• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Daerah Penangkapan Ikan, Kaitannya Dengan Aktivitas Pertambangan Nikel Kabupaten Halmahera Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Daerah Penangkapan Ikan, Kaitannya Dengan Aktivitas Pertambangan Nikel Kabupaten Halmahera Timur"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA DAERAH PENANGKAPAN IKAN, KAITANNYA

DENGAN AKTIVITAS PERTAMBANGAN NIKEL

KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

DENI SARIANTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Dinamika Daerah Penangkapan Ikan, Kaitannya dengan Aktivitas Pertambangan Nikel Kabupaten Halmahera Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

(4)

RINGKASAN

DENI SARIANTO. Dinamika Daerah Penangkapan Ikan, Kaitannya dengan Aktivitas Pertambangan Nikel Kabupaten Halmahera Timur. Dibimbing oleh DOMU SIMBOLON dan BUDY WIRYAWAN.

Kabupaten Halmahera Timur merupakan salah satu pusat kawasan pertambangan Nikel (Ni) di Maluku Utara. Pertambangan ini memiliki dampak besar terhadap perubahan kualitas perairan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kualitas perairan kawasan pertambangan, radius berapa jauh daerah penangkapan ikan (DPI) bebas dari pengaruh nikel, dan dinamika DPI pada kawasan pertambangan.

Penelitian menunjukkan muatan padatan tersuspensi (MPT) di perairan Halmahera Timur telah memberikan pengaruh bagi kepentingan perikanan. Rata-rata kandungan MPT berada diatas 25 mg/l terkecuali Wasile. Kandungan Ni di perairan diketahui berada dibawah 0.05 mg/l, tetapi telah mendekati nilai ambang batas, dimana Ni telah berdampak terhadap perairan. Perubahan kualitas perairan telah memberi dampak pada terdegradasinya ikan di perairan, dimana ikan yang tertangkap dengan menggunakan alat tangkap bagan memiliki ukuran illegal size (IS) lebih dominan, dimana ikan teri memiliki ukuran IS mencapai 62%, dan cumi-cumi mencapaii IS 67%. Besarnya IS pada ikan teri dan cumi-cumi disebabkan oleh pengoperasian bagan yang berada dekat dengan kawasan pesisir dimana, daerah ini telah mengalami tekanan oleh aktivitas pertambangan. Purse seine dan gillnet berada sebaliknya dimana ukuran legal size (LS) lebih dominan. Ikan layang memiliki ukuran LS 96% dan ikan kembung memiliki ukuran LS 90%. Tingginya ukuran LS disebabkan alat tangkap tersebut melakukan penangkapan jauh dari daerah pantai. Nilai variabelitas klorofil-a di perairan Halmahera Timur berada diatas 15%. Keadaan ini menunjukkan sebaran klorofil-a dipengaruhi oleh kekeruhan perairan. Selain menyebabkan penurunan ukuran tangkapan dan kepadatan klorofil-a di perairan pertambangan menyebabkan kerusakan daerah penangkapan ikan dimana DPI yang berjarak kurang dari 1 mil tidak potensial bagi perikanan tangkap.

(5)

SUMMARY

DENI SARIANTO. Fishing Ground Dinamics Related to Nickel Mining Activity in Eastern Halmahera District. Supervised by DOMU SIMBOLON and BUDY WIRYAWAN.

Eastern Halmahera District is one of the nickel mining areas centre in North Moluccas. The mining has major effects on the water quality change. The aims of this study were to determine the quality of the waters near mining area; determine the fishing ground (FG) radius free from nickel mining effects; and to determine the dinamics of (FG) around mining area.

The study results showed that the levels of suspended particulate metter (SPM) in Eastern Halmahera waters has given effect to the interests of the fishery. The average of SPM values in Easten Halmahera were above 25 mg/l, except for the water of Wasile. Suspended nickel Values in the waters almost reach the 0,05 m/l, indicating that suspended nickel has already affecting the waters’ quality. Changes in waters’ quality had large impacts on the degradation of fish catch in the waters, where the percentage of illegal size (IS) captued by liftnet were larger. Percentage of IS were 62% for Stolephorus spp. and 67% for Loligo spp. The large percentage of undersize Stolephorus spp. and Loligo spp. was caused by the close position of liftnet operation to the shore, which subjected to the pressure by mining activities. In contrary, purse seine and gillnet catch were dominated by legal size fish. Percentage of legal size (LS) were 96% for Decapterus spp, and 90% for Rastrelliger spp. The large percentage of LS for purse seine and gillnet was due to the long distance of the fishing gears operation from the shore. Variability value of chlorophyll-a in Eastern Halmahera water was above 15%. Those indicating that chlorophyll-a distribution was affected by water’s turbidity. Not only causing the decrease of fish size and the density of chlorophyll-a, the mining activities also causing damage on FG located less than 1 mile from the shore, creating un potential FG for fishing activities.

(6)

©

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Perikanan Laut

DINAMIKA DAERAH PENANGKAPAN IKAN, KAITANYA

DENGAN AKTIVITAS PERTAMBANGAN NIKEL

KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya sehinggaTesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul “Dinamika Daerah Penangkapan Ikan, Kaitannya dengan Aktivitas Pertambangan Nikel Kabupaten Halmahera Timur”.

Penulis menyadari penyelesaian penelitian melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan motivasi dan do’a yang ikhlas;

2. Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan sabar dan bijak selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi di IPB;

3. Dr Ir Budy Wiryawan, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikan motivasi pada penulis selama penelitian hingga selesai;

4. Dr Ir Diniah, MSi selaku penguji luar komisi;

5. Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh – LAPAN beserta staf yang telah membantu penulis dalam mengolah data;

6. Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur, Perusahaan Pertambangan Nikel di Halmahera Timur, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Maluku Utara, dan nelayan yang sudah menerima penulis dengan ramah saat melakukan penelitian;

7. Teman-teman dari Maluku Utara, dan teman-teman seperjuangan mayor TPL yang sedang menempuh pendidikan di Program Pascasarjana IPB yang selalu memberi masukan, nasehat dan do’a;

8. Sahabat dan sanak saudara serta pihak lain yang tidak dapat penulis ucapkan satu demi satu.

Penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia perikanan umumnya.

Bogor, Agustus 2016

(11)

DAFTAR ISI

Waktu dan Tempat Penelitian 7

Alat dan Bahan 7

Pengumpulan Data 8

Analisis Data 9

Kualitas Perairan ... 9

Kondisi Daerah Penangkapan Ikan ... 10

Sebaran Daerah penangkapan Ikan ... 11

Dinamika Daerah penangkapan Ikan ... 11

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Kualitas Perairan 12 Kandungan Ni ... 12

Kandungan MPT ... 14

Kondisi Daerah Penangkapan Ikan 18 Klorofil-a... 19

Hasil Tangkapan ... 21

Sebaran Daerah Penangkapan Ikan 24

Dinamika Daerah Penangkapan Ikan 26

(12)

DAFTAR TABEL

1 Penilaian DPI melalui indikator ukuran panjang ikan yang dominan

tertangkap 11

2 Jumlah hasil tangkapan dan jumlah alat tangkap untuk berbagai

jenis ikan 21

3 Peluang degradasi DPI 27

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir rumusan masalah penelitian 6

2 Lokasi penelitian dan kawasan pertambangan 7

3 Kandungan Ni hasil pengamatan lapangan, November - Desember

2015 13

9 Laporan nilai rata-rata MPT perusahan antara tahun 2013-2015 18 10 Fluktuasi nilai minimum konsentrasi klorofil-a pada tahun

2013-2015 19

11 Sebaran klorofil-a di perairan Halmahera Timur tahun 2013-2015 20 12 Sebaran ukuran panjang ikan layang (Decaptrus spp) yang

16 Persentase ukuran ikan layak tangkap dan tidak layak tangkap 24

17 Peta sebaran potensi DPI 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis kandungan nikel pada perairan 37

2 Perhitungan standar deviasi dan varian klorofil-a tahun 2013-2015 39

3 Peta sebaran klorofi-a tahun 2013-2015 42

4 Kusioner Responden 54

5 Foto Dokumentasi 57

(13)

DAFTAR ISTILAH

Kerusakan sebagai akibat pengambilan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar ambang batas.

Wilayah perairan dimana alat tangkap dapat dioperasikan secara sempurna untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan yang ada di dalamnya (Simbolon et al. 2009).

