RESPONS
RUMINAN
TERHADAP PEMBERIAN
HIJAUAN PAKAN
YANG OIPUPUK AIR BELERANG
CHARLES LOOEWlJK KAUNANG
PERNYATMN
MENGENAI DISERTASI
DAN
SUMBER INFORMAS1
Oengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Respons Ruminan Terhadap
Pemberian
Hijauan Pakan Yang Dipupuk Air Belerang adalah karya saya sendiri dan M u m diajukan dalam bntuk apa pun kepada perguruan tinggi dimanapun.Sumber i n f m s i yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbikan dari penulis lain teiah disebutkan dabm teks dan dbntumkan
ABSTRAK
CHARLES L. KAUNANG. Respons Ruminan tehadap
Pemberian
Hijauan Pakan Yang Dipupuk Air Belerang. Dibimbing oleh AMlNUDDlN PARAKKASI,SOEDARMADI HARDJOSUWIGNY0,dai-i I WAYAN MATHIUS.
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan unsur hara (S) yang ada dalam air
blerang agar dapat digunakan obh hijauan pakan, yang kernudkn diberikan ke temak ruminan. Pembaan tahap pettama, menggunakan
rancangan
amklengkap pola faktorial ( 2 x 5 ~ 2 ) . Faktor A adalah pupuk kandang: 0 tonlha dan 25 tonlha. Faktor
B
adalah pernberian air belerang 0 %, 25%, 50%, 75% dan 100%. FaMor C: species tanaman rumput dan legurnminosa masing-masing species 2jenis. Rumput yang digunakan P-maximum cv Rivedale dan P
maximum
cv Gatton, sedangkan legume yang digunakan adalah: C pubescBns dan IW. adoputpureurn. Percobaan kedua(in
vitm). Rancangan yang digunakan adala h rancangan acak kelornpok pola faktorial (2x5Q). Dikeimpokan menjadi tiga yaitu tiga ekor domba yang merupakan sumber inokulum yang berbeda. Percobaan tahap ketiga meneliirespons
pernberian hijauan silase yang mendapat perlakuan (hasil terbaik pertamadan
kedua) dan silase tanpa perlakuan. Penelitian ini rnenggunakan 12 ekor dwnha dan data diuji dengan t-test. Hasil penelitin ini rnenunjukkan kombinasi pemberian pupuk kandang 25 tonlha dan pemberian air belerang 50% pada hijauan Panicium maximum cv Riversdak serta Centrocem8 pubescens memberikan hasil yang optimal pada semua peubah. Selanjutnya pembrian pakan hijauan silase optimal (P.
maximum cv Riversdale + Centrocema pubescens) yang mendapat pupuk
ABSTRACT
CHARLES L. KAUNANG. Ruminant Responds Fed Forages Which Fertilized with Sulfuric Liquid. Under the direction of AMlNUDDlN PARAKKASI, SOEDARMADI HARDJOSUWIGNYO, and I WAYAN MATHIUS
This research was aimed to utilize sulfuric nutrient which is contained in sulfuric liquid, so that it could
k
used by forages fed to ruminant animals. The first trial used complete randomized design in factorial 2x
5x
2. Factor A was manure in two levels 0 tonlha or 25 tonha. Factor 8 was sulfuric liquid in 5 level concentrations 0%, 25%, 50%, 75%, or 100%. FactorC
was forage species (grassedlegumes) two species each. The grasses used were P. maximumcv.
Riversdale andP.
maximum cv. Gatton, while the legumes were Centrmemapubescens and Macroptilium afro9upureurn. The second
trial
(in vifm) usedQ Hak cipta milik Charles L Kaunang, tahun 2004
Hak cipta dilindungi
Diiarang mengetik dan mempehanyak tanpa izin tertulis dari
lnstitut Perfmian Bogor, sebagian a tau
seluruhnya
dalamRESPONS RUMINAN TERHADAP PEMBERIAN
HIJAUAN PAKAN
YANG DIPUPUK AIR BELERANG
CHARLES LODEWlJK KAUNANG
Disertasi
sebagai
salahsatu
untuk memperoleh gelarOoktor pada Program Studi llmu Ternak
SEKOLAH
PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Desertasi : Respons Ruminan terhadap Pemberian tlijauan Pakan yang Dipupuk Air -rang
Nama : Charles Lodewijk Kaunang
NIM : P.04600008
Komisi Pembim bing
Prof. Dr.
&I
Arninuddin Parakkasi. MSC- b KetuaProf. Dr. Ir. Soedarmadi, H. M.Sc. athiw. MSC. APU
Diketahui :
2. Ketua Pmrarn Studi tlmu Ternak 3. Dekan Sekolah
Pascasa
janaDr. Ir. Nahrowi, MSC. Prof.
Dr.
Ir. Syafrida Manuwoto, MSC.Penulis dilahirkan di Bandung tanggal 18 Oktober 1959 dari ayah Johannes Daud Kaunang (Almarhum) dan ibu Martakn Kararnoy (Ahahurnah).
Sefama mengikuti S3, telah diterbitkan dua artikel
dalam
Eugenia 10:251- 258 dan J zootek 18: 1 1-1 7.Tahun 1979 penulis lulus dari S.M.P.P Negeri Manado, dan pada tahun yang sama melanjutkan studi pada Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado lulus tahun 1985. Tahun 7988 penulis rnendapat kesempatan untuk melanjutkan studi Program Magister pada Program Pascssajana lnstiiut Pertanian Bogor, Program Studi llmu Temak. Dengan mendapat beasiswa TMPD (Tim Manajemen Program Doktor) Oirektur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
lulus
tahun 1992. Pada tahun 2000 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi ProgramDoktor
diProgram Pascasa jana dengan mendapat beasiswa BPPS dari Direktocat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sejak tahun 1986 penulis bekeja sebagai Staf pengajar pada Fakultas Peternakan Universitas
Sam
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat karuniaNya dan PenyertaaNya, sehingga penulis dapat rnenyelesaikan penditian dan penyusunan desertasi ini. Tema yang dipilih dalam peneliian
yang
dilaksanakan sejak k w n b e r 2002, dengan judul Respons Ruminan tehadap Pemberian Hijauan Pakan Yang Dipupuk Air Merang,
Pada k m p a t a n yang berbahagia ini wnulis menghaturkan terima kasih yang tutus tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang temwmat Bapak Prof. Dr. drh Arninuddin Parakkasi, MSc sebagai ketua kmisi pembimbing, Bapak Prof Dr. If. Soedarrnadi, H. MSc dan Dr Ir. I Wayan Matbius,
MSc, APU masing-masing sebagai anggota kmisi pembimbing atas kesabaran, penyediaan waktu, kdkhlasan, kelembutan maupun ketegasan setarna proses pembimbingan sehingga penulis dapat rnenyelesaikan studi Program Doktor.
Ucapan terima kasih penulis, disampaikan kepada Rektor lnstitut Pertanian
Bogor, Rektor Universitas
Sam
Ratulangi Manado, DekanSekolah
Pascasarjanabeserta
jajarannya, Dekan Fakultas Petemakan Univmihs Sam Ratulangi Manado,Ketua
Program Studi llmu Temak Bapak Dr. Ir. Nahrowi, MSc, pimpinanjurusan
llmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Petemakan Universitas Sam Ratulangi Manado, pengeldah Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) DtrekturJendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasimal yang telah
mernberikan kesempatan belajar dan biiya kepada penulis
selama
mengikuii Program Doktor.Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada
Noni, Trifena, Yusvian,Bapak Darmawan, Ir.
Harry
Uhi M.Si.,Ir.
lndiah Wahyuni,M.Si
dan Ir. Gdlief Yosef, M.Si.atas
bantuannya selama penelitlan hingga selesai.Penulis
juga
menyampaikan terima kasih kepada Laboratorium llmu NutrisiTemak Daging dan Kerja atas kernpatan yang diberikan untuk penggunaan
f a s i l i Laboratonurn,
lahan
percobaan W a r n penuli mela ku kan pendiian.
