• Tidak ada hasil yang ditemukan

perjanjian bisnis bank nagari cabang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "perjanjian bisnis bank nagari cabang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam menjalankan bisnis, bank berhubungan dengan pihak eksternal, baik yang berkedudukan sebagai nasabah penyimpan, nasabah debitor, nasabah jasa, kreditor, maupun counterpart. Hubungan hukum ini disepakati, diawali, dipertegas, dan diperjelas dengan penandatangan langsung perjanjian, penundukan terhadap syarat – syarat dan ketentuan yang berlaku di bank, penunudukan terhadap ketentuan perjanjian yang telah ditandatangani terlebih dahulu, serta penundukan diri terhadap praktik – praktik umum yang lazim dijalankan (best practice) dan ketentuan regulator.

Berbagai cara untuk menyepakati, mengawali, menegaskan, dan memperjelas hubungan hukum antara bank dengan pihak eksternal ini dimungkinkan karena norma-norma hukum perjanjian yang diatur di Buku Ketiga Undang-undang Hukum Perdata menganut sistem terbuka. Ketentuan ini menjadi dasar bagi pihak bank yang bersepakat untuk menuangkan kesepakatan apapun dan dengan cara apapun, sepanjang dibuat dengan sah maka akan berlaku dan mengikat para pihak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Saja Macam-macam Template atau Standar Perjanjian? 2. Bagaimana Format Perjanjian Bisnis Bank?

3. Bagaimana Penandatanganan Perjanjian Bisnis Bank?

4. Mengapa Bahasa menjadi faktor penting dalam Perjanjian Bisnis Bank?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah Untuk memenuhi tugas mata kuliah Aspek Hukum dalam Bank, serta mengetahui apa macam-macam template atau standar perjanjian, menjelaskan bagaiman format perjanjian bisnis bank, mengetahui bagaimana penandatanganan perjanjian bisnis bank, dan untuk menjelaskan bahasa sebagai faktor penting dalam perjanjian bisnis bank.

(2)

A. Macam-macam Template atau Standar Perjanjian

Terkait perjanjian bisnis bank, walaupun didasari sistem terbuka, namun dengan mempertimbangkan efektivitas bisnis dan best practice, bank umum telah membuat berbagai macam template atau standar perjanjian untuk kemudian disepakati dengan nasabah atau counterpart-nya. Sebaliknya, pada saat bank tersebut menjadi debitor maka template juga disiapkan pihak kreditor. Berikut adalah macam-macam template dalam perjanjian bisnis bank:

1) Fixed Template

Template semacam ini banyak digunakan untuk perjanjian produk bisnis ritel bank, seperti:

a) Bank dengan nasabah penyimpan. b) Bank dengan nasabah debitor. c) Bank dengan nasabah jasa.

Template diatas umumnya dibuat dalam dua macam instrument, yakni: a) Instrumen formulir permohonan.

b) Instrumen Perjanjian.

Template-template semacam ini, sudah disiapkan bank berdasarkan produk bisnis yang ditawarkan, kaidah umum, dan kelaziman untuk peyaluran produk bisnis terseebut, serta rambu-rambu dari otoritas pengawas. Namun demikian, Template-template ini karena di-design untuk tidak di negosiasikankarena disusun dalam bentuk cetak secara baku, tidak banyak memberikan kesempatan pada pihak nasabah untuk me-review dan memasukkan kepentingannya dalam perjanjian. Tidak jarang template dibuat dengan font huruf yang ukurannya menghilangkan keinginan pihak nasabah untuk membaca isidan substansi template-template tersebut terlebih dahulu.

(3)

Dengan ini selaku Nasabah selaku Pemohon menyatakan:

Tunduk pada syarat dan ketentuan yang berlaku pada Bank sebagaimana yang tertuang pada butir 2 beserta segala perubahannya yang merupakan bagian dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Formulir Aplikasi Rekening ini.

