• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PENYAJIAN TARI ATU ATU BELAH PADA MASYARAKAT GAYO ACEH TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PENYAJIAN TARI ATU ATU BELAH PADA MASYARAKAT GAYO ACEH TENGAH."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN TARI ATU BELAH PADA

MASYARAKAT GAYO KABUPATEN ACEH TENGAH

SKRIPSI

Telah Memenuhi Persyaratan Melaksanakan Sidang Meja Hijau

Oleh :

ELVI RIZKI ANANDA

NIM. 2111542006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

ELVI RIZKI ANANDA NIM 2111542006, Bentuk penyajian Tari Atu Atu Belah Pada Masyarakat Gayo Aceh Tengah, Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan Penelitian ini merupakan kajian mengenai bentuk penyajian tari Atu Belah pada masyarakat Gayo Aceh Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk penyajian tari Atu Belah pada masyarakat Gayo Aceh Tengah.

Dalam pembahasan ini peneliti menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian seperti pengertian tari Atu Belah, teori bentuk dan teori penyajian.

Metode yang digunakan untuk membahas bentuk penyajian tari Atu Belah pada masyarakat Gayo Aceh Tengah adalah metode analisis deskriptif. Populasi dan penelitian ini sekaligus menjadi sampel yaitu tokoh adat, seniman, dan penari. Teknik pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriftif kualitatif.

Berdasarkan penelitian merupakan tari Atu Belah yang menggambarkan kisah kesedihan seorang ibu. Tari ini diciptakan pada tahun 1956-an oleh Ibrahim Kadir. Mengkaji bentuk penyajian pada tari Atu Belah akan membahas semua elemen-elemen meliputi gerak yaitu terdiri dari tiga bagian persalamen (pembuka), tahapan isi terdiri dari gerak lompong terbang (belalang terbang), nuet lompong (mengambil belalang), nero mangan (minta makan), lompong terbang (belalang terbang), ulak mungaro (pulang memburu), benges (marah), Ilapahe (memotong), mupancur rayoh (bercucuran darah), gunah (sedih), mongot sebuku (menangis), nunung jematue (mengikuti ibu), beloh musangka (pergi berlari), tedoh wet weh (berhenti mengambil air), beloh nyerah nyawa (pergi menyerahkan nyawa), gelisah, mujadi atu (menjadi batu), dan penutupen (penutup). Iringan yang digunakan adalah syair. Busana yang dipakai pada pria yaitu pakaian motif kerawang sedangkan penari wanita menggunakan baju kebaya. Properti yang digunakan seperi parang. Tata rias yang digunakan rias cantik. Tema tari Atu Belah merupakan tari dramatik dimana tari tersebut mengandung cerita dan pesan yang disampaikan. Pola lantai yang digunakan ada delapan belas pola lantai. Pentas yang digunakan dalam tari Atu Belah sering ditampilkan di atas pentas hanya menggunakan lampu sederhana.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa menganugerahkan nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan menjadikannya ke dalam bentuk Skripsi.

Namun demikian, penulis tetap berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan penulisan ini dengan judul “ Bentuk Penyajian Tari Atu

Belah Pada Masyarakat Gayo Aceh Tengah”. Terselesaikannya penulisan ini

adalah berkat dukungan serta bantuan dari semua pihak yang membantu penulis baik dari awal penulisan sampai pada akhir penulisan ini. Untuk itu penulis baik dari awal penulisan sampai pada akhir penulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni. 3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik.

4. Siti Rahma, S.Pd, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Tari. 5. Dra. Rr RHD Nugrahaningsih, M.Si Dosen Pembimbing Skripsi I. 6. Martozet, S.Sn, MA Dosen Pembimbing Skripsi II.

7. Dra. Tuti Rahayu, M.Si Dosen Pembimbing Akademik Sekaligus Penguji I dan Yusnizar Heniwati, S.S.T, M.Hum Penguji II.

(8)

iii

9. Kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Sarmada dan Ibunda serta pada Hendra Sahputra S.Pd dan Raki Alvaro yang telah memberi dukungan moril maupun materil kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Bapak Ibrahim Kadir dan ibu Erni Junifa sebagai narasumber yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Kepada Bunda Erlina Fitri, A.Md.Keb serta suami Suhirmansyah yang berkontribusi memberikan ide pemikiran dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini.

12. Kheliana, Magfirah Fitri, Elfita Maria, Eresti Rahmadhani, Elvi oktarina dan teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

13.Kepada Hajar Ashwad yang telah memberikan motivasi dan dukungan. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari kalimat, isi, dan juga teknik penguraiannya. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pendidikan seni dan tari.

Medan , 2016 Penulis,

(9)

iv

(10)

v

c. Busana ... 50

d. Properti ... 53

e. Tata rias ... 53

f. Tema ... 54

g. Pola Lantai ... 54

h. Pentas ... 59

E. Bentuk Penyajian Tari Atu Belah ... 60

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

(11)

vi

DAFTAR TABEL

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Aceh Tengah ... 20

Gambar 4.2 Busana yang dipakai Penari Laki-laki ... 51

Gambar 4.3 Busana yang dipakai oleh Perempuan ... 52

(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Aceh adalah sebuah daerah yang terletak di pulau Sumatera yang merupakan provinsi paling Barat di Indonesia. Masyarakat di Provinsi Aceh, dilihat dari letak geografisnya terbagi kedalam dua kelompok, yakni masyarakat pesisir dan masyarakat pegunungan ataupun pedalaman. Salah satu daerah yang termasuk kedalam masyarakat pegunungan adalah masyarakat Gayo yang berada di Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Bener Meriah dan Gayo Lues. Daerah Gayo umumnya merupakan kawasan yang sangat kaya akan kebudayaan. Menurut E.B. Taylor dalam Soekanto (1990:172) “kebudayaan adalah kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui

bahwa kebudayaan menjadi ciri dan identitas sehingga mampu mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.

(14)

2

memiliki beberapa jenis berkesenian lain, seperti sastra lisan yang terbagi kedalam kekeberen (donggeng), melengkan (kiasan/pantun), pepongoten/sebuku (tangisan/ratapan), saer (syair), kekitiken (teka-teki), dan peribahasa.

Kekeberen adalah seni sastra lisan yang disampaikan oleh orang yang

lebih tua kepada yang lebih muda misalnya nenek kepada cucunya, ibu kepada anaknya, bibik kepada untilnya (keponakannya) dan lain-lain yang berisi pesan-pesan moral serta nasihat-nasihat. Kekeberen yang terdapat pada masyarakat Gayo adalah Atu Belah, Inen Mayak Pukes, Peteri Ijo, Peteri Bensu, Gajah Putih dan lain sebagainya. Atu Belah adalah cerita rakyat yang sampai sekarang masih diakui kebenarannya oleh masyarakat Gayo bahkan tempat peninggalannya dijadikan sebagai salah satu objek pariwisata oleh pemerintah setempat tepatnya di desa Penarun Kecamatan Linge sampai sekarang masih tetap ramai dikunjungi baik oleh penduduk setempat maupun pendatang dari luar daerah Gayo. Berdasarkarn nilai-nilai moral dan nasihat yang yang terdapat pada kekeberen tersebut para seniman-seniman gayo terinspirasi untuk menciptakan satu bentuk kesenian berupa tari yaitu tari Atu Belah agar nilai-nilai moral dan nasihat pada kekeberen tersebut tetap menjadi media pendidikan bagi generasi-generasi muda

yang wujudnya dapat dilihat melalui tari ini.

(15)

3

ekonominya serba kekurangan, ibunya adalah seorang buruh tani, ayahnya hanya seorang pemburu binatang, suatu hari anaknya meminta makan kepada ibunya harus dengan memakai lauk dan ibunya merasa sedih karena ibunya berfikir bagaimana mau memberikan anaknya lauk sedangakan ibunya tidak mempunyai uang, kemudian ibunya teringat ada belalang di lumbung dan menyuruh anak perempuannya mengambil belalang tersebut dan si anak lupa menutup lumbung tersebut akhirnya belalang yang ada di lumbung semua berterbangan, setelah ayahnya pulang berburu dan ayahnya melihat belalang yang di lumbung sudah tidak ada lagi, kemudian ayahnya tersebut sangat marah kepada istrinya karena sakit hatinya melihat belalang sudah berterbangan. Padahal ayahnya mencari belalang dengan jerih payah dan kemudian ayahnya mengambil parang dan membelah payudara di bagian kanan istrinya, kemudian istrinya lari menuju Atu Belah. Setelah sampai disana istrinya melantunkan syair sampai berderai air mata

dan akhirnya batu membuka dan istrinya masuk ke dalam batu tersebut.

(16)

4

menambahkan alat musik seperti keyboard dan gitar. Tetapi masih ada juga yang tetap memakai alat musik tradisional dan memadukan dengan alat musik modern.

Musik iringan pada Atu Belah selain dimainkan dengan menggunakan musik pengiring yang diiringi mulai dari awal penari masuk sampai tarian itu selesai, tetapi juga menggunakan syair lagu yang dilantunkan bersamaan dengan musik yang dimainkan. Syair lagu pada tarian ini sesuai dengan gerakan yang ditarikan serta sesuai dengan gambaran atau suasana hati tari itu sendiri. Setiap bait syair lagu pada tari ini memiliki makna dan hubungan pada setiap ragam-ragam geraknya. Syair dalam tarian ini juga dijadikan sebagai pembeda antara ragam satu dengan ragam yang lainnya. Properti yang digunakan dalam tarian tersebut menggunakan parang. Busana yang dipakai pada tari Atu Belah penari laki-laki menggunakan baju adat gayo, masyarakat Gayo biasa menyebutnya dengan baju kerawang karena memiliki ciri khas warna dan motif kerawang, sedangkan penari wanita menggunakan pakaian kebaya zaman, kain sarung, kain panjang dan ketawak (tali pinggang) yang bermotif kerawang. Dalam penyajian tari Atu Belah terdapat yaitu pembuka, isi dan penutup. Tahapan pembuka ada satu ragam gerak, tahap kedua mempunyai dua puluh ragam gerak dan penutup mempunyai satu ragam gerak.

(17)

5

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah adalah salah satu proses penelitian yang dapat dikatakan paling penting dari proses lainnya. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadikan terarah serta cukupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali Moh.Nazir(1983:49) mengatakan bahwa:

“untuk kepentingan ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan adalah

masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit dan sebaliknya bila ruang lingkup masalah dipersempit, maka akan

diharapkan analisis secara luas dan mendalam’’.

Dari uraian latar belakang masalah, maka masalah penelitian dapat diidentifikasikan menjadi beberapa bagian, diantaranya:

(18)

6

“sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu tidak perlu

dipakai sebagai masalah penyedikan, tidak akan pernah jelas batasan- batasan masalah, pembatasan ini perlu, bukan saja untuk mempermudah atau menyederhanakan maslah bagi penyelidikan akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan dalam memecahkan masalah, waktu, ongkos, dan lain sebagainnya ’’

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlunya pembatasan masalah dalam sebuah penelitian, maka untuk itu penelitian menentukan batasan – batasan maslah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk penyajian tari Atu Belah pada masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah ?

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian memuat penjelasan mengenai alasan – alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam usaha penelitian dipandang menarik, penting dan perlu diteliti

Suharsimi Arikunto (2010:63) mengatakan bahwa :

“Apabila telah diperoleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan/studi eksploratoris, maka masalah yang akan diteliti semakin jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai , kemana harus pergi dan dengan apa ’’.

(19)

7

Bagaimana bentuk penyajian Tari Atu Belah pada masyarakat Gayo

kabupaten Aceh Tengah?’’.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menguraikan maksud dan tujuan atau hal-hal yang diingin dicapai sesuai urutan masalah yang diidentifikasikan. Hal ini merupakan tidak lanjut terhadap maslah yang telah dirumuskan. Menurut Suharsimi Arikunto

(1997:69), “penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya hasil

yang diperoleh setelah penelitian ini selesai”. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan bentuk penyajian tari Atu Belah pada masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah.

F. Manfaat Penelitian

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia “manfaat” adalah guna faedah,

manfaat penelitian dapat bersifat keilmuan dan kepraktisan artinya hasil penelitian akan bermanfaat untuk mengembangkan ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain manfaat penelitian meyakinkan akan keterpakaian hasil penelitian. Penelitian dilakukan untuk mengetahuai peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi, sesuai dengan penjelasan di atas dan setelah penelitian ini dirangkumkan, maka manfaat penelitian ini adalah :

(20)

8

2. Sebagai bahan referensi bagi yang ingin meneliti lebih lanjut.

3. Sebagai motivasi bagi para pembaca khususnya bagi yang berkecipung dalam bidang seni tari.

4. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam hal ini lembaga formal dan masyarakat luas Kabupaten Aceh tengah.

(21)

55

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan dan penjelasan yang sudah diuraikan mulai dari latar belakang hingga pembahasan, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan terhadap tari Atu Belah Pada Masyarakat Gayo Aceh Tengah sebagai berikut :

1. Masyarakat Gayo memiliki beberapa jenis berkesenian lain, seperti sastra lisan yang terbagi kedalam kekeberen ( donggeng ), melengkan (kiasan/pantun), pepongoten/sebuku (tangisan/ratapan), saer (syair), kekitiken (teka-teki), dan peribahasa. Kekeberen adalah seni sastra lisan

yang disampaikan oleh orang yang lebih tua kepada yang lebih muda misalnya nenek kepada cucunya, ibu kepada anaknya, bibik kepada untilnya (keponakannya) dan lain-lain yang berisi pesan-pesan moral

serta nasihat-nasihat. Kekeberen yang terdapat pada masyarakat Gayo adalah Atu Belah. Dari kisah Atu Belah inilah menginspirasi seorang seniman Ibrahim Kadir menciptakan sebuah kesenian baru yaitu tari Atu Belah.

2. Tari Atu Belah merupakan salah satu tari kreasi dari masyarakat Gayo. Atu Belah berarti batu yang terbuka seperti terbelah dua, tari Atu Belah

(22)

56

kedalam Batu untuk mengakhiri hidupnya. Tari Atu Belah diciptakan pada tahun 1956-an, tari Atu Belah ini ditarikan oleh sembilan seorang penari, dua orang laki-laki dan tujuh penari perempuan.

3. Bentuk penyajian pada tari ini terdiri dari beberapa elemen yaitu gerak, musik iringan, properti, tata busana, dan tata rias, pola lantai dan pentas. Pada setiap tahapan dalam tarian ini diiringi dengan alat musik dan syair sebagai pembawa suasana tarian tersebut. Syair pada tarian ini juga selaras dengan gerak yang ditarikan dengan kata lain syair dapat memberikan pemahaman terhadap gerak yang ditariakan.

B. SARAN

Dari hasil kesimpulan penelitian diatas, maka dapat diatas, maka dapat dijadikan beberapa saran antara lain sebagai berikut :

1. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini masyarakat Gayo untuk menjaga, mengembangkan serta melestarian tari-tarian yang berada pada masyarakat Gayo khususnya di Kabupaten Aceh Tengah.

2. Diharapkan kepada masyarakat Gayo khususnya kepada pemerintah daerah agar senantiasa memperkenalkan berbagai tari-tarian kepada masyarakat luas baik lokal maupun diluar daerah. Dengan begitu keberadaan tari-tarian tersebut.

(23)

56

(24)

74

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 1992. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineke Cipta

Bintang, Murni, Magfirah, 2014. Tari Tuah Kukur Pada Masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah Tinjauan , Terhadap Bentuk. Skripsi Sendratasik. Medan : Universitas Negeri Medan.

Desiana, Wahyu, 2014. Tari Kesume Gayo Pada Masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah Tinjauan Terhadap Bentuk, Skipsi Sendratasik. Medan : Universitas Negeri Medan.

Fitri, magfirah, 2015. Bentuk Penyajian Tari Inen Mayak Pukes Pada Masyarakat Gayo Aceh Tengah, Skripsi Sendratasik. Medan : Universitas Negeri Medan.

Hermin, Kusmayati. 1989. Makna Tari dalam Upacara di Indonesia. Pidato Hatta, Hassan, 1996. Gayo Masyarakat dan Kebudayaannya, Jakarta : Balai

Jazuli, 1994. Sosiologi Tari edisi 1, Yogyakarta, Graha Ilmu

Koentjraningrat, 2004, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Langer, Suzane K, 1998. Problematika Seni Tari, Terjemah F.X Widaryanto, Bandung : Akademik Seni Tari Indonesia.

(25)

75

Ruszani, 2006. Tari Oteh Roda Pada Masyarakat Gayo Takengon Kabupaten Aceh Tengah, Skripsi Sendratasik Medan : Universitas Negeri Medan

Soedarsono, 1972, Tari-Tari Indonesia I, Jakarta : Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan.

Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soedarsono, 1972, Djawa dan Bali : Dua Pusat Perkembangan Dramatari tradisional Indonesia, Yogyakarta : Gajah Mada.

Gambar

Tabel4.1Luas Daerah Dan JumlahPenduduk .......................................................

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara Mengisi 5 reaktor (kotak) A-E sebagai tempat ulat hongkong, memasukan ulat hongkong kedalam masing-masing kotak

Sekolah/ m adrasah m engem bangkan perangkat pem belaj aran sesuai dengan t ingkat kom pet ensi dan ruang lingkup m at er i pem belaj aran pada set iap t ingkat kelas..

import android.graphics.Bitmap; import android.graphics.Canvas; import android.graphics.Color; import android.graphics.Paint; import android.graphics.Rect; import

Data hasil perhitungan ANAVA menunjukkan bahwa respon viskositas minuman jelly lidah buaya dan daun black mulberry, hasil analisis menunjukkan bahwa respon viskositas dari

[r]

Arsitektur informasi adalah sebuah sistem, yang mengelola data serta penerapan dari proses bisnis yang telah didefinisikan, sehingga sebelum organisasi mendefinisikan

PT.Bank Permata Cabang Medan dengan menggunakan metode smoothing exponential linier satu parameter dari Brown berdasarkan data jumlah pelanggan kartu kredit dari

Litar yang diterjemahkan daripada litar skematik dalam bentuk gambar komponen bagi membantu kerja pemasangan komponen elektronik dengan lebih mudah dan tepat. Contoh litar