• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan Interdental ( ث dan ذ ) dan Faringal ( ع dan ح ) Oleh Mahasiswa Sastra Arab Stambuk 2011 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan Interdental ( ث dan ذ ) dan Faringal ( ع dan ح ) Oleh Mahasiswa Sastra Arab Stambuk 2011 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN

BUNYI KONSONAN INTERDENTAL (ﺙ DAN ﺫ ) DAN FARINGAL ( ﻉ DAN ﺡ ) OLEH MAHASISWA SASTRA ARAB STAMBUK 2011 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN SKRIPSI SARJANA

O L E H WALIMAH NIM : 090704004

DEPARTEMEN SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN

BUNYI KONSONAN INTERDENTAL (ﺙ DAN ﺫ ) DAN FARINGAL ( ﻉ DAN ﺡ ) OLEH MAHASISWA SASTRA ARAB STAMBUK 2011 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI SARJANA

DISUSUN O

L E H

WALIMAH NIM. 090704004 Pembimbing I

Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. NIP. 19621204198703 2 001

Pembimbing II

Dra. Rahlina Muskar, M.Hum NIP.196112161987032001 Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN

(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

Ketua,

Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. NIP.19621204 198703 2 001

Sekretaris,

(4)

PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:

Tanggal : 18 Oktober 2013 Hari : Jum’at

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 19511013 197603 1001 Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi

berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2013

(6)
(7)

ABSTRAK

Walimah, 2013.Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan Interdental (

dan

) dan Faringal (

dan

) Oleh Mahasiswa Sastra Arab Stambuk 2011 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Penelitian ini meneliti tentang analisis kesalahan pengucapan bunyi konsonan interdental (

[θ] dan

[ð] ) dan faringal

(

[ħ] dan

[ҁ] ) oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Permasalahan yang diteliti adalah di mana saja distribusi bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] yang mengalami kesalahan pengucapan, dan apa faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi-bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ].

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] yang mengalami kesalahan pengucapan, dan faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi-bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ].

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dan menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunyi konsonan yang paling banyak mengalami kesalahan pengucapan di antara bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] oleh Mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU Medan adalah bunyi konsonan

[ħ] yang berdistribusi di akhir kata. Adapun faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] karena keempat bunyi konsonan tersebut merupakan bunyi yang sulit diucapkan oleh informan sehingga informan mengganti dengan bunyi yang berdekatan titik artikulasinya dengan keempat huruf tersebut, kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] seperti berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, membaca al-qur’an atau wacana bahasa Arab, dan membaca surah al-a’lā
(8)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi

Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - tidak dilambangkan

ba b be

ta t te

sa ṡ es (dengan titik di atas)

jim J je

ha ha (dengan titik di bawah)

kha kh ka dan ha

dal d de

zal ż zet (dengan titik di atas)

ra r er

zai z zet

sin s es

syin sy es dan ye

sad ṣ es (dengan titik di bawah)

(9)

ta ṭ te (dengan titik di bawah)

za

zet (dengan titik di bawah)

`ain ‘ koma terbalik (di atas)

gain g ge

fa f ef

qaf q ki

kaf k ka

lam l el

mim m em

nun n en

waw w we

ha h ha

ء hamzah ` apostrof

(10)

C. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap

Contoh:

ﺔﻣﺩﻘﻣ : muqaddimah

ﺔﻧﻳﺩﻣﻟﺍﺓﺭﻭﻧﻣﻟﺍ : al- madīnah al- munawwarah

D. VOKAL

1. Vokal Tunggal

Vokal Tunggal /fathah/ ditulis “a” contoh : ﺱﻠﺟ = jalasa

Vokal Tunggal /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﻡﺣﺭ = rahima

Vokal Tunggal / dammah/ ditulis “u” contoh : ﺏﺗﻛ = kutub

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap /fathah dan ya/ ditulis “ai” contoh : ﻑﻳﻛ = kaifa

Vokal rangkap / fathah dan waw/ ditulis “au” contoh : ﻝﻭﺣ = haula

E. Vokal Panjang

Vokal panjang fathah/ ditulis “ a” contoh : ﻝﺎﻗ= qāla

Vokal panjang /kasrah/ ditulis “i” contoh : ﺭﻳﺭﺣ = ̒harīrun

(11)

F. Hamzah

Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vocal tanpa didahului oleh tanda

apostrof (‘)

Contoh: ﺏﺩﺃ = ‘adabun

ﺔﻣﻷﺍ ﺩﺎﺣﺗﺍ = ittihād al-‘ummah

G. Lafzul- Jalalah

Lafzul- jalalah (kata ﷲ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa

hamzah

Contoh : ﻟ ﺩﻣﺣﻟﺍ ditulis : alhamdulillah

ﷲ ﺩﺑﻋ ditulis : Abdullah

H. Kata Sandang “al-“.

1. Kata sandang “al-“ tetap ditulis “al-“, baik pada kata yang dimulai dengan

huruf qamariah maupun syamsiah.

Contoh :

ﺔَﺳﱠﺩَﻘُﻣْﻟﺍ

ﻥِﻛﺎَﻣَﻷﺍ

= al-`amâkin al-muqaddasah

ُﺔﱠﻳِﻋ ْﺭ

َﺷﻟﺍ

ُﺔَﺳﺎَﻳﱢﺳﻟﺍ

= al-siyâsah al-syar’iyyah

2. Huruf “a” pada kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun

merupakan nama diri.

Contoh :

ﻱِﺩ ْﺭ َﻭﺎَﻣْﻟﺍ

= al-Mâwardî

ﺭَﻫ ْﺯَﻷﺍ

= al-`Azhar

ﺓَﺭ ْﻭُﺻْﻧَﻣْﻟﺍ

= al-Manshûrah

3. Kata sandang “al-“ di awal kalimat dan pada kata “al-Qur`an” ditulis dengan

huruf kapital.

Contoh : Al-Afgânî adalah seorang tokoh pembaharu

(12)

DAFTAR SINGKATAN

H : Tahun Hijriah

M : Tahun Masehi

SM : Sebelum Masehi

SH : Sebelum Hijriah

Q.S : Al-qura’an Surah

SWT : Subhanahu wa Ta’ala

SAW : Salllahu `alaihin wa Sallam

A.s : `Alaihi al-Salam

Ra : Radiyallahu `anhu

t.p : Tanpa penerbit

(13)

B. Transkripsi Fonetik

/b/ :

stop, bilabial bersuara (waqfiyyah, syafatani, majhur )

/ t/ :

stop, dental, tidak bersuara ( waqfiyyah, syafatani, mahmus )

/

T

/

:

frikatif, inter dental, tidak bersuara ( ihtikaki, bay asnani, mahmus )

/

/

:

frikatif, alveo palatal, bersuara ( ihtikaki, lissah gariyyah, majhur )

/฀

/ :

frikatif, faringal, tak bersuara (ihtikaki, halqiyah, mahmus)

/

ξ

/

:

frikatif, velar, tidak bersuara (ihtikaki, tabaq, mahmus)

/d/ :

stop, dental, bersuara (waqfiyyah,asnani, majhur )

/

D

/ :

stop, velarized, bersuara ( waqfiyyah, mufakhkham, majhur )

/r/ :

vibran, alveolar, bersuara ( tikrariyyah, lissah, majhur )

/

Z

/ :

frikatif, alveolar, bersuara (ihtikaki,lissah, majhur )

/s/ :

frikatif, alveolar, tidak bersuara ( ihtikaki,lissah, mahmus )

/S/ :

frikatif, alveo palatal, tidak bersuara (ihtikaki, lissah gariyyah, mahmus )

/

:

frikatif, velarized, tidak bersuara (ihtikaki, mufakhkham, mahmus)

/Í/ :

stop, dental velarized, bersuara ( waqfiyyah, mufakhkham, majhur )

/

ˇ

/ :

stop, dental velarized, tidak bersuara (waqfiyyah, mufakhkham,mahmus )

/¸/ :

frikatif, velarized, bersuara ( ihtikaki, mufakhkham, majhur )

/÷/ : frikatif, faringal, bersuara (ihtikaki,halqiyah, mahmus)

/F/ : frikatif, velar, bersuara (ihtikaki, tabaq, mahmus)

/f/ : frikatif, labio dental, tidak bersuara (ihtikaki, syafawi asnani,mahmus )

/q/ : stop, uvular, tidak bersuara ( waqfiyyah, halqiyyah, mahmus )
(14)

/n/ : nasal, alveolar, bersuara ( ‘anfiyyah, lissah, majhur )
(15)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya. Shalawat dan salam kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad

SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan

bagi umat. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kemudian kelak, amin ya

rabbal ‘alamin.

Alhamdulillah, atas izin Allah SWT dan juga dukungan, doa, serta

motivasi dari keluarga, kerabat, dan sahabat, pada akhirnya peneliti mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan Interdental (

dan

), dan faringal (

dan

) Oleh

Mahasiswa Stambuk 2011 Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar

sarjana pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU. Dalam

penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan yang disebabkan

keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti. Penulis

juga menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan oleh karena itu

penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan tulisan ini, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan

pembaca.

