• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah Di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah Di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

i

POTENSI KONSOLIDASI PENGELOLAAN LAHAN PADI

SAWAH DI DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG,

KABUPATEN BOGOR

NUR FITRIANA

A14110025

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Nur Fitriana

(4)

ii

ABSTRAK

NUR FITRIANA. Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh BABA BARUS dan KHURSATUL MUNIBAH.

Investigasi potensi konsolidasi pengelolaan lahan penting dilakukan dalam kaitan produktivitas lahan melalui penataan kembali penguasaan, pengelolaan, dan penggunaan tanah. Citra Ikonos mempunyai kemampuan mengidentifikasi obyek secara detil dan sistem informasi geografis mempunyai banyak fasilitas untuk analisis spasial. Penelitian ini bertujuan untuk investigasi kemampuan citra untuk melihat penggunaan lahan pertanian dan melihat bentuk serta ukuran lahan sawah, mengetahui rotasi tanam dan status kepemilikan mesin traktor, dan penggunaan teknik analisis spasial untuk melihat potensi konsolidasi lahan. Peta penggunaan lahan pertanian 2015 dibuat dengan memanfaatkan citra Ikonos 2010 dan peta petakan lahan pertanian 2013 memiliki akurasi 88%. Lahan sawah melalui citra Ikonos menunjukkan bentuk petakan lahan sawah yang tidak seragam dan ukuran petakan cenderung kecil. Rotasi tanam di Desa Ciburuy ditemukan 21 jenis dan yang dominan adalah rotasi padi-padi. Alat mekanik yang digunakan dalam pengelolaan lahan sawah adalah traktor dengan jenis

hand tractor sedangkan pengelolaan lainnya bersifat tradisional. Mesin traktor yang digunakan untuk pengelolaan lahan sawah umumnya disewa. Berdasarkan data wawancara petani pemilik dan penggarap diperoleh 73% menyatakan tidak setuju konsolidasi yang berarti potensi konsolidasi pengelolaan rendah. Konsep konsolidasi pengelolaan lahan dibentuk berdasarkan asumsi luas optimum kerja mesin traktor. Berdasarkan konsep ini maka luasan ideal untuk konsolidasi pengelolaan adalah kurang dari 3000 m2 dan 3000-3500 m2. Secara spasial pola konsolidasi yang dihasilkan

tidak memiliki bentuk yang seragam. Jika dilakukan konsolidasi lahan maka efisiensi pengelolaan lahan adalah Rp 6.200.000,00 dengan luas lahan 12,57 ha. Persentase efisiensi sebesar 36% dan petakan lahan sawah mengalami pengurangan sebesar 189 petak lahan sawah. Efisiensi biaya rata-rata tiap petani penggarap atau pemilik sebesar Rp 386.207,00 dan biaya minimum Rp 66.667,00 untuk pengelolaan lahan dalam satu musim tanam. Jika seluruh lahan sawah Desa Ciburuy dikonsolidasikan maka efisensi beban pengelolaan sebesar Rp 36.000.000,00 setara 50% dari biaya keseluruhan.

Kata kunci: Citra Ikonos, Sistem Informasi Geografis, Konsolidasi Pengelolaan Lahan

(5)

iii

ABSTRACT

NUR FITRIANA. The Potential Consolidation of Land Management Rice in Ciburuy Village, Cigombong Sub-District, Bogor Regency. Supervised by BABA BARUS and KHURSATUL MUNIBAH.

Investigation for potential consolidation of land management is important regarding land productivity through readjustment of land tenure and land utilization. Satellite imagery such as Ikonos many reveal detail and geographic information system has may facilities in spatial analysis. This study aims to investigate capability of image to reveal agricultural land use and the shape and size of rice field, determine crop rotation and ownership status of tractor machine, and the use of spatial analysis techniques to investigate for potential land consolidation. Map of agricultural land use 2015 is developed using Ikonos imagery 2010 and map agricultural land parcel 2013 has accuracy of 88%. The rice field in Ikonos image exhibits in an irregular shape and it’s size tend to be small. The crop rotation in the Ciburuy Village are 21 types and are dominanted as paddy-paddy rotation. Mechanical device used in the management of rice field is a hand tractor type, while other management use a tradisional technique. The tractor machine used for the management are generally leased. Based on the interview for owner and tenant farmers, it’s 73% of them disagree for consolidation it means the potential land consolidation is low. The concept of land consolidation is assumed by working optimum tractor machine. Based on this concept, the ideal area for consolidation management is less than 3000 m2 and 3000-3500 m2. The spatial patterns show that the consolidation do not have uniform shape. If land consolidation is conducted the efficiency of land management is IDR 6.200.000 with total land area is 12.57 ha. The percentage efficiency is 36% and the parcel number of rice field decrease with 189 plot. Average of cost efficiency in one tenant farmer or owner is IDR 386.207 and the minimum cost is IDR 66.667 for land management in one growing season. If the entire rice field at Ciburuy Village is consolidated, the cost efficiency of management is IDR 36.000.000 and equivalent to 50% of the total bugdet.

(6)
(7)

i

POTENSI KONSOLIDASI PENGELOLAAN LAHAN PADI

SAWAH DI DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG,

KABUPATEN BOGOR

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015 Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat, rizky, dan hidayah-Nya penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Dr Ir Baba Barus, MSc selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, arahan, masukan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr Khursatul Munibah, MSc selaku pembimbing skripsi II yang telah memberikan masukan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

3. Dr Ir Asdar Iswati, MS selaku dosen penguji pada sidang penelitian yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran.

4. Mamah, Papa, Ka Septi, Tia, Daffa, dan seluruh keluarga tercinta atas doa, dukungan, semangat serta kasih sayang yang selalu diberikan. Semoga bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Muhammad Fayzal, Stevia, Zahra, Metha, Wulan, Arroyan, Ade, Novi A, Huzaimah, Indah, Eka A dan Ilmu Tanah 48 lainnya atas kebersamaan, doa, kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan.

6. Sahabatku PPJ 48, Tini, Yulia, Sahabat TPB, KKP, Rizaldy, Kakak dan Adik Ilmu Tanah yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

7. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi yang membacanya.

