• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE DI MAN 1 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE DI MAN 1 MEDAN."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE DI MAN 1 MEDAN

Oleh: Khairul Sipahutar

NIM 4123111039

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Khairul Sipahutar dilahirkan di Kisaran, pada tanggal 25 Agustus 1994. Ayah bernama H.Mahmudin Sipahutar, dan Ibu bernama Hj. Arlinawati, merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Pada tahun 1999, penulis masuk TK Bhayangkara Kisaran dan lulus pada tahun2000. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan sekolah di SD Negeri 014688 Sidomukti, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Kisaran dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 4 Kisaran dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di

(4)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE DI MAN 1 MEDAN

Khairul Sipahutar (NIM : 4123111039) ABSTRAK

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah_Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Belajar dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write dan Tipe Think-Pair-Share di MAN 1 Medan”. Skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor beserta staf-stafnya di Universitas Negeri Medan. Ucapan terima ksih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan beserta staf-stafnya di FMIPA Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga diucapkan kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan pegawai di Jurusan Matematika yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan berkas-berkas untuk wisuda.

Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik. Ucapan terima kasih

sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada

(6)

v

Teristimewa penulis mengucapkan banyak terima kasih teristimewa kapada Ayahanda H. Mahmudin Sipahutar dan Ibunda Hj. Arlinawati yang menjadi sumber motivasi dan senantiasa mendukung, memberikan doa, dorongan moril dan materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan sampai dengan

selesai. Terima kasih juga disampaikan kepada abang-abang terbaik Fadhlan Sipahutar, Abdul Rahman Sipahutar, Abdul Rahim Sipahutar serta adik-adik

terbaik Iskandar Sipahutar, Farid Utama Sipahutar, Keponakan Pertama Maulana Al Farabi Sipahutar yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Ali Masran Daulay, S.Pd., M.A selaku kepala sekolah MAN 1 Medan, Bapak Drs. Kurnia Senja Bahagia, M.Si selaku guru bidang studi matematika MAN 1 Medan yang telah memberikan izin, bantuan dan informasi bagi penulis selama melakukan penelitian.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada kawan seperjuangan penulis Unden Putri, Lae Roiy, Dek Aim yang senantiasa selalu bersama dalam pembuatan skripsi hingga selesai, terima kasih kepada adek Dolok Junisti Thamara Lubis yang senantiasa memberikan dukungan luar dan dalam, terima kasih kepada kawan terhebat Kurnia Fauzi, terima kasih kepada kawan Dr. Pirngadi yang ada kurang-kurangnya Wulandari dan Riski ASL, terima kasih kepada anggota grup “DIK B Kerja Nyata Tapi Bukan Pembantu” Lisna, Rossa

dan Edak, terima kasih kepada CEO B&A Karunia Utami,S.Pdi dan koleganya Irma Yuna, terima kasih istimewa kepada Paguyuban Elesain Siska, Putri WD,

(7)

vi

yang ada di jurusan matematika yang senantiasa mendukung, membantu dan memotivasi penulis dalam suka dan duka.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap isi

skripsi ini dapat bermanfaat bagi guru matematika dalam menambah khasanah ilmu pendidikan.

Medan, September 2016 Penulis

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 10

1.3.Batasan Masalah 10

1.4.Rumusan Masalah 11

1.5.Tujuan Penelitian 11

1.6.Manfaat Penelitian 11

1.7.Definisi Operasional 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1.Kerangka Teoritis 14

2.1.1. Kemampuan Komunikasi Matematis 14

2.1.1.1. Komunikasi Matematis 14

2.1.1.2. Kemampuan Komunikasi Matematis 16 2.1.1.3. Format Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis 19

2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif 24

(9)

viii

2.1.2.2. Model Pembelajaran Kooperatif 25 2.1.2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-

Write (TTW) 27

2.1.2.4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-

Share (TPS) 28

2.1.3. Materi Ajar 32

2.2. Kerangka Konseptual 39

2.3. Penelitian Yang Relevan 41

2.4. Hipotesis Penelitian 42

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 43

3.2. Populasi dan Sampel 43

3.2.1. PopulasiPenelitian 43

3.2.2. SampelPenelitian 43

3.3. Variabel Penelitian 43

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 43

3.5. Prosedur Penelitian 44

3.6. Instrumen Pengumpulan Data 46

3.6.1. Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian 47

3.7. Tehnik Analisis Data 48

3.7.1. Teknik Analisis Data Awal 48

3.7.2. Teknik Analisis Data Akhir 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 53

4.1.1. Skor Post-Test Kelas TTW dan Kelas TPS 53

(10)

