• Tidak ada hasil yang ditemukan

Induksi Perkembangan Gonad Betina Ikan Gabus (Channa Striata, Bloch) Dengan Penyuntikan Hormon Hcg Dalam Wadah Budidaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Induksi Perkembangan Gonad Betina Ikan Gabus (Channa Striata, Bloch) Dengan Penyuntikan Hormon Hcg Dalam Wadah Budidaya."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

INDUKSI PERKEMBANGAN GONAD BETINA

IKAN GABUS (

Channa striata

, Bloch)

DENGAN PENYUNTIKAN HORMON HCG

DALAM WADAH BUDIDAYA

EUIS RAKHMAWATI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Induksi Perkembangan Gonad Betina Ikan Gabus (Channa striata, Bloch) dengan

Penyuntikan Hormon HCG dalam Wadah Budidaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Euis Rakhmawati

(4)

ABSTRAK

EUIS RAKHMAWATI. Induksi Perkembangan Gonad Betina Ikan Gabus (Channa striata, Bloch) dengan Penyuntikan Hormon HCG dalam Wadah Budidaya. Dibimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and DINAR TRI SOELISTYOWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuntikan hormon HCG terhadap perkembangan gonad ikan gabus (Channa striata, Bloch) yang dipelihara dalam wadah terkontrol. Dua kelompok induk betina; I) sebagai ikan kontrol dan II) sebagai ikan yang akan diberi induksi hormon, masing-masing sebanyak tiga ekor dipelihara dalam enam buah akuarium. Induk diberi pakan benih ikan nila secara ad atiation dua kali sehari. Penyuntikan hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg dilakukan secara intramuskular seminggu sekali selama tiga minggu pemeliharaan sedangkan penyuntikan larutan fisiologis dilakukan pada ikan kontrol. Mulai minggu kedua, ikan yang disuntik hormon HCG dengan dosis 500 IU memiliki jumlah oosit berukuran besar (0,8 -1,2mm) yang lebih banyak dibandingikan kontrol. Nilai IKG, IHS, fekunditas, dan LPH antara ikan kontrol dan perlakuan HCG menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Dari hasil yang didapat, dapat dibuktikan bahwa penyuntikan hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg dengan frekuensi penyuntikan tiga kali dapat mempercepat perkembangan oosit ikan gabus betina.

Kata kunci : Channa striata, HCG, Ikan gabus, Perkembangan gonad.

ABSTRACT

EUIS RAKHMAWATI. Induction on Development of Female Striped Snakehead (Channa striata, Bloch) Gonad by Using Injection of HCG Hormone in Rearing Vessel. Supervised by MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and DINAR TRI SOELISTYOWATI.

This experiment was carried out to confirmed the role of HCG injection towards the gonad development in striped snakehead (Channa striata, Bloch) reared in controlled container. Two groups of female broodstocks; I) as control and 2) as fish induced by hormone. Each group contained three fishes were reared in six aquaria. The fish were fed with tilapia’s seed twice daily. The injection of HCG 500 IU/kg of body weight was done intramuscularly once a week in three weeks of rearing period whereas physiological solution was injected to control fishes. After one week, fishes injected by HCG 500 IU had a greater number of large group oocytes (0,8 – 1,2 mm) than control. There is no significant difference (P>0,05) on percentage of IKG, IHS, and also the fecundity and SGR between HCG injected and control fishes. From the result, it was confirmed that the injection of HCG 500 IU/kg body weight with three times injection frequencies could accelerate the oocytes development of female striped snakehead.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

INDUKSI PERKEMBANGAN GONAD BETINA

IKAN GABUS (

Channa striata

, Bloch)

DENGAN PENYUNTIKAN HORMON HCG

DALAM WADAH BUDIDAYA

EUIS RAKHMAWATI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Induksi Perkembangan Gonad Betina Ikan Gabus (Channa striata, Bloch) dengan Penyuntikan Hormon HCG dalam Wadah Budidaya” ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September hingga Oktober 2014 di Laboratorium Teaching Farm Kolam Percobaan dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Jr, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati, DEA selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan banyak saran dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas akhir ini,

2. Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji dalam Ujian Akhir Skripsi atas bimbingan selama penulis menempuh pendidikan sarjana serta masukannya dalam penyusunan skripsi. 3. Dr. Dinamella Wahjuningrum, S.Si.,M.Si. selaku Komisi Pendidikan S1 BDP

atas masukannya dalam penyusunan tugas akhir ini,

4. Bapak Aam, Kak Deni, Kak Wira, Mba Lina, Kang Abe, Bapak Mar, Mba Yuli, Bapak Henda, dan Bapak Depi yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian,

5. Orangtua tercinta, Bapak Dikdik Iskandar, Ibu Sholikhah, dan Adik Rizka

NurIsti’anah, serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungan semangat

kepada penulis,

6. Teman-teman seperjuangan PBI 47 terutama Fira, Lilis, Haris, Dwi, Herry, Ovie, Adri, Linly, Arman, dan Bayyu

7. Sahabat-sahabat terdekat : Shema, Septi, Arum, Diani, Nadia, serta BDP 47 atas semangat, motivasi, kebersamaan, dan kenangannya, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan yang telah diberikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat, dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, April 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