Membebaskan Bank dari segala tuntutan dan/atau gugatan apapun dari pihak manapun termasuk dari Nasabah sehubungan dengan pengisian Formulir Aplikasi Rekening ini.

Dst.

Tidak banyak nasabah atau calon nasabah yang memperhatikannya, walaupun isinya kebanyakan merupakan pengaturan hak dan kewajiban yang bersifat sepihak dan menjadi dasar hubungan hukum pihak bank dan nasabah. Contoh syarat dan ketentuan, berikut hak dan kewajiban para pihak terkait pembukaan rekening bank:1

Selain dua instrument yang sudah dijelaskan di atas, ada juga model fixed template yang menggunakan booklet. Template model booklet ini dipergunakan untuk menuangkan kesepakatan bisnisbank berupa kartu kredit elektronik pengganti uang kas (e-money). Di dalam booklet diatur tentang tentang pengertian produk, cara pembelian, masa berlaku, biaya, cara penggunaan kartu, serta syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang mengikat nasabah pengguna kartu.

Untuk menghindari tuntutanatau keluhan nasabah, bank disarankan untuk menyosialisasikan atau memublikasikan isi booklet sebagaimana dimaksud di atas, misalnya dengan membuat brosur khusus atau melalui situs bank. Hal ini untuk meningkatkan pengetahuan nasabah kartu elektronik tentang hak dan kewajibannya sebagai nasabah.

2) Mandatory Template

Template ini bersifat baku karena peraturan perundang-undangan atau instansi pemerintah yang berwenang mewajibkannya. Format ini digunakan untuk

(4)

pengikatan agunan dalam proses kredit. Perjanjian dengan format ini ditandatangani sebagai assesoir atau turutan dari perjanjian kredit yang telah ditandatangani terlebih dahulu.

Berbeda dengan jaminan pengikatan tanah dan bangunanyang seluruh bentuk dan isinya telah ditetapkan oleh BPN, untuk pengikatan benda bergerak termasuk bangunan yang tidak dapat dipasang hak tanggungan, isinya hanya bersifat partial mandatory.

Partial mandatory template seperti dalam jaminan fidusia juga dipergunakan untuk pengikatan dokumen bukti kepemilikan barang yang disimpan di gudang tertentu (resi gudang) sebagai agunan kredit. Berdasarkan Ketentuan Undang-undang Nomor 9 tahun 2006 tentang Resi Gudang, format pengikatan resi gudang dalam bentuk Akta Perjanjian Hak Jaminan dianggap sah bilamana memenuhi syarat minimum isi perjanjian sebagaimana diatur dalam UU.

3) Negotiable Template

Template ini pada dasarnya isi dan substansinya sama dengan fixed template dimana pihak bank umum sudah mempersiapkan satu template baku untuk transaksi-transaksi bisnisnya. Namun demikian, karena pertimbangan transaksi atau syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang complicated. Nilai transaksinya besar, atau karena melibatkan multi pihak (lebih dari satu kreditor misalnya), pihak bank memberi kesempatan kepada pihak nasabah untuk me-review dan memberikan catatan serta masukkan terhadap template yang sudah disiapkan oleh bank atau yang disiapkan pihak notaris yang ditunjuk bank. Masukan ini disampaikan pada saat pihak bank yang diwakili oleh legal officer didampingi staf yang terkait dengan proses pembiayaan bertemu dengan calon nasabah debitor dan/atau notaris yang ditunjuk. Forum ini lazimnya disebut legal meeting. Penandatanganan baru akan dilakukan setelah para pihak sepakat dengan perubahan substansi yang dihasilkan dalam legal meeting.

4) Free Template

(5)

dituangkan secara lisan melalui media Reuters Monitoring Dealing System (RDMS). Kegiatan bisnis bank yang terkait dengan pasar uang dan pasar surat berharga yang bergerak sangat dinamis membutuhkan format perjanjian yang berbeda dengan kegiatan bisnis bank lainnya.

