• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA HUTAN

DI AREAL IUPHHK-HA PT. DIAMOND RAYA TIMBER,

DUMAI, PROVINSI RIAU

MURDHANI PURBA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skipsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MURDHANI PURBA. Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau. Dibimbing oleh ELIAS.

Hutan mempunyai peranan penting dalam menyerap CO2 yang digunakan

dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan O2 dan sebagian besar energi

tersebut berada dalam bentuk biomassa. Salah satu tipe hutan yang memiliki penyimpanan biomassa ialah hutan rawa gambut. Tujuan penelitian ini adalah menghitung potensi dan sebaran biomassa di areal hutan alam rawa gambut. Potensi total biomassa hutan sebesar 17 297 664 ton pada areal seluas 90 956 ha. Sebaran biomassa hutan alam gambut di areal ini diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu kelas rendah memiliki potensi biomassa kurang dari 215.56 ton/ha, kelas sedang memiliki potensi biomassa antara 215.56 ton/ha sampai 319.86 ton/ha, kelas tinggi memiliki potensi biomassa antara 319.86 ton/ha sampai 486.53 ton/ha, dan kelas sangat tinggi memiliki potensi biomassa lebih besar dari 486.53 ton/ha. Penyebaran potensi biomassa hutan alam gambut ini meliputi kelas potensi rendah seluas 61 100 ha dengan potensi biomassa 10 387 000 ton, kelas potensi sedang seluas 17 600 ha dengan potensi biomassa 4 595 888 ton, kelas potensi tinggi seluas 5 800 ha dengan potensi biomassa 2 195 880 ton, dan kelas potensi sangat tinggi seluas 200 ha dengan potensi biomassa 118 896 ton.

Kata kunci: biomassa, hutan rawa gambut, sebaran biomassa

ABSTRACT

MURDHANI PURBA. Estimation of Forest Biomass Potential in Areas of IUPHHKHA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Riau Province. Supervised by ELIAS.

Forest has an important role in absorbing CO2 which used in the process of

photosynthesis to produce O2 and most of the produced energy is in the form of

biomass. One type of forest that has biomass storage is peat swamp forest. The purpose of this study is to calculate the potential and the distribution of biomass in the area of peat swamp forest. The results of the study showed that forest biomass on 90 956 ha area are 17 297 664 tons. Distribution of natural peat forest biomass in this area is classified into four classes, they are low grade that has biomass potential less than 215.56 tons/ha, medium grade that has biomass potential between 215.56 to 319.86 tons/ha, high grade that has biomass potential between 319.86 to 486.53 tons/ha, and very high grade that has biomass potential more than 486.53 tons/ha. The spread of peat swamp forest consist of in low grade peat 61 100 ha with 10 387 000 tons biomass, in medium grade 17 600 ha with 4 595 888 tons biomass, in high grade 5 800 ha with 2 195 880 tons biomass and very high grade 200 ha with 118 896 tons biomass.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA HUTAN

DI AREAL IUPHHK-HA PT. DIAMOND RAYA TIMBER,

DUMAI, PROVINSI RIAU

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau

Nama : Murdhani Purba NIM : E14090047

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Elias Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc. F. Trop Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Elias, selaku dosen pembimbing juga kepada Tomi Yuwono S.Hut, yang memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam menyelesaikan penelitian ini dan PT Diamond Raya Timber atas izin tempat dan bantuan akomodasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, abang, kakak, adek, keluarga OMDA Partaru (angkatan 46), teman-teman satu kontrakan, MNH46 serta seluruh civitas Fakultas kehutanan atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga tersusunnya skipsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang memerlukannya.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Metode Penelitian 2

Penghitungan Biomassa 4

Pembuatan Peta Sebaran Biomassa 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Analisis Vegetasi 6

Potensi Volume Tegakan 8

Pendugaan Biomassa 9

Potensi Total dan Peta Sebaran Biomassa 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Tiga spesies tingkat pancang yang memiliki INP tertinggi 6 2 Tiga spesies tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi 7 3 Tiga spesies tingkat pohon yang memiliki INP tertinggi 8

4 Rata-rata volume per ha tiap kondisi hutan 8

5 Potensi biomassa di hutan primer 9

6 Potensi biomassa di hutan bekas tebangan 9

7 Potensi biomassa di hutan sekunder 10

8 Potensi biomassa di hutan terdegradasi 10

9 Selang biomassa hutan di setiap kondisi hutan 11

DAFTAR GAMBAR

1 Plot contoh 3

2 Peta sebaran biomassa hutan di areal IUPHHK-HA PT DRT. 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nama jenis-jenis pohon pada plot contoh hutan rawa gambut PT. DRT,

Dumai, Provinsi Riau 14

2 Kordinat titik pusat plot contoh di areal IUPHHK-HA PT. DRT, Dumai,

Provinsi Riau 15

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan sumber daya alam yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Manfaat hutan diantaranya adalah berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non-kayu dan satwa, dan berfungsi sebagai penyimpan karbon, sumber keanekaragaman jenis dan genetik, pengatur tata air, habitat satwa liar, estetika dan lain-lain.