METODE ... 2

Materi Uji ... 2

Ikan Uji ... 2

Hormon ... 2

Rancangan Percobaan ... 2

Prosedur Kerja ... 3

Pemeliharaan Ikan Uji ... 3

Penyuntikan Hormon ... 3

Metode Pengambilan Sampel ... 3

Pengukuran Diameter Telur ... 3

Histologi Gonad ... 4

Pengelolaan Kualitas Air ... 4

Parameter Uji ... 4

Diameter Telur ... 4

Indeks Kematangan Gonad (IKG) ... 5

Indeks Hepato Somatik (IHS) ... 5

Pertumbuhan Bobot Mutlak ... 5

Fekunditas ... 5

Analisis Data ... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Perkembangan Diameter Telur ... 6

Perkembangan Gonad ... 7

Pertumbuhan Bobot Mutlak ... 9

Kualitas Air ... 10

KESIMPULAN DAN SARAN ... 10

Kesimpulan ... 10

Saran ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

LAMPIRAN ... 13

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kualitas air pada pemeliharaan ikan gabus selama 21 hari ………4

2 Nilai rata-rata IKG dan IHS ikan perlakuan dengan penyuntikan hormon HCG secara berkala.………... 7

3 Bobot dan Pertumbuhan bobot mutlak ikan gabus……… 9

DAFTAR GAMBAR

1 Distribusi frekuensi diameter telur ikan gabus pada minggu ke 0-3…………...6

2 Histologi gonad ikan gabus setelah perlakuan. A: Kontrol (NaCl 0,9%); B: Perlakuan (HCG 500 IU)..………...…... 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Wadah pemeliharaan ikan gabus………. 13

2 Histologi Gonad mengacu pada Gunarso (1989)……… 13

3 Data frekuensi diameter telur ikan gabus Channa striata perlakuan kontrol…. 14 4 Indeks Kematangan Gonad ikan gabus minggu ke-3……….. 14

5 Indeks Hepato Somatik ikan gabus minggu ke-3……… 14

6 Fekunditas ikan gabus minggu ke-3….………... 15

7 Bobot ikan gabus sampai minggu ke-3……… 15

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan gabus (Channa striata, Bloch) merupakan jenis ikan air tawar asli Indonesia dan terdistribusi hampir di seluruh Asia Tenggara dan India. Ikan gabus merupakan salah satu ikan konsumsi berekonomis tinggi dengan harga pasaran yang tinggi. Harga pasaran ikan gabus berkisar antara Rp 42.000 – Rp 45.000 per kg di pasar lokal dan Rp 250.000 - Rp 300.000 untuk ekspor. Ikan gabus memiliki keunggulan yaitu daging yang tebal, sedikit duri, dengan kandungan albumin yang tinggi dalam dagingnya (Marimuthu et al., 2009). Di lingkungan alaminya ikan gabus dapat bertahan dalam lingkungan yang ekstrim dengan kandungan oksigen terlarut yang rendah serta amonia yang tinggi (Qin et al. 1997) dan sering dibudidayakan dalam air yang dangkal.

Menurut KKP (2014) produksi ikan gabus di Indonesia terus mengalami peningkatan dari 34.017 ton pada 2010 menjadi 40.790 ton pada 2012. Namun sebagian besar hasil produksi masih berasal dari hasil penangkapan di perairan umum. Penangkapan ikan gabus di alam dalam jumlah yang besar dan terus meningkat untuk memenuhi permintaan pasar telah mengakibatkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, konversi habitat ikan untuk pertanian, perumahan, industri serta pencemaran perairan, hal ini menyebabkan populasi ikan gabus semakin berkurang dan dikhawatirkan akan punah. Salah satu masalah dalam pengembangan budidaya ikan gabus adalah ketersediaan benih. Benih hasil produksi masal perlu diupayakan, agar tersedia kesinambungan bagi usaha budidaya.

Informasi perkembangan diameter telur dalam gonad ikan sangat berguna untuk menduga waktu pemijahan pada ikan gabus sehingga pembudidaya dapat meningkatkan efisiensi pemijahan dan pembenihan. Secara alami, faktor fisiologis dan lingkungan umumnya dijadikan pertimbangan sebagai syarat penting dalam merangsang pemijahan pada ikan teleostei. Pada ikan gabus pemijahan secara alami terjadi pada awal sampai pertengahan musim penghujan. Perkembangan gonad yang optimal sampai terjadinya ovulasi pada induk ikan gabus selama ini telah dilakukan melalui usaha manipulasi ketinggian air dan penyuntikan sGnRH-a (salmon gonadotropin releasing hormone - analog) dan antidopamin (Bijaksana 2010). Sedangkan injeksi ekstrak hipofisa secara intramuskular dengan dosis 45 mg/kg pada penyuntikan pertama dan 80 mg/kg pada penyuntikan kedua mampu menstimulasi ovulasi setelah 9-12 jam (Hossain et al. 2008).

