• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALAMAN PASIEN SPINAL CORD INJURY DALAM PENGGUNAAN INTERMITTENT CATHETER DI RSO Prof. Dr. R SOEHARSO SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGALAMAN PASIEN SPINAL CORD INJURY DALAM PENGGUNAAN INTERMITTENT CATHETER DI RSO Prof. Dr. R SOEHARSO SURAKARTA"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

i TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

DEWI SURYANDARI 20141050045

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(2)

i TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

DEWI SURYANDARI 20141050045

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(3)

ii

PENGALAMAN PASIEN SPINAL CORD INJURY DALAM PENGGUNAAN INTERMITTENT CATETHER

DI RSO Prof. Dr. R SOEHARSO SURAKARTA

Telah diseminarkan dan diujikan pada: 5 November 2016

Oleh:

DEWI SURYANDARI NIM 20141050045

Penguji

Dr.dr. Arlina Dewi, M.Kes.,AAK (………..)

Azizah Khoiriyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep (………..)

Novita Kurnia Sari, S.Kep., Ns., M.Kep (………..)

Mengetahui

Ketua Program Studi Keperawatan Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

iii Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Dewi Suryandari

NIM : 20141050045

Judul Tesis: Pengalaman pasien Spinal Cord Injury dalam Penggunaan Intermittent Catheter di RSO Prof Dr R Soeharso

Surakarta.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Tesis ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

2. Semua sumber yang saya cantumkan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Program Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

(5)

iv

Assalamu’alaikum wr.wb

Puja dan Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Pengalaman pasien spinal cord injury dalam penggunaan intermittent catether di RSO Prof. DR. R Soeharso Surakarta”. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada :

1. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns.,MAN.,Ph.D selaku Ketua Program Studi Megister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Dr. dr. Arlina Dewi, M.Kes., AAK, selaku pembimbing I yang telah

meluangkan untuk membimbing dan mengarahkan sampai tersusunnya tesis.

(6)

v tesis.

6. Direktur, kepala bidang keperawatan, kepala bidang diklat beserta seluruh staff RSO Prof Dr R Soeharso Surakarta yang telah memberikan ijin dan membantu pelaksanaan penelitian.

7. Teman-teman Program Studi Magister Keperawatan angkatan ke-5 yang telah memberikan dukungan dan semangatnya dalam penyusunan tesis ini.

8. Almarhum Ayahandaku tercinta dan ibu, yang selalu memberikan pelajaran kehidupan dan menanamkan kebaikan serta pentingnya suatu ilmu dan pendidikan.

9. Suami tercinta dan anak-anakku tersayang serta keluarga besarku dan suamiku yang senantiasa memberikan semangat dan doa sehingga tesis ini dapat selesai.

10. Dwi ariadni, M.Kep yang telah memberikan arahan tentang suatu ilmu yang benar-benar bermanfaat.

(7)

vi

Wassalamu’alaikum.wr. wb.

Yogyakarta, November 2016 Penulis,

(8)

vii

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PENGESAHAN………. ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS………. iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR SINGKATAN……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

ABSTRAK………. xiii

ABSTRACT……….. xv

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODE PENELITIAN A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Tujuan Penelitian ………. 4

D. Manfaat Penelitian ………... 5

E. Penelitian Terkait……….. 6

A. Landasan Teori 1.Spinal Cord Injury………. 2.Kemandirian ………. 3.Keterampilan ………. 10 21 25 B. Kerangka Teori ……… 29

C. Pertanyaan Penelitian ……….. 30

A. Desain Penelitian ………. 31

B. Informan ………. 32

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 33

(9)

viii BAB

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

G. Jalannya Penelitian ……….. 40

H. Pengolahan dan Metode Analisis Data ……… 43

I. Etika Penelitian ……… 45

A. Hasil Penelitian 1.Gambaran Lokasi Penelitian………. 2.Karakteristik Informan ………. 3.Hasil Analisa Data Kualitatif ……… 47 49 53 B. Pembahasan ………. 74

C. Keterbatasan Penelitian ……….. 89

A. Kesimpulan ………. 90

(10)

ix

Gambar 2.1 Tulang Belakang Manusia 11

Gambar 2.2 Sistem Perkemihan 13

Gambar 2.3 Kerangka Teori 29

Gambar 3.1 Alur Penelitian 43

Gambar 4.1 Gangguan persyarafan yang dialami setelah mengalami SCI

56 Gambar 4.2 Harapan tentang kesembuhan dari

penyakitnya serta kendala yang dialami pasien terhadap penyakitnya

59

Gambar 4.3 Ketidaknyamanan dan kecemasan yang dirasakan oleh pasien terhadap SCI

61 Gambar 4.4 Pengetahuan pasien tentang IC dan Prosedur

Pemasangan IC

64 Gambar 4.5 Pentingnya Dukungan Keluarga dan Tenaga

Kesehatan

68 Gambar 4.6 Komponen Penyuluhan dalam Penggunaan

IC pada pasien SCI

70 Gambar 4.7 Perilaku pasien dengan SCI terhadap

penggunaan IC

(11)

x

(12)

xi AIS ASIA Impairment Scale BI Barthel Indeks

CIC Clean Intermittent Catheter Fr Frankle

IC Intermittent Catheter

ICP Intermittent Catheter Program ISC Intermittent Self-Catheter ISK Infeksi Saluran Kemih

SCDNT Self Care Defisit Nursing Theory SCI Spinal Cord Injury

SFN Society for Neuroscience SIC Sterile Intermittent Catheter USG Ultrasonography

(13)

xii

Lampiran I Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran II Persetujuan menjadi Responden

Lampiran III Profil Responden

Lampiran IV Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran V Surat Ijin Penelitian

Lampiran VI Daftar Hadir tim TPEK RS Lampiran VII Formulir Tanggapan Tim TPEK Lampiran VIII Surat Keterangan Hasil Uji Etik

(14)

xiii

Dewi suryandari1, Arlina Dewi2, Azizah Khoiriyati2

Mahasiswa Magister Universitas Muhammadiyah Surakarta1, Dosen PascaSarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta2

Abstrak

Latar belakang : Kasus Spinal Cord Injury (SCI) yang terjadi di Amerika Serikat paling banyak terjadi karena kasus kecelakaan bermotor. Konsekuensi yang berkaitan yaitu cedera, termasuk hilangnya fungsi motorik, perubahan hormonal, perubahan sirkulasi darah, gangguan kandung kemih, fungsi usus, fungsi seksual, nyeri, gangguan tidur, kecemasan dan depresi. Pada pasien SCI, manajemen kandung kemih menjadi hal yang penting dimana intermittent catheter (IC) merupakan salah satu prosedur yang digunakan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengalaman pasien SCI dalam penggunaan IC.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dalam penelitian ini adalah pasien dengan SCI di RSO Prof. Dr. R Soeharso Surakarta yang dilakukan wawancara pada saat sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang IC, setelah diberikan pendidikan kesehatan dan kontrol pertama di poli. Hasil : Hasil penelitian pada wawancara pertama, kedua dan ketiga di dapatkan 7 tema ) gangguan persyarafan yang dialami setelah mengalami SCI, 2) perilaku pasien SCI terhadap penggunaan IC, 3) komponen penyuluhan dalam penggunaan IC pada pasien SCI, 4) ketidaknyamanan dan kecemasan yang dirasakan oleh pasien SCI terhadap kondisinya, 5) pentingnya dukungan keluarga dan tenaga kesehatan, 6) harapan tentang kesembuhan dari penyakitnya serta kendala yang dialami pasien terhadap keadaannya setelah menggalami SCI, 7) pengetahuan pasien tentang IC dan prosedur pemasangan IC.