Hutan berperan mengurangi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi pemicu perubahan iklim global dengan cara mengikat gas CO2 di atmosfer. Gas-gas utama

yang termasuk dalam GRK adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4),

dinitrogen oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), dan

sulfur heksafluorida (SF6). Gas-gas tersebut merupakan gas-gas penyebab

kerusakan lapisan ozon di atmosfer dan menyebabkan pemanasan global.

Hutan menyerap karbon dioksida (CO2) yang ada di atmosfer melalui

proses fotosintesis. Semakin sedikit hutan, semakin sedikit karbon dioksida yang diserapnya, sehingga semakin banyak pula karbon dioksida yang menebalkan selimut gas-gas rumah kaca di atmosfer. Diantara banyaknya jenis-jenis hutan yang terdapat di Indonesia, salah satunya adalah hutan gambut.

Hutan gambut merupakan salah satu tipe hutan yang mempunyai peran penting sebagai penyangga (buffer) lingkungan. Hal ini berhubungan dengan fungsi gambut dalam gatra hidrologis, biokimia dan ekologis. Secara hidrologis gambut dapat menyimpan air dimana gambut masih mentah (fibrik) dapat menyimpan air sangat besar antara 500% - 1 000% bobot (kg/m3)(Noor, 2001).

Potensi lahan gambut di Indonesia sangat tinggi, yaitu dengan luas sekitar 20,6 juta ha, terdapat di tiga pulau besar, yaitu Sumatera (35%), Kalimantan (32%), Papua (30%), Sulawesi (3%), dan sisanya (3%) tersebar pada areal yang sempit (Wibowo dan Suyatno, 1998) Lahan gambut mempunyai peran yang sangat penting dalam penyimpanan karbon. Hingga saat ini informasi dan penelitian mengenai potensi dan sebaran biomassa dan massa karbon hutan gambut masih sangat sedikit. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai hal tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi potensi dan sebaran biomassa di areal hutan alam rawa gambut PT. Diamond Raya Timber (DRT), Dumai, Provinsi Riau.

Manfaat Penelitian

(12)

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian berlokasi di areal IUPHHK-HA PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau. Penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2013.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini : peta areal kerja, data Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) PT. DRT, pita ukur, tongkat kayu (1.30 m dan 4.0 m), phi-band, Global Positioning System (GPS), baterai, clinometer, kompas, label, steples tembak, spidol permanen, cat, kuas, kamera digital, alat tulis, tali plastik, tally sheet dan seperangkat komputer pribadi yang dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft Office (Word dan Excel), serta aplikasi pengolahan citra dan pemetaan Arc GIS 9.3 dan Arc View 3.2.

Metode Penelitian Pembuatan Plot Contoh

Dalam areal IUPHHK-HA PT. DRT diasumsikan terdapat 4 kondisi hutan alam gambut. Keempat kondisi hutan alam gambut tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kondisi hutan alam gambut primer didefinisikan sebagai hutan alam gambut yang belum banyak mengalami gangguan dan memiliki tajuk hutan yang masih rapat. 2) Kondisi hutan gambut bekas tebangan didefinisikan sebagai hutan yang telah mengalami aktivitas pemanenan hutan, namun masih memiliki potensi vegetasi yang tinggi (tajuk masih rapat). 3) Kondisi hutan gambut sekunder didefinisikan sebagai hutan bekas tebangan yang telah mengalami gangguan lebih lanjut sehingga potensinya menurun dan telah menunjukkan adanya jenis-jenis pionir yang berbeda dengan jenis alami sebelumnya. 4) Kondisi hutan gambut terdegradasi didefinisikan sebagai hutan sekunder yang telah mengalami gangguan lebih lanjut sehingga potensinya sangat sedikit dan hanya berupa semak, tumbuhan bawah atau tanah kosong (Suwarna et al, 2012). Pembuatan plot contoh sebanyak 26 buah yang tersebar pada keempat kondisi hutan alam gambut di atas ditentukan sebagai berikut :

a. Penentuan plot contoh

Penentuan plot contoh dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan kemudahan aksesibilitas dan ketersebaran plot contoh pada masing masing kondisi hutan.

