• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stres Akibat Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Stres Akibat Kerja"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

STRES AKIBAT KERJA

Disusun oleh :

Ismiralda Siregar

NIP. 19700928 199903 2 001

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/

ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Stres ... 3

2.1.1. Definisi ... 3

2.1.2. Fisiologi ... 3

2.1.3. Jenis-jenis ... 5

2.2. Stres Kerja ... 6

2.2.1. Definisi ... 6

2.2.2. Faktor Penyebab ... 7

2.2.3. Jenis stressor dan hubungannya dengan spesifikasi jenis pekerjaan ... 8

2.2.4. Patogenesis ... 12

2.2.4. Gejala-gejala ... 14

2.3. Pencegahan ... 16

2.4. Penatalaksanaan ... 17

2.4.1. Umum ... 18

2.4.2. Konseling ... 20

2.4.3 Pengobatan ... 21

BAB III. KESIMPULAN ... 22

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang

dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik atau psikis terhadap tenaga kerja. Gangguan psikis merupakan potensi bahaya yang sering terabaikan, padahal potensi bahaya psikis ini juga merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kesehatan mental pekerja. Terjadinya konflik dalam diri tenaga kerja sebagai akibat yang timbul dari gangguan psikologis apabila tidak segera diatasi akan berdampak pada timbulnya stres kerja.

Istilah "stres akibat kerja" menyatakan timbulnya sejumlah gejala-gejala mental dan fisik akibat adanya kondisi-kondisi yang mengancam di tempat kerja. Sesungguhnya gejala-gejala ini bukanlah respon yang patologis terhadap stres.. Masalah barn ter adi bila pekerja berupaya menanggulangi gejala-gejala tersebut dengan mekanisme, penanggulangan yang salah dan tidak stabil. Tetapi biasanya para pekerja cenderung memilih cara-cara yang dapat mengatasi masalah dalam jangka pendek, karena berupaya untuk melarikan diri dari situasi-situasi yang kurang menyenangkan. Sayangnya cara penanggulangan ini pada jangka panjang akan mengakibatkan menurunnya penampilan diri di tempat kerja, minuet alkohol berlebihan dan seringkali tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Dalam kaitannya dengan peker aan, semua dampak dari stres tersebut akan menjurus pada menurunnya performansi, efisiensi dan produktivitas kerja yang bersangkutan.

Survei yang dilakukan oleh Northwestern National Life pada pekerja di Amerika menunjukkan bahwa 40% pekerja dilaporkan mengalami stres di tempat kerja dan seperempat pekerja menganggap pekerjaan mereka sebagai stressor

(4)

kebijakan kesehatan jiwa pada angkatan kerja di Finlandia, Jerman, Polandia, Inggris, dan AS menunjukkan bahwa kasus gangguan jiwa semakin meningkat. Dilaporkan bahwa satu dari sepuluh pekerja mengalami depresi, kecemasan, stres, dan burnout. Beberapa kasus, masalah ini menyebabkan orang kehilangan pekerjaan atau dirawat di rumah sakit.

Di Indonesia yang memiliki jumlah angkatan kerja mencapai 120,4 juta orang pada Februari 2012, atau bertambah sebesar 1,0 juta orang dibanding Februari 2011, memiliki potensi kerugian yang sangat besar sebagai dampak dari stres kerja. Penelitian terhadap dampak stres kerja pada pekerja di Indonesia menunjukkan bahwa dampak dari stres kerja secara fisiologis, bisa hanya berupa gangguan tidur dan sakit kepala, hingga jantung koroner dan hipertensi, absenteisme dan kecelakaan kerja yang di kalangan pekerja. Stres mempunyai berbagai macam dampak, baik bagi individu itu sendiri maupun bagi lingkungan di sekitarnya. Penyakit yang dapat diderita seseorang yang mengalami stres kronis atau menderita stres dalam waktu yang lama diantaranya adalah penyakit jantung, masalah pencernaan, kegemukan, gangguan memori, memburuknya kondisi kulit seperti eksim, dan lain sebagainya. 1

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang: 1) Pengertian stres dan stres kerja

2) Dampak yang ditumbulkan stress akibat kerja pada seorang pekerja 3) Pencegahan dan penatalaksanaan stress

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi bagi penulis, mahasiswa/i, peneliti-peneliti maupun dokter sendiri tentang

(5)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres 2.1.1 Definisi

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan kesamaan persepsi tentang batasan stres. Menurut Baron dan Greenberg misalnya, mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Aamodt (1991:259) memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karaktetistik individual dan konsekuensi dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis. Berbeda dengan pakar di atas, Landy (1989) memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya. Hammer dan Organ merumuskan:

stress is difined by a set of circumstances under which an individual can not respond adequately or instrunmentally to environmental stimuli, or can so respond only at the cost of excessive wear and tear on the organism --for example chronic fatigue, tension worry, physical damage, nervous breakdown, or loss of self esteem.