(15)

xiv

(16)

xv

Dewi suryandari1, Arlina Dewi2, Azizah Khoiriyati2

Master Student at University Muhammadiyah of Yogyakarta, Master lecturer of Nursing at the University Muhammadiyah of Yogyakarta

Abstract

Background: The Case of Spinal Cord Injury (SCI) that occurred in the United States the most common for cases of motor accidents. The consequences are related injuries, including loss of motor function, hormonal changes, changes in blood circulation, impaired bladder, bowel function, sexual function, pain, sleep disorders, anxiety and depression. On the client SCI, bladder management becomes important where the intermittent catheter (IC) is one of the procedures used. The purpose of this study to determine the client SCI experience in the use of IC.

Methods: This study used a qualitative method with phenomenological approach. Informants in this study is a client with SCI in RSO Prof. Dr. R Soeharso Surakarta conducted interviews at the time before being given health education about IC, after being given health education and the first control in poly.

Results: The results in the first interview, second and third in the get 7 themes which nerve disorder experienced after a SCI, expectations about the healing of disease and the constraints experienced by patients against the disease, discomfort and anxiety felt by patient against SCI, Knowledge patients about IC and IC Installation Procedures, the Importance of Family Support and Health Workers, Component Extension in the use of IC in SCI patients, patients with SCI attitude towards the use of IC.

Conclusion: The success of the use of IC in SCI patients depending on the nerve disorder experienced by clients after a SCI, expectations about the healing of disease and the constraints experienced by patients against the disease, discomfort and anxiety felt by the client to the SCI in the use of the catheter, the client's knowledge about IC and IC installation procedure, the importance of family support and health care workers as an educator in the process of mounting the IC, IC component in the use of counseling to clients SCI less informative and concise, submissive behavior SCI clients with the use of the IC.

(17)

xiii

Dewi suryandari1, Arlina Dewi2, Azizah Khoiriyati2

Mahasiswa Magister Universitas Muhammadiyah Surakarta1, Dosen PascaSarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta2

Abstrak

Latar belakang : Kasus Spinal Cord Injury (SCI) yang terjadi di Amerika Serikat paling banyak terjadi karena kasus kecelakaan bermotor. Konsekuensi yang berkaitan yaitu cedera, termasuk hilangnya fungsi motorik, perubahan hormonal, perubahan sirkulasi darah, gangguan kandung kemih, fungsi usus, fungsi seksual, nyeri, gangguan tidur, kecemasan dan depresi. Pada pasien SCI, manajemen kandung kemih menjadi hal yang penting dimana intermittent catheter (IC) merupakan salah satu prosedur yang digunakan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengalaman pasien SCI dalam penggunaan IC.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dalam penelitian ini adalah pasien dengan SCI di RSO Prof. Dr. R Soeharso Surakarta yang dilakukan wawancara pada saat sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang IC, setelah diberikan pendidikan kesehatan dan kontrol pertama di poli. Hasil : Hasil penelitian pada wawancara pertama, kedua dan ketiga di dapatkan 7 tema ) gangguan persyarafan yang dialami setelah mengalami SCI, 2) perilaku pasien SCI terhadap penggunaan IC, 3) komponen penyuluhan dalam penggunaan IC pada pasien SCI, 4) ketidaknyamanan dan kecemasan yang dirasakan oleh pasien SCI terhadap kondisinya, 5) pentingnya dukungan keluarga dan tenaga kesehatan, 6) harapan tentang kesembuhan dari penyakitnya serta kendala yang dialami pasien terhadap keadaannya setelah menggalami SCI, 7) pengetahuan pasien tentang IC dan prosedur pemasangan IC.

(18)

xiv

(19)

xv

Dewi suryandari1, Arlina Dewi2, Azizah Khoiriyati2

Master Student at University Muhammadiyah of Yogyakarta, Master lecturer of Nursing at the University Muhammadiyah of Yogyakarta

Abstract

Background: The Case of Spinal Cord Injury (SCI) that occurred in the United States the most common for cases of motor accidents. The consequences are related injuries, including loss of motor function, hormonal changes, changes in blood circulation, impaired bladder, bowel function, sexual function, pain, sleep disorders, anxiety and depression. On the client SCI, bladder management becomes important where the intermittent catheter (IC) is one of the procedures used. The purpose of this study to determine the client SCI experience in the use of IC.

Methods: This study used a qualitative method with phenomenological approach. Informants in this study is a client with SCI in RSO Prof. Dr. R Soeharso Surakarta conducted interviews at the time before being given health education about IC, after being given health education and the first control in poly.

Results: The results in the first interview, second and third in the get 7 themes which nerve disorder experienced after a SCI, expectations about the healing of disease and the constraints experienced by patients against the disease, discomfort and anxiety felt by patient against SCI, Knowledge patients about IC and IC Installation Procedures, the Importance of Family Support and Health Workers, Component Extension in the use of IC in SCI patients, patients with SCI attitude towards the use of IC.

Conclusion: The success of the use of IC in SCI patients depending on the nerve disorder experienced by clients after a SCI, expectations about the healing of disease and the constraints experienced by patients against the disease, discomfort and anxiety felt by the client to the SCI in the use of the catheter, the client's knowledge about IC and IC installation procedure, the importance of family support and health care workers as an educator in the process of mounting the IC, IC component in the use of counseling to clients SCI less informative and concise, submissive behavior SCI clients with the use of the IC.

(20)

1 A. Latar Belakang

Kasus Spinal Cord Injury (SCI) di Amerika Serikat sekitar 200.000 orang dan sekitar 10.000 kasus SCI terjadi karena kasus kecelakaan bermotor. Sekitar 6.000 kasus baru muncul setiap tahun di Brazil. Kasus SCI dinegara Eropa adalah sekitar 19,4 per juta penduduk per tahun (9700), sedangkan prevalensinya sekitar 252 per juta penduduk (126.000). Penduduk dengan usia dewasa muda memiliki risiko lebih tinggi terkena SCI traumatis. Pasien akan mengalami konsekuensi dari cedera, termasuk hilangnya fungsi motorik, perubahan hormonal, perubahan sirkulasi darah, gangguan kandung kemih, usus dan fungsi seksual, kronis nyeri, tidur terganggu, kelenturan, kecemasan dan depresi (Baastrup & Finnerup, 2012; Vasconselos et al, 2013).

(21)

fisik dan status sosial budaya pasien, tingkat dan keparahan cedera. Manajemen kandung kemih menurut Spinal Injuries Association adalah proses untuk mengajarkan individu untuk mengelola dan mengosongkan kandung kemih.

Menurut Akkoc et al (2013), manajemen kandung kemih sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien dengan SCI. Salah satu manajemen kandung kemih adalah intermittent catheter (IC). Penggunaan IC sangat popular di

Amerika pada tahun 1972-2005. Fungsi penggunaan kateter adalah untuk pengelolaan retensi urin dan untuk mengurangi gejala inkontinensia urin. Clean Intermittent Catheter (CIC) adalah metode yang dapat diandalkan dan efektif dalam pasien SCI. Metode CIC merupakan salah satu metode yang disukai dalam proses tindak lanjut dalam jangka panjang (Yilmaz et al, 2014).

(22)

dipergunakan untuk membantu mengeluarkan urin dalam kandung kemih. Individu dapat melakukan pemasangan atau penggunaan IC secara mandiri dan menggunakan kateter dimana saja.

Penggunaan kateter secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih (Salameh, Mohajer & Daroucihe, 2015; Krassioukov et al, 2015). CIC merupakan salah satu tindakan yang digunakan untuk meminimalisir terjadinya infeksi. Pendidikan kesehatan sangat penting dilakukan dalam kepatuhan pemasangan kateter (Yilmaz B, et al, 2014).

Menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan (1989), salah satu peran perawat adalah sebagai pendidik. Perawat membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Burke & Mancuso (2012) dalam O’Shaughnessy, M. (2014)). Pendidikan kesehatan pada pasien SCI difokuskan pada self care atau perawatan diri sendiri pasien sehingga pengetahuan pasien meningkat.

(23)

berkemih dan mengharuskan pasien menggunakan kateter dalam waktu jangka pendek ataupun panjang. Pasien dengan SCI di RS Prof. Dr. R Soeharso Surakarta diberikan edukasi mengenai penggunaan IC sebelum pasien pulang yag diberikan pada keluarga dan pasien. Akan tetapi pasien belum diajarkan secara mandiri untuk pemasangan IC. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Parang Seling, bahwa evaluasi saat kunjungan kembali/ kontrol mengenai penggunaan IC pada pasien yang diajarkan kepada keluarga dan pasien juga belum terlaksana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu “ Pengalaman pasien Spinal Cord Injury dalam penggunaan Intermittent Catheter di RSO Prof. Dr.R Soeharso Surakarta”.

C. Tujuan Penelitian

(24)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi keperawatan dalam hal pemberian asuhan keperawatan pada pasien SCI dengan gangguan berkemih yang menggunakan IC. 2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber acuan tentang penelitian terutama di bidang keperawatan medikal bedah dalam sistem musculoskeletal.

b. Bagi institusi pelayanan keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan bagi pasien SCI dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan pasien.

c. Bagi peneliti lain

(25)

E. Penelitian Terkait

1. Afsar et al, (2013) Compliance with clean intermittent catheterization in spinal cord injury patients: a long-term

follow-up study. Dengan jumlah sampel 164 pasien, desain studi retrospektif dari catatan medis. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa CIC adalah metode yang dapat diandalkan dan efektif dalam pasien SCI. Pemasangan kateter dan tindak lanjut diperlukan untuk mempertahankan kepatuhan pasien.

Perbedaannya dengan penelitian ini yakni pada metode penelitian yakni kualitatif .

2. Akkoc et al, ( 2013) Effects of different bladder management methods on the quality of life in patients with traumatic spinal

cord injury. Jumlah sampel 195, desain studi Multicenter, studi

cross-sectional. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah

kualitas hidup pada pasien SCI terutama dipengaruhi efek negatif pada status emosional, fisik dan keterbatasan sosial dalam aktivitas.

(26)

3. Kriz J & Relichova K (2014) Intermittent self-catheterization

in tetraplegic patients:a 6-year experience gained in the spinal

cord unit in Prague. Jumlah sampel 412 dengan desain studi prospektif. Temuan ini menunjukkan bahwa pasien dengan SCI servikal di bawah level motor C5 dapat belajar sendiri dalam penggunaan kateter, yang meningkatkan kemandirian dan mengurangi risiko infeksi saluran kemih dan pembentukan batu.

Perbedaannya dengan penelitian ini yakni pada metode penelitian yakni kualitatif .

4. Krebs J., Bartel B and Pannek J., (2013) Residual urine

volumes after intermittent catheterization in men with spinal

cord injury. Jumlah sampel 60, dengan desain studi prospective

cross-sectional study. Dalam penelitian ini, evakuasi kandung kemih dengan IC adalah metode yang efisien, menghasilkan nol atau volume residu urin yang kecil. Sisa atau residu volume urin diamati untuk mencegah adanya UTI.

Perbedaannya dengan penelitian ini yakni pada metode penelitian yakni kualitatif .

5. Cetinel B, et al( 2014) Urologic health condition of spinal

(27)

menunjukkan bahwa tingkat UTI tinggi di antara pasien SCI, dan lebih umum pada wanita dengan cukup baik proporsi pasien yang menggunakan obat inkontinensia. Metode manajemen kandung kemih utama adalah CIC dan lebih umum pada laki-laki, meskipun penggunaan CIC menurun dengan waktu. Operasi batu kemih adalah prosedur bedah terkemuka. Perbedaannya dengan penelitian ini yakni pada metode penelitian yakni kualitatif .

6. Krassioukov, A, et al, ( 2015) The good, the bad and the ugly

of catheterization practices among elite athletes with spinal

cord injury: a global perspective. Sampel yang digunakan

adalah 61 responden. Studi ini menunjukkan bahwa penggunaan kembali kateter terkait erat dengan frekuensi ISK dan memberikan wawasan baru pada kandung kemih fungsi dan manajemen pada atlet elit dengan SCI. Alasan untuk digunakan kembali kateter mungkin karena kurangnya pendidikan kesehatan dan atau kurangnya sumber daya mengenai manajemen kandung kemih.

(28)

7. Hapsari, (2012). Efektivitas latihan Activity Daily Living terhadap tingkat kemandirian dan kecemasan pasien Spinal Cord Injury di RS Prof Dr R Soeharso Surakarta. Sampel yang

digunakan sebanyak 28 responden dengan desain penelitian quasi eksperiment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, setelah dilakukan latihan, terdapat peningkatan kemandirian dan penurunan kecemasan pada pasien.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI 1. Spinal Cord Injury ( SCI)

Spinal Cord Injury (SCI) didefinisikan sebagai lesi

(30)

Sumber: Wisnu (2012)

Tulang belakang terdiri dari vertebra cervicalis, thoracalis, lumbalis/lumbal, sacrum dan cogcygeus. Vertebra

Servikalis berjumlah 7 buah dan membentuk daerah tengkuk. Vertebra Thorakalis berjumlah 12 buah dan membentuk bagian belakang thorak atau dada. Vertebra Lumbalis berjumlah 5 buah dan membentuk daerah lumbal atau pinggang. Vertebra Sakralis berjumlah 5 buah dan membentuk sakrum. Vertebra cogcygeus berjumlah 4 buah dan membentuk tulang cogcygeus.

a. Anatomi dan fisiologi sistem perkemihan

Menurut Kozier et al (2011), sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Eliminasi urin

Gambar 2.1

(31)

tergantung pada fungsi organ tersebut. Ginjal adalah organ berbentuk kacang dengan ukuran sekepalan. Masing- masing individu memiliki sepasang ginjal yang terletak pada sisi kolumna spinalis dibelakang dari rongga peritoneum. Ginjal berfungsi sebagai pengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh. Setiap ginjal terdiri dari 1 juta nefron, dan setiap menit mengalir 21% curah jantung melalui ginjal. Urin dibuat di nefron ginjal, hasil urin yang terbentuk pada ginjal mengalir

melalui duktus pengumpul menuju kaliks pelvik ginjal dan kemudian menuju ureter. Panjang ureter orang dewasa 25-30 cm dengan diameter 1,25 cm yang menuju kandung kemih.

(32)

penuh. Otak mengirimkan sinyal pada otot sphincter untuk santai dan membuang urin. Pada saat yang sama, otak mengirimkan sinyal pada otot-otot kandung kemih untuk mengencangkan, meremas urin keluar dari kandung kemih. Ketika semua sinyal bekerja normal, urin keluar dari kandung kemih melalui uretra.

Uretra merupakan saluran memanjang dari kandung

kemih menuju meatus dengan panjang 3,7 cm pada wanita dan 20 cm pada pria (Klevbine, Phil., 2008). Tugas dari sistem perkemihan adalah untuk mengeluarkan limbah (urin) dan menjaga bahan kimia dan air dalam tubuh seimbang.

Gambar 2.2. sistem perkemihan

(33)

melalui uretra. Organ- organ berfungsi tanpa adanya perintah untuk dari otak untuk mengosongkan kandung kemih. Pesan tersebut biasanya dikirim melalui saraf dekat akhir dari sumsum tulang belakang. Pasien dengan SCI, tidak terdapat koordinasi melalui sumsum tulang belakang. Hal ini menunjukkan individu dengan SCI mungkin tidak merasakan keinginan untuk buang air kecil ketika kandung kemih penuh.

