• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSELING PERSEORANGAN UNTUK MENINGKATKAN EMPATI ANAK TUNGGAL DI SMK SWASTA YAPIM MEDAN T. A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONSELING PERSEORANGAN UNTUK MENINGKATKAN EMPATI ANAK TUNGGAL DI SMK SWASTA YAPIM MEDAN T. A 2015/2016."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSELING PERSEORANGAN UNTUK

MENINGKATKAN EMPATI ANAK TUNGGAL

DI SMK SWASTA YAPIM MEDAN

T.A 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

OLEH:

PERDANA FEBRIYO JAWAK

NIM. 1113151028

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

PERDANA FEBRIYO JAWAK. NIM. 1113151028. Pengaruh Konseling Perseorangan Untuk Meningkatkan Empati Anak Tunggal Di SMK Swasta Yapim Medan T. A 2015/2016. Skripsi, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Program Studi Bimbingan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan. 2015.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pemberian layanan konseling perseorangan berpengaruh dalam meningkatkan empati anak tunggal di SMK Swasta Yapim Medan T.A 2015/2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian layanan konseling perseorangan terhadap empati anak tunggal di SMK Swasta Yapim Medan T.A 2015/2016.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI yang terdiri dari 5 orang siswa yang merupakan anak tunggal dan mempunyai empati yang rendah, berusia 16-17 tahun yaitu usia matang secara hukum dan menyadari bahwa mereka mempunyai masalah empati yang dilihat dari pre-test. Instrument yang digunakan adalah angket untuk mengetahui tingkat empati siswa yang sebelumnya diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. Instrument diberikan sebelum dan sesudah pelaksanaan konseling perseorangan. Teknik analisis data menggunakan uji wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan konseling perseorangan berpengaruh terhadap empati siswa SMK Swasta Yapim T. A 2015/2016. Hal ini tergambar dengan hasil Uji Wilcoxon yang dilakukan dengan hasil diperoleh

Jhitung = 0, Dengan α = 0,05 dan n = 5, maka berdasarkan daftar, Jtabel = 0. Dari

data tersebut terlihat bahwa Jhitung sama dengan Jtabel, maka Hipotesis Ho ditolak

hal ini diperkuat dengan persamaan rumus Z. Karena nilai z hitung adalah -2,022 dan itu lebih kecil dari nilai z tabel yaitu -1,96. Maka hipotesis ditolak artinya ada perbedaan antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan sehingga empati siswa meningkat sesudah mengikuti konseling perseorangan pada anak tunggal di SMK Swasta Yapim Medan T. A 2015/2016, dapat diterima.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan manusia dengan penciptaan yang paling sempurna. Dia-lah yang melengkapi manusia dengan akal sehingga manusia berpikir dan mempunyai hasrat untuk senantiasa mencari kebenaran, senantiasa belajar sepanjang hayatnya, senantiasa berpikir sepanjang rentang kehidupannya agar menjadi pribadi yang bermakna serta mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Konseling Perseorangan Untuk Meningkatkan Empati Anak Tunggal di SMK Swasta Yapim Medan T.A 2015/2016”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari hambatan-hambatan dan banyak kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun dengan usaha dan kerja keras yang maksimal dan bantuan dari segala pihak terutama kepada Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Prof. Dr. Asih Menanti, MS., S.Psi yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan skripsi sampai skripsi ini selesai dan memberikan kesempurnaan pada skripsi ini.

(8)

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED.

2. Bapak Dr. Nasrun, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Serta Wakil Dekan 1 Bapak Prof. Dr. Yusnadi, MS. Wakil Dekan 2 Bapak Drs. Aman Simare-mare, MS. Wakil Dekan 3 Bapak Drs. Edidon Hutasuhut, M.Pd.

3. Ibu Dra. Zuraida Lubis, M.Pd, Kons. Selaku Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Medan yang telah memberi masukan yang bermanfaat untuk menyelesaikan skripsi ini. Serta Ibu Dra. Nur Arjani, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Prof. Dr. Asih Menanti, MS., S.Psi Selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membimbing penulis selama ini.

5. Ibu Dra. Zuraida Lubis, M.Pd, Kons., Ibu Prof. Dr. Rosmala Dewi, M.Pd, Kons., dan Ibu Dra. Zulhaini, S selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi masukan dan mengkoreksi dalam menyempurnakan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas

Negeri Medan.

7. Seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan atas kerjasama dan bantuan kepada peneliti terutama dalam usaha surat-menyurat.