Medan, Oktober 2013

(16)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini sebagai ungkapan rasa bahagia, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sampai

selesainya skripsi ini, baik itu berupa moril maupun materil, oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Dr. Syahron Lubis, M.A., serta

Pembantu Dekan I, II,dan III yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan program sarjana di

Fakultas Ilmu Budaya USU.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Program Studi Sastra Arab, Ibu Dra. Pujiati,

M.Soc., Ph.D. dan Ibu Dra. Fauziah, M.A.

3. Dosen Pembimbing Akademik Ibu Dr. Khairina Nst, M.S

4. Dosen pembimbing I dan II, Ibu Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. dan Ibu

Dra.Rahlina Muskar Nst, M.Hum yang dengan ikhlas meluangkan waktu,

tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Arab USU yang telah

mendidik peneliti dan menuangkan ilmunya selama masa perkuliahan.

6. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Ayahanda Wagino dan Ibunda

Anik yang telah mengasuh dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan

kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di

Perguruan Tinggi. Terimakasih untuk semua do’a dan dukungan yang

telah Ayah dan Ibu berikan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan

rahmat, karunia, perlindungan, serta hidayah, juga ampunan-Nya untuk

Ayah dan Ibu di dunia dan akhirat.

7. Adik-adik ku tercinta, adek Lia, adek Rian. Yang senantiasa mendo’akan

dan memberi dukungan. Untuk kedua adek ku tercinta rajin belajar dan

ikutilah jejak orang-orang yang sukses, semoga menjadi anak yang shalih

dan shalihah.

(17)

9. Terima kasih Embah dan lelek-lelek ku tercinta, embah Ni, lek Jack, lek

meken, lek bariatik, lek endang, lek sari, lek susi yang senantiasa

mendo’akan dan memberi dukungan.

10.Keluarga ku tercinta di Medan, uwak Mina, kak Srik, kak Uli, kak Iyun,

kak Tatik, kak Fatimah, bang Wawan, bang Adi, adek Rara, Rasya, Caca,

Piji, Rino dan Dila.

11.Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) yang

bersama-sama telah belajar untuk berorganisasi.

12.Teman-teman ku tercinta Sastra Arab USU Angkatan 2009 Nurul, Oza,

Diah, Pudin, Ciput, Defi, Nazwa, Halimah, Agi, Mbak Indah, Budi,

An-nur, Rian, Diki, Ali, Halim yang sama-sama telah melewati masa suka dan

duka selama masa perkuliahan dan semoga silaturahmi tetap terjaga

selamanya.

13.Untuk adek-adek sastra Arab stambuk 2011 yang bersedia meluangkan

waktunya demi terselesainya skripsi ini.

14.Untuk senior ku kak Bulan, bang Ibnu, kak Ana yang bersedia

meluangkan waktunya untuk bertukar pikiran dan memberikan fasilitas

gratis demi terselesainya skripsi ini.

15.Teman-teman Asrama Putri Baru USU, Tia, Tona, kak Ria, Pipit, Nadia

dan Novi.

16.Untuk sahabat-sahabat ku Ira, Pardi, Tiwi dan Wizi yang selalu

mendukung dan ada di setiap susah dan senang peneliti.

17.Untuk lembaga pendidikan Nurul Hasanah yang telah memberikan

pengalaman kepada penulis sebagai tutor.

Penulis berterima kasih kepada semuanya yang telah memberikan bantuan

dan jasa semoga menjadi amalan yang diridhai oleh Allah SWT, dan mendapatkan

(18)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

PEDOMAN TRANSLITRASI ii

DAFTAR SINGKATAN vi

TRANSKRIPSI FONETIK vii

KATA PENGANTAR ix

UCAPAN TERIMA KASIH x

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Perumusan Masalah 4

1.3Tujuan Penelitian 4

1.4Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu 6

2.2 Analisis Kesalahan 7

2.3 Fonologi dan Fonetik 9

2.4 Alat-alat Ucap 11

2.4.1 Bunyi Vokal 12

2.4.2 Bunyi Konsonan 14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian 18

3.2 Data 18

3.3 Teknik Pengumpulan Data 18

a. Observasi 18

b. Metode Simak 19

c. Kuesioner 19

d. Populasi dan Sampel 19

e. Analisis Data 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 21

4.2 Pembahasan 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 32

5.2 Saran 36

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel I Bunyi Vokal Bahasa Arab 14

Tabel II Bunyi Konsonan Bahasa Arab 17

Tabel III Klasifikasi Kesalahan PengucapanBunyi Konsonan ﺡ , ﻉ , ﺫ , ﺙ 44 Tabel IV Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan ﺡ , ﻉ , ﺫ , ﺙ 60

Tabel V Nama-nama Informan 65

DAFTAR GAMBAR

Gambar I Pengisian Kuesioner 67

LAMPIRAN

Lampiran I Surah Al-a’lā dan Al-zalzalah 39

(20)

ABSTRAK

Walimah, 2013.Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan Interdental (

dan

) dan Faringal (

dan

) Oleh Mahasiswa Sastra Arab Stambuk 2011 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Penelitian ini meneliti tentang analisis kesalahan pengucapan bunyi konsonan interdental (

[θ] dan

[ð] ) dan faringal

(

[ħ] dan

[ҁ] ) oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Permasalahan yang diteliti adalah di mana saja distribusi bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] yang mengalami kesalahan pengucapan, dan apa faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi-bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ].

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] yang mengalami kesalahan pengucapan, dan faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi-bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ].

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dan menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunyi konsonan yang paling banyak mengalami kesalahan pengucapan di antara bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] oleh Mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU Medan adalah bunyi konsonan

[ħ] yang berdistribusi di akhir kata. Adapun faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] karena keempat bunyi konsonan tersebut merupakan bunyi yang sulit diucapkan oleh informan sehingga informan mengganti dengan bunyi yang berdekatan titik artikulasinya dengan keempat huruf tersebut, kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] seperti berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, membaca al-qur’an atau wacana bahasa Arab, dan membaca surah al-a’lā
(21)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Masnur (2008: 7) mengatakan semua manusia dianugrahi Allah swt

kemampuan untuk berbicara atau berkomunikasi, kecuali bagi seseorang yang

mempunyai “kekhususan”, misalnya orang bisu dan tuli. Kemampuan berbicara

atau berkomunikasi ini diperoleh secara berkala sesuai dengan tingkatan usianya.

Menurut Keraf (1991: 2) bahasa adalah alat komunikasi antar anggota

masyarakat, berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Menurut Parera (1987: 68) bahasa yang baik adalah bahasa yang informatif dan

komunikatif, artinya lewat bahasa penutur dapat menyampaikan pikiran dan

maksudnya dan pendengar/pembaca dapat memahami pikiran dan maksud penutur.

Ibnu Jiniy dalam Muskar (2009: 6-7) memberikan batasan bahasa yang

erat kaitannya dengan bunyi sebagai unsur yang hakiki sebagai berikut :

ّﺒﻌﻳ ﺕﺍﻮﺻﺃ ﻰﻫ ﺔﻐﻠﻟﺍ

ﺍ ﻦﻋ ﻡﻮﻗ ﻞﻛ ﺎﻬﺑ ﺮ

ﻢﻬﺿﺍﺮ

/allughatu hiya aṣwatun yu’abbiru ‘an aghrāḍihim/ `Bahasa adalah bunyi-bunyi

yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat untuk mengekspresikan

keinginannya`.

Apabila seseorang ingin mempelajari bahasa asing dengan baik maka ia

harus mempelajari sistem bunyi bahasa tersebut terlebih dahulu. Sistem bunyi

suatu bahasa adalah bunyi-bunyi yang dimiliki bahasa itu sendiri (Laksman 1995:

92).

Adapun ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa itu lazim disebut

dengan fonologi. Bloomfield dalam Muskar (2009: 6) mengatakan “phonology is

the study of significant speech sound and the phoneme is the minimum unit of

distinctive sound feature”. “ Fonologi adalah suatu studi tentang lambang bunyi

ucapan dan fonem adalah satuan terkecil dari ciri bunyi yang membedakan suatu

(22)

Bahasa Arab di Indonesia merupakan salah satu bahasa asing yang

dipelajari di madrasah-madrasah bahkan beberapa sekolah umum yang berada di

bawah naungan Kementerian Agama RI, bahkan ada juga di beberapa sekolah

yang berada di bawah naungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Demikian pula di perguruan tinggi negeri agama dan perguruan tinggi umum, baik

negeri maupun swasta.