ix

4.2.1. Uji Normalitas Data 54

4.2.2. Uji Homogenitas Data 54

4.2.3. Uji Hipotesis 55

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 61

5.2. Saran 61

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis 18 Tabel 2.2. Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematis 19 Tabel 2.3. Rubrik Penskoran Komunikasi Matematis Siswa 20 Tabel 2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dalam

Penelitian 30

Tabel 2.5. Jenis Media 32

Tabel 2.6. Daftar Jenis Kendaraan 33

Tabel 2.7. Penjualan Mobil Setiap Tahun 34

Tabel 2.8. Jumlah Siswa 34

Tabel 2.9. Presentase Jumlah Siswa 35

Tabel 2.10.Penyajian Data Dengan Daftar Frekuensi 35 Tabel 3.1. Desain Penelitian Two Group (Pre-test dan Post-test) 43 Tabel 3.2. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis 46 Tabel 4.1. Data Post-Test Kelas TTW dan Kelas TPS 53 Tabel 4.2. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 54

Tabel 4.3. Data Hasil Uji Homogenitas 55

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.Contoh Diagram Lambang 32

Gambar 2.2.Diagram Batang Frekuensi Jenis Kendaraan 33 Gambar 2.3.Diagram Garis Penjualan Mobil Setiap Tahunnya 34 Gambar 2.4.Diagram Lingkaran Persentase Jumlah Siswa 35

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 64 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 70 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 76 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 82 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 88 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 93 Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian (LAS) I 96 Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian (LAS) II 100 Lampiran 9. Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Matematis 134

Lampiran 10. Kisi-Kisi Tes Soal Kemampuan Komunikasi Matematis 104

Lampiran 11. Soal Post-Test 105

Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian Post-Test 107

Lampiran 13. Lembar Validasi Ahli 110

Lampiran 14. Data Post-Test Siswa Kelas Eksperimen TTW 113 Lampiran 15. Data Post-Test Siswa Kelas Eksperimen TPS 114 Lampiran 16. Uji Normalitas Data Post-Test Kelas Eksperimen TTW 115 Lampiran 17. Uji Normalitas Data Post-Test Kelas Eksperimen TPS 116 Lampiran 18. Perhitungan Mencari Rata-Rata, Varians dan

Standar Deviasi Post-Test Kelas TTW dan Kelas TPS 117 Lampiran 19. Uji Homogenitas Data Post-Test 119

Lampiran 20. Uji Hipotesis Post-Test 120

Lampiran 21. Uji Hipotesis Tiap Aspek 122

Lampiran 22. Nilai Kritis L 123

Lampiran 23. Tabel F 124

Lampiran 24. Tabel Z 126

Lampiran 25. Tabel T 127

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu universal yang sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika berperan sebagai bahasa simbolik dalam dunia keilmuan sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Sehingga dapat dikatakan matematika berperan penting dalam perkembangan yang pesat dewasa ini di bidang teknologi dan komunikasi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika.

Cockroft (Abdurrahman,2012) mengemukakan bahwa

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Mata pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide dan gagasan matematika untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Pada kenyataannya hasil belajar matematika masih memprihatinkan. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidung studi matematika kurang menggembirakan.

Hal ini terlihat dari rendahnya hasil belajar matematika yang di capai siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Soekisno (2009) :

(15)

2

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika adalah siswa menganggap matematika pelajaran yang sangat sulit dan cenderung tidak disukai siswa sebagaimana yang diungkapkan Abdurrahman (2012) bahwa :

Dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Matematika sebagai ilmu yang sangat penting seharusnya menjadi pelajaran yang disenangi oleh siswa yang sedang mempelajarinya. Bukan sebaliknya, pelajaran matematika sering menjadi momok bagi siswa pada umumnya. Sebagaimana yang diungkapkan Bahri (2011) bahwa :

Ketakutan-ketakutan dari siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, melainkan kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik pada matematika. Penyebab utama dari kegagalan dari seorang guru dalam menjalankan tugas mengajar di depan kelas adalah kedangkalan pengetahuan guru terhadap siapa siswa dan bagaimana cara belajarnya. Sehingga setiap tindakan pembelajaran yang diprogramkan justru lebih banyak kesalahan daripada kebenaran dari kebijakan yang diambil. Akibat ketakutan-ketakutan siswa tersebut maka tujuan pendidikan matematika tidak tercapai.

Komunikasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan manusia. Setiap saat orang melakukan kegiatan komunikasi. Berkomunikasi dapat dilakukan dengan bahasa lisan atau tulis. Matematika merupakan salah satu bahasa yang dapat digunakan dalam berkomunikasi. Tetapi kenyataannya banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam bermatematika.

Nurhalimah (2009) mengemukakan bahwa

Matematika adalah pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan dalam tiap proses pembelajarannya. Anggapan demikian tidak lepas dari persepsi yang berkembang dalam masyarakat tentang matematika yang dianggap sebagai ilmu yang kering, abstrak, teoritis, penuh dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang sulit dan membingungkan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengeluarkan pendapat.

(16)

3

hanyalah untuk dirinya sendiri. Suatu keadaan yang sangat kontradiksi, matematika merupakan bahasa, tetapi banyak siswa yang kurang mampu berkomunikasi dengan matematika.

Diperlukan strategi pembelajaran yang dapat memacu siswa untuk lebih giat belajar dan menghilangkan anggapan bahwa pelajaran matematika itu sulit atau menakutkan.

Sebagaimana yang diungkapkan Nurhalimah (2009) bahwa :

Anggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan akan berdampak buruk terhadap prestasi belajar matematika. Maka dari itu seorang guru matematika harus terampil dan berstrategi dalam penyelenggaraan pembelajaran agar dapat menepis anggapan negatif tentang belajar matematika.

Apabila siswa memiliki kemampuan komunikasi tentunya akan membuat pemahaman mendalam tentang konsep matematika yang dipelajari siswa, hal ini

berarti guru harus berusaha untuk mendorong siswanya agar mampu berkomunikasi. Menurut Rosliana di dalam Jurnal Pendidikan Matematika, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, skema, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah, menunjukkan kemampuan dalam membuat, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

(17)

4

Ada dua alasan penting mengapa kemampuan komunikasi menjadi salah satu fokus dan tujuan pendidikan matematika yang dikemukakan oleh Baroody (dalam Ansari,2009),

(1) mathematics as languange (matematika sebagai bahasa); matematika hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah namun matematika juga

an invaluable tool for communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly, (2) mathematics learning as social activity, sebagai aktivitas sosial, dengan adanya interaksi antarsiswa, serta dengan guru dalam mengkomunikasikan ide matematika.

Komunikasi memiliki peranan dalam mengedepankan pembelajaran matematika. Hal ini di dukung dengan pendapat Rosliana dalam jurnal PARADIKMA bahwa :

Peran komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah (1) Komunikasi matematis dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif, membantu mempertajam cara berpikir siswa dan mempertajam kemampuan siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika. (2) Komunikasi

merupakan alat untuk “mengukur” pertumbuhan pemahaman dan

merefleksikan pemahaman matematika para siswa. (3) Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka. (4) Komunikasi antar siswa dalam pembelajaran matematika sangat penting untuk pengkonstruksian pengetahuan matematika, pengembangan pemecahan masalah dan peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan

keterampilan sosial. (5) “Writing and talking” dapat menjadikan alat yang sangat bermakna (powerfull) untuk membentuk komunitas matematika yang inklusif.

Sekalipun kemampuan komunikasi matematika itu penting, namun ironisnya, pembelajaran matematika selama ini masih kurang memberikan perhatian terhadap pengembangan kemampuan ini, sehingga penguasaan kompetensi ini bagi siswa masih rendah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (dalam Izzati:2010) rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa disebabkan oleh praktik pembelajaran di sekolah yang menunjukkan adanya

(18)

5

komunikasi. Akibatnya, indikator-indikator pencapaian yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran lebih banyak berbentuk pemahaman fakta-fakta dan konsep-konsep matematis. Di samping itu, guru juga lebih terfokus untuk menyajikan materi dan soal-soal yang kiranya nanti akan muncul dalam ujian (dalam ujian blok, ujian semester, dan UAN) yang biasanya kurang dengan soal-soal pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi.