Pencemaran (fosfat/PO3-) air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan kedalam ekosistem air

Kelompok ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan permukaan dan berukuran kurang dari 50 cm pada saat dewasa (Simbolon 2011)

Proses pembersihan lahan sebelum aktivitas penambangan dimulai

Landsat 7 Enhanced Thematic Mapper Landsat 8 Thematic Mapper

Panjang saat pertama kali ikan matang gonad Nilai Ambang Batas

Salah satu instrument utama yang dibawa Earth Observing System (EOS) Terra satellite digunakan untuk mengamati, meneliti dan menganalisa lahan, lautan, atmosfir bumi dan interaksi di dalamnya

Muatan Padatan Tersuspensi

Maxsimum Sustainable Yield (hasil tangkapan maksimum lestari)

Partikel yang melayang-layang dalam air terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik

Musim yang didominasi angin dari arah barat, biasa terjadi antara Desember dan Februari Musim yang merupakan transisi dari musim barat ke musim timur, dengan arah kecepatan angin yang berubah-ubah, terjadi pada bulan Maret-Mei

Musim yang didominasi angin dari arah timur, biasa terjadi antara Juni dan Agustus

(14)

Ore

angina yang berubah-ubah, terjadi pada bulan Septerber-November

Kumpulan dari satu mineral (simple ore) atau beberapa mineral (complex ore) yang dari padanya dapat ekstraksi satu atau lebih logam secara menguntungkan

Lapisan tanah penutup (lapisan yang menutupi bahan galian) yang biasanya terdiri dari top soil, sub soil, dan lapisan tanah inti.

Kemampuan dari perairan untuk melakukan pembersiahan perairan dari pencemar yang masuk.

Dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan

Upaya pemantauan untuk melihat kinerja upaya pengelolaan yang dilakukan

Tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme

Lapisan tanah teratas yg biasanya mengandung bahan organik & berwarna gelap dan subur setebal sampai 25 cm yg sering disebut lapisan olah tanah

(15)

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan usaha perikanan di Maluku Utara, merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat strategis setelah diberlakukanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah dimana daerah diberi kewenangan untuk mengatur kebijakan pembangunan sesuai karakteristik daerah masing-masing. Provinsi Maluku Utara adalah Provinsi Kepulauan (archipelagic province) yang dikelilingi oleh lautan, secara geografis berada pada posisi 030 LU - 030 LS dan 1240 - 1290 BT dengan luas wilayah sebesar 145 801 km2 yang terdiri dari 32 004.57 km2 (21.95%) daratan dan 113 796.4 km2 (78.05%) lautan. Secara administrasi Provinsi Maluku Utara terdiri dari delapan Kabupaten dan dua Kota, yaitu Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Sula, Kabupaten Taliabu, Kepulauan Morotai, Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan (BPS 2015).

Wilayah Provinsi Maluku Utara secara geografis bagian utara berbatasan dengan Samudera pasifik, bagian selatan dengan Luat Seram dan Laut Banda, bagian barat dengan Laut Maluku dan bagian timur dengan Laut Halmahera. Perairan Laut Maluku dan Laut Halmahera berhubungan dengan Samudra Pasifik cukup memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis, baik ikan pelagis kecil maupun ikan pelagis besar. Wilayah perairan Provinsi Maluku Utara berada dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 8 atau 715 (Laut Maluku, Teluk Tomini, dan Laut Seram) dan WPP 9 atau 716 (Laut Sulawesi dan laut Halmahera) dengan jumlah potensi sumberdaya ikan (standing stock) yang diperkirakan mencapai 1 035 230 ton, jumlah potensi lestari (maximum stock yield (MSY)) yang dapat dimanfaatkan sebesar 828 180 ton/tahun, terdiri dari ikan pelagis sebesar 621 135 ton/tahun dan ikan demersal 207 045 ton pertahun (DKP dalam Karman 2015).

Kabupaten Halmahera Timur merupakan salah satu bagian dari Provinsi Maluku Utara, dimana daerah ini menjadi pusat pertambangan nikel (Ni) terbesar di Provinsi Maluku Utara. Secara tektonik Pulau Halmahera terbagi atas dua mandala utama geologi, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda yaitu mandala lengan timur terdiri atas batuan tua ultrabasa dan serpih merah diduga berumur kapur, mandala lengan barat merupakan busur magmatik relatif lebih muda dari formasi bacan berumur Oligo-Miosen (Supriatna 1980). Pertambangan ini memanjang mulai dari Wasile sampai ke Maba dapat dikatakan juga sepanjang pesisir Kabupaten Halmahera Timur.

Data yang diperoleh dari hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM 2004 menunjukkan bahwa ternyata Kabupaten Halmahera Timur mempunyai hamparan mangrove yang terluas jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Maluku Utara yaitu seluas 22.500 hektar. Hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM 2004 menunjukkan Kabupaten Halmahera Timur mempunyai hamparan terumbu karang yang cukup luas dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Maluku Utara yaitu seluas 47.008 hektar (Bappeda 2015).

(16)

2

kawasan pertambangan jika dibandingkan pada kawasan di luar pertambangan. Kondisi ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh penurunan kualitas perairan sehingga ikan tidak mampu beradaptasi dan akibatnya ikan bermigrasi ke tempat lain. Hal ini berarti bahwa daerah penangkapan telah terdegradasi akibat aktivitas pertambangan Ni. Alat tangkap yang dominan digunakan nelayan di perairan Wasile adalah bagan, hand-line, dan gillnet, sedangkan untuk wilayah Maba selain ketiga alat tangkap tersebut, terdapat juga purse seine (DKP 2014).

Pertambangan Ni di Kabupaten Halmahera Timur merupakan suatu kegiatan pertambangan terbuka dimana pengambilan biji Ni dilakukan dengan membuka lapisan tanah untuk memperoleh biji Ni. Proses pertambangan ini berlangsung sangat panjang mulai proses land clearing, top soiling, pengupasan dan pengangkutan tanah penutup (overburden), pengupasan dan penganguktan bijih nikel, penimbunan, dan pengangkutan/pengapalan. Ni merupakan satu dari jenis logam berat yang memiliki sifat toksik. Logam ini dapat meracuni darah, menganggu sistem pernapasan, merusak jaringan, selaput lendir, dan mengubah sistem sel organisme perairan. Pengaruh logam berat terhadap perubahan tingkah laku dan penyimpangan fisiologis tubuh organisme telah lama diketahui. Perubahan pola tingkah laku diekspresikan sebagai respon stres dan penyimpangan fisiologis akan menyebabkan fungsi jaringan tubuh terganggu dan komponen-komponen darah berubah. Oleh karena itu sejak tahun 2006, masyarakat Uni Eropa telah mengusulkan ke WTO untuk menetapkan nikel sebagai dangerous subtances (Abraham 2009).

Sementara itu, berkaitan dengan sifat toksik nikel, pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 09 tahun 2006, kemudian direvisi dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2010 telah menetapkan baku mutu konsentrasi nikel di perairan pada kegiatan industri pertambangan nikel. Biji Ni umumnya berasosiasi dengan logam berat lainnya seperti tembaga (Cu), arsenik (As), besi (Fe), dan platina (Pt). Limbah logam berat ini berpeluang besar masuk ke perairan di sekitar kawasan pertambangan melaluli aliran sungai. Palar (1994) menyatakan bahwa logam berat dapat membentuk ikatan dan masuk ke dalam tubuh organisme laut dan bersifat racun. Selain itu, logam berat dapat menyebabkan muatan padatan tersuspensi (MPT) meningkat di perairan yang menyebabkan penurunan kualitas perairan.

Hubungan suatu bahan kimia dengan organisme di peraian dapat terjadi melalui 3 proses, yaitu: (1) Proses biokonsentrasi, yaitu proses dimana suatu bahan kimia dari air masuk ke dalam ikan melalui insang atau jaringan epitheliat dan terakumulasi, (2) Proses bioakumulasi, yaitu meliputi biokonsentrasi akan tetapi juga akumulasi bahan kimia melalui makanan yang dikonsumsi, dan (3) Proses biomagnifikasi, yaitu meliputi biokonsentrasi dan bioakumulasi dimana konsentrasi bahan kimia yang terakumulasi meningkat dalam jaringan sesuai dengan tingkatan tropik level organisme-organisme yang hidup di perairan tersebut (Oremland et al.1995; Rand & Petrocelli 1985).

(17)

3

mengalami degradasi dan eutrofikasi. Gabungan material organik dan anorganik yang disebut MPT dapat digunakan sebagai indikator perubahan kualitas perairan di wilayah pesisir.

Muatan padatan tersuspensi di suatu perairan, baik yang organik (fitoplankton, zooplankton dan biodegradasinya) maupun yang anorganik (sedimen, tanah atau lempung merah dan mineral) membuat tingkat kekeruhan perairan semakin tinggi. Yuwono (2012) menyatakan dampak yang dapat dilihat langsung akibat kegiatan pertambangan adalah meningkatnya kekeruhan perairan pesisir di sekitar daerah penambangan. Peningkatan kekeruhan ini selanjutnya dapat mempengaruhi habitat ikan dan daerah penangkapan ikan. Manengkey (2010) menyatakan bahwa bahan organik yang terkandung dalam sedimen lebih banyak disebabkan oleh aktivitas di darat. Tarigan (2003) juga menyatakan bahwa kualitas perairan laut dapat dipengaruhi oleh masukan limbah yang berasal dari darat melalui aliran sungai.

Penelitian tentang penurunan kualitas perairan yang dilakukan oleh Suoth (2014) menyatakan pertambangan batu bara di Kalimantan Timur membuat kandungan MPT di perairan berada diatas nilai ambang batas. Agus et al. (2014) menyatakan kandungan merkuri di sungai Jendi kecamtan Selogiri Kabupaten Wonogiri telah melebihi NAB. Penelitian Johan (2012), menyatakan dampak yang terjadi akibat pertambangan emas di Singgi Provinsi Riau mengakibatkan kondisi ekosistim sungai Singgi menjadi labil serta perairan sungai Singgi telah tercemar ringan sampai berat.