Dalam mempelajari bahasa asing, sering kali para pembelajar mengalami

kesalahan baik kesalahan itu secara lafaz (ucapan) ataupun tulisan. Secara

linguistik lafaz atau ucapan itu berkaitan dengan bidang ilmu fonologi dan tulisan

berkaitan dengan bidang ilmu sintaksis, morfologi, wacana dan semantik.

Menurut KBBI (2007: 938) kesalahan yaitu perihal salah, dan kekeliruan.

Menurut Ellis dalam Guntur (1988: 68) analisis kesalahan yaitu suatu prosedur

kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi

pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel,

penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan

penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan.

Para pakar linguistik, dan pengajar bahasa sependapat bahwa kesalahan

berbahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Bahkan ada

pernyataan ekstrem mengenai kesalahan yang berbunyi “kesalahan berbahasa

yang dibuat oleh siswa menandakan pengajaran bahasa tidak berhasil atau gagal”.

Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering dibuat oleh siswa harus

dikurangi dan kalau dapat dihapuskan sama sekali. Hal ini baru dapat tercapai

apabila seluk beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam. (Guntur

1988: 67).

Departemen Sastra Arab merupakan salah satu Departemen yang ada di

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun salah satu mata kuliah

yang sudah ditetapkan dalam kurikulum di Departemen ini yaitu mata kuliah

(23)

vokal dan konsonan bahasa Arab. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat

mengucapkan bahasa Arab maupun membaca al-qur’an dengan fasih dan benar.

Sehubungan dengan ini, peneliti sering mendengar mahasiswa di

Departemen Sastra Arab FIB USU mengalami kesalahan dalam mengucapkan

bunyi-bunyi konsonan

[θ],

[ð],

[ħ], dan

[ҁ]. Hal ini terjadi pada saat mereka membaca teks bahasa Arab ataupun dalam bercakap-cakap (Muhawarah)

dengan sesama mereka. Salah satu kesalahan itu peneliti dengar ketika membaca

teks bahasa Arab dalam kata

ّﻢﺛ

umma] ‘kemudian’ diucapkan menjadi

ّﻢﺳ

[summa] ‘sangat panas’, bunyi konsonan

[θ] diucapkan menjadi

[s], dan kata

ﻚﻟ

ﺫﺍ

[ða:lika] ‘itu’ diucapkan menjadi

ﻚﻟ

a:lika], bunyi konsonan

[ð] diucapkan menjadi

[ʒ],dan kata

ﻆﻔﺣ

[ħafiʑa] diucapkan menjadi

ﻆﻔﻫ

[hafiʑa], bunyi konsonan

[ħ] diucapkan menjadi

[h], dan kata

ﻉﻮﺿﻮﻣ

[mawɖu:ҁun]

‘judul’ diucapkan menjadi

ﺆﺿﻮﻣ

[mawɖu:ʔun], bunyi konsonan

[ҁ] diucapkan

menjadi

ء

[ʔ]. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu mahasiswa

Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU yang berjumlah 31 orang.

Dengan adanya kasus di atas, maka peneliti ingin membahas lebih dalam

lagi tentang masalah pengucapan bunyi-bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] ini agar dapat diketahui apa yang menyebabkan mereka mengalami kesalahan

dalam pengucapan bunyi-bunyi tersebut. Untuk memperoleh data kesalahan dalam

pengucapan bunyi-bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] tersebut, peneliti menjadikan surah al-a’lā dan al-zalzalah sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa

Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU Medan.

Adapun alasan peneliti memilih judul yaitu sebagai berikut:

1. Peneliti melihat dari fenomena-fenomena pengguna bahasa yang terjadi di

lingkungan.

2. Judul ini belum pernah di teliti oleh mahasiswa Sastra Arab khususnya

(24)

Sistem penulisan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pedoman transliterasi Arab-Latin yang merupakan SKB Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 158/1987 dan No 0543 b/u/1987

tertanggal 22 januari 1988, yaitu pemindahan penulisan huruf Arab ke dalam

huruf latin. Sedangkan lambang bunyi bahasa Arab dipindahkan dengan lambang

fonetik internasional IPA (International Phonetic Association).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba menguraikan masalah sebagai

berikut :

1. Di mana saja distribusi bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] yang mengalami kesalahan pengucapan oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk

2011 FIB USU Medan?

2. Apa faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi-bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui di mana saja distribusi bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] yang mengalami kesalahan pengucapan oleh mahasiswa Sastra

Arab stambuk 2011 FIB USU Medan.

2. Untuk mengetahui apa faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi

(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai beikut:

1. Sebagai bahan masukan yang bersifat ilmiah bagi para pembelajar bahasa

Arab khususnya dalam bidang ilmu fonologi bahasa Arab.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis kesalahan pengucapan sebelumnya sudah di

teliti oleh Sriani Saragih NIM 010704017 dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan

[ð],

[ʒ],

[s],

[ɖ],

[d],

[h],

[ħ] di Asrama Bahasa Arab Hubbul Wathan Medan tahun

2006”. Dalam penelitiannya beliau melihat bagaimana kesalahan pengucapan

bunyi-bunyi konsonan tersebut di awal, di tengah, dan di akhir kata. Dari hasil

penelitiannya bunyi konsonan yang paling banyak mengalami kesalahan saat

diucapkan pada kelas dasar yaitu bunyi konsonan

dan di akhir kata. Sedangkan pada kelas lanjutan bunyi konsonan yang paling

banyak mengalami kesalahan pada saat diucapkan yaitu bunyi konsonan

[ɖ]

baik di awal, di tengah, dan di akhir kata. Penyebab kesalahan pengucapan

bunyi-bunyi konsonan tersebut karena sistem bahasa yang dipelajari, situasi

sosiolinguistik, dan juga pengajaran.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Neti Wahyuni NIM 980704015

dengan judul “Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan

[ð]

,

[ʃ]

,

,

[ҁ]

,

[q] Dalam Komunikasi Lisan Siswa Kelas I Madrasah Aliyah Pondok

Pesantren Ar-raudatul Hasanah Medan tahun 2003”. Beliau melihat berapa persen

tingkat kesalahan siswi Madrasah Aliyyah Pondok Pesantren Ar-raudhatul

Hasanah Medan, dalam pengucapan bunyi konsonan

[ð]

,

[ʃ]

,

,

[ҁ]

,

[q]. Dan apa penyebab kesalahan pengucapan konsonan tersebut pada sisiwi

Madrasah Aliyyah Pondok Pesantren Ar-raudhatul Hasanah. Hasil penelitiannya

menunjukan persentase kesalahan bunyi-bunyi konsonan bahasa Arab sebagai

berikut : Bunyi konsonan

[q] = 61,9%

,

[ҁ] = 21,1%

,

,

[ʃ] =

19,7%

,

[ð] = 8,45 %. Dari data di atas dapat dilihat bahwa konsonan

[q]yang
(27)

pengucapan bunyi-bunyi konsonan tersebut dikarenakan kurangnya dasar

pengetahuan tentang bunyi-bunyi bahasa Arab dan latihan-latihan, serta

kurangnya perhatian terhadap pentingnya pengucapan bunyi bahasa.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Yunita Risa Fadila NIM 050704033

dengan judul “Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan Hamzah

ء

[ʔ] dan

‘Ain

[ҁ] Pada Siswa Kelas XII (Dua Belas) Madrasah Aliyah Negeri Kisaran

tahun 2009”. Dalam penelitiannya beliau melihat konsonan manakah yang banyak

mengalami kesalahan pada saat diucapkan, dan penyebab terjadinya kesalahan

pengucapan bunyi konsonan hamzah

ء

[ʔ] dan ‘ain [

ҁ]. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa bunyi konsonan yang paling banyak mengalami kesalahan

yaitu bunyi konsoanan [

ҁ] diucapkan menjadi bunyi konsonan

ء

[ʔ] sebanyak 8

orang, sedangkan bunyi konsonan

ء

[ʔ] diucapkan menjadi [

ҁ] sebanyak 5

orang.

Penyebab kesalahan pengucapan bunyi konsonan ini dikarenakan latar

belakang pendidikan sampel yang mengenal bahasa Arab saat duduk di Madrasah

Aliyah, penyebab selanjutnya yaitu menukar lafal, kurangnya latihan dalam

pengucapan bunyi-bunyi bahasa Arab serta kurangnya perhatian terhadap

pentingnya pengucapan bunyi bahasa yang benar.

2.2 Analisis Kesalahan

Menurut Ellis dalam Guntur (1988: 68) analisis kesalahan yaitu suatu

prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang

meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam

sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu

berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan itu.

