• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja di kelurahan Situ Gede Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja di kelurahan Situ Gede Kota Bogor"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE SOSIALISASI DAN KELEKATAN IBU

TERHADAP KARAKTER REMAJA

DI KELURAHAN SITU GEDE KOTA BOGOR

YOSITA FITRIA MARLIANI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Yosita Fitria Marliani

(4)

ABSTRAK

YOSITA FITRIA MARLIANI. Pengaruh Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI.

Melemahnya nilai karakter remaja dapat diakibatkan oleh rendahnya peran orang tua dalam mensosialisasikan nilai kebaikan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan bertujuan untuk menganalisis pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja. Kerangka contoh penelitian adalah keluarga utuh dengan anak pertama usia remaja (13-15 tahun) yang tinggal di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Contoh diambil sebanyak 50 keluarga secara purposive untuk dilakukan wawancara terhadap ibu dan anak. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa semakin baik metode observational yang disosialisasikan ibu dan semakin tingginya kelekatan ibu maka semakin baik pula karakter remaja. Hasil uji pengaruh menunjukkan bahwa hanya kelekatan ibu yang memiliki pengaruh nyata terhadap karakter remaja dalam model.

Kata kunci: karakter remaja, kelekatan ibu, metode sosialisasi

ABSTRACT

YOSITA FITRIA MARLIANI. Effect of Socialization Methods and Mother’s Attachment on Characters among Teenagers in Situ Gede Village Bogor City. Supervised by DWI HASTUTI.

The decreasing values of character among teenagers can be caused by the role of parents to socialize values of kindness. This study used cross-sectional design and aimed to analyze the influence of socialization methods and mother’s attachment on characters among teenagers. Sample frames of this research were families with first child as teenagers (13-15 years) who has been lived in the Situ Gede Village, Sub District West Bogor, Bogor City. This research involved 50 samples that taken purposively and interviewed by using questionnaire. The correlation result showed significantly that the better the method of observational and the higher mother’s attachment, it was likely the better character of teenagers. Regression analysis showed that only mother’s attachment that had significant influence on character of teenagers in the model.

(5)

RINGKASAN

YOSITA FITRIA MARLIANI. Pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI.

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor. Tujuan khusus penelitian ini yaitu: 1) mengidentifikasi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, kelekatan ibu, serta karakter remaja; 2) menganalisis hubungan karakteristik remaja, karakteristik keluarga, dengan metode sosialisasi ibu, kelekatan ibu, serta karakter remaja; 3) menganalisis hubungan metode sosialisasi, dan kelekatan ibu dengan karakter remaja; 4) menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja.

Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi yang berjudul “Metode Sosialisasi Nilai-Nilai Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui Prakter Pengasuhan Positif”, yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan anggotanya yaitu Alfiasari, S.P, M.Si dan Ir. M. D. Djamaluddin, M.Sc. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study dengan lokasi penelitian di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Contoh diambil sebanyak 50 keluarga secara purposive untuk dilakukan wawancara terhadap ibu dan anak.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner terstruktur sebagai instrumen pengumpulan data. Data primer meliputi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja. Data metode sosialisasi ibu diperoleh melalui instrumen yang disusun dari Berns (1997) dengan nilai cronbach’s alpha 0.78, kelekatan ibu diperoleh melalui instrumen yang dikembangkan dari Shmueli-Goetz et. al (2008) dengan nilai cronbach’s alpha 0.844, dan karakter remaja diperoleh melalui instrumen yang dikembangkan dari Peterson dan Seligman (2004) dengan nilai cronbach’s alpha 0.75. Instrumen-instrumen tersebut disusun dan dikembangkan oleh tim peneliti. Kuesioner metode sosialisasi terdiri atas 30 item pernyataan yang terdiri atas 4 sub skala, yaitu operant, observational, cognitive, dan

apprenticeship. Kuesioner karakter terdiri atas 72 item pernyataan yang meliputi moral knowing, feeling, dan acting, yang masing-masing terdiri atas 24 item pernyataan. Kuesioner kelekatan terdiri atas 16 item pernyataan. Ketiga kuesioner dengan pernyataan positif diukur menggunakan skala 1 hingga 3 (`=”tidak menggambarkan diri responden”, 2=”kurang menggambarkan diri responden”, 3=”sangat menggambarkan diri responden”), dan sebaliknya untuk pernyataan negatif.

(6)

sebesar Rp1 418 000 per bulan. Proporsi terbesar tingkat pendidikan ibu yaitu berada pada kategori SD/sederajat (44%) dan SMP/sederajat (44%). Proporsi ibu bekerja sebagai wirausaha atau pedagang (7%) lebih tinggi daripada pekerjaan lainnya. Berdasarkan pengkategorian status pekerjaan, hanya lebih dari satu perempat ibu yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa hampir tiga perempat ibu bekerja di sektor domestik.

Metode sosialisasi yang paling banyak digunakan ibu yaitu metode

observational, cognitive, dan apprenticeship, sedangkan operant paling jarang digunakan ibu dalam metode sosialisasi. Kelekatan ibu dengan remaja menunjukkan bahwa lebih dari separuh ibu (58%) memiliki kelekatan yang aman. Karakter remaja menunjukkan bahwa hampir keseluruhan remaja memiliki moral

knowing (98%) dan moral feeling (96%) yang sangat baik, tetapi hanya lebih dari separuh remaja (68%) memiliki moral acting yang sangat baik.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PENGARUH METODE SOSIALISASI DAN KELEKATAN IBU

TERHADAP KARAKTER REMAJA

DI KELURAHAN SITU GEDE KOTA BOGOR

YOSITA FITRIA MARLIANI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor

Nama : Yosita Fitria Marliani

NIM : I24100037

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M. Sc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengaruh Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja di Kelurahan Situ Gede Kota Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan perbaikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc selaku dosen pembimbing akademik, Megawati Simanjuntak, SP, M. Si selaku pemandu seminar, Alfiasari, SP, M. Si dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M. Si selaku penguji sidang. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada almarhum H. Endang Sukarya dan Hj. Trinny Yuliarthika selaku orang tua, Yoppie Yuniawan, Yessie Silvia Desiyanti, Yuanita Septiani, Ahmad Tri Anggara, Edi Kusnadi, serta keluarga besar atas do’a, dukungan, dan bantuannya, baik secara moril maupun materil. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Nenny, Dwi, Tria, Herni, Andini, Fitri, Aprilia, Ulfah, rekan-rekan IKK 47 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bantuan dan mendukung penyelesaian skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, Juli 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 5