Bogor, Agustus 2015

Nur Fitriana

(12)
(13)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN v

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODELOGI PENELITIAN 2 Lokasi Penelitian 2

Waktu Penelitian 2

Bahan dan Alat Penelitian 3

Tahapan Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Identifikasi Penggunaan Lahan Pertanian 6 Identifikasi Penggunaan Lahan Pertanian 2013 dan 2015 10 Identifikasi Bentuk dan Ukuran Lahan Sawah 16

Rotasi Tanam 12

Status Kepemilikan Mesin Traktor 15

Konsolidasi Pengelolaan Lahan 15

Respon Konsolidasi 16 Analisis Konsolidasi Pengelolaan Lahan 17 Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan Respon Setuju Konsolidasi 18 Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan Desa Ciburuy 19 SIMPULAN DAN SARAN 20 Simpulan 20

Saran 21

(14)

4 Akurasi dan Perubahan Jumlah Petakan Penggunaan Lahan

Pertanian 2013 dan 2015 10

5 Luas Petakan Lahan Sawah Desa Ciburuy 12 6 Blok Tanam Desa Ciburuy 2013 dan 2015 13 7 Status Kepemilikan Mesin Traktor 15 8 Respon Konsolidasi 16 9 Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan setelah Konsolidasi(Respon Setuju) 19 10 Efisiensi Jumlah Petakan Sebelum dan Setelah Konsolidasi(Respon Setuju)19 11 Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan setelah Konsolidasi 19

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Lokasi Penelitian 2

2 Contoh Perhitungan Efisiensi Biaya Pengelolaan Hasil Konsolidasi 5

3 Bagan Diagram Alir Penelitian 6

4 Peta Penggunaan Lahan Pertanian Sebelum Verifikasi 8

5 Peta Penggunaan Lahan Pertanian Setelah Verifikasi 8

6 Peta Penggunaan Lahan Setelah Verifikasi 9

7 Kenampakan pada Citra (Lahan Sawah) dan Keadaan Sebenarnya

(Lahan Terbuka) 10

8 Kenampakan pada Citra (Lahan Sawah) dan Keadaan Sebenarnya

(Perumahan) 10

9 Peta Petakan Lahan Pertanian Desa Ciburuy 2013 dan 2015 11

10 Kenampakan Objek Sawah pada Citra 11

11 Peta Petakan Lahan Sawah Desa Ciburuy 12

12 Peta Blok Tanam Desa Ciburuy Tahun 2013 dan 2015 14

13 Peta Rotasi Tanam Desa Ciburuy Tahun 2013 14

14 Peta Rotasi Tanam Desa Ciburuy Tahun 2015 15

15 Hand Tractor 16

16 Peta Respon Konsolidasi Pengelolaan Lahan 17

17 Peta Rotasi Tanam Padi-Padi dan Respon Konsolidasi 17

18 Peta Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Respon Setuju 18

(15)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pola Kepemilikan Lahan Pertanian Desa Ciburuy 23

2 Rotasi Tanam Desa Ciburuy 2013 dan 2015 27

3 Data Respon Setuju Konsolidasi 28

4 Data Respon Tidak Setuju Konsolidasi 29

5 Perhitungan Efisiensi Biaya Sebelum dan Setelah Konsolidasi (Respon Setuju) 31

6 Kuisioner 34

7 Dokumentasi Penggunaan Lahan 37

8 Dokumentasi Alat Pegelolaan Mekanik Lahan Sawah (Hand Tractor) 37

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pedesaan berkelanjutan merupakan upaya mempertahankan kondisi ekonomi dan budaya masyarakat desa melalui perbaikan akses masyarakat terhadap sumber daya, fasilitas, kondisi sosial dan lingkungan hidup pertanian (Marsden dan Sonnino 2008). Kegiatan utama pembangunan ekonomi kawasan pedesaan adalah pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam. Sektor pertanian menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha agribisnis namun secara umum pembangunan ekonomi pedesaaan belum optimal karena pengelolaan lahan sawah belum intensif, luas lahan berkurang, dan penataan lahan kurang optimal.

Pengelolaan lahan pertanian merupakan perlakuan yang diberikan pada suatu lahan untuk meningkatkan produktivitas dengan mempertimbangkan kelestariaannya (Djaenuddin 2006). Teknologi pertanian dalam pengelolaan lahan sawah secara mekanik bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, produktivitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi (Balitbang 2010). Pengembangan dan penerapan teknologi pertanian yang sesuai dengan ketahanan pangan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan kemandirian ekonomi pedesaan. Efisiensi biaya pengelolaan lahan menjadi alternatif pengembangan tersebut melalui konsolidasi pengelolaan lahan dan memanfaatkan teknologi informasi spasial.

Konsolidasi lahan adalah kebijaksanaan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi masyarakat (Peraturan KaBPN No. 4 tahun 1991 dalam Manchyus M 2009). Konsep konsolidasi tersebut diartikan sebagai penggabungan dua atribut baik lahan, petani, kelompok, dan lembaga. Menurut Vitikainen (2004) konsolidasi pengelolaan dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan menurunkan biaya produksi dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Alasan dilaksanakan potensi konsolidasi pengelolaan lahan sebagai upaya menyatukan sistem pengelolaan lahan seseorang atas bidang-bidang tanah yang tersebar menjadi satu hamparan, sehingga dapat mengurangi beban pengelolaan lahan khususnya lahan padi sawah.

(18)

2

Tujuan Penelitian

1. Investigasi kemampuan citra Ikonos untuk melihat penggunaan lahan pertanian 2. Investigasi kemampuan citra Ikonos untuk melihat bentuk dan ukuran lahan

sawah

3. Mengetahui rotasi tanam dan status kepemilikan mesin traktor 4. Analisis potensi konsolidasi pengelolaan lahan

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Gambar 1). Batas Desa Ciburuy sebelah utara Desa Ciadeg, sebelah selatan Desa Cigombong, sebelah barat Desa Cisalada, dan sebelah timur dibatasi oleh Desa Srogol. Luas wilayah Desa Ciburuy 160 ha, terdiri dari 87 ha lahan pertanian dan topografi wilayahnya 45% berupa datar sampai berombak dan 55% berombak sampai berbukit. Desa Ciburuy terletak pada ketinggian 1300 mdpl. Curah hujan rata-rata tahunan 3000-4000 mm dan suhu udara berkisar 23-32°C. Jumlah penduduk Desa Ciburuy 12.014 jiwa yang bermata pencaharian sebagai petani 2.518 jiwa, sisanya pegawai negeri sipil, wiraswasta, buruh, tenaga kesehatan, dan TNI/POLRI. Desa ini memiliki Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) bernama Gapoktan Silih Asih yang terdiri dari enam kelompok tani pengelola tanaman pangan. Badan pengurus Desa Ciburuy diketuai oleh seorang kepala desa, dibantu sekertaris desa dan bagian lainnya.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian

(19)

3

Laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan meliputi data primer yaitu data wawancara dengan petani, data optimum kerja mesin traktor dan dokumentasi pengamatan lapangan. Data sekunder berupa citra Ikonos Kabupaten Bogor 2010, peta persil lahan pertanian Desa Ciburuy 2013, peta administrasi, peta jalan kereta dan peta jalan desa. Alat yang digunakan saat survey lapang adalah kuisioner, GPS, kamera dijital, alat tulis, dan seperangkat komputer serta piranti lunak seperti Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007, dan ArcGIS v.9.3.