Dari beberapa pemahaman di atas menunjukkan stres merupakan tanggapan "patologis" manusia terhadap tekanan psikologis dan sosial, baik dalam hubungannya dengan pekerjaan maupun dengan lingkungan sekitarnya.3

2.1.2 Fisiologi

Tanda peringatan pertama dari rasa takut, marah, frustasi, trauma, atau penyakit pada tubuh pertama diterima oleh saraf sensoris yang disebut dengan

(6)

yang perannya sangat penting dalam memelihara homeostatis tubuh. Korteks cerebral terlibat dalam fungsi ini untuk meningkatkan, kesadaran seseorang terhadap stres yang dihadapinya agar individu dapat segera bereaksi mengatasi stres.

Kedua pusat dalam otak ini harus terlibat untuk dapat mengadakan reaksi

adaptasi terhadap stres baik secara fisiologis maupun psikologis. Kombinasi kedua reaksi ini merupakan usaha tubuh untuk melindungi diri terhadap stres dengan cara, mengeluarkan tenaga cadangan yang diperlukan dalam beradaptasi. Dalam tahap ini, semua sistem organ dalam keadaan siaga dan siap untuk bertempur atau melarikan diri dari stres. Jantung bekerja lebih keras untuk meningkatkan curah jantung dan mengatur kadar oksigen yang diperlukan. Pembuluh darah meningkatkan kontraksi untuk membantu kerja peredaran dai-ah. Otot-otot berkontraksi sehingga kaki, Langan, punggung siap untuk bertindak jika perlu untuk melindungi tubuh terhadap ancaman. Produksi keringat meningkat, sebagai hasil peningkatan suhu tubuh yang dikeluarkan melalui mulut.

Hipotalamus merangsang sistem endokrin yang mengontrol kerja kelenjar hipofisis. Reaksi ini menyebabkan peningkatan produksi hormone yang mempengaruhi sebagian besar organ tubuh. Lobus posterior dari hipofisis mengeluarkan ADH (antidiuretic hormone) yang dibawa melalui aliran darah ke ginjal, yang merangsang ginjal menahan pengeluaran urine. Dengan cara ini volume darah meningkat untuk membantu sirkulasi oksigen dan zat-zat makanan lain untuk menghasilkan energi. Sebagai akibat kerja ini tekanan darah meningkat. Lobus anterior hipofisis juga menghasilkan beberapa macam hormon, salah satunya hormone tiroksin yang merangsang tiroid untuk meningkatkan metabolisms tubuh supaya lebih banyak memproduksi energi yang langsung dapat dipakai. Hormon lain adalah genotropin yang dapat merangsang pankreas memproduksi glukogen yang merangsang hepar, otot, dan jaringan lemak untuk

(7)

hormon tambahan yang menahan air di ginjal dan meningkatkan volume darah, pengeluaran energi yang tersimpan dalam hepar, otot dan jaringan lemak.

Kelenjar adrenalin mengeluarkan hormon tambahan yang disebut adrenalin. Adrenalin ini langsung beker a ke berbagai organ tubuh, misalnya meningkatkan kerja jantung, melebarkan pupil, meningkatkan pengeluaran

keringat dan menurunkan aktivitas gastrointestinal dan menyempitkan pembuluh darah. Efek psikologis adrenalin misalnya rasa marah dan rasa takut.

Jika individu itu dapat mengatasi stres maka fungsi tubuh akan normal kembali tetapi bila gagal maka stres berlangsung terns sehingga persediaan tenaga dalam tubuh akan habis dan individu tersebut menjadi kepayahan. Seorang individu sering mengalami stres, hingga terdapat perubahan fisiologis dalam jangka waktu lama maka akan terjadi kerusakanyang menetap dalam tubuh.