Corder dalam Parera (1986: 49) mengatakan ada dua macam kesalahan

yaitu kesalahan yang terjadi tidak secara sistematis dalam tutur seseorang, dan

(28)

Kedua tipe kesalahan di atas harus dihubungkan dengan pengertian dan

konsep Noam Chomsky performance dan competence. Perfomance yaitu

pelaksanaan aktual dari proses bahasa sedangkan competence yaitu kegiatan

internal dalam proses bahasa. Menurut Noam Chomsky ada kesalahan yang

disebabkan oleh dan dalam fakta performance atau kesalahan yang disebabkan

oleh faktor-faktor performance dan ada pula kesalahan yang disebabkan oleh

faktor-faktor competence. Berdasarkan konsep tersebut maka Corder memberikan

perbedaan antara mistake dan error (Corder dalam Parera, 1986: 49-50)

Mistake adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor-faktor

performance seperti keterbatasan ingatan, mengeja dengan lafal, keseleo,

kelelahan, tekanan emosional, dan sebagainya. Kesalahan seperti ini mudah

diperbaiki jika si penutur atau pembicara diingatkan. sedangkan error adalah

penyimpangan-penyimpangan yang sistematis dan konsisten dan menjadi ciri khas

dari sistem bahasa siswa yang belajar bahasa tertentu. Corder dalam Parera (1986:

50).

Menurut Guntur (1988: 145) kesalahan pengucapan juga dapat

digolongkan sebagai kesalahan berbahasa, di samping ragam kesalahan berbahasa

telah ditemukan empat klasifikasi atau taksonomi yang perlu diketahui mengenai

kesalahan berbahasa, yaitu :

a) Taksonomi kategori linguistik

b) Taksonomi siasat permukaan

c) Taksonomi komparatif

d) Taksonomi efek komunikatif

Taksonomi kategori linguistik yaitu mengklasifikasikan

kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik

tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan, ataupun berdasarkan kedua-duanya,

adapun komponen komponen bahasa mencakup fonologi, morfologi, sintaksis,

semantik, leksikon dan wacana. Taksonomi siasat permukaan menyoroti

bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah. Taksonomi

kompratif didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur

(29)

komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari prespektif

efeknya terhadap penyimak dan pembaca. (Guntur 1988: 145-164).

Menurut Saussure (1988: 255-260) sebab-sebab terjadinya perubahan

bunyi yaitu sebagai berikut :

1. Ras memberi pengaruh bagi perubahan bunyi.

2. Perubahan fonetis sebagai penyesuaian pada kondisi tanah dan iklim

3. Menukar dua pelafalan menjadi satu, atau lafal yang sulit diganti dengan yang

mudah.

4. Perubahan lafal sebagai akibat pendidikan fonetis di masa kanak-kanak.

5. Populasi pribumi yang berbau dengan pendatang baru.

2.3 Fonologi dan Fonetik

Badri dalam Muskar (2009: 7) mengatakan fonologi bahasa Arab disebut

dengan

ﺕﺍﻮﺻﻻﺍ

ﻢﻠﻋ

/

`ilmu l-aṣwāt/ ‘ilmu tentang bunyi-bunyi bahasa Arab, atau

ﺎﻴﺟﻮﻟﻮﻧﻮﻓ

/fūnūlūjiyā/.

Menurut Chaer (1994: 102-103) bidang yang mempelajari, menganalisis

dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi. Secara

etimologi fonologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.

Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya dibedakan menjadi

fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi

fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah

bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak menurut

urutan proses terjadinya bunyi bahasa dibedakan menjadi tiga jenis fonetik yaitu :

1. Fonetik artikulatoris

2. Fonetik akustis

3. Fonetik auditoris

Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis,

mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam

menghasilkan bunyi bahasa. Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa sebagai

peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi

(30)

mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.

Dari ketiga jenis fonetik ini yang berkaitan dengan dunia linguistik adalah fonetik

artikulatoris, fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana

bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. (Chaer 1994: 103).

Badri (1988: 5-6) menyebut ketiga istilah fonetik di atas sebagai berikut :

1.

ﻲﻘﻄﻨﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ

/ `ilmu l-`aṣwāti n-nuṭqiyyi/ `fonetik artikulator`.

2.

ﻲﻜﻴﺘﺳﻮﻛﻷﺍ ﻭﺃ ﻲﺘﺳﻮﻛﻷﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ

/`ilmu l-`aṣwāti l-`akustiyyi `awi l-

`akustīkiyyi / `fonetik akustik`.

3.

ﻲﻌﻤﺴﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ

/ `ilmu l-`aṣwāti s-sam`iyyi/ `fonetik auditoris`.

Dari ketiga jenis fonetik di atas, yang menjadi bahan kajian dalam bahasa

Arab yaitu fonetik artikulatoris, sebagaimana yang disampaikan oleh Badri (1988:

5-6) sebagai berikut :

ﻲﻫ ﺐﻧﺍﻮﺟ ﺔﺛﻼﺜﺑ ﻲﻘﻄﻨﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﻢﻠﻋ ﺺﺘﺨﻳ

:

/yakhtaṣu `ilmu l-`aṣwāti n-nuṭqiyyi biṡalāṡṡti jawānibi hiya/ : `Ada 3 hal yang

khusus dikaji dalam fonetik altikulatoris sebagai berikut`:

1 .

ﻮﻄﻨﻤﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻷﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩ

ﺝﺮﺨﻤﻟﺍ ﺚﻴﺣ ﻦﻣ ﺎﻬﻨﻴﺑ ﻖﻳﺮﻔﺘﻟﺍ ﻭ ﺔﻗ

)

ﺔﻳﻮﺜﻟ

ﺔﻴﻬﻔﺷ

(

...

ﺦﻟﺍ

(

ﺎﻬﺑ ﻖﻄﻨﺗ ﻲﺘﻟﺍ ﺔﻴﻔﻴﻜﻟﺍ ﻭ

)

ﺔﻳﺭﺎﺠﻔﻧﺍ

ﺔﻴﻛﺎﻜﺘﺣﺍ

(

,

ﺎﻬﺘﻔﺻ ﻭ

)

ﺓﺭﻮﻬﺠﻣ

ﺔﺳﻮﻤﻬﻣ

(

,

ﺎﻬﻋﻮﻧ ﻭ

)

ﺔﻴﻔﻧﺍ

ﺔﻴﻣﻮﻗ

(

ﺕﺎﻔﻴﻨﺼﺘﻟﺍ ﻦﻣ ﻚﻟﺍﺫ ﺮﻴﻏ ﻲﻟﺍ

/dirāsatu l-aṣwāti l-manṭūqati wa t-tafrīqi baynahā min hayṡu l-makhraji (liṡawiyyati – syafahiyyati wa ilā `ākhir), wa l-kayfiyyati l-lati tanṭiqu bihā

(infijāriyyati - `iḥtikākiyyati), waṣifātiha (majhūratun – mahmūsatun) wa naw`ihā

( `anfiyyatun – famuwiyatun il gayri żālika min at-taṣnīfāt/. `Menyelidiki sitem

bunyi-bunyi bahasa berdasarkan alat-alat ucap dalam artikulasi, yang

berbeda-beda dari titik artikulasinya (pangkal gigi atas – bibir) dan sebagainya, dan cara

pengucapannya (hambatan udara – frikatif) dan menurut pita-pita suara (bersuara–

tak bersuara), dan menurut penggolongan bunyi (hidung – mulut) dan sebagainya`.

2

.

ّﻮﻜﺗ ﺎﻬﺑ ﻲﺘﻟﺍ ﺔﻘﻳﺮﻄﻟﺍ

ﻻﺍ ﻭ ﻥ

ﻦﻳﻮﻜﺘﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻲﻓ ﺔﻣﺪﺨﺘﺴﻤﻟﺍ ءﺎﻀﻋ

(31)

3

.

ﻕﻮﻄﻨﻤﻟﺍ ﺕﻮﺼﻟﺍ ﺔﻔﻴﻅ ﻭ

/waẓīfatu ṣ-ṣawti l-manṭūqi/. `Cara kerja bunyi-bunyi itu diujarkan`.

2.4 Alat-Alat Ucap

Badri dalam Muskar (2009: 18-19) mengatakan untuk memahami semua

bunyi ujaran dengan baik maka perlu diketahui pula semua alat ucap dan

bagaimana kerja sama dari semua alat ucap itu untuk menghasilkan suatu bunyi.

Alat-alat ucap merupakan hal yang utama untuk diuraikan di dalam fonetik

artikulatoris (articulatory phonetics) atau

ﻖﻄﻨﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﺍ

ﻢﻠﻋ

‘ilmu aṣwātun

n-nuṭqiyyi seperti berikut ini :

1. Paru-paru (

ﻥﺎﺘﺋﺮﻟﺍ

) /`ar-ra’atāni/

2. Batang tenggorokan (

ﺔﻴﺋﺍﻮﻬﻟﺍ

ﺔﺒﺼﻘﻟﺍ

) /`al-qaṣbatu l-haw.ā`iyyati/

3. Pangkal tenggorokan (

ﺓﺮﺠﻨﺤﻟﺍ

) /`al-ḥanjaratu/

4. Pita-pita suara (

ﻥﺎﻴﺗﻮﺼﻟﺍ ﻥﺍﺮﺗﻮﻟﺍ

) /`al-witrāni ṣ-ṣawtiyyāni/

5. Rongga tenggorokan (

ﻖﻠﺤﻟﺍ

) /`al-ḥalqu/

6. Akar lidah (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻖﻟﺫ

) /ẓuluqu l-lisān/

7. Pangkal lidah (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻡﺪﻘﻣ

) /muqaddamu l-lisān/

8. Tengah lidah (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻂﺳﻭ

) /wasatul-lisān/

9. Daun lidah (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻑﺮﻁ

) /ṭarfu l-lisān/

10. Ujung lidah (

ﻥﺎﺴﻠﻟﺍ ﻖﻟﺫ

) /ẓuluqu l-lisān/

11. Anak tekak (

ﺎﻣﺰﻤﻟﺍ ﻥﺎﺴﻟ

) /lisanu l-mazmā/

12. Langit-langit lunak (

ﻦﻴﻠﻟﺍ ﻚﻨﺤﻟﺍ

) /`al-ḥanaku l-layyinu/

13. Langit-langit keras (

ﺐﻠﺼﻟﺍ ﻖﺒﻄﻟﺍ

) /aṭ-ṭabaqu ṣ-ṣulbu/

14. Lengkung kaki gigi (

ﻥﺎﻨﺳﻻﺍ ﻝﻮﺻﺃ

) /`uṣūlu l-‘asnānu/

15. Gigi bawah (

ﻰﻠﻔﺴﻟﺍ

ﻥﺎﻨﺳﻻﺍ

)

/`al-asnānu s-suflā/

16. Gigi atas (

ﺎﻴﻠﻌﻟﺍ ﻥﺎﻨﺳﻻﺍ

) /`al-asnānu l-ulyā/
(32)

18. Bibir atas (

ﺎﻴﻠﻌﻟ

ﺔﻔﺸﻟﺍ

) /`asy-syafatu l-ulyā/

19. Mulut (

ﺔﻳﻮﻤﻓ

) /famūwiyah/

20. Rongga mulut (

ﺔﻳﻮﻤﻔﻟﺍ ﻒﻳﻮﺠﺘﻟﺍ

) /at-tajwifu l-famuwiyyy/

21. Hidung (

ﺔﻴﻔﻧﺍ

) / `anfiyyah/

22. Rongga hidung (

ﺔﻴﻔﻧﻷ ﻒﻳﻮﺠﺘﻟﺍ

) /`attajwifu l-‘anfiyyatu/

2.5 Bunyi Vokal dan Konsonan 2.5.1 Bunyi Vokal

Menurut Verhaar (2008: 33) ada dua bunyi bahasa, konsonan dan vokal.

Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada

salah satu bagian alat-alat ucap, sedangkan vokal adalah bunyi bahasa yang

dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan

apa pun pada tempat pengartikulasian.

Basyar (1980: 74) memberikan batasan bahwa yang disebut dengan vokal

adalah sebagai berikut :

ّﺮﻗ

ﻖﻄﻨﻟﺍ ءﺎﻨﺛﺍ ﺙﺪﺤﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﺭﻮﻬﺠﻤﻟﺍ ﺕﺍﻮﺼﻟﺍ ﻪﻧﺄﺑ ﺰﻴﻤﺘﻳ ﺕﻮﺻ ﺔﻛﺮﺤﻟﺍ ﻥﺍ ءﺎﻤﻠﻌﻟﺍ

ّﺮﺣ ءﺍﻮﻬﻟﺍ ﺮﻤﻳ ﻥﺍ ﻪﺑ

ﻯﺃ ﻖﻳﺮﻁ ﻲﻓ ﻒﻘﻳ ﻥﺃ ﻥﻭﺩ ﻢﻔﻟﺍ ﻭ ﻖﻠﺤﻟﺍ ﻝﻼﺧ ﺎﻘﻴﻠﻁ ﺍ

ﻞﺋﺎﺣ ﻭﺃ ﻖﺋﺎﻋ

,

ﺎﻋﻮﻤﺴﻣ ﺎﻛﺎﻜﺘﺣﺍ ﺙﺪﺤﻳ ﻥﺍ ﻪﻧﺄﺷ ﻦﻣ ﺎﻘﻴﺿ ءﺍﻮﻬﻟﺍ ﻯﺮﺠﻣ ﻖﻴﻀﻳ ﻥﺍ ﻥﻭﺩ

.

/qarrara al-‘ulamā`u `anna al-ḥarakata ṣawtun yatamayyazu bi`annahu ṣ-ṣawtu

al-majhūru l-lażi yaḥduṡu `aṡnā`u n-nuṭqi bihī `an yamurra al-hawā`a ḥarran ṭalīqān khilālu al-ḥalqi wa al-fami dūna `an yaqifa fī ṭarīqin `ay ‘ā`iqin `aw ḥā`ilin, wa dūna `an yaḍīqa majrā al-hawā`i ḍayyiqan min sya`nihi `an yaḥduṡa `ihtikākan masmū’an/. `Para ahli bahasa Arab menetapkan bahwa bunyi vokal adalah bunyi yang dihasilkan dengan getaran pita suara (majhur), tanpa

mengalami penyempitan dalam saluran suara di atas glotis dan rongga mulut,

tanpa mengalami halangan dan penyempitan udara dalam pengucapannya`.

Menurut Muskar (2009: 25) bunyi vokal di dalam bahasa Arab

diklasifikasikan atas bunyi vokal pendek, bunyi vokal panjang dan bunyi vokal

(33)

1. Bunyi vokal pendek

Menurut Basyar (1980: 83) bunyi vokal pendek ada 3 (tiga) sebagai

berikut:

ّﻣﺍ

ﺔﺛﻼﺛ ﻲﻬﻓ ﺔﻛﺮﺤﻟﺍ ﺎ

:

ﺓﺮﻴﺼﻗ ﻥﻮﻜﺗ ﺪﻗ ﻭ ﺔﻤﻀﻟﺍ ﻭ ﺓﺮﺴﻜﻟﺍ ﻭ ﺔﺤﺘﻔﻟﺍ

,

ّﺸﻳ ﻭ

ﻰﻟﺍ ﺭﺎ

ﺔﻓﻭﺮﻌﻤﻟﺍ ﺔﻳﺪﻴﻠﻘﺘﻟﺍ ﺕﺎﻣﻼﻋﺎﺑ ﺔﺑﺎﺘﻜﻟﺍ ﻲﻓ ﺓﺮﻴﺼﻘﻟﺍ ﺕﺎﻛﺮﺤﻟﺍ

.

/`amma al-ḥarakātu fahiya ṣalāṣun : al-fatḥatu wal kasratu wa ḍ-dammatu wa qad takūnu qaṣīratun, wa yusyāru `ila al-ḥarakāti al-qaṣirati fi al-kitābati bi al -`alāmati t-taqlīdiyyati al-ma`rufati/. Bunyi vokal pendek bahasa Arab ada tiga

yaitu bunyi vokal [a], [i], dan [u] sebagaimana dikenal dengan lambang (

ُ◌

,

ِ◌

,

َ◌

).

2. Bunyi vokal panjang

Bunyi ini terdiri dari bunyi-bunyi vokal [a, i, u] yang panjang yaitu [ a: , i: ,

u: ]. Bunyi vokal panjang adalah bunyi yang ketika mengucapkan suara kita lebih

lama atau lebih panjang dari vokal pendek. (Muskar 2009: 27)

3. Bunyi vokal nasal

Di dalam bahasa Arab dikenal juga bunyi nasal atau sengau yang disebut

dengan tanwin. Bunyi vokal nasal memiliki tiga lambang sebagai berikut : ً◌ [an],

ٍ◌ [in] dan ٌ◌ [un]. (Muskar 2009: 34-35)

Menurut Nasr dalam Muskar (2009: 30) bahasa Arab memiliki enam vokal.

Keenam vokal tersebut adalah [a, i, u, dan a:, i:, dan u: ] seperti yang terdapat

(34)
[image:34.595.114.513.141.373.2]

Tabel 1 Vokal Bahasa Arab

Vokal

Depan Tengah Belakang

Bulat Tidak

Bulat

Bulat Tidak

Bulat

Bulat Tidak

Buat

Tinggi

i: u:

i u

Sedang

a

a:

2.5.2 Bunyi Konsonan

Basyar (1980: 74) memberi batasan bunyi konsonan bahasa Arab sebagai

berikut :

ﻖﻄﻨﻟﺍ ءﺎﻨﺛﺃ ﺙﺪﺤﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﺱﻮﻤﻬﻤﻟﺍ ﻭﺍ ﺭﻮﻬﺠﻤﻟﺍ ﺕﻮﺼﻟﺍ ﻮﻫ ﻥﺫﺍ ﺖﻣﺎﺻ ﺕﻮﺻ

.