Ucapanter%na
kasih kepada Laboratorium Agrostomi pada DepartemenNutrisi dan Makanan Temak atas bantuan yang diberikan untuk penyediaan
lokasi penelitin (Rumah W) dan bantuan teknis selama penulis melangsungkan penelitian. Uisampaikan terima kasih kepada Bahi Penelitian Ternak Ciawi bagian Ruminasia Kecil atas bantuan
mateti
ternak dan kandang metabolismeserta segala
fasititas yang diberikan sehma penulis melakukan penelmkn in vivo. Kepada Laboratorium Agrostolqi Balai Penelitian Tema kCiawi yang telah rnemberikan bibit hijauan pakan dimpaikan terima kasih. Penulis rnenyampaikan terirna kasih sedalamdalamnya kepada Almarhumah mami dan Almarhurn Papi, Ibu dan Bapak Karyani serta seluruh keluarga atas dmngan semangat, dm, bantuan m a t 4 yang diberikan kepada penulis.
Rasa ham dan terirna kasih penulis sampaikan kepada lstri Dr. drh Endang Pudjihastuti dan anak-anak tercinta Andreas P. Kaunang dan Matthias D. Kaunang atas doa, pengertiian dan domngan semangat yang diberikan selama penulis rnenyelesaikan program Doktor di Sekobh ,
Pascasarjana IPB. Semoga diirtasi ini dapat menjadi suatu k h a n acuan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu pengatahuan.
DAFTAR IS1
Halarnan
DAFTAR TABEL
...
xDAFTAR GAMBAR
...
xiDAFTAR LAMPIRAN
...
xii1 PENOAHULUAN 1
...
Latar Belakang I Tujuan Penelitian...
2Kegunaan Penelitian
...
2Hipotesis Penelitian
...
22 TINJAUAN PUSTAKA 3 Bentuk dan Peritaku Belerang di dalam Tanah
...
Peranan Belerang dalam Pertumbuhan Tanaman...
Kebutuhan Belerang bagi Tanaman...
...
Pengaruh Pemupukan dengan8elerang
pada f-fijauan Peranan Pupuk Kandang...
Peranan Belerang pad8 Temak Rurninansia...
Sistem Pencemaan Ruminansia...
Metabolisrne Karbohidratcfatam
Rumen...
Metabolisme Protein datam Rumen...
3RESPONS
HIJAUAN PAKAN TERHADAP PEMUPUKAN PUPUK KANOANG DAN AIR BELERANG 17 Pendahuluan...
17...
Materi dan Metode 17 Hasil dan Pembahasan...
19Kesimpulan
...
384 UJI
IN
WTRO HIJAUAN PAKAN YANG OlPUPUK PUPUK KANOANG DAN AIR BELERANG Pendahuluan...
39Materi
dan Metode...
39Hasil dan Pembahasan
...
42Kesimpulan
...
555 WI
IN
WVO SllASE HlJAUAN PAKAN YANG DlPUPUK PUPUK KANDANG DAM AIR BELE RANG PADA DQMBA 56...
Pendahuluan 56Materi
dan Metode...
56Hasil dan Pembahasan
...
61.
Kesimpulan...
70DAFTAR TABEL
Halaman
1 Komposisi Dactylis glomerata yang dipupuk campuran nitrogen dan
...
beletang yang dibanding dengan Red Clover
7
...
2 Sifat-sifat tanah sebelurn percobaan 193 Hasil analisa kimia air belerang Ciseeng. Kecamatan Pamng.
...
Bogor 19
4 Pengaruh perbkuan terhadap kandungan protein kasar
...
rumput (%) 23
5 Pengaruh perlakuan terhadap kandungan protein kasar
leguminosa (%)
...
336 Penganrh perlakuan terhadap produksi total W A rumput (mM)
...
43...
7 Pengaruh perlakuan terhadap produksi
NH3
rumput(mM)
458 Pengaruh perlakuan terhadap kecernaan k h a n kering
rumput (%)
...
469 Pengaruh perbkuan terhadap kecernaan bahan organik
rumput (%)
...
4811 Pengaruh perlakuan terhadap kecernaan bahan kering
leguminosa (%)
...
53...
12 Komposisi nutrien pakan hijauan silase 57
13 Pengaruh perlakuan t e M a p populasi mikroba. kadar amonia
dan pH rumen domba
...
6114 Nilai W a n beberapa peubah yang diukur pada
penelitian in vivo
...
6 415 Pengaruh perbkuan terhadap produksi VFA total dan
OAFTAR GAMBAR
1 Bagan daur belerang
...
4...
2 Siklus belerang 9
...
3 Produksi bahan kering (gram) dari konsentrasi pupuk
karrdang
204 Produksi bahan kering
(gram)
dari 2 jenis rumput...
215 Hubungan pemkrian air bebrang dan produksi bahan kering
...
rumput
(gram)
216 Kandungan protein kasar rumput (%) dad pupuk kandang
...
227 Kandungan protein kasar rumput (%) dari 2 jenis rumput
...
248 Hubungan pemberian air hlerang dan karidungan protein kasar
...
rumput (%) 24
9 Pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap kandungan belerang
...
rumput (%I) 25
10 Hubungan pemberian air belerang temadap kandungan belerang
...
rumput (%) 26
11 Hubungan pupuk air belerang terhadap kandungan NDF
...
rumput (%) 27
12 Hubungan pemberian air bekrang terhadap kandungan ADF
rumput (%)
...
2813 Pengaruh pupuk kandang pada rumpot terhadap kandungan ADF 29
14 Pengaruh pupuk kandang terhadap produksi bahan kering
leguminosa (gram)
...
3015 Hubungan jenis tanaman dan produksi bahan kering
...
legurnin- (gram) 31
1 6 Hu bungan air belerang dan produksi bahan k e r i q
leguminosa (gram)
...
3217 Hubungan antara pemberian air belerang dan kandungan protein
legumintwa (%)
...
331 8 Pengaruh konsentrasi pupuk kandang terhadap kandungan S
leguminosa (%)
...
3420 Hubungan pemberian air Merang dan kandungdn belprang
leguminosa (%) ...
... .
..
... .. . .. . ......
... ... ... ......
... ... ...
...
...... . ..
... .....
21 Pengaruh konsentrasi pupuk kandang terhadap kandungan
ARF
leguminosa (%) . . . ..
.
. . . .
.
. .
. . .. . .
. . .. . .
. . . .. .. . .
.
. . . .22 Pengaruh jenis tanaman terhadap kandungan ADF
leguminosa (%)
. . .
. . .. . .
. . ..
. . .
.
. . .. . .
. . .. . . .
. . .23 Hubungan pemupukan air bekrang dan kandungan ADF
leguminosa (%)
...
......
... ...
......
... ...
... ......
...
...
......
... ... ...
......
...
24 Hubungan pemberian air behang terhadap kandungan NDF leguminosa (%)
... . .
. . .. . . . ..
. .. . ..
.. . .. . .
..
. . .. . .
. . . . .. .. . .
. . . ,. . ..
25 Hubungan pemberian
air
belerang tehadap produksi VFAtotal
turnput (mM)
...
...
... ...... ...
......
...
...
... ......
...
... ......
...
... .. .
.......
26 Hubungan antam pupuk air belerang terhadap produksi NH3rumput (mM)
...
...... ...
...
......
... ......
... ...
...,.. ...
...
... ......
... ... .......
...27 Hubungan antara pupuk air klerang terhadap kecernaan
bahan kering rumput (%)
... ... ...
...
... ...
......
...
...
... ...
... ... ...
...
... ....
.28 Hubungan antara pupuk air Merang t e w a p kecemaan
bahan organik rumput (%) . . .
.
.. . .. . . .
... . .. . .. .. .
..
.. . .
. ..... . .
. .. . . ..
29 Hubungan antara
tingkat
pemberian air bekang terhadap produksi VFA total ieguminosa (mM). . .
. . . .. . .
..
. . . .. . .
. . .. . .
..
. .. . .
. . ..
30 Hubungan tingkat pupuk air belerang terhadap produksi VFA
total
leguminosa (mM)
. . .
. ..
.
. .
. . .. . .
. .. . .
. . .. . .
. . . .. . .
. . .. . .
.
. . .31 Pengaruh perlakuan pupuk kandang terhadap kecernaan bahan
kering legurninosa (%)
. . .
. .. . .
. .. . .
. . . ..
. . .
. . .. . .
. . .. . .
. . . .. . . .
32 Hubungan air belerang terhadap kecemaan bahan kering
legurninosa (%)
...
...
...
......
...
......
...
...... ...
...
.. .
... ......
...... ...
.....