2.1.3 Jenis - Jenis

Hans Seyle (1987) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:3 a) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan

konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

(8)

2.2 Stres Kerja 2.1.1 Definisi

Berdasarkan Japanese National Survey of Health di tahun 2004, stres yang berkaitan dengan pekerjaan merupakan penyebab stres paling sering. Sementara US National for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan International Labor

Organization (ILO) mendefinisikan stres okupasi sebagai respon fisik dan emosi yang muncul saat kebutuhan pekerjaan tidak sesuai dengan kapabilitas, daya, atau kebutuhan pekerja. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan HSE Inggris, stres okupasi atau stres terkait kerja adalah reaksi pada tekanan berlebihan atau beban terjadi di tempat kerja, baik akibat reaksi fisik maupun psikologis.

Menurut A.A.Anwar Prabu Mangkunegara dalam "Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Kantor Pusat PT. Pos Indonesia (PERSERO) Bandung", stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami pekerja dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari symptom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meninkat dan mengalami gangguan pencernaan.

Menurut identifikasi Terry A. Beehr and Thomas Franz, ada 4 pendekatan yang kerap diterapkan guna menyelidiki masalah tekanan kerja. Keempat pendekatan tersebut adalah :

Tabel 1

Pendekatan Job Stress

Pendekatan Tenekannya ampaknya Sasaran Utama Perlakuan

Medis Fisik Ketegangan Fisik Individu

Klinis/Psikologi Psikologis Ketegangan Psikologis Individu

Psikologi Rekayasa Fisik Kinerja Pekerjaan Organisasi Psikologi Organisasi Psikologis Ketegangan Psikologis Organisasi

(9)

organisasi. Penekan psikologis merupakan faktor pengaruh atas ketegangan psikologis, dan karakteristik organisasi dan lingkungan kerja menjadi sasaran perlakuan langsung pendekatan ini. Dalam kajian ini dilihat sumbersumber tekanan yang berasal dari karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan kerja yang berdampak pada kiner a peker can seorang pekerja secara khusus.

Phillip L. menyatakan bahwa seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerj a jika:

a) Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekedaan dan masalah peker can yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja. -

b) Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.

c) Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belch pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut

2.2.2 Faktor Penyebab

Stres kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor intrinsik seperti kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman, stasiun kerja yang tidak ergonomic, kerja shift, pekedaan berisiko tinggi dan berbahaya pembebanan berlebih, pemakaian teknologi baru, dan lain sebagainya. Selain faktor dalam peker can beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan timbulnya stres seperti peran individu dalam organisasi kerja, faktor hubungan kerja, faktor pengembangan karir, faktor struktur organisasi dan suasana kerja, serta faktor lain yang berasal dari luar pekerjaan.

(10)

2.2.3 Jenis stresor dan hubungannya dengan spesifikasi jenis pekerjaan

Stresor seringkali berhubungan langsung dengan sistem tugas, volume pekerjaan, lingkungan tempat kerja atau sebagai akibat ketidak-keharmonisan hubungan dengan individu lain di tempat kerja serta faktor-faktor budaya organisasi tempat kerja. Beberapa stresor juga berhubungan pada identifikasi dari

peranan seseorang di organisasi tempat kerja. 1) Sistem tugas

a) Kerja lembur

Menurut beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu sering, apalagi kalau tanpa kontrol jumlah jam kerja yang berlebih-lebihan ternyata tidak hanya mengurangi kuantitas dan kualitas hasil kerja, juga seringkali meningkatkan kuantitas absen dengan alasan sakit atau kecelakaan kerja. Misalnya: pekerja-pekerja di industri pengemasan buah kaleng yang biasanya banyak berhubungan dengan musim buah.

b) Tugas kerja malam

Kerja malam merupakan tugas yang berat bagi individu pekerja, seringkali mengakibatkan timbulnya gangguan fisik akibat kurang tidur serta perubahan tingkah laku yang dapat mendorong individu untuk penyalahgunaan alkohol clan obat-obatan terlarang serta perubahan kebiasaan makan. Misalnya: polisi, perawat, satpam, anggota pemadam kebakaran, pekerja-pekerja di industri pelayanan (hotel, transportasi, dan lain-lain), termasuk pekerja dengan tugas malam lainnya.

c) Kecepatan mesin

Kecepatan kerja yang didasarkan semata-mata pada kapasiias kecepatan mesin sangat menguras energi fisik dan psikologis individu pekerja karena harus terpaku untuk menyesuaikan kecepatan mesin, ban berjalan atau proses produksi, sehingga sedetik pun tak memungkinkan pekerja untuk

(11)

d) Gerakan yang berulang secara monoton

Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan gerakan anggota badan yang berulang secara monoton, yang kadang-kadang pula disertai posisi kerja yang sulit, atau sambil membawa beban atau menahan beban seringkali sangat memberatkan individu pekeda. Misalnya

pekerjaan-pekerjaan di industri penggergajian kayu, pengemasan, pemilihan dan asembling pada ban berjalan. Walsh dkk menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pekedaan yang banyak menggerakkan tangan berulang dan membosankan seperti pada para pekerja penggergajian kayu lebih banyak menimbulkan penyakit-penyakit psikosomatik dan gejala-gejala stres mental lainnya sehingga meningkatkan frekuensi cuti sakit. e) Kekangan-kekangan

Tidak adanya kebebasan bekeda, misalnya tahapan-tahapan pekerjaan yang mempunyai jadwal tugas yang ketat dan detail. Misalnya pemeliharaan/perawatan/pengujian mesin kapal terbang yang harus mengikuti/berdasarkan "checklist" yang ketat, pekedaan mencocokkan/ memasang/merakit elemen-elemen jadi bangunan rumah/mesin-mesin, pekerjan akunting.

f) Komunikasi yang menjemukan/ membebankan

Pekerjaan-pekerjaan yang mernerlukan kontak yang memberatkan karena mernerlukan negosiasi untuk perihal yang sulit diterima atau tidak selaras dengan kehendak lawan bicara. Misalnya manajer pemasaran, personil promosi obat-obatan.

2) Volume pekedaan

a) Volume pekedaan yang berlebihan

Volume pekedaan yang terlalu banyak, yang dibatasi oleh waktu.

Misalnya :

(12)

ii) Permintaan-permintaan untuk pengambilan keputusan yang remit, misalnya petugas kontrol kualitas, pekerjaan yang harus membutuhkan masukan informasi yang banyak.

b) Volume pekerjaan yang sangat kurang

Kurang rangsangan untuk bekerja, kurang variasi, tidak ada kreativitas

atau tuntutan untuk mengatasi masalah. Misalnya:

i) Tuntutan pekerjaan yang memerlukan perhatian penuh tetapi kurang rangsangan untuk bekerja. Pekerja harus tetap waspada dan harus selalu siap untuk bereaksi bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. ii) Tuntutan untuk membeda-bedakan secara tepat biasanya

membutuhkan konsentrasi, perasaan dan konsentrasi penglihatan yang intens.

iii) Tidak diberi tugas karena atasan pilih kasih, atau kemampuan kalah bersaing dengan yang lain.

3) Tanggung jawab

Tanggung jawab untuk keselamatan dan kesejahteraan diri sendiri, organisasi tempat keda dan masyarakat umum. Misalnya:

a) Tanggung jawab untuk bekerja dengan aman merupakan faktor stres psikis dari pekeda karena harus bekerja selalu dengan hati-hati agar tidak membahayakan orang di sekitarnya atau pun membahayakan diri sendiri, seperti: operator mesin derek, pekeda yang menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya atau yang mudah meledak, pilot.

b) Tanggung jawab pekedan terhadap kesejahteraan masyarakat misalnya pekeda-pekerja di sektor kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan lainnya. c) Tanggung jawab terhadap peralatan dan bahan-bahan kerja yang bernilai

(13)

4) Kondisi fisik/lingkungan tempat kerja?

Adanya ancaman terpapar kondisi fisik tempat kerja yang kurang menyenangkan atau kontak dengan bahan-bahan beracun. Misalnya:

a) Tempat kerja yang sunyi/terpencil, seperti pekerjaan-pekedan menyendiri yang tak mempunyai kesempatan berkomunikasi dengan orang lain atau

pekerjaan-pekerjaan yang pada situasi sulit atau terancam bahaya tak memungkinkan untuk mencari pertolongan dari teman kerja atau siapapun. b) Tempat kerja yang.:auh atau sulit dijangkau

c) Pemaparan di tempat kerja

Pemaparan di tempat kerja umumnya pemaparan fisik dan pemaparan kimiawi, seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, tempat kerja yang sempit berdesakan, ventilasi buruk, penerangan yang kurang baik, vibrasi, masalah-masalah ergonomi, tempat kerja yang bising, bau-bau yang tidak enak, debu-debu kerja dan substansi kimia yang berbahaya

5) Organisasi tempat kerja a) Perubahan-perubahan

Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat kerja merupakan salah satu penyebab utama dari sires. Perubahan seringkali berarti terjadi suatu kehilangan, seperti diberlakukan teknik yang baru di tempat kerja, ganti supervisor, restrukturisasi organisasi, diberi tugas baru yang sukar dilaksanakan, pindah bagian, dan dibebas tugaskan sebagai pimpinan. b) Manajemen yang otokratis

Pada perusahaan dengan manajemen yang otokratis, biasanya komunikasi atasan dan bawahan tidak berjalan dengan baik. Komunikasi yang buruk juga biasanya mencetuskan timbulnya perasaan ketidak puasan, kurangnya penghargaan, konflik pada rantai komando atau konflik perbedaan tuntutan

(14)

c) Pengembangan karir.

