SKRIPSI
PERAN DINAS PARIWISATA DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI WISATA DI KABUPATEN NATUNA TAHUN 2015
(
Studi Kasus Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna)
Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : Ardianto 20120520084
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
HALAMAN JUDUL SKRIPSI
PERAN DINAS PARIWISATA DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI WISATA DI KABUPATEN NATUNA TAHUN 2015
( Studi Kasus Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna )
Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Disusun Oleh : Ardianto 20120520084
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN Bismillahirrohmanirrohim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ardianto
NIM : 20120520084
Judul Skripsi : Peran Dinas Pariwisata Dalam Mengembangkan Potensi Wisata Di Kabupaten Natuna
Dengan ini menyatakan bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain saya akan mencantumkan sumber yang jelas. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup menerima hukuman atau sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
Yogyakarta, 16 November 2016 Penulis,
iii MOTTO
“setinggi apapun pendidikan kita, tidak akan ada gunanya jika tidak bermanfaat bagi orang
lain” ( Penulis )
“Peminpin yang sukses bukan karena gelar atau jabatannya melainkan karena perbuatan dan
tindakannya”
( Kriston Rasmanto )
“tidak akan ada seorangpun yang akan merasakan kebahagiaan tanpa tahu rasa bersyukur atas segala nikmat Tuhan”
( Penulis)
“Pemimpin yang baik harus menjadi pelayan yang baik terlebih dahulu” ( Kriston Rasmanto )
“Jangan sepelekan suatu yang kecil, karna sesuatu yang kecil itu akan membuatmu terjatuh kelak”
( Penulis )
“sesulit apapun perjuangan mu hari ini, tidak akan sebanding dengan perjuangan orang tuamu untuk masa depan mu”
iv
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah berkat Rahmat serta izin dari Allah SWT kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang aku sayangi:
1. Keluargaku Ibuku yang sangat aku muliakan SERI tercinta, Bapakku Jami’an yang merupakan pahlawan terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendo’akan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarkanku sampai jenjang perguruan tinggi.
2. Kakak dan Abangku tercinta Paridawati dan Pardi atas motivasi dan selalu menyemangatiku dalam menegerjakan skripsi ini.
3. Sahabat-sahabat seperjuanganku satu daerah, Riki Nasrun S.P, Ahmad Solihin, Wan Wahyu Liandara, Yuslipandi, Roki, Adika, dan semua teman-temanku yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
4. Untuk teman - temanku yang ada dinatuna, Fila Rianto, Supardi, Handra, Sopian, Arif Naen, bang moel, dan semua teman kecilku yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.
5. Untuk kak Febri yang sedang melanjutkan Study S2, yang sangat banayak membantu dan selalu menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Untuk keluargaku disana, Pamanku, Tante, dan semua keponakan - keponakanku yang sangat aku sayangi
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
3. Pengembangan Obyek Wisata ... 18
4. Fungsi Dinas Pariwisata………...………20
F. Definisi Konseptual ... 21
G. Definisi Operasional ... 22
vi
1. Jenis Penelitian……….23
2. Lokasi dan Waktu Penelitian………...………...……….25
3. Unit Analisa Penelitian………25
4. Sumber dan Jenis Penelitian………..…………..25
5. Teknik Pengumpulan Data……….……….26
6. Teknik Analisa Data………27
BAB II DESKRIPSI WILAYAH ... 29
A.Profil Kabupaten Natuna ... 29
1. Geografis dan Tofografi ... 29
2. Demografi ... 32
B.Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna ... 36
1. Visi dan Misi Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna ... 36
2. Struktur Organisasi ... 37
C.Potensi Wisata di Kabupaten Natuna ... 39
1. Wisata Alam ... 39
2. Wisata Budaya ... 45
3. Wisata Kuliner ... 48
BAB III Peran Dinas Pariwisata Dalam Mengembangkan Potensi Wisata di Kabupaten Natuna Tahun 2015 ... 51
A.Peran Dinas Pariwisata ... 51
1. Peran Sebagai Koordinator ... 51
2. Peran Sebagai Fasilitator ... 56
vii
B.Tata Kelola Pariwisata di Kabupaten Natuna ... 64
1. Partisipasi Masyarakat Terkait ... 64
2. Keterlibatan setiap pemangku kepentingan ... 67
3. Kemitraan kepemilikan Lokal ... 68
4. Pemanfaatan Sumber Daya secara berkelanjutan ... 69
5. Merekomendasikan aspirasi masyarakat ... 70
6. Daya dukung lingkungan... 71
7. Monitor dan Evaluasi Program ... 71
8. Pelatihan kepada masyarakat terkait ... 72
C.Faktor Pendukung dan Penghambat yang di hadapi oleh Dinas Pariwisata dalam mengembangkan Potensi wisata di kabupaten Natuna ... 74
1. Faktor Pendukung ... 74
2. Faktor Penghambat... 75
BAB V PENUTUP ... 77
A. Simpulan ... 77
B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna ... 33
TABEL 2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34
TABEL 2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ... 34
TABEL 2.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Ketenagakerjaan ... 35
ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Natuna ... 31
GAMBAR 2.2 Peta Topografi Kabupaten Natuna... 32
GAMBAR 2.3 Pantai Setai Kabupaten Natuna ... 39
GAMBAR 2.4 Pantai Cemaga Kabupaten Natuna………41
GAMBAR 2.5 Pantai Batu Catur Kabupaten Natuna ... 43
GAMBAR 2.6 Air Terjun Gunung Hiu Kabupaten Natuna ... 44
GAMBAR 2.7 Mendu Natuna ... 46
GAMBAR 2.8 Tari Ayam Sudur ... 46
GAMBAR 2.9 Kompang/Qasidah Natuna ... 47
GAMBAR 2.10 Kesenian Alu ... 48
GAMBAR 2.11 Makanan Kernas ... 49
ABSTRAK
Skripsi ini mengambil judul “Peran Dinas Pariwisata dalam Mengembangkan Potensi Wisata di Kabupaten Natuna Tahun 2015” ini dilatar belakangi dengan mengingat bahwa pengembangan kepariwisataan menitikberatkan pada tiga hal yaitu segi ekonomis, segi sosial, dan segi kebudayaan. Seiring dengan adanya otonomi daerah, dimana masing-masing daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengelola sumber daya alam yang ada. Oleh karena itu Kabupaten Natuna yang mempunyai potensi wisata yang sangat memadai, melakukan upaya-upaya pengembangan sektor wisatanya. Dengan mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Natuna penyusun ingin mengetahui pengembangan sektor wisata yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Dengan mengambil Rumusan Masalah ”Bagaimana peran Dinas Pariwisata dalam mengembangkan potensi wisata di Kabupaten Natuna Tahun 2015”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif Kualitatif. dengan tehnik pengumpulan data melalui, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun yang menjadi unit analisis adalah Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, Kepala Bidang Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, dan Wisatawan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa dalam pengembangan sektor wisata yang ada di Kabupaten Natuna, Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna telah melakukan dengan cukup optimal. Dilihat dari perannya sebagai koordinator Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna mempromosikan wisata dengan melaksanakan pameran-pameran ataupun event tentang kepariwisataan. Sedangkan perannya sebagai Fasilitator Dinas Pariwisata sudah menambahkan Fasilitas-fasilitas yang ada di lokasi wisata. Seperti, membangun mushola, MCK, menambah akses jalan ke lokasi wisata, dan mendirikan tempat untuk masyarakat berjualan. Kemudian peran Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna sebagai stimulator Dinas pariwisata telah berusaha mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam membangun pariwisata ini. Pemerintah juga menyediakan tempat untuk masyarakat berjualan dilokasi wisata.