b. Penentuan titik pusat plot

Penandaan dan pengukuran koordinat titik pusat plot contoh dengan menggunakan GPS.

c. Pembuatan plot contoh

(13)

3

Petak Contoh berukuran 5 X 5 : Pengukuran pancang berdiameter 5-10 cm

Petak Contoh berukuran 10 X 10 : Pengukuran tiang berdiameter 10-20 cm

Petak Contoh berukuran 20 X 20 : Pengukuran pohon berdiameter 20 cm up

Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data di lapangan adalah sebagai berikut:

a. Menentukan sumbu X dan Y yang melalui titik koordinat pusat plot sehingga dapat ditarik garis sumbu X dan Y di lapangan.

b. Pembuatan batas-batas plot ukur pancang, tiang, dan pohon dengan tali plastik. c. Mengidentifikasi jenis pancang, tiang, dan pohon.

d. Pengukuran koordinat X dan Y lokasi pancang, tiang, dan pohon.

e. Pengukuran tinggi total dan tinggi bebas cabang pancang, tiang, dan pohon. f. Pengukuran diameter pancang pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah,

tiang dan pohon pada ketinggian 130 cm (dbh) dari permukaan tanah.

g. Penandaan pancang, tiang, pohon dengan menggunakan label. Label tersebut berisi informasi jenis, diameter, dan tinggi bebas cabang, serta tinggi total pancang, tiang, dan pohon.

Analisis Vegetasi

Vegetasi yang berupa pohon (diameter ≥ 5 cm) diklasifikasikan berdasarkan tingkat pertumbuhannya, yakni (a) pancang yaitu permudaan yang memiliki diameter dari 5 cm sampai 10 cm, (b) tiang yaitu permudaan yang memiliki diameter mulai dari 10 cm sampai 20 cm, (c) pohon yaitu pohon yang telah memiliki diameter diatas 20 cm.

Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008), kerapatan tegakan, frekuensi, dominansi, dan INP dihitung dengan menggunakan rumus :

(14)

4

INP untuk pancang INP untuk tiang dan pohon

Penghitungan Biomassa

Penghitungan biomassa pohon dengan menggunakan persamaan alometrik lokal (hasil pembahasan Suwarna et al. 2012) W = 0.204 D2.393, R2 = 97 % dan data diameter pohon. Data diameter pohon hasil pengukuran pada plot-plot contoh kemudian dimasukkan ke dalam persamaan alometrik lokal tersebut sehingga diperoleh potensi biomassa masing-masing plot contoh dan biomassa di setiap kondisi hutan. Nilai rata-rata tersebut kemudian dibuat 4 selang nilai. Berdasarkan selang nilai tersebut, potensi biomassa hutan dibagi menjadi 4 kelas (sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah).

Potensi biomassa hutan PT. DRT diperoleh dari data IHMB dan persamaan alometrik di atas. Hasil perhitungan potensi biomassa ini merupakan potensi biomassa keseluruhan pohon (termasuk biomassa akar di dalam tanah).

Pembuatan Peta Sebaran Biomassa

(15)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PT. DRT merupakan salah satu unit bisnis bidang pengusahaan hutan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan SK Menteri Kehakiman tanggal 27 September 1980 Nomor YA.5/116/2/1980. PT. DRT memperoleh IUPHHK-HA berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 403/Kpts/Um/6/1979 tanggal 27 Juni 1979 dan Perpanjangan IUPHHK-HA berdasarkan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 443/Kpts-II/1998 tanggal 8 Mei 1998. Luas areal yang dinyatakan sebagai areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT adalah sebesar 90 956 ha.

Secara geografis, areal IUPHHK-HA PT. DRT terletak pada koordinat 100050’-101013’ BT dan 01045’-02018’ LU. Menurut administrasi pemerintahan, PT. DRT terletak di Kecamatan Sinaboi, Bangko, Batu Hampar, Rimba Melintang, dan Sungai Sembilan, Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Dumai, Propinsi Riau. Sedangkan menurut administrasi kehutanan, PT. DRT terletak pada kelompok hutan Sei Sinepis, yaitu Dinas Kehutanan Propinsi Riau, Dinas Kehutanan Kabupaten Rokan Hilir, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Dumai. Adapun batas-batas wilayah PT. DRT adalah:

a. Sebelah Utara : Selat Malaka dan lahan milik masyarakat b. Sebelah Timur : Selat Malaka

c. Sebelah Selatan : HPH PT. Suntara Gajapati dan HTI PT. Ruas Utama Jaya d. Sebelah Barat : Lahan milik masyarakat dan perkebunan kelapa sawit

(PT. Gunung Mas Raya dan PT. Sindora Seraya).