Untuk kegiatan bisnis yang dinamis ini, perjanjian atau kesepakatan dituangkan secara lisan antara pihak bank dengan pihak counterpart-nya atau sebaliknya. Hal-hal yang disepakati umumnya bersifat pokok, seperti misalnya untuk pinjam meminjam antar pihak bank, besarnya dana, besarnya bunga, dan jangka waktunya. Kesepakatan ini direkam para pihak dan kemudian diteruskan dengan penerbitan semacam confirmation letter, yang formatnya juga tidak pernah dibakukan.

B. Format Perjanjian Bisnis Bank

Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak mengatur format perjanjian atau bagaiman perjanjian disusun dan disepakati. Sebagaiman telah dijelaskan di atas, Kitab Undang-undang Hukum Perdata menganut sistem terbuka untuk Hukum Perjanjian. Aturan mainnya hanya satu, perjanjian wajib memenuhi unsur syarat sahnya perjanjian yang diatur Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdat. Dalam praktiknya, ada beberapa format perjanjian yang dipergunakan dalam bisnis bank:

1) Perjanjian Formal

Perjanjian formal adalah format yang sering dipergunakan untuk menuangkan kesepakatan tertulis para pihak. Formatnya lebih terstruktur, yaitu:

a Tanggal perjanjian yang ditandatangani di awal perjanjian.

b Para pihak yang menandatangani perjanjian berikut rincian identitas dan landasan hukum kewenangannyadiinformasikan setelah penuangan tanggal perjanjian.

c Sebelum sampai pada bagian substansi perjanjian, dijelaskan terlebih dahulu latar belakang penandatanganan perjanjian (premis perjanjian). d Isi atau substansi perjanjian dituang sistematis dari definisi pokok

(6)

e Kolom penandatanganan di tempatkan di bagian akhir.

Format perjanjian formal digunakan dalm bisnis bank untuk mengikat kesepakatan kredit antara bank dengan nasabah debitornya, kesepakatan pemanfaatan jasa antara bank dengan nasabah jasanya, serta kerjasama antara bank dengan counterpart-nya.

2) Format Penawaran (Side Letter)

Kesepakatan ini seperti penawaran dari satu pihak untuk disepakati atau disetujui pihak lain. Ketika pihak lain tersebut menyepakati dan menandatangani penawaran tersebut, saat itulah para pihak “dianggap” telah membuat perjanjian dan melahirkan hubungan hukum di antara mereka. Substansi penawaran dibuat di atas kop surat pihak yang mengajukan penawaran, yang berturut-turut terdiri dari:

a Tanggal dan nomor penawaran.

b Pihak yang diajukan penawaran dan alamatnya. c Rujukan penawaran.

d Substansi penawaran.

e Penegasan yang menyebutkan bilamana penawaran disetujui ditawarkan maka substansi yang ditawarkan akan mengikat dan berlaku sebagai perjanjian bagi para pihak.

f Penandatanganan oleh pihak yang menawarkan dan terakhir.

g Kolom penandatanganan untuk pihak yang menerima penawaran berikut kolom keterangan waktu penandatanganan.

3) Format Formulir Permohonan

Format ini menuangkan perjanjian dengan cara menyepakati syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan mengenai suatu produk bisnis yang berlaku di bank. Syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan terkait di bank dan menandatangani formulir di kolom yang telah disediakan, formulir tersebut diserahkan kepada pihak bank untuk diproses lebih lanjut.

(7)

b. Untuk produk bisnis bank berupa kartu kredit dan kredit tanpa agunan, persetujuan diberikan setelah proses assessement di internal bank dilakukan. Bank akan memberitahukan secara verbal atau melalui SMS mengenai persetujuannya.