Dalam penelitian tersebut memang peran Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna sudah tergolong cukup baik. Walaupun memang masih ada kendala yang belum bisa ditangani dengan baik. Meskipun demikian Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna harus terus melakukan pengembangan terhadap potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Natuna yang cukup potensial. Dinas Pariwisata juga harus Memberikan Pendidikan dan Pelatihan kepada masyarakat setempat agar lebih berperan aktif dalam mengembangkan sektor wisata ini.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejumlah pengamat memperkirakan dalam periode 2011 hingga 2016
bakal banyak wisatawan asing yang datang ke Asia Pasifik. Sebagai negara
yang direkomendasikan untuk dikunjungi adalah Indonesia.Hal tersebut di
jelaskan berdasarkan survei Pacific Asia Travel Association (PATA) Asia Pasifik. Sementara itu Menurut BPS, selama Januari-Juli jumlah wisatawan
mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia mencapai 4,764,864
orang. Jumlah ini naik 1,83 % dibanding periode yang sama tahun lalu yaitu
pada tahun 2015 jumlah wisatawan sebanyak 7,903,498 dengan pertumbuhan
0,06%. (Kemenpar, 2016). Naiknya jumlah wisatawan mancanegara menjadi
indikasi Indonesia aman untuk dikunjungi. Industri pariwisata sebagai
penyumbang devisa terbesar ketiga dalam negeri kita.
Pada tahun 2015 kunjungan wisatawan ke Kabupaten Natuna mencapai
217.620 pengunjung, naik dari tahun sebelumnya 2014 sebanyak 200.556
pengunjung. Dibandingkan daerah lain di Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten
Natuna termasuk salah satu kabupaten yang banyak di kunjungi di Kabupaten
Tanjungpinang jumlah wisatawan hanya 8.236 pada tahun 2015, sementara
Kabupaten yang paling banyak di kunjungi adalah Batam yaitu sebanyak
357.927 pengunjung pada tahun 2015 (BPS Natuna, 2015)
Keberadaan sektor pariwisata dalam suatu wilayah dapat memberikan
2 manajemen dan tata pengelolaan kepariwisataan yang diperankan oleh
segenap pemangku kepentingan (stakeholders) baik dari unsur pemerintah-industri masyarakat yang ada pada wilayah tersebut. Pencapaian tujuan dan
misi pembangunan kepariwisataan yang baik, berkelanjutan (sustainable tourism) dan berwawasan lingkungan hanya akan dapat terlaksana manakala dalam proses pencapaiannya dapat dilakukan melalui tata kelola
kepariwisataan yang baik (good tourism governance) (Yoeti, 2006:140). Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pengembangan sektor
pariwisata yang dilakukan dengan baik dan maksimal akan mampu menarik
wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk datang dan
membelanjakan uangnya dalam kegiatan berwisatanya. Dari transaksi itulah
masyarakat daerah wisata akan terangkat taraf hidupnya serta negara akan
mendapat devisa dari wisatawan asing yang menukar mata uang negaranya
dengan rupiah (UU Pariwisata, 2009).
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomer 33 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan dapat diketahui bahwa pariwisata bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat,
menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam,
lingkungan dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra
3 bangsa, mempererat persahabatan antarbangsa. Dalam Pasal 1 Peraturan
Menteri Dalam negeri Nomor 33 tahun 2009 Tentang Pedoman
pengembangan ekowisata di daerah, yang dimaksud dengan ekowisata adalah
kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan
memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap
usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat
lokal. Saat ini sektor pariwisata di Indonesia belum berjalan secara optimal
padahal aspek ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan devisa negara,
pendapatan masyarakat, serta Pendapatan Asli Daerah (PAD) (UU Pariwisata,
2009)
Berdasarkan Undang-Undang tersebut menjadi jelas pembangunan
pariwisata terutama ditujukan untuk masyarakat yang bertujuan untuk
menciptakan lapangan pekerjaan, mampu bersaing di era perubahan serta
mampu memelihara nilai-nilai agama dan kelestarian budaya lokal atau
daerah. Saat ini berbagai potensi wisata di daerah-daerah terus dikembangkan
dan dipromosikan mengingat di era otonomi daerah sekarang yang
menekankan perlunya kebijakan masing-masing daerah berdasarkan nilai-nilai
kearifan lokalnya, apabila potensi-potensi wisata tersebut dikembangkan
dengan baik dan berkesinambungan maka akan memajukan wisata nasional
yang akan menjadikan Indonesia negara yang kaya pariwisata.
Pariwisata secara umum merupakan suatu perjalanan yang dilakukan
seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
4 perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang
dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan
atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Pitana,
2009:32)
Kabupaten Natuna, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan
Riau, Indonesia.Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata.
Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan
berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan
Singapura, Malaysia, Riau dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan
Kalimantan Barat (Profil Kabupaten Natuna, 2015)
Kabupaten Natuna merupakan daerah yang memiliki banyak potensi
kepariwisataan dari Sumber Daya Alam (SDA), hingga seni dan budaya serta
kuliner. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai
wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha. Salah satu potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Natuna adalah
wisata alam diantaranya pantai Setai, pantai Cemaga, Pulau Senoa, Batu
Catur, pantai Pasir Marus, air terjun gunung Hiu, pahatan alam tanjung Datuk
dan pantai sisi. Selain itu terdapat beberapa wisata budaya diantaranya Mendu
Natuna, tari ayam Sobur, kompang dan kesenian alu. Sedangkan wisata
kuliner yang makanan menjadi khas Natuna adalah Kernas dan Lempar (Profil
5 Potensi-potensi inilah yang harus secara terus menerus ditingkatkan
melalui peran khusus dari Pemerintah yang diemban oleh Dinas Pariwisata.
Oleh karena itu perlu adanya upaya nyata Pemerintah dalam meningkatkan
daya tarik objek wisata bahari secara optimal yaitu melalui penyelenggaraan
Kegiatan kepariwisataan. Tanggung jawab pemerintah dalam pengembangan
Destinasi Pariwisata Unggulan Daerah (DPUD) dikawasan objek wisata
tertuang dalam peraturan Bupati Natuna Nomor 13 Tahun 2011 pasal 5
diuraikan bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab terhadap :
Pembangunan daya tarik wisata, pembangunan sarana dan prasarana umum,
fasilitas umum dan fasilitas pariwisata, pembangunan aksesibilitas dan atau
transportasi dan pemberdayaan masyarakat.
Program yang dilaksanakan di kawasan wisata diatas bertujuan untuk
memperkenalkan Kabupaten Natuna dan potensi wisatanya kepada wisatawan
yang berkunjung melalui media masyarakat sebagai pelakunya. Posisi
masyarakat sangatlah penting karena pariwisata dapat dijadikan sarana bagi
masyarakat untuk berkembang melalui kegiatan ekowisata, sehingga potensi
manusia dapat diberdayakan dengan baik dan tidak lagi menjadi penonton
melainkan dapat berinteraksi secara langsung dengan wisatawan mancanegara
yang berkunjung. Program itulah yang perlu dikembangkan oleh
pemerintahdan Dinas Kebudayaandan Pariwisata Kabupaten Natuna sebagai
implementasi tujuan awal pemerintahan yaitu sebagai wujud hubungan antara
6 Pitana (2009:123), mengemukakan pemerintah daerah memiliki peran
untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai Motivator, dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah sebagai motivator
diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan kedua peran sebagai
fasilitator, sebagai fasilitator pengembangan potensi. Ketiga peran sebagai Dinamisator, dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat harus
dapat bersinergi dengan baik.