(34)

Otot-otot sphincter mungkin juga akan terpengaruh setelah cedera. Dyssynergia terjadi ketika otot-otot sphincter tidak rilek dan urin tidak bisa mengalir melalui uretra. Hal ini menyebabkan urin back up ke dalam ginjal dan disebut refluk dan kandung kemih juga tidak kosong secara utuh. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses berkemih yakni faktor perkembangan, faktor psikososial, asupan cairan dan makanan, obat-obatan, gaya hidup, tonus otot, kondisi patologis/ penyakit, medikasi, prosedur bedah dan pemeriksaan diagnostik (Klevbine, Phil., 2008; Mubarak, Indrawati & Susanto, 2015).

(35)

lebih besar dari atau sama dengan 3; E = fungsi sensorik dan fungsi normal normal (Yilmaz et al, 2014).

b. Tipe dan Jenis kateter

Tipe kateter yakni kateter menetap dan kateter sementara. Menurut Yates, Ann (2013), beberapa jenis kateter yakni 1) kateter dilapisi hidrofilik untuk mencegah gesekan pada pemasangan dan pelepasan, 2) penggunaan tunggal dengan gel pelumas termasuk jadi air tidak diperlukan, 3) kateter nelaton dapat digunakan kembali, yang menggunakan air atau gel untuk pemasangan. Tipe kateter menurut Engkasan, Ng & Low (2014) dan Staats Z (2014), antara lain

clean intermittent catheterization (CIC), indwelling

catheterization, transurethrally lain (IDUC) atau

(36)

Intermittent Self Catheter (ISC) pertama kali

dikenalkan oleh Dr. Lapides pada tahun 1970. ISC merupakan kateter yang digunakan bukan dalam jangka waktu yang panjang, dan merupakan metode yang paling disukai untuk mengosongkan kandung kemih karena adanya retensi urin didalam kandung kemih. ISC hanya digunakan dalam mengeluarkan urin dan melepaskannya setelah kandung kemih kosong. Pengosongan kandung kemih dapat dilakukan dengan dua teknik yakni IC steril (SIC) dan IC bersih (CIC) (Sheldon P, 2013).

Phycon self cath adalah suatu kateter yang diperlukan dalam proses pengosongan kandung kemih secara mandiri (Budiati, 2012). Menurut Budiati (2012), cairan yang dipergunakan untuk menyimpan kateter yakni dengan membuat campuran aquabidestilata dan desinfektan murni. Mengganti cairan desinfektan dapat dilakukan setiap 24 jam dan setiap 3 hari sekali, kateter direbus dalam air mendidih. c. Pemasangan kateter

(37)

kateter dianjurkan 4-6 kali sehari selama tahap akut. Frekuensi pemasangan kateter untuk pelatihan ulang sekitar 1-3 kali sehari. Jika pemasangan kateter di lakukan secara benar dan sesuai instruksi, penurunan kejadian infeksi dapat dicegah. Pengosongan yang tidak dilakukan secara sempurna, maka otot-otot kandung kemih akan meregang (Sheldon, P., 2013).

Kegagalan untuk mengosongkan kandung kemih untuk mengurangi tekanan dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius, dimana setiap orang berbeda bahkan sampai dengan kematian. Jika pasien merupakan Spastic (Reflex) bladder, metode manajemen yang dapat digunakan adalah

intermiten catheter program ( ICP) atau kondom laki-laki

eksternal kateter. ICP biasanya merupakan metode pilihan

untuk individu untuk mengosongkan kandung kemih. Kateter lurus tidak memiliki balon tiup yang memegang kateter untuk fiksasi di kandung kemih.

d. Keuntungan dan Manfaat

IC/ ISC modern memiliki beberapa manfaat untuk pasien

dan penyedia layanan kesehatan, meliputi:

(38)

2) Tidak perlu menggunakan produk pembalut 3) mengurangi kejadian mengompol

4) mengurangi resiko trauma uretra 5) mengurangi infeksi saluran kemih. 6) Peningkatan kualitas tidur.

7) Melindungi saluran atas dari refluks

8) Tidak perlu sarana lain seperti kantong drainase 9) Kemampuan untuk seksualitas tetap aktif.

10)Pasien dan perawat menjadi lebih bertanggung jawab untuk perawatan (Kozier et al, 2011).

e. Potensial Komplikasi

Individu dengan SCI, beresiko adanya komplikasi pada saluran perkemihan. Adanya penggunaan kateter secara terus menerus, dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih, seperti: stricture, uretral bleeding, urethritis, uretral false passages dan chronic or recurrent urinary tract (Winder, Ann., (2008); Klevbine, Phil ( 2008); Salameh, Mohajer & Daroucihe, (2015)).

(39)

menyebabkan infeksi didalam tubuh. Tanda- tanda infeksi dapat dikenali antara lain: adanya sedimen (partikel pasir) atau lendir dalam urin, warna urin keruh, urin berbau busuk dan terdapat darah dalam urin. Hal- hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi yakni: minum lebih banyak air, menghindari minuman dengan gula, kafein dan alkohol serta mengosongkan kandung kemih lebih sering.

(40)

dubur, scanning bladder, penilaian pelvic dan studi

urodynamic (Mangnall, 2012).

f. Perawatan kandung kemih

Perawatan kandung kemih yang tepat adalah cara terbaik untuk mencegah masalah dan mempertahankan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. Sebelum mengajarkan CISC, maka perawat perlu mementukan pola berkemih klien,

volume kemih yang dikeluarkan, asupan cairan dan jumlah residu urin (Kozier et al, 2011).

2. Kemandirian A. Pengertian

(41)

seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/ kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

B. Aspek Kemandirian

Aspek yang menjadikan remaja mandiri menurut Doulvan dan Andelson (dalam Steinberg, 1993) ada tiga meliputi, kemandirian emosional, kemandirian perilaku, dan kemandirian nilai. Secara rinci karakteristik tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Kemandirian emosi, kemandirian ini merujuk kepada pengertian yang dikembangkan anak mengenai individuasi dan melepaskan diri atas ketergantungan mereka dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.

(42)

mengambil keputusan tanpa campur tangan orang lain (changes in decision making abilities), b) memiliki kekuatan terhadap pengaruh orang lain (changes in conformity and susceptibility to influence), dan memiliki

rasa percaya diri dalam mengambil keputusan (self reliance in decision making).

3. Kemandirian nilai merujuk kepada suatu pengertian mengenai kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan-keputusan dan menetapkan pilihan yang lebih berpegang atas dasar prinsip-prinsip individual yang dimilikinya, daripada mengambil prinsip-prinsip orang lain.

C. Ciri- ciri Kemandirian

(43)

4) Adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain.

Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey & Ritter, 1975 dalam Hasan Basri (2000) berpendapat bahwa individu yang mandiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi, 2) Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain, 3) Menunjukkan rasa percaya diri, 4) Mempunyai rasa ingin menonjol.