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Solikhah (2012) bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Hal ini terbukti dari hasil penelitian eksperimen yang dilakukannya bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih di bawah KKM. Berbagai perlakuan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis tetapi tidak terdapat perbedaan

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang signifikan. Dengan kata lain, pengaruh perlakuan yang diberikan tidak memiliki perbedaan yang

signifikan dalam peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Di samping itu siswa terlihat kurang terampil berkomunikasi untuk menyampaikan informasi seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain. Mereka cenderung bersikap pasif/diam ketika guru mengajukan pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa, padahal sebenarnya mereka sudah memahami materi yang telah diajarkan dilihat dari tugas yang diberikan, baik disekolah maupun dirumah. Situasi tersebut terjadi kemungkinan karena siswa jarang diberikan kesempatan untuk berbicara, karena kebanyakan guru mengajar siswa dengan yang konvensional seperti model ceramah dan mencatat di papan tulis.

Hal ini didukung oleh Nuraini dalam jurnal PARADIKMA bahwa

Dalam pembelajaran konvensional guru senantiasa menjadi pusat perhatian karena harus mendemonstrasikan matematika yang sudah siap saji dan dipandang sebagai ilmu yang sangat ketat.

(19)

6

meningkatkan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan mengurangi kecenderungan guru dalam mendominasi pembelajaran. Dengan demikian, ada perubahan dalam pembelajaran matematika yaitu pembelajaran yang berpusat kepada guru diubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, agar kemampuan kognitif siswa dapat berkembang dan kemampuan mengkomunikasikan matematika serta keterampilan siswa meningkat. Proses pembelajaran dimungkinkan dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan karakteristik cara berpikir siswa serta siswa di kelas ikut berpartisipasi aktif.

Kemampuan komunikasi matematis siswa penting untuk dikembangkan

karena mencakup kemampuan mengkomunikasikan pemahaman konsep, penalaran, dan pemecahan masalah sebagai tujuan pembelajaran matematika. Hal

tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa MAN 1 Medan. Dari hasil wawancara dengan guru matematika MAN 1 Medan, didapatkan informasi bahwa secara umum kemampuan komunikasi matematis siswa dianggap kurang. Masih banyak siswa yang kurang mampu menulis rumus dengan benar, tetapi salah mensubstitusikan nilai yang diketahui pada soal ke dalam rumus tersebut atau sebaliknya. Hal ini disebabkan karena siswa tidak terbiasa membuat visualisasi untuk mendeskripsikan masalah matematika. Sebagai dampaknya, siswa menjadi kurang mampu mengubah bentuk uraian kedalam model matematika. Siswa juga belum

terbiasa menyelesaikan persoalan yang menggunakan kata tanya “mengapa” dan “bagaimana”. Hal itu menandakan kemampuan siswa dalam memberi alasan

rasional terhadap suatu pernyataan dianggap masih kurang.

(20)

7

Kemudian, dari observasi awal yang peneliti lakukan dengan memberikan tes pendahuluan kepada 35 orang siswa kelas X-6 MAN 1 Medan yang berhubungan dengan kemampuan komunikasi matematis bentuk soal uraian menunjukkan hasil yang serupa, dimana kemampuan komunikasi matematis suswa yang berpartisipasi masih rendah.

Berikut soal yang diberikan pada observasi awal tersebut.

1.Gambarlah grafik dari fungsi eksponensial y = 4x dan y = (1/4)x dengan x R

2.Jelasakan pengertian Relasi menurut pendapat kalian dan contohnya ?

3.Selesaikan Persamaan berikut f(x) = x2 + x+ 1 dengan x = 1

Berikut adalah jawaban siswa...

Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa

Hasil pekerjaan siswa Analisis kesalahan

Tidak mampu melukiskan grafik

dengan benar.

Siswa tidak mampu membuat

model matematika yang benar

dan tepat dari fungsi

Siswa tidak mampu

menggambarkan fungsi secara

(21)

8

Tidak mampu memberikan

penjelasan dari jawaban

permasalahan yang diberikan.

Siswa tidak dapat menuangkan

hasil pemikiran mereka/

pendapat mereka mengenai

konsep relasi secara tepat.

Dari 35 siswa yang diberi tes terdapat 70% siswa belum mampu melukiskan gambar dengan benar, 80% siswa belum mampu memberikan penjelasan dari jawaban permasalahan yang diberikan dan 84% siswa belum

mampu membuat model matematika. Berdasarkan observasi tersebut disimpulkan kemampuan komunikasi matematis siswa masih tergolong rendah dan diperlukan

suatu tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pembelajaran dikelas, siswa memiliki minat dalam menyelesaikan masalah yang diajukan guru, tetapi kurang mempunyai komunikasi dalam matematika.

(22)

9

Ada banyak model pembelajaran kooperatif yang bisa diterapkan dalam upaya menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Menurut Slavin (2006) terdapat dua alasan pembelajaran kooperatif layak untuk digunakan yaitu beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain dan pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini

memiliki kelemahan yang dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif yang memudahkan siswa dalam mempelajari sesuatu yang bermanfaat.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write . Pembelajaran kooperatif tipe Think-Think-Talk-Write merupakan salah satu

alternatif pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write mempunyai kelebihan, yaitu pada tahap awal alur pembelajaran ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir, berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis, sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa.

Model pembelajaran lain yang dapat diterapkan dalam belajar matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Menurut Arends (dalam Ansari,2009) menyatakan bahwa:

(23)

10

Perbedaan mendasar di antara kedua model pembelajaran kooperatif tersebut adalah pada jumlah anggota dalam melakukan diskusi. Jumlah anggota kelompok diskusi model TTW berjumlah 3-5 orang sedangkan jumlah anggota kelompok diskusi model TPS berjumlah 2 orang. Walaupun kedua model pembelajaran kooperatif ini memiliki perbedaan, tetapi persamaan di antara keduanya diharapkan dapat memperbaiki kemampuan komunikasi matematis siswa yang rendah khususnya pada materi statistika. Mempelajari statistika bukan hanya kemampuan menemukan jawaban akhir dan mutlak tetapi juga memperoleh ketangkasan dan ketrampilan berkomunikasi. Namun, diantara kedua model tersebut pasti terdapat salah satu model yang lebih baik diterapkan pada materi statistika. Oleh sebab itu, setelah melihat kelebihan dan kekurangan pada

masing-masing model pembelajaran kooperatif tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dan tipe Think-Pair-Share (TPS)”

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disukai siswa. 2. Kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas XI MAN 1 Medan

masih rendah.

3. Kegiatan pembelajaran matematika yang umum digunakan guru di kelas masih menerapkan metode ekspositori demikian juga di sekolah MAN 1 Medan.

4. Penerapan model pembelajaran kooperatif masih jarang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran termasuk model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Think-Pair-Share bahkan di sekolah MAN 1 Medan.

1.3.Batasan Masalah

(24)

11

maka masalah dibatasi pada kemampuan komunikasi matematis tertulis yang rendah, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Think-Pair-Share.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS?

1.5.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih

baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

1.6.Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat berarti yaitu :

1. Bagi siswa : Sebagai pengalaman belajar dan memberikan variasi pembelajaran guna meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam memahami dan menguasai konsep demi mencapai prestasi yang lebih baik.

2. Bagi guru : Sebagai bahan masukan kepada guru matematika tentang perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write dan Think-Pair-Share.

3. Bagi Penulis : Sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan bagi penulis dalam mengajar matematika dimasa yang akan datang.

(25)

12

1.7.Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write (TTW) dan Think-Pair-Share (TPS) di Kelas XI MAN 1 Medan Tahun Ajaran 2016/2017.

Untuk menghindari kesalahpahaman penelitian ini memberi batasan definisi operasional sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran tipe Think-Talk-Write adalah model pembelajaran yang terukur dan mendorong siswa untuk berpikir, berbicara dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Model ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Model ini

dibentuk berdasar kelompok yang ditentukan oleh guru. Pada penelitian ini, Think-Talk-Write digunakan pada siswa kelompok eksperimen satu.