Pengamatan MPT dan fitoplankton di perairan dapat dilakukan dengan mengggunakan dua cara yaitu pengamatan langsung (in situ) dan pengamatan tidak langsung (ex situ). Pengamatan secara ex situ pada saat ini relatif lebih mudah dan efektif. Perkembangan teknologi penginderaan jarak jauh dapat digunakan untuk menduga daerah penangkapan ikan melalui analisis kandungan klorofil-a yang terdapat pada suatu perairan serta MPT perairan tersebut.

Uraian diatas menunjukkan bahwa aktivitas pertambangan Ni di perairan Halmahera Timur dapat mempengaruhi kualitas perairan. Kualitas perairan yang semakin menurun selanjutnya mempengaruhi keberadaan ikan di daerah penangkapan dan akhirnya berpengaruh terhadap jumlah dan kualitas ikan tangkapan nelayan. Oleh karena itu, pengamatan terhadap padatan tersuspensi, Ni, dalam kaitanya dengan komposisi hasil tangkapan nelayan perlu dievaluasi untuk selanjutnya digunakan untuk mengevaluasi tingkat degradasi daerah penangkapan ikan disekitar kawasan penambangan Ni.

(18)

4

yang mampu mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis dalam rantai makanan di perairan.

Keberadaan fitoplankton di perairan akan menarik konsumen tingkat I (pemakan fitoplankton) datang ke perairan tersebut untuk memakannya. Selanjutnya, konsumen tingkat I menarik konsumen tingkat II untuk memangsa konsumen tingkat I, begitu seterusnya sampai tingkat konsumen paling atas. Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa produsen primer di suatu perairan menarik organisme-organisme air lainnya untuk mendekat ke perairan tersebut. Fitoplankton membutuhkan energi dari cahaya matahari dalam proses produksi makanan (Nontji 2005). Fitoplankton banyak tersebar pada kolom perairan yang masih mendapatkan cahaya optimum. Keberadaan fitoplankton tersebut memungkinkan kumpulan ikan berkumpul untuk memanfaatkannya. Peneliti dibeberapa negara dunia seperti USA, Kanada, Belgia dan Nigeria, telah banyakmelakukan penelitian tentang uji toksisitas logam berat nikel terhadap organisme perairan. Tetapi, dinamika daerah penangkapan ikan, kaitanya dengan aktivitas pertambangan nikel masih kurang atau belum pernah dilakukan

Rumusan Masalah

Aktivitas pertambangan di Kabupaten Halmahera Timur yang dilakukan oleh beberapa perusahaan pertambangan nikel berada pada wilayah perbukitan sekitar pesisir. Pertambangan nikel ini berdampingan dengan aktivitas masyarakat nelayan, keramba jaring apung, tambak, budidaya teripang dan budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, pada saat hujan biasanya air yang melalui sungai-sungai berwarna pekat kemerah-merahan. Hasil pemantauan Google Earth menunjukan bahwa keadaan tersebut terjadi di laut, dan bahkan mencapai radius 2-5 km sejajar pantai dan radius ± 700 meter tegak lurus terhadap garis pantai. Kuat dugaan bahwa material yang terbawa bersama air berasal dari sisa aktivitas penambangan dan masuk ke perairan pesisir melalui sungai dan air limpasan permukaan di sekitar lokasi pertambangan. Adanya input overburden sebagai akibat eksploitasi lahan tentu akan direspon oleh perairan sesuai dengan kemampuan purifikasinya.

Limbah-limbah yang mengandung zat-zat berbahaya yang telah terakumulasi sehingga melewati nilai ambang batas (NAB) perairan, dapat mempengaruhi dan membahayakan organisme-organisme perairan. Kondisi ini bukan hanya dapat merusak lingkungan, tetapi menurunkan pendapatan masyarakat terutama bagi masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional.

(19)

5

1) Bagaimana hubungan kualitas perairan dan konsentrasi MPT di sekitar kawasan pertambangan Ni?

2) Bagaimana kualitas perairan dan penurunan kandungan klorofil-a pengarunya terhadap dinamika daerah penangkapan ikan?

Tujuan

Penelitian bertujuan untuk:

1. Menentukan kualitas perairan di sekitar kawasan pertambangan

2. Menentukan jarak daerah penangkapan ikan yang terpengaruh oleh aktivitas pertambangan.

3. Menentukan dinamika daerah penangkapan ikan pada kawasan pertambangan

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu:

1. Sebagai bahan informasi dan acuan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan pengelolaan sumberdaya perikan pelagis kecil guna pembangunan ekonomi daerah

2. Sebagai bahan informasi bagi nelayan mengenai daerah potensial penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Halmahera Timur.

3. Penelitian ini akan memperkaya pengetahuan, teori dan pendekatan tentang interaksi aktivitas pertambangan nikel terhadap dinamika DPI.

Kerangka Pemikiran

Pembangunan perikanan dan kelautan perlu dikembangkan dan digalakkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Aspek penting yang harus diperhatikana adalah peningkatan kualitas perairan, daya dukung lingkungan serta potensi lestari, sehingga pembangunan perikanan dan kelautan dapat berlangsung. Pemanfaatan sumberdaya perikanan diupayakan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi protein hewani, karena itu kelestarian dan kualitas lingkungan menjadi perhatian semua pihak.

(20)

6

klorofil-a yang berdampak pada penurunan kesuburan perairan, bahkan menyebabkan dinamika DPI.

(21)

7

2 METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap. Pertama berupa penelitian lapang dan tahap kedua penelitian laboratorium. Penelitian lapang berlangsung antara bulan Oktober sampai Desember 2015 di perairan Halmahera Timur, yaitu Kecamatan Wasile, Wasile Selatan, Maba, dan Kota Maba (Gambar 2). Penelitian laboratorium dilaksanakan pada bulan Januari 2016 di Laboratorium Daerah Penangkapan Ikan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, dan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling), Departemen Menajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 2 Lokasi penelitian dan kawasan pertambangan

Alat dan Bahan

(22)

8

juga dibutuhkan mistar, kantong plastik, notebook, keranjang, kuesioner dan lain-lain.

Pengumpulan Data

Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kandungan Ni, hasil tangkapan dan lokasi penangkapan ikan yang diperoleh saat survei (pengamatan langsung) dilokasi penelitian. Data sekunder meliputi kandungan Ni yang bersumber dari usaha penambangan Ni yang berupa (RKL, RPL, dan laporan evaluasi triwulan). Data sekunder lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah MPT yang bersumber dari hasil deteksi satelit landsat 8 TM, dan dari usaha pertambangan yang beroperasi di sekitar lokasi penelitian. Selain MPT data sekunder yang digunakan adalah data klorofil-a yang bersumber dari hasil deteksi satelit MODIS didapatkan dari situs Ocean calor.

Pengumpulan hasil tangkapan ikan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1) Menentukan kapal sampel secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa kapal yang bersangkutan beroperasi di lokasi studi, dan layak operasi, (2) Mencatat jumlah dan jenis ikan yang tertangkap, (3) Mengukur panjang ikan yang dominan tertangkap di masing-masing lokasi penangkapan, (4) Ikan yang dominan tertangkap di setiap lokasi penangkapan diambil secara acak, kemudian diukur panjangnya (total length).

Pengambilan data Ni di perairan dilakukan pada beberapa stasiun pengamatan secara sengaja (purposive sampling) dengan mempertimbangakan bahwa perairan tersebut merupakan muara sungai yang berasal dari kawasan penambangan Ni. Penetapan stasiun pengamatan juga didasarkan atas kandungan MPT yang terdeteksi Google Earth. Stasiun pengamatan terdapat di perairan Wasile Selatan (stasiun 1), Wasile (stasiun 2), Buli (stasiun 3), Mabapura (stasiun 4), Tj Bornopo (stasiun 5), dan Kota Maba (stasiun 6). Ulangan dilakukan 5 kali pada setiap stasiun. Sampel air hasil cuplikan pada kedalaman 2 meter dan pada kedalaman mendekati dasar perairan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol polyethylene (PE). Sampel dalam botol dibungkus dengan kantung plastik warna hitam. Sampel air kemudian dimasukkan ke dalam cool box yang diberi es balok sebagai pengawet.

Pengambilan data MPT diperoleh dari hasil diteksi satelit Landsat 8 TM pada priode waktu Januari 2013 - Desember 2015. Data MPT diunduh melalui situs http://earthexplorer.usgs.gov.

(23)

9

Analisis Data

Kualitas Perairan

Kandungan Ni dianalisis dengan metode American Public Health Association. (APHA) 2012, 3111-C. Nilai indeks pencemaran (IP) berdasarkan kandungan Ni dihitung dengan formula berikut (Sabilu 2010):

Ci = konsentrasi parameter lingkungan yang diukur di lapangan Li = konsentrasi parameter lingkungan yang ditentukan oleh standar

baku mutu

(Ci/Li)R = rata-rata rasio Ci/Li

(Ci/Li)M = nilai maksimum rasio Ci/Li

Nilai IP yang diperoleh dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2010. Dalam keputusan tersebut bahwa kadar Ni dalam air tidak boleh lebih dari 0.05 mg/l.