(44)

3. Keterampilan a. Pengertian

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Tujuan dari ketrampilan ini adalah mengosongkan kandung kemih pada interval regular tanpa adanya resiko dari penggunaan kateter menetap. Hasil yang diharapkan dari pemasangan kateter ini adalah klien memiliki kemandirian dalam mengendalikan perkemihan, klien tidak mengalami kerusakan kulit, penggunaan kateter menjadi gaya hidup dan klien terbebas dari infeksi saluran kemih. Sasaran kunci dan kriteria adalah klien menunjukkan kemampuan yang konsisten dalam melakukan prosedur, menaati jadwal kateterisasi intermiten, menunjukkan kemampuan dalam membersihkan, mensterilkan dan menyimpan kateter untuk digunakan ulang secara aman (Johnson, Joyce,. 2005).

b. Langkah- langkah pemasangan kateter

Langkah- langkah pemasangan IC menurut Sheldon P, (2013) yakni:

(45)

a) Pasang semua peralatan: kateter, pelumas, wadah drainase (kontainer).

b) Cuci tangan dengan bersih dengan sabun dan air dan membersihkan penis dan pembukaan uretra.

c) Lumasi kateter, 2 sampai 7 inci( 5 sampai 15 cm) (Kozier et al, 2010; Johnson, Joyce young, 2005). d) Pegang penis tegak lurus dengan tubuh( sudut 60

sampai 90 derajad) (Kozier et al, 2010)

e) Mulailah dengan lembut memasukkan dan memajukan kateter.

f) Anda akan menghadapi perlawanan ketika mencapai area prostat. Cobalah untuk rileks dengan bernapas dalam dan terus masukkan kateter.

g) Setelah terlihat aliran urin, terus masukkan kateter 1 inci. Kembalikan pada posisi alaminya saat urin mulai mengalir.

h) Tahan sampai aliran urin berhenti dan kandung kemih kosong.

i) Lepaskan kateter

(46)

kembali, bilas kateter dengan benar dan keringkan. Menyimpan kateter dalam keadaan bersih.

2) Langkah-langkah proses pemasangan IC untuk wanita: a) Pasang semua peralatan: kateter, pelumas, wadah

drainase.

b) Cuci tangan dengan bersih dengan sabun dan air dan membersihkan vulva dan buka uretra.

c) Lumasi kateter. d) Cari lubang uretra.

e) Buka bibir vagina (labia) dengan kedua dan jari keempat, sementara menggunakan jari tengah untuk merasa untuk pembukaan.

f) Mulailah dengan lembut untuk memasukkan kateter ke dalam lubang. Mengarahkan ke atas seolah-olah menuju pusar.

g) Setelah kateter dimasukkan sekitar 2-3 inci pada lubang, urin akan mulai mengalir.

h) Setelah aliran urin dimulai, terus masukkan kateter 1 inci dan menahannya di tempat sampai aliran urin berhenti dan kandung kemih kosong.

(47)
(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara khusus menggali informasi dari partisipan meliputi persepsi, pendapat dan perasaan seseorang mengenai sikap, kepercayaan, motivasi dan perilaku melalui informan dalam berbagai bentuk (Lapau, 2012; Afiyanti & Rachmawati, 2014). Penelitian kualitatif mempelajari masalah yang ada dengan menempatkan pada situasi yang alamiah dan memberikan makna atau menginterpretasikan suatu fenomena berdasarkan hal yang berarti bagi manusia (Creswell, 1998 dalam Saryono & Anggraeni 2010).

(49)

Penelitian ini berusaha memahami individu dan pengalaman berupa peristiwa yang dialami oleh pasien SCI yang mengalami gangguan berkemih dalam penggunaan IC.

B. Informan

Sampel penelitian adalah populasi penelitian itu sendiri, yang cara mendefinisikannya tergantung pada situasi masalah yang terlihat pada judul penelitian (Lapau, 2012).

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian kualitatif didasarkan pada topik, tujuan, fokus, lokasi, teori dan situasi yang menjadi sampel penelitian (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Jenis sampel dalam penelitian ini adalah sampel variasi

(50)

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah

a.Usia lebih 20-60 tahun ( kategori 20-40 tahun termasuk usia dewasa muda, dan 40-65 paruh baya) (Kozier et al, 2010)

b.Pasien SCI dengan gangguan berkemih

c.Bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar informed consent

d.Post stabilisasi

e.Tidak mengalami kelainan congenital pada ekstremitas atas. Kriteria eksklusi:

a.pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau di rawat di ICU b.pasien spondilitis TB dengan paraplegi

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian telah laksanakan di RSO Prof. Dr. R Soeharso Surakarta pada bulan Mei- Juli 2016. RSO Prof. Dr. R Soeharso Surakarta merupakan rumah sakit rujukan nasional yang menangani kasus musculoskeletal.

D. Batasan istilah

(51)

Pengalaman dalam kemandirian ini adalah pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan pemasangan IC dengan bantuan sebagian (dibantu keluarga) dan atau mandiri sendiri untuk memenuhi kebutuhan eliminasi dirinya sendiri.

2. Pengalaman dalam keterampilan

Pengalaman dalam keterampilan adalah pengetahuan dan sikap serta perilaku dalam usaha, upaya dan kecakapan seseorang dalam menggunakan intermittent catheter dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur yang diajarkan.

E. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif ini yakni meliputi:

1. Kredibilitas (keterpercayaan) Data

Yakni menjelaskan derajat atau nilai kebenaran dari data yang dihasilkan dari penelitian termasuk proses analisa data (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian :

(52)

kepercayaan partisipan kepada peneliti sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan (Lapau, 2012; Saryono & Anggraeni, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pendekatan dengan informan dan keluarga. Peneliti melakukan pendekatan saat pasien datang pertama ke rumahsakit, saat akan di operasi, setelah diruang rawat pasca dari ICU, sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan pendidkan kesehatan tentang IC.

b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian

Peneliti melakukan pengecekan kembali mengenai data yang ditemukan. Peneliti melakukan uji coba wawancara pada 1 informan, dan melakukan transkrip data. Kemudian peneliti membaca transkrip untuk melihat bagaimana pola wawancara yang telah dilakukan guna memperbaiki alur wawancara. c. Triangulasi

(53)

d. Analisis kasus negatif

Metode ini dilakukan dengan menemukan data yang bertentangan dengan data yang telah ditemukan sebelumnya. Apabila data yang bertentangan sangat kurang, artinya data yang ditemukan sangat dipercaya.

e. Pengecekan anggota (member check)

Proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan mengetahui sejauh mana kebenaran suatu data atau informasi yang telah diberikan. 2. Transferabilitas atau Keteralihan Data (Applicability, Fittingness)

(54)

3. Dependabilitas (Ketergantungan)

Dilakukan untuk mengaudit seluruh proses penelitian yang dilakukan oleh auditor yang independen. Dependabilitas mempertanyakan tentang konsistensi dan reliabilitas suatu instrument yang digunakan lebih dari sekali penggunaan. Cara yang dapat dilakukan peneliti untuk memperoleh hasil penelitian atau data yang konsisten melakukan suatu analisis data yang terstruktur dan mengupayakan untuk menginterpretasikan hasil studinya dengan benar, sehingga para pembaca dapat membuat kesimpulan yang sama dalam menggunakan persektif, data mentah dan dokumen analisis studi yang sedang dilakukan

4. Konfirmabilitas ( Confirmability)

(55)

F. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian kualitatif meliputi: wawancara, observasi dan dokumen (Saryono & Anggraeni, 2010). Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang dilakukan adalah : 1. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan bertatap muka (face to face) antara pewawancara dan informan atau partisipan yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Saryono & Anggraeni, 2010).

(56)

dua, terdapat pertanyaan tentang harapan yang belum ditanyakan kepada informan.

Teknik wawancara yang digunakan untuk menggali tingkat kemandirian dan keterampilan informan mengenai penggunaan IC, peneliti menggunakan wawancara semi berstruktur. Urutan pertanyaan tidaklah sama pada tiap informan bergantung pada proses wawancara dan jawaban tiap individu, dimana sebelumnya sudah menyiapkan pedoman wawancara yang akan digunakan. Peneliti dapat mengumpulkan data yang sama dari para partisipan. Jenis pertanyaan ini menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup (open- ended questions).

2. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi yakni ruang, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, dan perasaan dengan alasan untuk menyajikan gambaran yang realistik dan membantu mengerti perilaku manusia dan untuk aspek evaluasi (Saryono & Anggraeni, 2010).