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 5

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 9

HASIL 10

Karakteristik Keluarga dan Remaja 10

Metode Sosialisasi Ibu 11

Kelekatan Ibu 12

Karakter Remaja 13

Hubungan Karakteristik Remaja dan Keluarga dengan Metode Sosialisasi,

Kelekatan Ibu, dan Karakter Remaja 14

Hubungan Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu dengan Karakter Remaja 14 Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Metode Sosialisasi, dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja 15

PEMBAHASAN 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(13)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data, variabel, alat bantu, skala data, dan jumlah pernyataan 7 2 Sebaran contoh berdasarkan nilai minimum, maksimum, rata-rata,

dan standar deviasi 10

3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu 11

4 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu 11

5 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian metode sosialisasi ibu 12 6 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian kelekatan ibu 13 7 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian karakter remaja 13 8 Hasil uji korelasi antara karakteristik remaja dan karakteristik keluarga

dengan metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja 14 9 Hasil uji korelasi antara metode sosialisasi dan kelekatan ibu dengan

karakter remaja 15

10 Hasil analisis regresi berganda pada karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, dan kelekatan ibu terhadap karakter

remaja 15

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap

pembentukan karakter positif remaja 5

2 Kerangka teknik pengambilan contoh 6

DAFTAR LAMPIRAN

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja menjadi lebih aktif mencari segala informasi untuk memenuhi keingintahuan mereka. Hal ini menjadikan proses pencarian identitas atau jati diri perlu diarahkan agar perilaku yang dihasilkan tidak menyimpang dan tidak melanggar aturan. Karakter bangsa sangat terkait dengan jati diri dan wawasan kebangsaan. Karakter yang tidak dibangun akan melahirkan sifat-sifat negatif yang dominan dan ketidakmampuan menguasai diri. Keberhasila seorang anak sangat ditentukan oleh keluarga karena keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang anak untuk dididik dan dibesarkan. Kelekatan anak dengan pengasuh utamanya menjadi hal yang sangat penting dalam membentuk ikatan emosional. Kelekatan yang erat antara ibu dan anak menjadi hal penting agar anak dapat membentuk kepercayaan kepada orang lain di masa yang akan datang, merasa diperhatikan, dan menumbuhkan rasa aman. Kelekatan menjadi langkah awal untuk mensosialisasikan nilai-nilai kebaikan kepada anak. Kasih sayang, sentuhan, kelekatan emosi antara orang tua (terutama ibu) dan anak, serta penanaman nilai-nilai dapat memengaruhi karakter anak (Berns 1997; Megawangi 2009; Kadarmanta 2010; Hyoscyamina 2011).

Hasil penelitian Dewi (2009) menunjukkan bahwa kelekatan antara ibu dan remaja memiliki hubungan positif dengan identitas remaja. Orang tua yang mampu membentuk karakter anak dengan baik akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemberian stimulus ataupun pembinaan moral yang efektif menjadi hal yang sangat penting dalam membentuk karakter positif remaja (Rahmah 2011). Karakter bangsa akan tercipta dalam diri manusia yang berkualitas. Penanaman nilai-nilai kebaikan melalui metode sosialisasi orang tua perlu dilakukan secara efektif. Metode sosialisasi ibu memengaruhi karakter remaja secara positif (Pasaribu 2013). Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara metode sosialisasi dengan karakter disiplin dan hormat santun remaja pada keluarga bercerai di Kota Bogor, sedangkan stimulasi psikososial tidak berhubungan signifikan dengan karakter disiplin dan hormat santun remaja (Srikandi 2013). Manusia berkarakter adalah manusia yang mampu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tindakan (Megawangi 2009). Namun, hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sekitar 34,7 persen remaja putri dan 30,9 persen remaja putra di Indonesia berusia 14-19 tahun pernah berhubungan seksual (Dimyati 2012). Hal tersebut mengindikasikan bahwa remaja di Indonesia mulai mengalami degradasi moral dan belum dapat dikatakan manusia berkarakter.

(16)

2

merupakan daerah yang sangat erat dengan nilai dan budaya. Orang tua di perdesaan cenderung pasif dalam mengasuh dan mendidik anak. Biasanya orang tua di perdesaan lebih banyak membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang sendiri. Orang tua akan melibatkan dan memperhatikan anak jika dianggap sudah cukup besar (Gunarsa SD dan Gunarsa YSD 2008). Metode sosialisasi hukuman, penguatan positif, penjelasan, teladan, dan penetapan standar yang berkategori tinggi lebih banyak ditemukan pada orang tua di perdesaan (Hastuti, Alfiasari, dan Sarwoprasodjo 2012). Penelitian yang ada saat ini pun banyak berfokus pada daerah desa dan kota, tetapi masih sedikitnya penelitian yang berfokus pada daerah sub urban area. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja.

Perumusan Masalah

Megawangi (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang dapat memengaruhi perkembangan anak, seperti orang tua kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang, baik secara verbal maupun fisik. Padahal, ekspresi tersebut sangat diperlukan untuk memberikan rasa aman kepada anak. Kebanyakan orang tua juga masih memerintah anak secara paksa dan bersikap kasar. Selain itu, orang tua tidak menanamkan karakter kebaikan. Orang tua hanya menekankan aspek kognitif pada otak kiri anak saja tanpa melibatkan otak kanan anak. Kebanyakan orang tua menganggap bahwa pengembangan otak kiri saja sudah cukup. Dalam hal ini, penanaman nilai-nilai karakter seharusnya diberikan secara terus-menerus, bahkan sejak usia dini. Beberapa kesalahan tersebut akan memberikan dampak negatif terhadap kepribadian dan kecerdasan emosional anak, misalnya anak merasa tidak dekat dan tidak menjadikan orang tuanya sebagai figur (role model). Anak akan lebih percaya kepada teman sebaya, sehingga mudah terpengaruh pergaulan negatif.

Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil studi menemukan bahwa 1.130 remaja dalam lingkungan orang tua yang berpenghasilan rendah dan kurang mendapatkan pengawasan orang tua lebih berkecenderungan memiliki hasil positif penyakit menular seks, terlibat dalam perilaku seksual, dan memiliki sejarah penggunaan alkohol atau mariyuana, berkelahi, dan ditahan (DiClemente et al. 2001). Berdasarkan uraian tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang akan dianalisis, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja?

2. Bagaimana hubungan karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan metode sosialisasi, kelekatan ibu, serta karakter remaja?

3. Bagaimana hubungan metode sosialisasi, dan kelekatan ibu dengan karakter remaja?

(17)

3

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja.

Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, kelekatan ibu, serta karakter remaja.