Data MPT yang bersumber dari hasil deteksi satelit selanjutnya dianalisis menggunakan software ER Mapper 7.0 dengan koreksi geometrik, radiometrik, dan atmosferik. Selain data deteksi satelit, data MPT juga diperoleh dari laporan perusahaan pertambangan nikel di lokasi penelitian ini. Data deteksi satelit disajikan dalam bentuk peta tematik, yang kandungannya sudah terkoreksi atmosfer dihitung dengan formula berikut (Parwati et al. 2008):

Nilai MPT yang diperoleh dari laporan perusahaan pertambangan dianalisis dengan metode APHA 2005 - 2540-D, dan selanjutnya dibandingkan dengan nilai MPT yang diperoleh dari citra satelit. Perbandingan ini hanya sebatas nilai tanpa mengikut sertakan lokasi dan tempat. Hal ini disebabkan oleh karena data yang bersumber dari perusahaan tidak dilengkapi dengan koordinat pengambilan sampel dan waktu akusisi data. Status pencemaran perairan berdasarkan kandungan MPT ini ditentukan dengan kriteria berikut (Alabaster dan Lioyd dalam Efendi 2003):

1) Nilai MPT lebih kecil dari 25 mg/l, mengindikasikan perairan tidak berpengaruh bagi kepentingan perikanan

2) Nilai MPT berkisar 25 mg/l – 80 mg/l, mengindikasikan sedikit berpengaruh bagi kepentingan perikanan

(24)

10

4) Nilai MPT lebih besar dari 400 mg/l, mengindikasikan tidak baik bagi kepentingan perikanan.

Konsentrasi klorofil-a dari data satelit diestimasi dengan menggunakan algoritma OC4v4. Algoritma OC4v4 menggunakan nilai tertinggi dari rasio kanal 443 nm, 490 nm dan 510 nm dengan kanal 555 nm untuk menentukan nilai konsentrasi klorofil-a dengan persamaan sebagai berikut (O’Reilly et al. 2000):

Setelah diperoleh data dalam format ASCII analisis data dilanjutkan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 sebelum diolah lanjut dengan ArcGis.Nilai klorofil-a yang diperoleh selanjutnya dihitung variabelitas atau keragaman data (samplel klorofil-a) dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sugiono 2011 ):

∑ ̅

Jika nilai V ≤ 15% maka data dikatakan seragam Jika nilai V > 15% maka data dikatakan menyebar

Kondisi Daerah Penangkapan Ikan

(25)

11

Data ukuran panjang ikan yang diperoleh dibandingkan dengan ukuran panjang ikan pada saat ikan pertama kali matang gonad atau length at first maturity (Lm). Menurut Wujdi et al. (2015), ikan layak tangkap didefenisikan sebagai ikan yang memiliki panjang rata-rata lebih besar dari panjang pertama kali ikan matang gonad. Apabila panjang ikan yang tertangkap lebih kecil dari atau sama dengan Lm, maka daerah penangkapan ikan dikategorikan tidak potensial oleh karena itu, jika ukuran ikan tertangkap ≥ Lm diberi bobot 1, dan perairan dikategorikan sebagai daerah penangkapan ikan potensial. Sebaliknya jika ukuran ikan tertangkap ≤ Lm diberi bobot 0, dan perairan dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan tidak potensial (Simbolon 2009).

Tabel 1 Penilaian DPI melalui indikator ukuran panjang ikan yang dominan tertangkap

Kategori Ukuran Panjang Kriteria Kategori DPI

Besar Panjang ikan > Lm Potensial

Kecil Panjang ikan ≤ Lm Tidak potensial

Sumber: Simbolon dan Girsang (2009)

Sebaran Daerah penangkapan Ikan

Tahapan analisis dalam menentukan jarak DPI yang terkena dampak aktivitas pertambangan yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan DPI potensial/tidak potensial berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan.

2. Menampilkan penyebaran DPI dalam bentuk peta tematik daerah penangkapan ikan.

3. Overlay data posisi DPI pada butir 2 terhadap posisi DPI hasil dugaan yang mengunakan parameter Lm, hasil tangkapan, dan klorofil-a.

4. Menghitung jarak DPI yang tercemar terhadap garis pantai terdekat dengan kawasan pertambangan dengan mengunakan “measure” yang terdapat pada soffware ArcGis.

Dinamika Daerah penangkapan Ikan

Dinamika DPI ditentukan berdasarkan indikator ikan hasil tangkapan, klorofil-a, dan tingkat pencemaran. Daerah penangkapan ikan dikategorikan terdegradasi apabila ukuran ikan yang tertangkap lebih kecil dari ukuran ikan pertama kali matang gonad atau Lm, maka perairan tersebut dinyatakan tidak

potensial.

(26)

12

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Perairan

Perkembangan pembangunan dan pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan dengan segala aktivitasnya termasuk pertambangan dapat menekan kualitas perairan. Kualitas perairan terganggu apabila terjadi perubahan keseimbangan unsur-unsur yang terkandung di dalam perairan tersebut. Gangguan dapat berupa masuknya unsur-unsur lain kedalam perairan baik secara alamiah maupun dampak dari pembangunan dan pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Hal ini bukan berarti wilayah pesisir dan lautan tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, akan tetapi lebih cenderung untuk melakukan penyelarasan fungsi-fungsi perairan dengan pemanfaatannya.

Kualitas perairan sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan. Kualitas perairan yang bagus mendukung kehidupan organisme di laut, namun apabila kualitas perairan tidak bagus dikhawatirkan dapat mengganggu kehidupan organisme, dampaknya yaitu turunnya hasil tangkapan. Kualitas perairan dalam penelitian ini berdasarkan kandungan Ni dan MPT

Kandungan Ni

Sebaran kandungan Ni hasil pengamatan lapangan di perairan Kabupaten Halmahera Timur pada bulan November sampai Desember 2015 disajikan pada Gambar 3. Nilai rata-rata Ni di perairan berkisar antara 0.005 – 0.0354 mg/l. Dari gambar tersebut terlihat nilai rata-rata Ni di perairan Wasile Selatan 0.027 mg/l, Wasile 0.005 mg/l, Buli 0.013 mg/l, Mabapura 0.013 mg/l, Tj Bornopo 0.034 mg/l, dan Kota Maba 0.035 mg/l. Tingginya nilai kandungan rata-rata Ni di Wasile Selatan, Tanjung Bornopo, dan Kota Maba disebabkan tidak adanya petugas bagian lingkungan dari perusahan untuk mengontrol bekas lokasi pertambangan dan tumpukan Ni (ore) yang berada di tempat penampungan akhir yang berada di dekat pantai. Akibatnya tanggul-tanggul penahan erosi tidak berfungsi dengan baik. Meskipun sudah ada larangan untuk penghentian aktivitas pertambangan sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor 4 tahun 2009, bahwa perusahaan pertambang yang tidak memiliki pabrik pemurnian tidak diperbolehkan beroperasi.

Sebaran spasial yang diperoleh dari laporan perusahaan menunjukkan bahwa nilai Ni cederung mengalami penurunan dari tahun 2013 sampai tahun 2015, kecuali di Mabapura yang mengalami kenaikan dari tahun 2013 sampai tahun 2014. Kenaikan nilai rata-rata Ni di Mabapura dipicu oleh pengaruh aktivitas produksi yang masih berlangsung oleh PT. Antam yang melakukan pengiriman Ni ke unit smelter Pemala. Sebagaimana yang di tunjukan pada Gambar 4.

(27)

13

Timur semenjak tanggal 12 Januari 2014, yang mana seluruh perusahan yang tidak memiliki pabrik pemurnian tidak dapat melakukan aktivitas produksi.

Gambar 3 Kandungan Ni hasil pengamatan lapangan, November - Desember 2015

Gambar 4 Laporan pengukuran nilai rata-rata Ni perusahan antara 2013-2015 Parameter kualitas perairan yang diamati di daerah penangkapan ikan dalam penelitian meliputi variabel Ni dan MPT. Kedua variabel ini digunakan sebagai indikator dalam menentukan tingkat kualitas perairan. Perairan yang telah tercemar (terdegradasi) pada akhirnya secara langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap siklus hidup biota perairan. Blaber et al. (1995), menyatakan kekeruhan masih dapat ditolerir oleh biota perairan. Biota perairan memegang peranan penting terhadap distribusi ikan di suatu perairan. Kekeruhan dapat ditoleransi oleh biota perairan, namun dapat menurunkan tingkat efektivitas penglihatan ikan. Menurut Kneib (1987), kekeruhan yang terjadi di suatu perairan dapat mengakibatkan menurunnya jangkauan jarak penglihatan ikan yang ada di wilayah tersebut. Kekeruhan di perairan akan meningkat pada saat musim penghujan dan diikuti oleh peningkatan Ni. Najamuddin et al. (2016) menyatakan konsentasi logam berat dalam air akan meningkat ketika terjadi musim hujan.

