“Meningkatkan Akses dan Kualitas
Pelayanan Kesehatan”
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
LAPORAN SEKRETARIS JENDERAL DEPKES RI SELAKU KETUA PANITIA
PENYELENGGARA RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL 2007, Solo, 24--27 Juni 2007 SAMBUTAN DAN ARAHAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2007, Surakarta, 24 Juni 2007
I. PLENO 1
Materi 1 PL-1-1
Penataan Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan...
Oleh : Sekretaris Jenderal Depkes RI
Materi 2 PL-1-2
KW-SPM dan Aplikasinya di Bidang Kesehatan...
Oleh: 1. Kepala Biro Hukum dan Organisasi 2. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran
Materi 3 PL-1-3
Tindak Lanjut Temuan LHP...
Oleh : I nspektur Jenderal Depkes RI
II. PLENO 2-A
Materi 1 PL-2A-1
Strategi Pengembangan Desa Siaga dan Pengelolaan Askeskin di Puskesmas...
Oleh : Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes
Materi 2 PL-2A-2
Pengalaman I mplementasi Strategi Pengembangan Desa Siaga di Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah...
Oleh: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah
Materi 3 PL-2A-3
Pengalaman Pengelolan Askeskin di Puskesmas ...
Oleh : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau
III. PLENO 2-B
Materi 1 PL-2B-1
Pelaksanaan Kegiatan Askeskin di RS dan Rencana Peningkatan Kapasitas Tempat Tidur, dan penerapan I NA-DRG...
Oleh : Direktur Jenderal Bina Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes
Materi 2 PL-2B -2
Pengalaman dalam Pengelolaan Askeskin di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta...
Oleh: Direktur Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta
IV. PLENO 3
Materi 1 PL-3-1
Kegiatan Prioritas Pengendalian Penyakit Menular (Malaria, AI DS, DBD, AI dan TBC)...
Oleh : Direktur Jenderal PP dan PL Depkes
Materi 2 PL-3-2
Program Obat Murah dan Apotik Rakyat...
Oleh : Direktur Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Materi 3 PL-3-3
Standar Kompetensi Pejabat Daerah...
Oleh : Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes
Materi 4 PL-3-4
Perkembangan Liberalisasi Jasa Medik dan Kesiapannya...
LAPORAN SEKRETARI S JENDERAL DEPKES RI SELAKU
KETUA PANI TI A PENYELENGGARA RAPAT KERJA KESEHATAN NASI ONAL 2007
SOLO, 24- 27 JUNI 2007
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera bagi kita sekalian,
Yth. I bu Menteri Kesehatan
Yth. Pimpinan dan Anggota Komisi I X DPR-RI , Yth. Gubernur Jawa Tengah,
Yth. Para Pejabat Eselon I dan I I Departemen Kesehatan, Yth. Perwakilan WHO dan Mitra I nternasional lain.
Yth. Para Pejabat Lintas Sektor,
Yth. Pimpinan LSM dan Organisasi Profesi,
Yth. Para Kepala Dinas dan Direktur Rumah Sakit, Yth. Para Undangan dan Peserta Rakerkesnas, Serta hadirin sekalian,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, oleh karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya kita dapat bersama-sama berkumpul pada malam hari ini dalam acara Pembukaan yang merupakan rangkaian acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional tahun 2007 di kota Solo, Jawa Tengah.
Ucapan terima kasih secara khusus kami sampaikan kepada bapak Gubernur Jawa Tengah yang telah memberikan dukungan terhadap penyelenggaraan Rapat Kerja ini.
I bu Menteri Kesehatan dan Para hadirin yang terhormat,
Perkenankan kami, selaku Ketua Panitia Penyelenggara, untuk menyampaikan beberapa hal terkait dengan penyiapan pelaksanaan acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional ini.
Tujuan Umum Rapat Kerja ini adalah untuk memfasilitasi terjadinya komunikasi antara pusat dan daerah dalam rangka memantapkan pelaksanaan program-program pembangunan kesehatan, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Secara khusus, melalui Rapat Kerja ini, diharapkan antara lain :
1. Teridentifikasikannya masalah-masalah pada pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan pada semester I tahun 2007. 2. Disepakatinya langkah-langkah penting untuk pelaksanaan
kegiatan pembangunan kesehatan tahun 2007, termasuk koordinasi dalam rangka sinergisme pelaksanaan pembangunan. 3. Terinformasikannya Arah Kebijakan dan Rencana Pembangunan
Kesehatan tahun 2008
4. Terjadinya pertukaran pengalaman daerah dalam penerapan strategi beberapa kegiatan prioritas.
Para hadirin yang terhormat,
Tema Rapat Kerja Kesehatan Nasional kali ini adalah : Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan, dengan sub tema nya :
Meningkatkan efisiensi & efektifitas, dan menata alokasi serta utilisasi anggaran kesehatan dalam mew ujudkan pelayanan kesehatan yang terjangkau, adil dan merata.
Tema dan subtema pertemuan tersebut kami pilih, dengan menyadari bahwa AKSES dan MUTU pelayanan kesehatan kepada masyarakat masih merupakan tantangan utama pembangunan kita di bidang kesehatan. Kami yakini pula bahwa hanya dengan pelayanan kesehatan bermutu yang dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata, serta dibarengi dengan pembangunan di sektor lain, MASYARAKAT SEHAT akan dapat terwujud.
Di samping itu, memperhatikan sumber-sumber angaran pembangunan yang semakin terbatas, maka diperlukan suatu upaya penataan alokasi anggaran untuk menjamin tersedianya anggaran bagi upaya-upaya prioritas secara proporsional. Tentunya hal tersebut perlu dibarengi pula dengan upaya-upaya efisiensi dan peningkatan efektifitas di setiap kegiatan dalam program pembangunan kesehatan. Pendekatan seperti ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang secara sinergis mengarah pada perbaikan mutu dan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Para hadirin yang terhormat,
Spirit tersebut kami harapkan dapat tercermin dalam setiap proses pembahasan yang senantiasa mengedepankan kepentingan masyarakat banyak sebagai sasaran pembangunan kesehatan. Melalui semangat ini kami harapkan tujuan pertemuan yang kita harapkan bersama, dapat tercapai, insya Allah.
Para hadirin yang terhormat,
Rapat Kerja ini direncanakan akan dihadiri oleh seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten, beserta seluruh Direktur Rumah Sakit Pemerintah tingkat Provinsi dan Kabupaten, beserta Pimpinan Unit-unit vertikal Depkes di daerah.
Dari Departemen Kesehatan, akan diikuti oleh Menteri Kesehatan beserta seluruh Pejabat Eselon I dan Eselon I I serta pejabat lain terkait.
Di samping itu, kami mengundang pula dari Unsur Legislatif yaitu Komisi I X DPR-RI . Juga perwakilan dari eksekutif pada sektor lain seperti Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Menkokesra, Bappenas, Badan Pemeriksaan Keuangan , Badan POM dan BKKBN.
Kami undang pula Kolegium Kedokteran dan Kedokteran Gigi, PT. Askes, Mitra I nternasional seperti WHO, UNI CEF dan lainnya, serta Organisasi Profesi dan LSM kesehatan.
Diperkirakan peserta keseluruhan Rapat Kerja ini berjumlah 1.350 orang.
Para hadirin yang terhormat,
Pembahasan topik-topik dalam agenda Rapat Kerja ini akan diselenggaran dalam 4 Plenary Session yang terbagi dalam 2 hari efektif pertemuan ini.
Mengingat banyaknya jumlah peserta pertemuan, dan terbatasnya alokasi waktu yang tersedia dalam setiap session, kami sangat mengharapkan kerjasama yang baik dari seluruh peserta untuk memperhatikan jadwal waktu acara.
Kami akan berupaya semaksimal mungkin memfasilitasi pertemuan ini agar dapat berjalan lancar, demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Demikianlah Laporan penyiapan penyelenggaraan Rakerkesnas tahun 2007 ini. Kami mengharapkan kepada I bu Menteri Kesehatan berkenan memberikan Sambutan Arahan sekaligus membuka secara resmi Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2007.