33 Hubungan air belerang terhadap kecemaan bahan organik
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
I Data pengamh perlakuan tehadap produksi bahan kering
...
rurnput (gram) 86
2 Data pengaruh pedakuan terhadap pmduksi bahan kering
...
legurninosa (gram) 87
3 Penganrh perlakuan tehadap pmiuksi bahan kerkrg
rumput
...
884 Pengaruh perlakuan tertradap kandungan protein rumput
...
895 Pengaruh perbkuan t-ap kandungan suffur bnaman rumput
...
906 Pengaruh perlakuan terhadap kandungan NDF turnput
...
917 Pengaruh perlakuan terhadap kandungan ADF rumput
...
928 Pengaruh perlakuan terhadap produksi bahan
kering
Ieguminosa...
939 Pengaruh perlakuan terhadap kandungan protein leguminosa
...
9410 Pengaruh perhkuan terhadap kandungan sulfur tanaman legurninma
...
9511 Pengaruh perlakuan twkdap kandungan AOF Ieguminosa
...
9612 Pengaruh prtakuan temadap kandungan NDF leguminosa
...
9713 Pengaruh perlakuan terhadap prduksi VFA total rumput
...
9814 Pengaruh perlakuan terhadap produksi NH3 rumput
...
9915 Pengaruh perlakuan terhadap kecemaan h h a n kering rumput
...
10016 Pengaruh perlakuan terhadap kecernaan bahan organik rumput
...
go1 17 Pengaruh perlakuan terhadap produksiVFA
total teguminosa...
102...
18 Pengaruh wrlakuan terhadap produksi NHs legumhoss 103 19 Pengaruh perlakuan terhadap kecernaan bahan kering leguminosa...
10420 Pengaruh perlakuan terhadap kandungan bahan organik
I.
PENDAHULUAN
Latar Wakang
Hijauan rnerupakan pakan &ma temak nrminansia yang mengandung zat
makanan s e m i energi, protein,
lemak, serat,
vitamindan
mineral. Tingkat dankualiis kandungan zat makanan tersebut sangat krvariasi. Hijauan di daerah tropis umurnnya berkualitas rendah jika dibandingkan dengan hijauan didaerah
sedang
(temperate). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai nutrisi hijauan pakan ternbut adalah dengan pemberian hara rnelaluipemupukan. Pemberian pupuk pada saat hijauan ditmam, akan meningkatkan produksi dan akan rnemperbaiki kuaiiis. Kenyataan di lapang menunjukkan
bahwa petani sangat jarang melakukan ha1 tersebut. Hal ini disebabkan harga pupuk yang cukup mahal, khususnya pupuk anorganik disamping dampak negatif terhadap struktur tanah yang diakibatkannya. Oleh karena itu, pupuk kandang dan alam berupa air belerang menjadi alternatii dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas hijauan. Pupuk kandang dapat menyediakan unsur
N,
P, Ca, Mg. Mn, S, Zn dan Co. Pupuk kandang dapat memperbaiki kondisi tanah, struktur tanah serta meningkatkan rnikroorganisme tanah. Pupuk kandang juga digunakan sebagai penyeimbang pHtanah.
Sudah lama diketahui bahwa bekrang
sangat
pwtting untuk tanaman dan hewan. Mined ini juga sangat penting untuk banyak reaksi dalam tiap sel hidup.Belerang merupakan salah satu unsur dalam asam amino metionin. sistein dan sistin, vitamin Motin serta tiamin. Seperti unsur penting y a q lain, belerang dilaporkan berperan
khusus
dalam metabolisme tanaman dan hewan. Tanah di Indonesia, terutama di daerah bercurah hujan tinggi bisa saja defisiensi terhadapbelerang
dan
unsur-unsurhara
lain, sebagai akibat adanya pencucian, di samping akibat penggunaan pupuk anorganik yang belebihan. Sebagai konsekuensinya beberapa hijauan pakan, terutama yang tumbuh di lahan granitik, sering kekurangan unsur belefang sehingga tidak marnpu memberirespons yang optimal tet-hadap hewan yang mengkonsumsinya. Sebagian besar
wilayah Indonesia merupakan daerah gunung berapi
yang
menernpati luassekitar 350.000 km2 atau 17% dari luas Indonesia. Darnpak positif yang .
disebabkan oleh aktiirtasnya, antara lain berupa lahan pertanian yang subur dan
juga merupakan sumber daya mineral yang bermanfaat, antara lain belerang.
sebagai objek wisata. Oleh karena berbau dan mengadung belerang, air panas
tersebut sering disebut juga air belerang.
Sarnpai saat ini air belerang (khususnya yang bemsal dari daerah Ciseeng,
K-matan Parung, Kabu paten Bogor). belum dimanfaatkan sebagai pupuk. Air
belerang tersebut biasanya mengandung berbagai zat yaitu nitrogen (N), fosfor
(P), kalium (K), kalsiurn(Ca), magnesium (Mg). h i (Fe), aluminium
(A),
mangan (Mn), tembaga
(Cu),
seng (Zn) dan sulfurIS).
Kandungan belerang pada air tersebut paling dominan. Hal ini menunjukkan ketersediaan unsur belerangsangat melimpah. Air belerang ini merupakan sumber daya
alam
yang
dapatditingkatkan kegunaannya yaitu dalam meningkatkan produktiitas rurninansia
m r a tidak langsung (melalui pemupukan hijauan makanan ternak tropis) dan secara langsung (semian sudah dilakukan), serta tidak rnustahil untuk dapat
digunakan bagi tanaman lain yang berguca bagi manusia. lnteraksi pemupukan air belerang dan pupuk kandang
diharaphn
rneningkatkan produktivitas dankualitas
hijauan pakan yang ditanarn. Oleh karena itu perlu adanya penelitian pemanfaatan air belerang dan pupuk kandang pada bhan pettanian urnumnyadart petemakan khususnya.
f
ujuan
PenelitianMernanfaatkan
unsur
hara
(S) yang ada dalam air belerangdan
bahanorganik kandang sebagai pupuk fanaman hijauan pakan. yang untuk selanjutnya di beri kan kepada temak ruminansia.
Kegunaan
PenelitIanSebagai infonnasi manfaat pemupukan air M m n g (sumber Ciseeng) dan pupuk kandang terhadap kualitas, produktivitas hijauan pakan, dan ruminan yang mengkonsumsinya. Hasil peneliiian ini diharapkan menambah hkta untuk
mengubah paradigma terhadap air belerang dimasa Uepan.
Hipotesis Penelitian
1. Pemupukan dengan air hlerang dan pupuk kandang akan memberikan hasil yang Iebih h i k terhadap produktiis dan kualitas hijauan.
2. Pemupukan air dengan belerang dan pupuk kandang
pada
hijauan, akanmemberikan performans
yang
baik pada rumiansia yang mengkonsumsinya.3. Ada interaksi antara air belerang dan pupuk kandang sebagai pupuk
2.
TlNJAUAN PUSTAKA
Bentuk
dan
Perilaku Belerang di dalam TanahAda tiga sumber alami pokok unsur
hara
bebrang (S) bagi tanah yang menyediakan belerang untuk tanaman. Ketiga sumbr tersebut ialah: (1) mineraltanah, (2) gas bekrang dalam atrnosfw, dan (3) bahan organik. Disamping
itu
ada 4 aiiran utama S
ke
atmosfir dengan urutan sebagaiberikut;
lepasadprdukbakteri < pembakaran bahan k k a r fosil c penghernbusan garam-garam taut c
pekpasan gas volkan (Notohadiprawiro, 1998).