Tahapan Penelitian 1. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data meliputi studi literatur dan data sekunder. Pengumpulan data sekunder meliputi citra Ikonos Kabupaten Bogor 2010, peta persil lahan pertanian Desa Ciburuy 2013, peta administrasi, peta jalan desa, peta jalan kereta dan peta sungai. Selain itu, hasil penelitian Puspa (2013) yang terdiri dari peta petakan lahan pertanian Desa Ciburuy 2013, data status penguasaan lahan, data rotasi tanam 2013 dan informasi mengenai lokasi penelitian. Data sekunder lainnya diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku dan studi literatur sesuai topik yang diteliti.

2. Interpretasi Citra

Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali obyek pada citra selanjutnya menilai arti penting dari obyek tersebut. Kegiatan utama dalam interpretasi adalah pengenalan obyek dan pemanfaatan informasi. Interpretasi citra dilakukan untuk melihat batas petakan lahan dan penggunaan lahan pertanian terhadap peta persil lahan pertanian Desa Ciburuy 2013 yang mengacu pada citra Ikonos 2010 dan peta administrasi Desa Ciburuy. Hasil yang diharapkan adalah peta persil lahan pertanian Desa Ciburuy 2015. Interpertasi Citra Ikonos dilakukan pada band atau saluran warna red green blue

(RGB) 321. Pengaturan band pada citra Ikonos berfungsi untuk memudahkan atau mengenali kenampakan obyek berdasarkan unsur interpretasi. Unsur dalam interpretasi citra penginderaan jauh meliputi rona/warna, tekstur, ukuran, bentuk, pola, bayangan, site, dan asosiasi (Sutanto 1999 dalam Puspa 2013).

a. Rona/warna

Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra, sedangkan warna adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona ditunjukkan dengan gelap hingga putih.

b. Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur sering dinyatakan dalam wujud kasar, halus atau bercak-bercak.

c. Ukuran

(20)

4

d. Bentuk

Bentuk adalah variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja, seperti memanjang, lingkaranm segi empat.

e. Pola

Pola merupakan hubungan susunan spasial objek. Pola merupakan ciri yang menandai objek bentukan manusia ataupun alamiah.

f. Bayangan

Bayangan merupakan aspek yang menyembunyikan detail objek yang berada di daerah gelap.

g. Site

Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. h. Asosiasi

Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dan objek lainnya.

3. Survey Lapang

Survey lapang dilakukan untuk memverifikasi citra hasil pengolahan dan mengumpulkan informasi potensi konsolidasi pengelolaan lahan sawah. Verifikasi lapang bertujuan untuk memperbaiki dan menambahkan informasi yang belum diperoleh dari interpretasi citra sehingga hasil peta yang diperoleh memiliki tingkat akurasi yang lebih baik. Verifikasi dilakukan dengan melihat batas petakan lahan pertanian dan jenis penggunaan lahan. Pengumpulan data potensi konsolidasi pengelolaan lahan sawah dan data optimum kerja mesin traktor dilakukan dengan cara wawancara kepada petani Desa Ciburuy menggunakan kuisioner (Lampiran 6). Jumlah responden 33 petani ditentukan berdasarkan 20% dari jumlah petani Desa Ciburuy sebesar 165 petani (Arikunto 2010). Lokasi sampel potensi konsolidasi pengelolaan lahan ditentukan berdasarkan data rotasi tanam dan jumlah petakan lahan pertanian Desa Ciburuy dengan teknik Simple Random Sampling. Data survey lapang dilengkapi dengan pengambilan data optimum kerja mesin traktor serta dokumentasi pengamatan lapangan.

4. Tahap Analisis dan Pengolahan Data

(21)

5

5. Tahap Analisis Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan

Konsolidasi lahan adalah kebijaksanaan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi masyarakat (Peraturan KaBPN No. 4 tahun 1991 dalam Manchyus 2009). Konsolidasi lahan dilaksanakan berdasarkan pengaturan penggunaan tanah khususnya pengelolaan untuk menekan biaya pengelolaan (Guanghui et al. 2014). Pengelolaan lahan khususnya membajak tanah di desa penelitian menggunakan hand tractor yang memiliki motor satu silinder dengan daya 5-15 Hp dan bahan bakar yang digunakan adalah solar. Hand tractor dapat dioperasikan pada lahan yang lembab atau basah dan tidak terlalu kering.

Analisis deskriptif mengenai konsolidasi pengelolaan lahan meliputi hasil verifikasi lahan padi sawah, pengolahan terhadap data respon potensi konsolidasi, rotasi tanam padi-padi, dan berdasarkan data optimum kerja mesin traktor ditunjukkan pada bagan alir penelitian (Gambar 3). Pengolahan data dilakukan dalam bentuk bentuk peta, data tabular, maupun foto-foto lapang. Tahapan yang dilakukan setelah menghasilkan data potensi konsolidasi adalah menghitung efisiensi beban pengelolaan. Perhitungan efisiensi beban pengelolaan dilakukan dengan mengurangi total biaya pengelolaan sebelum dan setelah konsolidasi sesuai biaya penyewaan mesin traktor untuk membajak sawah per harinya di desa penelitian (Gambar 2). Perhitungan harga rata-rata, minimum serta maksimum sebelum dan setelah konsolidasi juga dilakukan. Tahap selanjutnya adalah perhitungan efisiensi beban pengelolaan melalui data petakan lahan sawah sebelum dan setelah konsolidasi pengelolaan. Perhitungan efisiensi biaya pengelolaan lahan keseluruhan setelah konsolidasi juga dilakukan.

(22)

6

Gambar 3. Bagan Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Penggunaan Lahan Pertanian

Hasil interpretasi penggunaan lahan pertanian menggunakan citra Ikonos dan verifikasi disajikan pada Tabel 1. Hasil interpretasi penggunaan lahan pertanian diperoleh dua jenis penggunaan lahan pertanian, yaitu sawah dan tegalan sedangkan hasil verifikasi diperoleh tiga penggunaan lahan pertanian,

(23)

7

yaitu sawah, tegalan, dan kebun campuran. Jumlah petakan penggunaan lahan pertanian interpretasi citra sebesar 1018 petak dan hasil verifikasi 898 petak. Jumlah petakan penggunaan lahan sawah mengalami pengurangan dari 961 petak menjadi 740 petak namun terjadi penambahan jumlah petakan penggunaan lahan tegalan menjadi 141 petak dan terdapat 17 petak kebun campuran setelah dilakukan verifikasi.

Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra dengan tujuan untuk mengidentifikasi obyek yang tergambar pada citra dan menilai arti penting obyek tersebut (Sutanto 1979). Tahapan dalam interpretasi adalah identifikasi, deleniasi, dan klasifikasi. Interpretasi visual merupakan interpretasi yang dilakukan oleh pikiran manusia sesuai dengan tahapan interpretasi. Pada umumnya, interpretasi dimulai dari kenampakan yang umum kemudian didetilkan pada kenampakan yang khusus. Interpretasi visual dilakukan dengan membandingkan kenampakan obyek terhadap kunci interpretasi citra yaitu rona/warna, tekstur, ukuran, bentuk, pola, bayangan, site, dan asosiasi.

Tabel 1. Jumlah Petakan Penggunaan Lahan Sebelum dan Setelah Verifikasi

Penggunaan Lahan

Tabel 2. Akurasi Interpretasi Jumlah Petakan Kondisi Petakan Jumlah Petakan Akurasi (%) Interpretasi Citra 898

88 Verifikasi 1018

(24)

8

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Pertanian Sebelum Verifikasi

Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Pertanian Setelah Verifikasi

(25)

9

yang berbeda mungkin dilakukan dalam waktu yang sama tetapi di tempat yang berbeda dalam satuan lahan yang sama (Hardjowigeno et al. 1999).

Penggunaan lahan non pertanian terdiri dari lahan terbuka dengan luas 5,20 ha dan perumahan 3,07 ha diperoleh pada saat verifikasi hasil interpretasi penggunaan lahan pertanian. Kesalahan dalam interpretasi dimana pada citra menunjukkan ciri-ciri kenampakan berupa penggunaan lahan sawah namun hasil verifikasi menunjukkan obyek lahan non pertanian. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian yang disebabkan oleh perbedaan waktu pada saat perekaman citra dan waktu verifikasi lahan. Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan penggunaan atau aktivitas terhadap suatu lahan yang berbeda dari aktivitas sebelumnya, baik untuk tujuan komersial maupun industri (Munibah 2008). Peta penggunaan lahan hasil verifikasi penggunaan lahan pertanian di Desa Ciburuy disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan Setelah Verifikasi

(26)

10

Gambar 7. Kenampakan pada Citra (Lahan Sawah) dan Keadaan Sebenarnya (Lahan Terbuka)

Gambar 8. Kenampakan pada Citra (Lahan Sawah) dan Keadaan Sebenarnya (Perumahan)

Identifikasi Penggunaan Lahan Pertanian 2013 dan 2015

Verifikasi penggunaan lahan pertanian melalui petakan memperoleh hasil perbandingan antara penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2013 dengan hasil verifikasi tahun 2015. Jumlah petakan lahan pertanian tahun 2013 sebesar 884 petak dan pada tahun 2015 terjadi penambahan jumlah petakan lahan pertanian menjadi 898 petak. Perbedaan jumlah tersebut disebabkan oleh penambahan petakan pada penggunaan lahan sawah dari 709 menjadi 740 petak dan kebun campuran dari 3 menjadi 17 petak namun pada penggunaan lahan tegalan terjadi penurunan jumlah petakan (Tabel 3). Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan penggunaan lahan pertanian pada beberapa luas lahan. Perbedaan waktu verifikasi antara tahun 2013 dan 2015 juga menjadi penyebab perubahan hasil verifikasi terhadap lahan pertanian di Desa Ciburuy. Nilai akurasi hasil perbandingan antara interpretasi tahun 2013 dan 2015 diperoleh sebesar 98% (Tabel 4). Peta petakan lahan pertanian tahun 2013 dan 2015 disajikan pada Gambar 9.

Tabel 3. Petakan Penggunaan Lahan Pertanian 2013 dan 2015

Penggunaan Lahan Petakan

Tabel 4. Akurasi dan Perubahan Jumlah Petakan Penggunaan Lahan Pertanian 2013 dan 2015

Kondisi Petakan Verifikasi Jumlah Petakan Akurasi (%)

Tahun 2013 884

98

(27)

11

Gambar 9. Peta Petakan Lahan Pertanian Desa Ciburuy 2013 dan 2015

Identifikasi Bentuk dan Ukuran Lahan Sawah

Kombinasi warna true color menghasilkan warna sesuai dengan kenampakkan di permukaan bumi sehingga lahan sawah lebih mudah dikenali. Sawah didefinisikan sebagai areal pertanian yang digenangi air atau diberi air, baik dengan teknologi pengairan, tadah hujan, maupun pasang surut. Pada citra Ikonos sawah memiliki pola yang teratur, bentuk yang berpetak-petak, teksturnya halus, biasanya berada dekat dengan jalan, sungai, dan permukiman.

(a) (b) (c) Gambar 10. Kenampakan Objek Sawah pada Citra

(28)

12

namun cenderung horizontal. Ukuran petakan lahan sawah Desa Ciburuy cenderung berukuran kecil. Luas rata-rata petakan lahan sawah sebesar 553,02 m2 dengan luas lahan terbesar 5.340,95 m2 dan terkecil 41,51 m2. Tabel luas petakan lahan sawah Desa Ciburuy disajikan pada Tabel 5 dan Peta petakan lahan sawah pada Gambar 11.

