NILAI SOSIAL DALAM FILM YES MAN
Analisis Isi pada Film Yes Man Karya Danny Wallace
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
ALI AULIA RAHMAN 07220213
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Ali Aulia Rahman NIM : 07220213
Konsentrasi : Audio Visual (AV) Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi : Nilai Sosial Dalam Film Yes Man
(Analisis Isi Pada Film Yes Man karya Danny Wallace)
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Abdullah Masmuh, M.Si Dra. Juli Astutik, M.Si
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
LEMBAR PERNYATAAN KODER I
Menyatakan telah bersedia menjadi pengkoding. Pengkodingan ini dilakukan untuk keperluan peneliti/skripsi yang berjudul :
“NILAI SOSIAL DALAM FILM YES MAN”
(Analisis Isi Pada Film Yes Man karya Danny Wallace)
Nama : Novienda Kusumaning Ayu
Alamat : Villa Puncak Tidar Blok D No. 45A NIM : 07220041
Pendidikan /Pekerjaan : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Fak./Jur./Konsentrasi : FISIP / Komunikasi / Audio Visual
Malang, 10 April 2011
Koder 1
LEMBAR PERNYATAAN KODER II
Menyatakan telah bersedia menjadi pengkoding. Pengkodingan ini dilakukan untuk keperluan peneliti/skripsi yang berjudul :
“NILAI SOSIAL DALAM FILM YES MAN”
(Analisis Isi Pada Film Yes Man karya Danny Wallace)
Nama : Aimah Mopashari Alamat : Baiduri Pandan I No. 19 NIM : 07220243
Pendidikan /Pekerjaan : Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Fak./Jur./Konsentrasi : FISIP / Komunikasi / Audio Visual
Malang, 10 April 2011
Koder 2
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ali Aulia Rahman
TTL : Tangerang, 28 Oktober 1989 NIM : 07220213
Konsentrasi : Audio Visual (AV) Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :
NILAI SOSIAL DALAM FILM YES MAN
(Analisis Isi Pada Film Yes Man karya Danny Wallace)
Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 09 Juni 2011 Yang Menyatakan,
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillaah, alhamdulillaah, wash shalaatu wassalaamu ‘ala rasuulillaah Wa, Ba’du.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, dan shalawat senantiasa penulis lantunkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, karena atas izin Allah lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul : Nilai Sosial dalam Film Yes Man (Analisis Isi Pada Film Yes Man karya Danny Wallace), yang disusun sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Audio Visual Universitas Muhammadiyah Malang
Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tidaklah mungkin skripsi ini akan dapat terselesaikan, Oleh karena itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Muhajir Effendy, MAP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang bimbingan dan solusi terhadap penyelesaian skripsi ini
5. Ibu Dra. Juli Astutik, M.Si, selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini
7. Segenap Bapak dan Ibu staff Tata Usaha FISIP UMM, yang telah banyak memberi dukungan moril untuk menyelesaikan skripsi.
8. Keluarga besar saya, Ayahanda Imron Purnama beserta Ibunda tercinta Quartina Shinta dan Adik saya Sarah Nur Karimah yang telah banyak memberikan dukungan doa dan semangat.
9. Dan semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam menyusun karya tulis ini yang tidak disebut satu persatu oleh saya.
Akhirnya dengan mengharap ridho dan syafaat dari Allah SWT, semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan karya tulis ini mendapatkan pahala yang setimpal dengan apa yang dikerjakannya. Amin.