(57)

ruang, lalu lalang orang, dan orang- orang yang terlibat didalamnya.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada kondisi informan, dimana dari 4 informan, 3 diantaranya dalam kondisi yang lemah, dan 1 informan dalam kondisi bisa berjalan.Selain itu, observasi dilakukan pada kegiatan

3. Dokumen

Peneliti menggunakan pengumpulan data dengan studi dokumen dikarenakan dokumen dapat memberikan informasi tentang situasi yang tidak dapat diperoleh langsung melalui observasi atau wawancara (Hammersley & Atkinson, 2007) (dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014). Penelitian ini menggunakan dokumen yang dapat digunakan sebagai informasi tambahan yakni data rekam medis informan yang ada di rumah sakit untuk mendukung hal-hal yang didapatkan dari informan secara langsung.

G. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melaksanakan uji etik (ethical clearance) di RS Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta pada

(58)

mendapat surat keterangan lolos kaji etik tanggal 4 Mei 2016 No. DM.03.01/ II.3.1/ 02404/ 2016.

Peneliti melakukan pendekatan kepada informan ketika informan masuk pertama kali ke bangsal kemudian peneliti memperkenalkan diri kepada informan. Peneliti membangun kepercayaan antara peneliti dan informan serta keluarga dengan datang beberapa kali mengunjungi informan dan keluarga.

Penelitian ini mengambil informan sejumlah 6 orang, tetapi berdasarkan kfriteria dari penelitian, 2 orang dinyatakan tidak selesai mengikuti tahap penelitian dikarenakan tidak selesai mengikuti tahapan penelitian sampai selesai

(59)

informan/ informed consent. Peneliti melakukan wawancara pertama kepada informan setelah pasien mengisi informed consent. Wawancara pertama dilaksanakan dengan menanyakan beberapa pertanyaan tentang kondisi pasien saat.

Wawancara ke 2 yakni peneliti melaksanakan wawancara setelah informan diberi peyuluhan tentang IC. Wawancara ke 2 dilakukan saat informan dan keluarga mendapatkan informasi dari petugas kesehatan rumah sakit yang menjelaskan tentang IC. Wawancara ke 2 ini dilaksanakan 4-5 jam dari pelepasan kateter nelaton.

(60)

H. Pengolahan Dan Metode Analisis Data

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti, sehingga analisa data pada penelitian kualitatif bersifat subjektif. Lima hal penting dalam proses analisa data pada penelitian kualitatif, yakni: 1) mempersiapkan data; 2) mengorganisasikan data dalam bentuk transkrip ; 3) mereduksi data kedalam bentuk tema- tema yang saling berhubungan melalui proses koding; 4) membuat ringkasan

Pasien SCI dengan IC post stabilisasi

Jam 6 pagi lepas nelaton kateter ( 24 jam sebelum pulang)

Pasien pulang

edukasi tentang IC ( 5 jam setelah lepas kateter nelaton) WAWANCARA PERTAMA

WAWANCARA KEDUA

Pasien kontrol I WAWANCARA KETIGA

(61)

atau kondensasi kode-kode yang telah dihasilkan; 5) mempresentasikan data tersebut kedalam bentuk gambar, tabel, atau materi diskusi (Creswell 2013 dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014).

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi memiliki cara pengumpulan data dan cara analisis data yang fleksibel. Langkah- langkah analisis data pada fenomenologi (Saryono & Anggraeni, 2010):

1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini yakni pengalaman partisipan/ informan dalam menggunakan IC.

2. Mencatat data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan informan mengenai pengalaman pasien yang mengalami SCI yang menggunakan IC. Transkrip dilakukan dengan merubah rekaman suara kedalam bentuk tulisan secara verbatim. Proses transkrip dibuat setiap selesai wawancara dengan informan. 3. Membaca hasil transkrip secara berulang- ulang agar peneliti

(62)

4. Membaca transkrip untuk memperoleh ide yang dimaksud informan yakni kata kunci atau kata bermakna dari setiap pernyataan informan yang kemudian dilakukan pengelompokan. 5. Memahami arti setiap pernyataan.

6. Melakukan pengelompokan data kedalam berbagai kategori untuk selanjutnya dipahami secara utuh dan menentukan tema- tema yang muncul.

7. Peneliti memberikan gambaran dan penjelasan dari pengalaman pasien SCI yang menggunakan IC.

8. Membuat laporan pengalaman informan dan menggabungkannya.

I. Etika Penelitian

Hal terpenting dalam pelaksanaan penelitian adalah mengenai etik penelitian. Menurut Pollit & Beck (2012), prinsip-prinsip etik penelitian yang menjadi dasar penelitian yakni:

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia

(63)

informasi terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian yang meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur penelitian, risiko penelitian, dan kerahasiaan informasi dari informan. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada informan, setelah mendapatkan informasi yang jelas dan terbuka.

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek

Informan dalam penelitian memiliki privasi untuk mendapatkan kerahasiaan informasi yang diberikan. Peneliti merahasiakan segala informasi yang menyangkut privasi dari informan, yakni dengan menggunakan kode.

3. Menghormati Keadilan dan Inklusivitas

Prinsip keterbukaan dalam penelitian harus dilakukan dengan jujur, tepat, cermat, hati-hati, dan profesional. Prinsip keadilan dalam penelitian ini dilakukan dengan tidak adanya diskrimimasi terhadap kriteria informan.

4. Menghitungkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan

(64)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman informan yang menggunakan IC/ kateter sementara di RS Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta. Penelitian ini telah dilakukan kepada empat informan yang telah melalui tahapan wawancara pertama, kedua dan ketiga. Wawancara yang dilakukan pada informan, penelitian ini menemukan beberapa tema. Penyajian hasil meliputi inisial informan, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, alamat serta keterangan tambahan. Penyajian hasil dalam bentuk naratif sebagai berikut:

1. Gambaran lokasi penelitian

Prof.Dr.R Soeharso merupakan direktur pertama sekaligus pendiri dari rumah sakit ortopedi yakni pada tahun 1945. Sejarah berdirinya rumah sakit yang bermula dari Rehabilitasi Centrum (RC) menjadi RS Ortopedi Prof.Dr.R Soeharso Surakarta. Rehabilitasi Centrum (RC) rintisan Prof.DR.R.Soeharso sangat

(65)

hal pelaksanaan konsep Pelayanan Rehabilitasi terpadu dibawah satu atap atas pemikiran yang mendalam pada masa itu.

RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta beralamat di Jl Jendral A Yani Pabelan Surakarta, kode pos 57162, telp (0271) 714458. RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta merupakan rumah sakit rujukan Tersier (Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat III). Gedung bangunan RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta yakni seluas 103.070 m2 (10.3 Ha). Sejarah singkat berdirinya RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta ini dimulai pada tahun 1945.

RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta merupakan rumah sakit PPK-BLU yang mempunyai tugas pokok sesuai peraturan menteri Kesehatan Nomor 839/Menkes/Per/VII/2007 tertanggal 20 Juli 2007. Pelayanan operasi unggulan RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta meliputi: Adult Reconstruction & total joint replacement, hand surgery, micro surgery, arthroscopic

surgery, pediatric reconstruction, limb lengthening

procedure:illizarov, scoliosis surgery, minimal invasive spine

surgery and osteoporosis treatment advance. Salah satu

(66)

SCI dalam kurun waktu satu tahun terakhir pada 2015 yakni

sebanyak 139 kasus SCI (Sumber data:Renstra RS Ortopedi tahun 2016; Rekam Medik RSO).

2. Karakteristik informan

Informan dalam penelitian ini adalah pasien dengan SCI yang mengalami gangguan berkemih dan menggunakan IC yang dirawat di RSO. Informan yang ikut serta dalam penelitian ini adalah 4 informan yang bersedia menjadi informan dan menyatakan bersedia dengan mengisi informed consent. Tahap selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada informan. Keakuratan data dalam hal ini didukung dengan wawancara yang dilakukan kepada keluarga dari informan.