Fisiologi tanah di areal IUPHHK-HA PT. DRT berdasarkan Buku Satuan Lahan dan Tanah Lembar Dumai, dikelompokkan ke dalam 3 grup, yaitu: Grup Kubah Gambut, Grup Aluvial, dan Grup Marin. Sedangkan formasi geologi di areal IUPHHK-HA PT. DRT berdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah dari PPT dan Agroklimat Bogor (1990) Lembar Dumai dan Bagan Siapi-api (0817 dan 0818) terdiri dari: sedimen aluvium tersier dan kuarter.

(16)

6 contoh dilakukan secara purposive sampling yang masing-masing memiliki luas 0.04 ha, diketahui yag teridentifikasi sebanyak 43 jenis. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Istomo (2006) bahwa jumlah seluruh jenis pohon di lokasi tersebut adalah 43 jenis.

Analisis vegetasi tingkat pancang dibedakan berdasarkan empat kondisi hutan. Dari keempat kondisi hutan tersebut diperoleh spesies yang memiliki INP tertinggi yaitu untuk hutan primer dengan spesies Euginia jambos dan Ilex pleiobrachiata berturut-turut sebesar 31.67% dan 31.67%, pada hutan bekas tebangan dengan spesies Palaquium obovatum sebesar 54.44%, pada hutan sekunder dengan spesies Palaquium obovatum dan Ilex pleiobrachiata berturut-turut sebesar 45% dan 45%, dan pada hutan terdegradasi dengan spesies Ilex pleiobrachiata. Tabel 1 menunjukkan tiga spesies tingkat pancang yang memiliki INP tertinggi.

Tabel 1 Tiga spesies tingkat pancang yang memiliki INP tertinggi

Kondisi hutan No Spesies KR 3 Callophylum soulattri 11.11 13.33 24.44 Sekunder

(17)

7 obovatum sebesar 58.18%, sedangkan pada hutan terdegradasi dengan spesies Arthocarpus sp. sebesar 69.48 %. Tabel 2 menunjukkan tiga spesies tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi.

Tabel 2 Tiga spesies tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi

(18)

8

Tabel 3 Tiga spesies tingkat pohon yang memiliki INP tertinggi

Kondisi hutan No Nama ilmiah KR

(%)

3 Camnosperma macrophylla 9.47 7.84 7.20 24.52

Sekunder

Berdasarkan hasil analisis vegetasi, menunjukkan bahwa spesies Palaquium obovatum merupakan spesies dengan INP tertinggi yang banyak ditemukan pada setiap kondisi hutan dan tingkat pertumbuhan. Tingginya INP Palaquium obovatum pada setiap tingkat pertumbuhan menunjukkan bahwa spesies ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya sehingga kemampuannya untuk bertahan hidup dan memperbanyak jenisnya besar. Hal ini sesuai dengan Istomo (2006) yang menemukan bahwa jenis dominan pada tingkat permudaan pohon di hutan alam gambut adalah Palaquium obovatum (balam), Shorea uliginosa (meranti batu), dan Gonystylusbancanus (ramin).

Potensi Volume Tegakan

Rumus yang dipakai dalam penghitungan volume pohon adalah rumus tabel volume yang diperoleh dari IHMB di DRT yakni : untuk kelompok jenis meranti V = 0.000022 D2.91799 dan untuk kelompok jenis rimba campuran V = 0.0000304 D2.8331, dengan V adalah volume dan D adalah diameter. Volume jenis pohon yang diperoleh dari rumus tersebut dibedakan berdasarkan permudaan pohon tiap kondisi hutannya, kemudian dihitung ke potensi per ha berdasarkan luasan tiap permudaan. Hasil penghitungan volume dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rata-rata volume per ha tiap kondisi hutan

(19)

9 Tabel 4 menjelaskan mengenai jumlah potensi hutan (m3/ha) pohon-pohon berdiameter 5 cm ke atas dalam setiap kondisi hutan alam tropika rawa gambut. Dari empat kondisi hutan yakni hutan primer, bekas tebangan, sekunder, dan terdegradasi diperoleh rata-rata potensi per ha, secara berturut-turut adalah 443.36 m3/ha, 274.9 m3/ha, 179.09 m3/ha, dan 105.44 m3/ha. Jumlah potensi hutan mengalami penurunan sesuai dengan tingkat degradasi hutan seperti hutan bekas tebangan, hutan sekunder, dan hutan terdegradasi. Hutan terdegradasi memiliki potensi hutan yang terendah sesuai dengan tingkat degradasi yang paling rendah.