Tabel 5. Luas Petakan Lahan Sawah Desa Ciburuy Petakan Lahan

Sawah Luas (m

2)

Rata-rata 553,02 Maks 5.340,95

Min 41,51

Gambar 11. Peta Petakan Lahan Sawah Desa Ciburuy

Rotasi Tanam

(29)

13

Untuk mempermudah melihat rotasi tanam, 21 jenis rotasi tanam dikelompokkan menjadi lima blok tanam. Blok-blok ini dibedakan berdasarkan jenis komoditas yang diprioritaskan di lahan dan lama masa tanamnya. Berikut penggolongan blok tanam yang ada di Desa Ciburuy (Puspa 2013):

a. Blok Padi

Blok padi terdiri dari semua lahan yang ditanami padi dalam satu tahun baik hanya satu kali maupun lebih. Tanaman padi menjadi prioritas dalam blok ini meskipun dalam satu tahun lahan tersebut tidak hanya ditanami padi, misalnya rotasi tanam Padi-Jagung dan Padi-Ubi akan termasuk ke dalam blok padi.

b. Blok Umbi-umbian dan Palawija

Pengelolaan lahan yang termasuk dalam blok ini merupakan lahan yang dalam satu tahun pernah ditanami komoditas umbi-umbian dan palawija, atau yang menjadi tanaman prioritas di lahan tersebut adalah umbi-umbian atau palawija. Contoh tanaman prioritas yang ditanam di blok ini adalah ubi, bengkuang, dan jagung yang juga memiliki lama masa tanam sama (3-4 bulan)

c. Blok Hortikultura

Lahan yang termasuk dalam blok ini adalah semua lahan yang dalam satu tahun pernah ditanami oleh tanaman hortikultura. Jika dalam satu tahun rotasi tanam, terdapat lahan yang ditanami ubi atau palawija hanya satu kali dan dua kali tanaman hortikultur, pola pengelolaan lahan tersebut tetap masuk kedalam Blok Hortikultura. Contoh rotasi tanamnya yaitu Jagung-Tomat-Cabai Rawit.

d. Blok Singkong

Blok ini terdiri dari lahan yang hanya ditanami singkong dalam setahun. Meskipun tanaman singkong termasuk ke dalam jenis umbi-umbian, lahan yang ditanami singkong tidak dapat masuk ke dalam Blok Umbi dan Palawija karena lama masa tanamnya yang mencapai 9 bulan hingga 1 tahun.

e. Blok Pepaya

Pengelolaan lahan yang termasuk ke dalam blok ini adalah lahan-lahan yang ditanami pepaya.

Tabel 6. Blok Tanam Desa Ciburuy 2013 dan 2015

Blok Tanam

(30)

14

Gambar 12. Peta Blok Tanam Desa Ciburuy Tahun 2013 dan 2015

(31)

15

Gambar 14. Peta Rotasi Tanam Desa Ciburuy Tahun 2015

Status Kepemilikan Mesin Traktor

Jenis pengelolaan tanah di desa penelitian cenderung menggunakan alat mekanik dibandingkan cara tradisional. Alat mekanik yang digunakan adalah traktor dengan jenis hand tractor. Penggunaan hand tractor menjadi satu-satunya alat pengelolaan tanah untuk tanaman padi di desa tersebut. Kepemilikan alat mekanik dengan status milik berjumlah satu petani sedangkan untuk petani lainnya memiliki status kepemilikan sewa. Secara umum waktu sewa traktor per musim tanam untuk rotasi tanam padi-padi bervariasi tergantung pada petak sawah yang dimiliki atau digarap petani. Rotasi tanam lainnya tidak menggunakan mesin traktor. Biaya penyewaan mesin traktor berdasarkan hasil wawancara petani sebesar Rp 150.000,00 untuk status milik dan Rp 200.000,00 untuk sewa per harinya (Tabel 7). Gambar hand tractor yang digunakan di desa penelitian pada Gambar 15.

Tabel 7. Status Kepemilikan Traktor Status Mesin

(32)

16

Gambar 15. Hand Tractor

Konsolidasi Pengelolaan Lahan Respon Konsolidasi

Respon konsolidasi pengelolaan lahan disajikan pada Tabel 8. Persentase respon tidak setuju tersebut berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan petani mengenai konsolidasi pengelolaan lahan dan tujuannya. Petani cenderung tidak setuju untuk merubah sistem dan cara bertaninya masing-masing. Selain itu, faktor perbedaan waktu tanam antara petani desa tersebut juga menjadi penyebab kurangnya respon terhadap konsolidasi. Menurut Barus et al. (2012a) dalam pengembangan model spasial lahan pertanian sejauh ini dilakukan dengan menggunakan data spasial dan unsur sosial khususnya mempertimbangkan unsur aktual sawah dan persepsi yang dibangun dalam unit administrasi. Berdasarkan data wawancara petani terhadap penggunaan lahan pertanian diperoleh 27% respon setuju mengenai konsolidasi pengelolaan dan 73% lainnya tidak setuju atau setara dengan 12,57 ha setuju konsolidasi dan 39,47 ha tidak setuju konsolidasi. Partisipasi pemilik dan penggarap lahan sawah dalam konsolidasi pengelolaan lahan harus menjamin bahwa keberdaan program tersebut memberikan manfaat bagi mereka. Upaya mengenai program, studi kelayakan, dan analisis prospek keuntungan juga harus diketahui sehingga dalam pelaksanaan program dimulai dengan mempelajari teknik dan proses mengenai konsolidasi pengelolaan lahan (Ishikawa 1998). Peta respon konsolidasi pengelolaan lahan disajikan pada Gambar 16.

Tabel 8. Respon Konsolidasi Respon

Konsolidasi

Jumlah Petakan

Persentase (%)

Luas (ha)

Setuju 245 27 12,57

Tidak Setuju 653 73 39,47

(33)

17

Gambar 16. Peta Respon Konsolidasi Pengelolaan Lahan

Analisis Konsolidasi Pengelolaan Lahan

Konsolidasi pengelolaan lahan di lokasi penelitian dibentuk berdasarkan lahan sawah dengan rotasi tanam padi-padi, memiliki respon setuju konsolidasi, dan memiliki status sewa terhadap mesin traktor. Konsolidasi tersebut disesuaikan dengan data optimum kerja mesin traktor perharinya, yaitu sebesar 2500-3500 m2. Peta rotasi tanam padi-padi dan respon konsolidasi disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Peta Rotasi Tanam Padi-Padi dan Respon Konsolidasi

(34)

18

pola konsolidasi yang dihasilkan tidak memiliki bentuk yang seragam akan tetapi pola dominannya adalah horizontal. Blok konsolidasi pengelolaan yang dihasilkan memiliki kelas dengan luas kurang dari 3000 m2, 3000-3500 m2, dan lebih dari 3500 m2. Blok yang memiliki luas kurang dari 3000 m2 dan 3000-3500 m2 menjadi luasan blok dominan di desa tersebut. Bentuk polanya bervariasi dan cenderung tidak teratur. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh respon konsolidasi pengelolaan yang berbeda dari setiap pemilik atau penggarap dan luas optimum kerja mesin traktor perhari. Luas blok konsolidasi 3000-3500 m2 terdapat dua blok

lahan sawah dan luas lebih dari 3500 m2 terdapat satu blok. Hal ini dipengaruhi oleh lokasi petak sawah yang cenderung menyebar dengan jarak yang cukup jauh untuk dilakukan konsolidasi.

Gamrbar 18. Peta Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Respon Setuju

Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan Respon Setuju Konsolidasi

Pengelolaan lahan khususnya lahan sawah berhubungan dengan cara mengolah tanah dan tenaga pengolahnya. Penggunaan mesin traktor dalam pengelolaan lahan sawah dipengaruhi oleh faktor bentuk, luas, panjang atau lebar petak sawah yang berperan menentukan efisiensi kerja mengolah tanah. Faktor tersebut menjadi dasar dilaksanakan potensi konsolidasi pengelolaan lahan khususnya mekanik. Efisiensi beban pengelolaan lahan menghasilkan efisiensi biaya total sebesar Rp 6.200.000,00 dengan luas lahan setelah dilaksanakan konsolidasi pengelolaan 12,57 ha (Tabel 9). Efisiensi biaya rata-rata tiap petani penggarap atau pemilik sebesar Rp 386.207,00 dan biaya minimum Rp 66.667,00 untuk pengelolaan lahan dalam satu musim tanam. Variasi penurunan biaya pengelolaan ini dipengaruhi oleh jumlah petak, ukuran, luas petak yang dimiliki atau digarap petani sebelum dilakukan potensi konsolidasi serta jumlah petani penggarap atau pemilik dalam satu blok potensi konsolidasi yang dibuat berdasarkan luas kerja optimum mesin traktor per hari di Desa Ciburuy.

(35)

19

efisien dalam sistem kerja mesin traktor dengan luasan optimum perharinya. Jumlah petani terdiri dari 1-3 orang dalam satu blok. Blok yang memiliki jumlah petani lebih banyak, biaya pengelolaan lahannya akan semakin kecil karena biaya pengelolaan tersebut ditanggung bersama. Pembagian biaya pengelolaan dengan jumlah petani lebih dari satu orang dapat dilakukan dengan pembagian biaya sesuai jumlah petani dalam satu blok konsolidasi atau dibagi berdasarkan musim tanam.

Efisiensi beban pengelolaan lahan lainnya diperoleh melalui data petakan lahan sawah setelah dilakukan konsolidasi mengalami pengurangan petak sebesar 189 petak lahan sawah (Tabel 10). Data tersebut merupakan hasil pengurangan petak lahan sawah sebelum dan setelah konsolidasi. Jumlah galengan atau petak yang telah berkurang tersebut dapat meminimalkan sistem kerja mesin traktor sehingga menjadi optimum dan mengurangi biaya pengeluaran untuk pengelolaan lahan sawah.

Tabel 9. Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan setelah Konsolidasi (Respon Setuju)

Efisiensi Sebelum Konsolidasi(Rp)

Setelah Konsolidasi (Rp) Rataan 600.000 386.207

Min 200.000 66.667 Max 3.800.000 2.000.000 Total 17.400.000 11.200.000 Selisih 6.200.000

Tabel 10. Efisiensi Jumlah Petakan Sebelum dan Setelah Konsolidasi (Respon Setuju)

Kondisi Petakan Jumlah Petakan Efisiensi Sebelum Konsolidasi 245

189 Setelah Konsolidasi 56

Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan Desa Ciburuy

Efisiensi beban pengelolaan lahan Desa Ciburuy ditunjukkan pada Tabel 11 dan Gambar 19. Biaya pengelolaan sebelum dilaksanakan konsolidasi sebesar Rp 71.600.000,00 sedangkan setelah dilaksanakan konsolidasi mengalami penurunan biaya pengelolaan sebesar Rp 35.600.000,00. Hasil tersebut menunjukkan bahwa efisiensi beban pengelolaan lahan keseluruhan sebesar Rp 36.000.000,00 atau setara 50% dari biaya keseluruhan.

Tabel 11. Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan setelah Konsolidasi

Efisiensi Sebelum Konsolidasi (Rp) Setelah Konsolidasi (Rp)

Rataan 246.897 153.502

Min 200.000 40.000

Max 1.200.000 200.000

(36)

20

Gambar 19. Peta Konsolidasi Pengelolaan Lahan Desa Ciburuy

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Peta penggunaan lahan pertanian 2015 yang dibuat dengan memanfaatkan citra Ikonos 2010 dan peta petakan lahan pertanian 2013 memiliki akurasi 88%. Identifikasi lahan sawah dengan memanfaatkan citra Ikonos diperoleh bentuk petakan lahan sawah yang tidak seragam namun cenderung horizontal. Ukuran petakan lahan sawah Desa Ciburuy cenderung berukuran kecil dengan luas rata-rata petakan lahan sawah sebesar 553,02 m2.

Jumlah rotasi tanam di desa Ciburuy sebesar 21 rotasi. Rotasi tanam padi-padi adalah rotasi dominan. Alat mekanik yang digunakan dalam pengelolaan lahan sawah adalah traktor dengan jenis hand tractor sedangkan pengelolaan lainnya bersifat tradisional. Status kepemilikan sewa terhadap mesin traktor memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan milik.

Potensi konsolidasi pengelolaan lahan di Desa Ciburuy rendah karena 73% respon tidak setuju. Konsep konsolidasi pengelolaan lahan dibentuk berdasarkan asumsi luas optimum kerja mesin traktor. Berdasarkan konsep ini maka luasan ideal untuk konsolidasi pengelolaan adalah kurang dari 3000 m2 dan 3000-3500 m2. Secara spasial pola konsolidasi yang dihasilkan tidak memiliki bentuk yang seragam.

(37)

21

pengurangan sebesar 189 petak lahan sawah. Efisiensi biaya rata-rata tiap petani penggarap atau pemilik sebesar Rp 386.207,00 dan biaya minimum Rp 66.667,00 untuk pengelolaan lahan dalam satu musim tanam. Jika seluruh lahan sawah Desa Ciburuy dikonsolidasikan maka efisensi beban pengelolaan sebesar Rp 36.000.000,00 setara 50% dari biaya keseluruhan.

Saran

Teknik informasi geografis dan remote sensing dapat digunakan untuk keperluan identifikasi persil lahan dan untuk menyusun potensi konsolidasi. Hal yang masih perlu dilakukan dalam penelitian adalah analisis sistem jaringan irigasi dan perhitungan luas galengan untuk menghasilkan data produktivitas padi.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani M, Suradisastra K, Wahyuni S, Wahyudi TS. 2012. Studi Konsolidasi Usahatani Basis Pengembangan Kawasan Pertanian. Laporan Akhir Penelitian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.

Balitbangtan. 2010. Evaluasi Kebijakan Sistem Desiminasi Teknologi Sumatera Utara. Bidang Sumberdaya Alam. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Barus B, DR Panuju, K Munibah, LS Iman, BH Trisasongko, N Diana, R Kusuma. 2012. Model Pemetaan Sawah dan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Paper.

Chrisdianti A P. 2013. Citra Ikonos untuk Identifikasi Batas Petakan dan Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press. Djaenuddin D, H Marwan, H Subagyo, A Mulyani, N Suharta. 2003. Kriteria

kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat. Bogor(ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Guanghui J, Xinpan W, Wenju Y, Ruijuan Z. 2015. A new system will lead to an optimal path of land consolidation spatial management in China. Land Use Policy. 42(1):27-37.

(38)

22

Marsden T, Sonnino R. 2008. Rural development and the regional state: denying multifunctional agriculture in the UK. Journal of Rural Studies. 24(1):422–431.

Munibah K. 2008. Model Penggunaan Lahan Berkelanjutan di DAS Cidanau, Kabupaten Serang, Propinsi Banten [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sidik N. 2014. Buffer, Dissolve, Union, Intersect. Laporan Praktikum SIG Acara VII. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta Press.

Sitorus SRP. 1986. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.

Sutanto. 1979. Pengetahuan Dasar Interpretasi Citra. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

(39)
(40)

FK 018 PV 007 Lufie N Padi-Padi Alat Mekanis

Zakaria Padi-Padi Alat Mekanis

(41)

FK 023 PV 110 Engkos Padi-Padi Alat Mekanis

Hand

Traktor Sewa Pribadi Rp 200.000,- 6 3

FK 030 PV 096 Jaya Padi-Padi Alat Mekanis

Hand

Traktor Sewa Pribadi Rp 200.000,- 2 4

FK 006 PV 031 Tatang Padi-Padi Alat Mekanis

Hand

Traktor Sewa Pribadi Rp 200.000,- 1 5

FK 027 PV 011 Jamsari Padi-padi Alat Mekanis

Hand

Traktor Sewa Pribadi Rp 200.000,- 1 7

FK 034 PV 043 Ari

Ubi-Bengkuang Tradisional

- - - - 2 -

FK 013 PV 045 Indra

Bengkuang-Bengkuang Tradisional

- - - - 6 -

FK 022 PV 062 Ismat

Singkong-Jagung Tradisional

- - - - 2 -

FK 007 PV 063 Osman Singkong Tradisional

- - - - 1 -

FK009 PV 067 Baung Ubi-Ubi Tradisional

- - - - 2 -

FK 019 PV 068 Mamad

Ubi-Singkong Tradisional

- - - - 3 -

(42)

FK 010 PV 092 Suhanda Pepaya Tradisional

- - - - 1 -

FK 014 PV 093 Iwan

Jagung-Bengkuang Tradisional

- - - - 3 -

FK 028 PV 151

Ahmad

Zakaria Pepaya Tradisional

- - - - 3 -

(43)

27

Lampiran 2. Rotasi Tanam Desa Ciburuy 2013 dan 2015

Rotasi Tanam

Singkong-Jagung 1 0,05

(44)

28

Lampiran 3. Data Respon Setuju Konsolidasi

(45)

29

Lampiram 4. Data Respon Tidak Setuju Konsolidasi

Respon Penggarap Jumlah Persentase %

(46)
(47)

31

Lampiran 5. Perhitungan Efisiensi Biaya Sebelum dan Setelah Konsolidasi (Respon Setuju)

(48)
(49)

33

K44 Atang 1 1 200.000 200.000 200.000

K45 Atang 1 1 200.000 200.000

100.000

Jaya 1 200.000

Sub Total (K45) 2 1 400.000 200.000

K46 Ibrahim 1 1 200.000 200.000 200.000

K47 Ibrahim 1 1 200.000 200.000 200.000

K48 Tatang 1 1 200.000 200.000 200.000

K49 Tatang 1 1 200.000 200.000 200.000

K50 Zakir 1 1 200.000 200.000 200.000

K51 Iwan 1 1 200.000 200.000 200.000

K52 Rosadi 1 1 200.000 200.000 200.000

K53 Parman 1 1 200.000 200.000 200.000

K54 Sugara 1 1 200.000 200.000 200.000

K55 Ancang 1 1 200.000 200.000

100.000

Sugara 1 200.000

Sub Total (K55) 2 1 400.000 200.000

K56 Ancang 2 1 400.000 200.000

100.000

Sukri 1 200.000

Sub Total (K56) 3 1 600.000 200.000

Total 87 56 17.400.000 11.200.000

(50)

34

Lampiran 6. Kuisioner

KUISIONER PENELITIAN

“POTENSI KONSOLIDASI PENGELOLAAN LAHAN PADI SAWAH DI DESA

CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR”

Oleh

Nur Fitriana (A14110025)

1. Status Kepemilikan Sawah : □ Pemilik □ Non Pemilik 2. Status Penguasaan Lahan :

□ Milik □ Sewa □ Bagi Hasil □ Gadai

3. Berapa luas sawah yang dimiliki : .…... m²/ha/bata/ ………. 4. Apakah lokasi sawah mengumpul menjadi satu?

□ Ya □ Tidak

5. Jika tidak, jumlah sawah : ……….. blok/persil

6. Jenis Sawah : □ Sawah Irigasi □ Sawah Tadah Hujan 7. Jenis Irigasi : □ Teknis □ Semi teknis □ Tradisional

□ Tadah hujan

8. Jarak lahan sawah ke jaringan irigasi primer? : ………....…m 9. Jarak lahan ke sungai? : ………m

10. Pengelolaan lahan sawah :

□ Digarap Sendiri □ Digarap Orang Lain

11. Luas sawah yang digarap :.……...m²/ha/bata/………….… 12. Pola Garap : □ Biaya ditanggung pemilik

□ Biaya ditanggung bersama □ Biaya ditanggung penggarap 13. Perbandingan hasil produksi : (Pemilik : Penggarap ) = (…. : ….)

14. Jenis Pengelolaan Menggunakan : □ Hewan (Kebau, Sapi) □ Alat Mekanis 15. Jika Menggunakan Alat Mekanis, Jenis Alat Mekanis :

□ Traktor Roda 2 □ Traktor Roda 4 14. Status Kepemilikan Traktor : □ Milik □ Sewa

15. Jika Sewa, Jenis Sewa Traktor : □ Pribadi □ Berkelompok

16. Biaya Penyewaan Traktor: ... Apakah anda setuju dengan pengelolaan lahan sawah secara bersama-sama (Konsolidasi)? □ Setuju □ Tidak Setuju

17. Intensitas tanam per tahun : □ 1x □ 2x □ 3x □ Lainnya………. Rotasi Tanam : ………..……….

18. Apakah ada gejala perubahan hasil panen dalam beberapa tahun terakhir?

□ Ya □ Tidak

19. Perubahan menunjukkan kenaikan atau penurunan?

□ Naik □ Turun

20. Apa perubahan terkait hal berikut? : □ Hama □ Air □ Pupuk □ Pengelolaan □ Lainnya...

Kode Kuisioner : Tanggal Wawancara :

Nama Responden : Koordinat-X :

Alamat : Koordinat-Y :

Desa/Kelurahan : Koordinat-Z :

Usia : Verifikasi Peta :

Pendidikan :

(51)

35

21. Bulan Tanam-Bulan Panen : ………..………

22. Komoditas : ………..……

23. Produksi : ……….ton/kw/kg 24. Kondisi irigasi : □ Baik □ Buruk

25. Kecukupan irigasi : □ Cukup □ Tidak cukup

26. Varietas yang digunakan : ……….. 27. Biaya produksi non TK usaha tani :

a. Bibit :…………..kg (@Rp……….) b. Pupuk : Total Rp ………..

Jenis pupuk yang diaplikasikan: Urea/ZA/TSP/KCL/NPK/Lainnya :……… Urea/ZA : ……… kg (@Rp ………..), aplikasi: …… kali TSP : ... kg (@Rp ...), aplikasi: ... kali KCl : ... kg (@Rp ...), aplikasi: ... kali NPK : ... kg (@Rp ...), aplikasi: ... kali Lainnya : ... c. Pembasmi hama ... ml/liter (Rp...) d. Iuran air Rp ... /bulan/musim/tahun

28. Penggunaan tenaga kerja : g. Sewa kendaraan angkut panen : Rp ……....

h. Pembayaran panen non tunai : ………..

29. Bulan Tanam-Bulan Panen : ……… 30. Komoditas : ……….... 31. Produksi : ……….ton/kw/kg

32. Kondisi irigasi : □ Baik □ Buruk 33. Kecukupan irigasi : □ Cukup □ Tidak cukup

34. Varietas yang digunakan : ……… 35. Biaya produksi usaha tani :

a. Bibit :…………..kg (@Rp……….) b. Pupuk : Total Rp ………..

Jenis pupuk yang diaplikasikan: Urea/ZA/TSP/KCL/NPK/Lainnya :……… Urea/ZA : ……… kg (@Rp ………..), aplikasi : ……. kali TSP : ... kg (@Rp ...), aplikasi: ... kali KCl : ... kg (@Rp ...), aplikasi: ... kali NPK : ... kg (@Rp ...), aplikasi: ... kali Lainnya : ... c. Pembasmi hama ... ml/liter (Rp...) d. Iuran air Rp ... /bulan/musim/tahun

Musim Tanam 1

(52)

36 g. Sewa kendaraan angkut panen : Rp ……….. h. Pembayaran panen non tunai : ………..

37. Bulan Tanam-Bulan Panen : ………

38. Komoditas : ………

39. Produksi : ……….ton/kw/kg 40. Kondisi irigasi : □ Baik □ Buruk

41. Kecukupan irigasi : □ Cukup □ Tidak cukup

42. Varietas yang digunakan : ………..………. 43. Biaya produksi usaha tani :

a. Bibit :…………..kg (@Rp……….) b. Pupuk : Total Rp ………..

Jenis pupuk yang diaplikasikan: Urea/ZA/TSP/KCL/NPK/Lainnya :... Urea/ZA : ………… kg (@Rp ………..), aplikasi : …… kali TSP: ... kg (@Rp ...) , aplikasi: ... kali KCl: ... kg (@Rp ...) , aplikasi: ... kali NPK: ... kg (@Rp ...) , aplikasi: ... kali Lainnya: ... c. Pembasmi hama ... ml/liter (Rp...) d. Iuran air Rp ... /bulan/musim/tahun

44. Penggunaan tenaga kerja : g. Sewa kendaraan angkut panen : Rp ……… h. Pembayaran panen non tunai : ………..

45. Bagaimana sistem penjualan : □ Tidak dijual □ Dijual seluruhnya hasil panen? □ Dijual sebagian dengan jumlah ...% 46. Bagaimana cara penjualan hasil panen? : □Cara tebas □ Dijual ke pasar

□ Dijual ke KUD □ Dijual ke BULOG □ Lainnya... 47. Apakah masih ada pendapatan dari luar pertanian?

□ Ya □ Tidak

48. Apa jenis pekerjaan tersebut? ... 49. Apakah pekerjaan tersebut bersifat

(53)

37

Lampiran 7. Dokumentasi Penggunaan Lahan

a. Kebun Campuran b. Lahan Terbuka

c. Perumahan d. Sawah

Lampiran 8. Dokumentasi Alat Pegelolaan Mekanik Lahan Sawah (Hand Tractor)

Lampiran 9. Dokumentasi Wawancara Petani

(54)

38

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Maret 1993 dari ayah Safruddin dan ibu Fatimah. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 80 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Contoh Perhitungan Efisiensi Biaya Pengelolaan Hasil Konsolidasi
Gambar 3. Bagan Diagram Alir Penelitian
Tabel 1. Jumlah Petakan Penggunaan Lahan Sebelum dan Setelah Verifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS ANAK KELOMPOK B DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN PESAN BERANTAI DI TK PERTIWI III SAWAHAN, NGEMPLAK, BOYOLALI TAHUN

latar belakang masalah diatas, tertarik untuk mengkaji lebih luas mengenai permasalahan diatas yaitu dengan penelitian yang berjudul “ Penerapan Metode Eksperimen Untuk

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur.. Periode

[r]

seluruh hasil keputusan Pokja ULP Konstruksi Kabupaten Bone Bolango, dan tidak berhak. melakukan sanggahan apabila nantinya tidak diputuskan sebagai pemenang

Siswa memiliki kemampuan mengaplikasikan konsep geometri dan trigonometri dalam masalah kehidupan sehari-hari pada topik:. -

Setelah istri bekerja di luar negeri suami menghabiskan dengan sia-sia uang yang dikirim, keluarga menjadi tergantung sepenuhnya pada uang yang dikirim, serta uang

That the existing Foot ad Mouth Disease control and eradication programmes of the Member Countries shall no, be coordinated by this joint programme and shall be intensified order