(9)

9. Bapak Drs. Samson Sitorus, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK Swasta Yapim Medan beserta wakilnya, guru-guru di SMK Swasta Yapim Medan khususnya guru BK Bapak Dianson Sinaga, S.Pd serta pegawai SMK Swasta Yapim Medan yang telah banyak membantu penulis.

10.Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Drs. Sarmedi Jawak dan Ibunda Dorkas Yuniaty Sinambela. Melalui mereka lah saya temukan dan rasakan nikmatnya Cinta-Mu yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan baik itu moril maupun materil. Ayah dan Ibu adalah inspirasi dan penopang semangat saya dalam menyelesaikan studi ini serta motivasi-motivasi yang beliau berikan kepada saya membuat saya siap dan kuat dalam menghadapi kehidupan ini. Tak lupa buat Adik-adikku tersayang, Dwi Arjuna Jawak dan adikku tersayang Tri Jubilette Aprilio Jawak. Terima kasih atas doa, semangat dan dukungannya selama ini kepada penulis agar penyelesaian skripsi berjalan dengan baik.

11.Khairani Syahfitri S, Stephanie F Sibarani, Dear Alfan, Berma Tarigan, Rizky Ananda S, Laila Sutari, Dian Juan N, terima kasih sahabat-sahabatku yang telah saling mendoakan, memberikan masukan, motivasi dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

(10)

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2016

(11)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...5

1.3 Batasan Masalah...5

1.4 Rumusan Masalah ...6

1.5 Tujuan Penelitian ...6

1.6 Manfaat Penelitian ...6

BAB II : KAJIAN TEORI ...8

2.1.2.1Latar Belakang Anak Tunggal ...14

(12)

2.1.3 Konseling Perseorangan ...18

2.1.3.1Pengertian Konseling Perseorangan ...18

2.1.3.2Langkah-Langkah Konseling ...19

2.1.3.3Tujuan Konseling ...21

2.1.3.4Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konseling...22

2.1.3.5Teknik-Teknik Konseling...23

2.2 Kerangka Konseptual ...29

2.3 Hipotesis ...31

BAB III : METODE PENELITIAN ...32

3.1 Jenis Penelitian ...32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...32

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...32

3.4 Desain Penelitian...34

3.5 Langkah-Langkah Penelitian...34

3.6 Operasionalisasi Penelitian...36

3.7 Teknik Pengumpulan Data...37

3.8 Uji Validitas...40

3.9 Uji Reliabilitas...42

3.10 Teknik Analisis Data...44

3.11 Persiapan Penelitian...46

BAB IV : HASIL PENELITIAN...47

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...47

4.2 Jadwal Penelitian ...48

(13)

4.3.1 Perizinan Penelitian ...48

4.3.2 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...49

4.4 Uji Persyaratan Analisis ...49

4.4.1 Uji Coba Instrumen ...49

4.4.2 Uji Validitas ...49

4.4.3 Uji Reliabilitas ...51

4.5 Deskripsi Hasil Penelitian ...51

4.5.1 Pre-Test Empati ...51

4.5.2 Post-Test Empati ...52

4.6 Hipotesis ...53

4.7 Pembahasan Penelitian ...54

BAB V KESIMPULAN DAN HASIL ...55

5.1 Kesimpulan ...55

5.2 Saran-saran ...55

DAFTAR PUSTAKA ...57

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1 Jumlah Anak Tunggal Di Kelas X ... 32

2 Jumlah Anak Tunggal Di Kelas XII ... 33

3.1 Desain Penelitian Eksperimen ... 34

3.2 Pemberian Skor Angket Berdasarkan Skala Likert ... 38

3.3 Kisi-kisi Angket Empati ... 38

4.1 Kisi-kisi Angket Empati Anak Tunggal Setelah Validitas ... 41

4.2 Hasil Pre-Test ... 51

4.3 Hasil Post-Test ... 52

4.4 Hasil Perbandingan ... 52

5 Uji Validitas ... 63

6 Perhitungan Validitas ... 64

7 Varians Butir Angket Empati Anak Tunggal ... 69

8 Data Pre-Test ... 75

9 Data Post-Test ... 78

10 Tabulasi Data Penelitian ... 81

11 Perhitungan Kategori Empati Anak Tunggal ... 82

12 Uji Jenjang Bertanda Wilcoxon ... 85

13 Uji Wilcoxon ... 90

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Uji Coba Angket Empati Siswa ... 59

2 Sebaran Uji Validitas Empati ... 63

3 Perhitungan Validitas Angket Empati ... 64

4 Perhitungan Reliabilitas Empati ... 68

5 Instrument Angket ... 72

6 Sebaran Data Pre-Test ... 75

7 Perhitungan Harga Rata-rata, Standar Deviasi Pre-Test ... 76

8 Sebaran Data Post-Test ... 78

9 Perhitungan Harga Rata-rata, Standar Deviasi Post-Test ... 79

10 Tabulasi Data Penelitian ... 81

11 Perhitungan Kategori Empati Siswa ... 82

12 Uji Hipotesis ... 85

13 Perhitungan Peningkatan Empati Siswa ... 89

14 Uji Wilxocon ... 90

15 Rencana Pemberian Layanan ... 91

16 Dialog Konseling Perseorangan ... 95

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang ditemui anak ketika anak diizinkan untuk melihat dan menikmati dunia. Pertemuan dengan ibu, ayah, dan lingkungan dalam keluarga itu sendiri menjadi subjek sosial yang akan membentuk dasar kepribadian anak dengan orang lain. Hubungan anak dengan keluarga merupakan hubungan pertama yang ditemui anak. Hubungan anak dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya adalah sebagai suatu sistem yang saling berinteraksi.

Mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak merupakan satu tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Telah banyak usaha yang dilakukan orang tua maupun pendidik lain untuk mencari dan membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan anak. Terlebih bila pada suatu saat dihadapkan pada masalah yang menimpa diri anak.

Iren Seipt (Gunarsah, 2008:170) mengatakan bahwa “setiap anak

mempunyai tempat yang unik dalam keluarga”. Memang benarlah hal tersebut

karena setiap anak menduduki posisi atau kedudukan yang khusus. Setiap kedudukan menyebabkan tanggung jawab dan konsekuensi yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh kebudayaan maupun sikap orang tua yang berbeda. Dikenal ada anak sulung, anak bungsu, anak tengah, dan anak tunggal.

(17)

berwibawa dan lain-lain. Bila kita mendengar anak bungsu, maka asosiasi yang terjadi adalah anak yang paling muda atau anak terakhir dalam keluarga, manja, tidak tegas, serta lemah lembut. Begitu pula bila kita mendengar tentang anak tunggal. Anak tunggal identik dengan kepribadian yang manja, egois, antisosial, menutup diri, mudah cemas, dan menarik diri dari hubungan sosial.

Seorang anak tunggal kurang mengalami pertentangan-pertentangan yang biasanya terjadi diantara saudara-saudara kandung, perselisihan, rasa iri hati,tolong-menolong, pendekatan pribadi yang selalu terdapat dalam keluarga. Seolah-olah kehidupan anak tunggal tersebut begitu menyenangkan karena perlindungan yang terus-menerus diberikan orang tua. Perlindungan berlebihan ini menyebabkan, anak tunggal sering mengalami kelemahan dalam hubungan antar pribadi di luar lingkungan rumah. Hal itu menyebabkan anak tunggal tersebut menjadi lebih cepat putus asa, egosentris, manja, dan sebagainya.

Pada masa remaja biasanya anak ingin memiliki hubungan sosial yang sebanyak-banyaknya. Hal ini disebabkan perkembangan psikososial anak, yakni hasrat ingin melepaskan diri dari ketergantungan orang tua, pembentukan rencana hidup dan pembentukan sistem nilai-nilai melalui perluasan pergaulan di luar rumah.

(18)

membuatnya merasa nyaman dengan adanya berbagi kesamaa seperti hobi, kegiatan rekreasi atau hal-hal yang sedang populer. Hal ini akan menyebabkan hubungan sosial anak menjadi terhambat

Untuk mencapai hubungan sosial yang baik seorang anak perlu mendapatkan kesempatan untuk belajar memberi dan menerima yang seharusnya didapatkan pada awalnya dari dalam lingkungan keluarga. Kesempatan tersebut tidak atau kurang dialami oleh anak tunggal. Melalui penanaman sikap empati, mampu memberikan pelajaran tentang “memberi dan menerima” tersebut kepada anak tunggal.

Sumartono (2004: 118) menyatakan bahwa “empati adalah kemampuan

(seolah-olah) menjadi diri orang lain. Empati berarti mampu membaca pikiran dari sudut pandang orang lain. Mampu menyelaraskan diri dengan orang lain,

walaupun seyogyanya keinginan berbeda dengan orang lain”.

Empati bukanlah bawaan, tapi dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman hidup (proses belajar sosial). Melalui proses yang panjang yang dibangun dalam kehidupan keluarga, orang tua, guru, dan teman-teman terdekat termasuk juga pengalaman hidup yang menyertai proses perkembangan diri anak melalui belajar sosial. Proses yang panjang dan pengalaman yang menyertai proses perkembangan diri anak tersebut salah satunya terdapat di dalam bidang pendidikan.

(19)

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyrakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, sekolah memiliki peran penting dalam menumbuhkembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri peserta didik. Salah satunya adalah peran guru BK dan guru mata pelajaran.

Berdasarkan hasil informasi dari guru BK dan dari beberapa guru mata pelajaran serta siswa di SMK Swasta Yapim Medan yang penulis peroleh pada tahun 2015, bahwa ada beberapa siswa yang berstatus sebagai anak tunggal yang memiliki rasa empati yang rendah, egois, antisosial, menutup diri bahkan ada pula yang bersifat sangat manja sehingga siswa tersebut kurang peduli terhadap lingkungan sekolahnya.

Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka perlu diambil penanganan yang serius terhadap rendahnya rasa empati anak tunggal. Dalam meningkatkan rasa empati anak, maka perlu diberikan layanan konseling perseorangan sebagai salah

satu pilihan. Menurut Willis (2004: 35) “layanan konseling perseorangan

merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang siswa dengan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi masalahnya sendiri dan

dapat menyesuaikan diri secara positif”.

Berangkat dari uraian di atas, peneliti melakukan sebuah penelitian berjudul

Pengaruh Konseling Perseorangan Untuk Meningkatkan Empati Anak

(20)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, selanjutnya diidentifikasi masalah yang terkait dengan siswa SMK Swasta Yapim Medan sebagai anak tunggal yang memiliki empati rendah, sebagai berikut:

1) Pada masa remaja, hubungan sosial yang minim menyebabkan empati lemah.

2) Untuk mencapai empati yang baik, seorang anak perlu mendapatkan kesempatan untuk belajar memberi dan menerima.

3) Anak tunggal kurang mendapatkan kesempatan belajar memberi dan menerima

4) Dalam hal memberi dan menerima dibutuhkan rasa empati yang jarang dimiliki anak tunggal

5) Anak tunggal yang tidak memiliki empati sulit menjalin hubungan sosial yang baik.

6) Peranan konseling sangat diperlukan dalam memberikan bantuan dalam mengentaskan permasalahan pada anak tunggal.

1.3 Batasan Masalah

(21)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan,

maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana

pemberian layanan konseling perseorangan berpengaruh dalam meningkatkan empati anak tunggal di SMK Swasta Yapim Medan T.A 2015/2016”.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian layanan konseling perseorangan terhadap empati anak tunggal di SMK Swasta Yapim Medan T.A 2015/2016.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teori dan manfaat praktis.

1) Manfaat Teoritis

(a) Untuk memperkaya hasil penelitian tentang empati

(b) Diharapkan dapat mengembangkan ilmu bimbingan dan konseling, khususnya dalam bidang layanan konseling perseorangan mengatasi masalah tentang empati.

2) Manfaat Praktis (a) Siswa

Setelah mendapat layanan konseling perseorangan, anak tunggal dapat mengetahui sekaligus meningkatkan rasa empati untuk membangun hubungan sosial yang baik.

(22)

Mendapat rujukan cara meneliti tentang pengaruh layanan konseling perseorangan terhadap rasa empati pada anak.

(c) Guru BK

Dapat menjadi acuan dalam memberikan layanan konseling perseorangan untuk mengatasi permasalahan siswa tentang empati. (d) Sekolah

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan konseling perseorangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap empati siswa yang merupakan anak tunggal di SMK Swasta Yapim Medan. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan empati siswa setelah mendapatkan layanan konseling perseorangan. Seperti siswa mampu memahami, mampu mengenali, mampu merasakan perasaan orang lain, dan mampu memberikan tindakan yang tepat.

Dari hasil perhitungan pada kelompok perlakuan diperoleh Jhitung = 0,

Dengan α = 0,05 dan n=5, maka berdasarkan daftar, Jtabel = 0. Dari data tersebut

terlihat bahwa Jhitung sama dengan Jtabel, maka Hipotesis Ho ditolak hal ini

diperkuat dengan persamaan rumus Z. Karena nilai z hitung adalah -2,022 dan itu lebih kecil dari nilai z tabel yaitu -1,96. Maka hipotesis ditolak artinya ada perbedaan antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan sehingga, empati siswa meningkat sesudah mengikuti konseling perseorangan.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka sebagai tindak lanjut penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut:

(24)

guru BK dapat memaksimalkan pelayanan dalam berbagai layanan terkhusus layanan konseling perseorangan.