Ancaman dipecat, diturunkan pangkat, dipensiunkan lebih dini karena sakit, ada hambatan untuk promosi atau mendapat promosi untuk pekerjaan yang kurang dikuasai, dapat menimbulkan keeemasan yang hebat.

2.2.4 Patogenesis

Setiap aktivitas normal akan menghasilkan stres, dan stres tak dapat dihindari. Stres dapat ditoleransi hanya dalam waktu yang terbatas. Tidak pemah ada dua orang yang identik, maka stres yang sama akan berpengaruh secara berbeda terhadap masing-masing individu, serta berat ringannya juga sangat bervariasi.

Hubungan antara masing-masing perubahan patologis seorang individu ticlak banyak diketahui secara detail, tetapi sebagian besar peneliti mengakui bahwa rangsangan psikologis dalam hal ini termasuk stres akibat peker aan, atau yang disebut stresor penting sebagai faktor penyerta dari timbulnya suatu penyakit tertentu, seperti penyakit jantung iskemik, hipertensi esensial, gangguan saluran cema serta beberapa penyakit neuropsikiatris.

Sifat stresor adalah bertambah terns clan bertumbuh. Respon individu dalam menghadapi stresor tergantung pada nilai-nilai, pengalaman dan daya penyesuaian dirinya. Suatu stressor tunggal dapat menjadi majemuk jika terjadi kegagalan elemen-elemen dari sistem pendukung emosi misalnya jika mobil mogok di jalan pada saat akan menghadiri rapat yang penting.

Manusia dalam menghadapai stresor akan menampilkan tiga tahap reaksi tubuh:

a) Reaksi alarm (tanda bahaya)

Respon yang datangnya dengan cepat untuk menghadapai suatu tantangan

(15)

kesiap-siagaan untuk bereaksi, mempengaruhi kejiwaan,, (sistem limbik), pengaturan sistem kardiovaskuler, pernafasan, ketegangan otot Berta aktivitas-aktivitas motorik yang halus.

b) Tahap kebal (resisters)

Reaksi alarm tidak dapat dipelihara untuk jangka waktu yang tidak

terbatas. Pemaparan yang berkepanjangan terhadap stresor-stresor menyebabkan individu menjadi kebal. Pada tahap ini sesungguhnya tubuh sudah dapat beradaptasi, di mana individu mengembangkan suatu strategi perjuangan untuk bertahan hidup dan membina daya perlawanan justru untuk meredam respon dari stresor yang telah dimulai pada tahap sebelumnya.

Mekanisme penanggulangan ini bisa menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi perkembangan mental individu. Ternyata individu cenderung untuk lebih baik melaksanakan penanggulangan dengan cara yang cepat dari pada cara yang lebih lama dalam menangani masalah tersebut dan mencoba melarikan diri dari kondisi yang kurang menyenangkan. Sayangnya cara penanggulangan yang cepat walaupun paling mudah biasanya tidak memadai, karena dengan cara ini biasanya pada jangka panjang akan timbul masalah-masalah sekunder dalam bentuk menurunnya penampilan diri. Pada tahap ini individu sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan untuk mengidentifikasi cara-cara penanggulangan yang dapat mendorong dirinya memahami keuntungan-keuntungan dari cara-cara penanggulangan yang lebih lama.

c) Tahap kelelahan

Respon terhadap stres pada dasarnya sehat clan penting untuk menimbulkan daya motivasi dan adaptasi seseorang. Bila beban mental terlalu berat atau tidak dapat menemukan solusi yang memadai maka individu tersebut akan menanggung banyak kesukaran. Stres yang lama clan

(16)

2.2.5 Gejala-gejala

Gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini: 1,2,8 a) Fisik

Sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit,

urat-urat pads bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi. b) Emosional

Marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental serta penyalahgunaan alkohol, merokok dan obat-obat penenang serta obat-obatan yang lain.

c) Intelektual

Mudah lupa, kacau pikirannya, days ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi sate pikiran saja.

d) Interpersonal

Acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pads orang lain menurun, mudah mengingkari janji pads orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.

Pengaruh stress akibat kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan. Namun pads taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan diharapkan akan memacu tenaga kerja untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Tenaga kerja yang stres akan menunjukkan

(17)

mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres (fight) atau freeze (berdiam diri).

Tabel 2 Stresor dari Sumber Pekerjaan

Stressor dari Stres Kerja

Faktor yang Mempengaruhi (Hal-hal yang Mungkin Terjadi

di Lapangan)

Konsekuensi Kondisi yang Mungkin Muncul

Kondisi pekerjaan

– Beban kerja berlebihan secara Icuantitatif

– Beban kerja berlebihan secara kualitatif

– Assembly-line hysteria – Keputusan yang dibuat oleh seseorang

– Bahaya fisik

– Kelelahan mental dan/atau fisik

– Kelelahan yang amat

sangat dalam bekerja (burnout)

– Meningkatnya

kesensitivitas dan ketegangan

Stres karena peran

– Ketidakjelasan peran – Meningkatnya kecemasan – Adanya bias dalam membedakan clan ketegangan

gender dan stereotype peran – Menurunnya prestasi – Pelecehan seksual pekerjaan

Faktor – Hasil kerja dan sistem dukungan – Meningkatnya ketegangan social yang buruk – Meningkatnya tekanan darah – Persaingan politik, kecemburuan

dan

– Ketidakpuasan kerja

– Kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan

Perkembangan –Promosi ke jabatan yang lebih – Menurunnya produktivitas dari kemampuannya – Kehilangan rasa percaya diri – Promosi ke jabatan yang lebih – Meningkatkan kesensitivitas

dari kemampuannya clan ketegangan

– Keamanan pekerjaannya – Ketidakpuasan kerja – Ambisi yang berlebihan

sehingga

Struktur organisasi – Struktur yang kaku dan tidak – Menurunnya motivasi dan

bersahabat produktivitas

– Perteppuran politik – Ketidakpuasan kerja – Pengawasan clan pelatihan yang

tidak

– Ketidakterlibatan dalam

Tampilan rumah- – Mencampurkan masalah – Meningkatnya konflik dan pekerjaan dengan masalah pribadi kelelahan mental

– Kurangnya dukungan dari – Menurunnya motivasi dan

hidup produktivitas

(18)

Dari beberapa uraian di etas, dapat disimpulkan bahw~ stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang dimana is terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemainpuan seseorang untuk menghadapi

lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri pare tenaga kerja berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerj a mereka.

2.3 Pencegahan

Pencegahan stres akibat kerja terdiri dari 3 jenis yaitu pencegahan primer (mengurangi stressor), pencegahan sekunder (manajemen stress) dan pencegahan tersier (konseling tempat kerja/program pembantu karyawan), dimana pencegahan ini diterapkan pada tahap stress berbeda.

Pencegahan primer lebih terpusat pada usaha untuk memodifikasi atau mengeliminasi sumber dari stress kerja di lingkungan kerja sehingga mengurangi dampak negatif pada individu. Oleh karena itu, fokus dari pencegahan primer adalah mengadaptasikan lingkungan kerja agar sesuai dengan individu.

Strategi yang dapat dilakukan berupa : a) Melakukan perbaikan iklim organisasi

b) Melakukan perbaikan terhadap lingkungan fisik c) Menyediakan sarana olahraga

d) Melakukan analisis dan kejelasan tugas

e) Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan f) Melakukan rekonstruksi tugas

g) Menerapkan konsep Managemen Berdasarkan Sasaran

Pencegahan sekunder terutama mengarah pada deteksi dini dan manajemen stres dengan meningkatkan kewaspadaan dan pengembangan kemampuan

(19)

kerentanan seseorang terhadap stres yaitu umur, jenis kelamin, perilaku, latihan, pengalaman to-rdahulu dan dukungan sosial yang berasal dari keluarga, teman dan teman keda. Hal yang dapat dilakukan pada pencegahan sekunder adalah promosi kesehatan, program modifikasi gaga hidup, pendidikan stres dan penatalaksanaanya. Pada pencegahan sekunder lebih ditekankan pada pembatasan

kerusakan akibat stres daripada sumber stresnya. Jadi, pada pencegahan mi perusahaan tidak akan berubah namun individu/ pekedanya yang hares berkembang dan meningkatkan pertahanan mereka terhadap stres.

Strategi yang dapat dilakukan berupa : a) Meningkatkan keimanan

b) Melakukan meditasi dan pernapasan c) Melakukan kegiatan olahraga d) Melakukan relaksasi

e) Dukungan sosial dari teman dan keluarga

f) Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan

Pencegahan tersier berpusat pada penatalaksaan, rehabilitasi dan proses penyembuhan bagi individu yang telah atau sedang menderita penyakit akibat stres. Hal yang dapat dilakukan adalah pengadaan konseling dengan pekerja.

2.4 Penatalaksanaan Stres

Bagi individu tertentu stres mempunyai dampak signifikan karena akan mempengaruhi kehidupannya yaitu produktivitas, kesehatan maupun penghasilan. Oleh karena itu, penanganan stres mutlak untuk dilakukan. Sementara bagi organisasi stres dapat mempengaruhi kinerja organisasi terkait dengan kemungkinan tidak tercapainya tujuan organisasi.

Stres dalam peker aan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Memanajemenin stres berarti berusaha

(20)

stres yang kronis. Manajemen stres lebih daripada sekedar mepgatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif.

Suprihanto, dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika peker anya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat

positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres.

2.4.1 Umum

Secara umum, manajemen stress dapat dibagi dalam tiga pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan organisasi dan pendekatan dukungan sosial. a) Strategi Penanganan Individual

Yaitu strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi individual in.i bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

i) Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kogtiitif. Artinya, jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, pare karyawan tersebut seharusnya time out terlebih dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam, seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air dingin atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.

ii) Melakukan relaksasi dan meditnsi.

Kegiatan relaksasi dan medilasi ini bisa dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan relaksasi, karyawan dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Dengan demikian

(21)

menghilangkan pikiran yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.

iii) Melakukan diet dan fitnes.

Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah mengurangi masukan atau konsumsi garam dan makanan mengandung lemak, memperbanyak

konsumsi makanan yang bervitamin seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, dan banyak melakukan olahraga, seperti lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya

b) Strategi-strategi Penanganan Organisasional

Strateai ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan atau mengontrol penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau mengurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres melalui organisasi dapat dilakukan dengan:

i) Menciptakan iklim organisasional yang mendukung

Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iktim impersonal. Ini dapat membawa pada stress kerja yang sungguh-sungguh. Sebuah strategi pengaturan mungkin membuat struktur tebih terdesentralisasi dan organik dengan pembuatan keputusan partisipatif dan aliran komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses structural mungkin menciptakan Wim yang lebih mendukung bagi pekerja, memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.

ii) Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawab, pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian, peningkatan, dan pertumbuhan) atau

(22)

iii)Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisas~onal. Konflik peran dan ketidakjelasan di identifikasi lebih awal sebagai sebuah penekan individual utama. Ini mcngacu pada manajemen untuk mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional sehingga penyebab stress ini dapat dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing peker aan mempunyai

ekspektansi yang jelas dan penting atau sebuah pengertian yang ambigious dari apa yang dia ker akan. Sebuah strategi klarifikasi peran yang spesifik memungkinkan seseorang mmgambil sebuah peranan menemukan sebuah catatan ekspektansi dari masingmasing pengirim peran. catatan ini kemudian akan dibandingkan dengan ekspektansi fokal seseorang, dan banyak perbedaan akan secara terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dan negoisasikan untuk memecahkan konflik.

iv) Rencana dan pengembangan jalur karir dan menyediakan konseling. Secara, tradisional, organisasi telah hanya menunjukkan melalui kepentingan dalam perencanaan karir dan pengembangan pekerja mercka. Individu dibiarkan untuk memutuskan gerakan dan slrategi karir sendiri.

c) Strategi Dukungan Sosial.

Untuk mengurangi stres kerja, dibutuhkan dukungan sosial terutama orang yang terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin atau orang lain. Agar diperoleh dukungan maksimal, dibutuhkan komunikasi yang baik pada semua pihak, sehingga dukungan sosial dapat.

2.4.2 Konseling

Istilah "konseling" hares dibedakan dengan "memberi nasehat". Suatu nasehat terbatas pada, satu paket solusi yang diberikan pada pasien untuk mengatasi masalah, sedang seorang konselor membantu pasien dengan

(23)

Dengan kata lain, konseling bertujuan untuk membuat orang-orang menjadi lebih aktif dalam memecahkan masalah-masalah mereka. Penelitian oleh Walsh dkk pada tahun 2005 melaporkan bahwa bimbingan dan konseling yang dilakukan dokter perusahaan pada karyawan kantor pos di Ingris berhasil mengurangi cuti sakit dan secara bermakna dapat mengatasi gejala-gejala

kecemasan, depresi dan dapat meningkatkan harga diri.

2.4.3 Pengobatan

(24)

BAB 3 KESIMPULAN

Semua pekerjaan menanggung beban tanggung jawab, masalah-masalah, tuntutan-tuntutan, kesulitan-kesulitan dan tekanan-tekanan yang mencetuskan

timbulnya stres psikologis pada individu pekerja. Pada akhirnya bila stres berkepanjangan akan menghasilkan respon tubuh dalam bentuk gangguan faal tubuh, gangguan emosional dan perubahan tingkah laku serta menurunnya produktivitas kerja.

Sebagian besar orang hanya mengetahui stres kerja dapat berdampak negative seperti yang telah disebutkan di atas. Namun, stres juga dapat memiliki dampak yang positif dalam kehidupan seseorang terlebih pada saat ia dapat mengatur dan menghadapi stres yang dihadapinya. Dampak positif dari stres dalam jumlah tertentu dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Dengan mencari akar masalah dan membimbing pasien dengan solusi-solusi cara penanggulangan stres yang benar, besar kemungkinan kasus-kasus ini dapat diatasi dan akibat buruknya pada organisasi tempat kerja dapat dikurangi. Biasanya pasien menolak bila gejala-gejala penyakitnya dihubungkan dengan stres psikologis maka tidak banyak dokter yang dapat mendiagnosis gangguan kesehatan ini.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

1. Fitri, A.M., 2013. Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Stres Kerja pada Karyawan Bank (Studi pada Karyawan Bank BMT). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1): p. I -10

2. Harianto, R., 2009. Stres Akibat Kerja dan Penatalaksanaanya. Universa Medicina, 24 (3): p.145-154.

3. Margiati, L., 1999. Stres Kerja: Penyebab dan Alternatif Pemecahanya.

Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 12 (3): p.71-80.

4. Marieb, E.N dan Hoelin, K,. 2010. The Endocrine System. Human Anatomy and Physiology. Edisi 8. Pearson International Edition. p.618-619

5. Nasution, K., dan Adi, N.P., 2011. Stres Okupasi, Masalah Kesehatan Pekeda yang Terabaikan. J Indon Med Assoc, 61 (12): p.471-473

6. Tunjungsari, P., 2011. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Kantor Pusat PT. Pos Indonesia (PERSERO) Bandung. Universitas Komputer Indonesia, 1(1): p.1-14.

7. Syandianto et al., Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Lapangan Bagian Produksi PT. J Resources Bolaang Mongondow. Universitas Sam Ratulangi Manado. p. 1 -9

8. Widoyoko, S.E.P.Dr., Stres dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Karyawan

Gambar

Tabel

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

a. Pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran. Koordinasi dan atau kerjasama penyelenggaraan statistik antara BPS, instansi pemerintah, dan masyarakat

Nilai HPBW dan beamwidth yang paling sempit dan nulling interferer terdekat dengan sudut sinyal gangguan maka dapat disimpulkan beam antena yang dihasilkan semakin terarah

Namun dari hasil survei yang dilakukan terhadap 3 (tiga) rute yang diteliti yaitu lintasan yang berasal dari Medan Amplas (rute-1), Medan Tembung (rute-2) dan Medan Labuhan

Dimensi vertikal dari masyarakat majemuk Indonesia, antara lain juga dapat kita lihat melalui gambaran tingkat pendidikan masyarakat. Gambaran pendidikan di tiga

investasi terhadap suatu saham dari perusahaan, perlu melihat bagaimana selisih bid-ask spread pada saat itu, karena apabila selisih bid-ask spread sedang dalam

Secara tradisional, jamur untuk starter pembuatan tempe biasanya diambil dari daun pisang bekas pembungkus tempe pada waktu pembuatan, atau daun aru atau jati yang

Namun karena Teradu I menyatakan bahwa berkas sudah dijilid Pelapor dan sulit untuk discan sehingga Teradu I meminta staf untuk menyerahkan berkas kepada Teradu VII ke

Pada Form ini user bisa mendaftarkan kartu RFID yang baru, menghapus, atau mengedit informasi yang ada di dalam kartu tersebut. Ada tiga kolom textbox yang