• Tidak ada hasil yang ditemukan

RSPO Prinsip, Kriteria and Indikator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RSPO Prinsip, Kriteria and Indikator"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

RSPO Prinsip, Kriteria and Indikator

Draft untuk Konsultasi Publik September–Oktober 2017

Prinsip dan Kriteria RSPO (P&C) 2013 saat ini sedang menjalani peninjauan ulang (review), sebagai bagian dari Prosedur Operasi Standar RSPO yang sesuai dengan prosedur ISEAL untuk Pengaturan dan Peninjauan Standar (2017). RSPO telah membentuk satuan tugas (task force) dengan proporsi yang seimbang, yang bertanggung jawab untuk mengkaji dan memperbarui Prinsip dan Kriteria RSPO. Task force ini berisikan 24 perwakilan yang terdiri dari Pekebun Malaysia (3), Pekebun Indonesia (3), Pekebun dari ‘negara lainnya’ (3), Rantai Pasok (3), Petani (3), LSM Lingkungan (3) dan LSM Sosial (3).

Task force telah melaksanakan peninjauan ulang pertamanya terhadap Prinsip dan Kriteria RSPO, dan mengusulkan perubahan terhadap Kriteria, Indikator dan Panduan. Perubahan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang berisi teks yang sudah ada (P&C 2013) beserta catatan untuk pengembangan lebih lanjut, klarifikasi dan definisi yang dibutuhkan.

Task force belum meninjau seluruh bagian dari standar. Kriteria 5.1, 6.1 dan 7.1 yang berhubungan dengan kajian lingkungan dan sosial, masih harus dibahas lebih lanjut. Hal ini akan dilaksanakan setelah periode konsultasi publik pertama, dimana kriteria ini dapat lebih selaras dengan perubahan pada kriteria dan indikator lain pada tingkat lansekap

Task force juga menyusun proposal tentang ‘ Nir Deforestasi (no deforestation)’. Di atas Kriteria 7.3, anda akan menemukan deskripsi konteks dan maksud dari penambahan ini untuk dikomentari. Proposal spesifik untuk penambahan Prinsip dan Kriteria akan tersedia pada periode konsultasi publik kedua (awal 2018)

Konsultasi publik ini terbuka bagi semua stakeholder untuk mengomentari Prinsip dan Kriteria yang diusulkan. Periode konsultasi ini akan berlangsung dari 1 September sampai dengan 30 Oktober 2017. Kirimkan komentar anda dengan menggunakan survei on-line. Silahkan beri komentar terhadap bagian standar yang relevan dengan anda; tidak perlu melengkapi semua bagian dari survei.

Task Force akan mengadakan pertemuan lagi di bulan November 2017. Pertemuan ini akan mengkaji semua komentar yang masuk melalui konsultasi publik. Task force kemudian akan menyusun draft Prinsip dan Kriteria lebih lanjut. Draft ini akan tersedia untuk periode konsultasi publik selanjutnya di awal 2018.

(2)

Kriteria, Indikator dan Panduan 2013

Usulan perubahan ditunjukkan dengan teks berwarna merah

Usulan Kriteria, Indikator dan Panduan yang telah direvisi (perubahan tidak ditandai)

Catatan Task Force

Prinsip 1: Komitmen terhadap Transparansi

1.1 Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit menyediakan informasi yang memadai kepada para pemangku kepentingan mengenai isu lingkungan, sosial dan legal yang relevan dengan Kriteria RSPO, dalam bahasa dan bentuk yang sesuai guna memudahkan partisipasi efektif dalam pembuatan keputusan.

Indikator:

1.1.1 Harus ada bukti bahwa Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit memberikan informasi yang memadai terkait isu-isu (lingkungan, sosial dan/atau legal) yang relevan terhadap Kriteria RSPO ke para pemangku kepentingan yang relevan demi terciptanya partisipasi efektif dalam pembuatan keputusan.

1.1.2 (M) Arsip laporan-laporan mengenai permintaan informasi serta tanggapan yang diberikan harus disimpan dengan baik. 1.1.3: Dokumen terkait tenaga kerja berikut ini harus tersedia bagi pekerja dalam bahasa yang mereka pahami: kontrak kerja, slip gaji, kebijakan dan prosedur perusahaan, dan mekanisme keluhan.

Pedoman Spesifik:

For 1.1.1: Harus ada bukti bahwa informasi diterima dalam bentuk dan bahasa yang

Indikator:

1.1.1 Harus ada bukti bahwa Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit memberikan informasi yang memadai terkait isu-isu (lingkungan, sosial dan/atau legal) yang relevan terhadap Kriteria RSPO ke para pemangku kepentingan yang relevan demi terciptanya partisipasi efektif dalam pembuatan keputusan.

1.1.2 (M) Arsip laporan-laporan mengenai permintaan informasi serta tanggapan yang diberikan harus disimpan dengan baik. 1.1.3 Dokumen terkait tenaga kerja berikut ini harus tersedia bagi pekerja dalam bahasa yang mereka pahami: kontrak kerja, slip gaji, kebijakan dan prosedur perusahaan, dan mekanisme keluhan.

Pedoman Spesifik:

For 1.1.1: Harus ada bukti bahwa informasi diterima dalam bentuk dan bahasa yang

(3)

sesuai oleh para pemangku kepentingan yang relevan. Informasi yang dimaksud meliputi informasi mengenai mekanisme RSPO untuk keterlibatan para pemangku kepentingan, serta informasi mengenai hak dan kewajiban mereka.

Pedoman:

Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit harus memiliki

Standard Operating Procedure (SOP) untuk memberikan tanggapan konstruktif kepada para pemangku kepentingan, termasuk kerangka waktu spesifik dalam menanggapi permintaan informasi. Pengusaha

perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya menanggapi permintaan informasi dari para pemangku kepentingan secara konstruktif dan cepat.

Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya memastikan ketersediaan bukti objektif yang cukup untuk menunjukkan bahwa respons diberikan secara pantas dan tepat waktu. Lihat Kriteria 1.2 untuk syarat-syarat terkait dokumentasi yang dibuka untuk publik.

sesuai oleh para pemangku kepentingan yang relevan. Informasi yang dimaksud meliputi informasi mengenai mekanisme RSPO untuk keterlibatan para pemangku kepentingan, serta informasi mengenai hak dan kewajiban mereka.

Pedoman:

Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit harus memiliki Standard Operating Procedure (SOP) untuk

memberikan tanggapan konstruktif kepada para pemangku kepentingan, termasuk kerangka waktu spesifik dalam menanggapi permintaan informasi. Pengusaha

perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya menanggapi permintaan informasi dari para pemangku kepentingan secara konstruktif dan cepat.

Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya memastikan ketersediaan bukti objektif yang cukup untuk menunjukkan bahwa respons diberikan secara pantas dan tepat waktu.

Lihat Kriteria 1.2 untuk syarat-syarat terkait dokumentasi yang dibuka untuk publik.

(4)

Lihat Kriteria 6.2 mengenai konsultasi. Lihat Kriteria 4.1 mengenai SOP.

Lihat Kriteria 6.2 mengenai konsultasi. Lihat Kriteria 4.1 mengenai SOP. Komentar:

1.2 Dokumen manajemen terbuka untuk publik, kecuali apabila berkaitan dengan rahasia perusahaan (commercial confidentiality) atau terdapat kemungkinan bahwa informasi dari dokumen tersebut akan menimbulkan dampak lingkungan atau sosial negatif bila dibuka.

Indikator:

1.2.1 (M) Dokumen yang dibuka untuk publik harus meliputi, tapi tidak terbatas kepada, hal-hal berikut: Sertifikat/hak penggunaan tanah (Kriteria 2.2);

• Rencana kesehatan dan keselamatan kerja (Kriteria 4.7);

• Rencana dan penilaian terkait dengan analisis dampak sosial dan lingkungan (Kriteria 5.1, 6.1, 7.1 dan 7.8);

• Dokumentasi HCV (Kriteria 5.2 and 7.3); • Rencana pengurangan dan pencegahan polusi (Kriteria 5.6);

• Detil keluhan dan pengaduan (Kriteria 6.3); • Prosedur negosiasi (Kriteria 6.4); • Rencana perbaikan berkelanjutan (Kriteria 8.1);

• Rangkuman publik dari laporan penilaian sertifikasi;

Indikator:

1.2.1 (M) Dokumen yang dibuka untuk publik harus meliputi, tapi tidak terbatas kepada, hal-hal berikut: Sertifikat/hak penggunaan tanah (Kriteria 2.2);

• Rencana kesehatan dan keselamatan kerja (Kriteria 4.7);

• Rencana dan penilaian terkait dengan analisis dampak sosial dan lingkungan (Kriteria 5.1, 6.1, 7.1 dan 7.8);

• Dokumentasi HCV (Kriteria 5.2 and 7.3); • Rencana pengurangan dan pencegahan polusi (Kriteria 5.6);

• Detil keluhan dan pengaduan (Kriteria 6.3); • Prosedur negosiasi (Kriteria 6.4);

• Rencana perbaikan berkelanjutan (Kriteria 8.1);

• Rangkuman publik dari laporan penilaian sertifikasi;

CATATAN:

Tergantung pada status HRIA berdasarkan Kriteria 7.1 dan 6.13

(5)

• Kebijakan Hak Asasi Manusia (Kriteria 6.13.

Pedoman:

Hal ini menyangkut dokumen manajemen yang berhubungan dengan isu lingkungan, sosial dan legal yang relevan dengan kepatuhan terhadap Kriteria RSPO.

Dokumen pengelolaan mencakup hasil dari proses-proses FPIC, Kajian Dampak terhadap Hak Asasi Manusia (Human Rights Impact Assessment atau HRIA), Kajian Dampak Sosial Lingkungan (Social-Environmental Impact Assessment atau SEIA), kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) termasuk di dalamnya perlindungan bagi para pembela HAM/pelapor pelanggaran (whistleblower), program sosial yang menghindari atau memitigasi dampak sosial negatif, program sosial yang meningkatkan kualitas mata pencaharian, angka sebaran gender di antara pekerja sesuai kategori pihak manajemen, staf administrasi dan pekerja (baik buruh harian lepas maupun borongan),

• Kebijakan Hak Asasi Manusia (Kriteria 6.13.