Bebrang di dalarn tanah didapatkan dalam dua bentuk utama yaitu bentuk organik dan bentuk anorganik, tetapi sebagian besar dabm beniuk organik (Stevenson, 1994). Bentuk S tersebut menentukan perilakunya di dalam tanah. Hampir semua S dalam tanah tropika
yang
tidok di pupuk terdapat dalarn bentuk organik. Unsur ini diserap oleh tanaman hampir seluruhnya dalam bentuk ion sulfal (SO4 2*) dan hanya sejurnlah kecil sebagai gas belerang (SO2) yang diserap langsung daritanah
dan atmosfir. Bedasarkan bentuknya di dafam tanah, S dapat dikelompokkan menjadi sulfat organik, sulfat terlarut, sulfat terabsorpsi,S-elemen, dan sulfida. Hampir semua S organik dalam tanah yang beraerasi
baik berada dalam bentuk ion sulfa4 yang berkombinasi dengan unsur-unsur lain
seperti Ca2', MgZ', K', Na4- atau NH,'. Peningkatan adsorpsi per unit meningkatkan adswpsi Ca2' 12 kali febih besar dalam tanah yang rnengandung
Fe
dan Al hidrooksida dihandingkandengan
tanah yang didominasioleh
bahan organik. Meningkatnya adsorpsi Ca2' dengan kehadiransod2-
ferjadi karena peningkatan muatan negatiyang
diakibatkan olehsod2-
dan meningkatnya pHkarena
pertubran SO4'- dengan ion OH (Curtin dan Syers, 1990). Pengapuran dan pemupukan dengan fosfor juga mempengaruhi perilaku S di dalam tanah. Pengapuran dan pemupukan P dengan superfafat menurunkan SO?- dalamtanah dan SO,*- teradsorpsi dad larutan CaS04, pH tanah dan konsentrasi
H2POd menurunkan
sod2-
teredsorpsi. Pengapuran bbih banyak rnenurunkansod2-
temdsorpsi dari pada pernu pukan dengan P.Di daerah tropika basah suffat mudah hilang dari tanah melalui berbagai
cam,
yaitu terangkut oleh tanaman dan organisme tanah, tererosi, dan tercuci. Pengelolaan tanahdan
tanaman
menentukan keberadaan sulfat karena e m i .kahat S dibagian tersebut (Elkins dan Ensminger, 1971). Absorpsi sulfat dipengaruhi oleh sejurnlah sifat tanah, antara lain: jumkh ( M a r ) dan tipe mineral liat, hidrdsida, horison atau ke dabman tanah, pH, konsentrasi sulfat, waktu kehadiran anion lain dan bahan wganik (73sdale et at. 1990). Nisbah
C:N:S dalarn bahan organik
adalah
sekitar 125 :10 : 1.2. Dalam keadaan aerobikbakteri yang sarna dapaf mengoksidasi S menjadi H2S04. Unsur S dapat pula dioksidasi oleh bakteri Khemotrqoik dari genus Tiob~ciIlus (Mengel dan Kirkby,
1 978). Bagan daur belerang , tertera pada Gambar 1.
so2
land dalm air hujan ATMOSFERMINYAK BUM1 I
BATU BARA
BIOMASSA Pmb&mn
T
S ORGANIK Pwanhakan mduktif oieh bakteti
a
kemmintetik
sU
W a s i dabm
Yngkungan aemb
so,'-
TANAH SULFfDA
daun akar OkMssi
A 4
PdapukM
BATUAN
[image:18.626.120.527.245.664.2]1
I
P O P U * ~I
-
Gambar 1 Bagan daur belerang (Notohadiprawiro, f 998).
Belerang yang terikat oleh bahan organik menjadi tersedia karena kegiatan
Peranan Belerang dalam Pertumbuhan Tanaman
Pada umumnya belerang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asam-
asam amino sistin, sistein dan metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian
dari biotin, tiamin, ko-enrim A dan glutatbin (Marschner, 1995). Oiperkirakan
90% S dalam tanaman ditemukan dalam bentuk asam amino, yang salah satu
fungsi utamanya adalah penyusun protein yaitu dalam pembentukan ikatan disutfida antara rantaFrantai peptida pisdale et ai. f 990). Belerang merupakan bagian (constituent) dari hasil metabolisme senyawa-senyawa kompleks. Belerang juga berfungsi sebagai aktiiator, kofaktor atau regulator enzim dan
berperan dalam proses fisiologi tanarnan. Selain fungsi yang dikernukakan di
atas, peranan S dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman sangat ban yak dan penting, diantaranya (1) merupakan bagian penting dari ferodoksin, suatu
komplex Fe dart S
yang
terdapat dalam kloroplas dan terlibat dalam reaksi oksidoreduksi dengan transfer elektron serta dalarn reduksi nitrat dalam proses fotosintesis, (2) S terdapat dalam senyawasenyam yangmudah
menguapyang rnenyebabkan adanya rasa dan bau pada
rumput-rumputan
dan bawang-bawangan (Tisdale et al. 1990).
Belerang dikaitkan pula dengan pembentukan kforofil yang
erat
hubungannya dengan proses fotosintesis dan ikut seda dahm beberapa reaksi metabolisme seperti kahhidrat, lemak dan protein (Tisdale et a/. 1990). Belerang juga dapat merangsang pembentukan akar dan buah serta dapat
mengurangi serangan penyakit.
Kebutuhan
Belorang
bagi TanamanPada
umumnya
Merang yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal tanarnan bewariasi antara 0.1 sampai 0.5% dari bobot kering tanarnan (Marschner, 1995). Spencer (I 975) mernbagi 3 kelompok tanman berdasarkantingkai kebutuhan S, yaitu: (1) tanaman dengan tingkat kebutuhan S yang
banyak ( 2 M 0 kg aha), (2) tanaman dengan iingkat kebutuhan S sedang (10-50
kg Slha), dan (3) tanaman dengan kebutuhan S rendah (525 kg Slha). Prasad
dan
Power
(1997) menyatakan bahwa, tanaman serealia rnembutuhkan S4 kgS(t biji, 8 kg
S
t
biji pada tanaman legumedan
12 kg S pada tanaman yang . menghasilkan minyak.Berdasarkan
farnilinya, kebutuhan S oleh tanaman: Graminem, Legurnineae, Cmciferae, yang da pat dilihat dari kandungan sulfatYamaguchi (1 999) jumlah S yang dibutuhkan oleh tanaman sama dengan jurnlah fosfor (P). Kekahatan S menghambat sintesis protein dan ha1 inilah yang
dapat menyebabkan terjadinya kiorosis seperti tanaman kekurangan nrtrogen.
Kahat S lebih rnenekan pertumbuhan tunas dari pada perturnbuhan akar.
Gejala kahat S lebih nampak pada daun muda dengan warna daun yang
menguning sebagai mdlitasnya sangat rendah di dalam tanaman (Haneklaus
dan Schnug, 1994). Penurunan kandungan kiarofil s w r a drastis pada daun rnerupakan gejala khas pada tanaman yang mengalami kahat S (Merschner,
1995). Kahat S menyebabkan terhambatnya sintesis protein yang krkorelasi dengan akumulasi N dan nitrat organik terlanrt. Menurut Stewart dan Partier
(1969) apabila belerang dalam keadaan kurang akan berpengaruh terhadap
kuantitas dan kualitas produksi hasil. Kekahatan Merang menghambat sintesis protein karena berkurangnya sintesis asam-asam amino yang rnengandung (S). Hal ini rnengakibatkan akumulasi asam-asam amino yang tidak
mengandung S di dalam jaringan tanaman. Oleh karena itu jaringan tanaman yang kahat belerang, rnempunyai nisbah N-wganiklS-organik lebih tinggi (7011- 6011) dari pada tanaman m a l . Nisbeh ini dapat dipakai sebagai petunjuk suatu
tanaman mendapat suplai belemng cukup atau t i a k (Notohadiprawiro, 1998).
Pengmrh Pemupukan dengrn hierang pada Hijauan
Manfaat pemupukan tanaman dengan belerang d a m meningkatkan kualrtas dan kuantis pastura, peningkatan N-organik, Cam dapat ditukar dan
ketersediaan 8 di dalam tanah. Pemupukan dengan belemng dapat
meningkatkan kadar N, K dan S serta protein
kasar,
sera kasar dan abu tanaman (Tuherkihei
al. 1998). Bahar et a/. (1993) melaporkan hasil peneliiandi rumah
kaca
bahwa, pemkrian 30 kg Slha dalam bentuk NaZSO, dapat mening-n bobot kering leg urn Centmema pubescens s e a m nyata. Lamond et al. (1995) menyatakan bahwa pwnupukan dengan bekrang secarakeseluruhan meningkatkan produksi, kandungan protein dan belerang hijauan
Bmmus
inemis Leyss (Bromegmss),serta
pehndingan NIS rasio 20 : 7 .Panditharane et at. (1986) yang meneliti tentang pengaruh kombinasi
pemupukan n - m e n dan belerang terhadap kmposisi Dadylis glomerata
(Orchardgrass) dibanding dengan Red clover disajikan pada Tabel 1.
Pemupukan sulfur 34 kgha dan pupuk Nitrogen 234 kglha dapat meningkatkan produksi k h a n kering, protein kasar, NDF, ADF, selulosa
dan
Tabel l Komposisi Dactylis glomemta yang diberi pupuk campuran nitragen dan belerang yang dibandingkan dengan Red clover
Keterangan
Bahan k i n g (94)
Protein kasar (%)
NDF
ADF
Pupuk S
w a 0 34 0 34 0 34 0 34 0 34 0
Perlakuan Pupuk N k g b R&
34 23.1 28.0 24.5 22.4
Sumber : Panditharane et ai. (1986)
Peranan Pupuk Kandang
Pupuk kandang
(manure)
adalah sisaproses
pencemaan makanan dalamtubuh hewan bersama dengan sampah kandang yang terutama be~asal dan sisa
ransum yang tidak termakn dan jejabah yang di "recycle" dengan cara
mengembalikan ke datam tanah. Pupuk kandang adahh
bahan
organikyang
dapat mmgendalikan 'alumunium" dalam hnrtan tanah. Pada pH yang sama,
tanaman
yaw
tumbuh di tanah dengan bahan wganik tinggi tidak mengalamigejala keracunan alumunium dibandingkan tanaman yang tumbuh di tanah
dengan bahan organik rendah. Pupuk kandang sangat membantu dalam
struktur tanah, daya menahan air
dan
kapasbs tukar kation tanah(Hardjowigeno, 1989). Pemberian bahan organik dapat meningkalkan
ketersediaan ham di tanah, mengutangi tingkat
kepadatan
tanah, menambahkemampuan tanah mengeluarkan air dan meningkatkan 'kapasitas tukar kation"
(KTK) tanah. Flaig (1984) juga mengemukakan bahwa pupuk kandang tidak
hanya rnenyediakan N, P, K dan hara lain tetapi juga memberi pengaruh yang baik terhadap fisik tanah. Komposisi N, P dan K pupuk kandang (domba) adalah (0.95%), (0.35%)
dan
( I %). Abdulrachman eta/.
(2000) mengemukakan bahwa pupuk kandangtemyata
menurunkan nilaibobot
atau rneningkatkanporos~~stanahdanmeningkatlranfajupe~bilitastanah. Pebikansifatfisik ' tanah ini memungkinkan akar tanaman tumbuh lebih baik. Pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat biologis dan kimia tanah. Pupuk kandang bisa
rnengandung unsur-unsur Ca, Mg, S, Mn,
Zn,
Cu, Co, dan Mo. Kmposisi hara [image:21.622.175.486.136.311.2]pakan yang dikonsumsi dan penanganan limbahnya (Tisdale et al. 1990). Menurut Suwardjono (2001) pengaruh pemberian pupuk organik terhadap sifat
fisik dan kimia tanah adalah: (1) dapat mengurangi pernadatan tanah, (2) menaikkan ketersedian air karena bahan organik yang dapat rnengikat air, (3) rnenaikkan infiiirasi air sehingga tidak rnudah tereiosi, (4) menaikkan nilai tukar kation tanah, (5) menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, dan (6)
mencegah pengikatan P dan mineralisasi N organik.
Semakin banyak pupuk kandang yang dilmikan pada tenah, maka kandungan bahan organik di dalam tanah semakin meningkat, mengakibatkan volume tanah semakin besar, bobot isi tanah rnenjadi ringan. Pupuk kandang dapat bertindak sebagai bahan organik, akan berangsur-angsur membentuk humus. Peningkatan
kadar
humus inilah yang dapat meningkatkan jumlah pan,sehingga air tersedia di dalam tanah. Humus bersifat sebagai kdoid organik berperan aMi d a m penyerapan mdekul air yang berada di dalarn tanah (Baver
et
al. 1985). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupukkandang
2 tonlha mampu meningkatkan hasil h u n g sebesar 8% (Sutriadi, 2001).
Selanjutnya
dikporkan pula bahwa pemberian pupuk kandang pada Rumput Gajah (Penisetum puqureum Schurnach) cendetung meningkatkanproduksi bahan kering, perturnbuhan tanaman dan indeks
luas
daun (Ako, 1997).Peranan Belerang pada Temak Ruminanaria
Mineral belerang temrasuk unsur yang sangat menarik dalarn studi nuttisi ruminansia. Mineral ini telah diketahui sangat diperlukan untuk perturnbuhan rnikroba rumen dan nutrisi termasuk induk semang.
Kadar
belerang dalambiomassa mikroba rumen dapat mencapai 8 g/kg bahan kering dan sebagian
besar terdapat dalam bentuk protein. Sekitar 0.15% dari bobot hidup dan 10% dari kandungan mineral tubuh adalah behang. Tanda-tanda defisiensi yang
spesifik sebagai akibat kurangnya konsumsi belerang tidak terlihat tetapi biasanya defisiensi akan tercermin pada rendahnya prestasi produksi
ternak
(Parakkasi , 1 999).
MetaMlisme belerang (S) dapat diklasifikasikan ke &lam dua sistem yaitu
sistem organik yang digunakan dalam nrrnen untuk mensintesis asam amino S, .
menggunakan belerang dalam bentuk organik dan anorganik (Gambar 2). Belerang dibutuhkan untuk mensintesis protein mikroba.
Bekrang dalam tubuh berada dalam bentuk anorganik meskipun diketahui
ada sediki sulfat dalam darah (McDonald
ef
81. 1988). Sumber belerang yangberbeda memiliki kecernaan yang berbeda pula. DL-metionin
dan
analog-analoghidroxynya membantu pertumbuhan bakteri rumen, dan karena itu memperbaiki
kecepatan pertumbuhan dan produksi susu (Gill et
at.
1973).d ~ t a h
'
s-
I
'\
Taurine Bileprotein mikpba
so4
s
04-s
L
ha6
so;
1
t 1
Gambar 2 Siklus beierang (Arora, 1988).
Sulfida yang terbentuk dalam rumen diubah menjadi protein rnikmba atau diabsorbsi oleh dinding rumen. Sulfida yang diabsorbsi dioksidasi menjadi sulfat di dalam darah dan hati yang untuk selanjutnya diedarkan ke dalam cairan
extraseluhr.
Sulfat di daur ulang langsung ke rumen
melalui
sekmsi saliva, a&u di daur ulang ke usus besar sehingga memberikan mekanisme konservati bagimakanan dengan kandungan sulfur rendah. Sulfur juga dieksresikan
ke
dalam empedu dalam bentuk taurine dan sebagian dikpaskan dari $el-sel epitelke
dalam lumen usus (Gambar 2) (Arm, 1989).
Ruminansia memanfaatkan mikrowganisme mmen untuk mengkonversi
s u m menjadi H,S dalam sintesis sistein dan m e t i i n . Jalur konversi belerang
[image:23.620.147.511.236.459.2]sistein
Sumber : Georgievskii (1 982)
Jika didalam rumen tersedia suwur reduksi dabm kntuk H2S maka
senyawa tersebut dapat bereaksi dengan O-asetylserine membentuk sistein dan
asam asetat. Proses tersebut melibatkan keja enzirn sistein-sintetase. Secara sederhana proses tmebut disajikan pada persarnaan reaksi di bawah ini.
Enzim Sistein Sin-
H2S + ACO
-
CH2-
CH3COOH + HS - CH(o-asetyl serine)
(w)
(sistein)Sumbec Georgievskii (1982)
Kebutuhan domba akan belerang berdasarkan k h a n kering adalah
0.14-0.18% untuk domba betina dewasa dan 0.1&0.26% untuk dom4a rnuda.
Data yang tersedia tidak m n t u k a n batas tertinggi (safe upper limit)
ontuk
sumber belerang
yang
berbeda pada domba. Nampaknya 0.40% S dari bahankering adalah batas maksimum untuk bebang pakan dalam bntuk sodium sulfat. Okh karena belerang berfungsi
dalam
sintesis asam amino yang mengandung belerang dan bebrapa vitamin B selama pencemaan di dakrn rumen, maka mikrowganismerumen
yanO kekurangan belerang tidak da patM u n g s i
secara normal. Penamtmhan Merang dalam kondisi demikian dapat meningkatkan konsumsi pakan, kecernaan dan retensi nitrogen (NRC, 1985).Kekurangan belerang akan mengurangi mikmrganisme pencema seliulosa dan prduksi
asam
lemak atsiri (Slyteref
al.
1!386), akumulasi h a k dalam hati, 'antara
10-23 kg) yang berfistula (diberi ransum mengandung 0; 0.25; 0.50 dan 0.75% belerang), menunjukkan bahwa penarnbahan belerang dapatrneningkatkan konsumsi bahan kering. Suatu penetitian menggunakan domba
Nali umur (3.54 bulan) yang diberi cacahan jerami padi (ad lib#um) + konsentrat yang mengandung 0.14%, 0.20% dan 0.26% belerang menunjukkan peningkatan prduksi bulu, pertambahan bob& badan harian (Yadav dan Mandekhot, 1988).
Kekurangan belerang akan mengurangi prduksi VFA (Bird, 1972). Pernkrian SO2 pada jerarni dapat rneningkatkan VFA total rumen, konsentrasi
dan proporsi asam butirat dibanding pakan tanpa SOz (Miron
ef
al. 1990).Fungi
anaerob
terrnasuk jenis mikrobarumen pencerna
serat.
Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh kadar bebrang di dabm ransum.
Gulati
ef
el. (1985) melaporkan bahwa populasi fungi dahm rumen meningkat drastis pada ransum yang disuplementasi belerang . Peningkatan populasi fungiitu juga diikuti peningkatan kecernaan
serat
sebesar 16%. Penelitian Akin et at. (1983) mernperlihatkan ha1 yang sama, bahwa pada rumen domba yang rnengkonsurnsi Dtgifaria penzii yang diberi pupuk belerang, menyebabkan terdapat jurnlah koloni fungi dan spwangia yang lebih banyak dibandingkan dengan domba yang mendapat0.
Penzii yang tidak dipupuk. Pada penetiian tersebut angka k m a a n bahan kering juga meningkat.Percobaan metabolisme oleh Qi et 81. (1992) pada kambing dengan 3 jenis ransum yang masing-masing mengandung belerang 0.16,0.26 dan 0.36% bahan kering mernperiihatkan bahwa kecernaan ADF (acid detergent fiber) meningkat.
Kecernaan ADF pada ketiiga ransum tersebut hrturut-turut 16.8, 26.0 dan
29.2%. Peningkatan kecernaan ADF dalam percobaan tersebut
sangat
mungkin disebabkan oleh perbaikan perturnbuhan mikroba rumen. terutama fungi. Padakondisi in vivo suplementasi belerang brpengaruh positii terhadap aliran protein dari rumen dan nilai retensi nitrogen (Durand dart Komisarchuck, 1988). Penelitian pada ternak sapi dan domba yang rnemperoleh ransum dengan
penarnbahan belerang dapat meningkatkan cacahan total bakteri rumen dan populasi bakteri seluiitik (Slyter ef al. 1986).
Sistem Pencemaan Ruminansia
oleh Hungate (1966) adalah (a) bakteri pencema selulosa (Baktemides succinogenes, Ruminrxoccus flavafaciens, R u m i n m u s albus, Butynfibrio
fibn'solvens), (b) bakteri pencema hemiselukm (Bufyrivibrio
fibrisdvens,
Bakterordes ruminocda, R u r n i ~ u ssp),
(c) bakteri pencema pati (8akteroides ammyfophilus,Streptocmcus
bovis, Suminninmas amyldytim, (d) bakteri pencema gula
(Tnpunema bryanlii, WLaasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein(Closfridium
sporogenus,Bacdlus
licheniforis).Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morbbginya yaitu: Hdotrichs yang mempunyai silia hampir diselumh tubuhnya dan mencema karbohidrat yang
ferrne~tabel, sedangkan Olgdrichs yang mempunyai silia sekitar rnulut umumnya mermbak karbhidrat yang lebih sulit dicema (Arora, 1989).
Metabolisme Uarbohidrat dalam Rumen
Karbohidrat dalam pakan dapat dikebmpokkan menjadi karbohidrat
struktural (fraksi serat) dan karbohidrat non struktural (fraksi
yang
mudahfersedia). Selulosa dan hemiselulosa
iermasuk
daiarn fraksi karbohidrat struktural(fraksi serat)
yang
merupakan kmponen &ma dari dindingsel
tanaman.Sering tefdapat berikatan dengan lgnin sehingga menjadi sulit dicema oleh mikroba rumen. Lignifikasi meningkat seiring dengan meningkatnya umur ianaman (Church dan Pond, 1988). Untuk itu penggunaanya dalarn ransum
ternak ruminasia memeriukan pengolahan ierlebih dahulu untuk mmnggangkan
i katan lig noselulosa sehingga lebih fernentabel dalam rumen.
Bergman (1983) membagi karbohidrat rnenjadi monosakarida dan turunannya (glukosa, frukfosa dan silosa) dan oligosakarida yaitu 2-10 unit
sakarida (sukrosa
,
rafinosa, stacciosa, fruktosa dan herniselulosa). Karbohidratrnerniliki nilai kefaruian yang tinggi didalarn air, sehingga memudahkan proses pemanfaatanya. Produk fermentasi (VFA) di dabm rumen diserap melatui epitel
rumen dan menjadi surnber energi utama pada ternak nrminasia. Sebagian mikroba yang tumbuh dalam rumen bersama dig& akan bergerak ke abomasum untuk selanjutnya mengalami pencemaan enrimatis dan penyerapan.
Untuk mendukung poses metabolism di atas, pergerakan dan kontraksi dinding
rumen
sangat berperan.Pergerakan
dan kontraskitersebut
membantu proses pengadukan digesta dan inokulasi partikel pakan, ruminasi dan pergerakandigesta ke abomasum.
Hasil akhir dari fermentasi kamidrat di dalam rumen adalah VFA (asetat,
umumnya dahm bentuk panas dan methan. ATP yang dihasilkan dari proses pemecahan zat makanan menjadi VFA dan komponen intermediat lainnya digunakan mikroorganisme sebagai sumber energi untuk pertumbuhan rnikroorganisme (Preston dan Leng, 1 987).
Fermentasi karbohidrat dalam rumen menghasilkan VFA sebagai produk utama untuk menyediakan energi dan karbon untuk pertumbuhn dan
rnempertahankan kehidupan komunitas mikroba. Jumlah VFA yang terbentuk
sangat dipengaruhi oleh kecemaan serta ransurn yang difermentasi (Baldwin, 1995).
Pada umumnya perbandingan proporsi molar VFA s e k i r 65% asetat (C2), 20% propionat
(C3),
10% butirat(C,)
dan 5% valerat (C5). VFA merupakanproduk akhir fementasi dalam rumen yang kemudian tersedia bagi rurninansia
induk semang setelah diabsorbsi ke dalam darah. VFA
berantai
cabang yang esensial bagi perturnkhan mikroba rumen berasal dari degradasi protein, yang menghasilkan proporsi asetat, propionat, isobutirat, butirat dan vabratsecara
berumtan adalah 0.40; 0.28; 0.12; 0.1 3 dan 0.1 7 (Van Nevel, 1991).
Menunrt McDonald et at. (1988) proporsi VFA dalam cairan rumen
betvariasi tergantung dari macam ransurn dan waktu
setelah
rnakan. Padarurninansia, hijauan yang dikonsumsi melalui proses fermentasi di dalam rumen menjadi VFA dengan perbandingan asam a-t
(G)
:
asam propionat (Cs) :asam
butirat (C4) umumnya adalah 70 : 20 : 10 dan biasanya rnemenuhi'sekitar70-80 persen dari kebutuhan energi hewan. Molar
p s e n t a s e
isoasid (isobutirat dan iso valerat) serta valerat meningkat bila VFA berantai cabang ditambahkan ke dalam pakan (Johnson et al. 1 994).Untuk
rnensintesa protein rnikroba yang optimal diperlukan keseirnbangan energi (VFA) dan nitrogen dalam bentuk N-NH3. Kekurangan salah satu unsur inidapat menghambat pertumbuhan mikroba rumen.
Metabolisms Protein dalam Rumen
Protein pakan di dalam rumen akan mengalami hidrolisis obh enzim proteolitik menjadi asam amino dan oliopeptida. Selanjutnya asam asam amino
mengalami katabolisme lebih lanjut menghasdkan amonia, VFA dan COz.
Amonia menjadi sumber nitrogen utama untuk sintesis de novo asamasam
amino b g i rnikroba rumen. Proses metabolisme tersebut mengungkapkan
katabolisme lebih bnjut (deaminasi), sehingga dihasilkan arnonia (NH3). Amonia asal perornbakan protein pakan tersebut sangat besar kontribusinya terhadap pul amonia rumen. Diperlukan kisaran konsentrasi &mania tertentu untuk memaksimumkan laju sintesa protein mikroba. Karena itu kelarutan dan degradibilitas protein pakan sangat penting untuk diketahui (Arora, 1989).