(14)

2

stimulasi hormonal melalui penyuntikan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) secara berkala.

Hormon HCG adalah hormon gonadotropin yang disekresi oleh wanita hamil dan disintesis oleh sel-sel sinsitio tropoblas dari plasenta. Stimulasi hormonal secara buatan dapat memanipulasi sistem hormonal dalam tubuh ikan sehingga sinyal lingkungan sebagai stimulus alami tidak diperlukan. Penggunaan hormon HCG secara implan sebelumnya telah digunakan untuk meningkatkan kematangan gonad di luar musim pemijahan ikan gabus (Selvaraj et al. 2012), sedangkan penyuntikan dengan dosis 3000 IU/kg juga telah terbukti dapat merangsang pemijahan (Haniffa et al. 2000). Penggunaan hormon HCG dengan dosis 500 IU sering digunakan untuk menstimulasi pematangan gonad dan meningkatkan keseragaman telur pada ikan patin (Pangasius hypophthalmus) (Legendre et al. 1998). Dosis hormon HCG 500 IU diharapkan juga mampu menstimulasi perkembangan gonad dari ikan gabus (Channa striata, Bloch) betina.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuntikan hormon HCG terhadap perkembangan gonad ikan gabus (Channa striata, Bloch) yang dipelihara dalam wadah budidaya.

METODE

Materi Uji

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah ikan gabus (Channa striata) betina hasil tangkapan di alam yang belum matang gonad dengan bobot awal rata-rata 200-500 gram/ekor. Ikan gabus ini diperoleh dari pengumpul di daerah Parung, Bogor. Ikan diadaptasikan terlebih dahulu sebelum diseleksi untuk dijadikan ikan uji. Jumlah ikan yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 6 ekor.

Hormon

Hormon yang digunakan dalam penelitian adalah Human Chorionic

Gonadotropin (HCG) komersial (Chorulon®, Intervet International B.V, European Union). Hormon HCG tersebut berbentuk serbuk sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu kedalam pelarutnya sebelum disuntikkan pada ikan uji. Hormon HCG yang telah dilarutkan kemudian disuntikkan kedalam tubuh ikan uji sesuai dosis.

Rancangan Percobaan

Penelitian dirancang dengan RAL, faktor terdiri dari penyuntikan hormon

(15)

3

tiga ulangan individu. Penyuntikan dilakukan secara berkala seminggu sekali sebanyak tiga kali. Perkembangan gonad diamati berdasarkan diameter telur, IKG, IHS setiap satu minggu paska penyuntikan.

Prosedur Kerja

Pemeliharaan Ikan Uji

Ikan sebelumnya diadaptasikan di dalam bak fiber berbentuk bulat dengan diameter 1,48 m dan volume 1 ton selama satu bulan, kemudian diseleksi sebanyak 6 ekor berdasarkan keseragaman ukuran diameter telurnya dan dipelihara secara individual di dalam wadah percobaan (akuarium) ukuran 95 x 46 x 45 cm3 dengan pengisian air sebanyak 109 liter dari total volume akuarium.

Akuarium pemeliharaan dilapisi plastik hitam untuk mencegah masuknya cahaya yang berlebihan dan dipasang aerasi pada satu titik. Bagian atas akuarium diberikan penutup berupa fiber bergelombang kemudian ditindih dengan papan kayu dan diberi pemberat berupa batu bata di bagian atasnya untuk mencegah ikan meloncat keluar wadah (Lampiran 1). Ikan gabus diberi pakan berupa ikan nila (Oreochromis sp.) hidup berukuran 5-6 cm secara ad satiation dengan waktu pemberian sebanyak dua kali setiap pagi dan sore hari.

Penyuntikan Hormon

Penyuntikan hormon HCG dilakukan dengan dosis 500 IU/kg menggunakan syringe 3 ml secara intramuskular (penyuntikan melalui otot punggung) sedangkan pada perlakuan kontrol disuntik dengan larutan fisiologis. Penyuntikan hormon dilakukan pada minggu ke-0,1, dan 2 (hari ke-0,7, dan 14). Penanganan ikan pada saat penyuntikan dilakukan dengan menggunakan kain basah sebagai alas dan ikan yang telah disuntik diletakkan kembali pada akuarium kemudian diberi antibakteri (Yellow Powder, UENO, Japan) dengan dosis 10 ppm dan garam 0,1% untuk mengurangi tingkat stres ikan uji.

Metode Pengambilan Sampel

Sampling dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21 pemeliharaan untuk memperoleh data bobot dan sampel telur. Penimbangan bobot hati dan gonad, serta histologi gonad dilakukan pada akhir penelitian (hari ke-21).