Pedoman:

Hal ini menyangkut dokumen manajemen yang berhubungan dengan isu lingkungan, sosial dan legal yang relevan dengan kepatuhan terhadap Kriteria RSPO.

Dokumen pengelolaan mencakup hasil dari proses-proses FPIC, Kajian Dampak terhadap Hak Asasi Manusia (Human Rights Impact Assessment atau HRIA), Kajian Dampak Sosial Lingkungan (Social-Environmental Impact Assessment atau SEIA), kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) termasuk di dalamnya perlindungan bagi para pembela

HAM/pelapor pelanggaran (whistleblower), program sosial yang menghindari atau memitigasi dampak sosial negatif, program sosial yang meningkatkan kualitas mata pencaharian, angka sebaran gender di antara pekerja sesuai kategori pihak manajemen, staf administrasi dan pekerja (baik buruh harian lepas maupun borongan), program kemitraan untuk petani mandiri, serta pendidikan dan kesehatan masyarakat.

(6)

program kemitraan untuk petani mandiri, serta pendidikan dan kesehatan masyarakat. Auditor akan mengomentari kelengkapan setiap dokumen yang tercantum dalam rangkuman publik dari laporan penilaian (assessment report).

Contoh-contoh informasi rahasia

perusahaan antara lain data finansial seperti pengeluaran dan pemasukan, serta detil-detil yang berhubungan dengan pelanggan dan/atau penyuplai. Data yang terkait dengan privasi individu sebaiknya juga dirahasiakan.

Sengketa yang sedang berlangsung (di dalam ataupun diluar mekanisme legal) akan dianggap sebagai informasi rahasia apabila pembukaan informasi tersebut dapat berdampak negatif terhadap seluruh pihak yang terlibat. Namun, para pemangku kepentingan yang terpengaruh oleh

sengketa dan pihak-pihak yang tengah berupaya menyelesaikan sengketa

sebaiknya memiliki akses terhadap informasi yang relevan.

Auditor akan mengomentari kelengkapan setiap dokumen yang tercantum dalam rangkuman publik dari laporan penilaian (assessment report).

Contoh-contoh informasi rahasia perusahaan antara lain data finansial seperti pengeluaran dan pemasukan, serta detil-detil yang

berhubungan dengan pelanggan dan/atau penyuplai. Data yang terkait dengan privasi individu sebaiknya juga dirahasiakan. Sengketa yang sedang berlangsung (di dalam ataupun diluar mekanisme legal) akan dianggap sebagai informasi rahasia apabila pembukaan informasi tersebut dapat berdampak negatif terhadap seluruh pihak yang terlibat. Namun, para pemangku kepentingan yang terpengaruh oleh sengketa dan pihak-pihak yang tengah berupaya menyelesaikan sengketa sebaiknya memiliki akses terhadap informasi yang relevan. Contoh-contoh kondisi pembukaan informasi yang berdampak negatif terhadap lingkungan atau kondisi sosial antara lain: informasi mengenai lokasi spesies-spesies langka, yang apabila dibuka akan meningkatkan risiko perburuan atau penangkapan spesies-spesies

(7)

Contoh-contoh kondisi pembukaan

informasi yang berdampak negatif terhadap lingkungan atau kondisi sosial antara lain: informasi mengenai lokasi spesies-spesies langka, yang apabila dibuka akan

meningkatkan risiko perburuan atau

penangkapan spesies-spesies tersebut untuk diperdagangkan; atau lokasi tempat-tempat suci yang ingin dirahasiakan dan dilindiungi keberadaannya oleh masyarakat setempat. Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya memastikan ketersediaan bukti objektif yang cukup untuk menunjukkan bahwa tingkat pengukuran dan pemonitoran terhadap rencana manajemen, dan informasi, sudah tepat dan dapat diakses.

Untuk Interpretasi Nasional:

Pendekatan spesifik terhadap usaha perlindungan privasi individu, termasuk persyaratan hukum, akan dipertimbangkan.

tersebut untuk diperdagangkan; atau lokasi tempat-tempat suci yang ingin dirahasiakan dan dilindiungi keberadaannya oleh

masyarakat setempat.

Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya memastikan ketersediaan bukti objektif yang cukup untuk menunjukkan bahwa tingkat pengukuran dan pemonitoran terhadap rencana manajemen, dan informasi, sudah tepat dan dapat diakses.

Untuk Interpretasi Nasional:

Pendekatan spesifik terhadap usaha perlindungan privasi individu, termasuk persyaratan hukum, akan dipertimbangkan.

(8)

1.3 Pengusaha perkebunan dan pengusaha pabrik minyak sawit berkomitmen pada perilaku etis dalam seluruh transaksi dan operasi bisnis.

Indikator:

1.3.1: Melalui kebijakan, pekebun dan pabrik kelapa sawit berkomitmen

menerapkan perilaku etis di seluruh operasi usaha dan transaksi yang dilakukan dengan mencakup sekurangnya hal-hal sebagai berikut: penyuapan; pembayaran fasilitasi; panduan dan prosedur terhadap hadiah dan ramah-tamah; pengungkapan terhadap kontribusi politik; panduan bagi donasi amal dan galangan bantuan sponsor;

penghormatan bagi perilaku usaha yang berkeadilan; pengungkapan sebagaimana mestinya terhadap informasi sehubungan dengan peraturan yang berlaku dan praktik industri yang diterima; kepatuhan terhadap undang-undang anti korupsi yang berlaku. 1.3.2: Kebijakan dan praktik etis harus dilaksanakan dalam semua operasi usaha dan transaksi yang dilakukan, termasuk perekrutan dan kontrak dengan pihak ketiga.

1.3.3: Pekebun dan pihak pabrik kelapa sawit memiliki sistem yang dijalankan guna

Indikator:

1.3.1: Melalui kebijakan, pekebun dan pabrik kelapa sawit berkomitmen menerapkan perilaku etis di seluruh operasi usaha dan transaksi yang dilakukan dengan mencakup sekurangnya hal-hal sebagai berikut: penyuapan; pembayaran fasilitasi; panduan dan prosedur terhadap hadiah dan ramah-tamah; pengungkapan terhadap kontribusi politik; panduan bagi donasi amal dan galangan bantuan sponsor; penghormatan bagi perilaku usaha yang berkeadilan; pengungkapan sebagaimana mestinya terhadap informasi sehubungan dengan peraturan yang berlaku dan praktik industri yang diterima; kepatuhan terhadap undang-undang anti korupsi yang berlaku.

1.3.2: Kebijakan dan praktik etis harus dilaksanakan dalam semua operasi usaha dan transaksi yang dilakukan, termasuk

perekrutan dan kontrak dengan pihak ketiga. 1.3.3: Pekebun dan pihak pabrik kelapa sawit memiliki sistem yang dijalankan guna

CATATAN:

Jelaskan pengertian ‘pembayaran fasilitasi’

(9)

memantau kepatuhan/pelaksanaan kebijakan tersebut.

Panduan Khusus untuk 1.3.2

● Komitmen untuk menerapkan kebijakan etis dimasukkan ke dalam semua kontrak penyediaan jasa. ● Adanya prosedur uji tuntas (due

diligence) yang diberlakukan dalam memilih dan melibatkan agen perekrutan dan pihak perantara atau penyedia tenaga kerja .

Praktik yang tidak etis mencakup hal-hal sebagai berikut: mengenakan biaya kepada pekerja, mengambil upah pekerja untuk menutup biaya perekrutan dan transportasi, dan menerima pemberian dan komisi dari pihak perantara atau penyedia tenaga kerja.

Panduan:

Yang dimaksud dengan seluruh level operasi meliputi pihak ketiga dalam kontrak

(contoh: pihak-pihak keamanan).

memantau kepatuhan/pelaksanaan kebijakan tersebut.

Panduan Khusus untuk 1.3.2

● Komitmen untuk menerapkan kebijakan etis dimasukkan ke dalam semua kontrak penyediaan jasa.

● Adanya prosedur uji tuntas (due diligence) yang diberlakukan dalam memilih dan melibatkan agen perekrutan dan pihak perantara atau penyedia tenaga kerja.

Praktik yang tidak etis mencakup hal-hal sebagai berikut: mengenakan biaya kepada pekerja, mengambil upah pekerja untuk menutup biaya perekrutan dan transportasi, dan menerima pemberian dan komisi dari pihak perantara atau tenaga kerja.

Panduan:

Yang dimaksud dengan seluruh level operasi meliputi pihak ketiga dalam kontrak (contoh: pihak-pihak keamanan).

(10)

Sebagai standar minimal, kebijakan sebaiknya mengandung:

• Kepatuhan terhadap praktik bisnis yang wajar (fair conduct of busines);

• Pelarangan seluruh bentuk korupsi, penyuapan dan penipuan dalam penggunaan dana dan sumber daya; • Pembukaan informasi sesuai dengan hukum yang berlaku dan praktik-praktik yang sudah diterima.

• Kebijakan sebaiknya dirancang dalam kerangka Konvensi PBB Melawan Korupsi (UN Convention Against Corruption), khususnya Artikel 12.

Sebagai standar minimal, kebijakan sebaiknya mengandung:

• Kepatuhan terhadap praktik bisnis yang wajar (fair conduct of busines);

• Pelarangan seluruh bentuk korupsi,

penyuapan dan penipuan dalam penggunaan dana dan sumber daya;

• Pembukaan informasi sesuai dengan hukum yang berlaku dan praktik-praktik yang sudah diterima.

• Kebijakan sebaiknya dirancang dalam kerangka Konvensi PBB Melawan Korupsi (UN Convention Against Corruption), khususnya Artikel 12.

Prinsip 2: Kepatuhan terhadap Hukum dan Peraturan yang Relevan

2.1Terdapat

kepatuhan terhadap seluruh regulasi dan hukum lokal, nasional, dan internasional yang telah diratifikasi.