Amonia (NH3) merupakan produk utama dari proses deaminasi asam
amino dan kucukupannya dalam rumen untuk memasok m i a n besar N untuk pertumbuhan mikroba merupakan prioritas utama dalam rnengoptimalkan
fermentasi hijauan (Leng 1990).
Menurut Haryanto ( I 9941, konsentrasi amonia di dabm rumen ikui
mnentukan eftsiensi sintesa protein mikroba yang
pada
gilirannya akan mempengaruhi basil femmtaasi bahan organik pakan. Hasil fermentasi tersebutdapal diliha! sebagei konsentrasi Vdatile Fatty Acid (VFA) di
dabm
miran rumen. Konsentrasi arnonia tersebut antara lain ditentukan deh tingkat protein pakan yang dikonsumsi, derajat degradabilitasnya, lamanya makanan berada di daiam rumen dan pH rumen (Haryanto 1994).Konsentrasi amonia sebesar 50 mg1100ml (setara dengan 3.57 mWL) di dalam cairan rumen dapat dikatalran optimum untuk menunjang sin- protein
mikroba rumen (Satter dan S m r , 1974), sedangkan W a r amnia yang
dibutuhkan untuk menunjang perlumbuhan mikroba rumen yang maksimal
berkisar antara
4-1 2 mM (Emnto et al. 1.993). Pengarnatan scam invim
yang dilakukan oteh Mehrez et 81. (1977), M a r amonia caimn rumen yang optimal untuk pertumbuhan mikroba yang maksimaladalah
16,79 mM. Konsentrasi amnia menggambarkan kecepatan produksi dari pencemaan nitrogen. Produkakhir
degradasi purin dan pirimmidin pada rurninansia adalah abntoin(Arora,l995), terutama berasal dari mikroba rumen dan dalarn jumlah kecil
berasal dari jaringan hewan atau disebut alantoin
endogen.
Kadar alantoin endogen semakin kecil bila suphi ahntoin eksogm meningkat,Alantoin, asam urat, xanthin dan hipoxanthin metupakan prduk degradasi p r i n yang dapat d w k s i dalam urin. Alantoin dalam urin dapat
diiunakan
untuk mengestimasi besamya penyedia protein mikroba rumen terhadap induk
semangnya. Jika ekskresi alantoin dalam urin tinggi, ini betarti bahwa protein . banyak yang
diserap
oleh rnikroba rumen dan tejadi proses katabolisme. Ekskresi tumnan purin di d a b urin dapat dijadikan indikator pasokan protein asal mikmba nrmen untuk temak induk semang, dan kadar alantoin yang didapatmeningkatnya kadar alantoin. Ekskresi alantoin kerbanding lurus dengan alantoin mikroba rumn yang diserap, jika diasumsikan perbandingan protein dengan alantoin dalam populasi mikroba rumen adalah tetap. Sintesis protein mikroba
3.
RESPONS HIJAUAN PAKAN
TERHADAP PEMUPUKAN
PUPUK KANDANG
DAN
AIR
BELERANG
Pendahuluan
Hijauan tropis umumnya dikenal berkualitas rendah dibandingkan dengan kualitas hijauan yang berasal dari daerah temperatelsedang
.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan kualitas hijauan adalah melalui pernupukan. Pupuk kandang rnerupakan pupuk alamyang
berasal dari kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa-sisa rnakanan rnaupun alas kandang. Pupuk kandang merupakan pupuk yang murah dan mempunyai kemampuanyang
dapat rneningkatkan dan mernpertahankan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah.Air belerang mengandung berbagai unsur, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, Al,
Mn, Cu dan Zn. Air belerang, sebagai pupuk alam dapat ditingkatkan
kegunaannya dalarn upaya meningkatkan pmduktivitas ruminan secara tidak langsung yaitu melalui pernupukan pakan hijauan tropis (Parattkasi dan
Kaunang, 2001). FaMor yang rnendorong meluasnya gejala tanaman kekurangan
bekrang adahh penggunaan pupuk yang tidak mengandung belerang,
kehibngan belerang h a t emsi dan
aliran
permuban, kecilnya kontribusi bekrang di udara (<5 kghaltahun) dan air irigasi, serta tidak adanya pengembalian sisapanen
(Gupta dan Dukey, 1998). Belerang merupakankonstituen
asam
amino sistin, sistein dan metionin. Kahat sulfur tidak hanya menurunkan prcduktivitas tanaman, melainkan juga menurunkan kualitas protein yang dihasilkan. Penelitian bagian pertam ini bertujuan untuk rnelihat pengaruhpupuk kandang dan air belerang terhadap produksi dan kualitas hijauan pakan.
Materi dan Mefode
Penelitian uji lapang (tahap pertama) ini dihkukan di Rurnah kaca
Labratorium Agrostologi, Fakultas Petemakan, IPB Bogor. Waktu penelitian dari
bulan Februari 2003-September 2003. Peneliiian ini juga menggunakan 2 spesies hijauan (rumput dan legume), dan 2 jenis pupuk (air belerang dan pupuk kandang), menggunakan rancangan
acak
lengkap pola faktorial 2 x 5 ~ 2 , (Steel dan Tortie, 1993). Faktor A adalah pupuk kandang : 0 ton/ha dan 25 ton/ha. FaMor 8 adalah pernberian air belerang dengan konsentrasi 0 pprn, 25% (1 9.62 ppm), 50% (39.25 ppm), 75% (58.86 ppm) dan 100% (78.51 ppm). Falrtor
yang digunakan dalam peneliiian adalah Panicurn maximum cv. Riversdale dan
Panicum maximum cv Gatton. sedangkan legume yang digunakan untuk penelitian adalah: Centmema pubescens dan Macroptilium atroputpureum. Sebelumnya, biji dtsemaikan selarna dua rninggu baru ditanam ke polibag
berkapasitas 5 kg. Tahap persiapan diawali dengan pengisian pdybag (hitam)
dengan tanah yang diambilkan dari sekiir lokasi penelitian.
Tanah
diambil dariketebabn 20
cm
dari permukaan.Tanah
disaring dengan menggunakan ukuran 2 rnm dan dimasukkan ke dalam "potybag". Qengukuran kapasitas tampolng air dilakukan dengan rnemasukkan air secam merata ke dalarn polybag sampai air mulai menetes keluar. PciJybag yang berisi tanah dan air tersebut ditirnbang untuk mendapatkan kapasitas air yang diserap oleh Eanah. Data ini sangat penting untuk mengetahui jumhh air belerang yang tepal untuk pengraman. Pemberian pupuk kandang (sesuai level) dan dolornit 5tonlha
dilakukan 3minggu sebelum tanaman makanan temak dinam. Penyiraman air belerang (sesuai level) dilakukan
setiap
3 hari. Pemanenan tanaman makanan temak dilakukan setiap 40 had, dari 2 kali pemotongan.Setelah
dilakukan pernotongan,diambil
wbsainpel
untuk dianalsis bahan keringnya. Peuhah yang diukur dalampenetitian ini adalah: produksi k h a n kering, kandungan protein (micro Kjeldahl), kandungan Merang (AOAC, 1980), kandungan Acid Detergent Fiber dan Neutral Detergent Filwr ( W r i n g dan Van Soest, 1970). Data yang diperobh dianalisis
menggunakan sidik ragam. Bila ada perbedaan antar pdakuan difakukan uji jarak Duncan dan uji kontras polinomial ortogonal (Steel dan Tab, 1993).
Model matematik analisis ragam menurut Steel dan Toaie (1 993)
Yijkl
=
p + rs + Pj + yk + upll + a y k + Py, + aSyijk 4 EJYKeterangan :
YW = nilai pengamatan dari janis tanaman
ke-k
ubnganke-i
yang diberi pupuk kandang tar& ke4 dan W r a n g
taraf
k e jP
=rataan
umum dari nilai pengamatana, = pengaruh aditif dari pemberian pupuk kandang taraf ke-i
p,
= pengaruh adifif pemberiin belerangtaraf
ke-j yk = pengaruh aditii dari penggunaan jenistanaman
k&aP1
= pengaruh interaksi antara pem-n pupuk kandang taraf k e i dengan pemberian belerang taraf k e ja y i k
=
pengam h int-si antara pemberian belerang taraf ke-jdengan jenis tanaman k e k
Pyik
=
pengatuh interaksi antara pemberian belerang taraf ke-jdengan jenis tanaman ke-k
Myilk
=
pengaruh intmksi ontara pemberian pupuk kandang t a d ke-i dengan pemberian ' behang taraf ke-j pada jenis tanamank d !