Sampling bobot dilakukan dengan menutup mata ikan menggunakan kain basah. Ikan ditimbang bobot tubuhnya serta diambil sampel telurnya dengan kateter berdiameter 1 dan 2 mm. Telur-telur yang terambil kemudian ditempatkan dalam mikrotube dan difiksasi dengan larutan serra yang terdiri dari 60% etanol, 30% formaldehid, dan 10% asam asetat (Slembrouck et al. 2003). Sampling gonad dan hati dilakukan dengan cara pembedahan dari bagian anus hingga operkulum, untuk kemudian dilakukan pengambilan gonad dan hati pada akhir penelitian.

Pengukuran Diameter Telur

(16)

4

sampel sebanyak 90 butir untuk setiap perlakuan ditata sedemikian rupa di atas kaca preparat. Diameter telur diukur secara fiksatif di bawah mikroskop binokuler dengan bantuan mikrometer okuler dengan perbesaran 40 kali.

Histologi Gonad

Pengujian pengaruh rangsangan hormonal terhadap perkembangan sel telur dilakukan melalui pengamatan secara histologis. Pembuatan preparat histologi dilakukan melalui tahapan fiksasi, dehidrasi, clearing, embedding, deparafinasi, pewarnaan preparat, dan dehidrasi. Sebelum dilakukan histologi, gonad difiksasi menggunakan larutan fiksasi Buffer Netral Formalin (BNF) 10% selama 1-2 hari, kemudian diberi perlakuan trimming dan dimasukkan ke dalam kaset plastik untuk dibuat blok lilin. Blok lilin yang terbentuk di potong dengan menggunakan mesin mikrotom dan diletakkan di gelas objek, setelah itu dilakukan pewarnaan HE (Haematoxillin Eosin) (Lampiran 2).

Pengelolaan Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian meliputi suhu, pH, kadar oksigen terlarut, dan total amoniak nitrogen (TAN). Penanganan kualitas air selama pemeliharaan ikan uji antara lain adalah dengan penyifonan dan pergantian air setiap tiga hari sekali dilakukan pada pagi hari dengan membuang air sebanyak 80% dan diganti dengan air baru yang berasal dari tempat penampungan air (tandon). Selama penelitian dilakukan sampling kualitas air pada waktu awal, tengah, dan akhir penelitian. Berikut adalah hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan ikan gabus dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kualitas air pada pemeliharaan ikan gabus selama 21 hari

Parameter Kontrol HCG 500 IU Standar

Min Max Min Max

Telur yang sudah diambil difiksasi dengan larutan serra untuk diamati menggunakan mikroskop okuler dan dibuat sebaran frekuensi diameter telur (Tamaru et al. 1991). Diameter telur diukur pada bagian yang terpanjang dengan perhitungan sebagai berikut:

Y = × 0.01

Keterangan:

(17)

5

X = Skala pada mikrometer okuler

FK = Faktor koreksi (0,4 untuk perbesaran 40 kali)

Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Perubahan secara kuantitatif yang terjadi pada gonad dapat diketahui melalui pengukuran indeks kematangan gonad (IKG). Nilai IKG merupakan nilai perbandingan antara berat gonad dengan keseluruhan bobot tubuh ikan. Rumus yang digunakan dalam parameter IKG menurut Effendi (1997) adalah:

IKG = × 100%

Indeks Hepato Somatik (IHS)

Selain IKG, parameter lain yang dapat digunakan untuk menilai kualitas gonad ikan adalah Indeks Hepatosomatik (IHS) yang merupakan nilai persentase antara bobot hati dengan total bobot tubuh. Rumus yang digunakan dalam pengamatan IHS menurut Effendi (1997) adalah:

IHS = × 100%

Pertumbuhan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertumbuhan selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dapat dihitung menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991):

W = Wt - Wo

Keterangan:

W = Pertumbuhan bobot mutlak (gram) Wt = Bobot akhir rata-rata ikan uji (gram) W0 = Bobot awal rata-rata ikan uji (gram)

Fekunditas

Fekunditas dihitung dengan metode gravimetrik dengan cara mengambil sampel telur dalam satu ekor ikan. Jumlah telur dihitung satu per satu dengan bantuan alat hitung. Fekunditas telur dihitung secara matematis dengan rumus:

Fekunditas =

Keterangan: G = Bobot gonad total (gram) Q = Berat telur contoh (gram)

(18)

6

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diuji dengan t.test berpasangan dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Data diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dengan taraf kepercayaan 95% dan dibahas secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Diameter Telur

Perkembangan diameter rata-rata telur dan distribusi penyebaran ukuran telurnya dapat digunakan untuk mengetahui tahap kematangan seksual pada ikan tersebut. Hasil pengamatan diameter telur diklasifikasikan menjadi tiga kisaran ukuran yaitu kecil (0,0-0,6), sedang (0,6-1,2), dan besar (1,2-1,8). Diameter oosit ikan kontrol maupun perlakuan hormon mengalami peningkatan ukuran setiap minggunya, yang ditunjukkan dengan peningkatan frekuensi telur yang berdiameter sedang dan besar. Pada minggu kedua ikan yang disuntik hormon HCG dengan dosis 500 IU menunjukkan peningkatan ukuran oosit berukuran besar (1,2-1,8 mm) lebih cepat dibanding ikan tanpa perlakuan hormon (kontrol), sedangkan jumlah oosit dengan diameter yang lebih kecil mulai berkurang. (Gambar 1 dan Lampiran 3).

Keterangan: (kelas diameter telur (mm): 0-0.6; 0.6-1.2;1.2-1,8

Gambar 1 Distribusi frekuensi diameter telur ikan gabus pada minggu ke 0-3 Diameter telur ikan gabus pada minggu ke 0-3 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan. Pada perlakuan kontrol minggu ke-0 diameter telur yang berukuran kecil (0,0-0,6) mencapai 70% dan telur yang berukuran sedang (0,6-1,2) sebanyak 10-30%. Pada pengamatan minggu ke-1 paska perlakuan penyuntikan dengan HCG 500 IU terdapat peningkatan jumlah telur yang berukuran sedang hingga 30% dibandingkan dengan kontrol (Gambar 1). Selanjutnya, pada minggu ke-2 ditemukan telur yang berukuran besar 10-50% dan

(19)

7

telur yang berukuran sedang meningkat, sedangkan yang berukuran kecil semakin sedikit dan tidak lebih dari 15%. Kelompok ikan perlakuan dengan penyuntikan HCG memiliki oosit dengan diameter 1,2-1,8 sebanyak 50% sedangkan pada kontrol sebesar 10% (Gambar 1). Pada minggu ke-3 jumlah telur yang berukuran besar meningkat hingga 80% paska perlakuan penyuntikan HCG dan sudah tidak ditemukan telur yang berukuran kecil, sedangkan pada kontrol masih ditemukan telur yang berukuran kecil 10%, berukuran sedang 60%, dan yang besar 30% (Lampiran 3).

Peningkatan ukuran diameter oosit pada ikan gabus disebabkan oleh adanya proses vitelogenesis secara hormonal. Vitelogenesis merupakan proses induksi dan sintesis vitelogenin di hati oleh hormon estradiol-17β yang diikuti penyerapan vitelogenin tersebut ke dalam oosit melalui aliran darah (Cabrita et al. 2009). Sedangkan vitelogenin adalah bakal kuning telur yang merupakan komponen utama dari oosit, vitelogenin merupakan glikofosfoprotein yang mengandung 20% lemak terutama dalam bentuk fosfolipid, trigliserida, dan kolesterol (Tang dan Affandi 2004). Pada ikan gabus yang diberi perlakuan stimulasi hormonal secara buatan menggunakan HCG dosis 500 IU, stimulasi produksi estradiol-17β selain terjadi secara normal oleh hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisa ikan juga distimulasi oleh penambahan hormon gonadotropin dari luar yakni human chorionic gonadotrophin (HCG).

Jika melihat frekuensi ukuran oosit berukuran besar yang lebih banyak pada ikan perlakuan HCG, dapat diketahui bahwa pemberian hormon HCG dosis 500 IU lebih efektif untuk menstimulasi proses steroidogenesis pada lapisan folikel sehingga sekresi estradiol-17β lebih banyak dan menyebabkan diameter oosit menjadi lebih besar. Perbedaan pola perkembangan oosit terjadi pada perlakuan kontrol minggu ke-1 (setelah penyuntikan pertama) terlihat jumlah oosit berdiameter kecil (0-0,6) meningkat sebanyak 10%, hal ini dapat disebabkan oleh adanya proses atresia yakni penyerapan kembali kuning telur oleh folikel yang salah satu faktor penyebabnya adalah stres (Lubzens et al. 2010). Faktor stres diduga merupakan penyebab atresia karena setelah minggu ke-1 saat tingkat stres ikan diduga telah berkurang perkembangan oosit ikan kontrol terlihat normal mengikuti pola perkembangan oosit ikan perlakuan HCG yakni oosit berukuran lebih kecil semakin berkurang dan diikuti oleh bertambahnya oosit yang berukuran lebih besar.

Perkembangan Gonad

(20)
(21)

9

Berdasarkan hasil histologi gonad terlihat bahwa gonad pada ikan kontrol (A) sebagian besar oosit masih berada pada tahap pravitelogenesis sedangkan gonad perlakuan (B) yaitu dengan penyuntikan hormon HCG dosis 500 IU menunjukkan sebagian besar oosit telah mencapai tahap vitelogenesis. Pada gonad yang diberi perlakuan HCG dosis 500 IU (B) memiliki ukuran oosit yang lebih besar dibanding gonad A (kontrol) serta ukuran oosit yang lebih seragam. Karakteristik morfologis dari oosit yang distimulasi HCG menunjukkan bahwa dalam penelitian ini HCG yang digunakan dapat menambah efektivitas stimulasi hormonal sehingga ukuran diameter oosit lebih besar. Perkembangan ovari pada teleostei dikontrol oleh keberadaan hormon gonadotropin (GTH), follicle stimulating hormon (FSH), dan luteinizing hormone (LH). Pada beberapa spesies teleostei FSH mengatur fase perkembangan oosit. Stimulasi oleh hormon FSH menyebabkan produksi estradiol-17β untuk meningkatkan produksi vitelogenin. Setelah pertumbuhan oosit maksimal, terjadi sekresi LH yang menyebabkan penurunan produksi estradiol-17β dan peningkatan maturation-inducing faktor (MIH) yang menginduksi terjadinya final oocyte maturation (FOM).

Nagahama (1994) menyatakan bahwa pemberian HCG secara in vitro

terhadap folikel ovarium mampu meningkatkan produksi maturing inducing hormone (MIH) sehingga dapat meningkatkan kematangan oosit. Saat oosit mencapai fase vitelogenesis akhir, sitoplasma akan menjadi lebih transparan dan berisi banyak butiran lemak dan vitelogenin, sedangkan pada fase GVBD butiran lemak dan kuning telur mulai bergabung dan vesikula germinal mulai bermigrasi (Cabrita et al. 2009). Histologi gonad juga menunjukkan bahwa seluruh kelas oosit (mulai dari vitelogenesis awal sampai FOM) dapat ditemukan, hal ini membuktikan bahwa tipe perkembangan gonad ikan gabus adalah asinkronisme, dan merupakan golongan ikan yang memijah sepanjang tahun.

Pertumbuhan Bobot Mutlak

Pertumbuhan bobot mutlak ikan gabus antar perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05) (Tabel 3), Bobot rata-rata ikan kontrol mengalami kenaikan setiap minggunya, sedangkan bobot rata-rata ikan perlakuan HCG mengalami penurunan pada minggu kedua.

Tabel 3 Bobot dan Pertumbuhan bobot mutlak

Perlakuan Bobot rata-rata (kg) minggu ke-

Pertumbuhan Bobot Mutlak (g)

0 1 2 3

Kontrol (NaCl 0,9 %) 0,36±0,14 0,38±0,16 0,38±0,16 0,39±0,15 35,00±13,23 HCG 500 IU 0,41±0,17 0,43±0,16 0,42±0,16 0,43±0,16 16,67± 7,64

(22)

10

penyuntikan. Stres saat penanganan sampling yang kurang tepat tersebut menyebabkan metabolisme ikan terganggu sehingga mempengaruhi perkembangan gonad (Muchlis 1997). Selain faktor stress, menurut Ramli dan

Rifa’i (2010) ikan gabus dengan kisaran berat 150-1.065 gram sudah masuk

dalam kategori ikan dewasa, sehingga ikan gabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ikan dewasa dan pertumbuhannya cenderung lambat serta sebagian besar nutrisi yang didapat lebih banyak digunakan untuk perkembangan gonad.

Kualitas Air

Nilai kualitas air untuk semua parameter yakni suhu, pH, kelarutan oksigen (DO), dan amonia secara umum masih dalam kisaran normal. Nilai DO (Tabel 1) minimal tercatat sebesar 2,8 mg/l dan lebih rendah dari kisaran normal. Nilai DO pada penelitian ini cenderung lebih rendah dibandingkan kisaran normal diduga karena adanya dekomposisi secara aerob bahan organik yakni berupa limbah hasil metabolisme ikan. Hal ini sesuai dengan Effendi (2003) yang menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut, selain itu nilai DO sangat dipengaruhi oleh suhu, pergerakan massa air, respirasi, dan limbah yang terdapat dalam air tersebut. Pengaruh dari metabolisme pakan hidup berupa ikan nila (Oreochromis sp.) yang diberikan dapat juga ikut menambah jumlah konsumsi oksigen di dalam akuarium. Kandungan oksigen terlarut yang rendah diduga tidak banyak berpengaruh, sebab ikan gabus memiliki alat pernafasan tambahan berupa ruang suprabranchial dan tubuhnya terlindungi oleh mukus sehingga dapat bertahan dalam lingkungan yang kandungan oksigen yang sangat rendah (Courtenay dan Williams 2004).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penyuntikan hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg secara intramuskular dengan frekuensi penyuntikan sebanyak tiga kali dapat mempercepat perkembangan diameter oosit dalam gonad ikan gabus betina (Channa striata) serta meningkatkan jumlah telur yang siap dipijahkan.

Saran

(23)

11

DAFTAR PUSTAKA

Bijaksana U. 2010. Kajian Fisiologi reproduksi ikan gabus, Channa striata Blkr di dalam wadah dan perairan rawa sebagai upaya domestikasi [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Cabrita E, Robles V, Herraez P. 2009. Methods in Reproductive Aquaculture Marine and Freshwater Species (US): CRC Press

Courtenay Jr. WR, JD Williams. 2004. Snakeheads (Pisces, Channidae) A Biological Synopsis and Risk Assessment. Colorado (US): U.S. Geological Survey

Dorucu M. 1999. Changes in the protein and lipid content of muscle, liver and ovaries in relation to Diphyllobothrium spp. (Cestoda) infection in powan (Coregonus lavaretus) from Loch Lomond, Scotland. Turk J Zool 24: 211– 218

Effendi MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.Yogyakarta (ID): Kanisius.