Pendugaan Biomassa

Hasil biomassa yang diperoleh dibedakan berdasarkan kondisi hutan yakni hutan primer, hutan bekas tebangan, hutan sekunder dan hutan terdegradasi, yang disajikan dalam bentuk biomassa per ha. Hasil perhitungan potensi biomassa dapat di lihat pada Tabel 5, 6, 7, dan 8.

Tabel 5 Potensi biomassa di hutan primer

No Plot

Potensi per ha

Pancang Tiang Pohon Biomassa Total (ton)

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata potensi biomassa pada tingkat vegetasi pohon jauh lebih tinggi yaitu 494.50 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang yaitu 71.70 ton/ha, dan permudaan tingkat pancang yaitu 28.27 ton/ha, dan rata-rata potensi biomassa total pada hutan primer sebesar 594.48 ton/ha.

Tabel 6 Potensi biomassa di hutan bekas tebangan

No Plot

Potensi per ha

(20)

10

Rata-rata potensi biomassa pada tingkat vegetasi pohon jauh lebih tinggi yaitu 274.08 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang yaitu 83.39 ton/ha, dan permudaan tingkat pancang yaitu 21.13 ton/ha. Potensi rata-rata biomassa total di hutan bekas tebangan sebesar 378.60 ton/ha.

Tabel 7 Potensi biomassa di hutan sekunder

No Plot

Rata-rata potensi biomassa total di hutan sekunder sebesar 261.13 ton/ha. Dari tabel 7 diketahui bahwa potensi rata-rata tertinggi terdapat pada tingkat vegetasi pohon yaitu sebesar 202.93 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang sebesar 45.92 ton/ha, dan terendah pada permudaan tingkat pancang sebesar 12.29 ton/ha.

Tabel 8 Potensi biomassa di hutan terdegradasi

No Plot terdegradasi sebesar 170 ton/ha. Dilihat dari hasil potensi biomassa di setiap permudaan potensi biomassa tertinggi terdapat pada vegetasi tingkat pohon yaitu sebesar 113.48 ton/ha, diikuti permudaan tingkat tiang sebesar 38.25 ton/ha dan terendah pada permudaan tingkat tiang yaitu sebesar 18.26 ton/ha.

(21)

11 terdegradasi sebesar 170 ton/ha. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan semakin tinggi kerusakan hutan maka semakin tinggi pula tingkat penurunan simpanan biomassa. Hal ini disebabkan oleh adanya simpanan biomassa yang hilang akibat proses dekomposisi bahan organik mati dan proses pengeluaran biomassa keluar hutan. Pada penelitian ini, pengurangan biomassa pada tegakan hutan dari kondisi hutan primer menjadi kondisi hutan bekas tebangan akibat pemanenan hutan yaitu sebesar 215.88 ton/ha. Sejalan dengan hasil penelitian Tresnawan & Rosalina (2002) menyatakan bahwa pembukaan hutan dan perubahan dalam penggunaan lahan yang disebabkan oleh kegiatan pemanenan hutan mengakibatkan pengurangan biomassa dalam jumlah besar, yaitu ±100 ton/ha di hutan alam dataran rendah (lahan kering).

Potensi Total dan Peta Sebaran Biomassa

PT. DRT memiliki luas areal 90 956 ha dan memiliki areal efektif produksi seluas 76 523 ha, serta memiliki 847 plot Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB). Plot IHMB diklasifikasikan juga ke dalam 4 kelas sesuai dengan potensi biomassanya.

Potensi biomassa pada hutan alam gambut diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelas tersebut berdasarkan dari 4 kondisi hutan dan potensi biomassa rata-rata setiap kondisi hutan alam gambut yang telah dibuat selang nilai. Hutan primer merupakan hutan yang memiliki potensi biomassa rata-rata tertinggi dan selang nilai lebih dari 486.53 ton/ha. Hutan tersebut masuk ke dalam potensi kelas sangat tinggi. Hutan bekas tebangan merupakan kondisi hutan yang memiliki selang biomassa diantara 319.86 ton/ha sampai 486.53 ton/ha dan masuk ke dalam potensi kelas tinggi. Pada potensi kelas sedang, selang biomassa 215.56 ton/ha sampai 319.86 ton/ha adalah hutan sekunder. Potensi biomassa rata-rata terendah yaitu hutan terdegradasi. Hutan tersebut masuk ke dalam potensi kelas rendah yang memiliki selang biomassa di bawah 215.56 ton/ha.