(28)

14

Wasile, Buli, Mabapura, dan Tj Bornopo berada dibawah nilai NAB kecuali di Wasile Selatan yang sudah berada diatas NAB. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari laporan perusahaan, kandungan Ni berada diatas NAB terdapat di Kota Maba. Nilai Ni yang mendekati NAB, diyakini dapat mempengaruhi penurunan kualitas perairan, bahkan dapat mempengaruhi keberadaan sumberdaya ikan, biodiversitas apabila aktivitas tambang terus berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cotton and Wilkinson (1989), menyatakan bahwa Ni merupakan logam berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya dibawah suhu yang ekstrim. Everaarts (1989), menyatakan bahwa perairan dapat terkontaminasi oleh Ni meskipun kandunganya belum mencapai NAB. Darmono (2001) menyatakan logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh biota perairan melalui beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Logam di dalam tubuh hewan di absorpsi darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya terdapat dalam ginjal (ekskresi).

Kualitas perairan Halmahera Timur sebagai kawasan pertambangan Ni masih relatif lebih baik dibandingkan dengan kawasan pertambangan di lokasi lain. Penelitian tentang kandungan logam berat dalam tubuh ikan telah sering dilakukan. Febrianto dan kurniawan (2014) menyatakan pencemaran logam berat timbal pada pertambangan timah di Pulau Bangka telah melebihi NAB dan mempengaruhi kelangsungan hidup perikanan cumi-cumi. Mustaruddin (2012), menyatakan pencemaran logam berat selain mengancam komunitas ikan juga mencemari produk perikanan. Penelitian Ahmad (2009), menunjukkan bahwa kawasan pertambangan Ni di Pulau Muna, Kabaena, dan Buton memiliki nilai Ni dalam sedimen relatif tinggi dan berada diatas NAB dalam arti tidak aman untuk kehidupan biota perairan laut. Marasabessy et al. (2010), menyatakan bahwa kadar logam berat khususnya Cu dan Ni relatif tinggi dan telah melebihi NAB untuk sedimen di perairan Pulau Bacan. Asrianiet al. (2013), menyatakan bahwa kegiatan pertambangan di sekitar pelabuhan bongkar muat Ni menyebabkan rendahnya kepadatan dan keanekaragaman organisme makrozoobentos.

Kandungan MPT

Sebaran spasial kandungan MPT yang berasal dari deteksi satelit Landsat 8 TM disajikan pada Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7. Nilai MPT cenderung menurun dari tahun 2013, tahun 2014, dan tahun 2015. Nilai MPT di perairan Wasile Selatan, Buli, Mabapura, tahun 2014 sampai tahun 2015 masih tinggi meskipun aktifitas perusahaan sudah berhenti semenjak tanggal 12 Januari 2014. Nilai MPT terendah terdapat di Wasile.

(29)

15

seperti halnya data yang dideteksi melalui satelit. Kondisi perolehan data ini kemungkinan besar berpengaruh terhadap perbedaan pola sebaran.

Gambar 5 Peta sebaran nilai MPT tahun 2013 Landsat 8 TM

Sebaran spasial Gambar 5 menunjukkan konsentasi MPT tahun 2013 berada pada daerah Wasile dan daerah Buli. Tingginya nilai MPT ini disebabkan perairan tersebut memiliki banyak sungai dan anak sungai yang aliranya melalui kawasan pertambangan serta teluk yang lebih luas sehingga arus laut kurang memberi kontribusi untuk mengencerkan material sedimen yang terbawa oleh aliran air sungai. Namun dengan tingginya konsentrasi memberikan pengaruh pada perairan di sekitarnya. Adibrata (2007) menyatakan bahwa faktor lokal dapat mempengaruhi pasut seperti topografi dasar laut, lebar dan bentuk teluk. Satriadi et al. (2004), menyatakan pasang tinggi dapat membawa MPT jauh sampai ke hulu sehingga mempengaruhi besar konsentrasi MPT didaerah tersebut proses ini berpengaruh pada peningkatan kekeruhan disuatu perairan. Hal yang senada juga dikatakan Tarigan (2003), menyatakan pengadukan di wilayah perairan sekitar muara dipengaruhi oleh pasang surut, gelombang dan arus sepanjang pantai yang menyebabkan meningkatnya tingkat kekeruhan perairan.

(30)

16

Hal ini disebabkan telah berlakunya UU Minerba. Berlakunya UU minerba memberi pengaruh pada penurunan MPT di perairan. Di sisi lain berlakunya UU minerba tidak langsung memberikan penurunan sedimen di pantai yang terjadi akibat aktivitas pertambangan. Energi pasang dari laut berkurang sebanding dengan berkurangnya kedalaman, hal ini disebabkan pengaruh gesekan dasar perairan yang memicu timbulnya pengadukan atau turbulensi (Danial 2008).

Gambar 6 Peta sebaran nilai MPT tahun 2014 Landsat 8 TM

Hal yang sama masih terjadi di tahun 2015 (Gambar 7) menunjukkan bahwa konsentasi MPT masih berpusat pada daerah Wasile dan daerah Buli. Nilai MPT di tahun ini memperlihatkan penurunan yang cukup jauh jika dibandingkan dengan tahun 2014 dan 2013. Keadaan ini membuktikan bahwa pengaruh aktifitas pertambangan nikel sangat berpengaruh pada kekeruhan perairan.

(31)

17

Gambar 7 Peta sebaran nilai MPT tahun 2015 Landsat 8 TM

Gambar 8 Nilai MPT tahun 2015 Landsat 8 TM

(32)

18

berada dibawah NAB pada tahun 2015. Wilayah Tanjung Bornopo mengalami fluktuasi walau di tahun 2014 sempat berada diatas NAB.

Gambar 9 Laporan nilai rata-rata MPT perusahan antara tahun 2013-2015 Data hasil laporan perusahaan Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai MPT pada tahun 2013 dan 2014 untuk wilayah Wasile Selatan, Buli, Mabapura, Bornopo dan Kota Maba berada diatas NAB kecuali Wasile. Hasil laporan perusahaan untuk tahun 2015 menunjukkan bahwa nilai Ni untuk wilayah Wasile Selatan, Wasile, Buli, Mabapura, Bornopo dan Kota Maba berada dibawah NAB.

Tingginya nilai MPT di beberapa tempat pada lokasi penelitian disebabkan oleh aktivitas pertambangan, pasang surut, dan gelombang. Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan MPT di perairan telah berpengaruh bagi kepentingan perikanan. Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Moko et al. (2012), kondungan MPT di Delta Porong semakin mengalami peningkatan semenjak terjadinya semburan lumpur lapindo. Ritchie et al. (1976) dalam Hartoko (2010), menyebutkan bahwa MPT di perairan dapat berpengaruh terhadap kualitas air dan organisme akuatik, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti kematian dan menurunnya produksi. Satriadi et al. (2004), menyatakan bahwa nilai konsentrasi muatan padatan tersuspensi relatif lebih besar pada saat pasang dibandingkan saat surut.

Kondisi Daerah Penangkapan Ikan

(33)

19

Klorofil-a

Klorofil merupakan salah satu indikator sangat menentukan produktivitas primer perairan.Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat ditentukan oleh kondisi perairan. Salah satu parameter fisika-kimia mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah intensitas cahaya yang dipengaruhi oleh sebaran MPT. Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara langsung menyebabkan bervariasinya produktivitas primer. Umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi di perairan sebagai akibat dari tingginya MPT yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai. Febrianto at al. (2015) menyatakan limbah pertambangan timah di Pulau Bangka mempengaruhi kualitas perairan.

Gambar 10 Fluktuasi nilai minimum konsentrasi klorofil-a pada tahun 2013-2015 Pada Gambar 10 konsentarsi klorofil-a setiap bulan bervariasi. Nilai konsentasi klorofil-a meningkat pada saat musim barat, nilai konsentrasi klorofil-a akan menurun pada musim peralihan barat-timur, nilai konsentrasi klorofil-a mengalami kenaikan pada musim timur, nilai konsentrasi klorofil-a akan mengalami penurunan pada musim peralihan timur- barat kecuali pada tahun 2015 mengalami kenaikan.

Kenaikan konsentrasi klorofil-a setiap tahunnya kuat dugaan dikarenakan telah berhentinya produksi perusahaan tambang Ni. Semejak tahun 2014 dimana tren kenaikan kandungan klorofil terlihat dari Januari 2015. Zulhaniartaet al. (2015), mengatakan faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi klorofil-a adalah nitrat, fosfat, kecerahan, suhu, DO, dan kecepatan arus. Sabilu K (2010), semakin tinggi konsentrasi Ni dan semakin lama waktu pemaparan menyebabkan konsumsi oksigen juvenil ikan bandeng semakin rendah.

Konsentrasi klorofil-a pada musim barat tahun 2013 berkisar 0.151-0.821 mg/m³ dengan rata-rata 0.349 mg/m³. Pada musim peralihan barat-timur (BT) berkisar 0.136-0.928 mg/m³ dengan rata-rata 0.296 mg/m³. Pada musim timur berkisar 0.147-0.868 mg/m³ dengan rata-rata 0.315 mg/m³. Selanjutnya pada musim peralihan timur barat (TB) berkisar 0.111-0.923 mg/m³ dengan rata-rata 0.300 mg/m³ (Lampiran 2).