Atas perhatian I bu Menteri dan para hadirin, peserta Rapat Kerja Kesehatan Nasional yang terhormat, kami ucapkan terima kasih.
Wabillahi Taufik Walhidayah.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Solo, 24 Juni 2007 Sekretaris Jenderal
Materi 1
SAM BU T AN DAN ARAH AN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PADA
RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2007
Surakarta, 24 Juni 2007
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA
RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2007
Surakarta, 24 Juni 2007
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Yth. Pimpinan dan Anggota Komisi IX DPR-RI,
Yth. Gubernur Jawa Tengah,
Yth. Para Pejabat Eselon I dan II Departemen Kesehatan, Yth. Para Pejabat Lintas Sektor,
Yth. Pimpinan LSM dan Organisasi Profesi,
Yth. Para Kepala Dinas dan Direktur Rumah Sakit,
Yth. Para Undangan, Peserta Rakerkesnas, dan hadirin sekalian,
Rakerkesnas Tahun 2007 ini merupakan pertemuan akbar pertama pada tahun 2007, setelah saya selaku Menteri Kesehatan bertatap muka dengan para Kepala Dinas Kesehatan Provinsi pada bulan April 2007 yang lalu.
Para Peserta Rakerkesnas dan hadirin sekalian yang saya hormati, Dalam kesempatan yang baik ini, saya sebagai Menteri Kesehatan, pembantu Presiden RI yang bertanggung jawab dalam pembangunan kesehatan, ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua jajaran kesehatan di daerah serta semua pihak terkait lainnya, yang telah berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Kinerja pembangunan kesehatan dinilai cukup berhasil, baik dari opini masyarakat maupun dari penilaian langsung oleh Bapak Presiden RI dalam kesempatan Rapat Terbatas Bidang Kesehatan pada bulan Maret 2007, yang dipimpin oleh Presiden RI, dan dihadiri oleh Wakil Presiden RI serta beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu.
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan sampai dewasa ini dan beberapa tahun ke depan, dihadapi berbagai masalah nasional, yaitu: kemiskinan, keadaan dan kemampuan antar daerah yang sangat berbeda, desentralisasi bidang kesehatan yang belum optimal, proses pembelajaran demokratisasi, bencana alam dan kejadian luar biasa penyakit, kesadaran dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang masih rendah, dan pendanaan kesehatan per-kapita yang juga masih sangat rendah.
hasil dari sarana kesehatan menjadi pendapatan daerah, (4) Masyarakat miskin belum sepenuhnya terjangkau oleh program Askeskin disebabkan masih kurangnya tempat tidur kelas 3 RS, dan (5) beban ganda penyakit.
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dalam dua tahun terakhir ini telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu telah menurun secara bermakna. Demikian pula umur harapan hidup telah semakin meningkat.
Sejak tahun 2005 dan 2006 telah dilaksanakan Program Askeskin, yang mencakup 60 juta penduduk miskin dan hampir miskin, dan tahun 2007 mencakup 76,4 juta penduduk miskin. Pemanfaatan program Askeskin oleh masyarakat miskin terus meningkat. Tahun 2006, jumlah kunjungan rawat jalan tingkat pertama di Puskesmas mencapai sekitar 110 juta kunjungan, kunjungan rawat jalan tingkat lanjut di RS mencapai hampir 7 juta kunjungan, dan pemanfaatan rawat inap tingkat lanjut di RS mencapai hampir 1,6 juta orang. Selain itu, masyarakat miskin juga telah mendapatkan pelayanan kasus khusus, seperti pertolongan persalinan, hemodialisa, operasi jantung dan operasi caesar.
Dalam rangka meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap obat, telah diturunkan harga obat generik lebih dari 157 item/jenis sampai 70 %, dan penurunan harga 1.418 item/jenis obat esensial generik bermerek antara 10-80%. Selain itu, telah pula diluncurkan program Obat Paket Seribu. Agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang benar tentang obat generik dan harganya, maka telah dilakukan pula labelisasi obat generik pada kemasannya, dan dengan pencantuman harga eceran tertingginya (HET).
beberapa penyakit menular terlihat meningkat, namun kematian dan kecacatannya telah dapat ditekan.
Saudara-saudara, para peserta Rakerkesnas yang saya hormati,
Tema Rakerkesnas 2007 ini adalah “Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan”. Tema ini tentunya sejalan dengan Agenda Presiden Republik Indonesia seperti yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Salah satu arah pembangunan sumberdaya manusia (SDM) dalam RPJM-N 2004-2009 adalah “Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Layanan Kesehatan
yang Berkualitas”. Dalam upaya kita meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan bagi masyarakat, saya ingin mengemukakan dan mohon perhatian dari semua jajaran kesehatan dan pihak terkait lainnya, atas hal-hal sebagai berikut :
o Penduduk miskin yang secara ekonomi tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas, harus dapat dilayani secara gratis, karena biayanya ditanggung oleh pemerintah. Oleh karenanya program Askeskin harus terus ditingkatkan dan dimantapkan lagi. Lebih jauh dari pada itu kita juga harus mengusahakan jaminan kesehatan tidak saja bagi penduduk miskin, namun secara bertahap menjadi jaminan kesehatan sosial sebagai bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
kita harus mengupayakan daya dorong yang kuat dalam pembangunan kesehatan.
o Puskesmas harus mampu mengakomodasikan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan dasar berkualitas yang meningkat sebagai akibat positif dari pengembangan Desa Siaga. Selain itu Puskesmas juga harus mampu membina berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Desa Siaga melalui Pos Kesehatan Desa.
o Rumah-rumah sakit harus siap menerima rujukan pelayanan kesehatan dengan pelayanan kesehatan spesialistik yang bermutu.
o Surveilans dan monitoring di berbagai jenjang harus ditingkatkan, termasuk kesiapan dalam menanggulangi masalah kesehatan akibat bencana.
o Guna mendukung upaya peningkatan pelayanan kesehatan, harus didukung oleh penyediaan tenaga kesehatan yang terdistribusi secara merata sesuai dengan kebutuhan dan penataan sistem informasi kesehatan yang mantap.
Saudara-saudara para peserta Rakerkesnas yang saya hormati,
Sebagaimana saya sampaikan terdahulu, pada bulan April 2007 yang lalu, saya telah mengundang semua Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk membahas berbagai perkembangan, masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah. Dari pertemuan tersebut, secara pokok-pokok telah diidentifikasikan beberapa masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah sebagai berikut :
Dalam hubungan ini masih dilaporkan pula adanya masyarakat miskin yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
2. Sebagian besar provinsi melaporkan kurangnya tenaga kesehatan di wilayahnya. Beberapa peraturan dan ketentuan yang berkaitan dengan pendayagunaan tenaga kesehatan, dirasakan menghambat upaya penyediaan dan penyebaran tenaga kesehatan. Dalam kaitan ini, arahan Presiden RI untuk melakukan percepatan pengadaan dokter spesialis harus kita jawab dan laksanakan dengan sebaik-baiknya.
3. Perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan masih perlu ditingkatkan. Banyak provinsi yang melaporkan sampai bulan Maret 2007, masih diperlukan adanya revisi DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatannya (POK).
4. Peran provinsi dalam pemantauan atau monitoring kegiatan pembangunan kesehatan, utamanya dengan dana bersumber APBN dan DAK, perlu lebih diperjelas dan ditingkatkan lagi.
5. Kegiatan pembangunan kesehatan dengan sumber pembiayaan luar negeri (PHLN) dilaporkan realisasi anggarannya sangat rendah, yang disebabkan rumitnya pengelolaan proyek-proyek PHLN. Disamping itu dlaporkan pula, pelaksanaan kegiatan proyek PHLN kurang terintegrasi dengan kegiatan program-program pembangunan kesehatan di daerah. 6. Sebahagian provinsi juga melaporkan tentang berbagai hambatan
dalam proses pengadaan barang di daerah.
membahas pelaksanaan Program Askeskin dan aplikasi pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan para Direktur Rumah Sakit, dapat membahas pelaksanaan Program Askeskin dan aplikasinya di rumah sakit, termasuk membicarakan kemungkinan menambah sarana tempat tidur kelas 3 RS.
Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Di era reformasi dan demokratisasi ini, “Good Governance” dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan sudah merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Good governance adalah suatu yang ideal, tapi sangat sulit dilaksanakan secara totalitas. Hal ini perlu saya kemukakan karena dari berbagai literatur ataupun diskusi, sedikitnya ada 8 (delapan) karakteristik utama dari good governance. Ke-delapan karakteristik utama tersebut adalah :
o Transparan; dalam hal ini semua para pihak dan masyarakat harus mempunyai kemudahan akses terhadap informasi tentang kebijakan yang akan diambil, kebijakan yang telah ditetapkan, dan pelaksanaan dari kebijakan tersebut.
o Akuntabel; di mana semua keputusan atau kebijakan yang diambil dan pelaksanaan dari kebijakan tersebut harus dapat dipertanggung-gugatkan kepada masyarakat.
o Responsif; di mana pengambilan keputusan dan pelaksanaannya harus dapat merespon semua perkembangan yang terjadi di masyarakat, dan dapat mengakomodasikan berbagi kepentingan para pihak.
yang dapat memenuhi hajat orang banyak, dan dalam proses pelaksanaannya dapat mempergunakan sumberdaya secara efisien.
o Fairness (Equitabel dan Inklusif) ; di mana penetapan dan pelaksanaan kebijakan publik dilakukan mencakup semua lapisan masyarakat, dan memperlakukan mereka secara wajar dan layak. Dengan demikian masyarakat akan merasa bahwa mereka merupakan bagian dari upaya pencapaian kesejahteraan masyarakat.
o Partisipasipatif ; yaitu adanya partisipasi dari semua para pihak atau stakeholders dari sejak tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya.
o Berorientasi pada konsensus; dalam arti segala sesuatunya harus dibicarakan dan dibahas bersama untuk mencapai suatu kesepakatan terhadap keputusan yang akan diambil maupun dalam langkah-langkah pelaksanaannya.
o Berlandaskan peraturan perundang-undangan; Good governance membutuhkan dukungan peraturan perundangan, yang tidak saja diundangkan, namun benar-benar dapat diberlakukan secara konsisten.
Para Undangan, peserta Rakerkesnas, dan hadirin sekalian yang saya hormati,
Saya sangat yakin bahwa tujuan pembangunan kesehatan tidak akan dapat dicapai hanya dengan upaya oleh sektor kesehatan saja, apalagi hanya oleh Departemen Kesehatan. Oleh karenanya, dalam kesempatan yang baik ini saya ingin menggantungkan harapan kepada semua pihak di lingkungan pemerintahan secara lintas sektor, legislatif, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, dan badan-badan internasional di bidang kesehatan. Marilah dengan semangat kemitraan kita selenggarakan pembangunan kesehatan, untuk membuat rakyat sehat.
Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan sebagai pengantar dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2007 ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
MENTERI KESEHATAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PEMBUKAAN
“Meningkatkan Akses dan Kualitas
Pelayanan Kesehatan”
M ASALAH N ASI ON AL
M ASALAH N ASI ON AL
z
z
K EM I SK I N AN
K EM I SK I N AN
z
z
K EADAAN DAN K EM AM PU AN AN T AR
K EADAAN DAN K EM AM PU AN AN T AR
DAERAH Y G SAN GAT BERBEDA
DAERAH Y G SAN GAT BERBEDA
z
z
DESEN T RALI SASI K ESEH AT AN BELU M
DESEN T RALI SASI K ESEH AT AN BELU M
OPT I M AL
OPT I M AL
z
z
PROSES PEM BELAJ ARAN DEM OK RAT I SASI
PROSES PEM BELAJ ARAN DEM OK RAT I SASI
z
z
BEN CAN A ALAM / FLU BU RU N G
BEN CAN A ALAM / FLU BU RU N G
z
z
K ESADARAN M ASARAK AT U T K PH BS
K ESADARAN M ASARAK AT U T K PH BS
ISU STRATEGIS
ISU STRATEGIS
BANGKES
BANGKES
1.
1.
Banyak
Banyak
masalah
masalah
kesehatan
kesehatan
dapat
dapat
dideteksi
dideteksi
dan
dan
diatasi
diatasi
secara
secara
dini
dini
di
di
tingkat
tingkat
paling
paling
bawah
bawah
2.
2.
Jumlah
Jumlah
dan
dan
mutu
mutu
tenaga
tenaga
kesehatan
kesehatan
belum
belum
memenuhi
memenuhi
kebutuhan
kebutuhan
3.
3.
Pemanfaatan
Pemanfaatan
pembiayaan
pembiayaan
kesehatan
kesehatan
belum
belum
fokus
fokus
&
&
sinkron
sinkron
;
;
hasil
hasil
sarana
sarana
kesehatan
kesehatan
jadi
jadi
pendapatan
pendapatan
daerah
daerah
4.
4.
Maskin
Maskin
belum
belum
sepenuhnya
sepenuhnya
terjangkau
terjangkau
yankes
yankes
5.
5.
Beban
Beban
ganda
ganda
penyakit
penyakit
PEM AN FAAT AN PROGRAM ASK ESK I N
PEM AN FAAT AN PROGRAM ASK ESK I N
T AH U N 2 0 0 5 DAN 2 0 0 6
T AH U N 2 0 0 5 DAN 2 0 0 6
(
(
da la m
da la m
ribua n
ribua n
)
)
32,910 109,859 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000
Kunjungan Rajal I di Puskesmas
1,453 6,921 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000
Kunjungan RJTL di RS
PELAYANAN KASUS KHUSUS MASKIN
PELAYANAN KASUS KHUSUS MASKIN
TAHUN 2005
TAHUN 2005
–
–
2006
2006
DIAGNOSA
DIAGNOSA
Tahun
Tahun
2005
2005
Tahun
Tahun
2006
2006
KASUS
KASUS
BIAYA
BIAYA
KASUS
KASUS
BIAYA
BIAYA
PERTOLONGAN
PERTOLONGAN
PERSALINAN
PERSALINAN
374.468
374.468
56.170.200.000
56.170.200.000
501.622
501.622
60.461.632.185
60.461.632.185
HEMODIALISA
HEMODIALISA
4.862
4.862
6.370.461.200
6.370.461.200
5.418
5.418
15.622.815.000
15.622.815.000
OPERASI JANTUNG
OPERASI JANTUNG
380
380
3.330.000.200
3.330.000.200
2.950
2.950
27.237.263.800
27.237.263.800
SECTIO CAESARIA
SECTIO CAESARIA
1.254
1.254
2.068.616.300
2.068.616.300
7.141
7.141
11.782.078.500
11.782.078.500
LAPARATOMI
LAPARATOMI
162
162
358.425.800
358.425.800
983
983
2.333.991.500
2.333.991.500
OPERASI KANKER
OPERASI KANKER
780
780
1.190.747.600
1.190.747.600
617
617
956.780.000
956.780.000
PEN U RU N AN H ARGA OBAT
PEN U RU N AN H ARGA OBAT
z
z
Harga
Harga
157 item/
157 item/
jenis
jenis
obat
obat
generik
generik
telah
telah
dapat
dapat
diturunkan
diturunkan
sampai
sampai
dengan
dengan
70%
70%
z
z
Harga
Harga
1.418 item /
1.418 item /
jenis
jenis
obat
obat
esensial
esensial
generik
generik
bermerk
bermerk
dapat
dapat
diturunkan
diturunkan
antara
antara
10
10
–
–
80 %
80 %
z
z
Telah
Telah
dilakukan
dilakukan
labelisasi
labelisasi
obat
obat
generik
generik
pada
pada
kemasan
kemasan
dan
dan
pencantuman
pencantuman
Harga
Harga
Eceran
Eceran
Tertinggi
Tertinggi
(HET)
(HET)
z
z
Program
Program
Obat
Obat
Paket
Paket
Seribu
Seribu
Pe ningk a t a n Ak se s M a sya ra k a t
t e rha da p
La ya na n K e se ha t a n ya ng Be rk ua lit a s
Agenda:
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
PENINGKATAN KUALITAS SDM
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERH AT I AN !! U N T U K :
PERH AT I AN !! U N T U K :
PEN I N GK AT AN
PEN I N GK AT AN
AK SES & M U T U Y AN K ES
AK SES & M U T U Y AN K ES
z
z
Semua
Semua
masyarakat
masyarakat
miskin
miskin
harus
harus
dapat
dapat
dilayani
dilayani
melalui
melalui
Program
Program
Askeskin
Askeskin
.
.
Secara
Secara
bertahap
bertahap
dikembangkan
dikembangkan
jaminan
jaminan
kesehatan
kesehatan
sosial
sosial
.
.
z
z
Pencapaian
Pencapaian
sasaran
sasaran
MMR
MMR
sesuai
sesuai
MDGs
MDGs
dirasakan
dirasakan
sangat
sangat
sulit
sulit
,
,
perlu
perlu
daya
daya
dorong
dorong
bangkes
bangkes
.
.
z
z
Puskesmas
Puskesmas
harus
harus
mampu
mampu
yankesdas
yankesdas
bermutu
bermutu
dan
dan
dapat
dapat
membina
membina
Desa
Desa
Siaga
Siaga
dan
dan
UKBM lain.
UKBM lain.
z
z
Rumah
Rumah
sakit
sakit
harus
harus
mampu
mampu
yankes
yankes
spesialistik
spesialistik
bermutu
bermutu
.
.
z
z
Surveilans
Surveilans
, monitoring
, monitoring
dan
dan
kemampuan
kemampuan
penanggulangan
penanggulangan
masalah
masalah
kesehatan
kesehatan
akibat
akibat
berncana
berncana
ditingkatkan
ditingkatkan
z
z
Dukungan
Dukungan
penyediaan
penyediaan
tenaga
tenaga
kesehatan
kesehatan
sesuai
sesuai
kebutuhan
kebutuhan
dan
dan
sistem
sistem
informasi
informasi
kesehatan
kesehatan
yang
yang
mantap
mantap
.
.
PERH AT I AN !! U N T U K :
PERH AT I AN !! U N T U K :
PEN I N GK AT AN
PEN I N GK AT AN
AK SES & M U T U Y AN K ES
AK SES & M U T U Y AN K ES
M ASALAH & H AM BAT AN
M ASALAH & H AM BAT AN
PEN Y ELEN GGARAAN BAN GK ES (1 )
PEN Y ELEN GGARAAN BAN GK ES (1 )
•
•
PROGRAM ASK ESK I N
PROGRAM ASK ESK I N
¾
¾
Kelambatan
Kelambatan
pengajuan
pengajuan
dan
dan
pembayaran
pembayaran
klaim
klaim
RS
RS
¾
¾
Masih
Masih
ada
ada
laporan
laporan
maskin
maskin
tidak
tidak
dapat
dapat
yankes
yankes
•
•
T EN AGA K ESEH AT AN
T EN AGA K ESEH AT AN
¾
¾
Kekurangan
Kekurangan
tenaga
tenaga
kesehatan
kesehatan
¾
¾
Beberapa
Beberapa
peraturan/kebijakan
peraturan/kebijakan
menghambat
menghambat
upaya
upaya
penyebaran
penyebaran
tenaga
tenaga
kesehatan
kesehatan
•
•
PEREN CAN AAN & PEN GAN GGARAN
PEREN CAN AAN & PEN GAN GGARAN
¾
¾
Revisi
Revisi
DIPA
DIPA
¾
¾
Revisi
Revisi
POK
POK
M ASALAH & H AM BAT AN
M ASALAH & H AM BAT AN
PEN Y ELEN GGARAAN BAN GK ES (2 )
PEN Y ELEN GGARAAN BAN GK ES (2 )
•
•
PEM AN T AU AN /M ON I T ORI N G
PEM AN T AU AN /M ON I T ORI N G
¾
¾
Kejelasan
Kejelasan
peran
peran
provinsi
provinsi
dalam
dalam
pemantauan
pemantauan
pelaksanaan
pelaksanaan
kegiatan
kegiatan
di
di
kabupaten/kota
kabupaten/kota
,
,
dengan
dengan
sumber
sumber
dana
dana
APBN
APBN
dan
dan
DAK
DAK
•
•
PROY EK PH LN
PROY EK PH LN
¾
¾
Realisasi
Realisasi
anggaran
anggaran
PHLN
PHLN
sangat
sangat
rendah
rendah
¾
¾
Kegiatan
Kegiatan
proyek
proyek
PHLN
PHLN
kurang
kurang
terintegrasi
terintegrasi
dengan
dengan
program
program
bangkes
bangkes
di
di
daerah
daerah
•
•
H AM BAT AN DALAM PEN GADAAN
H AM BAT AN DALAM PEN GADAAN
BARAN G/T EN DER
BARAN G/T EN DER
Outcome
Outcome
dalam
dalam
Pelayanan
Pelayanan
Kesehatan
Kesehatan
Responsif
Orientasi Konsensus
Partisipatif
Penerapan
Good
Governance
dalam
YANKES
Penerapan
Penerapan
Good
Good
Governance
Governance
dalam
dalam
YANKES
YANKES
Berlandaskan Aturan
Transparan
Akuntabel
Fairness (Equity&Inclusif)
Efektif & Efisien
MENTER
I KESEHA
TAN
REPUBLIK
IND
O
NE
PLEN O 1
Materi 1
Penataan Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan
Oleh :
Sekretaris Jenderal Depkes RI
Materi 2
KW-SPM dan Aplikasinya di Bidang Kesehatan
Oleh: 1.
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
2.
Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran
Materi 3
Tindak Lanjut Temuan LHP
PLEN O 1
Materi 1
Penataan Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan
A.
A.
MASA LALU
MASA LALU
-
-
MASA KINI
MASA KINI
-
-MASA MENDATANG
MASA MENDATANG
B.
B.
PENGORGANISASIAN PEMB.
PENGORGANISASIAN PEMB.
KESEHATAN
R-I
HFA
HFA
’
’
2000
2000
SK N :
--RPJPKRPJPK
--P.KARSA.H P.KARSA.H
--P.KARYA. H.P.KARYA. H.
UU
UU
’
’
23/92
23/92
R-VII
MILENIUM
MILENIUM
III
III
RECOVERY
•
IND. SEHAT 2010
•
MDG
•
RPJP 2020
•
PENINJAUAN
KEMBALI SUATU
CARA PANDANG
•
PERUBAHAN
POLA PIKIR
•
PERUBAHAN
MANAJERIAL
REFORMASI
REFORMASI
K RI
SI S
TRANSISI DEMOGRAFITRANSISI DEMOGRAFI
TRANSISI EPIDEMIOLOGITRANSISI EPIDEMIOLOGI
KRISIS EKONOMIKRISIS EKONOMI
GLOBALISAGLOBALISASISI
SDM KES YG KOMPETITIFSDM KES YG KOMPETITIF
BEBAN GANDA NUTRISIBEBAN GANDA NUTRISI
KETERBATASAN ANGGARANKETERBATASAN ANGGARAN
TANTANGAN
PERUBAHAN
MANAJERIAL
•
Peningkatan Akses
dan Mutu Yankes
•
Pemanfaatan SPM untuk
mengawal mutu Yankes
•
Peningkatan Efisiensi
dan Efektivitas
pelaksanaan Pemb. Kes
•
Penataan Alokasi dan
Utilisasi Anggaran
Pemb. Kes. Pusat dan
Daerah
2009
2009
2005
2005
TANTANGAN PEMBANGUNAN
TANTANGAN PEMBANGUNAN
KESEHATAN
KESEHATAN
JANGKA MENENGAH
JANGKA MENENGAH
OTONOMI
OTONOMI
DAERAH
DAERAH
TRASFORMASI
TRASFORMASI
PELAYANAN
PELAYANAN
KESEHATAN
KESEHATAN
ONE
ONE
-
-
SIZE
SIZE
FITS
FITS
-
-
ALL
ALL
LOCAL
LOCAL
SPECIFIC
SPECIFIC
MEMERLUKAN
KEBERADAAN, KAPASITAS
SERTA KESIAPAN
BERBAGAI INSTITUSI,
ORGANISASI
DAN SUMBERDAYA
YANG SALING
BERHUBUNGAN DAN
SALING
MENDUKUNG
SISTEM
SISTEM
KESEHATAN
KESEHATAN
Meliputi Organisasi / Institusi
Di tingkat Desa, Kecamatan,
RENSTRA DEPKES
RPJMN
RPJMN
RENJA-KL
RENSTRA
UNIT2 UTAMA /
UPT2
RENSTRA
UNIT2 UTAMA
RENSTRA PROVINSI
RENSTRA KAB / KOTA
RPJMD
RPJMD
RPJMD
RPJMD
RENJA-SKPD
1.
1.
PENDEKATAN ESENSI
PENDEKATAN ESENSI
2.
2.
PENDEKATAN ARTIKULASI
PENDEKATAN ARTIKULASI
3.
3.
PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI
PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI
4.
4.
PENDEKATAN SISTEM
PENDEKATAN SISTEM
5.
5.
PENDEKATAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH
PENDEKATAN DISPARITAS ANTAR WILAYAH
6.
ESENSI REFORMASI
•
•
PERBAIKAN ETIK & MORAL
PERBAIKAN ETIK & MORAL
•
•
PELAKSANAAN TUGAS
PELAKSANAAN TUGAS
LEBIH AKUNTABEL
LEBIH AKUNTABEL
•
•
LEBIH MEMUASKAN
LEBIH MEMUASKAN
PELANGGAN
PELANGGAN
PERLU PENINJAUAN
PERLU PENINJAUAN
ULANG
ULANG
•
•
Jaga
keseimbangan
keseimbangan
antara
antara
ekonomi
ekonomi
( Business) vs. tugas2
( Business) vs. tugas2
sosial
sosial
-
-
kemanusiaan
kemanusiaan
melalui penerapan Etik & moral
dilandasi perikemanusiaan
•
Perlu
PEMIMPIN VISIONER
PEMIMPIN VISIONER
yg
yg
.
.
mampu
mampu
menerapkan
menerapkan
EFFECTIVE
EFFECTIVE
-
-
BASED PROGRAM
BASED PROGRAM
PLANNING yang AKUNTABEL
PLANNING yang AKUNTABEL
•
•
Peningkatan
PROFESIONALISME
PROFESIONALISME
:
- lege artis - prosedural
Dalam
Dalam
perumusan
perumusan
Dan Implementasi
Dan Implementasi
VISI
VISI
-
-
MISI
MISI
PERLU MENYERAP
PERLU MENYERAP
ASPIRASI
ASPIRASI
DAN DUKUNGAN
DAN DUKUNGAN
STAKEHOLDERS
STAKEHOLDERS
SYSTEM
THINKING
1. Jajaran Kesehatan:
Praktisi, Klinisi, Peneliti,
Pendidik
Adanya
Adanya
Triple
Triple
Burden
Burden
1. DISTRIBUSI
2. FREKUENSI
3. DETERMINAN2
PENYAKIT
Sasaran2 Program
Sasaran2 Program
perlu
perlu
lebih
lebih
difokuskan
Pendekatan
Pendekatan
Siste
Siste
m
m
diperlukan
diperlukan
guna
guna
memberi
memberi
arah
arah
agar
agar
PELAYANAN
PELAYANAN
KESEHATAN
KESEHATAN
BERSIFAT
BERSIFAT
PARIPURNA
PARIPURNA
1.
Mencakup Pelay Kes Dasar,
Rujukan dan Promotif/Preventif
yang saling terkait dan bermutu
2. Meliputi pelayanan Medis
dan Non-Medis
3. Keserasian antara Sistem
Pelayanan Kesehatan dan
Kesenjangan
Antar
Wilayah
•
GEOGRAFI
•
DEMOGRAFI
•
SOSIAL-EKONOMI
1. KESENJANGAN AKAN
LEBIH SERIUS
2. PERLU PERIUMUSAN
KEBIJAKAN SPESIFIK
DAERAH
3. PERLU DUKUNGAN
SIM-KES
4.
Perlu Penataan
Alokasi yg Pro-Equity
KRISIS EKONOMI,
KRISIS EKONOMI,
OTONOMI DAN
OTONOMI DAN
DESENTRALISASI
HAK DAN
HAK DAN
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN
PARA
PARA
STAKEHOLDERS
STAKEHOLDERS
DAN MASYARAKAT
DAN MASYARAKAT
BELUM SEPADAN
BELUM SEPADAN
PERLU KEMANDIRIAN
MELALUI
PEMBERDAYAAN KELUARGA,
MASYARAKAT
PL- 1- 2
PLEN O 1
Materi 2
KW- SPM dan Aplikasinya di Bidang Kesehatan
Oleh :
1.
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
REVISI SPM BIDANG KESEHATAN
DI KAB/KOTA SESUAI
UU 32/2004 DAN PP 65/2005
SERTA PERMENDAGRI NO 6/2007
DR.dr. AGUS PURWADIANTO,SH,MSi, Sp F(K)
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI
OTONOMI
DAERAH
REFORMASI
BI ROKRASI
DAERAH
GOOD
LOCAL
GOVERNANCE
•
Penataan kelembagaan
•
Penataan SDM
•
Penataan tata laksana
•
Peningkatan akuntabilitas
Perubahan
sentralisasi ke
desentralisasi
•
Pemberdayaan daerah
•
Demokratisasi
•
Pendekatan pelayanan
terciptanya kepemerintahan
di daerah yang baik, diprakarsai
birokrasi yang handal
serta
didukung oleh partisipasi
URUSAN PEMERINTAHAN
Concurrent
(Urusan Bersama
Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota
)
Absolut
(Mutlak Urusan Pusat)
-
Hankam
-
Moneter
-
Yustisi
-
Politik Luar Negeri
-
Agama
Wajib/Obligatory (Pelayanan Dasar) Contoh: Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum, dan Perhubungan Pilihan/Optional (Sektor Unggulan) Contoh: Pertanian, Industri, Perdagangan, Pariwisata, Kelautan, dsb.
SPM
URUSAN WAJIB
penyelenggaraannya
diwajibkan
kepada
daerah
karena:
BERKAITAN DG
PELAYANAN DASAR
UTK PERLINDUNGAN HAK
KONSTITUTIONAL
UTK MENJAGA KEPENTINGAN
NASIONAL
DEMI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
MENJAGA KETENTERAMAN DAN
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
KETENTUAN TENTANG JENIS DAN
MUTU PELAYANAN DASAR YG
MERUPAKAN URUSAN WAJIB
DAERAH YG BERHAK DIPEROLEH
PRINSIP DASAR SPM
(PP NO: 65/2007)
1.
SPM alat Pemerintah dan Pemerintahan Daerah untuk menjamin
akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara
merata.
2. SPM ditetapkan oleh Pemerintah dan diberlakukan untuk
seluruh Pemda Propinsi dan Pemda Kabupaten/Kota.
3. Penerapan SPM oleh Pemda merupakan bagian dari
penyelenggaraan pelayanan dasar nasional.
4. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka,
terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai
batas waktu pencapaian.
5. SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas
dan kemampuan keuangan nasional dan daerah serta
DRAFT SPM BID. KES. DI KAB/KOTA
(SESUAI PP 65/2005)
PROSES REVISI
SPM 1457/2003
MENGAPA : ??
PROSES PENYUSUNAN SPM (KEPMENKES 1457/2004) TELAH
MELIBATKAN/KOMITMEN
:
1.
MEMPERHATIKAN PP NO 7/1987 TENTANG PENYERAHAN
SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH KEPADA DAERAH DI
BIDANG KESEHATAN.
2.
LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR TERKAIT DEPDAGRI,
DEPDIKNAS, BAPPENAS, DEPKEU, MENPAN, BKKBN
3.
LINTAS SEKTOR DI DAERAH (GUB, BUPATI, WALIKOTA,
DPRD, PEMDA, BAPPEDA, BKKBN PROV/KAB/KOTA) .
4.
DINKES PROV/KAB/KOTA, UPTD, RSUD DAN PUSKESMAS.
5.
ADINKES, ARSADA.
6.
ORGANISASI PROFESI KES. DI TINGKAT
PUSAT/PROV/KAB/KOTA.
MENGAPA : ??
8.
LSM PEDULI KESEHATAN DAN KOALISI UNTUK INDONESIA
SEHAT.
9.
PARA EXPERT / DONOR AGENCY
10.
PARA KONSULTAN.
11.
WHO, WORLD BANK, ADB, JICA, USAID,Aus AID, CIDA, MSH
USAID.
12.
WORKSHOP.
13.
MODEL BUILDING EXERCISE / MBE.
14.
SOSIALISASI DAN FASILITASI KW/SPM.
DARI 54 SPM KES DI KAB/KOTA :
INDIKATOR SPM YANG DAPAT DIISI
OLEH >90 % KAB/KOTA DI INDONESIA
1.
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL k4
2.
BALITA BGM
3.
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
4.
CAKUPAN BUMIL MENDAPAT 90 TABL FE
5.
BALITA YG NAIK BERAT BADANNYA
6.
BUMIL RISIKO TINGGI YG DIRUJUK
7.
DESA/KELURAHAN UCI
8.
KESEMBUHAN PENDERITA TBC (BTA +)
9.
CAKUPAN BALITA MENDAPAT KAPSUL VIT A 2X/TAHUN
10.
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN NAKES
EVALUASI IMPLEMENTASI SPM
BID. KESEHATAN DI KAB/KOTA
PERMASALAHAN SPM:
Jumlah indikator SPM terlalu banyak
Target indikator terlalu tinggi bagi sebagian besar
Kab/Kota
Beberapa indikator sulit diperoleh sumber datanya
Ada beberapa SPM yang diwajibkan tetapi tidak
menjadi masalah di Kab/Kota tertentu
Definisi Operasional Indikator kurang jelas :
Alokasi anggaran di daerah tidak mencukupi
kebutuhan untuk melaksanakan pelayanan
yang di-SPM-kan.
SDM, sarana dan prasarana untuk
implementasi SPM di beberapa daerah kurang/
tidak memadai kualitas dan kuantitas.
Sosialisasi substansi SPM dan monitoring
penerapannya sangat kurang.
RPJMD
ASPEK
PENERAPAN
SPM ( Ps 9)
HARMONISASI
PER-UU-AN
SEKTORAL & DAERAH
RENSTRA SPKP
•
RKPD
•
RENJA SKPD
•
KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN (KUA)
PEDOMAN ACUAN
REVISI SPM BID. KES. DI KAB/KOTA
KEPMENKES 1457/2003 TTG SPM BID. KES. DI KAB/KOTA.
PP NO 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN
PENERAPAN SPM
PP NO 6/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN
DAN PENETAPAN SPM
RPP PEMBAGIAN URUSAN BIDANG KESEHATAN
RPJMN BIDANG KESEHATAN
MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDG)
GRAND STRATEGI DEPKES + 17 SASARAN
MEMPERHATIKAN HASIL SURVEY LITBANGKES/ ASSEMENT
KINERJA UW-SPM, DAN HASIL PENGOLAHAN DATA SPM
KAB/KOTA (PUSDATIN).
RENSTRA PENYESUAIAN DEPKES
MASUKAN PERGURUAN TINGGI DAN PAKAR
HASIL WORKSHOP DGN LINTAS PROGRAM & LINTAS
SEKTOR TERKAIT (BAPPENAS, DEPKEU, DEPDAGRI,
MENPAN, DINKES PROV/KAB/KOTA,ADINKES, ARSADA,
ORGANISASI PROFESI).
PENGALAMAN EMPIRIS PELAYANAN DASAR
HASIL MODEL BUILDING EXERCISE DI 3 PROP (SUMUT,
BANTEN DAN JATIM).
PEDOMAN ACUAN
KRITERIA MENETAPKAN
SPM BIDANG KESEHATAN
1.
MERUPAKAN
PELAYANAN DASAR SESUAI URUSAN WAJIB
2.
PRIORITAS TINGGI, KARENA:
a.
MELINDUNGI HAK-HAK KONSTITUSIONAL
PERORANGAN / MASYARAKAT
b.
MELINDUNGI KEPENTINGAN NASIONAL
c.
KOMITMEN NASIONAL /GLOBAL
d.
PENYEBAB UTAMA KEMATIAN & KESAKITAN (AKI DAN
KRITERIA MENETAPKAN
SPM BID. KES.
(lanjutan)
3.
DIUTAMAKAN OUTPUT YANG LANGSUNG DIRASAKAN
MASYARAKAT, SELAIN INPUT
4.
TERUKUR (KUANTITATIF)
5.
PENCATATAN DAN PELAPORAN BAIK & TERUS MENERUS
6.
DAPAT DIHITUNG KEBUTUHAN RIIL UNTUK PENCAPAIAN
SPM
7.
STATUS PENCAPAIAN SPM DI KEBANYAKAN KAB/KOTA
ELEMEN PEMBENTUK
PEMERINTAH DAERAH
1.
URUSAN/ KEWENANGAN
2.
KELEMBAGAAN
3.
KEPEGAWAIAN/SDM
4.
KEUANGAN DAERAH
5.
UNSUR PERWAKILAN
6.
MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK
7.
SUPERVISI, MONEV, PENGAWASAN
KELEMBAGAAAN
I MPLI KASI
SPM
DAU DAK
DANA BAGI HASI L
APBN DI DAERAHKAN ( DEKON, TP) SWASTA
ORGANI SASI MATRI KS MEWADAHI URUSAN + SPM DI I SI JABATAN FUNGSI ONAL
KESI NAMBUNGAN TUPOKSI PUSAT,PROV,KAB/ KOTA HUBUNGAN KERJA PUSAT,PROV,KAB/ KOTA
KERJASAMA ANTAR DAERAH ( KAD)
ALOKASI
ANGGARAN
SDM/PERSONIL
KUALI TAS : - KOMPETENSI - PERSYARATAN - DI KLAT Dll KUANTI TAS : - FORMASI
- PEMERATAAN - Dll
DI STRI BUSI
SARANA DAN
PRASARANA
SISTEM DATA &
INFORMASI
DRAFT REVISI SPM
BIDANG KESEHATAN DI KAB/KOTA
4 JENIS PELAYANAN
1.
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
2.
PELAYANAN RUJUKAN
3.
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
DAN PENANGGULANGAN KLB
4.
PROMOSI KESEHATAN DAN
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1.
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K4 - 95%
2.
IBU HAMIL DGN KOMPLIKASI YANG DITANGANI -
80%
3.
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH
BIDAN ATAU TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI
KOMPETENSI KEBIDANAN – 90%
4.
CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS – 90%
5.
CAKUPAN NEONATAL DGN KOMPLIKASI YANG
DITANGANI - 80%
6.
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI – 90%
7.
CAKUPAN PESERTA AKTIF KB – 70%
8.
CAKUPAN PELAYANAN BALITA DAN PRA SEKOLAH
PELAYANAN KESEHATAN DASAR
9.
DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION
(UCI) – 100 %
10.
CAKUPAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
PADA ANAK USIA 6-24 BULAN KELUARGA MISKIN - 100
%
11.
CAKUPAN BALITA GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN
- 100%
12.
PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD DAN SETINGKAT
– 100%
13.
PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT
MENULAR – 100%
PELAYANAN RUJUKAN
1.
CAKUPAN RAWAT INAP PASIEN GAKIN –
100 %
2.
SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
DAN PENANGGULANGAN KLB
DESA /KELURAHAN MENGALAMI KLB YANG
PROMOSI KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PEMERAN (PELAKU) SPM
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
PUSKESMAS dan JARINGANNYA
RUMAH SAKIT
UNIT PELAKSANA TEKNIS LAIN
SWASTA
•
ASAS YURIDIS
•
ASAS LEGALITAS
•
ASAS DISKRESI
ASPEK YURI DI S/
HUKUM SPM
HARMONISASI
PER-UU-AN
SEKTORAL & DAERAH
•
ATRIBUSI
•
DELEGASI
•
MANDAT
LEGAL ASPEK :
•
PERMENKES
•
PENGHARGAAN
•
SAKSI (Ps 18,19)
MONI TORI NG
EVALUASI
SPM
•
LAPORAN UMUM TAHUNAN
KINERJA (Ps 16)
•
LAPORAN TEKNIS TAHUNAN
KINERJA (Ps 17)
PENGEMBANGAN
KAPASITAS PEMDA
(Ps 25)
PEMBINAAN
&
IMPLEMENTASI
SPM
DAERAH YANG
BELUM MAMPU
(FISKAL CAPASITY
RENDAH)
DAERAH MAMPU
(FISKAL CAPASITY
TINGGI)
CAPACITY BUILDING :
- ORIENTASI UMUM
- PETUNJUK TEKNIS
•
REWARD (Ps 18)
•
SANKSI (Ps 19)
PEMBIAYAAN
KES. OPTIMAL
PENINGKATAN
KEMAMPUAN:
SISTEM. KELEMBA GAAN, PERSONIL, DAN KEUANGAN
PENGANGGARAN/
IMPLIKASI PADA
ALOKASI ANGGARAN
SUMBER PEMBIAYAAN DAERAH
* APBD KAB/KOTA
* DANA ALOKASI UMUM
* DANA ALOKASI KHUSUS
* DANA BAGI HASIL
* APBN yg
didaerahkan
(DEKON,TUGAS
PEMBANTUAN, HIBAH)
ALOKASI ANGGARAN
DAERAH (lanjutan)
TARGET SPM DIUPAYAKAN DPT DICAPAI PADA TH 2010
DAERAH PERLU MENETAPKAN TARGET2 PENCAPAIAN SPM
SETIAP TH yad – RENJA DAERAH -PERDA
PERHITUNGAN KEBUTUHAN PEMBIAYAAN SPM (DEPKES
TELAH MENGEMBANGKAN & MEMFASILITASI
PERHITUNGAN COSTING SPM)
DIHARAPKAN DAERAH MEMPUNYAI KAPASITAS FISKAL YG
MEMADAI UTK MENDUKUNG IMPLEMENTASI SPM
PEM PROP DAN PEM PUSAT DPT MEMBANTU MENUTUP GAP
FORMASI
ASPEK
PERSONALI A
SPM
HARMONISASI
PER-UU-AN KEPEG
SEKTORAL & DAERAH
KEBUTUHAN
IMPLIKASI PD SUMBER DAYA
MANUSIA (SDM) KESEHATAN
DAERAH PERLU MERENCANAKAN
KEBUTUHAN JENIS DAN JUMLAH NAKES
PENINGKATAN KAPASITAS DAN
KOMPETENSI NAKES DLM MENDUKUNG
SPM (DIKLAT)
PENATAAN
JABATAN
ASPEK
KELEMBAGAAN
SPM
HARMONISASI
PER-UU-AN
SEKTORAL & DAERAH
PENATAAN
HUBUNGAN
KERJA
PENATAAN
KELEMBAGAAN
PENATAAN
IMPLIKASI PADA
KELEMBAGAAN
PEMANTAPAN KELEMBAGAAN DAERAH: DINKES,
RS, PUSKESMAS
SAAT INI SEDANG DIBAHAS RPP PENGGANTI PP 8
TH 2003 TTG KELEMBAGAAN DAERAH
DEPKES SEDANG MENYUSUN JUKNIS
KELEMBAGAAN DAN KOMPETENSI PEMANGKU
JABATAN DINKES KAB/KOTA
MEKANISME TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR
LEMBAGA DI DAERAH
IMPLIKASI PADA
SARANA DAN PRASARANA
PUSKESMAS, PUSTU, PUSLING,
POSKESDES, POSYANDU, POLINDES
PENINGKATAN SARANA RUMAH SAKIT
DAERAH
UPT PUSAT YG TELAH DISERAHKAN
(LABKES, BP4 DLL)
IMPLIKASI PADA SISTEM
INFORMASI KESEHATAN
DUKUNGAN
SISTEM INFORMASI
YG MANTAP A.L.
UNTUK MONITORING DAN EVALUASI SPM
PADA JUKNIS SPM DPT DI INVENTARISIR :
* DATA YANG DIPERLUKAN
* SUMBER2 DATA
PEMANTAPAN SISTEM2 INFORMASI YG ADA A.L.
SIMPUS DAN SIRS
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
HUB : hukumresponsif_depkes@yahoo.co.id
PUNYA MASALAH
DGN HUKOR ?
BANTUAN HUKUM?
MSLH ASET ?
TAHUBJA ORG?
NAIK STATUS UPT?
PEMANFAATAN SPM & PENYUSUNAN
PRO- EQUI TY BASI S FORMULA
DALAM
MENATA ALOKASI DAN UTI LI SASI
ANGGARAN PEMB. KESEHATAN
BIRO PERENCANAAN DAN ANGGARAN,
SETJEN DEPKES RI
•
Uang
terbatas-Keinginan tak terbatas
•
Pelayanan Kesehatan
murah tapi bermutu
•
Pelayanan Kesehatan
Tantangan
Pembangunan
Kesehatan
demikian besar
PENINGKATAN EFISIENSI /
PENINGKATAN EFISIENSI /
EFEKTIVITAS
EFEKTIVITAS
PROGRAM DAN
PROGRAM DAN
PEMANFAATAN SPM & PRO
PEMANFAATAN SPM & PRO
-
-
EQUITY
EQUITY
BASIS FORMULA UNTUK
BASIS FORMULA UNTUK
MENATA ALOKASI DAN
MENATA ALOKASI DAN
UTILISASI ANGGARAN
UTILISASI ANGGARAN
PEMB/ KES.
PEREN-CANAAN
PELAKSA
NAAN
PENINGKATAN
PENINGKATAN
PENGENDALIAN
PENGENDALIAN
•KEJELASAN ARAH DAN TUJUAN
•SISTEM BERJALAN DG BAIK
•MOBIISASI SUMBER DAYA
•RESULT BASED LEADERSHIP
“
“
How to allocate the
How to allocate the
Scarcity of resources
Scarcity of resources
”
”
“Priority Setting
•
Integratif
•
Systemic
•
Pengembangan SI K
-Rapat Koordinasi Pimpinan Depkes Rapat Pengendalian Operasional Program/ Kegiatan Unit Utama Depkes Dinkes Kab/ Kot Satker DI PA Pusat Satker DI PA V/ UPT/ Satker DI PA DEKON Satker DI PA TP Rapat Koordinasi KADI NKES PROPI NSI
MENTERI KESEHATAN
Dinkes Propinsi Bulanan Bulanan 3 BulananBAGAN
Mekanisme
MENTERI KESEHATAN ESELON-II/ PJ. KEGIATAN SEKRETARIS JENDERAL GUBERNUR BUPATI/ WALIKOTA KEPALA BAPPENAS MENTERI KEUANGAN MENTERI APARATUR NEGARA BAPPEDA
PROPINSI BAPPEDAKAB/KOT
KPA/DINKES PROPINSI KPA DINKES KAB/KOT KPA RSUD KAB/KOT DEKON TP
A
B
C
MENTERI DALAM NEGERIKP
TP
A
B
C
(DEKON & TP)(DEKON & TP)
TP TP Eselon-I Ditjten/Ka. Badan (Pj. Program) ITJEN (KP/V/DK/TP)
M EK AN I SM E PEN GEN DALI AN DAN EV ALU ASI PROGRAM PEM BAN GU N AN K ESEH AT AN
PENATAAN ALOKASI DAN UTILISASI
PENATAAN ALOKASI DAN UTILISASI
DANA PEMERINTAH
DANA PEMERINTAH
Pro-equity
Basis
Formula
MEMENUHI PRINSIP
“HOW TO ALLOCATE
THE SCARCITY OF
RESOURCES”
I.
I.
UMUM:
UMUM:
a.
a.
Fiscal Capacity
Fiscal Capacity
daerah
daerah
b.
b.
Alokasi
Alokasi
APBD
APBD
untu
untu
k
k
Kes
Kes
c.
c.
Manajemen
Manajemen
Kes
Kes
Daerah
Daerah
II.
II.
KHUSUS:
KHUSUS:
Eppidemiological
Eppidemiological
Burden of Disease
PERSENTASE ALOKASI APBD PROVINSI
PERSENTASE ALOKASI APBD PROVINSI
UNTUK KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2007
UNTUK KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2007
5,09 2,26 9,67 5,26 11,95 4,84 12,19 5,53 9,67 3,77 9,12 9,69 7,09 14,72 9,62 5,58 7,72 11,95 9,67 7,07 4,06 18,19 9,78 3,74 7,1 11,95 4,82 3,76 2,18 2,25 3,75 2,7 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
I Y T I L I
RATA2 APBD
RATA2 APBD
15% APBD
15% APBD
UNTUK KESEHATAN
KAYA
KAYA
MISKIN
MISKIN
BESAR
BESAR
I.
Capacity
Building
Pengendalian
III.
Peningkatan
Alokasi APBN
Cap. Build
Indeks Gabungan Propinsi ke-i
Indeks Dana Dekon Propinsi ke-i:
Alokasi Dana Dekon Propinsi ke-i:
PAGU
IDD
DD
=
i
×
IDD i = IG i x IHK i x IK i
IG i =
{
( KP Fiscal Capacity x bobot) + ( KP % APBD Kes x bobot)
+ (KP % Realisasi APBN 2006 x bobot)
+ (KP Jumlah Kab/ Kota x Bobot)
•
KP Fiscal Capacity i : Koefisien Point Fiscal Capacity
di Propinsi ke-i
•
KP % APBD Kes i : Koefisien Point % APBD
Kesehatan utk sektor kesehatan di Propinsi ke-i
•
KP % Realisasi APBN 2006 i : Koefisien Point %
Realisasi APBN di Propinsi ke-i
•
KP Jumlah Kab/Kota i : Koefisien Point Jumlah
Kab/Kota di Propinsi ke-i
•
KP jumlah Kegiatan yg dilakukan Prov. i: Koefisien
Point jumlah kegiatan yang dilakukan di Propinsi ke-i
•
IHKi: Indeks Harga Konsumen di Propinsi ke-i
•
IKi : Indeks Kemiskinan di Propinsi ke-i
•
PAGU : Total Dana Dekonsentrasi Prog. Kebijakan
No. Nama Propinsi
Rata-rata Fiscal Capacity seluruh
Kab/Kota * (Index)
% APBD Kes. ** % Realisasi APBN 2006 (31/12/206)
1 DKI JAKARTA 14.441 5.090 52.370 2 JAWA BARAT 0.489 2.260 59.000 3 JAWA TENGAH 0.217 9.670 86.000 4 DI. YOGYAKARTA 0.358 5.260 67.480 5 JAWA TIMUR 0.178 11.950 91.990 6 N A D 0.650 12.000 60.570 7 SUMATERA UTARA 0.650 4.840 60.620 8 SUMATERA BARAT 2.189 12.190 72.420 9 R I A U 2.097 5.530 79.000 10 J A M B I 0.930 9.670 75.760 11 SUMATERA SELATAN 0.532 3.770 86.790 12 LAMPUNG 0.447 9.120 54.390 13 KALIMANTAN BARAT 0.632 9.690 77.040 14 KALIMANTAN TENGAH 1.403 7.090 80.810
PERBANDINGAN FISCAL CAPACITY, % APBD KESEHATAN
PERBANDINGAN FISCAL CAPACITY, % APBD KESEHATAN
& % REALISASI APBN DI SELURUH PROVINSI
No. Nama Propinsi
Rata-rata Fiscal Capacity seluruh
Kab/Kota *
% APBD Kes. ** % Realisasi APBN 2006 (31/12/206)
18 SULAWESI TENGAH 0.560 7.720 83.430 19 SULAWESI SELATAN 0.581 11.950 83.430 20 SULAWESI TENGGARA 0.466 9.670 86.340 21 MALUKU 0.509 7.070 75.100 22 B A L I 1.308 4.060 68.810 23 N T B 0.286 18.190 77.260 24 N T T 0.388 9.780 69.660 25 PAPUA 0.989 3.740 77.030 26 BENGKULU 0.372 11.950 80.660 27 MALUKU UTARA 1.566 4.820 51.290 28 B A N T E N 0.792 3.760 59.110 29 BANGKA BELITUNG 1.310 2.180 66.160 30 GORONTALO 0.523 2.250 65.340 31 KEPULAUAN RIAU 7.247 3.750 60.180 32 IRIAN JAYA BARAT 1.042 7.100 46.250 33 SULAWESI BARAT 0.362 2.700 47.920
KAYA
KAYA
(Index > 0,9)
(Index > 0,9)
MISKIN
MISKIN
(Index < 0,9)
(Index < 0,9)
BESAR
BESAR
(> 7,53 %)
(> 7,53 %)
I.
Kalsel
80,6 %
Jambi
75,8 %
Sumbar
72,4 %
Kaltim
62,4 %
III.
KECIL
KECIL
(<7,53 %)
(<7,53 %)
II.
IV.
FISCAL CAPACITY
A
A
L
L
O
O
K
K
A
A
S
S
I
I
A
A
P
P
B
B
D
D
U
U
N
N
T
T
.
.
K
K
E
E
S
S
E
E
H
H
A
A
T
T
Kalteng Kalteng Riau Riau Papua Papua Bali Bali Babel Babel Kepri Kepri DKI Jakarta DKI Jakarta Maluku UtaraSulut Sulut Sumsel Sumsel Maluku Maluku DI
DI YogyaYogya Gorontalo Gorontalo Sumut Sumut Banten Banten %
% Realisasi RealisasiAPBN 2006:APBN 2006: % % RealisasiRealisasi APBN 2006:APBN 2006:
%
% Realisasi RealisasiAPBN 2006:APBN 2006:
80,8 %
80,8 %
79,0 %
79,0 %
77,0 % 77,0 % 68,8 % 68,8 % 66,2 % 66,2 % 60,2 % 60,2 % 52,2 % 52,2 % %
% RealisasiRealisasi APBN 2006:APBN 2006:
94,8 % 94,8 % 86,8 % 86,8 % 75,1 % 75,1 % 67,5 % 67,5 % 65,3 % 65,3 % 60,6 % 60,6 % 59,1 % 59,1 % 91,9 % 91,9 %
86,0 %
86,0 %
Indeks Gabungan Propinsi ke-i
Indeks Gabungan Propinsi ke-i
Indeks Dana Dekon Propinsi ke-i:
Alokasi Dana Dekon Propinsi ke-i:
PAGU
IDD
DD
=
i
×
∑
IDD i = IG i x IHK i x IK i
IG i = { ( KP Fiscal Capacity x bobot) x ( KP % APBD Kes x bobot)
x (KP % Realisasi APBN 2006 x bobot) }
KAYA
KAYA
(Index > 0,9)
(Index > 0,9)
MISKIN
MISKIN
(Index < 0,9)
(Index < 0,9)
BESAR
BESAR
(> 7,53 %)
(> 7,53 %)
I.
Kaltim
62,4 %
Kalsel
80,6 %
Sumbar
72,4 %
Jambi
75,8 %
III.
KECIL
KECIL
(<7,53 %)
(<7,53 %)
II.
IV.
FISCAL CAPACITY
A A L L O O K K A A S S I I A A P P B B D D U U N N T T U U K K K K E E S S E E H H DKI Jakarta Riau Kalteng Bali Papua Jabar DI Yogya Sumut Sumsel Sulut%
%
Realisasi
Realisasi
APBN 2006:
APBN 2006:
%