Indikator:

2.1.1 (M) Harus tersedia bukti kepatuhan terhadap persyaratan legal yang relevan. Sistem yang terdokumentasi, meliputi informasi tertulis mengenai persyaratan-persyaratan legal, harus dipelihara.

Indikator:

2.1.1 (M) Evidence of compliance with relevant legal requirements shall be available.

2.1.2 Sistem tercatat untuk memastikan kepatuhan hukum, termasuk oleh pihak ketiga yang dikontrak, agen perekrutan,

CATATAN:

Untuk 2.1.3:

● Telaah bagaimana ‘persyaratan legal’ akan mempengaruhi petani di Indonesia (dan tempat lain)

(11)

2.1.23Mekanisme Sistem tercatat untuk memastikan kepatuhan hukum, termasuk oleh pihak ketiga yang dikontrak, agen perekrutan, penyedia jasa dan kontraktor tenaga kerja harus diimplementasikan. Sistem ini harus memiliki sarana yang dapat mencatat adanya perubahan pada hukum yang berlaku.

2.1.4 Sistem yang mencatat setiap perubahan dalam hukum harus diimplementasikan.

2.1.4 Pabrik kelapa sawit harus

menunjukkan bahwa semua sumber TBS-nya telah memenuhi persyaratan legal sebagaimana diatur dalam panduan kriteria 2.1. Untuk sumber dari petani, termasuk melalui perantara, harus ada rencana terjadwal yang bersifat progresif untuk mencapai kepatuhan. (Lih. Indikator baru 2.2.1 untuk definisi legalitas).

Panduan Khusus:

Untuk 2.1.1: Bukti yang ada harus digabungkan sebagai bagian dari pelaksanaan Indikator 4.1.4.

penyedia jasa dan kontraktor tenaga kerja harus diimplementasikan. Sistem ini harus memiliki sarana yang dapat mencatat adanya perubahan pada hukum yang berlaku. 2.1.3 Pabrik kelapa sawit harus menunjukkan bahwa semua sumber TBS-nya telah

memenuhi persyaratan legal sebagaimana diatur dalam panduan kriteria 2.1. Untuk sumber dari petani, termasuk melalui perantara, harus ada rencana terjadwal yang bersifat progresif untuk mencapai kepatuhan. (Lih. Indikator baru 2.2.1 untuk definisi legalitas).

Panduan Khusus:

Untuk 2.1.1: Bukti yang ada harus

digabungkan sebagai bagian dari pelaksanaan Indikator 4.1.4.

Untuk 2.1.2: Sistem terdokumentasi harus mencakup prosedur yang mengatur bagaimana cara pabrik kelapa sawit menentukan bahwa sumber-sumber TBS yang ada sudah memenuhi aspek legal. Untuk 2.1.4: Untuk pabrik kelapa sawit yang saat ini telah bersertifikat RSPO, persyaratan waktu yang ditentukan adalah tiga tahun dari

● Pertimbangkan, apakah Dana RSS/pendanaan RSPO dapat mendukung kemajuan petani agar dapat semakin

memenuhi persyaratan legal.

Jelaskan pengertian ‘rencana terjadwal/rencana yang bersifat progresif’, khususnya dari sudut pandang petani mandiri.

(12)

Untuk 2.1.2: Sistem terdokumentasi harus mencakup prosedur yang mengatur bagaimana cara pabrik kelapa sawit menentukan bahwa sumber-sumber TBS yang ada sudah memenuhi aspek legal. Untuk 2.1.4: Sistem yang digunakan untuk mencatat setiap perubahan dalam hukum dan regulasi sebaiknya disesuaikan dengan skala organisasi.

Untuk 2.1.4: Untuk pabrik kelapa sawit yang saat ini telah bersertifikat RSPO, persyaratan waktu yang ditentukan adalah tiga tahun dari [tahun 2018]. Sementara untuk pabrik kelapa sawit yang belum bersertifikat/masih menjalani tahun pertama sertifikasi, maka persyaratan waktu yang ditentukan adalah tiga tahun dari tanggal awal sertifikasi (lih. Indikator 4.1.4).

Panduan :

Implementasi seluruh persyaratan hukum adalah ketentuan mendasar yang paling penting untuk seluruh pengusaha

perkebunan, terlepas dari lokasi atau skala perkebunan. Legislasi yang relevan meliputi, tapi tidak terbatas pada: regulasi yang

[tahun 2018]. Sementara untuk pabrik kelapa sawit yang belum bersertifikat/masih

menjalani tahun pertama sertifikasi, maka persyaratan waktu yang ditentukan adalah tiga tahun dari tanggal awal sertifikasi (lih. Indikator 4.1.4).

Panduan:

Implementasi seluruh persyaratan hukum adalah ketentuan mendasar yang paling penting untuk seluruh pengusaha

perkebunan, terlepas dari lokasi atau skala perkebunan. Legislasi yang relevan meliputi, tapi tidak terbatas pada: regulasi yang mengatur jangka waktu dan hak penggunaan tanah, tenaga kerja, praktik –praktik

pertanian (misalnya penggunaan bahan kimia), lingkungan (contohnya hukum perlindungan margasatwa, polusi, hukum kehutanan dan manajemen lingkungan), penyimpanan, praktik pengolahan dan transportasi. Legislasi yang dimaksud juga meliputi hukum-hukum yang harus dipatuhi dalam negara tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab berdasarkan hukum atau konvensi internasional yang berlaku

(13)

mengatur jangka waktu dan hak

penggunaan tanah, tenaga kerja, praktik – praktik pertanian (misalnya penggunaan bahan kimia), lingkungan (contohnya hukum perlindungan margasatwa, polusi, hukum kehutanan dan manajemen lingkungan), penyimpanan, praktik pengolahan dan transportasi. Legislasi yang dimaksud juga meliputi hukum-hukum yang harus dipatuhi dalam negara tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab berdasarkan hukum atau konvensi internasional yang berlaku (contohnya Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity atau CBD), Konvensi-konvensi inti ILO, dan UN Guiding Principles on Business and Human Rights). Selain itu, di negara-negara yang memiliki ketentuan hukum adat, syarat-syarat dalam hukum adat tersebut juga akan dipatuhi.

Konvensi dan hukum-hukum internasional utama dapat dilihat di Lampiran 1.

Kontradiksi dan inkonsistensi sebaiknya diidentifikasi, dan disarankan solusinya. Untuk Interpretasi Nasional:

(Convention on Biological Diversity atau CBD), Konvensi-konvensi inti ILO, dan UN Guiding Principles on Business and Human Rights). Selain itu, di negara-negara yang memiliki ketentuan hukum adat, syarat-syarat dalam hukum adat tersebut juga akan dipatuhi.

Konvensi dan hukum-hukum internasional utama dapat dilihat di Lampiran 1.

Kontradiksi dan inkonsistensi sebaiknya diidentifikasi, dan disarankan solusinya.

(14)

Seluruh legislasi yang relevan akan

diidentifikasi, beserta dengan syarat-syarat yang penting dalam legislasi tersebut. Komentar:

2.2 Hak untuk menggunakan tanah dapat diperlihatkan dengan jelas, dan hak tersebut tidak ditentang oleh masyarakat lokal yang dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki hak penggunaan, hak adat, atau hak legal.

Indikator:

2.2.1 (M) Dokumen-dokumen otentik dan sah legal yang menunjukkan kepemilikan atau penyewaan secara legal legal, atau pemanfaatan tanah adat secara sah (lih. Kriteria 2.3) beserta sejarah kepenguasaan lahan dan pemanfaatan lahan secara kondisi kepemilikan, jangka waktu dan penggunaan tanah legal yang aktual harus tersedia. Untuk petani, cara adat atau cara lokal lainnya yang sesuai yang menunjukkan hak atas tanah harus diterima

2.2.2 Batas wilayah yang legal atau sah harus ditentukan dengan jelas dan terlihat dipertahankan (istilah ‘sah’ mengacu pada 2.2.1).

2.2.3 Apabila terdapat atau telah terjadi perselisihan, bukti tambahan atas akuisisi hak secara legal dan bukti bahwa

kompensasi adil telah diberikan kepada

Indikator:

2.2.1 (M) Dokumen-dokumen otentik dan sah yang menunjukkan kepemilikan atau

penyewaan secara legal, atau pemanfaatan tanah adat secara sah (lih. Kriteria 2.3) beserta sejarah kepenguasaan lahan dan pemanfaatan lahan secara legal aktual harus tersedia. Untuk petani, cara adat atau cara lokal lainnya yang sesuai yang menunjukkan hak atas tanah harus diterima.

2.2.2 Batas wilayah yang legal atau sah harus ditentukan dengan jelas dan terlihat

dipertahankan (istilah ‘sah’ mengacu pada 2.2.1).

2.2.3pabila terdapat atau telah terjadi perselisihan, bukti tambahan atas akuisisi hak secara legal dan bukti bahwa kompensasi adil telah diberikan kepada pemilik dan

CATATAN:

Untuk 2.2.1, jelaskan pengertian berikut ini.

● ‘dokumen otentik dan sah’. Mungkin memerlukan pengertian yang spesifik terkait dengan negara yang bersangkutan.

● ‘kepemilikan secara legal’ untuk petani di Indonesia (dan negara lain). Mungkin membutuhkan interpretasi nasional.

2.2.4: Dibutuhkan pedoman. Contohnya untuk situasi seperti di Kolombia.

(15)

pemilik dan penghuni sebelumnya harus disediakan, serta bukti bahwa kompensasi tersebut telah diterima dengan free, prior and informed consent (FPIC).

2.2.4 (M) Tidak boleh terdapat konflik tanah yangsignifikan, kecuali syarat-syarat untuk proses-proses resolusi konflik yang dapat diterima (lihat Kriteria 6.3 dan 6.4) telah diimplementasikan dan diterima oleh pihak-pihak yang terlibat.

2.2.5 Untuk setiap konflik atau perselisihan terkait tanah, area yang diperselisihkan harus dipetakan secara bersama-sama dengan pihak-pihak yang terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga dimana berlaku).