2. Menganalisis hubungan karakteristik remaja, karakteristik keluarga, dengan metode sosialisasi ibu, kelekatan ibu, serta karakter remaja.

3. Menganalisis hubungan metode sosialisasi, dan kelekatan ibu dengan karakter remaja.

4. Menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengasah kemampuan berpikir dan mengembangkan wawasan mengenai bidang ilmu yang peneliti kuasai. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orang tua mengenai pengaruh metode sosialisasi dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan orang tua dalam menerapkan metode sosialisasi yang efektif dan pentingnya kelekatan untuk remaja agar mampu mencapai perkembangan yang optimal. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap bidang keilmuan mengenai perkembangan anak dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

KERANGKA PEMIKIRAN

(18)

4

orang tua perlu dibentuk. Kelekatan berkaitan dengan ikatan emosional antara orang tua dengan anaknya. Kelekatan dengan pengasuh utama merupakan hal yang paling penting untuk membentuk ikatan emosional dengan orang lain di masa yang akan datang. Dalam hal ini, ibu sebagai pengasuh utama memiliki andil besar dalam pembentukan ikatan emosional dengan anaknya. Metode sosialisasi dikategorikan menjadi 6, yaitu affective, operant, observational,

cognitive, sociocultural, dan apprenticeship. Berdasarkan 6 kategori tersebut masing-masing dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Akan tetapi, metode sosialisasi affective dan sociocultural tidak diteliti. Hal ini dikarenakan affective

berkaitan dengan kelekatan yang telah dijadikan variabel tersendiri dalam penelitian ini. Sociocultural juga tidak diteliti karena berkaitan dengan karakteristik lingkungan sosial di sekitar keluarga, sedangkan penelitian ini hanya berfokus pada lingkup keluarga saja. Karakteristik lingkungan sosial misalnya budaya masyarakat sekitar dan teman sebaya (Armsden dan Greenberg 1987; Berns 1997).

(19)

5

Keterangan: : diteliti : tidak diteliti

METODE

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi yang berjudul “Metode Sosialisasi Nilai-Nilai Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui Praktek Pengasuhan Positif”, yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan anggotanya yaitu Alfiasari, S.P, M.Si dan Ir. M. D. Djamaluddin, M.Sc. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study karena data dikumpulkan dalam satu waktu. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penetapan lokasi dilakukan secara purposive sebagai representasi wilayah perdesaan dalam kategori

sub urban area. Sub urban merupakan suatu wilayah perdesaan yang lokasinya Gambar 1 Kerangka pemikiran metode sosialisasi dan kelekatan ibu

(20)

6

berdekatan dengan pusat kota, yang berfungsi sebagai daerah pemukiman penduduk. Nilai-nilai tradisional yang telah dianut oleh masyarakat di wilayah sub urban ini diduga mengalami transisi ke nilai-nilai modern. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2013.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi penelitian ini adalah keluarga utuh yang memiliki anak pertama usia remaja di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kerangka contoh penelitian ini adalah keluarga utuh yang memiliki anak pertama usia 13-15 tahun dari sepuluh RW yang ada di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor dengan jumlah populasi yaitu 127 keluarga. Contoh diambil secara simple random sampling dari RW 1, 2, 4, dan 6 dengan pertimbangan bahwa keempat RW tersebut memiliki jumlah remaja terbanyak. Namun, contoh yang telah ditentukan ternyata banyak yang tidak sesuai kriteria ketika turun lapang. Oleh karena itu, peneliti mengambil dua RW lain (RW 7 dan 9) secara purposive dengan pertimbangan bahwa RW yang diambil sesuai kriteria dengan jumlah remaja terbanyak dibandingkan dengan RW lainnya. Pemilihan contoh pun akhirnya dilakukan secara purposive dengan pertimbangan ibu dan remaja sesuai kriteria dan bersedia diwawancarai, sehingga didapatkan 50 keluarga contoh. Adapun kerangka teknik pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka teknik pengambilan contoh

Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor (N = 127 keluarga dengan anak

pertama usia 13-15 tahun)

n = 50 keluarga RW 1, 2, 4, 6, 7, 9

RW 1, 2, 4, 6

purposive

simple random

purposive

(21)

7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner terstruktur sebagai instrumen pengumpulan data. Data primer meliputi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter positif remaja (Tabel 1).

Tabel 1 Jenis data, variabel, alat bantu, skala data, dan jumlah pernyataan

Jenis data Variabel Jumlah pernyataan Alat bantu

dan skala data

Primer Karakteristik remaja: Kuesioner

 Usia remaja Rasio

 Jenis kelamin Nominal

Primer Karakteristik keluarga: Kuesioner

 Usia ibu Rasio

 Tingkat pendidikan ibu Ordinal

 Pekerjaan ibu Nominal

 Besar keluarga Rasio

 Pendapatan keluarga per

bulan

Rasio

Primer Metode sosialisasi: Kuesioner

(Berns) yang

Primer Kelekatan 16 item Kuesioner

(Shmueli-Primer Karakter remaja: Kuesioner

(22)

8

Data metode sosialisasi ibu diperoleh melalui instrumen yang dikonstruk dari Berns (1997), kelekatan ibu diperoleh melalui instrumen yang dikonstruk dari Shmueli-Goetz et. al (2008), dan karakter remaja diperoleh melalui instrumen yang dikonstruk dari Peterson dan Seligman (2004). Instrumen yang dijadikan acuan kemudian dimodifikasi dan dikonstrak oleh tim peneliti dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi yang berjudul “Metode Sosialisasi Nilai-Nilai Karakter pada Keluarga Perdesaan melalui Praktek Pengasuhan Positif”, yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc dan anggotanya yaitu Alfiasari, S.P, M.Si dan Ir. M. D. Djamaluddin, M.Sc. Kuesioner metode sosialisasi terdiri atas 30 item pernyataan yang terdiri atas 4 sub skala, yaitu operant, observational,

cognitive, dan apprenticeship. Kuesioner karakter terdiri atas 72 item pernyataan yang meliputi knowing, feeling, dan acting yang masing-masing terdiri atas 24 item pernyataan. Kuesioner kelekatan terdiri atas 16 pertanyaan. Ketiga kuesioner dengan pernyataan positif diukur menggunakan skala 1 hingga 3 (1=“tidak menggambarkan diri responden”, 2=“kurang menggambarkan diri responden”, 3=“sangat menggambarkan diri responden”), dan sebaliknya untuk pernyataan negatif. Hasil uji reliabilitas pada kuesioner metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja menunjukkan nilai cronbach’s alpha 0.78, 0.844, dan 0.75.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS). Pertama-tama, metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja diukur dengan menggunakan kuesioner. Kemudian, dilakukan proses pengolahan data meliputi editing, coding, entrying, dan cleaning data. Selanjutnya, data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Jumlah pernyataan pada setiap dimensi variabel dikompositkan dengan mentransformasi nilai/skor yang telah didapatkan menjadi skor indeks. Indeks pesentase pada variabel metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja dihitung dengan rumus:

Y = nilai yang didapatkan-nilai minimum x 100%

nilai maksimum-nilai minimum

Setelah itu, skor indeks yang dicapai dimasukkan kedalam kategori kelas yang sesuai. Indeks skor metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja dikategorikan menjadi tiga kategori dengan cut off point, yaitu rendah (<60), sedang (60-80), dan tinggi (>80). Pendapatan keluarga per bulan dikategorikan menjadi rendah (≤Rp1 633 333), sedang (Rp1 633 334 - Rp 3 266 667), dan tinggi (>Rp3 266 667). Usia orang tua dikategorikan menjadi dewasa awal (20-40 tahun), dewasa madya (40-60 tahun), dan dewasa tua (>60 tahun) (Hurlock 1990). Besar keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7 orang) (BKKBN 2005).

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui sebaran data, rata-rata

(23)

9

korelasi dan regresi linier berganda. Uji korelasi digunakan untuk menguji hubungan antar variabel. Selain itu, akan dilakukan uji regresi untuk menguji pengaruh. Uji regresi diformulasikan sebagai berikut:

Yi = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7D1+ β8D2 + ε

Keterangan:

Yi = karakter remaja (indeks) α = konstanta

βn = koefisien regresi

X1 = usia remaja (tahun)

X2 = usia ibu (tahun)

X3 = besar keluarga (orang)

X4 = pendapatan keluarga per bulan (rupiah)

X5 = metode sosialisasi (indeks)

X6 = kelekatan ibu (indeks)

D1 = jenis kelamin (0=laki-laki, 1=perempuan)

D2 = pendidikan ibu (0=pendidikan rendah, 1=pendidikan tinggi)

ε = galat

Definisi Operasional

Keluarga utuh adalah keluarga yang memiliki struktur ayah, ibu, dan anak. Responden adalah anak sulung usia 13 hingga 15 tahun beserta ibunya yang

berasal dari keluarga utuh (ayah, ibu, dan anak).

Sub urban adalah wilayah yang masih perdesaan tapi telah mengalami dan menerima nilai-nilai modern.

Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh keluarga utuh terdiri atas usia ayah, usia ibu, lama pendidikan ayah, lama pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, besar keluarga, dan pendapatan keluarga per bulan.

Usia orang tua adalah umur ayah dan ibu yang dinyatakan dalam tahun.

Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh ayah dan ibu.

Pekerjaan orang tua adalah kegiatan yang dilakukan ayah dan ibu untuk mendapatkan uang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.

Pendapatan keluarga per bulan adalah jumlah pendapatan ayah dan ibu yang dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu atap rumah.

Karakteristik remaja adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh remaja terdiri atas usia dan jenis kelamin.

Usia remaja adalah umur remaja yang berkisar antara 13 hingga 15 tahun.

Jenis kelamin adalah ciri remaja yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.

(24)

10

Operant adalah penanaman nilai karakter dengan melibatkan emosi/perasaan yang diikuti perilaku, seperti penguatan dari ibu kepada remaja, hukuman, trial and error.

Observational adalah penanaman nilai karakter kepada remaja dimana ibu sebagai figur yang diamati, seperti role model.

Cognitive adalah penanaman nilai karakter oleh ibu dengan melibatkan proses berpikir remaja, seperti perintah, penetapan standar, dan penjelasan.

Apprenticeship adalah ibu mendampingi remaja dalam melakukan aktivitas. Kelekatan adalah ikatan emosional yang dimiliki antara ibu dengan remaja. Karakter adalah perilaku yang dilakukan secara konsisten dan berulang, yang

telah menjadi kebiasaan, meliputi knowing, feeling, dan acting.

Moral knowing adalah pembentukan karakter remaja berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Moral feeling adalah pembentukan karakter remaja berdasarkan emosi/perasaan yang dimilikinya.

Moral acting adalah pembentukan karakter remaja berdasarkan tindakan yang dilakukannya

HASIL

Karakteristik Keluarga dan Remaja

Remaja laki-laki dan perempuan pada penelitian ini memiliki jumlah yang sama, yaitu masing-masing sebanyak 25 orang (Lampiran 1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia remaja berada pada kategori remaja awal (13-15 tahun), rata-rata usia ayah berada pada kategori dewasa madya (40-60 tahun), dan rata-rata usia ibu berada pada kategori dewasa awal (20-40 tahun). Rata-rata besar keluarga berada pada kategori keluarga sedang (5-7 orang). Pendapatan keluarga per bulan berada pada kategori rendah yaitu ≤Rp1 633 333 per bulan dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp1 418 000 per bulan. Tabel 2 menunjukkan sebaran contoh karakteristik remaja dan karakteristik keluarga.

(25)

11

Ibu yang menempuh jenjang pendidikan SD/sederajat dan SMP/sederajat SMA/sederajat lebih banyak daripada jenjang pendidikan lainnya. Tabel 3 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ibu

Kategori

Proporsi ibu yang bekerja sebagai wirausaha atau pedagang lebih tinggi daripada pekerjaan lainnya. Berdasarkan pengkategorian status pekerjaan hanya lebih dari satu perempat ibu yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa hampir tiga perempat ibu bekerja di sektor domestik (Lampiran 2). Tabel 4 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan orang tua.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu

Kategori pekerjaan orang tua Ibu

n %

Berns (1997) menyatakan bahwa metode sosialisasi adalah proses interaksi antara agen sosialisasi dengan anak dalam mensosialisasikan nilai-nilai kebaikan. Metode sosialisasi pada penelitian ini yaitu metode sosialisasi operant,

observational, cognitive, dan apprenticeship. Metode sosialisasi operant yaitu metode untuk menghasilkan suatu pengaruh. Ketika suatu perilaku sesuai dengan hasil yang diinginkan, kemungkinan akan terjadi peningkatan perilaku yang berulang. Metode sosialisasi observational yaitu metode dengan mengamati dan menjadikan orang lain sebagai contoh (role model). Metode sosialisasi cognitive

(26)

12

sosialisasi apprenticeship yaitu metode sosialisasi yang dilakukan dengan proses pendampingan.