2) Pencegahan yang dilakukan sejak dini juga tidak hanya dilakukan oleh para siswa di sekolah, namun juga seluruh tenaga pendidik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai melalui anak-anak yang tidak memiliki permasalah yang bersumber dari rendahnya empati siswa.

3) Diharapkan siswa lebih serius dalam mengikuti layanan-layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah yang diberikan oleh guru BK, agar siswa dapat mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang ada pada diri sendiri baik dalam bidang pribadi maupun sosial. 4) Hendaknya setiap stake holder di sekolah dapat saling bekerja sama

dan saling membantu dalam program pendidikan di sekolah, terkhusus di bidang bimbingan dan konseling.

(25)

57

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Dosen, Tim. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan. Medan: Universitas Negeri Medan Fakultas Ilmu Pendidikan.

Goleman, Daniel. 1998. Emosional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsah, Singgih dan Yulia Singgih. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan

Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hadibroto, I. dkk. 2002. Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu, dan

Tunggal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Kencana.

Menanti, Asih. 2010. Penelitian Eksperimen. Medan: UNIMED.

Prayitno dan Erman Amti. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Riduwan, 2010. Belajar Mudah Peneletian. Bandung: Alfabeta.

Saleh, Akh Muwafik. 2012. Membangun Karakter Dengan Hati Nurani. Jakarta: Erlangga.

Sari, A.T.O, Ramadhani, N., Eliza, M. 2003. Empati dan Perilaku Merokok di

Tempat Umum. Jurnal Psikologi. No. 2, hal 81-90 (diakses 23 Maret

2015).

Septi, Repa. 2014. Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Teknik

Pembelajaran Karakter Cerdas Terhadap Pengembangan Karakter Empati Di Kelas XI SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga Pematang Siantar Tahun Ajaran 2103/2014. Medan: Universitas Negeri Medan.

Skripsi Sarjana FIP tidak dipublikasikan.

Spica, Bima. 2008. Perilaku Prososial Mahasiswa Ditinjau Dari Empati Dan

Dukungan Sosial Teman Sebaya, Skripsi Psikologi, (Online), dalam

(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk/article/download/2719/2507, diakses 23 Maret 2015).

Sudjana. 2012. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

(26)

58

Taufik. 2012. Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers

Ulfah, Maria & Mira Aliza. Pengaruh Permainan Sosiodrama Dalam

Menumbuhkan Kemampuan Empati Pada Anak. Jurnal Psikologi,

(Online),dalam(http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwalkuliah/nas kah-publikasi-03320213.pdf, diakses 04 April 2015).

Willis, S. 2004, Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Yessica, Loretta. 2008. Fenomena Kemandirian Pada Anak Tunggal, Skripsi

(27)

DOKUMENTASI KONSELING PERSEORANGAN

1. Melakukan uji coba instrumen dengan memberikan angket mengenai empati siswa di kelas X AK 4.

Menjelaskan cara pengisian angket dan membagikan angket kepada siswa 2. Melakukan pre-test dengan memberikan angket empati siswa anak

tunggal.

(28)

3. Melakukan layanan konseling perseorangan.

(29)

4. Melakukan post-test dengan memberikan angket mengenai empati siswa kepada sampel penelitian.

Gambar

TABEL 1 Jumlah Anak Tunggal Di Kelas X ................................................

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian secara simultan adalah Sumber daya manusia, komitmen organisasi, perangkat pendukung berpengaruh signifikan terhadap kesiapan penerapan standar

Persepsi ibu tentang pelaksanaan pijat bayi Beberapa informan menyatakan bahwa bayi mulai dipijat sejak lahir Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

3) an indefi nite point in time: the other day, ages ago, a long time ago To form a simple past : subject + verb + ed (regular verbs).. Note that some verbs are

konsultasi dengan ahli fisioterapi hal ini karena tidak ada kunjungan dari fisioterapi ke ruangan dan tindakan yang dilakukan adalah : melatih pasien ROM pasif minimal 8

create (menghasilkan), setelah itu siswa diajak berdiskusi dan mempresentasikan hasil percobaannya pada tahap discuss (diskusi) untuk mengetahui hasil percobaan yang

menunjukan penguasaan konsep dan motivasi belajar siswa setelah pembelajaran kooperatif tipe investigasi berbantuan media animasi lebih baik daripada pembelajaran

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, dengan melalui motivasi

karena dengan taufik dan hidayah-Nya kita masih diberi kekuatan untuk menorehkan amal kebajikan untuk membuat hidup ini lebih bermakna, dan hanya karena izin Allah semata