/ṣautun ṣāmitun `iżan huwa ṣ-ṣautu l-majhūru awi l-mahmūsu l-lażī

yaḥdaṡu aṡnā`i n-nuṭqi/. `Bunyi konsonan terdiri dari bunyi bersuara dan tidak

bersuara yang mengalami hambatan udara pada titik artikulasi`.

Menurut Badri (1988: 4) bunyi konsonan disebut dengan

ﺔﻣﺎﺼﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻻﺍ

/`al-`aṣwātu ṣāmitu.

Menurut Muskar (2009: 36) di dalam bahasa Arab dikenal huruf-huruf

alphabet yang disebut dengan huruf Hija’iyyah. Lambang-lambang huruf

Hija’iyyah itu dalam kajian fonetik merupakan lambang bunyi konsonan. Bunyi

konsonan bahasa Arab sama seperti bunyi konsonan pada bahasa-bahasa yang ada

di dunia, yakni dapat diklasifikasikan menurut artikulator dan titik artikulasi,

hambatan udara, serta bergetar tidaknya pita-pita suara ketika dalam pelaksanaan

(35)

Adapun klasifikasi bunyi konsonan bahasa Arab berdasarkan artikulator

seperti berikut :

Titik artikulasi atau daerah artikulasi atau

ﻖﻄﻨﻟﺍ

ﺔﻴﻔﻴﻛ

/kayfiyyatu n-nuṭqi/.

Untuk menghasilkan sebuah bunyi konsonan, maka bunyi konsonan dapat

dibedakan berdasarkan titik artikulasinya sebagai berikut :

1. Bunyi konsonan bilabial (

ﻲﻧﺎﺘﻔﺷ

) /syafatāniy/, yaitu bunyi yang dihasilkan

oleh kedua bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik

artikulasi. Bunyi konsonan yang dihasilkan adalah :

,

,

[ w, m, b ].

2. Bunyi konsonan dental (

ﻲﻧﺎﻨﺳﺍ

) /asnāniy/, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh

ujung lidah dan pangkal gigi atas. Bunyi yang dihasilkan adalah

,

[ d, t , ].

3. Bunyi konsonan labio–dental (

ﻲﻧﺎﻨﺳﺃ ﻱﻮﻔﺷ

) /syafawī asnāniy/ yaitu bunyi yang

bdihasilkan oleh bibir bawah dan gigi atas. Bunyi yang dihasilkan :

[f].

4. Bunyi konsonan interdental (

ﻲﻧﺎﻨﺳﺃ ﻦﻴﺑ

) /bayna asnāniy/ yaitu bunyi yang

dihasilkan oleh ujung lidah, gigi atas dan bawah, seperti

:

,

[ð, θ].

5. Bunyi konsonan alveolar (

ﺔﺜﻟ

) /liṣṣah/ yakni bunyi yang dihasilkan oleh

pangkal gigi atas, daun lidah dan ujung lidah, seperti

,

,

,

,

[ n, l, s,

ʒ , r ]

6. Bunyi konsonan velarized (

ﻢﺨﻔﻣ

) /mufakhkham/ yakni bunyi yang diperoleh

dari pangkal gigi dan langit-langit lunak, disertai dengan depan lidah dan daun

lidah. bunyi yang dihasilkan seperti :

,

,

,

[ʑɖ

7. Bunyi konsonan velar (

ﻖﺒﻁ

) /ṭabaq/ yaitu bunyi yang dihasilkan oleh

langit-langit lunak dan belakang lidah. Bunyi yang dihasilkan adalah :

,

,

[ k, γ,

x ].

8. Bunyi konsonan alveo palatal (

ﺔﻳﺭﺎﻏ ﺔﺜﻟ

) /liṣṣah ghāriyyah/ bunyi yang

dihasilkan oleh pangkal gigi dan langit-langit keras dan daun lidah belakang,

(36)

9. Bunyi konsonan palatal (

ﺔﻳﺭﺎﻏ

) /ghāriyyah/ yaitu bunyi yang diperoleh dari

langit-langit keras dan lidah bagian tengah. Bunyi yang dihasilkan adalah

10. Bunyi konsonan uvular (

ﺔﻴﻘﻠﺣ

) /ḥalqiyyah/, adalah bunyi yang diperoleh dari

langit-langit keras dan lidah bagian tengah. Bunyi yang dihasilkan adalah

[ q ].

11. Bunyi konsonan faringal (

ﺔﻴﻘﻠﺣ

) /ḥalqiyyah/, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh

dinding belakang tenggorokan dan akar lidah, seperti :

,

[ҁ, ћ ].

12. Bunyi konsonan glotal (

ﺔﻳﺮﺠﻨﺣ

) /ḥanjariyyah/ yaitu bunyi yang diperoleh dari
(37)

Menurut Nasr dalam Muskar (2009: 41) bahasa Arab memiliki 28 fonem

[image:37.595.84.591.192.732.2]

konsonan. Seperti yang terdapat dalam tabel berikut.

Tabel 2 Bunyi Konsonan Bahasa Arab

Daerah artikulasi

ﻮﻬﺠ

B er su ar a

ﻮﻤ

ﺤﻣ

T id ak b er su ar a

ﻥﺎ

ﺗﺎﻔ

B ila b ia l ﻥﺎ ﻨﺳﺃ D en tal

ﻥﺎ

ﻨﺳﺃ

ﻯﻮﻔ

L abi o de nt al

ﺎﻨﺳ

ﺃ ﻦ

ﻴﺑ

In te r d en ta l

ﺜﻟ

A lve ol

ar

ﻢﺨﻔ

V el ar iz ed

ﻖﺒ

v el ar ﺔﺜ ﻟ A lv eo p al at al

ﺔﻳﺭ

ﺎﻏ

p al at

al

ﺔﻴ

ﻘﻠﺣ

uvul ar ﺔﻴ ﻘﻠﺣ fa ri nga

l

ﺔﻳﺮ

ﺠﻨﺣ

gl ot al Cara Artikulasi ﺔﻴﻔﻗﻭ St o p

b d ɖ

t ʈ k q ءʔ

ﻙﺎﻜﺘﺣ

F

rik

at

if ð

ʒ ﻅ ¸ ɤ ʕ

f θ ʂ x S ħ h

ﺔﻴ

ﻔﻧﺃ

N

asal

m n

ﺔﻳﺭﺎﺟ Later

al

l ﺔﻳﺭ ﺍﺮﻜﺗ V ib ra n ﻪﺘٮﺎﺻ ﻪﺒﺷ Se m i voka

l ﻭ w

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu

penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data tentang kesalahan pengucapan

bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian kualitataif.

Menurut Iskandar (2009: 12) penelitian kualitatif yaitu tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan

orang-orang dalam bahasa, peristilahan dan peristiwa.

3.2 Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kebahasaan

berupa bahasa lisan dan tulisan. Bahasa lisan yaitu bahasa Arab yang dilisankan

oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU melalui pengucapan

ayat-ayat dari surah al-ā dan al-zalzalah. Sedangkan data bahasa tulisan adalah data

sebagai pendukung data bahasa lisan yaitu berupa kuesioner yang diberikan

kepada informan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data bahasa lisan dan bahasa tulisan ini, peneliti

melakukan perekaman informan disuruh membaca surah al-a’lā dan al-zalzalah

kemudian peneliti merekamnya.

a. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap pengguna

(39)

b. Metode Simak

Disebut metode simak karena dilakukan dengan menyimak pengguna

bahasa, dalam metode ini peneliti menggunakan teknik rekam.

Dalam teknik ini peneliti memberikan bahan bacaan berupa surah Al-a’lā

dan surah Al-zalzalah kepada informan. Kemudian peneliti meminta kepada

informan untuk membaca surah tersebut sebanyak satu kali, ketika informan

membaca surah tersebut maka peneliti melakukan perekaman menggunakan tape

recorder. Dalam peraktiknya, kegiatan perekaman peneliti tidak terlibat di

dalamnya.

c. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti dengan cara memberikan beberapa pertanyaan tertulis kepada informan,

kemudian peneliti meminta kepada informan untuk menjawab masing-masing

pertanyaan tersebut. (Sugiono 2009: 199).

d. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2006: 130-131) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

diteliti. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

Mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU yang berjumlah 31 orang.

Menurut Arikunto (2006: 134) apabila subjeknya kurang dari 100 orang,

maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Tetapi jika subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau 20-25%.

Dengan demikian karena jumlah mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU

31 orang, dengan kata lain kurang dari 100 orang maka semuanya menjadi sampel

(40)

e. Analisis Data

Adapun langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data

yaitu :

1. Menyimak secara berulang-ulang hasil rekaman yang diperoleh dari informan

2. Mengidentifikasi kesalahan pengucapan bunyi-bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] yang terdapat pada surah al-zalzalah dan al-a’lā dan memasukannya

ke dalam kartu data.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi

konsonan konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ].

4. Menyampaikan hasil penelitian dalam bentuk analisis deskriptif kemudian

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pembacaan surah al-a’lā (Q.S:

87) dan al-zalzalah (Q.S: 99) yang dibaca oleh mahasiswa Departemen Sastra

Arab stambuk 2011 Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, peneliti menemukan

kesalahan dalam pengucapan bunyi konsonan interdental (

[T] dan

[D]) dan

faringal (

[ʕ] dan

[ħ]). Untuk memudahkan pembahasan peneliti

mengklasifikasikan bunyi konsonan

[θ]

,

[ð]

,

[ħ]

,

[ҁ] yang mengalami kesalahan pengucapan sebagai berikut:

1.Kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[D] frikatif interdental bersuara yang

terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi pada :

a.Awal kata : (Q.S, 87: 9), (Q.S, 87: 15), (Q.S, 99: 7,8).

b.Tengah kata : (Q.S, 87: 2,3,4,9,10,12,18), (Q.S, 87: 9), (Q.S, 87: 10), (Q.S,

99: 1), (Q.S, 99: 4).

2.Kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara yang terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi pada :

a.Awal kata : (Q.S, 87: 13).

b.Tengah kata : (Q.S, 87: 5), (Q.S, 87: 16), (Q.S, 99: 2), (Q.S, 99: 7,8).

c.Akhir kata : (Q.S, 99: 4).

3.Kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[ҁ] fikatif faringal bersuara yang

terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi pada :

a.Tengah kata : (Q.S, 87: 4), (Q.S, 87: 5), (Q.S, 87: 7), (Q.S, 87: 9), (Q.S,

(42)

4.Kesalahan pengucapan bunyi konsonan faringal

[ħ] frikatif faringal tidak

bersuara yang terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi pada :

a.Awal kata : (Q.S, 87: 16), (Q.S, 87: 4).

b.Tegah kata : (Q.S, 87: 5), (Q.S, 87: 13), (Q.S, 87: 18,19), (Q.S, 99: 4),

(Q.S, 99: 5).

c. Akhir kata : (Q.S, 87: 1), (Q.S, 87: 14).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[D] frikatif interdental bersuara pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99)

1.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[D] frikatif interdentalbersuara

yang berdistribusi di awal kata sebagai berikut :

a) Kata

ﻯَﺭْﻛِﺫ

[

ðikra:] `peringatan` (Q.S, 87: 9) diucapkan menjadi

ﻯَﺮْﻛِﺯ

[ʒikra:].

b) Kata

َﺮَﻛَﺫ

[ðakara] `ingat` (Q.S, 87: 15) diucapkan menjadi

َﺮَﻛَﺯ

[ʒakara]

`penuh` dan ada juga yang mengucapkan menjadi

َﺮَﻜَﺟ

[∆akara].

c) Kata

ٍﺓ

ﱠﺭَﺫ

[ðarratin] `biji zarrah` (Q.S, 99: 7-8) diucapkan menjadi

ٍﺓ

ﱠﺭَﺯ

[ʒarratin].

2.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[D] frikatif interdentalbersuara

yang berdistribusi di tengah kata sebagai berikut :

a) Kata

ﻯِﺬ

ﱠﻟَﺍ

[al-laði:] `yang` (Q.S 87: 2,3,4,9,10,12,18) diucapkan menjadi

ﻯِﺰ

ﱠﻟَﺍ

[al-laʒi:].

b) Kata

ْﺮ

ﱢﻛَﺬَﻓ

[faðakkir] `oleh sebab itu berikanlah peringatan` (Q.S, 87: 9)

diucapkan menjadi

ْﺮ

ﱢﻛَﺰَﻓ

[faʒakkir] `maka penuhlah`.

c) Kata

ُﺮ

ﱠﻛ

ﱠﺬَﻴَﺳ

[sayaððakkaru] `akan mendapat pelajaran` (Q.S, 87: 10) diucapkan

menjadi

ُﺮ

ﱠﻛ

ﱠﺰَﻴَﺳ

[sayaʒʒakkaru] `akan memenuhi`, dan ada juga yang
(43)

d) Kata

ﺍَﺬَﻫ

[haða:] `ini` (Q.S, 87: 18) diucapkan menjadi

ﺍَﺰَﻫ

[haʒa:].

e) Kata

ﺍَﺫِﺍ

[iða:] `itu` (Q.S, 99: 1) diucapkan menjadi

ﺍَﺯِﺍ

[iʒa:].

f) Kata

ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ

[yawmaʔiðin] `pada hari itu` (Q.S, 99: 4) diucapkan menjadi

ٍﺰِﺌَﻣْﻮَﻳ

[yawmaʔiʒin].

Dari contoh (1. a-c) peneliti menemukan kesalahan pengucapan bunyi

konsonan

[ð] frikatif interdental bersuara yang berdistribusi di awal kata

diucapkan menjadi bunyi konsonan

[ʒ] frikatif alveolar bersuara, dan pada (1. b)

bunyi konsonan

[ð] frikatif interdental bersuara diucapkan menjadi bunyi

konsonan

[∆] frikatif alveo palatal bersuara.

Demikian pula contoh (2. a-f) ditemukan kesalahan pengucapan bunyi

konsonan

[ð] frikatif interdental bersuara yang berdistribusi di tengah kata

diucapkan menjadi bunyi konsonan

[ʒ] frikatif alveolar bersuara, pada (2. c)

bunyi konsonan

[ð] frikatif interdental bersuara diucapkan menjadi bunyi

konsonan

[∆] frikatif alveo palatal bersuara. Bunyi konsonan

[ð] frikatif

interdental bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah berada di antara

gigi depan atas dan bawah. Bunyi konsonan

[ʒ] frikatif alveolar bersuara yaitu

bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan ujung lidah dan daun lidah ke pangkal

gigi depan atas dan langit-langit keras. Bunyi konsonan

[∆] frikatif alveo palatal

bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan ujung lidah dan daun

lidah ke lengkung kaki gigi depan atas dan langit-langit keras.

Dengan adanya penggantian bunyi konsonan

[ð] frikatif interdental

bersuara yang berdistribusi di awal, dan tengah kata, mengakibatkan kata-kata

tersebut kehilangan makna seperti pada (1. a) kata

ﻯَﺭْﻛِﺫ

[

ðikra:] `peringatan` (Q.S,

87: 9) diucapkan menjadi

ﻯَﺮْﻛِﺯ

[ʒikra:], dan pada (2. a) kata

ﻯِﺬ

ﱠﻟَﺍ

[al-laði:] `yang`

(Q.S 87: 2,3,4,9,10,12,18) diucapkan menjadi

ﻯِﺰ

ﱠﻟَﺍ

[al-laʒi:], hal ini dikarenakan
(44)

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor

yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[ð]

frikatif interdental bersuara yang berdistribusi di awal dan di tengah kata pada

(Q.S: 87) dan (Q.S: 99) oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU

yaitu sebagai berikut :

a. Bunyi konsonan

[ð] frikatif interdental bersuara merupakan bunyi yang

sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan

yang berdekatan titik artikulasinya yaitu dengan bunyi

[ʒ] frikatif

alveolar bersuara dan bunyi konsonan

[∆] frikatif alveo palatal bersuara.

Sedangkan informan yang mengucapkan bunyi konsonan

[ð] frikatif

interdental bersuara diucapkan menjadi konsonan

[∆] frikatif alveo

palatal bersuara karena bunyi konsonan

[∆] frikatif alveo palatal

bersuara berdekatan titik artikulasinya dengan bunyi konsonan

[ʒ]

frikatif alveolar bersuara.

b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan

[ð] seperti

berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, membaca Al-qur’an atau

wacana bahasa Arab, dan membaca surah al-a’lā dan al-zalzalah.

c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi

konsonan

[ð] frikatif interdental bersuara.

4.2.2 Kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99)

1.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di awal kata sebagai berikut :

a) Berdasarkan pada (Q.S, 87: 13) kata

ّﻢﺛ

[θumma] ‘kemudian’ diucapkan
(45)

2.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di tengah kata sebagai berikut :

a) Kata

ًءﺎ

َﺜ

ُﻏ

[ɤuθa:ʔan] `rumput-rumput kering` (Q.S, 87: 5) diucapkan menjadi

ًءﺎَﺴ ُﻏ

[ɤusa:ʔan] dan ada juga yang diucapkan menjadi

ًءﺎَﺸ ُﻏ

[ɤuʃa:ʔan].

b) Kata

َﻥﻭُﺮِﺛْﺆُﺗ

[tuʔθiru:na] `kamu (orang-orang kafir) memilih` (Q.S, 87: 16)

diucapkan menjadi

َﻥ ْﻭُﺭِﺳ ْﺅُﺗ

[tuʔsiru:na].

c) Kata

َﻝﺎَﻘْﺛَﺃ

[ʔaθqa:la] `dikandung` (Q.S, 99: 2) diucapkan menjadi

َﻝﺎَﻘْﺳَﺃ

[`asqa:la] `dikilapkan`.

d) Kata

َﻝﺎَﻘْﺜِﻣ

[miTqa:la] `seberat` (Q.S, 99: 7-8) diucapkan menjadi

َﻝﺎَﻘْﺴِﻣ

[misqa:la].

3.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di akhir kata sebagai berikut :

a) Kata

ُﺙ

ﱢﺪَﺤُﺗ

[tuħaddiTu] `menceritakan` (Q.S, 99: 4) diucapkan menjadi

ُﺱ

ﱢﺪ

َﺤُﺗ

[tuhaddisu] `menduga`.

Dari contoh (1. a) peneliti menemukan kesalahan pengucapan bunyi

konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di awal kata diucapkan menjadi bunyi konsonan

[s] frikatif alveolar tidak bersuara.

Pada (2. a-d) peneliti menemukan kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di tengah kata diucapkan menjadi bunyi konsonan

[s] frikatif alveolar tidak bersuara. Pada (2.

a) bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara diucapkan menjadi bunyi konsonan

[ʃ]

frikatif alveo palatal tidak bersuara.

Demikian pula pada (3. a) ditemukan kesalahan pengucapan bunyi

(46)

diucapkan menjadi bunyi konsonan

[s] frikatif alveolar tidak bersuara. Bunyi

konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah yang bersentuhan di antara gigi depan atas dan bawah. Bunyi

konsonan

[s] frikatif alveolar tidak bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan oleh

ujung lidah dan daun lidah ke lengkung kaki gigi depan atas, sedangkan gigi

depan atas harus rapat. Bunyi konsonan

[ʃ] frikatif alveo palatal tidak bersuara

yaitu bunyi yang dihasilkan ujung lidah dan daun lidah yang dinaikkan ke

belakang pangkal gigi depan atas dan langit-langit keras.

Dengan adanya penggantian bunyi konsonan

[θ] mengakibatkan kesalahan makna seperti pada (1. a) kata

ّﻢﺛ

[θumma] ‘kemudian’ (Q.S, 87: 13) diucapkan menjadi

ّﻢﺳ

[summa] ‘sangat panas’ dan kehilangan makna pada (2. a)

kata

ًءﺎ َﺜ ُﻏ

[ɤuθa:ʔan] `rumput-rumput kering` (Q.S, 87: 5) diucapkan menjadi

ًءﺎَﺴ ُﻏ

[ɤusa:ʔan] dan ada juga yang diucapkan menjadi

ًءﺎَﺸ ُﻏ

[ɤuʃa:ʔan]. Demikian pula

pada (3. a) kata

ُﺙ

ﱢﺪَﺤُﺗ

[tuħaddiTu] `menceritakan` (Q.S, 99: 4) diucapkan menjadi

َﺤُﺗ

ﱢﺪ

ُﺱ

[tuhaddisu] `menduga`.

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor

yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di awal, tengah, dan di akhir

kata pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB

USU yaitu:

a. Bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara merupakan bunyi konsonan yang sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan

bunyi konsonan yang berdekatan titik artikulasinya yaitu bunyi konsonan

[s] frikatif alveolar tidak bersuara dan bunyi konsonan

[ʃ] frikatif alveo palatal tidak bersuara. Sedangkan informan yang mengucapkan
(47)

konsonan

[ʃ] frikatif alveo palatal tidak bersuara berdekatan titik

artikulasinya dengan bunyi konsonan

[s] frikatif alveolar tidak bersuara.

b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara seperti berkomunikasi menggunakan bahasa

Arab, membaca Al-qur’an atau wacana bahasa Arab, dan membaca surah

al-a’lā dan al-zalzalah.

c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi

konsonan

[θ] frikatif interdental tidak bersuara.

4.2.3 Kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[ҁ] frikatif faringal bersuara pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99)

1.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[ҁ] frikatif faringal bersuara

yang berdistribusi di tengah kata sebagai berikut :

a) Kata

ٰﻰَﻋْﺮَﻤْﻟَﺍ

[`al-marʕa:] `rumput-rumputan` (Q.S, 87: 4) diucapkan menjadi

ْﺭَﻣْﻟَﺃ

[`al-marʔa:].

b) Kata

َﻞَﻌَﺟ

[∆aʕala] `menjadi` (Q.S, 87: 4) diucapkan menjadi

َﻝَﺄَﺟ

[∆aʔala].

c) Kata

ُﻢَﻠْﻌَﻳ

[yaʕlamu] `mengetahui` (Q.S, 87: 7) diucapkan menjadi

ُﻡَﻠْﺋَﻳ

[yaʔlamu], ada juga yang mengucapkan menjadi

ُﻢَﻠْﻜَﻳ

[yaklamu].

d) Kata

ِﺖَﻌَﻔَﻧ

[nafaʕati] `bermanfaat` (Q.S, 87: 9) diucapkan menjadi

ِﺕَﺄَﻔَﻧ

[nafaʔati].

e) Kata

َﻝﺎَﻤْﻋَﺃ

[ `aʕma:la] `pekerjaan` (Q.S, 87: 9) diucapkan menjadi

َﻝﺎَﻤْﺋَﺃ

[`aʔ

-ma:la] `mengharapkan`, ada juga yang mengucapkannya menjadi

َﻝﺎَﻤْﻛَﺃ

[akma:la] ` sempurna`.

f) Kata

ُﻞَﻤْﻌَﻳ

[yaʕmalu] `mengerjakan` (Q.S, 99: 7-8) diucapkan menjadi

ُﻞَﻤ

ْﺌَﻳ

(48)

Dari contoh (1 a-f) peneliti menemukan kesalahan pengucapan bunyi

konsonan

[ҁ] frikatif faringal bersuara yang berdistribusi di tengah kata

diucapkan menjadi bunyi konsonan

ء

[ʔ] stop glotal tidak bersuara. Pada (1 c dan

e) bunyi konsonan

[ҁ] frikatif faringal bersuara ada yang mengucapkan menjadi

bunyi konsonan

[k] stop velar tidak bersuara. Bunyi konsonan

[ҁ] frikatif

faringal bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan adanya sentuhan akar lidah dengan

dinding tenggorokan. Bunyi konsonan

ء

[ʔ] stop glotal tidak bersuara yaitu bunyi

yang dihasilkan oleh pita-pita suara saling menyentuh rapat. Bunyi konsonan

[k]

stop velar tidak bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan daun

lidah belakang ke langit-langit.

Dengan adanya penggantian bunyi konsonan

[ҁ] frikatif faringal

bersuara yang berdistribusi di tengah kata dapat mengakibatkan kehilangan makna

seperti pada (1.a) kata

ٰﻰَﻋْﺮَﻤْﻟَﺍ

[`al-marʕa:] `rumput-rumputan` (Q.S, 87: 4)

diucapkan menjadi

ﺭَﻣْﻟَﺃ

[`al-marʔa:]. Kata

ْﺭَﻣﻟَﺃ

[`al-marʔa:] tidak ada di dalam bahasa Arab sehingga mengakibatkan kehilangan makna.

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor

yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pengucapan bunyi konsonan

[ҁ]

frikatif faringal bersuara yang berdistribusi di tengah kata pada (Q.S: 87) dan (Q.S:

99) oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU yaitu sebagai berikut :

a. Bunyi konsonan

[ҁ] frikatif faringal bersuara merupakan bunyi

konsonan yang sulit diucapkan sehingga informan mengganti

Gambar

Tabel 1 Vokal Bahasa Arab
Tabel 2 Bunyi Konsonan Bahasa Arab
TABEL 1II KLASIFIKASI ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN
TABEL IV Data Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas tentang frekuensi fundamental dan nada pada bunyi vokal dan konsonan bahasa Arab oleh penutur Indonesia. Responden berjumlah satu orang, berumur 5

Penyebab kesalahan pengucapan bunyi konsonan ini dikarenakan latar belakang pendidikan sampel yang mengenal bahasa Arab saat duduk di Madrasah Aliyah, penyebab selanjutnya

Dalam praktiknya banyak mahasiswa ataupun pelajar bahasa Mandarin terutama pelajar di Indonesia yang salah melafalkan bunyi u yang didahului oleh konsonan j, q, x, dan y

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesalahan terbanyak terdapat pada pelafalan konsonan x yang diikuti dengan vokal u, namun dalam setiap vokal dan konsonan (u, i, ü, j, q,

Penulis menganalisis bentuk kesalahan pelafalan vokal dan konsonan (u, i, ü, j, q, x, dan y) dalam bahasa Mandarin oleh mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara dan

Arab lisan yang diucapkan oleh kelas V MIS Al- Ikhlas Lorong XX Pematang Siantar yang mengandung bunyi vokal dan konsonan hambat (. (

lengkung kaki gigi atas, bunyi ini teʃgolong dalam bunyi tak beʃsuaʃa‟. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan cara menaikkan ujung lidah ke lengkung kaki gigi depan