2.2.6 (M) Untuk menghindari eskalasi konflik, tidak boleh terdapat bukti penggunaan kekerasan oleh operasi perkebunan atau pabrik minyak sawit dalam menjaga kedamaian dan ketertiban operasi-operasi yang sedang dijalankan dan/atau yang direncanakan.

Panduan Khusus:

penghuni sebelumnya harus disediakan, serta bukti bahwa kompensasi tersebut telah diterima dengan free, prior and informed consent (FPIC).

2.2.4 (M) Tidak boleh terdapat konflik tanah, kecuali syarat-syarat untuk proses-proses resolusi konflik yang dapat diterima (lihat Kriteria 6.3 dan 6.4) telah diimplementasikan dan diterima oleh pihak-pihak yang terlibat. 2.2.5 Untuk setiap konflik atau perselisihan terkait tanah, area yang diperselisihkan harus dipetakan secara bersama-sama dengan pihak-pihak yang terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga dimana berlaku).

2.2.6 (M) Untuk menghindari eskalasi konflik, tidak boleh terdapat bukti penggunaan kekerasan oleh operasi perkebunan atau pabrik minyak sawit dalam menjaga kedamaian dan ketertiban operasi-operasi yang sedang dijalankan dan/atau yang direncanakan.

(16)

Untuk 2.2.2: Operasi perkebunan sebaiknya dihentikan di tanah-tanah yang letaknya di luar area yang telah ditetapkan secara legal, dan sebaiknya telah tersedia rencana spesifik untuk mengatasi isu-isu tersebut untuk petani penggarap (smallholders) yang terkait.

Untuk 2.2.4: Jika terdapat bukti dilakukannya akuisisi dengan cara

perampasan atau pengabaian secara paksa terhadap hak adat dan hak pakai sebelum operasi yang tengah berjalan saat ini, sementara masih ada pihak-pihak yang memegang hak adat dan hak pakai, maka Indikator 2.3.1, 2.3.2 dan 2.3.3 harus diikuti guna menyelesaikan tuntutan-tuntutan historis tersebut.

Untuk 2.2.6: Perusahaan sebaiknya memiliki kebijakan yang melarang penggunaan tentara bayaran dan paramiliter dalam operasi perusahaan. Perusahaan juga sebaiknya melarang aksi mengganggu dan intimidasi di luar hukum (extra-judicial) oleh pasukan keamanan yang telah dikontrak (lihat Kriteria 6.13).

Untuk 2.2.2: Operasi perkebunan sebaiknya dihentikan di tanah-tanah yang letaknya di luar area yang telah ditetapkan secara legal, dan sebaiknya telah tersedia rencana spesifik untuk mengatasi isu-isu tersebut untuk petani penggarap (smallholders) yang terkait. Untuk 2.2.4: Jika terdapat bukti dilakukannya akuisisi dengan cara perampasan atau pengabaian secara paksa terhadap hak adat dan hak pakai sebelum operasi yang tengah berjalan saat ini, sementara masih ada pihak-pihak yang memegang hak adat dan hak pakai, maka Indikator 2.3.1, 2.3.2 dan 2.3.3 harus diikuti guna menyelesaikan tuntutan-tuntutan historis tersebut.

Untuk 2.2.6: Perusahaan sebaiknya memiliki kebijakan yang melarang penggunaan tentara bayaran dan paramiliter dalam operasi perusahaan. Perusahaan juga sebaiknya melarang aksi mengganggu dan intimidasi di luar hukum (extra-judicial) oleh pasukan keamanan yang telah dikontrak (lihat Kriteria 6.13).

(17)

Panduan:

Apabila terdapat konflik mengenai kondisi penggunaan tanah berdasarkan sertifikat tanah, pengusaha perkebunan sebaiknya menunjukkan bukti bahwa tindakan-tindakan seperlunya telah diambil untuk menyelesaikan konflik dengan pihak-pihak yang relevan.

Sebaiknya sudah dibuat mekanisme untuk menyelesaikan seluruh macam konflik yang mungkin terjadi (Kriteria 6.3 dan 6.4). Apabila operasi bersifat tumpang tindih dengan pemilik hak lainnya, perusahaan sebaiknya menyelesaikan isu tersebut dengan pihak-pihak yang berwenang, konsisten dengan Kriteria 6.3 dan 6.4.

Untuk Interpretasi Nasional:

Setiap hak penggunaan, hak adat, atau hak legal terkait tanah atau perselisihan yang kemungkinan besar bersifat relevan akan diidentifikasi.

Apabila terdapat konflik mengenai kondisi penggunaan tanah berdasarkan sertifikat tanah, pengusaha perkebunan sebaiknya menunjukkan bukti bahwa tindakan-tindakan seperlunya telah diambil untuk

menyelesaikan konflik dengan pihak-pihak yang relevan.

Sebaiknya sudah dibuat mekanisme untuk menyelesaikan seluruh macam konflik yang mungkin terjadi (Kriteria 6.3 dan 6.4). Apabila operasi bersifat tumpang tindih dengan pemilik hak lainnya, perusahaan sebaiknya menyelesaikan isu tersebut dengan pihak-pihak yang berwenang, konsisten dengan Kriteria 6.3 dan 6.4.

Untuk Interpretasi Nasional:

Setiap hak penggunaan, hak adat, atau hak legal terkait tanah atau perselisihan yang kemungkinan besar bersifat relevan akan diidentifikasi.

(18)

2.3 Penggunaan tanah untuk minyak sawit tidak

mengurangi hak penggunaan, hak adat atau hak legal dari pengguna- pengguna lain tanpa persetujuan mereka (berdasarkan FPIC).

Indikator:

2.3.1 (M) Peta-peta, dengan skala yang pantas, yang menunjukkan tingkat hak-hak penggunaan, hak adat, atau hak hukum yang diakui (Kriteria 2.2, 7.5 dan 7.6) harus dikembangkan melalui proses pemetaan yang melibatkan seluruh pihak yang

terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga apabila berlaku, dan pihak-pihak yang berwenang yang relevan). .

2.3.2 Salinan perjanjian-perjanjian yang merincikan proses pemberian persetujuan sesuai kategori FPIC (free, prior and informed) (Kriteria 2.2, 7.5 dan 7.6) harus tersedia dan harus meliputi:

a) Bukti bahwa sebuah rencana telah dikembangkan melalui konsultasi dan diskusi dengan seluruh kelompok yang terdampak dalam komunitas tersebut, dengan disertai jaminan kepastian bahwa kelompok-kelompok rentan, minoritas dan gender turut diajak berkonsultasi, dan bahwa informasi telah diberikan ke seluruh kelompok yang terdampak, termasuk informasi mengenai langkah-langkah yang

Indikator:

2.3.1 (M) Maps of an appropriate scale showing the extent of recognised legal, customary or user rights (Criteria 2.2, 7.5 and 7.6) shall be developed through participatory mapping involving affected parties (including neighbouring communities where applicable, and relevant authorities).

2.3.2 Salinan perjanjian-perjanjian yang merincikan proses pemberian persetujuan sesuai kategori FPIC (free, prior and informed) (Kriteria 2.2, 7.5 dan 7.6) harus tersedia dan harus meliputi:

a) Bukti bahwa sebuah rencana telah

dikembangkan melalui konsultasi dan diskusi dengan seluruh kelompok yang terdampak dalam komunitas tersebut, dengan disertai jaminan kepastian bahwa

kelompok-kelompok rentan, minoritas dan gender turut diajak berkonsultasi, dan bahwa informasi telah diberikan ke seluruh kelompok yang terdampak, termasuk informasi mengenai langkah-langkah yang harus diambil untuk

CATATAN:

Berikan penelaahan terhadap panduan dan masukkan ke dalam indikator atau pendekkan jika diperlukan. Perlukah beberapa aspek dalam panduan

(19)

harus diambil untuk melibatkan mereka dalam proses pembuatan keputusan; b) Bukti bahwa perusahaan telah

menghormati keputusan komunitas untuk memberikan ataupun tidak memberikan persetujuan mereka terhadap operasi yang sedang dijalankan saat keputusan tersebut diambil;

c) Bukti bahwa implikasi legal, ekonomi, lingkungan dan sosial dari pengizinan operasi di tanah mereka telah dipahami dan diterima oleh komunitas yang terlibat, termasuk implikasi terhadap status legal tanah mereka dan waktu berakhirnya hak, konsesi atau masa sewa tanah yang dimiliki perusahaan.

2.3.3 Seluruh informasi relevan harus tersedia dalam bentuk dan bahasa yang tepat, termasuk analisis dampak,

pembagian keuntungan yang diajukan, dan peraturan-peraturan legal.

2.3.4 (M) Harus tersedia bukti yang

menunjukkan bahwa komunitas-komunitas telah diwakilkan melalui institusi atau perwakilan sesuai dengan pilihan mereka,

melibatkan mereka dalam proses pembuatan keputusan;

b) Bukti bahwa perusahaan telah

menghormati keputusan komunitas untuk memberikan ataupun tidak memberikan persetujuan mereka terhadap operasi yang sedang dijalankan saat keputusan tersebut diambil;

c) Bukti bahwa implikasi legal, ekonomi, lingkungan dan sosial dari pengizinan operasi di tanah mereka telah dipahami dan

diterima oleh komunitas yang terlibat, termasuk implikasi terhadap status legal tanah mereka dan waktu berakhirnya hak, konsesi atau masa sewa tanah yang dimiliki perusahaan.

2.3.3 Seluruh informasi relevan harus tersedia dalam bentuk dan bahasa yang tepat, termasuk analisis dampak, pembagian keuntungan yang diajukan, dan peraturan-peraturan legal.

2.3.4 (M) Harus tersedia bukti yang

menunjukkan bahwa komunitas-komunitas telah diwakilkan melalui institusi atau perwakilan sesuai dengan pilihan mereka,

(20)

termasuk oleh penasihat hukum jika demikian yang mereka kehendaki.

2.3.5 Terdapat bukti dilakukannya tinjauan tahunan terhadap pelaksanaan kesepakatan FPIC.

Panduan Khusus:

Untuk 2.3.4: Bukti-bukti sebaiknya tersedia dari perusahaan, komunitas, atau para pemangku kepentingan lainnya yang terkait.

Panduan:

Seluruh indikator akan berlaku untuk operasi yang sedang dijalankan, namun terdapat pengecualian untuk perkebunan yang telah lama didirikan yang tidak memiliki catatan dari saat pembuatan keputusan, terutama terkait dengan indikator 2.3.1 dan 2.3.2.

Apabila terdapat hak legal atau hak adat atas tanah, pengusaha perkebunan sebaiknya menunjukkan bahwa hak-hak tersebut telah dipahami dan tidak diancam ataupun dikurangi. Kriteria ini sebaiknya dipertimbangkan bersamaan dengan Kriteria

termasuk oleh penasihat hukum jika demikian yang mereka kehendaki.

2.3.5 Terdapat bukti dilakukannya tinjauan tahunan terhadap pelaksanaan kesepakatan FPIC.

Panduan Khusus:

Untuk 2.3.4: Bukti-bukti sebaiknya tersedia dari perusahaan, komunitas, atau para pemangku kepentingan lainnya yang terkait.

Panduan:

Seluruh indikator akan berlaku untuk operasi yang sedang dijalankan, namun terdapat pengecualian untuk perkebunan yang telah lama didirikan yang tidak memiliki catatan dari saat pembuatan keputusan, terutama terkait dengan indikator 2.3.1 dan 2.3.2. Apabila terdapat hak legal atau hak adat atas tanah, pengusaha perkebunan sebaiknya menunjukkan bahwa hak-hak tersebut telah dipahami dan tidak diancam ataupun dikurangi. Kriteria ini sebaiknya

dipertimbangkan bersamaan dengan Kriteria 6.4, 7.5, dan 7.6. Apabila wilayah yang

(21)

6.4, 7.5, dan 7.6. Apabila wilayah yang dilindungi oleh hak adat tidak jelas, maka penentuan wilayah ini sebaiknya ditentukan melalui kegiatan pemetaan yang melibatkan seluruh pihak yang terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga dan pihak-pihak lokal yang berwenang).

Kriteria ini memperbolehkan penggunaan penjualan dan perjanjian yang telah dinegosiasikan sebagai kompensasi untuk pengguna lain yang telah kehilangan keuntungan dan/atau telah menyerahkan hak mereka. Perjanjian-perjanjian yang dinegosiasikan sebaiknya bersifat non-koersif dan disetujui secara sukarela, dan dilakukan sebelum investasi atau operasi serta didasarkan atas alih bagi semua informasi terkait yang dilakukan secara terbuka. Perwakilan masyarakat harus transparan dan menjalin komunikasi terbuka dengan anggota masyarakat lainnya. Harus diberikan cukup waktu untuk proses

pengambilan keputusan secara adat beserta negosiasi secara berulang-ulang, jika

diminta. Kesepakatan hasil perjanjian harus mengikat semua pihak dan dapat ditegakkan di pengadilan. Dengan adanya kepastian

dilindungi oleh hak adat tidak jelas, maka penentuan wilayah ini sebaiknya ditentukan melalui kegiatan pemetaan yang melibatkan seluruh pihak yang terdampak (termasuk komunitas-komunitas tetangga dan pihak-pihak lokal yang berwenang).

Kriteria ini memperbolehkan perjanjian yang telah dinegosiasikan sebagai kompensasi untuk pengguna lain yang telah kehilangan keuntungan dan/atau telah menyerahkan hak mereka. Perjanjian-perjanjian yang dinegosiasikan sebaiknya bersifat non-koersif dan disetujui secara sukarela, dan dilakukan sebelum investasi atau operasi serta didasarkan atas alih bagi semua informasi terkait yang dilakukan secara terbuka. Perwakilan masyarakat harus transparan dan menjalin komunikasi terbuka dengan anggota masyarakat lainnya. Harus diberikan cukup waktu untuk proses pengambilan keputusan secara adat beserta negosiasi secara

berulang-ulang, jika diminta. Kesepakatan hasil perjanjian harus mengikat semua pihak dan dapat ditegakkan di pengadilan. Dengan adanya kepastian dalam negosiasi lahan,

(22)

dalam negosiasi lahan, maka semua pihak akan mendapatkan manfaat dalam jangka panjang.

Perusahaan-perusahaan sebaiknya berhati-hati apabila ditawarkan tanah yang

diperoleh dari pemerintah dengan alasan kepentingan nasional (yang juga dikenal sebagai ‘domain eminen’).

Pekebun dan pihak pabrik kelapa sawit harus mengacu kepada pedoman FPIC yang telah diakui oleh RSPO (‘FPIC and the RSPO: A Guide for Companies Members’, Oktober 20082015)

Untuk Interpretasi Nasional:

Setiap situasi yang secara umum akan dihadapi sebaiknya diidentifikasi.

maka semua pihak akan mendapatkan manfaat dalam jangka panjang.

Perusahaan-perusahaan sebaiknya berhati-hati apabila ditawarkan tanah yang diperoleh dari pemerintah dengan alasan kepentingan nasional (yang juga dikenal sebagai ‘domain eminen’).

Pekebun dan pihak pabrik kelapa sawit harus mengacu kepada pedoman FPIC yang telah diakui oleh RSPO (‘FPIC and the RSPO: A Guide for Members’, Oktober 2015)

Untuk Interpretasi Nasional:

Setiap situasi yang secara umum akan dihadapi sebaiknya diidentifikasi.

Prinsip 3: Komitmen terhadap Viabilitas Keuangan dan Ekonomis Jangka Panjang

3.1 Terdapat rencana manajemen yang terimplementasi, yang bertujuan Indikator:

3.1.1 (M) Harus ada Sebuah rencana manajemen atau bisnis (minimum tiga tahun) yang harus tercatat

didokumentasikan dan meliputi, jika ada

Indikator:

3.1.1 (M) Harus ada rencana manajemen atau bisnis (minimum tiga tahun) yang tercatat dan meliputi, jika ada, kasus/contoh

CATATAN:

Tujuannya adalah untuk memastikan agar petani sepenuhnya memahami komitmen/tanggung jawabnya

(23)

mencapai viabilitas ekonomi dan finansial jangka panjang.

apabila berlaku, sebuah kasus/contoh bisnis untuk petani plasma penggarap skema (scheme smallholders), termasuk di dalamnya petani perempuan.

3.1.2 Sebuah program penanaman ulang yang dirancang setiap tahun selama minimum lima tahun (namun apabila diperlukan, dapat berjalan lebih lama sesuai dengan tingkat manajemen tanah rentan yang dibutuhkan, lihat Kriteria 4.3), dengan tinjauan tahunan, harus dilakukan.

3.1.3 Dalam hal di mana perusahaan melakukan perikatan kontrak baru dengan petani terkait alokasi lahan, maka kontrak dimaksud harus menjelaskan: ukuran, status hukum dan lokasi lahan milik yang dapat digunakan; tahun mulai berlakunya kontrak tersebut; pengelolaan, tenaga kerja dan prosedur pengoperasian; kewajiban keuangan, fiskal dan pembayaran; dan mekanisme penentuan harga TBS. Panduan Spesifik:

Untuk 3.1.1: Rencana manajemen atau bisnis yang dimaksud sebaiknya mencakup:

bisnis untuk petani plasma, termasuk di dalamnya petani perempuan.

3.1.2 Sebuah program penanaman ulang yang dirancang setiap tahun selama minimum lima tahun (namun apabila diperlukan, dapat berjalan lebih lama sesuai dengan tingkat manajemen tanah rentan yang dibutuhkan, lihat Kriteria 4.3), dengan tinjauan tahunan, harus dilakukan.

3.1.3 Dalam hal di mana perusahaan melakukan perikatan kontrak baru dengan petani terkait alokasi lahan, maka kontrak dimaksud harus menjelaskan: ukuran, status hukum dan serta lokasi lahan milik yang dapat digunakan; tahun mulai berlakunya kontrak tersebut; pengelolaan, tenaga kerja dan prosedur pengoperasian; kewajiban keuangan, fiskal dan pembayaran; dan mekanisme penentuan harga TBS.

Panduan Spesifik:

Untuk 3.1.1: Rencana manajemen atau bisnis yang dimaksud sebaiknya mencakup:

tatkala menyepakati kewajiban kontraktual.

Masukkan dalam Interpretasi Nasional yang sesuai (contohnya untuk Indonesia, atau Liberia) untuk memastikan perbedaan kewilayahan.

Mungkin perlu melakukan pemantauan pelaksanaan. Mungkin perusahaan yang tidak memiliki informasi pada saat penandatanganan kontrak akan mengalami kesulitan untuk menyusun ketentuan yang jelas tentang pinjaman.

(24)

• Perhatian terhadap kualitas bahan-bahan penanaman;

• Proyeksi panen = tren hasil Fresh Fruit Bunches (FFB);

• Tingkat ekstraksi pabrik minyak sawit = tren Tingkat Ekstraksi Minyak atau Oil Extraction Rate (OER);

• Biaya Produksi = biaya per ton dari tren Minyak Sawit Mentah atau Crude Palm Oil (CPO);

• Perikraan harga (forecast prices); • Indikator finansial. Perhitungan yang disarankan: tren rata-rata 3-tahun selama dekade terakhir (tren-tren FBB mungkin harus diadaptasi dengan hasil rendah yang diperoleh selama program penanaman ulang yang besar).

Untuk 3.1.3 Dalam hal tidak diketahuinya rincian keuangan tersebut secara khusus, maka perkiraan jumlah atau struktur untuk memperkirakan jumlah tersebut disertakan dengan jelas di dalam kontrak.

Panduan:

• Perhatian terhadap kualitas bahan-bahan penanaman;

• Proyeksi panen = tren hasil Fresh Fruit Bunches (FFB);

• Tingkat ekstraksi pabrik minyak sawit = tren Tingkat Ekstraksi Minyak atau Oil Extraction Rate (OER);

• Biaya Produksi = biaya per ton dari tren Minyak Sawit Mentah atau Crude Palm Oil (CPO);

• Perikraan harga (forecast prices); • Indikator finansial. Perhitungan yang disarankan: tren rata-rata 3-tahun selama dekade terakhir (tren-tren FBB mungkin harus diadaptasi dengan hasil rendah yang diperoleh selama program penanaman ulang yang besar).

Untuk 3.1.3 Dalam hal tidak diketahuinya rincian keuangan tersebut secara khusus, maka perkiraan jumlah atau struktur untuk memperkirakan jumlah tersebut disertakan dengan jelas di dalam kontrak.

(25)

Meskipun diakui bahwa profitabilitas jangka panjang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kontrol perusahaan, manajemen utama sebaiknya dapat menunjukkan bahwa perhatian terhadap viabilitas ekonomi dan finansial melalui perencanaan manajemen jangka panjang telah diberikan. Sebaiknya, terdapat juga perencanaan dengan jangka lebih panjang untuk

perkebunan-perkebunan di atas lahan gambut (peat), terutama berkaitan dengan masalah kebanjiran dan penurunan muka tanah (subsidence) (lihat Indikator 4.3.5). Pertimbangan terhadap petani (smallhoders) sebaiknya melekat pada seluruh perencanaan manajemen, apabila berlaku (lihat juga Kriteria 6.10 dan 6.11). Untuk petani plasma (scheme smallholders), isi perencanaan manajemen akan bervariasi dari yang telah disarankan (perusahaan dapat mengacu pada RSPO Guidance On Scheme Smallholders, Juli 2009).

Pengusaha perkebunan sebaiknya memiliki sistem untuk meningkatkan kualitas praktik kerja sesuai dengan informasi dan teknik terbaru. Untuk skema petani penggarap,

Panduan:

Meskipun diakui bahwa profitabilitas jangka panjang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kontrol perusahaan, manajemen utama sebaiknya dapat menunjukkan bahwa perhatian terhadap viabilitas ekonomi dan finansial melalui perencanaan manajemen jangka panjang telah diberikan. Sebaiknya, terdapat juga perencanaan dengan jangka lebih panjang untuk perkebunan-perkebunan di atas lahan gambut (peat), terutama berkaitan dengan masalah kebanjiran dan penurunan muka tanah (subsidence) (lihat Indikator 4.3.5).

Pertimbangan terhadap petani (smallhoders) sebaiknya melekat pada seluruh perencanaan manajemen, apabila berlaku (lihat juga Kriteria 6.10 dan 6.11). Untuk petani plasma (scheme smallholders), isi perencanaan manajemen akan bervariasi dari yang telah disarankan.

Pengusaha perkebunan sebaiknya memiliki sistem untuk meningkatkan kualitas praktik kerja sesuai dengan informasi dan teknik terbaru. Untuk skema petani penggarap, manajemen skema diharapkan dapat

(26)

manajemen skema diharapkan dapat memberikan anggotanya informasi peningkatan-peningkatan yang signifikan. Kriteria ini tidak berlaku untuk petani mandiri (lihat RSPO Guidance for Independent Smallholders under Group Certification, Juni 2010).

memberikan anggotanya informasi peningkatan-peningkatan yang signifikan. Kriteria ini tidak berlaku untuk petani mandiri.

Principle 4: Penggunaan Praktik-Praktik terbaik oleh Pengusaha Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit

4.1

Prosedur-prosedur operasi didokumentasikan secara pantas, serta diimplementasi dan dimonitor secara konsisten.

Indikator:

4.1.1 Standard Operating Procedures (SOPs) untuk perkebunan dan pabrik minyak sawit harus didokumentasikan.

4.1.2 Harus terdapat mekanisme untuk memeriksa konsistensi pengimplementasian prosedur.

4.1.3 Catatan-catatan pemonitoran dan pelaksanaan setiap tindakan harus terpelihara dan tersedia, dengan wajar. 4.1.4 Pabrik kelapasawit harus mencatat asal-usul dan kepastian legalitas dari seluruh Tandan Buah Segar (TBS) yang bersumber dari pihak ketiga.

Indikator:

4.1.1 Standard Operating Procedures (SOPs) untuk perkebunan dan pabrik minyak sawit harus didokumentasikan.

4.1.2 Harus terdapat mekanisme untuk memeriksa konsistensi pengimplementasian prosedur.

4.1.3 Catatan-catatan pemonitoran dan pelaksanaan setiap tindakan harus terpelihara dan tersedia, dengan wajar. 4.1.4 Pabrik kelapa sawit harus mencatat asal-usul dan kepastian legalitas dari seluruh Tandan Buah Segar (TBS) yang bersumber dari pihak ketiga.

CATATAN:

Jelaskan pengertian ‘keterlacakan’

Pastikan agar bahasa yang digunakan tidak mengecualikan petani tanpa disadari, sehingga menghalangi petani dan membuat mereka tidak dapat memasok TBS-nya sendiri.

Pastikan Panduan Khusus untuk 4.1.4:

(27)

Panduan Khusus:

Untuk 4.1.1 dan 4.1.4: SOP dan dokumentasi untuk pabrik minyak sawit sebaiknya

mencakup syarat-syarat rantai suplai (supply chain) yang relevan (lihat RSPO Supply Chain Certification Standard, Nov 2011).

Untuk 4.1.1 dan 4.1.4: Selama bekerja bersama pemasok TBS pihak ketiga terkait keterlacakan dan legalitas, pekebun harus memanfaatkan peluang tersebut untuk menyampaikan informasi yang sesuai mengenai Praktik Pengelolaan Terbaik (PPT). Untuk 4.1.4: Pemastian legalitas TBS harus mencakup hal-hal berikut ini untuk setiap pemasok TBS.

● Informasi tentang geolokasi tempat asal TBS.

● Bukti status kepemilikan atau hak/tuntutan atas lahan oleh pekebun/petani.

● Izin tanam/operasi/dagang yang berlaku atau merupakan kerja sama untuk jual beli TBS.

Panduan Khusus:

Untuk 4.1.1 dan 4.1.4: SOP dan dokumentasi untuk pabrik minyak sawit sebaiknya

mencakup syarat-syarat rantai suplai (supply chain) yang relevan (lihat RSPO Supply Chain Certification Standard, Nov 2011).

Untuk 4.1.1 dan 4.1.4: Selama bekerja bersama pemasok TBS pihak ketiga terkait keterlacakan dan legalitas, pekebun harus memanfaatkan peluang tersebut untuk menyampaikan informasi yang sesuai mengenai Praktik Pengelolaan Terbaik (PPT). Untuk 4.1.4: Pemastian legalitas TBS harus mencakup hal-hal berikut ini untuk setiap pemasok TBS.

● Informasi tentang geolokasi tempat asal TBS.

● Bukti status kepemilikan atau hak/tuntutan atas lahan oleh pekebun/petani.

● Izin tanam/operasi/dagang yang berlaku atau merupakan kerja sama untuk jual beli TBS.

● Poin mana saja yang

diperlukan beserta contohnya ● Poin ketiga kemungkinan

tidak dapat berlaku untuk semua negara, contohnya yang tidak mewajibkan adanya izin.

(28)

Jika bahan baku pabrik kelapa sawit bersumber dari pusat pengumpulan, agen atau perantara lainnya, maka penyediaan bukti-bukti sebagaimana disebutkan di atas akan dilakukan oleh pihak pemasok. Panduan:

Mekanisme-mekanisme untuk memeriksa pengimplementasian prosedur dapat mencakup sistem manajemen dokumentasi dan prosedur kontrol internal.

Untuk Interpretasi Nasional:

Kode-kode praktik nasional atau Praktik Manajemen Terbaik (Best Management Practices atau BMP) dapat menjadi referensi.

Untuk pertimbangan mengenai legalitas TBS, Interpretasi Nasional juga harus turut mempertimbangkan praktik lokal yang diterima secara umum, serta kebiasaan yang diterima secara umum dan setara

kedudukannya di mata hukum, atau sebagaimana diterima oleh pihak yang berwenang (contohnya pengadilan adat, dsb.).

Jika bahan baku pabrik kelapa sawit bersumber dari pusat pengumpulan, agen atau perantara lainnya, maka penyediaan bukti-bukti sebagaimana disebutkan di atas akan dilakukan oleh pihak pemasok.

Panduan:

Mekanisme-mekanisme untuk memeriksa pengimplementasian prosedur dapat mencakup sistem manajemen dokumentasi dan prosedur kontrol internal.

Untuk Interpretasi Nasional:

Kode-kode praktik nasional atau Praktik Manajemen Terbaik (Best Management Practices atau BMP) dapat menjadi referensi. Untuk pertimbangan mengenai legalitas TBS, Interpretasi Nasional juga harus turut mempertimbangkan praktik lokal yang diterima secara umum, serta kebiasaan yang diterima secara umum dan setara

kedudukannya di mata hukum, atau sebagaimana diterima oleh pihak yang berwenang (contohnya pengadilan adat, dsb.).

(29)

Komentar: 4.2 Praktik-praktik menjaga, atau – apabila memungkingkan – meningkatkan, tingkat kesuburan tanah sehingga menjamin hasil yang optimal dan

berkelanjutan.

Indikator:

4.2.1 Harus terdapat bukti bahwa praktik-praktik pertanian yang baik, sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam Prosedur Operasi Standar Standard Operating Procedures (SOPs), telah dijalankan untuk mengelola tingkat kesuburan tanah hingga tingkat yang dapat menjamin hasil yang optimal dan berkelanjutan, apabila memungkinkan.

4.2.2 Laporan catatan-catatan pemakaian pupuk harus dipelihara dengan baik. 4.2.3 Harus terdapat bukti dilakukannya pengambilan sampeltanah dan jaringan secara berkala untuk memantauperubahan dalam status hara agar dapat dijadikan panduan dalam pengelolaan kesuburan tanah.

4.2.4 Strategi pendauran ulang nutrien harus diimplementasi, dan dapat meliputi penggunaan Empty Fruit Bunches (EFB), Palm Oil Mill Effluent (POME), dan residu kelapa sawit setelah penanaman ulang.