(34)

20

berkisaran 0.136-0.794 mg/m³ dengan rata-rata 0.279 mg/m³. Pada musim timur berkisar 0.132-0.923 mg/m³ dengan rata-rata 0.356 mg/m³. Selanjutnya pada musim peralihan TB berkisar 0.120-0.918 mg/m³ dengan rata-rata 0.347 mg/m³ (Lampiran 2).

Konsentrasi klorofil-a pada musim barat tahun 2015 berkisar 0.104-0.939 mg/m³ dengan rata-rata 0.429 mg/m³. Pada musim peralihan barat-timur (BT) berkisar 0.152-0.938 mg/m³ dengan rata-rata 0.409 mg/m³. Pada musim timur berkisar 0.133-0.936 mg/m³ dengan rata-rata 0.475 mg/m³. Selanjutnya pada musim peralihan TB berkisar 0.142-0.938 mg/m³ dengan rata-rata 0.393 mg/m³ (Lampiran 2).

Sebaran klorofil-a tertinggi di perairan Halmahera Timur dalam periode tahun 2013-2015 untuk musim barat (Desember-Februari) pada tahun 2013-2015 adalah 0.939 mg/m³, dan terendah adalah 0.104 mg/m³, sedangkan rata-rata adalah 0.363 mg/m³. Pada musim peralihan barat timur (B-T) klorofil-a berkisar 0.136-0.938 mg/m³ dengan rata-rata 0.328 mg/m³. Musim timur klorofil-a bekisar 0.132-0.936 mg/m³ dengan rata-rata 0.382 mg/m³. Pada musim peralihan timur barat (B-T) diperoleh kandungan klorofil-a berkisar 0.111-0.938 mg/m³ dengan rata-rata 0.347 mg/m³ (Gambar 11).

Hasil perhitungan nilai varian klorofil-a untuk musim barat tahun 2013 sebesar 0.02; tahun 2014 sebesar 0.037; dan tahun 2015 sebesar 0.055 dengan variabelitas adalah sebesar 42.03%; 62.08%; dan 54.78%. Pada musim peralihan BT nilai varian 0.023; 0.026; dan 0.068 dengan nilai variabelitas 50.95%; 57.99%; dan 63.72%. Pada musim timur nilai varian adalah 0.032; 0.061; dan 0.081 dengan nilai variabelitas 56.40%; 68.98%; dan 59.86%. Selanjutnya musim peralihan TB nilai varian adalah 0.055; 0.080; dan 0.061 dengan nilai variabelitas 77.99%; 81.12%; dan 62.88% (Lampiran 2).

Gambar 11 Sebaran klorofil-a di perairan Halmahera Timur tahun 2013-2015

(35)

21

Akibanya proses fotosintesis berjalan dengan baik untuk mendukung pertumbuhan fitoplankton. Hal ini senada dengan pernyataan Nybakken (1988), bahwa tinggi rendahnya kandungan klorofil-a di perairan turut dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari dan nutrien (zat hara). Selanjutnya Wirasatriya (2011) menyatakan bahwa tingginya kandungan klorofil-a di teluk disebabkan karena area tersebut menjadi tempat akumulasi nutrien dari daratan.

Kandungan klorofil-a tertinggi bukan hanya terdapat di daerah perairan pantai, tetapi juga terdapat di berbagai lokasi perairan lepas pantai (Lampiran 2). Van der Pepen (1991) dalam Gaol (1997), menyatakan perairan lepas pantai merupakan zona perairan yang tidak dipengaruhi zona perairan dangkal dan sungai. Beberapa lokasi perairan lepas pantai dalam penelitian ini mengandung fitoplankton yang cukup tinggi karena pengaruh muatan padatan tersuspensi yang berasal dari kawasan pertambangan kemungkinan besar semangkin berkurang.

Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan utama di Perairan Halmahera Timur terdiri atas 9 spesies (Tabel 2). Daerah ini berada di antara dua Teluk yaitu, Teluk Kao yang meliputi Wasile Selatan, Wasile, Wasile Timur, Wasile Tengah, dan Wasile Utara. Teluk Buli yang meliputi perairan Maba Utara, Maba Tengah, Maba, Kota Maba, dan Maba Selatan. Ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap pada penelitian yaitu, layang, teri, cumi-cumi, kembung, dan lemuru. Ikan layang tertangkap dominan menggunakan alat tangkap purse seine walau ada juga yang tertangkap denganbagandan gillnet namun hasilnya tidak banyak. Ikan teri tertangkap dominan menggunakan alat tangkap bagan. Cumi-cumi dominan tertangkap dengan bagan walau ada yang tertangkap dengan purse seine, namun bukan menjadi ikan sasaran tangkap utama. Ikan kembung dominan tertangkap dengan gillnet. Jumlah tangkapan dan jenis alat tangkap yang digunakan untuk masing-masing jenis ikan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah hasil tangkapan dan jumlah alat tangkap untuk berbagai jenis ikan

Jenis Ikan Nama Latin Nama Lokal Jumlah

(ekor)

Kembung Rastrilliger SP Kombong 230 6.9 BG,PS,GN*

Ekor Kuning Caesio chrysozonus Lolosi Batu 50 1.5 BG,PS,GN

Kuwe Caranx sexfasciatus Mubara 20 0.6 BG,PS,GN

Baronang Siganus SP Bubara 13 0.4 BG,PS,GN

Lemuru Sardinella Gosao 90 2.7 BG,PS*,GN

Tongkol Auxis S thazard Komo 30 0.9 BG,PS*,GN

* Ikan yang dominan tertangkap BG= Bagan, PS= Purse seine, GN= Gillnet

(36)

22

TL diantara 16.1 - 17.2 cm (Gambar 12). Nilai Lm ikan layang memiliki panjang antara 16.1 – 29.9 cm. Ukuran ikan layang layak tangkap di Teluk Buli sebesar 96% dan ikan layang tidak layak tangkap sebesar 4% (Gambar 16)

Gambar 12 Sebaran ukuran panjang ikan layang (Decaptrus spp) yang tertangkap Purse seine

Prihartini (2006), menyatakan di PPN Pekalongan panjang Lm untuk D macrosoma adalah 14.3 – 14.9 cm, dan Lm untuk D russelli 14.9 – 15.7 cm. Setyohadi (2014) menyatakan ukuran Lm ikan layang di selat Madura 15.6 cm. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo (1988) di Laut Jawa menyatakan ukuran ikan layang (Decapterus russelli) pertama kali matang gonad pada ukuran 16.1 cm. Murty (1991) melaporkan bahwa di Perairan Kakinada ukuran ikan layang betina pertama kali matang gonad pada ukuran 15.0 cm. Manojkumar (2005), menyatakan ukuran panjang pertama kali matang gonad untuk ikan layang betina adalah 15.5 cm dan untuk ikan layang jantan adalah 14.3 cm. Blay & Egeson (1980) dalam Makmur & Prasetyo (2006), menyatakan bahwa perbedaan ukuran pertama kali ikan matang gonad terjadi akibat perbedaan kondisi ekologis perairan.

(37)

23

Gambar 13 Sebaran ukuran panjang teri (Stolephorus spp) yang tertangkap dengan bagan

Gambar 14 Sebaran ukuran panjang cumi-cumi (Loligo spp) yang tertangkap dengan bagan

Ukuran cumi-cumi yang tertangkap bervariasi antara 3.1 - 16.7 cm. Ukuran TL paling banyak tertangkap adalah 5.5 - 4.4 cm dengan jumlah 191 ekor (Gambar 14). Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Nabhitabhata (1996), menyatakan cumi-cumi S. lessoniana telah mencapai matang kelamin pada panjang mantel 5.74 cm dan memijah dengan panjang mantel 15.53 cm. Ukuran cumi-cumi layak tangkap di Teluk Kao sebesar 33% dan tidak layak tangkap sebesar 67% (Gambar 16).

(38)

24

cm untuk jantan. Perbedaan Lm pada setiap daerah mengindikasikan bahwa letak geografis sangat berpengaruh terhadap ukuran Lm. Hal ini sesuai dengan pendapat Sjafei et al. (1992) bahwa ikan yang sama spesiesnya belum tentu memiliki ukuran yang sama saat matang gonad jika letak geografis perairan berbeda.

Gambar 15 Sebaran ukuran panjang ikan kembung (Rastrilliger spp) yang tertangkap dengan Gillnet

Gambar 16 Persentase ukuran ikan layak tangkap dan tidak layak tangkap

Sebaran Daerah Penangkapan Ikan

(39)

25

spasial antara daerah kajian dan sekitarnya dapat diamati kecenderungan dan perubahannya.

Gambar 17 Peta sebaran potensi DPI

Hasil citra dan hasil tangkapan setelah disandingkan dan ditimpa (overlay) dengan data kuesioner sebagaimana terlihat pada Gambar 17 menunjukkan bahwa DPI yang berjarak kurang dari 1 mil laut dari daerah tambang sangat tidak potensial untuk DPI.