4) Format Bebas

Format perjanjian yang bentuknya bebas dipergunakan untuk mengakomodasi kegiatan bisnis bank yang perjanjian atau kesepakatannya dituangkan secara lisan. Tanpa harus disebutkan dalam kesepakatan, para pihak juga menundukkan diri terhadap:

a. Praktik-praktik umum yang lazim diajalankan untuk kegiatan bisnis sejenis (best practice), misalnya:

i) Kesepakatan lisan yang sudah diucapkan tidak dapatditarik lagi apalagi diabaikan.

ii) Kesepakatan cukup dilakukan antar dealer bank dengan limit wewenang sesuai yang ditetapkan masing-masing bank.

iii) Pinjaman yang disepakati secara lisan dapat berubah menjadi perjanjian tertulis bilaman pinjaman yang ditarik berdasarkan kesepakatan lisan belum diselesaikan 7 hari terhitung sejak penutupan transaksi yang pertama.

iv) Kesepakatan melakukan suatu transaksi dituangkan secara lisan melalui RDMS.

b. Ketentuan Regulator, seperti:

i) Surat keputusan Direksi BI Nomor 21/55/KEP/DIR/1988.

ii) Surat Edaran BI Nomor 21/32/ UPG 1998 perihal Pasar Uang dan Penempatan Dana Antar Bank.

iii) Peraturan Bank Indonesia (BI) Nomor 14/1/PBI/2012 tentang Perubahan atas Peraturan BI Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah.

(8)

Format kartu ini merupakan format yang digunakan untukmengikat kesepakatan antara bank penerbit kartu elektronik pengganti uang kartal (e-money) dengan pengguna kartu. Dengan melakukan pembeliaan dan pengguaan kartu, pemegang kartu dianggap mengikatkan diri berhubungan hukum dengan bank dan menundukan diri terhadap syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di bank penerbit kartu.

C. Penandatanganan Perjanjian Bisnis Bank

Dalam praktiknya, bank menggunakan beberapa cara penandatanganan perjanjian. Bila dikaji dari sisi hukum, masing-masing cara penandatanganan ini akan berpengaruh pada kekuatan pembuktian dari perjanjian bisnis bank, adalah:

1) Perjanjian dibuat oleh bank, ditandatangani, dan disaksikan sendiri oleh para pihak

Penandatanganan dengan cara ini banyak dijadikan pilihan masyarakat umum karena sederhana, cepat dalam membuatnya, dan tidak dibebankan biaya apapun kecuali bea materai. Dalam praktiknya, perjanjian ini disebut perjanjian yang dibuat di bawah tangan. Proses penandatanganan dengan seperti ini dilakukan dengan cepat dan memudahkan timbulnya hubungan hukum antara bank dengan nasabahnya serta tidak menimbulkan biaya tambahan bagi para pihak kecuali bea materai. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa perjanjian yang dibuat oleh salah satu pihak dan ditandatangani sendiri di hadapan para pihak tidak memberikan kekuatan pembuktian yang kuat bagi perjanjian itu sendiri.

2) Perjanjian dibuat sendiri oleh bank, ditandatangani, dan disaksikan sendiri oleh para pihak serta didaftarkan ke kantor notaris (waarmerking)

(9)

3) Perjanjian dibuat sendiri oleh bankdan ditandatangani di hadapan notaris Bila perjanjian di bawah tangan membebani pihak yang di klaim untuk membuktikan ketidakbenaran klaim, maka perjanjian yang ditandatangani dengan cara ini memberikan kekuatan pembuktian yang lebih baik sepanjang menyangkut keabsahan dan kehadiran para pihak yang menandatangani perjanjian bisnis bank. Notaris akan ikut bertanggungjawab terhadap keabsahan dan kehadiran bank serta nasabah, tetapi bukan yang menyangkut substansi perjanjiannya.

4) Perjanjian dibuat dan ditandatangani oleh para pihak di hadapan notaris Perjanjian dibuat dan ditandatangani oleh para pihak di hadapan notaris memberikan kekuatan pembuktian yang paling kuat. Perjanjian telah dinilai benar kecuali dapat dibuktikan sebaliknya oleh putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Bilamana ada pihak yang mengeklaim tentang keabsahan atau substansi perjanjian, maka pihak tersebutlah yang memiliki kewajiban untuk membuktikan kebenaran klaimnya.