2. Model Pembelajaran tipe Think-Pair-Share merupakan suatu model yang efektif untuk membuat variasi suasana diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Pada penelitian ini, Think-Pair-Share digunakan pada siswa kelompok eksperimen dua.

3. Komunikasi Matematis

Komunikasi matematis adalah proses menafsirkan dan menyatakan gagasan atau ide-ide matematika melalui aspek menggambar, menjelaskan dan ekspresi matematika dalam bentuk tulisan.

4. Kemampuan komunikasi matematis

(26)

13

a. Kemampuan menyajikan dan memvisualisasikan masalah matematika ke dalam gambar dan memaknai gambar dan menyajikannya dalam ide matematika.

b. Kemampuan menjelaskan/menulis permasalahan matematika dalam bentuk tulis dengan menggunakan kaidah matematika yang benar. c. Kemampuan membaca dan menafsirkan data ke dalam model

(27)

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik daripada kemampuan komunikasi

matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka disampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini.

1. Bagi guru khususnya guru matematika agar menggunakan model pembelajaran kooperatif seperti TTW dan TPS dengan selalu melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan melatih siswa untuk aktif dalam belajar.

2. Bagi guru sebaiknya sebelum penggunaan model kooperatif agar memberikan arahan terlebih dahulu di awal pertemuan kepada siswa, agar seluruh tahapan-tahapan pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga diperoleh hasil

yang memuaskan.

3. Guru harus memperhatikan alokasi waktu yang ada agar tidak kecurian waktu

dalam pembelajaran dan seluruh kegiatan pembelajaran dapat terlaksana sesuai RPP.

4. Pada pembelajaran, guru hendaknya lebih banyak melatih siswa untuk mengekspresikan atau memodelkan permasalahan matematika.

5. Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana dalam melancarkan proses pembelajaran.

(28)

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan BelajarJakarta: Rineka Cipta.

Ansari, BI.,(2012), Komunikasi Matematik dan Politik, Penerbit Yayasan Pena, Banda Aceh.

Arikunto, S.,(2009), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Armiati,(2009), Komunikasi Matematis Dan Kecerdasan Emosional, Prosiding UNY, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Asmin, (2012), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern, Penerbit Larispa, Medan.

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006), Standar Isi, BSNP, Jakarta.

Bahri,S.,(2011), Psikologi Belajar,Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Huda, M., (2014), Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Penerbit Pustaka Belajar, Bandung.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, CV.ISCOM, Medan.

Izzati,N.(2010), Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik, Prosiding UNY, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Kusmayadi, T.,(2014), Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dan TPS Pada Persamaan Garis Lurus Ditinjau Dari Karakteristik Cara Berpikir Siswa SMP Negeri Se-Kabupaten Pringsewu, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

NCTM, (2000), Principles and Standards for School Mathematics, Tersedia : http://www.k12academics.com/education-reform. Diakses : 19 Februari 2016.

Slavin,R,E., (2006), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Penerbit Nusa Dua, Bandung.

(29)

63

Sudjana., (2009), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.

Sugiyono., (2009), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Suhaedi,D.,(2012), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Prosiding UNY, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Suherman, E.,(2001), Strategi Belajar Mengajar Matematika, Penerbit Universitas Terbuka Depdikbud, Jakarta.

Sukino.,(2007), Matematika Jilid 2A untuk kelas XI, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

http://etd/eptints.ums.ac.id/2030/1/A410040120.pdf

Gambar

Gambar 2.1.Contoh Diagram Lambang
Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa Hasil pekerjaan siswa

Referensi

Dokumen terkait

Mencermati pendapat di atas bermakna bahwa mengomel dan memarahi adalah perwujudan dari perasaan seseorang yang merasa dirinya sebagai korban. Orang yang dimarahi juga

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Sehingga para anggota rapat tidak perlu takut tidak ke bagian jalur transmisi karena dengan penambahan acces point tersebut daya tampung semakin besar, para anggota juga cukup duduk

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Penggunaan Antibiotik Ceftriaxone yang diberikan pada pasien sirosis dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Secara garis besar, ilmu fisika dapat dipelajari lewat 3 jalan, yaitu pertama, dengan meng- gunakan konsep atau teori fisika yang akhirnya melahirkan fisika teori. Kedua, dengan