Tabel 9 Selang biomassa hutan disetiap kondisi hutan

Tipe Hutan Biomassa

rata-Terdegradasi 170 < 215.56 rendah putih

(22)

12

Gambar 2 Peta sebaran biomassa hutan di areal IUPHHK-HA PT DRT. Berdasarkan peta sebaran biomassa pada gambar 2 dapat dilihat bahwa warna kelas yang paling banyak mendominasi adalah kelas rendah (warna putih) sebanyak 611 plot (61 100 ha), disusul kelas sedang (warna hijau muda) sebanyak 176 plot (17 600 ha), lalu kelas tinggi (warna hijau) sebanyak 58 plot (5 800 ha), dan warna yang paling sedikit adalah kelas sangat tinggi (warna hijau tua) sebanyak 2 plot (200 ha). Untuk petak yang memiliki motif garis-garis merupakan petak yang tidak ada data dari data IHMB yang diperoleh. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa penyebaran biomassa di areal IUPHHK-HA PT. DRT yang paling banyak mendominasi adalah kelas rendah.

(23)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa potensi total biomassa di areal hutan alam rawa gambut PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau adalah sebesar 17 297 664 ton pada areal seluas 90 956 ha. Sebaran biomassa hutan alam gambut di areal ini diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu kelas rendah memiliki potensi biomassa kurang dari 215.56 ton/ha, kelas sedang memiliki potensi biomassa antara 215.56 ton/ha sampai 319.86 ton/ha, kelas tinggi memiliki potensi biomassa antara 319.86 ton/ha sampai 486.53 ton/ha, dan kelas sangat tinggi memiliki potensi biomassa lebih besar dari 486.53 ton/ha. Penyebaran potensi biomassa hutan alam gambut ini meliputi kelas potensi rendah seluas 61 100 ha dengan potensi 10 387 000 ton biomassa, kelas potensi sedang seluas 17 600 ha dengan potensi 4 595 888 ton biomassa, kelas potensi tinggi seluas 5 800 ha dengan potensi 2 195 880 ton biomassa, dan kelas potensi sangat tinggi seluas 200 ha dengan potensi 118 896 ton biomassa.

Saran

Penelitian serupa perlu dilakukan kembali untuk mengetahui apakah potensi biomassa di areal hutan alam rawa gambut PT. DRT bertambah banyak atau berkurang dalam periode tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Istomo. 2002. Kandungan Fosfor dan Kalsium serta Penyebarannya pada Tanah dan Tumbuhan Hutan Rawa Gambut [disertasi] Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Istomo. 2006. Kandungan Fosfor dan Kalsium pada Tanah dan Biomassa Hutan Rawa Gambut (studi kasus di wilayah HPH PT. Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-Api, Provinsi Riau). Jurnal Manajemen Hutan Tropika 12(3):40-57

Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut.Yogyakarta: Kanisius

Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Suwarna U, Elias, Darusman D, Istomo. 2012. Estimasi Simpanan Karbon Total dalam Tanah dan Vegetasi Hutan Gambut Tropika di Indonesia. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 18(2):118-128

Tresnawan H, Rosalina U. 2002. Pendugaan Biomassa di atas Tanah pada Ekosistem Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan (studi kasus Rutan Dusun Aro, jambi). Jurnal Manajemen Hutan Tropika8 (1): 15-29

(24)

14

Lampiran 1 Nama jenis-jenis pohon pada plot contoh hutan rawa gambut PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

1 Arang-arang Myristica lowiana Myristicaceae 2 Babi kurus Ctenolophon parvifolius Linaceae

3 Balam Palaquium obovatum Sapotaceae

4 Bengku Ganua motleyana Sapotaceae

5 Bintangur Calophyllum inophyllum Guttiferae

6 Cempeda Air Artocarpus integer Moraceae

7 Durian Durio zibethinus Bombacaceae

8 Durian bunga Durio sp. Bombacaceae

9 Durian burung Durio caniratus Bombacaceae

10 Gerunggang Cratoxylon arborescens Hyperiaceae

11 Jambu-jambu Euginia jambos Myrtaceae

12 Jangkang Sterculia foetida Malvaceae

13 Kelat Carallia brachiata Rhizophoraceae

14 Kempas Koompassia malaccensis Fabaceae

15 Laban Vitex pubescen Verbenaceae

16 Mahang Macaranga populifolia Euphorbiaceae 17 Mangga-mangga Mangifera parvifolia Anacardiaceae

18 Manggis-manggis Garcinia sp. Guttiferae

19 Medang lendir Alseodaphne umbelliflora Lauraceae 20 Medang telur Lindera subumbelliflora Lauraceae

21 Mendarahan Knema cinerea Myristicaceae

22 Menpisang Mezzetia parviflora Annonaceae

23 Meranti Shorea sp. Dipterocarpaceae

24 Meranti anak Shorea sp. Dipterocarpaceae

25 Meranti batu Shorea uliginosa Dipterocarpaceae 26 Meranti bunga Shorea teysmanniana Dipterocarpaceae

27 Meranti durian Shorea sp. Dipterocarpaceae

28 Meranti telur Shorea sp. Dipterocarpaceae

29 Milas Parastemon urophyllum Rosaceae

30 Nangka-nangka Arthocarpus sp. Annonaceae

31 Nyatoh Payena leerii Sapotaceae

32 Pasak linggan Aglaia rubiginosa Meliaceae 33 Pasir-pasir Uranda secundiflora Icacianaceae

34 Pulai Alstonia pneumathopora Apocynaceae

35 Punak Tetramerista glabra Theaceae

36 Ramin Gonystylus bancanus Thymeleaceae

37 Silumar Jackia ornata Rubiaceae

38 Sungkai Peronema canescens Verbenaceae

(25)

15

40 Suntai Palaquium pierre Sapotaceae

41 Terpis Polyanthia sumatrana Annonaceae

42 Terentang Camnosperma macrophylla Anacardiaceae 43 Timah-timah Ilex bogoriensis Aquifoliaceae

Lampiran 2 Kordinat titik pusat plot contoh di areal IUPHHK-HA PT. DRT, Dumai, Provinsi Riau

No No Plot X (UTM) Y (UTM)

1 1 739653 234143

2 2 738611 233352

3 3 734665 235848

4 4 735695 235598

5 5 735660 235333

6 6 736672 234982

7 7 737614 234687

8 8 737612 234487

9 9 738684 234206

10 10 737637 232853

11 11 737684 232487

12 12 735858 230857

13 13 736654 231683

14 14 732089 230655

15 15 732235 232649

16 16 730249 235133

17 17 729731 234069

18 18 735352 234069

19 19 734682 230052

20 20 733671 230031

21 21 732695 230030

22 22 734134 230044

23 23 733891 230042

24 24 733181 230046

25 25 732113 231320

(26)

16

Lampiran 3 Potensi per plot dan per ha di setiap kondisi hutan

N Volume

2 3 0,02 67,50 5 0,38 754,92 16 11,60 15659,78 1200 9,56 27,00 500 37,68 75,49 400 290,09 391,49 337,32 493,99

8 4 0,04 103,78 3 0,19 382,06 16 10,94 14865,40 1600 15,34 41,51 300 18,92 38,21 400 273,60 371,64 307,85 451,35

13 5 0,04 103,87 2 0,11 244,13 16 15,85 19953,15 2000 14,78 41,55 200 11,39 24,41 400 396,21 498,83 422,37 564,79

16 2 0,01 30,35 6 0,36 738,83 16 15,62 18465,88 800 4,06 12,14 600 36,14 73,88 400 390,61 461,65 430,81 547,67

17 5 0,03 93,28 7 0,58 1127,23 20 30,60 34783,20 2000 12,38 37,31 700 58,00 112,72 500 765,05 869,58 835,43 1019,62

18 1 0,01 25,33 6 0,52 1054,95 18 10,85 14953,08 400 3,15 10,13 600 51,91 105,50 450 271,31 373,83 326,37 489,45

3 0 0,00 0,00 7 0,37 797,86 12 33,83 31008,55 0 0,00 0,00 700 37,30 79,79 300 845,67 775,21 882,97 855,00

4 2 0,03 76,37 6 0,47 935,48 10 6,25 8843,49 800 11,92 30,55 600 47,28 93,55 250 156,21 221,09 215,41 345,18

7 3 0,02 60,25 6 0,42 833,90 12 2,89 4784,23 1200 8,36 24,10 600 41,88 83,39 300 72,17 119,61 122,41 227,10

14 0 0,00 0,00 6 0,34 713,04 10 7,43 10046,03 0 0,00 0,00 600 34,04 71,30 250 185,79 251,15 219,83 322,45

19 2 0,01 35,99 6 0,38 795,92 14 6,36 9454,53 800 4,89 14,40 600 38,37 79,59 350 159,01 236,36 202,27 330,35

20 5 0,06 164,42 10 0,57 1159,36 12 4,09 6365,41 2000 25,40 65,77 1000 56,53 115,94 300 102,13 159,14 184,05 340,84

23 2 0,01 35,60 6 0,29 622,31 13 6,79 9737,49 800 4,84 14,24 600 28,74 62,23 325 169,81 243,44 203,40 319,91

25 4 0,02 49,98 8 0,39 813,54 12 4,97 7464,43 1600 6,08 19,99 800 38,56 81,35 300 124,22 186,61 168,86 287,96

1 2 0,01 36,20 5 0,22 467,57 9 6,13 8311,47 800 4,93 14,48 500 21,71 46,76 225 153,22 207,79 179,86 269,02