Selanjutnya Menurut Nugroho (2011:133), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pengoptimalan peran pemerintah diantaranya ketersediaan
anggaran, ketersediaan sarana dan prasarana, kemitraan (Partnership) dan peran serta masyarakat (Participation) dalam rangka mengoptimalkan peran dari pemerintah, maka peran serta masyarakat perlu menjadi sorotan utama,
karena masyarakat merupakan subjek dan objek dari kebijakan. Faktor
tersebut menjadi hal penting yang mempengaruhi peran pemerintah dalam
mengambangkan potensi pariwisata.
Dampak positif pengembangan kepariwisataan salah satunya yaitu mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dari sektor
pariwisata dapat berasal dari banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung
maupun menginap di lokasi wisata.Wisatawan merupakan unsur terpenting
untuk berkembangnya suatu objek dan daya tarik kepariwisataan.Dengan
7 mampu meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat dan usaha-usaha
pariwisata (Widjaja, 2007:45).
Sebagai kawasan objek wisata yang cukup produktif dan mampu
meningkatkan perekonomian daerah dan masyarakat, Peran pemerintah juga
diperlukan dalam memberikan klasifikasi, pengawasan dan pembinaan kepada
masyarakat dalam kegiatan ekowisata masyarakat, diharapkan dengan adanya
kegiatan ekowisata dapat menunjang meningkatkan ekonomi masyarakat,dan
keterampilan masyarakat dan usaha pariwisata yang berdiri di kawasan objek
wisata pantai, usaha pariwisata merupkan komponen yang sangat penting
selain sebagai penunjang dan promosi produk wisata, usaha pariwisata juga
dapat menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal (Nugroho, 2011:22)
Melihat bahwa Kabupaten Natuna memiliki Sumber Daya Alam (SDA)
yang masih asli dengan keadaan alam dan budayanya, perkembangan
ekowisata akan terus meningkat seiring terus berkembang dan meningkatnya
usaha pariwisata. Potensi tersebut bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan
perekonomian, memajukan kebudayaan dan memberdayakan Sumber Daya
Manusia (SDM) di daerah. Terutama dengan adanya otonomi daerah,
Pemerintah menjadi memberikan otonomi kepada daerah untuk mengelola
daerahnya tanpa proses birokrasi yang cukup lama ke pemerintah pusat.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Natuna tentunya telah mempunyai tugas dan fungsinya yang harus
dilaksanakan untuk pengembangan lokasi objek wisata yang terdapat di
8 masih minimnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kepariwisataan
dilokasi wisata, seperti kebersihan, kenyamanan, pelayanan, pada fasilitas
pariwisata.Kemampuan Pemerintah dalam meningkatkan seni dan budaya
dengan mempertahankan kondisi keanekaragamam pariwisata seperti atraksi
budaya yang berwawasan alam, kerajinan, serta adat istiadat, guna
meningkatkan jumlah wisatawan masih begitu mimin, masyarakat belum
sepenuhnya diberdayakan sebagai salah satu pendukung
kepariwisataan.Berdasarkan beberapa alasan tersebut maka berbagai peneliti
tertarik mengetahui tentang peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Natuna dalam pengembangan kawasan wisata di Kabupaten
Natuna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran Dinas Pariwisata dalam mengembangkan potensi
wisata di Kabupaten Natuna Tahun 2015?
2. Bagaimana tatakelola pariwisata di Kabupaten Natuna?
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
9 C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui peran Dinas Pariwisata dalam mengembangkan potensi wisata
di Kabupaten Natuna Tahun 2015
2. Mengetahui tatakelola pariwisata di Kabupaten Natuna
3. Faktor yang mendukung dan penghambat Dinas Pariwisata Kabupaten
Natuna dalam mengembangkan potensi wisata di Kabupaten Natuna
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dinas
Pariwisata Kabupaten Natuna khususnya dan seluruh Indonesia pada
umumnya agar dapat meningkatkan potensi pariwisata yang dimiliki daerah
masing-masing.
Bagi masyarakat di Kabupaten Natuna hasil penelitian ini dapat dijadikan
motivasi untuk bersama-sama dengan pemerintah mengembangkan
ekowisata sehingga.
2. Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan khasanah perpustakaan dan bahan masukan bagi
10 E. Kerangka Dasar Teori
1. Peran
a. Pengertian peran
Peran organisasi adalah suatu kerjasama sekelompok orang untuk
mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan
peraturan yang ada. Peran organisasi dalam sangatlah penting, karena
perusahaan atau lembaga didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
dan untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan aktifitas, kerja sama, dan
tentu saja orang yang melakukan aktifitas tersebut atau sumber daya
manusia yang ketiga unsur ini terdapat dalam sebuah organisasi.
Kesimpulanya, suatu perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu
membutuhkan organisasi didalamnya agar bias tercapai tujuan tersebut
(Soerjono, 2005:170).
Sedangkan menurut Poerwodarminta (2003:107) “peran
merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu peristiwa”. Berdasarkan pendapat Poerwadarminta maksud
dari tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu peristiwa tersebut merupakan perangkat tingkah laku yang
diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di
masyarakat. Berdasarkan definisi dan konsep di atas dapat disimpulkan
bahwa peran merupakan fungsi penyesuaian yang dimiliki oleh seseorang
11 b. Peran Dinas Pariwisata
Menurut Widjaja (2007:47) pemerintah negara pada hakikatnya
berfungsi untuk mengatur dan melayani. Fungsi pengaturan biasanya
dikaitkan dengan hakikat negara modern sebagai suatu negara hukum
(legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat negara sebagai suatu negara kesejahteraan (welfare state).Disini terlihat jelas bahwa peran pemerintah dipahami sebagai upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mengatur maupun mengelola masyarakat di dalam suatu
negara dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan menciptakan
kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Pasal 24 Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
Daerah mengatur mengenai Dinas yaitu:
1) Dinas Daerah melakukan unsur pelaksana otonomi daerah.
2) Dinas Daerah dpimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan
diberhentikan oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
3) Kepala Dinas daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui
sekretaris daerah.
Pitana (2009:123), mengemukakan pemerintah daerah memiliki peran
untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai :
1) Koordinator, dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah sebagai kordinator diperlukan agar usaha pariwisata terus
12 merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi
agar perkembangan pariwisata dapat berjalan dengan baik.
2) Fasilitator, sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran pemerintah adalah menyediakan segala fasilitas yang
mendukung segala program yang diadakan oleh Dinas Pariwisata
Adapun pada prakteknnya pemerintah bisa mengadakan kerja sama
dengan berbagai pihak, baik itu swasta maupun masyarakat.
3) Stimulator, peran Dinas Pariwisata sebagai stimulator adalah pemerintah dapat menciptakan strategi untuk membangun dan
mengembangkan obyek dan daya tarik wisata.
2. Objek Wisata
a. Pengertian Objek Wisata
Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri
pariwisatadan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan
(something to see). Di luar negri obyek wisata disebut tourist atraction
(atraksi wisata), sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan objek wisata
(Pitana, 2009:120)
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.24/1979 Objek wisata
adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta
sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk
13 b. Jenis-jenis wisata
Pada pengembangan pariwisata terdapat beberapa hal yang perlu
ditinjau sebagai potensi yang perlu dikembangkan pada tujuan daerah
wisata. Potensi ini berpengaruh dengan motivasi wisatawan yang akan
menarik untuk datang berkunjung ke lokasi objek wisata tersebut. Adapun
berbagai jenis pariwisata berdasarkan motif perjalanan wisata Pitana,
(2009:51) yaitu:
1) Wisata budaya, motifasinya untuk mengetahui dan mempelajari
kebudayaan tertentu.