(67)

Wawancara dilakukan di ruang atau kamar masing- masing informan, dikarenakan keadaan atau kondisi dari informan yang harus beristirahat. Peneliti melakukan wawancara dengan posisi berdiri atau duduk disamping tempat tidur dari informan. Saat melakukan wawancara, peneliti juga mengobservasi kondisi dari informan. Kondisi atau keadaan informan yang ada yakni dalam kondisi tidur terlentang dan kedua kaki tidak bisa digerakkan.

Penjabaran karakteristik informan utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik informan Utama Informan Usia

(Thn)

Pekerjaan Pendidikan terakhir

Jenis kelamin

I1 54 Petani SD L

I2 53 Guru S1 L

I3 65 Pensiunan SD L

I4 49 Petani SD L

(68)

Penjabaran karakteristik informan utama secara lengkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Informasi karakteristik informan Utama Informan Diagnosa Penyebab

(69)

mengalami

kondisi pasien lebih baik, tangan sudah dapat dgerakkan.

Penelitian ini didukung dengan informan pendamping yakni keluarga yang tinggal bersama dengan informan.

Tabel 4.3 Karakteristik informan pendamping Keluarga

(70)

perempuan. Pendidikan informan terdiri dari 2 informan pendamping berpendidikan SD dan 2 informan pendamping berpendidikan SMA.

3. Hasil analisa data

Penelitian ini dilakukan kepada 4 informan dengan kasus SCI yang menggunakan IC yang dilakukan mulai bulan Mei

sampai dengan Juli 2016 di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Informan telah memberikan informasi dan menceritakan pengalaman serta perasaan saat dilakukan wawancara selama penelitian di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Analisa data yang digunakan adalah dengan metode Collaizi.

a. Wawancara pertama

(71)

b. Wawancara kedua

Wawancara kedua dilaksanakan setelah pasien diberi penyuluhan oleh petugas kesehatan tentang IC. Hasil penelitian pada wawancara pertama terdapat 6 tema, adalah 1) gangguan persyarafan yang dialami setelah mengalami SCI, 2) ketidaknyamanan dan kecemasan yang dirasakan oleh pasien SCI terhadap kondisinya, 3) pentingnya dukungan keluarga dan tenaga kesehatan, 4) pengetahuan pasien tentang IC dan prosedur pemasangan IC, 5) komponen penyuluhan dalam penggunaan IC pada pasien SCI, 6) Harapan tentang kesembuhan dari penyakitnya serta kendala yang dialami pasien terhadap keadaannya setelah menggalami SCI.

c. Wawancara ketiga

Wawancara ketiga dilakukan saat pasien kontrol pertama kali di poli RSO. Hasil penelitian pada wawancara pertama terdapat 7 tema,yakni 1) gangguan persyarafan yang dialami setelah mengalami SCI, 2) perilaku pasien SCI terhadap penggunaan IC, 3) komponen penyuluhan dalam penggunaan IC pada pasien SCI, 4) ketidaknyamanan dan kecemasan yang

(72)

kesembuhan dari penyakitnya serta kendala yang dialami pasien terhadap keadaannya setelah menggalami SCI, 7) pengetahuan pasien tentang IC dan prosedur pemasangan IC. Berikut penjabaran tema yang didapatkan dari wawancara yang dilakukan:

(73)

Gambar 4.1

Gangguan persyarafan yang dialami setelah mengalami SCI Koding kategori Tema

Merupakan uraian dari pernyataan informan yang mendukung adanya tema diatas, yakni:

1) Gangguan eliminasi

Hasil wawancara yang telah dilakukan pada 4 informan, semua informan mengalami gangguan persyarafan yang menyebabkan gangguan pada proses eliminasi. Pada Wawancara pertama mereka - Buang air besar( bab)

dan buang air kecil (bak)belum normal - Belum bisa merasakan

bak

- Mengeluarkan dengan bantuan

- Pipis belum terasa - Tidak bisa bak sama

sekali

Jatuh dari pohon

Gangguan eliminasi

- Kedua kaki tidak bisa digerakkan

- Kaki belum bisa apa-apa - Kaki dan tangan belum

bisa normal

- Kakinya cuma kaku - Sama sekali tidak dapat

(74)

menyampaikan tidak bisa bak dan bab, tidak bisa bak sama sekali, pipis tidak bisa, pipis sedikit-sedikit, pipis belum bisa dan mengeluarkan dengan bantuan. Wawancara kedua satu informan menyampaikan susah bak, tidak bisa pipis. Wawancara ketiga didapatkan data yakni bab dan bak belum normal. Hal ini di dukung pernyataan informan sebagai berikut:

“ …Nggih padaran..nguyuh niku sing mboten saged..”(I1)

“ …Nggak bisa BAB dan BAK….”( I2)

“...terasa kencang..”(I3)

2) Gangguan gerak ekstremitas

Gangguan gerak ekstremitas yang dialami oleh informan pada wawancara pertama yakni kaki tidak bisa digerakkan, kakinya cuma kaku, dapat berjalan dengan lambat, belum bisa menggerakkan kedua kaki, kedua kaki tidak bisa digerakkan, kaki belum bisa apa-apa, kaki dan tangan belum bisa normal, sama sekali tidak dapat menggerakkan kaki, kaki panas. Hal ini seperti pernyataan informan sebagai berikut:

(75)

“…kalau kakinya nggak terlalu panas…terasa, tapi kalau panas nggak terasa..”(I4)

Satu informan menyampaikan dapat berjalan, seperti dinyatakan oleh informan sebagai berikut:

“ … Dapat ..Bisa..bisa.. Bisa berjalan tapi

lambat-lambat…”(I2)

3) Penyebab sakit

Dari wawancara yang dilakukan kepada informan, yang menyebabkan informan mengalami SCI adalah jatuh. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh informan sebagai berikut:

“ …karena jatuh…”(I2)

“…pertama jatuh dari pohon…”( I4)

d. Harapan serta kendala yang dialami pasien terhadap penyakitnya

(76)

Gambar 4.2

Harapan tentang kesembuhan dari penyakitnya serta kendala yang dialami pasien terhadap keadaannya setelah menggalami SCI

Koding kategori Tema

Merupakan uraian dari pernyataan informan yang mendukung adanya tema diatas yakni:

1) Harapan pasien terhadap penyakitnya

(77)

sembuh, seiring berjalannya waktu bisa duduk sendiri. Hal ini seperti pernyataan informan sebagai berikut:

“ … Tiyang dusun ngertose nggih namung niku tok. Nggih..Pados tombo supoyo ndang mantun, lancar..”(I1) “ …

ngengekya..pipisnya bisa sembuh juga

….”( I2)

“...harapan saya ya ingin cepat sembuh, dan saya semua tlah dilaksanakan,.biarpun itu dokter, bapak bu juru rawat, apapun semua itu menjadi tujuan kita kesembuhan seperti semula..”(I3)

2) Kendala yang dialami pasien

Kendala yang dialami pasien dari hasil wawancara yakni kondisi dirumah masih sama, jalan masih repot dan luka belum sembuh. Hal ini seperti pernyataan informan sebagai berikut:

“…saat ini masih sakit, kakinya panas, trus aa… kencing sama BAB nya masih sulit…(I2)

“…

luka nya juga belum sembuh-sembuh, lukanya tu…

”(I2)

.

e. Ketidaknyamanan dan kecemasan yang dirasakan oleh pasien terhadap SCI.

(78)

penyakitnya dan kecemasan terhadap penyakitnya. Pernyataan dari informan didapatkan tema dibawah ini:

Gambar 4.3

Ketidaknyamanan dan kecemasan yang dirasakan oleh pasien SCI terhadap kondisinya

Koding kategori Tema

Berikut merupakan uraian dari pernyataan informan yang mendukung adanya tema diatas:

(79)

Pasien merasakan beberapa ketidaknyamanan mengenai penyakit yang dialaminya. Hal yang dirasakan antara lain ada tarikan pada kaki, badan masih lemas, penis terasa nyeri, kadang luka terasa perih, terasa enak saat kendor, terasa nyeri kalau ingin keluar pipis. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“ …nggen korenge( senep)..”(I1)

“ …di penis itu nyeri- nyeri…( I2)

“...kadang perihhhhh mbak lukanya…luka yang diperban kemarin …(I2)

2) Kecemasan pasien terhadap penyakit

Pasien SCI mengalami kecemasan terhadap penyakit yang di derita, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan informan. Kecemasan pada pasien dapat dilihat dari hasil wawancara berikut meliputi bertanya kelanjutannya, bertanya apakah dengan minum ada yang lain akan cepat sembuh, pasien binggung tidak ada perubahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“ informaasi tu yang jadi kendala tu tangannya sama kakinya masih ngedempel itu, seperti itu kelanjutannya gimana itu lho..”(I2)

(80)

“ apalagi saya sudah minum obatsudah 2 kali disini sudah banyak, minimal…ya..mengurangi rasa sakit, nyeri..kemudian lukanya seperti ini. Kok bukan anu mbak…tapi kok nggak ada perubahan opo..gimana saya binggung…(I2)

(81)

Gambar 4.4

Pengetahuan Pasien tentang IC dan Prosedur Pemasangan IC Koding kategori Tema - Belum mengetahui

kateter sementara - Belum tahu pola

minum

- Bertanya takaran cairan - Baru mendengar kata

kateter

- Belum tahu jadwal minum dan jumlah - Tidak tahu cara

menyimpan kateter - Pasien bertanya tentang

sabun

- Pasien lupa tentang cairan penyimpanan

kateter Pengetahuan pasien tentang IC

- Supaya tidak sakit diperut

- Mempercepat penyembuhan - Belum bisa ( bapak) - Belum berani mencoba - Supaya tidak sakit - Pasien belum

menggunakan cairan pelumas

(82)

Berikut merupakan uraian dari pernyataan informan yang mendukung adanya tema diatas:

1) Pengetahuan tentang IC

Pasien SCI yang menggunakan kateter sangat bergantung pada pengetahuan dari pasien mengenai prosedurnya. Hasil wawancara yang dilaksanakan pada informan, terdapat beberapa unsur dalam dari kateter. Penelitian ini didapatkan data yakni belum mengetahui kateter sementara, belum tahu pola minum, bertanya takaran cairan, baru mendengar kata kateter, belum tahu jadwal minum dan jumlahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“ …kata itu nggih…baru ini..”(I3) “…belum( tahu kateter sementara)…”(I1)

“…dereng ngertos( jadwal minum dan jumlah)..(I1)

2) Cara merawat dan membersihkan kateter

(83)

membersihkan kateter. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“…mboten ngertos( cara membersihkan)…”(I1)

“…mboten ngertos (menyimpannya)…”(I1)

“…nyimpannya…haaaa…..”(I2)

“…sabun apa?..lupa...”(I3)

3) Tujuan dan manfaat kateter

Tujuan dan manfaat dari pemasangan kateter menurut informan dari hasil wawancara yakni biar bisa pipis, supaya mengatur kencing, supaya tidak sakit diperut dan mempercepat penyembuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“..kajenge pipis…..saged medal…”(I1)

“ untuk mempercepat penyembuhan..”(I2)

“…supaya mengatur kencing..tidak merasakan sakit

diperut..”(I3)

4) Skill dalam memasang kateter

(84)

mencoba. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“…belum( bisa memasang)...”(I3)

“..nggih, lha kulo nopo saged..”(I1)

5) Penggunaan gel

Penggunaan kateter pada informan ada unsur penggunaan gel. Wawancara kepada informan didapatkan data dari penggunaan gel yakni supaya tidak sakit dan pasien belum menggunakan cairan pelumas. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“…supaya tidak sakit…belum, saya gunakan…(I2)

g. Pentingnya dukungan keluarga dan tenaga kesehatan

(85)

Gambar 4.5

Pentingnya dukungan keluarga dan tenaga kesehatan

Koding kategori Tema

Berikut merupakan uraian dari pernyataan informan yang mendukung adanya tema diatas:

1) Keterlibatan keluarga

Hasil penelitian ini yani proses pemasangan IC pada inforrman yang berperan adalah keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

- Yang diajari - Anak saya sendiri(

(86)

“ …ibu(yang diajari)…”(I1)

“ …anak saya itu( yang memasang)…ya baru anak saya sendiri” (I3)

2) Peran tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini terdapat unsur peran tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“ dereng(belum diberi selebaran kertas)…”(I3)

h. Komponen penyuluhan dalam penggunaan IC pada pasien SCI.

(87)

Gambar 4.6

Komponen penyuluhan dalam penggunaan IC pada pasien SCI

Koding kategori Tema - Ndak paham dengan

penjelasan

- Pasien bingung dengan penjelasan dokter

- Sosialisasi IC kurang - Hanya diajari

memasang kateter - Hanya tahu selang

kateter - Penjelasan tidak usah

bertele-tele - Ada instruksi yang

lebih baik

- Pasien sudah berkali – kali opname

Sosialisasi tentang IC kurang Sosialisasi IC Baik

- Masalah kateter sudah jelas

- Dokter sudah menjelaskan

(88)

Berikut merupakan uraian dari pernyataan informan yang mendukung adanya tema diatas:

1) Evaluasi penyuluhan

Evaluasi penyuluhan dari hasil penelitian yakni tidak paham dengan penjelasan, pasien bingung dengan penjelasan dokter, pasien mengatakan belum diajari memasang, pasien mengatakan sakitnya bertambah. Pernyataan informan yang sesuai adalah sebagai berikut:

“ …bukan kok saya ini dokter-dokter kurang kompeten bukan...”(I2)

“…kok saya masih seperti ini, itu yang bikin saya

binggung.”( I2)

“…heran saya dokter-dokter itu semua datang di rumahsakit ini, ngomong ini itu ngomong itu, puusiiiing saya itu pikir-pikir, dengerin omongan yang ini harus ini harus ini…”(I2).

“g paham bu “(I4)

2) Metode Penyuluhan

Gambar

Gambar 2.1  Tulang Belakang Manusia
Gambar 2.2. sistem perkemihan
Gambar 3.1 Alur penelitian
Tabel  4.2  Informasi karakteristik informan Utama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode clustering dengan Algoritma K- means untuk data dampak bencana gempa bumi di provinsi Indonesia.Tahapan yang

Karakter yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar, (2) item tes

[r]

Membuat sistem informasi toko buku yang dapat. menghasilkan informasi dari rekapitulasi

Dim CompressedStringLength As Long Dim CompressedString() As Byte Dim CompressedStringIndex As Long Dim TreeByteStringLength As Long Dim TreeByteString() As Byte

Selanjutnya dari cara menggambar pun bisa kelihatan kepribadian seseorang misal: jika saat mengambar kamu terlalu sering menghapus atau kotor menandakan bahwa kamu adalah orang

menurut beratnya, selain dilapisi dengan seng dengan metode paduan besi-seng, mengandung karbon kurang dari 0,04% menurut beratnya dan dengan ketebalan tidak melebihi 1 ,2 mm

Di Jawa Barat sendiri, Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XII- 2014 yang dilaksanakan di Kabupaten Bekasi Merupakan Momentum yang sangat berharga menyongsong PON ke