Daerah penangkapan ikan 1 terletak di Teluk Kao. Derah ini didominasi oleh kategori DPI yang sangat potensial, dan tidak potensial. Jarak DPI potensial dari garis pantai sumber pencemar perairan adalah 3.31 mil sampai 4.63 mil. Daerah penangkapan tidak potensial berjarak 0.36 mil.

(40)

26

DPI potensial terdapat di bagian perairan timur Teluk Kao bagian dalam dengan jarak 2.10 mil. Perairan tidak potensial berada di dalam teluk bagian timur dekat dengan garis pantai sumber pencemar dengan jarak 0.12 mil.

Teluk Buli merupakan peraian dengan teluk terbuka. Daerah ini merupakan DPI 3. Potensi penangkapan ikan berada di gugusan pulau-pulau kecil pulau Gea, So, Para-para, Mou, Mlaus, Mislui kecil, Mislui Besar, Belingsuli Besar, Belingsuli Kecil, Mabuli, Gifao, Pakal, Fo, dan Maba. Teluk Buli terdapat DPI kategori perairan potensial, dan tidak potensial. Jarak DPI potensial dari garis pantai sumber pencemar adalah 0.90-2.95 mil. Sebaran DPI tidak potensial terdapat pada jarak 0.12-0.54 mil dari garis pantai. Kawasan ini merupakan kawasan rawan konflik dimana, berbagai izin usaha pertambangan berada dalam perairan ini seperti yang terlihat di Gambar 17.

Daerah selatan dari Teluk Buli merupakan DPI 4. Daerah ini didominasi oleh DPI sangat potensial. Jarak DPI sangat potensial dari garis pantai sumber pencemar 4.63-15.45 mil

Mubarak et al. (2014) mengatakan sebaran muatan padatan tersuspensi 80 mg/l dapat mencapai jarak 2 kilometer. Arief (2012) menyatakan sebaran MPT di Teluk Semangka pada kecamatan Wonosobo mencapai jarak 640 meter dan kecamatan Kota Agung Timur mencapai jarak 2340 meter.

Dari penjelasan diatas terlihat perubahan DPI dimana hampir seluruh DPI tergusur oleh aktivitas pertambangan.Hal ini sangat berpengaruh terhadap DPI. Sebagaimana DPI merupakan wilayah perairan tempat berkumpulnya ikan dimana operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan alat tangkap tertentu secara produktif dan menguntungkan. Simbolon (2010) menyatakan keberhasilan operasi penangkapan maka paling sedikit daerah penangkapan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut 1. Alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna pada daerah penangkapan yang bersangkutan 2. Daerah penangkapan dapat dijangkau oleh kapal ikan dan 3. Penangkapan mengandung sumberdaya ikan yang banyak dan bernilai ekonomis penting.

Dinamika Daerah Penangkapan Ikan

(41)

27

Tabel 3 Peluang degradasi DPI

No Ikan Dominasi Peluang Degradasi DPI

1 Layang LS Kecil

2 Teri IS Besar

3 Cumi IS Besar

4 Kembung LS Kecil

Menurut Simbolon (2009) komposisi antara ikan kategori layak tangkap dengan tidak layak tangkap tergantung pada musim penangkapan, lokasi penangkapan, dan penggunaan teknologi penangkapan. Artinya pengunaan alat tangkap yang selektif akan menghasilkan ukuran ikan yang seragam, yaitu kategori LS, seperti halnya untuk kasus ikan kembung yang ditangkap dengan gillnet dalam penelitian ini. Ikan layang juga didominasi oleh kategori LS, pada hal ikan ini tertangkap dengan purse siene yang selektifitasnya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa dominasi LS untuk ikan layang lebih dipengaruhi oleh musim dan lokasi penangkapan. Artinya meskipun ikan layang tertangkap dengan purse siene yang tidak selektif, namun tangkapanya didominasi legal size, karena stok ikan ini pada saat penelitian di lokasi penangkapan kemungkinan didominasi oleh ikan dewasa LS.

Hasil ini menjelaskan bahwa kadar Ni di perairan masih berada dibawah NAB yang diperbolehkan. Namun keberadaan Ni di perairan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota, termasuk ikan karena Ni bersifat racun. Hal ini senada dengan pendapat Hutagalung (1987) dalam Ahmad (2009) , bahwa Ni memiliki pengaruh toksinitas terhadap ikan salmon. Calabres et al. 1973 dan Calabrese et al. 1977 juga telah melaporkan bahwa kadar Ni 1200 mg/l (1,2 ppm) dapat mematikan 50% embirio dan larva kerang M.marcenariaC. virginica, dan pada kadar 1300 mg/l (1.3 ppm) dan 5700 mg/l (5.7 ppm) dapat mematikan 50% embrio dan larva kerang M. marcenaria

Kandungan logam berat dapat mempengaruhi dinamika DPI (keberadaan ikan) bahkan dapat menyebabkan kontaminasi bagi tubuh ikan, sehingga mempengaruhi keamanan ikan untuk dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Simbolon et al. (2012) bahwa ikan kakap merah, belanak, biji nangka, dan udang putih yang terdapat di Tanjung Taolas dan Akesone, Teluk Kao telah berada pada tingkat yang membahayakan untuk dikonsumsi karena tubuh ikan telah

terkontaminasi dengan logam berat merkuri dan sianida.

(42)

28

4 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kualitas perairan sekitar pertambangan nikel masih berada dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan, namun terindikasi berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Rata-rata kandungan nikel di perairan sebesar 0.021 mg/l sedangkan rata-rata kansentrasi muatan padatan tersuspensi di perairan adalah 27.21 mg/l.

Daerah penangkapan ikan yang berjarak kurang dari 1 mil laut dari perairan kawasan pertambang tidak potensial untuk daerah penangkapan ikan. Daerah tersebut meliputi perairan Buli, Mabapura, dan Tanjung Bornopo.

Aktivitas pertambangan berpengaruh terhadap ukuran dan jumlah hasil tangkapan nelayan. Daerah penangkapan ikan potensial terjadi pada bulan Desember, April, Juni, dan November. Konsentrasi klorofil-a dan hasil tangkapan meningkat semenjak berhentinya aktivitas pertambangan nikel.

Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penyempurnaan penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pengujian pada logam berat nikel perlu

dilakukan pengujian lanjutan di laboratorium untuk mengetahui jenis logam yang tersebar di perairan.

(43)

29

DAFTAR PUSTAKA

Abraham L. 2009. Produsen nikel counter wacana Uni Eropa. [terhubung berkala] Http: //www. majalah tambang.com/lgalig/PGR02-07(3 April 2009)

Adibrata S. (2007). Analisis pasang surut di Pulau Karampuang, Provinsi Sulawesi Barat. J Akuat. 1(1): 1- 6.

Ahmad F. 2009. Tingkat pencemaran logam berat dalam air laut dan sedimen di perairan Pulau Muna, Kabaena, dan Buton Sulawesi Tenggara. J Makara Sains 13(2): 117-124.

Arief M. 2012. Pemetaan muatan padatan tersuspensi menggunakan data satelit landsat (Studi Kasus: Teluk Semangka). J Penginderaan Jauh dan Pengolahan data Citra Digital: 9 (1).

[Antam] P.T. Aneka Tambang. 2015. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-3 Tahun 2015. Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT. Antam Tbk Maluku Utara. Maba (ID). PT Antam Tbk.

[Antam] P.T Aneka Tambang. 2014. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-4 Tahun 2014. Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT. Antam Tbk Maluku Utara. Maba (ID). PT Antam Tbk.

[Antam] P.T Aneka Tambang. 2013. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-4 Tahun 2013. Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT. Antam Tbk Maluku Utara. Maba (ID). PT Antam Tbk.

[ANI] P.T Adita Nikel Indonesia. 2014. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-2 tahun 2014. Pertambangan Nikel PT. ANI Nikel Maba. Maba (ID). PT ANI

[ANI] P.T Adita Nikel Indonesia. 2013. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 2 tahun 2013. Pertambangan Nikel PT. ANI Nikel Maba. Maba (ID). PT ANI

[ARW] P.T Alginat Raya Wailukum. 2014. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-3 tahun 2014. Pertambangan Nikel PT. ARW Maba. Maba (ID). PT ARW

Asriani WO, Emiyarti, dan Ishak E. 2013. Studi kualitas lingkungan di sekitar pelabuhan bongkar muat nikel (Ni) dan hubungannya dengan struktur komunitas makrozoobentos di perairan Desa Motui Kabupaten Konawe Utara. J Mina Laut Indones. 3(12): 22-35.

Blaber SJM, Young JW. and Dunning, M.C. 1985. Community structure and zoogeographic affinities of the coastal fishes of the Dampier region of northwestern Australia. J of Mar and Fresh water Resear. 36: 247-266. [Bappeda] Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah. 2015. Rencana Tata

(44)

30

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara. 2015. Maluku Utara dalam Angka. Sofifi (ID). Provinsi Maluku Utara

Calabrese AJR, McInnes, Nelson DA, Miller JE. 1977. Survival and growth of bivalve larvae under heavy metal stress. Mar Biol. 41(2): 179-184.