Indikator:

4.2.1 Harus terdapat bukti bahwa praktik-praktik pertanian yang baik, sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam Prosedur Operasi Standar (SOP), telah dijalankan untuk

mengelola tingkat kesuburan tanah.

4.2.2 Records of fertiliser inputs shall be maintained.

4.2.3 Harus terdapat bukti dilakukannya pengambilan sampel tanah dan jaringan secara berkala untuk memantau perubahan dalam status hara agar dapat dijadikan panduan dalam pengelolaan kesuburan tanah.

4.2.4 Strategi pendauran ulang nutrien harus diimplementasi, dan dapat meliputi

penggunaan Empty Fruit Bunches (EFB), Palm Oil Mill Effluent (POME), dan residu kelapa sawit setelah penanaman ulang.

CATATAN:

Panduan perlu dihubungkan dengan analisis tanah, hasil panen yang optimal dan praktik

pertanian yang baik.

Pastikan – apa saja yang dapat diterapkan pada petani?

(30)

Panduan:

Kesuburan jangka panjang bergantung pada perawatan struktur, konten bahan organik, status nutrien dan kesehatan mikrobiologis tanah. Efisiensi nutrien sebaiknya

memperhitungkan umur perkebunan dan kondisi tanah. Strategi pendauran ulang nutrien sebaiknya mempertimbangkan setiap penggunaan biomassa untuk produk sampingan atau produksi energi.

Untuk Interpretasi Nasional:

Teknik-teknik yang dapat digunakan akan diidentifikasi.

Panduan:

Kesuburan jangka panjang bergantung pada perawatan struktur, konten bahan organik, status nutrien dan kesehatan mikrobiologis tanah. Efisiensi nutrien sebaiknya

memperhitungkan umur perkebunan dan kondisi tanah. Strategi pendauran ulang nutrien sebaiknya mempertimbangkan setiap penggunaan biomassa untuk produk

sampingan atau produksi energi.

Untuk Interpretasi Nasional:

Teknik-teknik yang dapat digunakan akan diidentifikasi. Komentar: 4.3a Praktik-praktik meminimalkan dan mengontrol erosi dan degradasi tanah. Indikator:

4.3.1 Peta yang mengidentifikasi tanah-tanah yang marjinal dan ringkih (fragile), termasuk lokasi dengan tingkat kelerengan curam, harus tersedia.

4.3.2 Strategi Rencana pengelolaan untuk penanaman di lereng yang kecuramannya melewati batas tertentu (tergantung kondisi iklim dan tanah) harus dikembangkan dan

Indikator:

4.3.1 Peta yang mengidentifikasi tanah marjinal dan ringkih, termasuk lokasi dengan tingkat kelerengan curam, harus tersedia. 4.3.2 Rencana pengelolaan harus

dikembangkan dan diimplementasikan guna meminimalkan dan mengendalikan erosi dan penurunan kualitas tanah, dengan diberikan

CATATAN:

4.3 dibagi menjadi 2 kriteria (yakni 4.3a dan 4.3b) untuk memisah pengelolaan gambut dari pengelolaan tanah ringkih lainnya.

(31)

diimplementasikan guna meminimalkan dan mengendalikan erosi dan penurunan

kualitas tanah, dengan diberikan perhatian khusus pada lokasi-lokasi berlereng 4.3.3 Jika terdapat tanah ringkih, maka harus ada rencana kelola yang

dikembangkan dan dilaksanakan guna meningkatkan kualitas tanah ringkih (contohnya tanah berpasir, bahan organik rendah, dan tanah sulfat masam).

4.3.3 Program perawatan jalan harus tersedia.

4.3.4 (M) Penurunan muka tanah di lahan gambut harus diminimalkan dan dimonitor. Harus tersedia pula program pengelolaan air dan penimbunan tanah (ground cover) yang terdokumentasi.

4.3.5 Penilaian tingkat keterkurasan harus tersedia sebelum penanaman ulang dilakukan di atas lahan gambut guna menentukan viabilitas jangka panjang dari tingkat keterkurasan yang dibutuhkan untuk penanaman minyak sawit.

4.3.6 Suatu strategi manajemen untuk tanah-tanah ringkih dan bermasalah lainnya

perhatian khusus pada lokasi-lokasi berlereng.

4.3.3 Jika terdapat tanah ringkih, maka harus ada rencana kelola yang dikembangkan dan dilaksanakan guna meningkatkan kualitas tanah ringkih (contohnya tanah berpasir, bahan organik rendah, dan tanah sulfat masam).

Panduan:

Teknik-teknik untuk meminimalkan erosi tanah merupakan teknik yang sudah dikenal secara luas dan sebaiknya digunakan sebagaimana diperlukan. Hal tersebut meliputi praktik-praktik seperti manajemen penutupan penimbunan tanah, pendauran ulang biomassa, pemetakan tanah

(terracing), dan regenerasi atau restorasi alami sebagai ganti penanaman ulang.

Untuk Interpretasi Nasional:

Interpretasi nasional (atau cara-cara paralel yang diakui oleh RSPO) akan mengacu pada pedoman nasional, dan mengidentifikasi praktik manajemen terbaik dan teknik-teknik yang sesuai untuk memelihara kualitas tanah.

Definisikan:.

● Tanah ringkih dan marjinal (4.3.1).

● Lokasi dengan tingkat kelerengan curam (4.3.1). ● Kondisi kelerengan, tanah dan

(32)

(misalnya tanah berpasir, tanah dengan kandungan organik rendah, dan tanah asam sulfat) harus disediakan.

Pedoman Spesifik:

Untuk 4.3.4: Untuk kebun-kebun yang telah ditanam di lahan gambut, ketinggian permukaan air (water table) harus dijaga pada rata-rata 50cm (antara 40 – 60 cm) di bawah permukaan tanah, yang diukur dengan piezometer air tanah; atau rata-rata 60 cm (antara 50 – 70 cm) di bawah

permukaan tanah sebagaimana diukur dalam saluran pengumpulan air, melalui jaringan yang terdiri atas struktur –struktur kontrol air yang sesuai misalnya bendungan, karung berisi pasir, dll. di dalam ladang kebun, dan pintu air di titik-titik

pengeluaran dari saluran utama (Kriteria 4.4 and 7.4).

Untuk 4.3.5: Apabila dalam laporan penilaian tingkat keterkurasan ditemukan area yang tidak cocok untuk penanaman ulang phon kelapa sawit, sebaiknya terdapat rencana untuk rehabilitasi atau penggunaan alternatif area tersebut. Apabila penilaian menunjukkan adanya risiko tinggi kebanjiran

(33)

dan/atau intrusi air garam dalam dua siklus panen, Pengusaha perkebunan dan

pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya menghentikan proses penanaman ulang dan mulai mengimplementasikan program rehabilitasi.

Panduan:

Penanaman di atas lahan gambut sebaiknya dikelola berdasarkan standar minimal yang telah dipaparkan dalam ‘RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for existing oil palm cultivation on peat’, Juni 2012 (terutama terkait manajemen air, penghindaran kebakaran, penggunaan pupuk, penutupan vegetasi dan pengelolaan muka tanah).

Teknik-teknik untuk meminimalkan erosi tanah merupakan teknik yang sudah dikenal secara luas dan sebaiknya digunakan sebagaimana diperlukan. Hal tersebut meliputi praktik-praktik seperti manajemen penutupan penimbunan tanah, pendauran ulang biomassa, pemetakan tanah

(terracing), dan regenerasi atau restorasi alami sebagai ganti penanaman ulang.

(34)

Untuk Interpretasi Nasional:

Interpretasi nasional (atau cara-cara paralel yang diakui oleh RSPO) akan mengacu pada pedoman nasional, dan mengidentifikasi praktik manajemen terbaik dan teknik-teknik yang sesuai untuk memelihara kualitas tanah

4.3b Penanaman yang ada saat ini di atas lahan gambut dikelola secara bertanggung jawab.

4.3b.1 Tanah gambut yang ada di kawasan pengelolaan harus dicatat dan dilaporkan. 4.3b.2 (M) Penurunan muka tanah di lahan gambut harus diminimalkan dan dimonitor. Harus tersedia pula program pengelolaan air dan penimbunan tanah (ground cover) yang terdokumentasi.

4.3b.3 Penilaian tingkat keterkurasan harus tersedia sebelum penanaman ulang

dilakukan di atas lahan gambut guna menentukan viabilitas jangka panjang dari tingkat keterkurasan yang dibutuhkan untuk penanaman minyak sawit. 4.3b.4 Semua penanaman di atas lahan gambut harus mengikuti panduan praktik terbaik.

4.3b.1 Tanah gambut yang ada di kawasan pengelolaan harus dicatat dan dilaporkan. 4.3b.2 (M) Subsidence of peat soils shall be minimised and monitored. A documented water and ground cover management programme shall be in place.

4.3b.3 Drainability assessments shall be required prior to replanting on peat to determine the long-term viability of the necessary drainage for oil palm growing. 4.3b.4 Semua penanaman di atas lahan gambut harus mengikuti panduan praktik terbaik.

Panduan Khusus:

CATATAN:

Indikator untuk penanaman kembali di lahan gambut akan dibahas pada TF3 dengan berdasarkan studi yang tengah dilakukan oleh PLWG-2.

Panduan untuk kajian

drainabilitas masih dipersiapkan dan akan selesai sebelum standar difinalisasi. Dibutuhkan panduan untuk kajian drainabilitas petani.

Jelaskan pengertian gambut di dalam P&C

(35)

Panduan Khusus:

For 4.3b.2: Untuk kebun-kebun yang telah ditanam di lahan gambut, ketinggian permukaan air (water table) harus dijaga pada rata-rata 50cm (antara 40 – 60 cm) di bawah permukaan tanah, yang diukur dengan piezometer air tanah; atau rata-rata 60 cm (antara 50 – 70 cm) di bawah

permukaan tanah sebagaimana diukur dalam saluran pengumpulan air, melalui jaringan yang terdiri atas struktur –struktur kontrol air yang sesuai misalnya bendungan, karung berisi pasir, dll. di dalam ladang kebun, dan pintu air di titik-titik

pengeluaran dari saluran utama (Criteria 4.4 and 7.4).

For 4.3b.3: Apabila dalam laporan penilaian tingkat keterkurasan ditemukan area yang tidak cocok untuk penanaman ulang phon kelapa sawit, sebaiknya terdapat rencana untuk rehabilitasi atau penggunaan alternatif area tersebut. Apabila penilaian menunjukkan adanya risiko tinggi kebanjiran dan/atau intrusi air garam dalam dua siklus panen, Pengusaha perkebunan dan

pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya

For 4.3b.2: Untuk kebun-kebun yang telah ditanam di lahan gambut, ketinggian permukaan air (water table) harus dijaga pada rata-rata 50cm (antara 40 – 60 cm) di bawah permukaan tanah, yang diukur dengan piezometer air tanah; atau rata-rata 60 cm (antara 50 – 70 cm) di bawah

permukaan tanah sebagaimana diukur dalam saluran pengumpulan air, melalui jaringan yang terdiri atas struktur –struktur kontrol air yang sesuai misalnya bendungan, karung berisi pasir, dll. di dalam ladang kebun, dan pintu air di titik-titik pengeluaran dari saluran utama (Criteria 4.4 and 7.4).

For 4.3b.3: Apabila dalam laporan penilaian tingkat keterkurasan ditemukan area yang tidak cocok untuk penanaman ulang phon kelapa sawit, sebaiknya terdapat rencana untuk rehabilitasi atau penggunaan alternatif area tersebut. Apabila penilaian

menunjukkan adanya risiko tinggi kebanjiran dan/atau intrusi air garam dalam dua siklus panen, Pengusaha perkebunan dan

pengusaha pabrik minyak sawit sebaiknya menghentikan proses penanaman ulang dan

(36)

menghentikan proses penanaman ulang dan mulai mengimplementasikan program rehabilitasi.

Panduan:

Penanaman di atas lahan gambut harus dikelola setidaknya sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam ‘RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for existing oil palm cultivation on peat’, Juni 2012 [yang akan diperbaharui tahun 2018]

(terutama terkait manajemen air, penghindaran kebakaran, penggunaan pupuk, subsidensi, dan penutupan vegetasi )

mulai mengimplementasikan program rehabilitasi.

Panduan:

Penanaman di atas lahan gambut harus dikelola setidaknya sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam ‘RSPO Manual on Best Management Practices (BMPs) for existing oil palm cultivation on peat’, Juni 2012 [yang akan diperbaharui tahun 2018] (terutama terkait manajemen air,

penghindaran kebakaran, penggunaan pupuk, subsidensi, dan penutupan vegetasi).

Komentar:

4.4 Praktik-praktik pemeliharaan kualitas dan ketersediaan air tanah dan air permukaan.

Indikator:

4.4.1 Harus tersedia sebuah rencana manajemen air yang terimplementasi. 4.4.2 Perlindungan aliran air dan daerah rawa, termasuk di dalamnya perawatan dan restorasi tepi sungai dan zona penyanggah lainnya (mengacu pada praktik terbaik nasional dan pedoman nasional) harus didemonstrasikan.

(37)

4.4.3 Penangangan limbah pabrik minyak sawit sesuai dengan tingkat yang

disyaratkan, dan pemonitoran secara berkala terhadap kualitas limbah, terutama Biochemical Oxygen Demand (BOD), harus sejalan dengan regulasi nasional (Kriteria 2.1 dan 5.6).

4.4.4 Penggunaan air dalam pabrik minyak sawit per ton Fresh Fruit Bunches (FFB) (lihat Kriteria 5.6) harus dimonitor.

Panduan Khusus:

For 4.4.1: Rencana manajemen air akan: • Memperhitungkan efisiensi penggunaan dan tingkat pembaruan sumber;

• Menjamin bahwa penggunaan dan manajemen air dalam operasi tidak akan berdampak negatif pada pengguna lain dalam area penangkapan air (catchment area) yang sama, termasuk komunitas lokal dan pengguna air secara umum;

• Bertujuan menjamin akses komunitas lokal, pekerja dan keluarga mereka terhadap

(38)

air bersih dan cukup untuk fungsi minuman, memasak, mandi, dan membersihkan; • Menghindari kontaminasi air tanah dan air permukaan dari tanah, nutrien atau bahan kimia akibat pembuangan limbah yang tidak layak, termasuk limbah bekas pabrik minyak sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) . Untuk 4.4.2: Mengacu pada ‘RSPO Manual On Best Management Practices (BMP) for management and rehabilitation of natural vegetation associated with oil palm

cultivation on peat’, Juli 2012 dan Panduan RSPO bagi Praktik Pengelolaan Terbaik (PPT) untuk pengelolaan dan rehabilitasi cagar kawasan sungai, April 2017.

Panduan:

Pengusaha perkebunan dan pabrik minyak sawit sebaiknya memperhatikani dampak-dampak dari penggunan air serta aktivitas mereka terhadap sumber daya air lokal.

Untuk Interpretasi Nasional:

Interpretasi Nasional akan mengacu pada pedoman nasional atau praktik-praktik

Untuk 4.4.2: Mengacu pada ‘RSPO Manual On Best Management Practices (BMP) for management and rehabilitation of natural vegetation associated with oil palm

cultivation on peat’, Juli 2012 dan Panduan RSPO bagi Praktik Pengelolaan Terbaik (PPT) untuk pengelolaan dan rehabilitasi cagar kawasan sungai, April 2017.

(39)

terbaik, dan apabila berlaku, termasuk ambang batas performa untuk syarat-syarat seperti ukuran dan lokasi, dan metode restorasi landasan di tepi sungai atau tingkat penyaluran tanah, nutrien atau bahan kimia yang dapat diterima.

Komentar:

4.5 Hama, penyakit, gulma dan spesies yang terintroduksi yang invasif diatasi secara efektif melalui teknikteknik Integrated Pest Management (Manajemen Hama Terintegrasi) yang tepat. Indikator: 4.5.1 (M) Implementasi rencana-rencana Integrated Pest Management (IPM) harus dimonitor.

4.5.2 Pelatihan untuk orang-orang yang terlibat dalam implementasi IPM harus didemonstrasikan.

Panduan:

Pengusaha perkebunan sebaiknya mengaplikasikan teknik-teknik IPM yang sudah diakui, dengan memasukkan metode-metode berbasis kebudayaan, biologis, mekanis, dan fisik untuk meminimalkan penggunaan bahan kimia.

Apabila dimungkinkan, spesies asli

(40)

Untuk Interpretasi Nasional:

Interpretasi Nasional akan menyediakan pedoman lebih lanjut mengenai praktik-praktik yang paling cocok untuk sebuah negara, dan apabila diperlukan, praktik-praktik yang cocok untuk petani penggarap. Komentar: 4.6 Penggunaan pestisida tidak mengancam kesehatan atau lingkungan Indikator:

4.6.1 (M) Justifikasi penggunaan setiap pestisida harus ditunjukkan. Apabila memungkinkan, harus digunakan produk-produk yang secara khusus ditujukan untuk memberantas hama, gulma atau penyakit yang ditargetkan, serta memiliki dampak minim terhadap spesies di luar target. 4.6.2 (M) Catatan penggunaan pestisida (termasuk bahan aktif yang digunakan dan LD50 bahan aktif tersebut, area yang ditargetkan, jumlah bahan aktif yang diaplikasikan per ha dan jumlah aplikasinya) harus disediakan.

4.6.3 (M) Setiap penggunaan pestisida harus diminiminalkan sebagai bagian dari rencana,

Indikator:

4.6.1 (M) Justifikasi penggunaan setiap pestisida harus ditunjukkan. Apabila memungkinkan, harus digunakan produk-produk yang secara khusus ditujukan untuk memberantas hama, gulma atau penyakit yang ditargetkan, serta memiliki dampak minim terhadap spesies di luar target. 4.6.2 (M) Catatan penggunaan pestisida (termasuk bahan aktif yang digunakan dan LD50 bahan aktif tersebut, area yang ditargetkan, jumlah bahan aktif yang diaplikasikan per ha dan jumlah aplikasinya) harus disediakan.

4.6.3 (M) Setiap penggunaan pestisida harus diminiminalkan sebagai bagian dari rencana,

Catatan:

Jelaskan: 4.6.4 ‘situasi khusus’. Pekebun Malaysia sudah memiliki prosedur uji tuntas (due diligence) yang jelas dari Menteri Pertanian, yang membentuk proses uji tunntas yang jelas. Perlu didefinnisikan lebih lanjut di dalam NI

Definisikan: Orang usia muda (young person) (4.6.12) sesuaikan denngan definisi ILO

Referensi

Dokumen terkait

Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak baik dan belum tentu benar mengenai seorang dosen kepada dosen atau pihak lainnya, kecuali terhadap pelanggaran hukum dan

PASUKAN PELAJAR IMAM GG KENANGA NO.. PASUKAN PELAJAR IMAM GG

Dikarenakan transformator terdapat indikasi saturasi dan nilai spike voltage

“Dari awal kemunculan Punk Muslim saya adalah orang yang sangat tidak menyukai mereka, namun anak saya malah bergabung dengan Punk Muslim”.. “Warga sering menghasut

Instruksi : perintah tertulis resmi, atau perintah tertulis tidak resmi yang selanjutnya ditegaskan secara resmi, yang dikeluarkan oleh pemberi tugas atau pengawas

“Secara akademik kami akan menerjunkan tim kami, kami juga punya pakar lingkungan, kesehatan masyarakat, sosial politik, kesemuanya saya berharap bisa melakukan kajian ini

Mengetahui cara pembuatan ekosemen dari abu sampah organik dan cangkang kerang serta sifat fisika dan kimia dari ekosemen yang telah dibuat..

Petani perorangan tidak dituntut melakukan AMDAL (kecuali ada persyaratan hukum untuk itu) namun mereka perlu memiliki pemahaman yang baik tentang dampak negatif yang