Jazakumullah Khairal Jaza’ Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, 09 Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Skripsi ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Pernyataan Orisinalitas ... iii
Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv
Berita Acara Seminar Proposal Skripsi ... v
Daftar Hadir Peserta Seminar ... vi
Lembar Pernyataan Koder 1 ... vii
Lembar Pernyataan Koder 2 ... viii
Abstraksi ... ix
Kata Pengantar ... xiii
Daftar Isi ... xv
Daftar Tabel ... xix
Daftar Lampiran ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitan ... 4
E. Tinjauan Pustaka ... 5
E.1. Film ... 5
E.2. Komunikasi Massa ... 8
E.2.1. Komunikasi Massa Menurut Fungsinya ... 9
E.2.2. Komunikasi Massa Menurut Karakteristiknya ... 10
E.3. Nilai Sosial ... 13
E.3.1. Nilai Sosial Menurut Cirinya ... 14
E.3.2. Nilai Sosial Menurut Jenisnya ... 15
E.3.3. Nilai Sosial Menurut Kategorinya ... 16
E.4. Analisis Isi ... 18
F. Definisi Konseptual ... 19
F.1. Nilai Sosial ... 19
F.2. Film ... 19
G. Struktur Kategorisasi ... 20
H. Metode Penelitian ... 22
H.1. Metode ... 22
H.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 23
H.3. Unit Analisis ... 23
H.4. Satuan Ukur ... 23
H.5. Teknik Pengumpulan Data ... 24
H.6. Teknik Analisis Data ... 25
H.7. Uji Reliabilitas ... 26
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Sekilas Film ... 27
C. Profil Penulis (Danny Wallace) ... 30
D. Profil Sutradara (Peyton Reed) ... 31
E. Profil Pemeran Utama ... 32
a. Jim Carrey ... 32
b. Zooey Deschanel ... 34
c. Bradley Cooper ... 35
d. Danny Masterson ... 36
e. Terence Stamp ... 37
f. Rhys Darby ... 38
F. Susunan Pemain ... 39
G. Susunan Crew ... 40
BAB III ANALISA DAN SAJIAN DATA A. Uji Reliabilitas ... 41
A.1. Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder 1 ... 43
A.2. Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder 2 ... 45
B. Sajian Data ... 47
C. Analisa Data ... 48
C.1. Kategori Hasil Usaha dan Keberhasilan ... 48
C.2. Kategori Aktivitas dan Pekerjaan ... 55
C.3. Kategori Kemanusiaan ... 59
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Distribusi Frekuensi Unit Analisis Adegan (Visual) ... 42
Tabel 3.2 : Distribusi Frekuensi Unit Analisis Dialog (Audio) ... 42
Tabel 3.3 : Distribusi Frekuensi Nilai Sosial ... 47
Tabel 3.4 : Distribusi Frekuensi Scene Hasil Usaha Dan Keberhasilan ... 48
Tabel 3.5 : Distribusi Frekuensi Scene Aktivitas Dan Pekerjaan ... 55
Tabel 3.6 : Distribusi Frekuensi Scene Kemanusiaan ... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Koding Peneliti ... 81
Lembar Koder 1 ... 84
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, dan Komala, Lukiati, dan Karlina, Siti. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Hiebert, Ray Eldon, Donald F. Ungurait, Thomas W. Bohn. 1975. Mass Media : An Introduction to Mass Communication. New York : David McKay Company
Huky, Wila. Pengantar Sosiologi. Surabaya : Usaha Nasional
Krippendorf, Klaus. 1991. Analisis Isi, Teori dan Metodologi. Jakarta : Rajawali Press
Kriyanto, Rahmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Prenanda Media Group.
Marseli, Sumarno. 1996. Dasar Dasar Apresiasi Film. Jakarta : Gramedia Widia
McQuail, Dennis. 2000. Mass Communication Theory Fourth Edition. London : Sage Publications
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nasir, Moch. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Rakhmat, Jalaludin, 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex, 2003. Analisis Teks Media – Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana dan Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Wimmer, Roger D & Joseph R. Dominick, 2000. Mass Media Research : An Introduction Sixth Edition. Belmont California : Wadsworth Publishing Company
1 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari hari, manusia tidak dapat lepas dari komunikasi untuk
menyampaikan ataupun menerima suatu pesan. Lewat komunikasi orang juga berusaha
mendefinisikan sesuatu agar mudah dipahami. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson (Mulyana,
2005:5) mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum, Pertama, untuk
kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi : Keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran
pribadi, serta menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain untuk mencapai ambisi pribadi.
Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. Adapun komunikasi sendiri dapat dilakukan baik
secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (menggunakan perantara). Salah satu contoh
komunikasi tidak langsung dapat dilihat dari Media Massa.
Media Massa, sesuai dengan namanya, berarti sebuah media atau alat komunikasi yang
secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat luas. Media massa dalam perkembangannya
kini makin tidak terpisahkan dengan masyarakat luas. Dengan adanya Media, masyarakat dapat
mengetahui banyak informasi informasi berguna baik itu hanya sekedar berita atau gossip
singkat terbaru, sampai pelbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna untuk diketahui dan
diterapakan dalam kehidupan sehari. Penerapan ilmu pengetahuan yang disebarkan lewat media
2
Media massa sendiri, dapat menyebarkan segala sumber informasi melalui banyak cara.
Bisa melalui Surat kabar, majalah, radio, televisi, sampai yang terakhir film. Masing masing dari
media diatas mempunyai keunggulan yang spesifik. Seperti surat kabar dan televisi mampu
memberikan informasi tentang berita atau gossip terbaru dengan cepat dan jelas. Adapun film,
juga memiliki keunggulan yang mungkin tidak akan didapatkan lewat surat kabar atau televisi.
Jika dibandingkan dengan media massa yang lain, Film merupakan media yang memiliki
jangkauan pengaruh yang cukup besar, dan tingkat kesulitan dalam pengemasan gagasan dan
informasinya juga paling sulit.