Calabrese A, Collier RS, Nelson DA, McInnes JR. 1973.The toxicity of heavy metals to embryos of the America oyster virginica. Mar Biol. 18(3): 162-166.

Cotton FA, Wilkinson G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press Danial MM. 2008. Pengantar Ilmu Kelautan. Alfabeta. Bandung.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta. 145 hal

Dewanti RON, Ghofar A, Saputra SW. 2014. Beberapa aspek biologi ikan teri (stolephorus devisi) yang tertangkap payang di perairan Kabupaten Pemalang. J Manag of Aquat Resour. 3(3): 102-111.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan.2014. Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Halmahera Timur. Maba (ID). Maba

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Yogyakarrta (ID): Kanisius.

Everaarts J, Boon J, Kastoro W, Fischer C, Razak H, Sumanta I. 1989. Copper, zinc and cadmium in benthic organisms from the Java Sea and estuarine and coastal areas around East Java. Netherlands. J of Sea Resear 23(4): 415-426. Febrianto A, Baskoro MS, Simbolon D, Haluan J, Mustaruddin. 2015. The Impact of tin mining activities on squid (Uroteuthis chinensis) fishing ground in South Bangka. Internat J of Sci. 23(1): 283-293

Febrianto A, dan Kurniawan. 2014. Pengaruh logam berat Pb limbah aktifitas penambangan timah terhadap kualitas air laut di wilayah Penangkapan cumi-cumi Kabupaten Bangka Selatan. J Akuat Sumberdaya

Gaol JL. 1997. Pengkajian kualitas perairan pantai Utara Jawa dengan menggunakan citra satelit landsatTM. [Tesis]. IPB. Bogor

Ghatak D Konar S. 1990. Acute toxicity of mixture of heavy metal cadmium, pesticide DDVP, detergent Parnol J and petroleum product n-heptane on fish, plankton and worm.Environment and Ecology 8(4): 1239-1248. Goldman CR, Horne AJ. 1983. Limnology. Di dalam: editor, Mac Graw-Hill.

[Haltim] P.T Haltim Mining. 2014. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-2 tahun 2014. Pertambangan Nikel PT. Haltim Maba. Maba (ID). PT Haltim

Hartoko A. 2010. Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan Kelautan di Indonesia.UNDIP PRESS. Semarang. ISBN : 978-979-097-053-3. 466 hal. Hasibuan JS, Basyuni M, Suryanti A. 2015. Hubungan panjang bobot dan

(45)

31

perairan Selat Malaka Tanjung Beringin Serdang Bedagai Sumatera Utara. Aquacoastmarine 9(4): 89-99.

Ji ZG. 2008. Hydrodynamics and water quality: modeling rivers, lakes and estuaries, a john wiley & sons, Inc. Publication. 767 p.

Johan TI. 2012. Dampak penambangan emas terhadap kualitas air sungai Singingi Di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. JIL 5 (02).

Jamal M, Sondita MFA, Haluan J, Wiryawan B. 2012. Pemanfaatan data biologi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dalam rangka pengelolaan perikanan bertanggung jawab di perairan Teluk Bone. J Natur Indones 14 (01): 107-113

Karman A. 2015. Pengelolaan Perikanan Cakalang Di Wilayah Perairan Barat Dan Selatan Provinsi Maluku Utara [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB

[KCSL] P.T Karya Cipta Sukses Lestari. 2014. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 2 tahun 2014. Pertambangan Nikel PT. KCSL Nikel Maba. Maba (ID). PT KCSL

Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Keputusan No. 09/MNKLH/I/2006 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Air Laut, Kementrian Negara dan Lingkungan Hidup. Jakarta. 2006

[KPT] P.T Kemakmuran Partiwi Tambang. 2015. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-4 tahun 2015. Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT. Harita Grup Nickel Subaim. Maba (ID). PT Harita Grup Nickel

[KPT] P.T Kemakmuran Partiwi Tambang. 2014. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-4 tahun 2014. Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT. Harita Grup Nickel Subaim. Maba (ID). PT Harita Grup Nickel

[KPT] P.T Kemakmuran Partiwi Tambang. 2013. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-3 tahun 2013. Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT. Harita Grup Nickel Subaim. Maba (ID). PT Harita Grup Nickel

[KPT] P.T Kemakmuran Partiwi Tambang. 2013. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-2 tahun 2013. Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT. Harita Grup Nickel Loleba. Maba (ID). PT Harita Grup Nickel

[KPT] P.T Kemakmuran Partiwi Tambang. 2014. Laporan Pengelolahaan dan Pemantauan Lingkungan Triwulan 1-4 tahun 2014. Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT. Harita Grup Nickel Loleba. Maba (ID). PT Harita Grup Nickel

(46)

32

Kneib RT. 1987. Predation risk and use of intertidal habitats by young fishes and shrimp. J Ecol. 68(2): 379-386.

Little EE, Fairchild J.F, Delonay AJ. 1993. Behavioural methods for assessing impacts of contaminants on early life stage fishes. Fisheries Society Symposium.

Najamuddin, Prartono T, Sanusi HS, Nurjaya IW. 2016. Seasonal distribution and geochemical fractionation of heavy metals from surface sediment in a tropical estuary of Jeneberang River, Indonesia. J Mar Poll Bull.

Nybakken J. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan Muhammad Eidman, Koesoebiono, Dietriech GB, Malikusworo Hutomo dan Sukristijono. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Makmur S, Prasetyo D. 2006. Kebiasaan makan, tingkat kematangan gonad dan fekunditas ikan haruan (Channa striata Bloch) di Suaka Perikanan Sungai Sambujur DAS Barito Kalimantan Selatan. JIIPP Indones. 13(1): 27-31. Manengkey HWK.2010 Kandungan bahan organik pada sedimen di perairan

Teluk Buyat dan Sekitarnya. JPK Tropis 6(3): 114-119.

Manojkumar PP. 2007. Stock assessment of Indian scad, Decapterus russelli (Ruppell, 1830) off Malabar. J of the Mar Biol Assoc of India. 49(1): 76-80. Marasabessy M. Djen, Edward, Febriana L. 2010. Pemantauan Kadar Logam Berat Dalam Air Laut Dan Sedimen Di Perairan Pulau Bacan, Maluku Utara. J Makara Sains 14(1): 32-38.

Mubarak, Edison, Retnowati FS. Analisis arus dan sebaran sedimen tersuspensi dampak tambang timah di laut (kasus perairan Pulau Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti). J Ilmu Lingkung 8(1)

Murphy PM. 1979. A manual for toxicity tests with freshwater macroin vertebrates and a review of the effects of specific toxicants: Athrofa Gwyddoniaeth a Thechnoleg Prifysgol Cymru The University of Wales, Institute of Science and Technology. 134.

Murty VS. 1991. Observation on some aspects of biology and population dynamics of the scad, Decapterus russelli (Ruppel) (Carangidae), in the trawling grounds off Kakinada. J of the Mar Biol Assoc of India. 33(1&2): 396-408.

Mustaruddin. 2012. Perkembangan perikanan tangkap yang bersinergi dengan aspek lingkungan dan sosial ekonomi: studi kasus di perairan Kabupaten Banyuwangi. JIPP. 1(1): 17-29.

Moko GI, Wiweka M. 2012. Evaluasi perubahan lingkungan wilayah pesisir Surabaya Timur Sidoarjo dengan menggunakan citra satelit multitemporal. J Ecolab. 6(1): 23-37.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir rumusan masalah penelitian
Gambar 2 Lokasi penelitian dan kawasan pertambangan
Gambar 4 Laporan  pengukuran  nilai rata-rata Ni perusahan antara 2013-2015
Gambar 5 Peta sebaran nilai MPT tahun 2013 Landsat 8 TM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan $iagn%sis se3ara 3epat $ari str%"e in+ar" sangat penting "arena perjalanan  penya"itnya yang biasanya 3epat saat beberapa jam pertama.. estr%gen

Lampiran 15 Lokasi penangkapan, parameter oseanografi, dan hasil tangkapan ikan di DPI II Peralihan Musim Barat Timur (PMBT).. Lokasi Penangkapan

Pendekar Plastik melakukan social buzzer dan menggunakan publik figure yang mereka juga menjadi aktivis lingkungan, duta lingkungan dan influencer-influencer lainnya berbentuk

Penelitian ini mengemukakan tentang Perbandingan Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Strategi STAD dan Metode Konvensional dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas XI

Ke-2. Barangsiapa yang turut serta bermain judi di jalan umum atau di suatu tempat terbuka untuk umum, kecuali jika untuk permainan judi tersebut telah diberi ijin

Skenario kasus dilema etika pelaporan keuangan yang diajukan kepada partisipan penelitian hanya ditujukan untuk mengetahui justifikasi dari partisipan atas

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor pendukung tercapainya kepuasan penggunaan Portal Akademik di Fispol Universitas Sam Ratulangi Manado

Hasil penelitian mengenai adanya pengaruh antara pengetahuan produk dengan perilaku memilih dalam penelitian ini, mengindikasikan bahwa apabila pengetahuan produk