2) Wisata perjalanan, umumnya berpergian menikmati keindahan alam.
3) Wisata kesehatan dan rekreasi, motifasinya mengunjungi lokasi untuk
bersantai dan menikmati serta menyegarkan wisatawan akankondisi
jasmani dan rohani.
4) Wisata olahraga, motifasinya untuk berolahraga seperti mendaki
gunung, berburu, atau ikut serta dalam kegiatan olahraga seperti
Olympiade.
5) Wisata komersil untu urusan dagang, motifasinya mengunjungi
pameranpameran atau pekan raya atau festival yang bersifat komersial
menyangkut kebutuhan atau profesi dari wisatawan tersebut.
6) Wisata maritim, motivasinya menyaksikan keindahan laut, pantai,
14 c. Tata kelola kepariwisataan yang baik
Keberadaan sektor pariwisata dalam suatu wilayah dapat memberikan
dampak positif maupun negative. Namun, pada dasarnya tergantung pada
manajemen dan tata pengelolaan kepariwisataan yang diperankan oleh
segenap pemangku kepentingan (stakeholders) baik dari unsur pemerintah-industrimasyarakat yang ada pada wilayah tersebut. Pencapaian tujuan dan
misi pembangunan kepariwisataan yang baik, berkelanjutan (sustainable tourism) dan berwawasan lingkungan hanya akan dapat terlaksana manakala dalam proses pencapaiannya dapat dilakukan melalui tata kelola
kepariwisataan yang baik (good tourism governance) (Yoeti, 2006:140). Wahab (2004:10), mengemukakan bahwa: prinsip dari penyelenggaraan tata
kelola kepariwisataan yang baik adalah adanya koordinasi dan sinkronisasi
program antar pemangku kepentingan yang ada serta pelibatan partisipasi
aktif yang sinergis (terpadu dan saling menguatkan) antara pihak pemerintah,
swasta/ industri pariwisata dan masyarakat setempat yang terkait.
Selanjutnya Wahab (2004:9), menjelaskan bahwa secara teoritis pola
manajemen dari penyelenggaraan pembangunan kepariwisataan yang
berlanjut dan berwawasan lingkungan sehingga terciptanya good tourism governance akan dapat dengan mudah dikenali melalui berbagai cirri penyelenggaraan yang berbasis pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
15 Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol
pembangunan kepariwisataan yang ada dengan ikut terlibat dalam
menentukan visi, misi dan tujuan pembangunan kepariwisataan,
mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dilindungi,
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan
daya tarik wisata. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam
mengimplementasikan rencana dan program yang telah disusun
sebelumnya (Wahab, 2004:10).
2) Keterlibatan Segenap Pemangku Kepentingan
Para pelaku dan pemangku kepentingan yang harus terlibat secara
aktif dan produktif dalam pembangunan kepariwisataan meliputi
kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Mayarakat) bidang
pariwisata, kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi industri
wisata, Asosiasi bisnis dan pihak-pihal lain yang berpengaruh dan
berkepentingan serta yang akan menerima manfaat dari kegiatan
kepariwisataan (Wahab, 2004:10).
3) Kemitraan Kepemilikan Lokal
Pembangunan kepariwisataan harus mampu memberikan
kesempatan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat
stempat. Usaha fasilitas penunjang kepariwisataan serta hotel, restoran,
cindera mata, transportasi wisata. Seharusnya dapat dikembangkan dan
dipelihara bersama masyarakat setempat melalui model kemitraan yang
16 4) Pemanfaatan Sumber Daya Secara Berlanjut
Pembangunan kepariwisataan harus dapat menggunakan sumber
daya yang dibutuhkan secara berlanjut, yang artinya
kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Dalam pelaksanaannya, program kegiatan pembangunan kepariwisataan harus
menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan
diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar
internasional yang sudah baku (Wahab, 2004:11).
5) Mengakomodasikan Aspirasi Masyarakat
Aspirasi dan tujuan masyarakat setempat hendaknya dapat
diakomodasikan dalam program kegiatan kepariwisataan, agar kondisi
yang harmonis antara: pengunjung/ wisatawan, pelaku usaha dan
masyarakat setempat dapat diwujudkan dengan baik. Misalnya kerja
sama dalam pengembangan atraksi wisata budaya atau cultural tourism partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen, sampai pada pemasaran (Wahab, 2004:11).
6) Daya Dukung Lingkungan
Daya dukung lingkungan dalam pembangunan kepariwisataan
yang harus dipertimbangkan dan dijadikan pertimbangan utama dalam
17 daya dukung fisik, biotik, sosial-ekonomi dan budaya.Pembangunan dan
pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas kapasitas
lokal dan daya dukung lingkungan yang ada (Wahab, 2004:11).
7) Monitor dan Evaluasi Program
Kegiatan monitor dan evaluasi dalam program pembangunan
kepariwisataan yang berlanjut mencakup mulai dari kegiatan
penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta
pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur
dampak pariwisata sampai dengan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
keseluruhan kegiatan (Wahab, 2004:11).
8) Akuntabilitas Lingkungan
Perencanaan program pembangunan kepariwisataan harus selalu
memberi perhatian yang besar pada kesempatan untuk mendapatkan
pekerjaan, peningkatan pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat
yang tercermin dengan jelas dalam kebijakan, program dan strategi
pembangunan kepariwisataan yang ada (Wahab, 2004:11).
9) Pelatihan Pada Masyarakat Terkait
Pembangunan kepariwisataan secara berlanjut selalu membutuhkan
pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk
membekali pengetahuan dan keterampilan masyarakat dan
18 10) Promosi dan Advokasi Nilai Budaya Kelokalan
Pembangunan kepariwisataan secara berlanjut juga membutuhkan
program-program promosi dan advokasi penggunaan lahan dan kegiatan
yang memperkuat karakter lansekap (sense of place) dan identitas budaya masyarakat setempat secara baik.Kegiatan-kegiatan dan
penggunaan lahan tersebut seharusnya bertujuan untuk mewujudkan
pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi
pengunjung atau wisatawan (Wahab, 2004:11).
3. Pengembangan Obyek Wisata
Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2003)
pengembangan merupakan perbuatan (hal, cara, usaha) mengembangkan.
Suwantoro (2004:112), mengemukakan Pengembangan pariwisata pada
dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan
pada :
1) Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas
budaya dan tradisi lokal.
2) Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus
mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal.
3) Berorintasi pada pengembangan wirausaha skala kecil dan menengah
dengan daya serap tenaga kerja besar dan berpotensi pada teknologi
19 4) Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang
tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
Yoeti (2006:143) menjelaskan tentang pengertian pengembangan
pariwisata dengan membagi menjadi 2 kelompok yaitu pengembangan produk
baru dan pengembangan atraksi wisata.
1) Pengembangan produk baru
Pengembangan suatu produk pada dasarnya adalah usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana untuk memperbaiki produk
yang sedang berjalan atau menambah jenis produk yang dihasilkan
ataupun yang akan dipasarkan. Pengembangan produk baru meliputi
perbaikan pelayanan (service) semenjak seorang wisatawan
meninggalkan tempat kediamannya sampai ke tempat atau obyek
yang dituju sampai kembali ke tempat asalnya
2) Pengembangan atraksi wisata
Atraksi wisata adalah peristiwa atau kejadian yang berlangsung
secara periodik, baik yang bersifat tradisional maupun dilembagakan
dalam kehidupan masyarakat modern, mempunyai daya tarik tertentu
sehingga merangsang wisatawan untuk menyaksikan atau
menghadirinya.Pengembangan atraksi wisata berarti menggali dan
memajukan sesuatu yang dapat disaksikan oleh wisatawan sehingga
mereka berminat untuk mengadakan kunjungan ke suatu daerah
tujuan wisata. Atraksi wisata tersebut antara lain : upacara selamatan,
20 3) Usaha Pengembangan Pariwisata
Pengembangan kepariwisataan membawa banyak manfaat dan
keuntungan. Oleh karena itu pembangunan kepariwisataan diarahkan
pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu
mengalahkan kegiatan ekonomi termasuk kegiatan sektor lain yang
terkait. Sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan
daerah dan pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat
melalui usaha pangembangan dan pandayagunaan berbagai potensi
kepariwisataan.
4. Fungsi dinas pariwisata
Fungsi Dinas Pariwisata menurut Dinas Pariwisata Natuna (2015) adalah :
1) Pengelolaan kegiatan kesekretariatan, meliputi perencanaan dan evaluasi
keuangan, umum dan kepegawaian.
2) Penyusunan program di bidang pariwisata.
3) perumusan kebijakan teknis, fasilitasi, koordinasi serta pembinaan teknis
di bidang pariwisata.
4) Perumusan kebijakan teknis, fasilitasi, koordinasi serta pembinaan teknis
di bidang destinasi dan pemasaran pariwisata.
5) Penyelenggaraan dan pengendalian di bidang pariwisata.
6) Pelaksanaan tugas lain yang diserahkan oleh bupati sesuai dengan bidang
21 F. Difinisi Konseptual
Definisi Konsepsional adalah tahapan memberi batasan pengertian suatu
istilah yang diperlukan dalam penelitian. Berdasarkan berbagai kutipan
teori-teori yang ada kemudian penulis mencoba menyimpulkan bahwa :
a. Peran Dinas Pariwisata dalam mengembangakan potensi wisata adalah
melakukan tugas pemerintah dengan mengelola obyek wisat dan kebudayaan
yang ada di suatu daerah. Secara spesifik adalah memberdayakan masyarakat
untuk bersama mengembangkan pariwisata yang ada di daerah. Dengan
berperan sebagai, koordinator, Fasilitator, dan Stimulator
b. Tatakelola pariwisata yang baik adalah adanya koordinasi dan sinkronisasi
program antar pemangku kepentingan yang ada serta pelibatan partisipasi
aktif yang sinergis (terpadu dan saling menguatkan) antara pihak pemerintah,
swasta/ industri pariwisata dan masyarakat setempat yang terkait
c. Pengembangan adalah perbuatan (hal, cara, usaha) mengembangkan,
memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang
tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin Objek
wisata adalah adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni
budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya
22 G. Difinisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi
operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya
mengukur suatu variabel.
a. Peran Dinas Pariwisata 1) Koordinator :
a. Pengelolaan kegiatan pariwisata
b. Melaksanakan koordinasi dengan berbagai instansi
2) Fasilitator :
a. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan
b. Menciptakan strategi promosi wisata.
3) Stimulator :
a. Memberikan pelatihan kepada masyarakat
b. Memberikan kemudahan bagi investor
b. Tata kelola kepariwisataan yang baik 1)Partisipasi masyarakat terkait
2)Keterlibatan segenap pemangku kepentingan
3)Kemitraan kepemilikan lokal
4)Pemanfaatan sumber daya secara berlanjut
5)Mengakomodasikan aspirasi masyarakat
23 7)Monitor dan evaluasi program
8)Pelatihan kepada masyarakat tekait
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
deskriptif Kualitatif. Artinya, data yang dikumpulkan bukan berupa data angka, melainkan data yang berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, dokumen pribadi, catatan atau memo peneliti dan dokumen
resmi lain yang mendukung. Tujuan menggunakan pendekatan kualitatif adalah agar peneliti dapat menggambarkan realita empiris di balik
fenomena yang terjadi terkait dengan peran Dinas Pariwisata Kabupaten
Natuna dalam mengembangkan potensi pariwisata di daerahnya secara
mendalam, rinci dan tuntas.
Dalam penelitian ini peneliti mencocokkan antara realita empiris
dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode
deskriptif.Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong (2011:11) yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan,
manusia, kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”. Dalam penelitian ini
24 Pariwisata Kabupaten Natuna serta kondisi alamiah di beberapa obyek
wisata yang dapat mendukung peneliti dalam mendapatkan data yang
valid.Teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data
bersifat deduktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi. Pertimbangan peneliti menggunakan penelitian
kualitatif ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Moleong (2011:138)
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden
c. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Disini
peneliti mencari fakta tentang bagaimana peran Dinas Pariwisata dalam
pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Natuna dengan intepretasi
yang tepat, serta akan mempelajari masalah yang terjadi di lapangan, termasuk
didalamnya adalah kegiatan, pandangan, sikap, serta proses yang berlangsung
25 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna,
selain itu penelitian ini juga akan dilakukan di beberapa obyek wisata yang
terletak di Kabupaten Natuna untuk kepentingan observasi lanjutan.
Sedangkan pengambilan data penelitian mulai dilakukan pada bulan
November 2016 s/d selesai pada periode tahun 2015.
3. Unit Analisa Penelitian
1. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna
2. Kabid Destinasi Wisata
3. Wisatawan
4. Pemilik hotel dan restoran
5. Pedagang di objek wisata
6. Masyarakat yang dinggal di sekitar obyek wisata
4. Sumber dan Jenis Data
a. Data Primer
Dalam penelitian ini subjek penelitian dipilih berdasarkan teknik
purposive sampling dengan berusaha memasukkan ciri-ciri tertentu terhadap responden menurut kehendak peneliti sebanyak 6 orang,
untuk wawancara dengan dengan wisatawan dan masyarakat yang
tinggal di sekitar objek wisata diambil secara random. Tujuan
26 tentang bagaimana peranan Pariwisata dalam rangka mengelola
potensi pariwisata di Kabupaten Natuna
b. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
yang di dapat dari arsip Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna meliputi
profil organisasi, program kerja, tugas dan fungsi.
5. Tekhnik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan sambil direkam sehingga data yang
diperoleh dapat dikonfirmasi kembali. Wawancara dilakukan kepada
6 narasumber yaitu Kepala Dinas Pariwisata, Kabid Destinasi Wisata
dan Wisatawan, pemilik hotel dan restoran, pedagang yang berjualan
di objek wisata serta masyarakat yang tinggal di obyek wisata.
b. Dokumentasi.
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan beberapa dokumen
resmi, berupa arsip terkait dengan peran Dinas Pariwisata dalam
pengembangan potensi pariwisata, seperti data sarana prasarana, data
jumlah pengunjung, rencana strategis Dinas, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, sebagai dokumentasi pribadi, peneliti memiliki foto-foto
tentang keadaan obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Natuna
c. Observasi
Awal observasi peneliti melihat kondisi sarana prasarana serta
27 Pariwisata Pemuda dan Olahraga, dan selanjutnya peneliti mengamati
ketersediaan sarana prasarana di beberapa objek wisata di Kabupaten
Natuna.
6. Teknik Analisis Data
Langkah –langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis data :
a. Reduksi Data
Setelah peneliti mendapatkan data berupa catatan lapangan,
yang beupa hasil wawancara lalu peneliti memilah hal-hal yang pokok
yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman
catatan-catatan lapangan itu kemudian peneliti susun secara sistematis
sehingga memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah
pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.
b. Kategorisasi
Peneliti memilah–milah setiap sesuatu dalam bagian–bagian
yang memiliki kesamaan. Dalam setiap kategori diberi nama yang
disebut label. Hal ini digunakan agar memudahkan dalam proses
analisis dan agar tidak tertukar dengan yang lain.
c. Sintesisasi
Setelah peneliti melakukan kategorisasi data, lalu peneliti akan
mensintesiskan antara satu kategori data yang didapatkan dengan yang
28 d. Menyusun “ Hipotesis Kerja”
Hal ini dilakukan dengan jalan mermuskan suatu pertanyaan
yang proporsional.Hipotesis kerja ini sudah merupakan teori yang
29 BAB II
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Natuna
1. Geografis dan Topografi
a. Geografis
Kabupaten Natuna merupakan salah satu kabupaten termuda di Indonesia
yang lahir di era reformasi dan otonomi daerah. Kabupaten ini merupakan
hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Riau yang secara resmi
terbentuk dengan dasar Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999, pusat ibu
kotanya Ranai yang terletak di Pulau Bunguran besar, sebagai ibu kota
kabupaten. Posisi Natuna terletak paling utara Indonesia.Kabupaten Natuna
terletak di Laut Cina Selatan dengan posisi yang sangat strategis baik dari
segi bisnis maupun pertahanan dan keamanan karena terletak pada jalur
pelayaran internasional. Secara geografis Kabupaten Natuna yang terletak
pada posisi 1°16' - 7°19' LU dan 105°00' - 110°00' BT. Menurut
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008, Kabupaten Natuna memiliki luas
264.198,37 km² dimana sebagian besar terdiri dari perairab yakni seluas
262.197,07 km² dan sisanya daratan yang berbentuk kepulauan seluas
2.001,3 km². Berikut nama dan panjang daerah aliran sungai (DAS) per
kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Natuna menurut data yang
tersedia di Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air Kabupaten
30 Kabupaten Natuna memiliki 154 pulau, dengan 27 pulau (17,53 %) yang
berpenghuni dan 127 pulau tidak berpenghuni (82,47%). Dua pulau terbesar
diantaranya adalah Pulau Bunguran, dan Pulau Serasan. Secara administratif
Kabupaten Natuna terdiri dari 12 kecamatan yaitu Kecamatan Midai,
Bunguran Barat, Bunguran Utara, Pulau Laut, Pulau Tiga, Bunguran Timur,
Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Bunguran Selatan, Serasan, Subi
dan Serasan Timur. Daerah yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Natuna adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Negara Vietnam dan Kamboja
b. Sebelah Timur : Malaysia Bagian Timur (Sarawak) dan Kalimantan
Barat
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bintan
d. Sebelah Barat : Semenanjung Malaysia dan Kabupaten Kepulauan
31 Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Natuna
b. Topografi
Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna terdiri dari tanah
berbukit dan gunung batu.Daratan rendah dan landai pada umumnya terdapat
di pinggiran pantai.Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna
merupakan tanah berbukit dan bergunung batu. Hampir 10% dari wilayah
Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat merupakan daratan rendah
dan landai terutama di pinggiran pantai, 65% berombak dan 25% berbukit
sampai bergunung. Ketinggian wilayah antar kecamatan cukup beragam,
yaitu berkisar antara 3-959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan
antara 2-5 meter. Pada umumnya struktur tanah dari tanah podsolik merah
kuning dari bantuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan
alluvial serta tanah organosol dan gley humus. Wilayah Kecamatan Serasan
sebagian besar terdiri perbukitan dan gunung batu dengan keberadaan tanah
32 batu yaitu Gunung Kute, Gunung Punjan, Gunung Payak, dan Gunung
Pelawan Condong.
Gambar 2.2 Peta Topografi Kabupaten Natuna
2. Demografi
Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan merupakan aspek
utama yang mempunyai peran penting dalam pembangunan.Oleh karena itu
peran serta penduduk dalam pembangunan wilayah mempunyai ikatan yang
cukup kuat sesuai dengan tempat tinggalnya. Masalah penduduk di
Kabupaten Natuna sama halnya seperti daerah lain di Indonesia. Untuk
mencapai manusia yang berkualitas dengan jumlah penduduk yang tidak
terkendali akan sulit tercapai. Program kedudukan yang meliputi
pengendalian kelahiran, menurunkan tingkat kematian bagi bayi dan anak,
perpanjangan usia dan harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang
33 harus ditingkatkan. Pada tahun 2012 penduduk di Kabupaten Natuna
sejumlah 76.305 jiwa, jumlah penduduk di Kabupaten Natuna terdiri dari
jenis kelamin laki-laki 39.524 jiwa dan dari jenis kelamin perempuan 36.781
jiwa tersebar di 12 kecamatan dan 70 desa dan 6 kelurahan di Kabupaten
Natuna. Secara keseluruhan, kepadatan penduduk Kabupaten Natuna tahun
2010 sebesar 38,13 jiwa per Km². Ini artinya dalam wilayah seluas 1 Km²
terdapat penduduk sekitar 38 jiwa. Untuk tahun 2013, total jumlah penduduk
Kabupaten Natuna sejumlah 72.519 jiwa.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna
34 a. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Natuna dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Keadaan Penduduk Natuna Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Laki-laki 37.891 50,54964
2 Perempuan 37.067 49,45036
Total 74.958 100%
Sumber: Bps Kabupaten Natuna Tahun 2015
Berdasarkan tabel 2.2 di atas dapat diketauhi bahwa jumlah penduduk baik
laki-laki maupun perempuan tidak jauh berbeda namun lebih banyak
penduduk laki-laki yaitu berjumlah 50,5 %. Hat tersebut berarti jumlah
kelahiran bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.
b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur
Keadaan penduduk berdasarkan tingkat umur dikelompokan untuk
mengetahu umur produktif di sebuah wilayah, keadaan penduduk di
Kabupaten Natuna tercantum dalam tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Keadaan Penduduk Natuna Berdasarkan Umur No Umur (Tahun) Frekuensi (F) Persentase (%)
1 0-14 tahun 18744,5 25,00667
2 15-64 tahun 37479 50
3 >65 tahun 18734,5 24,99333
Total 74.958 100%
Sumber: Bps Kabupaten Natuna Tahun 2015
Berdasarkan tabel 2,3 dapat diketahui bahwa Kabupaten Natuna memiliki
usia produktif yang lebih tinggi yaitu 50% dari jumlah penduduk di
Kabupaten Natuna berada pada usia produktif.
c. Keadaan Penduduk Berdasarkan Ketenagakerjaan
Berikut ini adalah keadaan penduduk Kabupaten Natuna berdasarkan
35 Tabel 2.4 Keadaan Penduduk Natuna
Berdasarkan Ketenagakerjaan
No Ketenagakerjaan Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Angkatan Kerja 49832,08 66,48
2 Bukan angkatan kerja 25.126 33,52
Total 74.958 100%
Sumber: Bps Kabupaten Natuna Tahun 2015
Berdsarkan tabel 2.4 di atas dapat diketahui bahwa penduduk natuna
sebagian besar bekerja dengan persentase 66% hat tersebut didukung oleh
umur penduduk Kabupaten Natuna yang produktif.
d. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap penyerapan teknologi dan
pengetahuan yang diterima oleh masyarakan yang tentunya akan berdapak
pada perilaku masyarakat. Keadaap penduduk Kabupaten Natuna tercantum
dalam tabel 2.5 berikut :
Tabel 2.5 Keadaan Penduduk Natuna BerdasarkanTingkat pendidikan
Sumber: Bps Kabupaten Natuna Tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata penduduk
Kabupaten Natuna telah menyelesaikan pendidikan wajib 9 tahun dengan
mayoritas warga memiliki latar belakang pendidikan yaitu lulusan SMA
36 B. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna
1. Visi dan Misi Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna
Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2007 Tentang pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Natuna menyatakan bahwa Dinas
Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi di
bidang kepariwisatan dan kebudayaan. Sesuai dengan kedudukan, tugas dan
fungsinya Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna menetapkan visi yaitu
:“ TERWUJUDNYA NATUNA SEBAGAI KAWASAN
PENGEMBANGAN BUDAYA BANGSA“
untuk mewujudkan Visi tersebut, Dinas pariwisata Kabupaten Natuna
menetapkan beberapa Misi diantaranya :
a. Melestarikan Nilai serta Mengembangkan Keragaman dan Kekayaan
budaya Bangsa dengan tetap menjadikan Budaya Melayu sebagai
Payung Negeri
b. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia serta Pengelolaan Sarana
dan Prasarana Kepariwisataan
c. Mengembangkan Industri Pariwisata yang berdaya saing, Destinasi yang
37 2. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna
Tugas dan fungsi masing-masing jabatan adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas Pariwisata
Bertugas melaksanakan ketentuan dan pengambilan keputusan Pengelolaan
kegiatan kesekretariatan, meliputi perencanaan dan evaluasi keuangan,
umum dan kepegawaian. Penyusunan program di bidang
38 teknis di bidang pariwisata. Perumusan kebijakan teknis, fasilitasi,
koordinasi serta pembinaan teknis di bidang destinasi dan pemasaran
pariwisata.Penyelenggaraan dan pengendalian di bidang pariwisata.
Pelaksanaan tugas lain yang diserahkan oleh bupati sesuai dengan bidang
tugasnya.
2. Seketariat
Sekretariat mempunyai: tugas melaksanakan urusan surat menyurat,
perleng-kapan, urusan keuangan, kepegawaian, urusan rumah tangga,
penyusunan peren-canaan, mengumpulkan, mensistiminasikan dan
mengumpulkan program serta evaluasi.
3. Bidang Seni Pertunjukan dan Dokumentasi Kepariwisataan.
Bidang Seni Pertunjukan dan Dokumentasi Kepariwisataan mempunyai
tugas melaksanakan perumusan teknis, fasilitasi, koordinasi serta pembinaan
dan pen-gembangan di Bidang Seni Pertunjukan dan Dokumentasi
Kepariwisataan.
4. Bidang Destinasi Pariwisata
Bidang Destinasi Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan tugas Dinas
Pariwisata dalam mengembangkan sarana prasarana pariwisata dan objek
dan daya tarik pariwisata buatan.
5. Bidang Pemasaran Pariwisata
Bidang Pemasaran Pariwisata membantu kepala dinas dalam pemasaran
pari-wisata khususnya promosi pariwisata, kerjasama regional dan
39 C. Potensi Wisata di Kabupaten Natuna
1. Wisata Alam
a. Pantai Setai
Pantai Setai berada dalam kawasan Kecamatan Pulau Tiga dan
bersebelahan dengan Pulau Setanau. Pulau ini memiliki bibir pantai
berkisar 5 meter saja namun anda akan disajikan beraneka biota laut
seperti karang dan ikan yang seliweran di pinggir pantainya.
Pulau ini juga menjadi destinasi favorit para wisatwan kapal Pesiar
Natgeo Orion, dimana para wisatawan sangat suka melakukan aktivitas
snorkeling dan diving. Pulau yang luasnya 2x lebih besar dari Pulau
setanau ini menyimpan keeksotisan alam bawah lautnya, jika beruntung
dapat menyaksikan sekelompok ikan dalam jumlah besar lewat di depan
mata padaa saat snorkeling maupun diving.
40 b. Pantai Cemaga
Pantai ini terletak di kecamatan Bunguran Selatan melintasi 3 desa
mulai dari desa cemaga selatan,cemaga kota hingga cemaga tengah.
Bentangannya mencapai radius 5 Km. dari bibir pantai hingga tepian
batas air laut ketika pasang mencapai 10-15 meter. Selain cantik,
kealamiannya juga masih terjaga.Airnya yang jernih dengan serta merta
mengajak kita untuk menceburkan diri dan bermalas-malasan di
dalamnya.
Nyiur melambai, airnya yang jernih, dan bongkahan batu besar
yang bertebaran di sepanjang tepi pantai adalah hal menakjubkan yang
tidak akan selesai diperbincangkan dalam semalam. Bentuknya pun
sangat beragam, ada yang bulat, lonjong, hingga menyerupai gunung,
atap rumah bahkan lambung kapal. Titik sebarannya mencapai empat
kawasan dengan sebutan yang berbeda-beda.Sisi teluk yang berada di
wilayah sebintang dinamai penduduk setempat dengan Batu kaun.Lalu
berturut-turut disebut Batu Madu, Batu setapung hingga Batu
kasah.Yang terakhir disebut dianggap sebagai kawasan bongkahan batu
yang terluas dan memiliki pemandangan yang paling spektakuler dan
bahkanada beberapa bongkahan batu yang terlohat seperti mengapung di
atas permukaan air.
Pantai Cemaga ini dikenal sebgai salah satu surga bagi para
pemancing-mania, dimana-mana lokasi bisa dijadikan area untuk
41 Gambar 2.4 pantai Cemaga Kabupaten Natuna
c. Pantai Batu Catur
Zaman dulu kala, penduduk Negeri Serasan dan Negeri Tanjung
Datok sepakat membuat jembatan batu yang menghubungkan dua
negeri tersebut. Tujuannya, mempermudah lalu lintas
menuju kedua negeri tersebut. Inisiatif membangun jembatan itu muncul
karena Puteri Langsai dari Negeri Serasanakan menikah dengan Putera
Mahkota dari Kerajaan Tanjung Datok.Sebab Negeri Serasan dengan
Negeri Tanjung Datok terpisah laut yang tidak begitu luas, dikenal
dengan selat.
Negeri Tanjung Datok, proses pembangunan jembatan tersebut sudah
dimulai mengarah ke Negeri Serasan. Demikian juga dengan penduduk
42 Negeri Tanjung Datok. Sebelum jembatan rampung dikerjakan oleh
kedua penduduk negeri itu, keburu air laut mengalami pasang.Saat itu,
hulu balang bertugas mengawasi proyek tersebut. Bukannya
memberikan pengawasan atau pun arahan kepada rakyatnya, melainkan
mereka menyibukkan diri dengan bermain catur.Sehingga proyek
raksasa kedua negeri itu tidak bisa terselesaikan.Menerima kenyataan
proyek pembangunan jembatan itu tidak selesai, maka raja pun menjadi
murka. Raja memarahi hulubalangnnya sambil menghamburkan dan
menendang-nendang catur tersebut hingga berantakan.Imbas dari
kemurkaan Sang Raja, meninggalkan bekas hingga saat ini. Yakni
bebatuan yang menyerupai batu catur dan lengkap dengan papan catur
bermotif kotak-kotak.Batu tersebut pada akhirnya oleh masayarakat
43 Gambar 2.5 Pantai Batu Catur Kabupaten Natuna
d. Air Terjun Gunung Hiu
Lokasi wisata air terjun di Gunung Air Hiu terletak di Desa Ceruk,
lokasinya juga dekat dengan bjek Wisata Pantai Teluk Selahang atau
lebih dikenal sebagai Pantai tanjung.Lokasi yang diresmikan tahun 2012
oleh Bupati Natuna ini awalnya hanya sebuah ladang durian, cengkeh
dan kelapa.
Di sekitar air terjun ini terdapat sejumlah kolam buatan yang isinya
terdiri dari berbagai macam jenis ikan air tawar yang sengaja
dipelihara.Seperti ikan mas, ikan koi dan lain-lain. Di saat santai
pengunjung bisa memberi makan ikan tersebut dengan pakan yang telah
disediakan oleh penjaga di sana. salah satu keistimewaan air terjun ini,
44 terdapat sejumlah fasilitas permainan anak-anak yang dapat digunakan
gratis. Juga terdapat area permainan outbond di bagian luarnya,dan pada
musim Durian tempat ini akan dibanjiri oleh buah berduri yang nikmat
tersebut, dengan harga dan ukuran yang bervariasi.
Menurut cerita masyarakat ada legenda tentang air terjun di
Gunung Hiu yang terletak di Desa Ceruk Kecamatan Bunguran Timur
Laut Kabupaten Natuna.Ceritanya, pada suatu masa air laut naik ke
daratan sampai mencapai dataran sekitar Gunung Ranai.Dan, pada saat
itu ada ikan hiu yang terikut arus.Sehingga ketika air surut ikan hiu
tersebut terjebak pada cekungan air yang ada di dataran Gunung
Ranai.Cekungan air tersebut secara alami lama-lama membentuk saluran
ke bawah yang menyerupai air terjun. Sejak itu masyarakat sekitar Desa
Ceruk menyebut daerah ini dengan sebutan Air Terjun Gunung Hiu
45 2. Wisata Budaya
a. Mendu Natuna
Kesenian Mendu yang berasal dari Provinsi Kepri tepatnya
Kabupaten Natuna yakni wilayah Bunguran telah ditetapkan sebagai
warisan budaya Indonesia yang tak berupa benda.Direktur Jenderal
Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan saat
ini ada sebanyak 2.632 warisan budaya tidak benda yang terdaftar.
Selanjutnya mulai tahun ini dibentuk tim untuk melihat kembali 2632
warisan budaya satu per satu untuk ditetapkan.
Kesenian Mendu menceritakan tentang Kerajaan Langkadura pada
zaman dahulu. Singkatnya pada suatu hari putri raja ingin bermain-main
kesuatu tempat, namun sang ayah(raja) keberatan mengizinkan
permintaannya itu, namun si anak tetap memaksa, hingga ayah
mengabulkan permintaan anaknya itu. Putripun pergi yang didampingi
oleh dayang-dayang kerajaan, ketika sedang bermain, tiba-tiba putri
berubah menjadi seekor gajah putih, ternyata ada seorang pria yang suka
pada putrid ini, dan meminta kepada jin beruk (seperti monyet) merubah
wujud sang putrid,dayang-dayangpun kaget melihat hal itu. Tidak lama
kemudian datanglah dua orang pemuda lewat, dan kedua orang itu
melihat gajah putih itu. Pemuda ini bernama Dewa Mendu (sekedar
nama dewa,tapi bukan dewa), pemuda ini berhasil mengembalikan
wujud asal putri ini. Setelah itu putri pun pulang dan membawa kedua
46 dengan ayahnya, dan ayahnya bertrimakasih pemuda itu, dan akhirnya
Dewa Mendu menikah dengan putrinya itu.
Gambar 2.7 Mendu Natuna
b. Tari Ayam Sudur
Kesenian ini sering dilakukan masyarakat dalam pesta pernikahan
adat.Ayam sudur sering dimainkan oleh masyarakat Kecamatan
Bunguran Timur Laut.Tapi kesenian ini sangat monoton gerakannya.
47 c. Kompang/Qasidah Natuna
Kompang merupakan kesenian yang bernuansa islam. Biasanya
digunakan untuk menyambut atau mengiringi kedatangan para tamu
besar dan juga sering dimainkan untuk acara pernikahan. Personilnya
terdiri atas wanita saja
Gambar 2.9 Kompang/ Qasidah Natuna
d. Kesenian Alu
Dahulu pada saat musim panen dan menuai padi, datanglah saat-saat
yang ditunggu da amat menyenangkan.Sebagian dari hasil panennya
disimpan dilumbung dan sebagiannya diolah secara tradisional pula
dengan menggunakan satu buah lesung besar dengan beberapa "anak
Alu".Selain itu merayaka pesta panen masyarakat juga membuat
emping.Sambil membuat emping dengan menggunakan anak alu yang
terdiri dari berbagai macam ukuran hingga menimbulkan nada-nada
yang khas dan memberikan nada yang indah tersendiri.Dari
48 suara penumbuk alu, melainkan suara yang timbuk dari hentakan alu dan
lesung tersebut. Kesenian Alu sering dibawakan oleh tim kesenian dari
Kecamatan Bunguran Timur laut.
Gambar 2.10 Kesenian Alu
3. Wisata Kuliner
a. Kernas
Kernas adalah makanan khas asal Natuna sejenis kue yang terbuat
dari campuran ikan dan sagu. Dua jenis bahan baku ini dikaloborasi
menjadi kuliner yang enak dan gurih. Rasanya tentu tidak terlepas dari
rasa ikan segar asli Natuna. Bentuknya berkeping-keping dan terdapat
buliran sagu butir dipermukaan maupun didalamnya.Makanan ini sangat
mudah didapatkan, jika anda sudah berada di Pulau Natuna.Kernas
biasanya di jual di pinggir - pinggir jalan dan di lokas-lokasi wisata yang
ada di Kabupaten Natuna.Biasanya pada hari libur seperti hari minggu
49 jalan.Terutama jalan yang menuju kelokasi wisata seperti mau ke pantai
Cemaga.Setiap hari minggu banayak sekali masyarakat natuna
berkunjung ketempat wisata ini, hanya untuk menikmati kernas bersama
keluarga dan menikmati keindahan Alam Natuna.
Gambar 2.11 Makanan Karnas
b. Lempar
Makanan ini sudah dikenal oleh seluruh penduduk yang ada di 12
Kecamatan di Kabupaten Natuna.Karena rasanya yang enak, sampai
sekarang masih tetap menjadi kue yang paling diminati oleh anak-anak
maupun orang dewasa.Di warung kopi juga banyak tersedia jenis
makanan ini.Lempar Natuna terdiri atas 2 macam, yakni terbuat dari
parutan ubi kayu dan beras ketan/pulut, namun bagian dalamnya
sama-sama berisi abon ikan pedas.Kuliner Natuna memang identik dengan
campuranikan, ini dikarenakan laut Natuna dikarunia oleh Allah SWT
hasil laut yang melimpah.Bagian luar dari lempar ini dibungkusi dengan
50 sehingga tidak heran ketika anda membuka bungkusan daun pisang
terlihat bagian luar dari parutan ubi kayu agak hangus, namun rasanya
tetap gurih.Sebaiknya, lempar lebih enak dicicipi ketika masih panas.
Jika anda ke Natuana jangan lupa untuk mencicipi makanan khas
Natuna yang satu ini, karena anada akan hanya menemukannya di
Natuna.