Film secara harfiah bisa diartikan sebagai sebuah rangkaian cerita yang memiliki gambar
hidup serta pelbagai macam suara sehingga membuatnya lebih menarik daripada sekedar
membaca cerita dalam novel. Film biasa dibuat sebagai alat penyampai gagasan yang
didalamnya mencakup : (1) Informasi (Berita, Penerangan, Pengetahuan), (2) Hiburan (Cerita,
Pertunjukan Kesenian), (3) Persuasi (Iklan, Penerangan, Himbauan), (4) Pendidikan (Pelajaran,
Pembinaan, Perilaku Dakwan), (5) Dokumentasi (Peristiwa bersejarah, Berita lama).
Film dalam perkembangannya, terbukti tidak hanya menyajikan suguhan hiburan yang
dapat menambah kaidah ilmu pengetahuan saja. Film film kolosal yang mengangkat cerita
sejarah, atau film bertemakan psikologi, kritisasi, serta film yang memasukan nilai moral dan
sosial didalamnya ternyata terbukti dapat mendorong para khalayak yang menontonnya untuk
merubah sikap dan perilakunya menjadi seperti tokoh tokoh atau cerita yang ada di dalam film.
Para penikmat film benar benar merasa dirinya menjadi bagian dalam film. Mereka merasakan
3
biasa tertuang dalam film. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan film demikian hebatnya
sehingga mampu mendorong seseorang untuk melakukan perubahan ke hal yang positif.
Salah satu film yang didalamnya mengandung unsur nilai sosial sehingga dapat
mendorong khalayak yang menontonnya untuk melalukan perubahan ke hal yang positif adalah
sebuah Film yang berjudul “Yes Man” karya Danny Wallace. Film ini menceritakan tentang
seorang lelaki bernama Carl Allen (diperankan oleh Jim Carrey) yang sangat pemalas dan
tertutup kepribadiannya. Carl sering menolak ajakan sahabat sahabatnya untuk pergi keluar,
sering menolak pengajuan pinjaman seseorang dalam pekerjaannya di bank, juga sering menolak
untuk membantu seseorang yang sedang kesulitan yang ia temui di tengah jalan. Intinya,
kehidupan sehari hari carl dipenuhi kata No, No, dan No.
Pada suatu hari, disaat Carl sedang jenuh dan kesepian karena tidak ada yang bisa ia
lakukan, ia bertemu dengan teman lamanya yang kemudian mengajaknya untuk pergi ke sebuah
seminar berjudul Yes. Dalam seminar itu, Carl mendapat pencerahan untuk mengubah gaya
hidupnya yang selalu berkata No menjadi Yes. Iapun memulai hari barunya dengan selalu
berkata Yes, selalu menyambut peluang sekecil apapun, dan selalu berusaha membuat orang
senang. Akhirnya hidup Carl pun berubah dari seseorang yang diacuhkan dan dikucilkan menjadi
orang yang disayangi dan diperhatikan teman temannya.
Berdasarkan uraian cerita diatas inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui Nilai
4
yang dipilih peneliti untuk kemudian dilakukan pengamatan dan pengumpulan data untuk
mengetahui nilai sosial yang ada di dalamnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan bahwa rumusan
masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah “Seberapa besar frekuensi kemunculan
scene yang mengandung Nilai Sosial di dalam film “Yes Man”karya Danny Wallace ?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak prosentase kemunculan scene
yang mengandung Nilai Sosial yang terdapat pada film “Yes Man” karya Danny Wallace.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Akademis
Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mendorong para peneliti
lain untuk mengkaji komunikasi massa dengan film sebagai mediatornya lebih dalam lagi.
Dikarenakan penelitian ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, dan dikarenakan
komunikasi massa melalui media film sangat banyak sekali jenisnya, diharapkan untuk
penelitian di masa mendatang, peneliti lain dapat mencoba mencari fenomena sosial lain
5
2. Manfaat Praktis
Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan untuk para pembuat maupun
penikmat film, untuk dapat lebih mendalami lagi pesan sosial yang terdapat dalam banyak
film. Agar para pembuat film bisa lebih banyak memasukan unsur nilai sosial, yang tentu
saja dapat mempengaruhi para penikmat film atau khalayak dalam pengaplikasiannya di
kehidupan sehari hari. Sehingga film kedepannya tidak hanya menjadi media hiburan belaka
tetapi juga menjadi sarana pendidikan yang efektif bagi khalayak.
E. TINJAUAN PUSTAKA E.1. Film
Film pada awalnya ditemukan dari hasil pengembangan prinsip prinsip fotografi dan
proyektor. Film cerita yang menggambarkan situasi secara ekspresif dan menjadi peletak dasar
teknik editing yang baik yang dibuat Edwin S. Porter pertama kali diperkenalkan kepada public
amerika serikat pada tahun 1903. Dan beberapa tahun setelahnya, yakni 1906 sampai 1916,
barulah tercipta sejarah penting dalam perfilman amerika serikat bahkan dunia, karena pada
decade ini lahir film feature, lahir pula bintang film serta pusat perfilman yang kita kenal sebagai
Hollywood.
Periode hollywood juga disebut sebagai The Age of Griffith, karena David Wark Griffith
telah membuat film sebagai media yang dinamis setelah ia mempelopori gaya berakting yang
lebih alamiah, oganisasi cerita yang makin baik, dan yang terpenting mengangkat film sebagai
media yang memiliki karakteristik unik, dengan gerakan kamera yang dinamis, sudut
pengambilan gambar yang baik, serta teknik editing yang baik. (Hiebert, Ungurarit, Bohn,
6
Dalam perkembangannya, kini film tidak hanya menjadi sebuah media yang dinamis,
Denis McQuail (Marseli, 1996:13), mengemukakan bahwa film adalah sarana yang dapat
digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor,
dan sajian teknis lainnya pada masyarakat umum. Adapun Alex Sobur (2003:127),
mengungkapkan bahwa film merupakan sebuah alat untuk menyampaikan pesan yang efektif
dalam mempengaruhi khalayak melalui pesan pesan yang disampaikannya.
E.1.1. Film Menurut Jenisnya
Dalam perannya, Film menjadi media yang memiliki konten yang sangat beragam. Mulai
dari unsur cerita, sampai obyek yang menjadi bagian dari film, memiliki ciri khas masing masing
sehingga membuatnya terbagi menjadi beberapa jenis. Antara lain :
A. Film Cerita
Film cerita (Story Film), adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim
dipertunjukan di gedung gedung boskop dengan bintang film tenar dan
didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film
bisa berupa cerita fiksi atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada
unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya.
B. Film Berita
Film berita (Newsreel) adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar benar
terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus
mengandung nilai berita (News Value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik.
7
berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu, pembaca
berita yang membacakan narasinya. Bagi peristiwa peristiwa tertentu, seperti perang,
kerusuhan, pemberontakan, dan sejenisnya, yang biasanya rekaman gambar yang
dihasilkan kurang baik, dalam hal ini yang terpenting adalah peristiwanya terekam
secara utuh.
C. Film Dokumenter
Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film
documenter merupakan hasil interpretasi pribadi pembuatnya mengenai kenyataan
yang ada. Misalnya, seorang sutradara ingin membuat film documenter mengenai
para pembatik di kota pekalongan, maka ia cukup membuat naskah yang ceritanya
bersumber pada kegiatan para pembatik sehari hari. Naskah itu kemudian dapat
dibuat film dokumenter yang menarik yang tentu saja ceritanya bisa sedikit
direkayasa untuk menghasilkan kualitas film yang baik.
D. Film Kartun
Film kartun (Cartoon Film) dibuat untuk dikonsumsi anak anak. Dapat dipastikan,
hampir semua orang mengenal tokoh Donal Bebek (Donald Duck), Putri Salju (Snow
White), Miki Tikus (Mickey Mouse), dan tokoh tokoh kartun dunia lainnya yang
diciptakan animator dunia Walt Disney. Sebagian besar film kartun, sepanjang film
itu diputar pasti akan dapat membuat kita tertawa karena tingkah laku para tokohnya.
Namun ada juga film kartun yang membuat iba penontonnya karena penderitaan
8
unsur pendidikan. Minimal akan terekam bahwa kalau ada tokoh jahat dan tokoh
baik, maka pada akhirnya tokoh baiklah yang selalu menang, walaupun harus
melewati perjuangan keras. (Ardianto, Komala, Siti, 2007:148-149)
E.2. Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana adalah seperti yang dikemukakan
Bittner (Ardianto, Komala, Siti, 2007:3), yakni Mass communication is messages communicated
through a mass medium to a large number of people (Komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang). Dari definisi tersebut dapat
diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi walaupun
komunikasi itu disampaikan oleh khalayak banyak seperti ceramah atau pidato di lapangan luas
yang dihadiri puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa maka itu bukan
komunikasi massa.
Adapun ahli komunikasi Joseph A. DeVito (Ardianto, Komala, Siti, 2007:6),
mengemukakan komunikasi massa, Pertama, adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa
yang luar biasa banyaknya, Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
media pemancar pemancar audio dan/atau visual. Adapun media komunikasi yang termasuk
media massa adalah : radio dan televisi (Elektronik), surat kabar dan majalah (Cetak), dan yang
9 E.2.1. Komunikasi Massa Menurut Fungsinya
1. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi menjadi dua bentuk, warning or
beware surveillance (pengawasan peringatan) yang menginformasikan tentang
ancaman angin topan, meletusnya gunung berapi, dan bencana alam lainnya yang
mengharuskan masyarakat waspada, serta instrumental surveillance (pengawasan
instrumental) yang menyampaikan informasi yang memiliki kegunaan bagi khalayak
dalam kehidupan sehari hari seperti news, resep makanan, mode terbaru, dan
sebagainya.
2. Interpretation (Penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya
memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian
kejadian penting. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau
pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam
komunikasi antar personal maupun kelompok.
3. Linkage (Pertalian)
Media massa juga dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga
membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang
10
4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai Nilai)
Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi) yang mengacu kepada cara, di mana
individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. dengan cara media massa
memperlihatkan kepada kita cara mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan.
Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati agar kita
dapat menirunya.
5. Entertainment (Hiburan)
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan
fungsi hiburan, terutama media radio dan televisi. Melalui berbagai macam program
acara yang ditayangkan televisi maupun siaran radio, khalayak dapat memperoleh
hiburan yang dikehendakinya. Sementara media cetak seperti surat kabar dapat
memberikan hiburan dengan memuat cerpen, komik, teka teki silang (TTS), dan
berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi). (Ardianto, Komala,
Siti, 2007:15-17)
E.2.2. Komunikasi Massa Menurut Karakteristiknya
1. Komunikator Terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya terlembagakan. Artinya
komunikatornya tergabung dalam suatu lembaga, sebagai contoh media televisi yang
melibatkan banyak komunikator seperti juru kamera dan juru lampu (yang biasanya
lebih dari satu), pengarah acara, make up, floor manager, dan lain lain yang
11
2. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditunjukan untuk
semua orang dan tidak ditunjukan untuk sekelompok orang tertentu, oleh karenanya
pesan komunikasi bersifat umum. Pesan komunikasi dapat berupa fakta, peristiwa,
atau opini. Namun semua fakta atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat
dimuat dalam bentuk media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam
bentuk apapun harus memenuhi kriteria yang penting atau menarik, atau penting
sekaligus menarik, bagi sebagian komunikan.
3. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim)
karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping
anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokan berdasarkan faktor : usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat
ekonomi.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah,
jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak
terbatas. Bahkan lebih dari pada itu, komunikan yang banyak tersebut secara
12
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Dalam Komunikasi massa, komunikator tidak memperhatikan bagaimana cara
menjalin hubungan dengan komunikan. Komunikator lebih memperhatikan
bagaimana cara menyusun pesan secara sistematik, baik sesuai dengan jenis
medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya
tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan,
komunikan pun aktif menerima pesan, namun keduanya tidak dapet melakukan dialog
sehingga komunikasi bersifat satu arah.
7. Stimulasi Alat Indra Terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa.
Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman
auditif, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, kita
menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)
Komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana
reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa
diterima melalui telepon, email, atau surat pembaca. Proses penyampaian feedback
13
massa bersifat indirect. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan
telepon, menulis surat pembaca, dan mengirim email, itu menunjukan bahwa
feedback komunikasi massa bersifat tertunda (delayed) (Ardianto, Komala, Siti,
2007:7-12)
E.3. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menganggap
menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods, (Huky, 146)
mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasaan dalam kehidupan sehari hari.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, harus
melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut
masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat
perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal diperkotaan lebih menyukai persaingan
karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan pembaharuan. Sementara pada masyarakat
tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu
keharmonisan dan tradisi yang turun menurun.
Suparto mengemukakan bahwa nilai nilai sosial memiliki fungsi umum dalam
masyarakat. Diantaranya nilai nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan
masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai
penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan peranan sosial. Nilai sosial dapat
14
menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial
yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota
kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu
kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan
daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berperilaku sesuai dengan nilai yang
dianutnya.
E.3.1. Nilai Sosial Menurut Cirinya
1. Nilai merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antara warga
masyarakat.
2. Disebarkan diantara warga masyarakat (bukan bawaan lahir)
3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
5. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
6. Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial.
7. Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
8. Cenderung berkaitan satu sama lain.
9. Sistem nilai bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
Dengan kata lain budaya yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda
10.Nilai Saling menyempurnakan.
11.Masing masing nilai mempunyai efek yang berbeda terhadap perseorangan maupun
15
12.Nilai dapat mempengaruhi pengembangan pribadi dalam masyarakat secara positif
maupun negatif (Huky, 148-149)
E.3.2. Nilai Sosial Menurut Jenisnya
A. Nilai Dominan
Adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan
tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal hal berikut :
1. Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota
masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang
seperti politik, ekonomi, hokum, dan sosial.
2. Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh angota masyarakat.
3. Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut.
Contohnya, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di
hari hari besar keagamaan seperti lebaran atau natal.
4. Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut.
Contohnya, memiliki mobil dengan merk terkenal dapat memberikan kebanggan
atau prestise sendiri.
B. Nilai Mendarah Daging (Internalized Value)
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan
sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau
pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak
16
bahkan merasa sangat bersalah. Contohnya, seorang kepala keluarga yang belum
mampu memberikan nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga
yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula guru yang melihat siswanya gagal
dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai
berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku
perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup
seseorang dalan masyarakat. (Faisal, 356-360).
E.3.3. Nilai Sosial Menurut Kategorinya
Dalam prakteknya, nilai sosial terbagi lagi menjadi beberapa kategori yang lebih spesifik.
Williams (Faisal, 362) telah membuat daftar kategori yang merangkum orientasi orientasi nilai
yang terdapat pada masyarakat amerika. Walaupun kategori ini disusun merepresentasikan
nilai-nilai inti (score values) pada bangsa amerika, tetapi kategori ini juga dapat dipergunakan untuk
masyarakat mana saja dari Negara dan suku bangsa apapun. Dari sekitar lima belas kategori yang
disusun Williams, ada empat kategori yang sudah diseleksi yang semua inti nilainya terdapat
dalam film Yes Man. Lima kategori itu antara lain :
1. Hasil Usaha dan Keberhasilan
Nilai ini tampaknya mengutamakan pentingnya hasil usaha pribadi, terutama
keberhasilan di bidang pekerjaan. Hasil usaha sendiri kebanyakan diukur lewat
kriteria ekonomi. Kemajuan di bidang profesi dan kemampuan untuk mengumpulkan
kekayaan yang lazimnya digunakan sebagai suatu ukuran keberhasilan seseorang.
17
dimensi dari nilai usaha dan keberhasilan. Kaum penjahat atau sebangsanya yang
diketahui telah berhasil memperoleh kekayaan dengan cara cara yang berada di luar
batas batas sanksi moral biasanya dianggap sebagai orang orang yang tidak berhasil.
2. Aktivitas dan Pekerjaan
Nilai ini tampaknya mengutamakan pentingnya citra dan reputasi pribadi. Contohnya,
seseorang mungkin berasa lebih gembira dan dirinya bernilai jika ia memiliki
pekerjaan dan dapat membantu orang lain, daripada hanya menganggur dan tidak
berbuat apa apa.
3. Kemanusiaan
Nilai ini tampaknya mengutamakan pentingnya rasa kemanusiaan. Nilai kemanusiaan
ini biasanya tolak ukurnya lewat kedermawanan. Yakni hal apapun yang dapat
membantu meringankan beban penderitaan orang lain. Kedermawanan itu tidak
melulu harus selalu materi atau uang, sumbangan lain seperti tenaga, pikiran, bahkan
sekedar mendengar keluh kesah orang lain juga termasuk ke dalam kedermawanan
ini.
4. Kebebasan
Nilai ini tampaknya mengutamakan pentingnya kebebasan dan kemerdekaan. Tolak
ukur kebebasan dan kemerdekaan ini sangat luas bahkan tak terbatas. Itulah mengapa
tidak ada seseorangpun yang bisa menjelaskan secara jelas apa arti dari kata
18
memilih, menentukan, dan memutuskan apapun yang dirasa baik untuk diri sendiri
(Faisal, 363-367).
E.4. Analisis Isi
Menurut Berelson dan Kerlinger (Wimmer & Domminick, 2000:135), analisis isi
merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik,
objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak. Adapun menurut Budd (Kriyantono,
2009:230), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis pesan dan mengolah
pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang
terbuka dari komunikator yang dipilih.
Rakhmat (2007:89) juga memaparkan bahwa analisis isi dapat digunakan untuk
memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang dan dapat
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi : Surat kabar, buku puisi, lagu, cerita
rakyat, lukisan, pidato, surat, undang-undang, musik, teater, dan sebagainya. Ia juga
merumuskan bahwa penelitian yang menggunakan analisis isi pada umumnya melalui tahap
tahap : (1) Perumusan masalah, (2) Perumusan hipotesis, (3) Penarikan sampel, (4) Pembuatan
alat ukur (koding), (5) Pengumpulan data, dan (6) Analisis data.
Adapun penggunaan analisis isi memiliki beberapa manfaat atau tujuan. McQuail dalam
buku Mass Communication Theory (2000:305) mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis
terhadap isi pesan komunikasi adalah untuk :
- Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media
19
- Isi media merupakan refleksi dari nilai nilai sosial dan budaya serta sistem
kepercayaan masyarakat
- Mengetahui fungsi dan efek media
- Mengevaluasi media performance
- Mengetahui apakah ada bias media
F. DEFINISI KONSEPTUAL F.1. Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menganggap
menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods, (Huky, 146)
mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang
mengarahkan tingkah laku dan kepuasaan dalam kehidupan sehari hari.
F.2. Film
Film menurut Denis McQuail (Marseli, 1996:13), adalah sarana yang dapat digunakan
untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, humor, dan sajian
teknis lainnya pada masyarakat umum. Adapun menurut Alex Sobur (2003:127), film merupakan
sebuah alat untuk menyampaikan pesan yang efektif dalam mempengaruhi khalayak melalui
20 G. STRUKTUR KATEGORISASI
Penelitian yang menggunakan analisis isi, validitas serta hasilnya sangat bergantung
dengan kategorinya. Adapun kategori yang disusun dalam penelitian ini untuk Analisis film Yes
Man adalah sebagai berikut :
1. Hasil Usaha dan Keberhasilan
Kategori ini adalah kategori yang berkaitan dengan Nilai Sosial dalam Hasil Usaha dan
Keberhasilan individu dalam Profesi dan Pekerjaan. Indikator kategori ini semua hal yang
berkaitan dengan urusan kantor atau tempat kerja, yang antara lain :
a. Bersosialisasi dan menjalin hubungan baik dengan Atasan
Contoh : Rutin berbincang bincang kecil dengan Atasan, Sebisa mungkin selalu
mengikuti permintaan atasan, dan Sesekali pergi bersenang senang dengan atasan.
b. Berprestasi dalam Pekerjaan
Contoh : Membuat inovasi dan perubahan kecil yang dapat menghasilkan keuntungan
baru bagi perusahaan.
2. Aktivitas dan Pekerjaan
Kategori ini adalah kategori yang berkaitan dengan Nilai Sosial dalam Aktivitas sehari
hari individu dalam menghabiskan waktunya. Indikator kategori ini meliputi semua hal
yang berkaitan dengan aktivitas umum yang menghasilkan manfaat, yang antara lain :
a. Pergi bersosialisasi dan bersenang senang dengan teman teman
Contoh : Pergi bersenang senang dengan sahabat lama di Café, Bar, dan tempat
21
b. Mengikuti berbagai komunitas dan menekuni berbagai hobi baru yang menarik.
Contoh : Bergabung dalam komunitas sosial dan lembaga amal, Serta menekuni
berbagai hobi baru seperti kursus gitar, kursus bahasa asing, kursus mengemudikan
pesawat terbang, dan hobi hobi menarik lainnya.
3. Kemanusiaan
Kategori ini adalah kategori yang berkaitan dengan Nilai Sosial dalam Kehidupan Sehari
hari dengan sesama manusia. Indikator kategori ini meliputi semua hal yang berkaitan
dengan membantu dan menyenangkan orang lain tanpa mengharapkan imbalan, yang
antara lain :
a. Membantu dan Meringankan beban orang lain.
Contoh : Menyetujui pinjaman modal usaha kepada semua semua orang, memberikan
sumbangan serta ikut dalam penyaluran sumbangan untuk amal.
b. Membuat orang lain senang dan gembira.
Contoh : Memberikan perhatian kecil kepada semua orang lewat senyum sapa dan
sebagainya, serta memberikan nasihat dan support untuk orang lain yang sedang
memiki banyak masalah.
4. Kebebasan
Kategori ini adalah kategori yang berkaitan dengan Nilai Sosial dalam memilih suatu
pilihan dalam hidup. Indikator kategori ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan
22
a. Kebebasan memilih tempat liburan, kegiatan yang ingin dilakukan, dan sebagainya,
sesuai dengan keinginan.
Contoh : Bebas memilih tempat liburan tanpa memusingkan tempat tujuan liburan
serta bebas melakukan apapun tanpa harus terganggu dengan aturan aturan baku.
b. Kebebasan menentukan suatu pilihan sulit seperti pasangan hidup, tujuan masa depan,
sesuai dengan kata hati.
Contoh : Bebas menentukan pasangan hidup saat hati sudah meyakini tanpa perlu
memikirkan hal hal kecil lainnya yang akan muncul di belakang.
H. METODE PENELITIAN H.1. Metode
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis isi. Yakni
seperti yang dikemukakan Rakhmat (2007:89), Analisis isi dapat digunakan untuk memperoleh
keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang dan dapat digunakan
untuk menganalisis semua bentuk komunikasi : Surat kabar, buku puisi, lagu, cerita rakyat,
lukisan, pidato, surat, undang-undang, musik, teater, dan sebagainya.