Gunarso W. 1989. Mikroteknik. PAU Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor Haniffa MA, Merlin T, Mohamed JS. 2000. Induced spawning of the striped

murrel Channa striatus using pituitary extracts, human chorionicgonadotropin, luteinizing hormone releasing hormone analogue, and ovaprim. Acta Icht. Piscat, 30: 53-60.

Hossain M, Latifa KA, Rahman MM. 2008. Observations on induced breeding of snakehead murrels, Channa striatus (Bloch, 1793). Int. J. Sustain. Crop Prod. 3: 65-68.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Statistik Perikanan Budidaya Kolam. http://statistik.kkp.go.id/index.php/statistik/ [27 Januari 2015].

Lagler KF, Bardach JE, Miller RR, Passino DRM. 1997. Ichtyology. New York (US) John Wiley and Sons Inc.

Legendre, M, Subagja J, Slembrouck J. 1998. Absence of marked seasonal variations in sexual maturity of Pangasius hypophthalmus brooders held in ponds at the Sukamandi Station (Java, Indonesia). Proc. Mid-term Catfish Asia Project, Canto, Vietnam, hal. 91 - 96.

Lubzens E, Young G, Bobe J, Cerda J. 2010. Oogenesis in teleosts: How fish eggs are formed. General and Comparative Endocrinology, 165: 367–389

Marimuthu K, Arokiaraj J, Haniffa MA. 2009. Effect of diet quality on seed production of the spotted snakehead Channa punctatus (Bloch). American-Eurasian Journal of Sustainable Agriculture, 3: 344-347.

Muchlis. 1997. Pengaruh penyuntikan hormon HCG terhadap perkembangan gonad ikan bala shark (Balantiocheilus melanopterus, Blkr.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Muslim, Syaifudin Ma. 2012. Domestikasi calon induk ikan gabus (Channa striata) dalam lingkungan budidaya kolam beton. Jurnal Ilmiah Sriwijaya

(24)

12

Muslim, Syaifudin Mb. 2012. Pemeliharaan benih ikan gabus (Channa striata) pada media budidaya dalam rangka domestikasi. Makalah. Seminar Nasional Riau 2012

Nagahama Y. 1994. Endocrine regulation of gametogenesis in fish. Int. J. Dev. Biol. 38: 217-229

Petrova GR, Hamwi N, Petrov I. 2012. Spawning, sex ratio and relationship between fecundity, length, weight and age of chub (Squalius cephalus L., 1758) in the Middle Stream of Iskak River (Bulgaria). Acta Zoologica Bulgarica, 64: 191-197.

Qin JA, Fast W, Kal AT. 1997. Tolerance of snakehead Channa striatus to ammonia at different pH. Journal of the World Aquaculture Society, 28: 87-90.

Ramli HR, Rifa’i MA. 2010. Telaah food habits, parasit dan bio-limnologi

fase-fase kehidupan ikan gabus (Channa striata) di perairan umum Kalimantan Selatan. Ecosystem 10: 76-84

Rottman RW, Shireman JV, Chapman FA. 1991. Determining sexual of broodstock for induced spawning of fish. Southern Regional Aquaculture Center 423

Selvaraj S, Francis T, Venkatasamy M, Santhoshkumar S. 2012. Effect of HCG implants on change in testosterone and estradiol level in blood serum of murrel, Channa striatus. Tamilnadu J. Veterinary & Animal Sciences. 8: 290-298

Slembrouck J, Subagja J, Day D, Legendre M. 2003. Larval rearing in technical manual for artificial propagation of the Indonesia catfish Pangasius jambal. Slembruck J, Komarudin O, Maskur, Legendre M, editor.Jakarta(ID): IRD dan Departemen Kelautan dan Perikanan.. hlm 207-222.

Tamaru CS, Kelly CD, Lee CS, Aida K, Hanyu I, Goetz F. 1991. Steroid profiles during maturation and induced spawning of the stripped mullet, Mugil cephalus L. Aquaculture 95: 149-168

Tang UM, Affandi R. 2004. Biologi Reproduksi. Pekanbaru (ID): Unri Press Witthames PR, Walker MG, Dinis MT, Whiting CL. 1995. The geographical

variation in the potential annual fecundity of dover sole, Solea solea, from European shelf waters during 1991. Neth. J. Sea Res 34: 45-58

Zairin M Jr. 2003. Endokrinologi dan peranannya bagi masa depan perikanan Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Zonneveld N, Huissman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan.

Jakarta(ID): Gramedia Pustaka Umum.