= pengaruh
galat
dari jenis tanaman kek ulangan ke-iHasil dan Pembahasan
A. Keadaan dan Sifat fanah
Hasil analisis tanah awal secara umum dapat dikatakan bahwa status
kesuburan tanah di lokasi percobaan termasuk rendah dengan reaksi tanah masam, C organik, N total, S total, K, Ca, Mg dan KTK rendah
serta
P sangat rendah (Tabel 2). Pada tanah Latosol status nutrisinya rendah, k h a n organik rendah dengan demikian kesuburan kimianya rendah.Tabel 2 Sifat-sifat tanah =belum percobaan
Jenis perretapan Nilai Keterang an
pH H20 4.2 asam
organik 1.23% rendah
N total 0.08% rendah
S total 0.09% rendah
P bray 0.20 ppm sangat Fendah
K 0.10 mYlOO g m d a h
Ce 2.10 mVlOOg rendah
wl
0.76 mW1W g mndehKTK 13.44 mViOOg rendah
S u n k Pugat P e n a l b Tariah dan Agmklik 2003
6.
Kandungan
Kimia Air BelerangHasil analisis air klerang dari Ciseeng, Kecamatan Parung menunjukkan bahwa kandungan minerat Sulfur sebesar 78.51 ppm Jebih tinggi dibanding
mineral yang lain (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil analisa kimia air belerang Ciseeng, Kecamatan Parung, Bogor
Unsur kimia Kandungan (Pw)
Sulfur (S) 78.51
Phosfor (P)
Magwsiurn (Mg) Kalium (K)
Nltrosen (N) Kalsium (CI)
Cupprum (Cu) Ferrum (Fe) Almanium (Al)
Zin k (Zn)
Mangan (Mn)
[image:33.620.195.484.546.725.2]C. Produksi Bahan Kering Rumput
Pemberian pupuk kandang sejumbh 25 tonlha menghasilkan produksi bahan kering rumput yang lebih tinggi daripada tanpa pemberian pupuk kandang
0 todha. Rataan praduksi bahan kering yang dihasilkan dari pupuk kandang 25
tonlha adalah 9.39 g sedangkan tanpa pmberian pupuk kandang 0 tonlha
adalah 5.47 g (Gambar 3).
12
S-
O
g
1 0 - 9 39-
!? 8 -
.-
z
Y
PO P25
[image:34.618.207.462.216.361.2]Konsentrasi pupuk kandang (bnlha)
Gambar 3 Produksi bahan kering (gram) dari konsentrasi pupuk kandang Pupuk kandang akan meningkatkan shktur tanah lebih m h dan meningkatkan jumlah pori tanah sehingga memudahkan tunas-tunas baru
tumbuh m e m b u s permukaan tanah. Bahan organik juga berpenganrh langsung terhadap fisiotqi tanaman seperti rneningkatkan kegiatan respirasi untuk rneningkatkan pertumbuhan tanaman, serta bertambah kbamya daun akan meningkatkan produksi dan kandungan bahan keringnya. Pupuk kandang dapat mempertahankan bahan organik tanah, meningkatkan a M i a s biologis tanah
dan juga meningkatkan ketersediaan air tanah. Semakin tinggi kadar air tanah maka absorbsi dan transportasi unsur hara maupun air
akan
lebih baik, sehingga laju fotosintesa untuk dapat menghasilkan cadangan makanen k g ipertumbuhan tanaman lebih terjamin dan otMatis produksipun akan meningkat
(Wadi et a/. 1998)
Pupuk kandang menyediakan unsur N, yang dibutuhkan dalam proses
pembentukan protein tanaman sehingga rneningkatkan perturnbuhan vegetatif
tanaman seperli balang,
daun
dan akar. Sebagat konsekuensi pemberian pupuk .kandang adabh meningkatkan produbi dan kandungan bahan kering tanaman.
Menurut lfradi et
al.
(1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang akan meningkatkan pmduksi bahan kering, protein kasar dan menurunkanserat
Pada Gambar 4 terlihat bahwa, jenis tanaman P. maximum cv. Riversdale
menghasilkan produksi bahan kering yang nyata lebih tinggi dibandingkan
P. maximum cv Gatton (8.33 g VS 6.53 g). Adan ya perbedaan ini dikarenakan sifat genetis yang berbeda antara kedua rumput.
Menunrt
Van Soest (1994) dimana pada umur yang sarna perbedan k u a i i s hijawn dapat dipenganrhi oleh beberapa faktor antara bin: jenis (varietas), tanah, iktim dan manajemen.m a l e Gatton
[image:35.618.203.468.223.357.2]Jenis tanaman
Gambar 4 Prduksi bahan kering (gram) dari 2 jenis rumput
Pemberian air beberang mempengaruhi produksi bahan kering rumput (Gambar 5). Hubungan pemberian air belerang dan pmduksi bahan kering berpola kuadratik (P<0.01) dengan persamaan Y = -0.0014
x2+
0.1598 X +7.7577 (RL 0.7957).
=
'fa i8
I S : 0 3 ,Y
p ' 4 j
.-
Q
I y = - 0 . 0 0 1 4 ~ ~ t 0.1598>( + 7.7577
$ = 0.7957
6:
2
L 4
C-
" -7 - ,0 25 50 75 100 125
Konmntrasi air belerang (%)
Gambar 5 Hubungan pemberian air belemng dan pFoduksi k h a n kering
rumput (gram).
Terlihat bahwa nihi optimum produksi bahan kering dicapai pada
pmberian air belerang 50% (57.07%) yaitu 13.43 gradpol. Level pemberian air
Merang 25% produksi bahan kering yaitu 10.16 gram/@, untuk level 75% dan 100% produksi bahan keringnya adalah 10.80 gradpol dan 9.62 gramlpd
paling rendah, yaitu 7.89 grarnlpol. Kondisi optimal didapat pad8 dosis
pemberian air belerang
W%,
dan mernkri garnbamn kebutuhan optimalbelerang pada dosis tersebut telah terpenuhi. Kekahatan belerang, tidak hanya menurunkan produksi tanaman tapi juga k u a l i s tanaman (8eaton et al. 1968).
Suplai belerang yang cukup esensial guna memptahankan aktivitas enzim setelah diketahui bahwa nitrat reduktase membutuhkan sisi aktiiSH
sulfhidril yang berasosiasi dengan ikatan dari NADPH. Defisiensi belerang akan menunjukkan berkurangnya aktivitas nitrat reduktase lebih -pat daripada enzim
lain yang terlibat
dalam asjrnilasi
NOS. Selanjutnya Sutandi (1996) menyatakanbahwa kandungan nutrisi tanaman dipengaruhi okh faMor genetik dan faktor
lingkungan. Adanya penunrnan kandungan bahan kering pada pemberian air belersng 75% dan 100% diduga karena pemberian yang berlebihan
menyebabkan toksik, sehingga tanaman mengatami gangguan metabolisme,
yang pada gilirannya menurunkan kandungan bahan kering hijauan.
P. Kandungan Protein Kasar Rumput
Pupuk kandang berpengaruh nyata (Pc0.05) tehadap kandungan protein kasar rumput. Rataan kandungan protein kasar yang dihasilkan
dari
pupuk kandang 25 tonlha adalah 10.30% sedangkan tanpa pemberin pupuk kandang0 tonlha adslah 7.53% (Gambar 6). Dengan perkataan lain
kandungan
protein meningkat dengan adanya kandungan nilmgen. Kecenderungan meningkatnya kandungan protein kasar pada pemberian 25 tonha disebabkan pupuk kandangdapat mempertahankan bahan organik tanah dan dapat meningkatkan a k t i v i biobgis tanah dan transportasi unsur hara serta air akan Iebih baik, sehingga laju
fotosintesa untuk menghasilkan cadangan makanan bagi perturnbuhan tanaman
lebih terjamin (Purwowiddo, 1992).
Konsentrasi pup