Lalu bagaiman dengan perjanjian yang disepakati secara lisan? Walau disepakati, perjanjian lisan dalam kegiatan bisnis bank yang terkait dengan transaksi pinjam meminjam antar bank dan surat berharga sangat minim risiko hukum. Relatif amannya transaksi ini tidak diartikan sama sekali bahwa perjanjian yang disepakati secara lisan adalah alternatif terbaik untuk menuangkan kesepakatan kesepakatan bisnis bank, tetapi lebih dikarenakan adanya prinsip “my word is my bond” yang berlaku dikalangan dealer dealing room dimana banker yang bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan pinjam meminjam dan jual beli surat berharga antar bank. Sekali saj terjadi masalah dengan kepercayaan, dapat mengakibatkan rusaknya reputasi dan timbulnya kesulitan yang bersangkutan untuk melakukan kegiatan bisnis yang sama lagi dengan bank atau institusi lain.

(10)

Isu mengenai bahasa tidak menimbulkan permasalahan pada saat bank menyusun perjanjian dengan pihak nasabah yang berbadan hukum atau Warga Negara Indonesia serta bisnis bank yang dilakukanhanya di Indonesia seperti untuk produk bisnis simpanan. Bila pihak yang bertransaksi dengan bank bukan berbadan hukum atau Warga Negara Indonesia, misalnya sajapada transaksi peminjaman dana oleh bank kepada kreditor yang berkedudukan di luar Indonesia, maka sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam perjanjian yang melibatkan perorangan atau badan hukum Indonesia.

Agar dikemudian hari tidak menimbulkan persoalan, bilamana kegiatan bisnis bank dilakukan dengan pihak asing dan didasari hukum asing, sebaiknya perjanjiannya disusun dalam dua versi bahasa, yakni bahasa asing (umumnya dalam bahasa Inggris) dan bahasa Indonesia. Dalam prakteknya masih ditemukan beberapa model penggunaan bahasa ini, seperti:

a. Dibuat dalam bahasaasing dan bahasa Indonesia, kemudian keduanya ditandatangani bersama.

b. Dibuat dalam bahasa asing dan kemudian ditandatangani, setelahnya baru diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

c. Dibuat side by side per halaman baik dalam bahasa asingdan bahasa Indonesia, untuk kemudian ditandatangani.

Tidak ada yang salah dengan model-model diatas sepanjang belum ada Peraturan Presiden yang akan mengatur masalah penggunaan bahasa asing dalam perjanjian bisnis dengan pihak asing ini.

(11)

PENUTUP A. Kesimpulan

Perjanjian (Kontrak) baik di dunia bisnis maupun non bisnis ialah hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena menyangkut sebuah kepastian, kejujuran, konsisten terhadap apa yang telah di sepakati dan hasil apa yang telah disepakati berhubungan dengan rekan/pihak yang berkontrak dengan kita, baik maupun buruk hasil kontrak terebut.

B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Puncak di Provinsi Papua, dan

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana Pada Jurusan Sistem Komputer Universitas Andalas. LOLI OLIVIA ERSAN

Sub bab ini berisi ketentuan yang menjelaskan tentang layanan Interkoneksi yang disediakan oleh Penyelenggara Pertama untuk Penyelenggara Kedua, dimana Penyelenggara Kedua

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Kelautan dan Perikanan untuk pekerjaan Pembangunan Kolam Percontohan Budidaya Ikan Air Tawar yang Anggarannya bersumber dari DAK/APBK Tahun

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Analisis Koneksi Pelangi Kuat pada Graf Eksponensial serta Graf hasil Operasi.. Shackle dan Cartesian Product

Metode ABC-VED digunakan karena pihak intalasi belum memperhatikan dan mengelompakaan obat berdasarkan tingkap penyerapan dana serta tingkat pemberian obat terhadap

Anak yang ragu terhadap kemampuan diri sendiri biasanya kurang dapat menyampaikan pesan kepada orang lain karena salah satu faktor penyebab tidak percaya diri datang dari

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul