadah juga berakhlak mulia. Oleh sebab itu tanggung jawab guru dituntut untuk memiliki beberapa kompetensi. Kompetensi tersebut meliputi, kompetensi profesional, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi pedagogik. Kompetensi profesional yakni kompetensi yang berkaitan dengan keahlian keilmuan pendidik. Kompetensi personal mencangkup tentang kepribadian pendidik. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif tidak hanya dengan peserta didik, tetapi juga kepada sesama pendidik, tenaga pendidikan, wali peserta didik serta masyarakat. Terakhir, kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
lingkungannya. Oleh sebab itu, pendidik lebih dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai. Dalam hal ini kompetensi sosial pendidik menjadi peran yang sangat penting. Peranan pentingnya yakni terletak pada pribadi pendidik tersebut yang hidup pada suatu kelompok masyarakat untuk berbaur dengan masyarakatnya. Untuk itu pendidik harus mampu bergaul secara santun dan luwes. Keluwesan bergaul harus dimiliki pendidik agar mampu bergaul secara leluasa dan tidak canggung dalam bergaul (Agus, Kompetensi Sosial Pendidik, 2012). Pentingnya kompetensi sosial ini salah satunya dirasakan oleh peserta didik, yang mana prestasi peserta didik tersebut berada ditangan pendidik itu sendiri (Kabartangsel, 2016). Karena seorang pendidik tersebut membawa amanah, sebagaimana yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya.
4
memberikan materi pembelajaran maupun ketika memberikan nasehat dan teguran.
Komunikasi merupakan hubungan kontak antar seseorang dengan orang lain. Disadari atau tidak, komunikasi sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang hidup dari bangun tidur, lalu melakukan berbagai aktifitas sampai akan tidur lagi, secara kodrat pasti selalu terlibat dalam hal komunikasi. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa komunikasi merupakan yang dibutuhkan bagi setiap orang.
Al-Quran mengajarkan umat manusia untuk melakukan komunikasi dengan bertutur kata yang baik, agar tercipta suasana dan hubungan yang baik antara penyampai dan penerima pesan. Al-Quran memberikan beberapa etika dan model dalam bertuturkata. Terdapat beberapa cara atau model bertutur kata atau berkomunikasi, yang semestinya diterapkan oleh siapa saja pada umumnya, dan khususnya diterapkan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran maupun memberikan nasehat kepada peserta didiknya.
Kata qaul merupakan salah satu istilah yang digunakan al-Quran dalam menyebutkan perkataan atau bertutur kata. Kata qaul yang berbentuk kata
qaulan, disandarkan kebeberapa kata sifat, yakni ma’rūf, sadīd, ṣaqīl, baligh, ‘aẓīm, karim, dan maysūr. Sehingga menjadi qaulan ma’rūfan, qaulan sadīdan, qaulan layyīnan, qaulan ṣaqīlan, qaulan balīgan, qaulan ‘aẓīman, qaulan
karīman, dan qaulan maysūran. Beberapa istilah tersebut merupakan model
semestinya dipraktekkan dalam berkomunikasi, dan tentunya sangat perlu digunakan dalam dunia pendidikan agar tercipta hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik (M. Yusuf, 2013: 167). Istilah-istilah tersebut sering dijadikan tulisan dan penelitian yang berkaitan dengan komunikasi secara efektif, komunikasi yang seharusnya digunakan, cara berkomunikasi dalam berdakwah dan lain sebagainya.
Sudah banyak tulisan dan penelitian yang telah membahas tentang metode komunikasi dalam al-Quran dengan pengkajian kata qaulan. Pembahasan komunikasi dalam al-Quran dengan pengkajian kata qaulan yang diikuti kata sifatnya hanya seputar efektif tidaknya komunikasi tersebutuntuk disampaikan, hanya sedikit yang mengkaitkannya dengan pendidikan maupun terkhususnya pada pendidik. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang metode komunikasi pendidik dalam ajaran al-Quran dengan mengkaji atau menelaah kata qaulan yang diikuti dengan beberapa kata sifatnya yang terungkap pada beberapa ayat dalam al-Quran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan, dapat ditarik beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa saja ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan metode komunikasi pendidik?
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mengkaji ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan metode komunikasi pendidik.
2. Mengungkapkan penggunaan masing-masing konsep tersebut dalam metode komunikasi pendidik.
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan mendapat kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Kegunaan secara teoritis yakni untuk menambah khazanah ilmu dalam dunia pendidikan. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan peningkatan komunikasi yang baik bagi pendidik khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.
E. Sistematika Pembahasan
Agar alur penelitian lebih mudah dipahami dan jelas, maka disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : berisi pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang masalah yang menjadi ide awal dari penelitian dilakukan. Selanjutnya rumusan masalah, dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian. Kemudian, sistematika penulisan.
tinjauan pustaka. Serta untuk memperjelas penelitian ini dipaparkan kerangka teoritik.
Bab III : berisi metode penelitian, yang memuat secara rinci metode yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab IV : merupakan inti dari penelitian, yakni menelaah kata qaulan yang merupakan salah satu konsep bentuk komunikasi yang harus dimiliki pendidik khususnya, meninjau penggunaan dari masing-masing konsep tersebut.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu karya ilmiah, serta posisinya diantara karya-karya sejenis dengan tema ataupun pendekatan yang serupa. Dalam sub bab ini, peneliti akan memaparkan beberapa penelitian, yang berkaitan dengan penelitian yang peniliti lakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Arini Zakiya AR (2012), yang berjudul
Qaulan dan Sifatnya sebagai Metode Komunikasi Efektif (Penafsiran Abdullah
Penelitian yang dilakukan oleh Sumarjo (2011), yang berjudul Ilmu Komunikasi dalam Perspektif Al-quran. Penelitian tersebut ingin membuktikan bahwa terdapat ilmu komunikasi dalam sumber dari segala sumber yakni al-Quran. Pengkajiannya seputar kata qaulan yang diikuti sifatnya dengan menggunakan tafsir tematik (INOVASI: 2011). Penelitian tersebut sangat berbeda dengan rencana penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian ini tidak hanya fokus pada tafsir tematik saja tetapi menelaah dari beberapa kamus untuk mengetahui maknanya secara bahasa dan menggunakan berbagai tafsir pilihan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nahdatul Muamar (2011), yang berjudul
Komunikasi Verbal dalam Al-Quran (Kajian Bentuk Na’tiyyah Qaul dalam
penafsiran Ar-Razi). Penelitian tersebut mengungkapkan tentang komunikasi verbal yang terdapat dalam al-Quran dengan mengkaji kata qaul dengan na’tiyyahnya, dan hanya fokus pada penafsiran ar-Rozi saja. Sangat berbeda
dengan rencana penelitian yang akan peneliti kaji. Peneliti ingin mengkaji kata
qaulan yang diikuti beberapa sifatnya dalam al-Quran dengan kajian semantik, yang tidak hanya fokus pada satu penafsiran saja.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mellyati Syarif, M.Pd (2014), yang berjudul The Language of Mission. Penelitian tersebut membahas tentang kata
qaulan dan beberapa sifat yang mengikutinya lalu dikaitkan dengan penyampaian dakwah yang tepat. Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa bahasa yang benar untuk digunakan dalam berdakwah adalah qaulan ma’rūfan, qaulan
10
maysūran. Fokus dalam penelitian tersebut adalah mengungkapkan
konsep-konsep qaulan dikaitkan dengan bahasa dakwah yang seharusnya digunakan. Sedangkan pengkajian penelitian ini adalah mengungkapkan metode komunikasi pendidikyang seharusnya digunakan pada konsep-konsep qaulan dalam al-Quran.
Ada beberapa karya tulis yang mengkaji kata qaulan dalam al-Quran yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Namun mempunyai perbedaan tujuan yaitu meneliti metode komunikasi secara umum. Adapun penelitian yang peneliti lakukan dengan judul konsep metode komunikasi pendidik dalam al-Quran, berfokus pada penelaahan kata qaulan
dalam al-Quran sebagai metode komunikasi yang baik bagi pendidik dengan peserta didik ketika menyampaikan pelajaran, ataupun hal yang lainnya.
B. Kerangka Teoritik
1. Metode Komunikasi
a. Pengertian Metode Komunikasi
mengatakan bahwa metode adalah sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut. (Nata, 1997: 91). Pengertian metode dalam KBBI (2002: 740), adalah:
Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode dalam bahasa Arab memiliki arti arīqatun, manhajun, dan
nidhāmun (Munawwir, 2007: 573).
Adapun pengertian komunikasi secara bahasa atau asal katanya, berasal dari bahasa latin, yaitu communication, yang akar katanya
communis, yang berarti sama, sama makna yakni “sama makna mengenai
suatu hal”. Jadi, komunikasi akan berlangsung apabila antara orang-orang
yang terlibat, terdapat kesamaan makna mengenai hal yang dikomunikasikan tersebut. (Djamarah, 2014: 13). Dengan kata lain, komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan dengan penerima pesan. Oleh karena itu, komunikasi bergantung pada kemampuan seseorang untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (Khairani, 2014: 5).
12
yang lainnya. Pada pengertian lain, komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampaian informasi.
Kata komunikasi berasal dari bahasa Inggris, yakni
communications yang berarti suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku. Komunikasi juga berarti sebagai suatu cara untuk mengkomunikasikan ide dengan pihak lain, baik dengan cara berbincang-bincang, berpidato atau menulis. (Hefni, 2015: 2).
Sebagaimana Sendjaja dalam Hefni (2015: 5), memaparkan tujuh definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Diantaranya sebagai berikut:
1) Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). 2) Komunikasi adalah proses penyampaian informasi,
gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain.
3) Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Say what? In wich channel? To whom? With what effect?). 4) Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu
dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. 5) Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan untuk
mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
7) Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat memengaruhi pikiran orang lainnya.
Ketujuh definisi tersebut begitu beragam, dan satu definisi dengan definisi yang lainnya saling terkait dan melengkapi. Pengertian yang pertama menjelaskan bahwa komunikasi dilakukan dalam bentuk kata-kata yang bertujuan untuk memengaruhi dan membentuk perilaku orang lain. Pengertian kedua melengkapi pengertian yang pertama, bahwa komunikasi tidak hanya dalam bentuk kata tetapi juga gambar, angka, dll sehingga yang disampaikan tersebut bisa untuk mewakili yaitu termasuk didalamnya gagasan, emosi atau keahlian tanpa menyebutkan efek harus memengaruhi atau membentuk karakter pada orang lain. Pengertian ketiga melengkapi pengertian komunikasi dengan menyebutkan bagian dari proses komunkasi. Sedangkan pengertian keempat sampai pengertian ketujuh menjelaskan tentang manfaat dari komunikasi tersebut, yaitu berbagi informasi mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat argumen, menghubungkan banyak orang dan memengaruhi orang lain (Hefni, 2015: 5-6).
14
b. Tingkatan Tujuan Komunikasi
Verdebar (Kusmayadi, 2010: 33) berpendapat, ada empat tingkatan orang berkomunikasi, yaitu:
1) Pada tingkatan sosial pertama, orang berkomunikasi tersebut hanya untuk kesenangan belaka.
2) Pada tingkatan sosial kedua, orang berkomunikasi untuk menunjukkan keterkaitannya dengan orang lain.
3) Pada tingkatan sosial ketiga, orang berkomunikasi untuk membangun dan memelihara hubungannya.
4) Pada tingkatan sosial keempat, mereka berkomunikasi untuk menegaskan hubungan-hubungan mereka.
c. Prinsip Berkomunikasi
Kusmayadi (2010:33) berpendapat bahwa dalam berkomunikasi hendaknya dapat berpegang pada prinsip 3s yakni:
1) Sadar. Dalam berkomunikasi, kita harus sadar akan kekurangan diri sehingga harus menumbuhkan kepekakan atau kepedulian sosial yang baik. Kesadaran itu akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk membuktikan bahwa kita mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
2) Senyum. Senyum adalah senjata pergaulan. Senyum mampu memberikan kekuatan yang dahsyat dan pesona yang luar biasa. Senyum merupakan sebuah kekuatan yang menjadi perekat hubungan antarmanusia. Senyum juga menjadi kunci penyelesaian masalah.
memperoleh respons yang positif, yang akan menguntungkan kita.
d. Tanda-tanda Komunikasi Efektif
Komunikasi yang efektif berarti komunikasi tersebut mampu mengantarkan pesan yang disampaikan secara tepat kepenerima komunikasi sehingga yang bersangkutan dapat memahami pesan tersebut. Berikut aspek yang perlu diperhatikan supaya komunikasi dikatakan efektif sebagaimana pendapat Lestari G dalam Khairani (68: 2015):
1) Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
2) Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. 3) Konteks
Konteks atau sering disebut situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
4) Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
5) Budaya
16
Menurut Sastropoetro dalam Khairani (2015:68) berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”.
Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat, diantaranya:
1) Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan antara satu dengan yang lain.
2) Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti oleh komunikas.
3) Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan tersebut.
4) Pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkannya.
5) Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
e. Keberhasilan Komunikasi
Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan itu tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut (Djamarah, 2014: 16-17):
1) Komunikator
2) Pesan yang Disampaikan
Keberhasilan komunikasi tergantung dari: a) Daya tarik pesan
b) Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan
c) Lingkup pengalaman yang sama antara pengirim dan penerima pesan tentang pesan tersebut, serta; d) Peran pesan dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan
penerima pesan. 3) Komunikan
Keberhasilan komunikasi tergantung dari;
a) Kemampuan komunikan menafsirkan pesan
b) Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya
c) Perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima. 4) Konteks
Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif (nyaman, menyenangkan, aman, menantang) sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
5) Sistem Penyampaian
Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indra penerima pesan yang kondisinya berbeda-beda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
2. Pendidik
a. Pengertian Pendidik
18
Pendidik yang akan peneliti bahas pada tulisan ini adalah guru. Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen sebagaimana dikutip oleh Sadulloh,
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, mengarahkan, membimbing, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru yang mempunyai kepribadian rabbani dan professional akan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya dan tujuan pendidikan umumnya, sudah pasti memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan, agar mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Adapun syarat-syaratnya sebagai berikut:
1) Syarat fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan.
2) Persyaratan psychis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami gangguan jiwa maupun kelainan.
3) Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki didikasi yang tinggi pada tugas jabatannya. Disini seorang guru harus selalu meningkatkan wawasannya sesuai dengan kemajuan zaman.
4) Persyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki sikap susila yang tinggi. Dalam hal ini guru harus memiliki sifat kasih sayang dan mempunyai sifat adil. Sabda Nabi Muhammad saw.
b. Kriteria dan Karekteristik Guru
Menurut al-Abrasyi dalam Djamarah (2014:166) untuk menjadi guru yang ideal adalah tidak mudah, butuh beberapa kriteria dan karakteristik yang harus dimilikinya, diantaranya sebagai berikut:
1) Bersifat zuhud, yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-mata mencari dunia atau materi, tetapi harus benar-benar mencari ridha Allah;
2) Bersih fisiknya dari segala kotoran, dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela;
3) Ikhlas dan tidak riya, sum’ah, maupun ujub, dalam
melaksanakan tugasnya;
4) Bersikap pemaaf dan memaafkan kesalahan orang lain, sabar dan sanggup menahan amarah, senatiasa membuka diri dan menjaga kehormatannya;
5) Bersifat keibuan atau kebapakan, yaitu mampu mencintai dan mengasuh peserta didik layaknya anak sendiri;
6) Mengetahui betul karakter peserta didik, seperti pembawaan, kebiasaan, perasaan dan berbagai potensi yang dimilikinya;
7) Menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan profesional.
c. Sifat Guru
Ghazali dalan Djamarah (2014:168) mengemukakan ada beberapa sifat yang harus dimiliki guru, yakni:
1) Guru hendaknya memandang murid seperti anaknya sendiri 2) Guru hendaknya tidak mengharapakan upah atau pujian, tetapi hendaknya mengharapkan keridhaan Allah dan berorientasi mendekatkan diri kepada-Nya dalam menjalankan tugas.
20
kepada Allah bukan untuk memperoleh kedudukan atau kebanggaan duniawi.
4) Guru hendakya menegur muridnya yang bersalah dengan cara yang bijaksana, bukan dengan terus terang dan mencela.
5) Guru hendaknya tidak fanatik terhadap mata pelajaran yang diasuhnya, lalu mencela mata pelajaran yang diasuh guru lain.
6) Guru hendaknya memperhatikan fase perkembangan berpikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berpikir murid.
7) Guru hendaknya memperhatikan murid yang lemah dengan memberikan pelajaran yang mudah dan jelas serta tidak menghantuinya dengan hal-hal yang serba sulit dan dapat membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran. 8) Guru hendaknya mengamalkan ilmu, dan tidak sebaliknya,
perbuatannya bertentangan dengan ilmu yang diajarkannya kepada muridnya.
3. Metode Komunikasi Pendidik
a. Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
Pada proses pembelajaran komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini merupakan materi pelajaran dapat diterima dan dipahami serta mendapat umpan balik yang positif dari peserta didik. Kompetensi yang efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan kompetensi pribadi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik
b. Model atau Metode Komunikasi dalam Pendidikan 1) Model Mekanistik
ceramah didalam proses pembelajaran. Yakni pendidik menyampaikan materi dan peserta didik menyimaknya dengan baik. Didalam metode ini peserta didik akan bersikap pasif. Karena mereka hanya mendengar dan menghafal materi yang telah disampaikan oleh pendidik tersebut. Pada keterangan mengenai model mekanistis diatas, hal ini cenderung membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Karena pendidik tidak peduli apakah pelajaran yang disampaikan diminati dan dibutuhkan oleh para peserta didiknya atau tidak.
Untuk mensiasati hal ini, penguasaan materi dan metode penyampaian yang efektif dan menarik harus dimiliki oleh pendidik tersebut. Apabila pendidik ingin menggunakan metode ceramah, maka pendidik tersebut harus mengusai keterampilan-keterampilan sebagai berikut:
a) Dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran, pendidik harus menguasai materi tersebut sebaik mungkin. Hindari membaca buku terlalu sering. Karena hal tersebut akan membuat peserta didik tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh pendidik tersebut.
22
pendidik yang memberikan representasi yang buruk, maka para peserta didiknya akan menginterpretasi yang kurang baik pula pada pendidik tersebut. Jadi, dalam hal ini pencitraan image positif dari pendidik menjadi hal yang harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran berhasil.
Penggunaan model komunikasi mekanistik mampu merangsang peserta didik lebih aktif, agresif karena rasa ingin tahu akan lebih besar. Namun dalam penyampaian dalam pembelajaran juga harus tepat, sehingga model pembelajaran ini akan terasa pengaruhnya terhadap peserta didik.
2) Model Interaksional
a) Terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan. b) Komunikasi berlangsung dua arah dari pengirim dan kepada
Bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik, atau tanggapan terhadap suatu pesan.
24
Model interaksional sangat ideal digunakan dalam pembelajaran dikelas. Model interaksional memungkinkan adanya interaksi dalam kelas baik antara peserta didik dengan pendidik, ataupun peserta didik dengan peserta didik itu sendiri dan peserta didik dengan lingkungannya, maka proses pembelajaran akan terasa lebih hidup. Dan peserta didik pun akan merasa puas atas semua pertanyaan dan jawaban dari pendidik yang dirasa belum dimengerti. Maka model interaksional perlu ada dalam pembelajaran.
3) Model Psikologis
a) Model komunikasi psikologis mempelajari perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.
b) Model komunikasi psikologis yaitu memahami perkembangan perilaku apa saja yang telah diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran tertentu.
c) Media menjadi stimulus dari luar diri khalayak yang akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap.
adalah salah satu cara untuk menganalisis kepribadian atau tingkah laku peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran yaitu
behaviour change.
Model komunikasi psikologis menerangkan bahwa dalam proses komunikasi, yang terlibat bukan hanya faktor fisik semata, tetapi juga aspek psikologis setiap individu ikut memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Keadaan psikologis seorang individu akan memengaruhi semua aspek kehidupannya. Salah satunya aspek pendidikan, yaitu kegiatan belajar. Apabila pendidik mampu menganalisis keadaan psikologis peserta didiknya, maka pendidik tersebut akan lebih mudah menentukan metode dan strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
26
peserta didiknya. Agar tujuan pembelajaran yaitu behaviour change
tersebut dapat tercapai.
4) Model Pragmatis
Model pragmatis ini berkaitan dengan kompleksitas waktu. Model pragmatis memiliki dua arah unsur yang dipandang amat penting, yaitu:
a) Tindakan atau perilaku individu, yang dipandang sebagai unsur fundamental fenomenan komunikasi, hal ini dianggap sebagai
Lokus komunikasi yang akibatnya komunikasi dipandang sama atau identik dengan perilaku itu sendiri.
b) Unsur waktu yang dipandang sebagai dimensi keempat dalam gambar ini muncul akibat dari kedua unsur itu sendiri. Tindakan atau perilaku individu dipandang terjadi dalam suatu rangkaian peristiwa yang berkesinambungan, sehingga keberurutan tindakan atau perilaku individu itu menjadi penting.
Urutan-urutan perilaku atau tindakan dari fase ke fase berikutnya membentuk dinamik suatu sistem komunikasi. Dalam sistem ini
interaksi-interaksi ganda yang paling redundan” dinamakan ‘pola’. Jadi, untuk
Model komunikasi ini akan efektif dalam memecahkan kendala belajar apabila pendidik dapat mendesain, memanfaatkan, dan mengelolanya dengan baik. pendidik dapat memanfaatkan kondisi atau keadaan kelas dengan efektif dan efisien apabila guru dapat memanfaatkan model komunikasi ini dalam proses pembelajaran.
Model komunikasi pragmatis tentunya sulit untuk dikembangkan apabila suasana diskusi tersebut kurang mendukung. Untuk menjadikan metode diskusi ini efektif, lagi-lagi peranan pendidik dalam berkomunikasi dengan peserta didiknya, dan mengkomunikasikan dirinya dengan repserentasi yang tepat perlu di tingkatkan. Apabila model komunikasi pragmatis ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran melalui metode diskusi, maka ini akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan tentunya mempermudah peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran. Penerapam model komunikasi pragmatis dalam metode diskusi ini memiliki korelasi dengan keterampilan guru dalam menggunakan model komunikasi mekanistis, psikologis, dan interaksional.
5) Metode Linier dan Sirkuler a) Metode Linier
28
b) Metode Sirkuler
Metode ini ditandai dengan adanya unsur feedback. Pada metode sirkuler ini proses komunikasi berlangsung dua arah. Melalui metode ini dapat diketahui efektif tidaknya suatu komunikasi, karena komunikasi dikatakan efektif apabila terjadi umpan balik dari pihak penerima pesan. http://gatot-uniwa.blogspot.co.id. c. Teknik dan Prinsip Komunikasi dalam Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu kegiatan komunikasi. Pendidik dengan peserta didik terlibat dalam proses penyampaian pesan, penggunaan media dan penerimaan pesan. Komunikasi dalam pembelajaran sangat menentukan hasil pembelajaran. Proses komunikasi yang berjalan secara lancar dan baik antara pendidik dan peserta didik akan membawa pembelajaran yang baik (Naim, 2011: 53).
Kunci utama komunikasi terutama di kelas terletak di tangan pendidik. Pendidik seharusnya membangun metode atau cara yang tepat agar suasana komunikatif dapat tumbuh dengan baik dan tepat. Selain itu pendidik juga harus menguasai teknik dan prinsip komunikasi. Dengan demikian, apa yang sudah disampaikan akan memberikan hasil yang optimal.
30
komprehensif, dan peserta didik dapat mengembangkannya, baik melalui bimbingan pendidik maupun secara mandiri. Penerimaan dan pengembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh metode dan model komunikasi yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya. Berkaitan dengan pemilihan metode yang digunakan terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan yakni sebagai berikut:
1) Tujuan yang hendak dicapai.
2) Kemampuan yang dimiliki pendidik. 3) Peserta didik.
4) Situasi dan kondisi ketika pembelajaran berlangsung. 5) Fasilitas yang ada.
6) Waktu yang tersedia.
7) Kelebihan dan kekurangan sebuah metode tersebut dan digunakan dan bagaimana cara penggunaannya.
d. Keterampilan Berkomunikasi dalam Pendahuluan Pembelajaran
Terdapat beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam keterampilan pendahuluan yakni sebagai berikut:
1) Memilih metode yang memadai, yaitu menyesuaikan karakter dan kemampuan para peserta didik.
2) Cara pelaksanaan metode, dengan menilik kembali pelajaran, mengavaluasi tugas-tugas yang diberikan.
3) Memperhatikan waktu pelajaran.
4) Memerhatikan reaksi para peserta didik dan efektivitas pelaksanaan dalam pembelajaran.
5) Menguasai ide-ide yang terkandung dalam sebuah materi pelajaran.
6) Mengikat pendahuluan dengan menuliskan tema pelajaran yang disampaikan (Khalifah dan Usamah, 2012: 84).
e. Metode-metode mengajar
Terdapat beberapa metode dalam pembelajaran, berikut akan dijelaskan macam-macam metode pembelajara, sebagai berikut:
1) Metode Proyek
32
didik dengan menerapkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sedangkan kekurangannya adalah kurikulum saat ini yang belum menunjang pelaksanaan metode ini, pemilihan topik unit yang tepat, fasilitas cukup sesuai dengan kebutuhan peserta didik bukan pekerjaan mudah.
2) Metode Eksperimen
Metode eksperimen atau percobaan merupakan cara penyajian pelajaran dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kelebihan metode ini adalah membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran berdasarkan percobaannya, dapat membina peserata didik untuk membuat trobosan-trobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya. Sedangkan kelemahan metode ini adalah lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi, menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan, setiap percobaan tidak harus memberikan hasil yang diharapkan.
3) Metode Tugas dan Resitasi
mengembangkan kreativitas peserta didik, serta membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik. Sedangkan kekurangannya adalah peserta didik sulit dikontrol, apakah ia mengerjakan sendiri atau tidak; tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individual peserta didik.
4) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah yang bias berupa pernyataan atau pertanyaan untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Kelebihan metode ini adalah mengembangkan sikap menghargai orang lain; memperluas wawasan, serta merangsang kreativitas anak didik. Sedang kekurangannya adalah tidak dapat dipakai kelompok yang besar; peserta mendapat informasi yang terbatas, serta dikuasai oleh orang yang pandai berbicara saja.
5) Metode Sosiodrama
34
Sedang kekurangannya adalah banyak memakan waktu, serta mengganggu kelas yang lain.
6) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari. Kelebihan metode ini adalah peserta didik lebih mudah memahami apa yang dipelajari; proses pengajaran lebih menarik. Kekurangannya adalah harus memerlukan ketrampilan khusus; fasilitas yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik..
7) Metode Problem Solving
8) Metode Karyawisata
Dikatakan teknik karyawisata karena cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar peserta didik ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu. Kelebihan metode ini adalah memiliki prinsip pengajaran modern, lebih merangsang kreatifitas peserta didik, informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan actual. Sedangkan kekurangannya adalah fasilitas dan biaya yang diperlukan sulit disediakan oleh peserta didik atau sekolah, memerlukan persiapan yang matang dlsb.
9) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, bisa dari pendidik kepada peserta didik maupun peserta didik kepada pendidik. Kelebihan metode ini adalah pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan. Mengembangkan keberanian dan ketrampilan peserta didik. Sedangkan kelemahannya adalah peserta didik merasa takut, tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik, sering membuang-buang waktu.
36
Metode latihan atau yang disebut dengan metod training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Kelebihannya adalah untuk memperoleh kecakapan motorik, mental, dan dalam bentuk asosiasi yang dibuat. Kelemahannya adalah menghambat bakat dan inisiatif peserta didik, membentuk kebiasaan yang kaku, serta dapat menimbulkan verbalisme.
11)Metode Ceramah
37
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Merupakan kegiatan yang meliputi mencari, membaca, dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sumber penelitian berupa, buku-buku, jurnal, dan beberapa tulisan lainnya yang sejenis.
B. Pendekatan
38
C. Metode Pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan metode studi dokumenter (documentary study). Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen yang bersangkutan.
Sumber data merupakan subyek yang mana data dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam, yakni:
1. Sumber Data Utama
Merupakan sumber data yang menjadi acuan utama penelitian, yakni berupa al-Quran, beberapa kitab tafsir dan beberapa kamus.
2. Sumber Data Pendukung
Merupakan sumber yang menjadi tambahan yang berkaitan tentang data penelitian. Berupa al-Quran, beberapa kamus, beberapa kitab tafsir, buku-buku tentang pendidikan agama Islam, buku-buku tentang komunikasi dalam al-Quran, juga berupa jurnal-jurnal dan tulisan lainnya yang berkaitan dengan data penelitian. Diantara buku-bukunya adalah sebagai berikut;
Rahasia Menjadi Guru Hebat karya Mulayana A.Z, Keajaiban Belajar
Al-Qur’an karya Al-Rosyid, Haya dan Shalih ibn Fauzan al-Fauzan terj. Abu
Nuzul dan Terjemah karya Djamarah, Syaiful Bahri, Komunikasi Islam karya Hefni Harjani, Pemikiran Pendidikan Islam Gagasan-Gagasan Besar Para Ilmuwan Muslim karya Iqbal, Abu Muhammad, Syamil Al Qur’anulkarim
Miracle The Reference karya Kementrian Agama RI, Terhempasnya Wibawa Guru karya Manurung, Rosida Tiurma, Satu Kajian Kontrastif Karya Sastra Masa Kini Dan Masa Lalu”, Jurnal Sosioteknologi, Mutiara Pendidikan karya
Ahmad Mu’arif dan Deni al-Asy’ari, Ilmu Pendidikan Islam karya Mujib,
Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis karya M. Ngalim Purwanto, Pedagogik (Ilmu Mendidik) karya Uyoh Sadulloh, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru karya Tim Pusaka Peonix, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar karya Wijaya, Cece, A. Tabrani Rusyan, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan karya Rosda Karya. Yusuf, Kadar M, Dasar Komunikasi Pendidikan karya Ngainun Naim, Menjadi Guru yang Dirindukan terjemahan dari buku Kaifa Tashbaha
Mu’alliman Mutamayyizan karya Mahmud Khalifah dan Usamah Quthub.
D. Teknik Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
40
2. Teknik Pengolahan Data
Guna mendapatkan jawaban dari permasalahan tersebut, untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a. Deskripsi
Deskripsi merupakan pemaparan data yang diperoleh, dalam praktiknya tidak terbatas pada pengumpulan data saja, tetapi juga meliputi penjelasan dan analisis terhadap data tersebut.
b. Analisis Konten (Analisis Isi)
41
Metode Komunikasi Pendidik Penelaahan Kata Qaulan
Kata qaulan (
اوق
)
merupakan bentuk masdar dari kata qāla - yaqūlu(
-
لاق
لوقي
)
, yang berarti berkata (Munawwir, 1997: 1171). Qaul dalam bahasa indonesiadiartikan kata. Al-Quran menyebutkan kata qaul sebanyak 1722 kali, dalam bentuk qāla disebutkan sebanyak 529 kali, dalam bentuk yaqūlūn sebanyak 92 kali, 332 kali
dalam bentuk qul, 13 kali dalam bentuk qūlū, 49 kali dalam bentuk qīla, dalam bentuk al-qaul 52 kali, 12 kali dalam bentuk qauluhum, sedangkan dalam bentuk kata
qaulan sebanyak 19 kali (Hefni, 2015: 80-81). Menurut Ibnu Mandzur dalam Hefni (2015:81) qaul adalah suatu lafaz yang diucapkan oleh lisan baik maknanya tersebut sempurna atau tidak sempurna.
Selain mengandung makna, qaul merupakan ucapakan yang diucapkan pembicara karena keinginan darinya sendiri. Hal ini dikuatkan dalam firman Allah Q.S. al-An’am ayat 93:
ْوَأ اًمذَك مَا ىَلَع ٰىَرَ تْ فا من مِ ُمَلْظَأ ْنَمَو
ُي َََْو ََمإ َيمحوُأ َلاَق
ْْمم ُلمِزََُُ َلاَق نَمَو ٌْيََ مََِْْمإ ََو
َل
َُا َلَِزَأ اَم
مًََ ُةَكمئ َََمَْاَو متْوَمَْا متاَرَمَغ مِ َنوُممَاظَا مذمإ ٰىَرَ ت ْوَََو ۗ
ُمُكََُُزَأ اوُُمرَْْأ ْممِيمِْيَأ وُُ
ۗ
ُْلا َباَذَع َنْوَُُِْ َمْوَ َْْا
َو ّمقَْْا َرْ َْغ مَا ىَلَع َنوَُوُقَ ت ْمُت ُك اَمِ منو
َنوُمِْكَتََْت مِمتََي ْنَع ْمُت ُك
٣٩:٦
]
42
akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.
Ayat tersebut menyebutkan bahwa yang menyebabkan orang tersebut dikatakan zalim dan mengada ngada adalah kerena kesengajaan mereka untuk mengatakan (yaqūlūna) hal yang mengada-ngada. Kata qaul yang dimaksud tersebut merupakan kata yang mengandung makna dan keluar dari lisan atas unsur kesengajaan dan kesadaran penuh dari yang menucapkannya tersebut (Hefni, 2015: 82).
ْتُمْصَْمَ ْوَأ اارْ َْْ ْلُقَ ْْلَ ف مرمْ ْْا ممْوَ َْْاَو مَمً ُنممْؤُ ي َناَك ْنَم
... Penggalan hadits tersebut menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah baginya untuk berkata yang baik jika tidak bisa berkata yang baik, maka lebih baik diam. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi atau bertutur kata tersebut sangat diatur dalam Islam, baik dalam al-Quran maupun as-Sunnah.Komunikasi merupakan suatu cara seseorang menyampaikan suatu hal kepada orang lain atau kepada lawan bicaranya. Dapat juga disebut, komunikasi merupakan suatu hubungan interaksi yang dilakukan orang tertentu.
ma’rūfan, qaulan sadīdan, qaulan layyinan, qaulan aqīlan, qaulan balīgan, qaulan
‘aẓīman, qaulan karīman, danqaulan maysūranṬ Kata-kata tersebut sudah tidak asing
lagi didengar dan sudah banyak yang membahas dan dikaitkan dengan cara komunikasi yang efektif. Masing-masing dari konsep tersebut mempunyai penggunaan yang berbeda dalam penerapan berkomunikasi, khususnya pada pendidik.
Metode komunikasi pendidik merupakan cara interaksi seorang pendidik dalam menyampaikan suatu hal, baik itu materi pelajaran, nasehat ataupun hal yang lainnya terkhususnya kepada peserta didik.
A. Qaulan Ma’rūfan (
افورعم اوق
)Kata qaulan ma’rūfan diartikan sebagai perkataan atau komunikasi yang baik.
Secara bahasa, ma’rūf merupakan ism maf’ul dari kata ‘arafa-ya’rufu-‘arafan
–
فرع
)فرعي
–
افرع
( yang berarti mengetahui, mengenal, mengakui, sabar mengatur urusan
mereka (Munawwir, 1997: 919). ‘Arafa juga berarti known, well known, universally accepted (Wehr, 1976: 607), yang berarti diketahui, kebiasaan yang lazim yang telah
diterima oleh umum. Sedangkan kata al-ma’rūf (
فورعما
) sendiri berarti yang44
(Wehr, 1976: 607) yang artinya, kejujuran, kebenaran dengan menggunakan kesopanan, rasa hormat.
Kata qaulan ma’rūfan dalam al-Quran terdapat pada lima ayat, dengan konteks yang berbeda-beda. Pertama pada Q.S. al-Baqarah: 235;
ََاَُُ َاَو
ْمُكمَُُزَأ مِ ْمُت َْكَأ ْوَأ مٌاََّمَا مةَبُْمْ ْنمم مِمب مُتْضرَع اَمْمف ْمُكَْْلَع
ۚ
نَُِ زوُرُكْذَتََ ْمُكزَأ َُا َمملَع
اافوُرْعم ااْوَ ق اوَُوُقَ ت نَأ امإ ارمَ نُوُِمعاَوُ ت ا نمكَََٰو
ۚ
مَاَكّمَا َةَِْقُع اوُممِْعَ ت َاَو
َُِلََُأ ُباَتمكَْا َغُلْ بَ ي ََٰح
ۚ
ُوُرَذْحاَف ْمُكمَُُزَأ مِ اَم ُمَلْعَ ي ََا نَأ اوُمَلْعاَو
ۚ
مْملَح روَُُغ ََا نَأ اوُمَلْعاَو
٢٩٢٦٢ ]Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang baik. Dan janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Ayat tersebut menunujukkan bahwa qaulan ma’rūfan disampaikan untuk menghadapi janda, menjelaskan tentang cara yang baik bagi seorang laki-laki yang ingin melamar janda. Bahwa diperbolehkan bagi laki-laki yang ingin melamar janda tersebut dengan hendaknya mengunakan kata-kata sindiran, yakni dengan secara tidak langsung (Ibnu Kaṡ r, 2011: 356). Perempuan yang boleh dipinang secara sindiran yaitu perempuan yang dalam masa iddah karena suaminya meninggal atau karena talak ba’in, sedangkan perempuan yang dalam iddah raj’i tidak boleh dipinang baik dengan sindiran (Kementrian Agama RI, 2011: 73).
berkenaan dengan masalah pergaulan suami istri, kelapangan dada antara keduanya, dlsb. Ayat tersebut juga menjelaskan tentang hukum bagi para wanita yang ditinggal mati oleh suaminya yakni dalam masalah berkabung, larangan berhias, masa iddah yang harus dipenuhi dan kapan waktunya wanita tersebut boleh dipinang. Juga dapat berarti berjanji dengan menggunakan perkataan yang baik, sopan dan memikat. Misalnya menuturkan sifat-sifat yang baik dalam menggauli istri, pemaaf, penyabar, dlsb (al-Mar g, 1985:38).
Ayat tersebut tidak secara mutlak melarang bagi para pria untuk mengucapkan sesuatu hal kepada para wanita yang sedang pada masa iddahnya, tetapi jika ingin mengucapkan kata-kata kepada wanita tersebut, maka ucapkan kata yang ma’ruf, sopan, dan terhormat sesuai dengan tuntunan agama. Yang dimaksud kata-kata yang
ma’ruf dalam konteks ini adalah sindiran yang baik (Shihab, 2000: 477).
Kedua Q.S. al-Baqarah ayat 263;
ىاذَأ اَُِعَ بْ تَ ي ٍةَقََِص نّمم رْ َْْ ةَرمُْغَمَو فوُرْعم لْوَ ق
ۗ
مْملَح مَِغ َُاَو
٢٩٢٣٦ ]
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
Pada ayat 263 tersebut, digunakan untuk menghadapi orang yang meminta bantuan. Menjelaskan bahwa mengatakan atau menolak secara halus itu lebih baik dari pada memberikan dengan rasa menyakiti.
46
dan juga dihadapan orang lain. Juga dijelaskan untuk tidak menyakiti hati penerima.
Sampai pada firman Allah
فوُرْعم لْوَ ق
,
yaitu berupa kata-kata yang baik yangmengandung do’a bagi muslim (Ibnu Kaṡ r, 201: 393).
Dalam sub bab tafs r kosakatanya (Tafsir al-Mufradat) al-Mar g (1985:44) mengertikan kata-kata yang manis atau tolakan yang halus kepada peminta. Misalnya perkataan “Semoga Allah memberikan rezeki”, “Kembalilah lagi kepadaku lain
waktu, dlsb”. Beliau menjelaskan maksud qaulan ma’rūfan pada konteks ayat ini
adalah perkataan yang baik dan jawaban yang halus terhadap orang yang meminta-minta, dan menutupi apa yang dikatakan ketika meminta (terhadap orang yang meminta-minta).
Inti dari ayat ini, yakni perintah untuk menginfakkan harta kepada yang membutuhkan dengan rasa ikhlas, tidak menyebut-nyebutkan pemberiannya untuk mendapatkan simpati orang lain. Dan jika dalam keadaan kekurangan juga, tidak bisa membantunya, maka diperbolehkan menolaknya dengan menggunakan kata-kata yang baik, yang tidak menyakiti hati yang meminta tersebut.
Ketiga Q.S. an-Nisa ayat 5:
َُا َلَعَُ مَِا ُمُكََاَوْمَأ ٌَاََََُِا اوُتْؤُ ت َاَو
اافوُرْعم ااْوَ ق ْمَُل اوَُوُقَو ْمُوَُْكاَو اَِْمف ْمُوُقُزْراَو ااماَْمق ْمُكََ
٥٩٢ ]
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
ayat tersebut sesuai kebutuhan, sehingga pada akhir dewasa nanti, kehidupan para anak yatim itu tidak terlantar (HR. Syu’bi) (Hatta, 2009: 78).
Dalam Q.S. an-Nisa ayat 5 tersebut digunakan terhadap anak yatim belum baligh yang dalam perwalian. al-Mar g, (1985: 77) menjelaskan perkataan yang enak dirasa oleh jiwa dan membuatnya menjadi penurut. Maksud dalam ayat tersebut yakni mengatakan perkataan bijak agar mereka mengerti kenapa harta itu tidak diserahkan langsung kepada mereka tanpa menyinggung perasaan mereka (Hefni, 2015:84)
Keempat Q.S. an-Nisa ayat 8;
م ااْوَ ق ْمَُل اوَُوُقَو ُِّْمم مُوُقُزْراَف ُنمكاَََمَْاَو ٰىَماَتَ َْْاَو ََْٰرُقَْا وَُوُأ َةَمَْمقَْا َرَضَح اَذمإَو
اافوُرْع
٥٩٤ ]
Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
Pada ayat 8 digunakan terhadap kerabat yang tidak mendapat hak waris yang hadir pada pembagian warisan.
Ibnu ‘Abbas menjelaskan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan wafatnya seorang Anshar, Aus bin Tsabit. Ia meninggalkan dua orang anak wanita dan seorang anak lelaki yang belum baligh. Karena itu dua orang putra pamannya, Khalid dan Arfathah, yang berstatus ashabah (penerima sisa waris) datang mengambil semua warisannya. Jandanya datang mengadu masalah itu kepada Rasulullah. (HR. Abu Syaikh dan Ibnu Hibban) (Hatta, 2011