(25)
(26)

14

6. Pewarnaan preparat dilakukan dengan merendam dalam haematoksilin selama 7 menit kemudian dibilas pada air (aquadest) mengalir selama 5 menit. Selanjutnya kembali direndam dalam eosin selama 3 menit

7. Dehidrasi kembali dilakukan dengan merendam preparat dalam alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 85%, alkohol 90%, alkohol absolut I, dan alkohol absolut II masing-masing selama 3 menit

8. Selanjutnya preparat direndam dalam larutan xylol I dan xylol II masing-masing selama 3 menit

9. Preparat yang telah diwarnai dilapisi perekat berupa entellan neu kemudian ditutup dengan cover glass.

Lampiran 3 Data frekuensi diameter telur ikan gabus Channa striata

Kelas

Keterangan: K = kontrol dan P= HCG 500 IU

Lampiran 4 Indeks Kematangan Gonad ikan gabus minggu ke-3 Ulangan ke- Indeks Kematangan Gonad (%)

Kontrol* HCG 500 IU*

*huruf yang sama menunjukkan data tidak berbeda nyata (p>0,05)

Lampiran 5 Indeks Hepato Somatik ikan gabus minggu ke-3 Ulangan ke- Indeks Kematangan Gonad (%)

Kontrol* HCG 500 IU*

(27)

15

Lampiran 6 Fekunditas ikan gabus minggu ke-3

Ulangan ke- Fekunditas (butir)

Kontrol* HCG 500 IU*

1 784 2072

2 2318 1199

3 707 1217

Rata-rata 1270a 1496a

Standar deviasi 499 908,7

*huruf yang sama menunjukkan data tidak berbeda nyata (p>0,05)

Lampiran 7 Bobot ikan gabus sampai minggu ke-3

Perlakuan/Ulangan Bobot (g) minggu ke-

0 1 2 3

K1 240 245 245 260

K2 315 320 320 360

K3 520 560 560 560

Rerata 358.33 375 375 393.33

Standar deviasi 144,94 164,54 164,54 152,75

P1 510 545 520 520

P2 505 500 500 520

P3 220 240 240 245

Rerata 411,67 428,33 420 428,33

Standar deviasi 166,01 164,64 156,21 158,77

Lampiran 8 Pertumbuhan bobot mutlak ikan gabus

Ulangan ke- Pertumbuhan Bobot Mutlak (g)

Kontrol* HCG 500 IU*

1 20 10

2 45 15

3 40 25

Rata-rata 35a 16,67a

Standar deviasi 13,23 7,64

(28)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rembang, pada tanggal 17 November 1992 dari Bapak Dikdik Iskandar dan Ibu Sholikhah merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis mempunyai satu orang adik perempuan yaitu Rizka Nur Isti’anah.

Pendidikan formal yang dilalui penulis mulai dari TK Masyitoh Rembang (1996-1998), SD Negeri Leteh 3 Rembang (1998-2004), SMP Negeri 2 Rembang (2004-2007) dan menamatkan jenjang SMA di SMA Negeri 1 Rembang (2007-2010). Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2010.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Organisasi Mahasiswa Rembang di Bogor (2010-2015), anggota divisi komisi penegak kedisiplinan Orientasi Mahasiswa Baru Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2012) serta anggota divisi Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2012-2013). Penulis merupakan penerima beasiswa PPA periode 2012-2014. Penulis pernah mengikuti magang liburan di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar di Subang, Jawa Barat tahun 2013. Praktek Kerja Lapang penulis dilakukan di Balai Pengembangan Budidaya Air Payau di Situbondo, Jawa Timur tahun 2013.

Penulis juga menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Reproduksi Organisme Akuatik (2012-2013), dan mata kuliah Industri Perbenihan Organisme Akuatik (2013-2014). Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis dengan menyusun skripsi yang berjudul “Induksi Perkembangan Gonad Betina Ikan Gabus (Channa striata, Bloch) dengan Penyuntikan Hormon

Gambar

Tabel 1 Kualitas air pada pemeliharaan ikan gabus selama 21 hari

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang tertuang pada PP 19 Tahun 2005 BAB III pasal 14 ayat (2) yang menyatakan bahwa pendidikan berbasis keunggulan lokal

setuju pada rekomendasi konferens untuk memecat jemaat, maka konferens akan mengadakan pertemuan komite eksekutif dan merekomendasikan rapat konstituensi konferens untuk memecat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya, serta bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Dropship pada dasarnya merupakan jual beli yang dilakukan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan media internet, dropshipping adalah penjualan produk yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai konflik batin yang terjadi pada tokoh utama dalam novel Milea: Suara dari Dilan karya Pidi Baiq, maka

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, untuk menjawab rumusan masalah tentang bentuk gaya berbahasa, faktor dan fungsi gaya berbahasa yang terjadi

Reaksi distonia merupakan spasme atau kontraksi involunter satu atau lebih otot skelet yang timbul beberapa menit dan dapat pula berlangsung lama, biasanya

KEADILAN PADA WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA BANGKALAN ” Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis juga memperoleh bantuan, bimbingan serta pengarahan dari dosen pembimbing