Hasil menunjukkan bahwa pada metode observational, cognitive, dan

apprenticeship, lebih dari separuh ibu memperoleh skor dengan kategori tinggi, sedangkan pada metode operant berada pada skor capaian kategori sedang. Berdasarkan total keseluruhan skor capaian, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh ibu memiliki metode sosialisasi pada kategori sedang (Tabel 5). Sebaran jawaban tertinggi contoh pada metode sosialisasi operant menunjukkan bahwa ibu akan memberikan hukuman dengan memarahi dan berkata kasar jika anak bermain hingga larut malam. Metode sosialisasi observational menunjukkan bahwa anak lebih suka meniru hal yang dicontohkan ibu daripada yang dicontohkan orang lain. Artinya, anak menjadikan ibu sebagai role model untuk mempelajari nilai-nilai kebaikan. Metode sosialisasi cognitive menunjukkan bahwa keseluruhan ibu sangat memerhatikan prestasi anak, baik di rumah, lingkungan, maupun di sekolah. Selain itu, ibu juga menganggap bahwa anak perlu memperoleh penjelasan atas perilaku yang ibu harapkan darinya. Metode sosialisasi apprenticeship menunjukkan bahwa ibu melakukan pendampingan ketika anak mulai memasuki masa puber dengan cara mengajarkan anak untuk menjaga penampilan dan alat reproduksinya (Lampiran 3).

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian metode sosialisasi ibu

Dimensi

Kelekatan berkaitan dengan hubungan kedekatan antara anak dengan pengasuh utamanya (Shmueli-Goetz et al. 2008). Pada penelitian ini, pengasuh utamanya adalah ibu. Hasil menunjukkan bahwa proporsi remaja yang merasakan kelekatan aman dengan ibunya lebih tinggi daripada remaja yang merasakan kelekatan yang tidak aman dengan ibunya. Anak yang memiliki kelekatan aman yang tinggi menunjukkan bahwa ia memiliki rasa aman dengan pengasuh utamanya (Shmueli-Goetz et al. 2008). Hal ini sesuai dengan Freeman dan Brown (2001) bahwa remaja akan merasakan kelekatan aman yg lebih tinggi dengan orang tua, terutama ibu daripada dengan teman sebaya.

(27)

13

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian kelekatan ibu

Kelekatan

Karakter berkaitan dengan pembentukan nilai kebaikan. Karakter memiliki tiga ranah moral yang saling berhubungan, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral acting. Moral knowing adalah sisi kognitif dari karakter yang berarti kemampuan seseorang dalam mengetahui suatu hal. Moral feeling adalah sisi emosi dari karakter yang berarti kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dan perasaannya. Outcome yang dihasilkan dari moral knowing dan moral feeling

yaitu moral acting (Lickona 2001). Karakter setiap orang akan berbeda. Karakter tersebut dapat didefinisikan sebagai sifat-sifat yang tercermin dalam pikiran, perasaan, dan perilaku (Park et al. 2004).

Hasil menunjukkan bahwa persentase tertinggi untuk moral knowing,

feeling dan acting berada pada skor capaian kategori tinggi. Berdasarkan total keseluruhan skor capaian, dapat dilihat bahwa hampir seluruh remaja memiliki karakter pada kategori tinggi (Tabel 7). Artinya, hampir seluruh remaja memiliki karakter yang sangat baik. Namun, hanya lebih dari separuh remaja memiliki moral acting yang berada pada kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa remaja telah mampu mengetahui dan melibatkan emosi mengenai nilai-nilai kebaikan, tetapi tidak melakukan nilai-nilai kebaikan yang diperolehnya.

Lampiran 5 menunjukkan bahwa moral knowing terendah berdasarkan sebaran jawaban yaitu kurang dari satu perlima remaja menganggap tidak perlunya bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan. Moral feeling

menunjukkan bahwa lebih dari satu perempat remaja tidak mampu mengekspresikan perasaan kecewanya pada lawan bermain ketika kalah dalam permainan. Moral acting menunjukkan bahwa hampir tiga perempat remaja pernah berkelahi dan bermusuhan dengan teman.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan skor capaian karakter remaja

(28)

14

Hubungan Karakteristik Remaja dan Keluarga dengan Metode Sosialisasi, Kelekatan Ibu, dan Karakter Remaja

Hasil uji antara karakteristik remaja dan keluarga dengan metode sosialisasi menunjukkan tidak ada satupun karakteristik remaja dan keluarga pada keluarga utuh yang berhubungan dengan metode sosialisasi ibu (Tabel 8). Hal ini sesuai dengan Pasaribu (2013) bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan remaja dengan metode sosialisasi. Riwayat pengasuhan, budaya, dan kepercayaan masyarakat sekitar diduga berhubungan dengan metode sosialisasi ibu. Berns (1997) menyatakan bahwa metode sosialisasi juga berkaitan dengan karakteristik lingkungan sosial.

Besar keluarga dengan kelekatan ibu memiliki hubungan negatif, sehingga semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin rendah kelekatan ibu (Tabel 8). Banyaknya jumlah anggota keluarga akan membuat keluarga membagi sumber daya yang dimiliki kepada banyak orang, sehingga waktu untuk melakukan interaksi personal dengan anak akan semakin terbatas (Asih 2012). Hasil ini sesuai dengan Pasaribu (2013) bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik remaja dan keluarga dengan karakter remaja.

Tabel 8 Koefisien korelasi antara karakteristik remaja dan karakteristik keluarga dengan metode sosialisasi, kelekatan ibu, dan karakter remaja

Variabel Metode

Pendapatan keluarga per bulan (Rp) .194 .272 .179

Pendidikan ibu (tingkat) .024 .137 .157

Keterangan : *=signifikan pada p<0.05, **=signifikan pada p<0.01

Hubungan Metode Sosialisasi dan Kelekatan Ibu dengan Karakter Remaja

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa metode sosialisasi observational dan kelekatan ibu berhubungan positif dengan moral knowing, feeling, dan acting. Artinya, semakin tingginya kelekatan ibu dan semakin baik metode sosialisasi

(29)

15

Tabel 9 Koefisien korelasi antara metode sosialisasi dan kelekatan ibu dengan karakter remaja

Variabel Karakter Remaja

Moral Knowing Moral Feeling Moral Acting Total

Operant .231 .214 .212 .235

Keterangan : *=signifikan pada p<0.05, **=signifikan pada p<0.01

Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Metode Sosialisasi, dan Kelekatan Ibu terhadap Karakter Remaja

Hasil uji regresi pada Tabel 10 menunjukkan bahwa model variabel-variabel pada penelitian ini berpengaruh terhadap karakter remaja dengan nilai Adjusted R-Square yaitu 0.191. Artinya, model tersebut menjelaskan 19.1 persen variabel-variabel dalam model memengaruhi karakter remaja. Sisanya, sebesar 80.9 persen karakter remaja dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Secara parsial, model menunjukkan bahwa hanya kelekatan ibu yang berpengaruh positif signifikan sebesar 37.9 persen terhadap karakter remaja. Hal ini mengindikasikan bahwa kelekatan merupakan variabel yang paling penting untuk meningkatkan karakter remaja di dalam model.