5 0 0,00 0,00 1 0,06 118,67 7 9,29 10634,67 0 0,00 0,00 100 5,70 11,87 175 232,24 265,87 237,94 277,73

9 1 0,01 22,97 4 0,34 658,20 11 3,94 5976,75 400 2,79 9,19 400 34,10 65,82 275 98,50 149,42 135,40 224,43

10 4 0,02 51,33 1 0,10 187,19 11 5,84 8221,71 1600 6,57 20,53 100 9,78 18,72 275 146,04 205,54 162,39 244,79

12 2 0,01 32,63 7 0,41 821,50 7 5,91 7852,33 800 4,38 13,05 700 40,52 82,15 175 147,84 196,31 192,74 291,51

21 3 0,03 71,87 6 0,40 835,69 9 2,30 3834,92 1200 10,33 28,75 600 40,43 83,57 225 57,57 95,87 108,33 208,19

26 0 0,00 0,00 2 0,05 125,35 12 9,26 11988,00 0 0,00 0,00 200 5,38 12,54 300 231,58 299,70 236,96 312,24

6 1 0,01 18,66 2 0,06 153,22 5 2,46 3542,05 400 2,55 7,46 200 6,41 15,32 125 61,43 88,55 70,39 111,34

11 2 0,01 22,66 1 0,11 219,77 6 4,25 5863,18 800 2,83 9,06 100 10,97 21,98 150 106,21 146,58 120,00 177,62

15 0 0,00 0,00 7 0,51 1012,02 6 2,02 3030,40 0 0,00 0,00 700 51,21 101,20 150 50,61 75,76 101,83 176,96

22 4 0,04 106,64 3 0,10 229,20 6 4,60 6272,03 1600 16,02 42,66 300 9,94 22,92 150 115,02 156,80 140,98 222,38

24 4 0,03 80,33 3 0,14 298,42 5 2,75 3989,04 1600 11,18 32,13 300 13,99 29,84 125 68,81 99,73 93,98 161,70

(27)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sisordak, Kec. Parmonangan, Kab. Tapanuli Utara, tanggal 12 Juli 1991, dari pasangan Bapak Ratlan Purba dan Ibu Hitda Hutabarat sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Pada tahun 2009, penulis menyelesaikan kegiatan belajar di SMA Swasta HKBP I Tarutung. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI, serta terdaftar menjadi mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis pernah mengikuti kepanitiaan BCR sebagai devisi komisi disiplin periode 2011/2012, panitia Temu Manajer sebagai komisi disiplin periode 2011/2012, anggota Forest Management Student Club (FMSC) periode 2010/2011, anggota UKM PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) periode 2009/2013, ketua OMDA PARTARU (Parsadaan Anak Rantau Tarutung) periode 2011/2012.

Gambar

Gambar 1  Plot Contoh
Tabel 1  Tiga spesies tingkat pancang yang memiliki INP tertinggi
Tabel 2  Tiga spesies tingkat tiang yang memiliki INP tertinggi
Tabel 3  Tiga spesies tingkat pohon yang memiliki INP tertinggi
+3

Referensi

Dokumen terkait

A Bell, sebagai suat u met ode dan acuan unt uk memunculkan suat u wujud arsitekt ural dalam perancangan Mall dan Hypermarket di Kot amobagu yang diharapkan dapat menjadi

Bertitik tolak dengan hasil penelitian yang berkaitan dengan hubungan kesegaran jasmani dengan status gizi siswa Sekolah Dasar Negeri 18 Kumanis Kecamatan Sumpur Kudus

Dengan pengertian bahwa teknologi mencakup bioteknologi, dan bahwa akses dan pengalihan teknologi di antara para Pihak merupakan unsur- unsur penting bagi pencapaian tujuan

ten dan Lada. 2) menganalisis dampak akumu- lasi pencemaran logam berat di lingkungan per- airan dan dalam organ kelamin ovotestis (go- nad) terhadap spermatogenesis pada kerang hi-

Pendugaan analisa korelasi dalam pemuliaan berfungsi dalam seleksi, Pendugaan analisa korelasi dalam pemuliaan berfungsi dalam seleksi, khususnya dalam seleksi terhadap satu sifat

Keadaan ini mendorong untuk melakukan usaha pemanfaatan limbah yang ada sebagai salah satu usaha memaksimalkan penggunaan limbah industri pengergajian sebagai alternatif

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa penelitian tindakan kelas ini secara keseluruhan semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil

setelah melakukan kritik terhadap sanad dan juga matan hadis tentang orang bermuka dua, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hadis tersebut adalah