Tabel 10 Hasil analisis regresi berganda pada karakteristik remaja, karakteristik keluarga, metode sosialisasi, dan kelekatan ibu terhadap karakter remaja

Variabel Bebas Karakter Remaja

B Sig.

Konstanta .021

Jenis kelamin (0=laki-laki, 1=perempuan) 2.976 .157

Usia remaja (tahun) -1.414 .310

Usia ibu (tahun) .330 .229

Pendidikan ibu (0=pendidikan rendah, 1=pendidikan tinggi)

-.021 .991

Besar keluarga (orang) .690 .117

Pendapatan keluarga per bulan (Rp) -4.213E-7 .762

Metode sosialisasi (indeks) .072 .473

Kelekatan ibu (indeks) .225 .015*

R2 .340

Adj R2 .191

F 2.285

Sig. .036a

(30)

16

PEMBAHASAN

Menurut teori psikososial Erik Erikson, remaja berada pada tahapan identity vs role diffusion. Remaja akan mengalami krisis identitas untuk pencarian jati diri. Pada masa-masa seperti ini, remaja membutuhkan arahan dan bimbingan. Remaja yang tidak memiliki kemampuan untuk memilih identitas diri yang baik untuk dirinya akan menimbulkan dampak negatif terhadap nilai moralnya (Pasaribu 2013). Tingkat eksplorasi dengan lingkungan yang mulai meningkat pada masa ini membuat remaja membutuhkan pendampingan dari orang terdekat, terutama keluarga. Keluarga merupakan lingkungan utama yang berperan sangat penting untuk menciptakan individu berkualitas. Pendampingan yang dilakukan keluarga sangat baik untuk optimalisasi dalam tumbuh kembang remaja (Srikandi 2013).

Hasil penelitian ditemukan bahwa kelekatan antara ibu dengan remaja sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan skor capaian tertinggi kelekatan ibu berada pada kategori tinggi. Anak yang memiliki kelekatan tinggi menunjukkan bahwa ia memiliki rasa aman dengan pengasuh utamanya (Shmueli-Goetz et al. 2008). Kelekatan aman diartikan bahwa anak merasa percaya dengan pengasuh utamanya (Bretherton 1992). Remaja yang memiliki kelekatan aman dengan orang tuanya akan memiliki keterikatan aman dengan teman sebayanya (Armsden dan Greenberg 1987). Selain itu, ditemukan bahwa kelekatan ibu berhubungan negatif signifikan dengan besar keluarga. Semakin banyak besar keluarga, maka semakin rendah kelekatan ibu. Hal ini sesuai dengan penelitian Asih (2012) bahwa semakin banyak besar keluarga akan membuat keluarga membagi sumberdaya yang dimiliki kepada banyak orang, sehingga waktu untuk melakukan interaksi personal dengan anak akan semakin terbatas. Namun, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan penelitian. Hal ini berbeda dengan temuan Nuraliah (2013) yang menyatakan bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara karakteristik keluarga dengan kelekatan ibu.

Hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ibu telah menerapkan metode sosialisasi yang cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya ibu yang memiliki kategori rendah dalam menyosialisasikan nilai-nilai kebaikan kepada remaja. Hasil tersebut menggambarkan bahwa pada keluarga utuh yang tinggal di daerah sub urban, ibu menerapkan metode sosialisasi kepada remaja dengan cukup baik. Hasil korelasi antara karakteristik remaja dan keluarga dengan metode sosialisasi menunjukkan tidak ada satupun karakteristik remaja dan keluarga pada keluarga utuh yang berhubungan dengan metode sosialisasi ibu. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pasaribu (2013) bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik remaja dan keluarga dengan metode sosialisasi.

(31)

17

Hasil uji hubungan ditemukan bahwa metode sosialisasi observational dan kelekatan ibu berhubungan positif signifikan dengan karakter remaja. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin baik metode sosialisasi observational

yang diberikan ibu dan tingginya kelekatan ibu dengan remaja, maka semakin baik pula karakter remaja. Dewi (2009) menyatakan bahwa kelekatan orang tua berhubungan positif dengan identitas diri remaja. Lestari (2012) menyatakan bahwa peneladanan orang tua sebagai figur dalam mensosialisasikan nila-nilai kebaikan perlu disertai dengan kelekatan agar perilaku yang dicontohkan orang tua ditiru oleh anaknya. Metode sosialisasi observational dengan pemberian contoh secara terus-menerus yang diikuti dengan pemantauan pada perilaku anak dapat membentuk kebiasaan pada anak. Hal ini hampir sesuai dengan pernyataan Srikandi (2013) bahwa metode sosialisasi memiliki hubungan positif signifikan dengan karakter disiplin dan hormat santun. Selain itu, pernyataan tersebut juga hampir sesuai dengan Pasaribu (2013) bahwa metode sosialisasi ayah dan ibu berhubungan nyata dan positif dengan karakter remaja. Berns (1997) menyatakan bahwa observational adalah metode sosialisasi yang signifikan. Anak yang menjalani proses menuju kedewasaan akan mempelajari berbagai perilaku melalui peniruan/hal-hal yang dicontohkan oleh orang lain, seperti orang tua, saudara, guru, dan teman-teman yang akan menjadikan hal tersebut sebagai bagian dari dalam diri mereka.

(32)

18

sebaya juga memiliki pengaruh dan peranan yang lebih besar terhadap pembentukan perilaku remaja dibandingkan lingkungan keluarga. Selama masa pubertas, remaja akan memiliki kelekatan yang lebih tinggi dengan teman sebaya dibandingkan dengan pengasuh utamanya. Hal ini dikarenakan remaja memiliki keingintahuan yang lebih besar terhadap dunia luar. Tingginya kelekatan antara remaja dengan teman sebaya membuat remaja cenderung lebih banyak menghabiskan banyak waktu dengan teman sebaya dibandingkan keluarga (Hurlock 1998; Nurhidayah 2011; Uytun et al. 2013; Karina, Hastuti, dan Alfiasari 2013).

Keterbatasan penelitian ini yaitu usia remaja hanya difokuskan pada remaja awal dengan rentang usia 13 hingga 15 tahun, sehingga tidak dapat merepresentasikan usia remaja secara keseluruhan. Jumlah contoh hanya melibatkan 50 orang, sehingga hasilnya tidak dapat merepresentasikan di daerah sub urban. Penelitian ini hanya melibatkan remaja dan ibu sebagai responden, sehingga tidak mampu melihat pengaruh karakteristik lingkungan sosial di sekitar remaja yang memungkinkan memiliki pengaruh dan peranan yang besar terhadap karakter remaja.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Metode sosialisasi apprenticeship (pendampingan) merupakan metode sosialisasi yang paling banyak dilakukan oleh ibu di daerah sub urban, sedangkan metode sosialisasi operant (penguatan untuk meningkatkan perilaku yang berulang) paling jarang dilakukan. Kelekatan ibu berada pada kategori sedang, yang mengindikasikan bahwa ikatan emosi antara ibu dengan remaja sudah cukup lekat. Hampir keseluruhan remaja memiliki moral knowing dan feeling yang berada pada kategori tinggi, tetapi hanya lebih dari separuh remaja memiliki moral acting yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir keseluruhan remaja telah mampu mengetahui dan melibatkan emosi mengenai nilai-nilai kebaikan, tetapi hanya lebih dari separuh remaja yang mampu melakukan nilai-nilai kebaikan tersebut.

Karakteristik remaja dan keluarga tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan metode sosialisasi ibu, sedangkan besar keluarga memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kelekatan ibu. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka ikatan emosional antara ibu dengan remaja semakin rendah. Ditemukan pula bahwa semakin baik metode

observational yang disosialisasikan ibu dan semakin tingginya kelekatan ibu maka semakin baik pula karakter remaja. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap karakter remaja yaitu hanya kelekatan ibu.

Saran

(33)

19

kelekatan yang aman dengan remaja, sehingga karakter remaja yang baik akan terus terjaga hingga ke tahap usia selanjutnya. Jumlah anggota keluarga yang sedikit dapat meningkatkan kelekatan antara ibu dan remaja, sehingga diharapkan untuk ke depannya keluarga melaksanakan program BKKBN dalam menekan angka kelahiran. Selain itu, metode sosialisasi yang baik dan tingginya kelekatan ibu akan menghasilkan karakter remaja yang baik, sehingga saran untuk orang tua, khususnya ibu sebaiknya membangun kelekatan yang aman dengan remajanya dan menerapkan nilai-nilai karakter kepada remaja dengan lebih optimal. Mensosialisasikan nilai-nilai baik dan buruk tersebut tidak bisa hanya sekedar ucapan yang terkesan seperti perintah. Nilai-nilai kebaikan akan lebih mudah dipahami dan diikuti jika ibu juga memberikan contoh dan menjadi teladan/figur agar anak meniru perilaku kebaikan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Armsden G, Greenberg MT. 1987. The inventory of parent and peer attachment: individual differences and their relationship to psychological well-being in adolescence. Journal of Youth and Adoxc lescence. 16(5) :427-454.

Asih, DSC. 2012. Pengaruh interaksi orang tua dan anak terhadap kesejahteraan anak pada keluarga nelayan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Berns RM. 1997. Child, Family, School, Community Socialization and Support.

USA: Harcourt Brace College Publisher.

Bretherton I. 1992. The origins of attachment theory: John Bowlby and Mary Ainsworth. Journal of Developmental Psychology. 28:758-775.

Crossan M, Mazutis D, Seijts G. 2013. In search of virtue: The role of virtues, values and character strengths in ethical decision making. Journal of Buiness Ethics. 113:567-581.doi:10.1007/s10551-013-1680-8.

Dewi PY. 2009. Hubungan antara kelekatan terhadap orang tua dengan identitas diri pada remaja pria delinquent di lembaga permasyarakatan anak Kutoarjo [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

DiClemente RJ et al. 2001. Parental monitoring: Association with adolescents’

risk behaviors. Pediatrics. 107.1363-1368.

Dimyati V. 2012. Sudibyo: Remaja Indonesia Kian Tak Memiliki Karakter.

Jurnal Nasional [Internet]. [diunduh 2013 Mei 15].

Freeman H, Brown BB. 2001. Primary attachment to parents and peers during adolescence: Differences by attachment style. Journal of Youth and Adolescence. 30(6): 653-674.

Gunarsa SD, Gunarsa YSD. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta (ID): PT BPK Gunung Mulia.

Hastuti D, Alfiasari, Sarwoprasodjo S. 2012. Model harmonisasi peran keluarga dan sekolah dalam pembentukan karakter mulia remaja bagi tercapainya visi “Insan cerdas komprehensif tahun 2014” [laporan].

Hurlock EB. 1998. Psikologi Perkembangan. Jakarta (ID): Erlangga.

(34)

20

Kadarmanta A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta (ID): PT Forum Media Utama.

Karina, Hastuti D, Alfiasari. 2013. Perilaku bullying dan karakter remaja serta kaitannya dengan karakteristik keluarga dan peer group. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 6(1): 20-29.

Keiley MK. 2002. Attachment and affect regulation: A framework for family treatment of conduct disorder. Journal of Family Process. 41(3):477-493. Lestari S. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

dalam Keluarga. Jakarta(ID): Kencana Perdana Media Group.

Lickona T. 2001. What is good character?. Reclaiming Children and Youth. 9(4): 239-251.

Megawangi R. 2009. Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bogor (ID): Indonesia Heritage Foundation.

Nuraliah. 2013. Pengaruh kelekatan remaja dengan ibu dan teman sebaya terhadap kecerdasan sosial (social intelligence) remaja pada keluarga bercerai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Nurhidayah S. 2011. Kelekatan (attachment) dan pembentukan karakter. Turats. 7(2): 78-83.

Park N, Peterson C, Seligman MEP. 2004. Strengths of character and well-being.

Journal of Social and Clinical Psychology. 23(5):603-619.

Pasaribu RM. 2013. Pengaruh gaya pengasuhan dan metode sosialisasi orang tua terhadap karakter jujur dan tanggung jawab siswa SMA di Kota Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Peterson C, Seligman MEP. 2004. Character Strength and Virtues: A Handbook of Classification. New York (US): Oxford University Press.

Rahmah L. 2011. Pembentukan karakter remaja melalui pembinaan moral. Semarang (ID): Fakultas Psikologi, Universitas Islam Sultan Agung.

Rueter MA, Conger RD. 1995. Antescendents of parent-adolescent disagreement.

Journal of Marriage and the Family. 57:435-448.

Shmueli-Goetz Y, Target M, Fonagy P, Datta A. 2008. The child attachment interview: a psychometric study of reliability and discriminant validity.

Journal of Developmental Psychology. 44(4): 939-956.

Srikandi. 2013. Hubungan stimulasi psikososial dan metode sosialisasi dengan karakter disiplin dan hormat santun remaja pada keluarga bercerai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[UNDP] United Nation Development Programme. 2013. Laporan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.

Uytun MC, Oztop DB, Esel E. 2013. Evaluating the attachment behaviour in during puberty and adulthood. Düşünen Adam The Journal of Psychiatry

and Neurological Sciences. 26(2):177-189.doi: 10.5350/dajpn2013260208. Van Eijk FEAM, Branje SJT, Hale WW III, Meeus WHJ. 2012. Longitudinal

(35)

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin remaja

Kategori Persentase (%)

Laki-laki 50.0

Perempuan 50.0

Total 100.0

Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan status bekerja ibu

Kategori Persentase (%)

Bekerja 28.0

Tidak bekerja 72.0

Total 100.0

Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan jawaban metode sosialisasi ibu

No Pernyataan 1 2 3

n % n % n %

Operant

1. Memarahi dan berkata kasar jika anak bermain hingga larut malam.*

47 94.0 2 4.0 1 2.0

Modelling

2. Anak lebih suka meniru hal yang dicontohkan orang lain daripada yang saya contohkan.*

48 96.0 1 2.0 1 2.0

Cognitive

3. Tidak peduli akan prestasi anak, baik di rumah, lingkungan, maupun di sekolah.*

50 100.0 0 0.0 0 0.0

Apprenticeship

4. Ketika anak mulai puber, maka saya mulai mengajarkannya cara menjaga penampilan. Lalu, ketika anak mulai memiliki pengetahuan yang telah saya ajarkan, maka saya hanya terkadang mengingatkan atau membantu anak melakukan hal tersebut. Kemudian, setelah anak mampu menjaga dirinya, maka saya akan

membiarkannya secara mandiri untuk melakukan hal tersebut..

3 6.0 2 4.0 45 90.0

Keterangan:

(36)

22

Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan jawaban kelekatan ibu

No Pernyataan 1 2 3

n % n % n %

1. Tinggal bersama ibu kandung. 0 0.0 0 0.0 50 100.0

2. Sangat mencintai ibu, maka jika telah dewasa ingin menjadi orang tua sebaik ibu.

1 2.0 1 2.0 48 96.0

Keterangan:

1 = tidak menggambarkan diri responden 2 = kurang menggambarkan diri responden 3 = sangat menggambarkan diri responden

Lampiran 5 Sebaran contoh berdasarkan jawaban karakter remaja

No Pernyataan 1 2 3

n % n % n %

Moral Knowing

1. Harus bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan.

1 2.0 2 4.0 47 94.0

Moral Feeling

2. Kecewa pada lawan bermain jika saya kalah dalam permainan.*

35 70.0 3 6.0 12 24.0

Moral Acting

3. Pernah berkelahi dan bermusuhan dengan teman.*

11 22.0 3 6.0 36 72.0

Keterangan:

(37)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Maret 1993 di Karawang, yang merupakan putri keempat dari empat bersaudara. Orang tua penulis bernama H. Endang Sukarya dan Hj. Trinny Yuliarthika. Pada tahun 2010, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Karawang dan melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor S1 Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Gentra Kaheman dan beberapa kegiatan kampus. Kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti penulis yaitu Canvasing Sosialisasi IPB 2010 (Purwakarta, Subang, Karawang) sebagai anggota divisi konsumsi, Departemen Profesi dan Keahlian Gentra Kaheman IPB periode 2011-2012 sebagai penanggung jawab divisi tari, Mimitran Gentra Kaheman IPB 2012 sebagai anggota divisi acara, Latihan Rutin Gentra Kaheman IPB 2012 sebagai ketua pelaksana, Masa Perkenalan Mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB 2012 sebagai anggota divisi hubungan masyarakat dan publikasi, Beasiswa Tari Gentra Kaheman IPB 2012 sebagai ketua pelaksana. Penulis juga aktif di luar kampus yaitu sebagai penari di Sanggar Tari Obor Sakti. Prestasi penulis selama kuliah yaitu Juara 2 Tari Tradisional “SPARE 7 FKM UI”, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekologi Manusia 2011 di Bidang Seni, Juara 2 Seni Tari “Pekan Seni Mahasiswa Daerah Se-Jabodetabek”, Juara 1 Tari Tradisional “SPARE 8 FKM UI”, Finalis Contemporary Dance Competition “The 11th Indonesian Dance Festival” Tingkat Nasional, 5 Penyaji Unggulan Terbaik “Karnaval Keprajuritan” Tingkat Nasional, Juara 1 Seni Tari Kontemporer “The 6th Ecology Sport and Art Event Fakultas Ekologi Manusia”, Penyaji Terbaik “Gebyar Festival Tari Universitas Brawijaya Malang” Se-Jawa dan Bali, Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekologi Manusia 2012 di Bidang Seni.

Gambar

Gambar 1   Kerangka pemikiran metode sosialisasi dan kelekatan ibu
Gambar 2.
Tabel 1  Jenis data, variabel, alat bantu, skala data, dan jumlah pernyataan
Tabel 2  Sebaran contoh berdasarkan nilai minimum, maksimum, rata-rata,                     dan standar deviasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Galur-galur yang memiliki perbedaan pada semua karakter kuantitatif yang diamati, meliputi karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar tajuk,

Incremental merupakan strategi berkembang secara bertahap, memperbaiki produk atau proses bisnis yang sudah ada dengan..

Perjanjian jual beli antara penjual dengan pembeli itu dibuat oleh salah satu pihak dengan cara menyiapkan syarat-syarat baku pada formulir perjanjian yang sudah

bahwa Majelis berpendapat koreksi Terbanding berdasarkan Laporan Hasil Audit Nomor LHA-23/WBC.07/2013 tanggal 11 Juni 2013 atas kelebihan pengembalian bea masuk fasilitas

3.Kualitas barang lebih baik  Tidak boleh ada tambahan biaya , pembeli berhak menerima maupun menolak... Waktu penyerahan barang pada saat jatuh tempo .. pembeli harus menerimanya

Alternatif strategi pengembangan bisnis gula semut Koperasi Serba Usaha Jatirogo berdasarkan analisis SWOT, antara lain meningkatkan kegiatan promosi, meningkatkan

Jika rasio protein urin terhadap kreatinin urin lebih dari 2, pasien dianggap menderita sindrom nefrotik. Pasien anak yang kehilangan protein pada tingkat lebih atau setara

Pelanggaran maksim pujian paling dominan ditemukan dan pelanggaran maksim kerendahan hati tidak ditemukan dalam penelitian ini, (2) kesantunan linguistik dengan penanda