Adapun tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Yakni seperti yang
dikemukakan Nasir (1983:63), penelitian deskriptif meneliti status kelompok manusia, suatu
obyek, suatu set kondisi, sistem, pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang
yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Selain itu penelitian
23
mendeskripsikan secara obyektif, sistematis dan kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak atau
manifest.
H.2. Ruang Lingkup Penelitian
Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah film “Yes Man” karya Danny Wallace
yang memiliki durasi 1 Jam 32 menit dan terdiri dari 90 scene film. Penelitian difokuskan pada
tiap scene yang dinilai memiliki unsur nilai sosial sesuai dengan kategorisasi yang telah
dirumuskan.
H.3. Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan adalah 90 scene film baik berupa adegan maupun dialog
yang terdapat dalam film “Yes Man” karya Danny Wallace yang dinilai memiliki unsur nilai
sosial sesuai dengan kategorisasi yang telah dirumuskan. Selanjutnya setiap scene yang terpilih
dimasukkan kedalam kategori yang telah ditentukan. Hal ini berarti peneliti menggunakan unit
analisis scene untuk membatasi penelitian yang telah jelas dalam pengkategorian.
H.4. Satuan Ukur
Satuan ukur dari penelitian ini adalah frekuensi kemunculan unsur nilai sosial yang
terdapat dalam scene film “Yes Man” karya Danny Wallace yang diambil lewat adegan ataupun
dialog yang dinilai mengandung unsur nilai sosial.
Yang dimaksud dengan adegan adalah segala kegiatan atau aktivitas fisik yang dilakukan
24
Adapun dialog adalah segala sesuatu yang diucapkan lewat lisan yang juga dilakukan oleh
seluruh pemain film bersangkutan.
H.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan pengamatan,
yakni dengan mendokumentasikan film “Yes Man” ke dalam bentuk file video yang sudah
dikonversi hingga dapat diputar pada banyak aplikasi pemutar video di computer untuk
selanjutnya disusun menjadi sebuah data penelitian. Tahap berikutnya, data dikumpulkan dengan
menggunakan Coding Sheet yang dibuat berdasarkan kategori yang telah ditetapkan seperti
contoh dibawah ini :
Scene
Kategorisasi
Hasil Usaha Dan Aktivitas dan
Kemanusiaan Kebebasan Kemajuan Pekerjaan
Dialog Adegan Dialog Adegan Dialog Adegan Dialog Adegan
Dari tabel diatas, peneliti dan koder akan memberi tanda (√) pada scene yang
didalamnya terdapat Dialog atau Perilaku yang termasuk kedalam kategori nilai sosial yang
25 H.6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipakai penulis adalah kuantitatif dengan
tipe statistik deskriptif yang menggunakan tabel frekuensi untuk penghitungan datanya.
Tujuannya penggunaan tabel ini untuk membantu peneliti mengetahui frekuensi kemunculan
masing masing kategori.
Dalam penerapannya, data berupa setiap isi pesan yang terdapat dalam film “Yes Man”
dimasukan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Data tersebut kemudian dianalisis
menggunakan alat distribusi frekuensi yang berupa tabel analisis untuk mengetahui frekuensi
kemunculan dari setiap kategori tema penelitian. Adapun contoh tabel yang dibuat peneliti
adalah sebagai berikut :
Kategorisasi F Prosentase (%)
Hasil Usaha Dan Kemajuan
Aktivitas Dan Pekerjaan
Kemanusiaan
Kebebasan
Jumlah
H.7. Uji Reabilitas
Kategorisasi dalam analisis isi merupakan instrumen pengumpul data. Supaya objektif
maka kategorisasi harus dijaga reliabilitasnya. Terutama untuk kategorisasi yang dibuat sendiri
oleh periset sehingga belum memiliki standar yang teruji, maka sebaiknya dilakukan uji
reliabilitas, yang tahap pelaksanaannya dimulai dengan periset melakukan pengkodingan sampel
26
atau hakim. Uji ini juga biasa dikenal sebagai uji antar kode. Kemudian hasil pengkodingan
dibandingkan dengan menggunakan rumus Holsty, yakni :
CR =
Keterangan :
C.R = Coefisien Reliability
M = Jumlah Pernyataan yang Disetujui oleh Dua Pengkode
N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti dari hasil yang diperoleh.
Hasil yang diperoleh dari uji antar kode diatas disebut Observed Agreement (Kesepakatan
yang diperoleh dari penelitian). Selanjutnya untuk memperkuat hasil uji reliabilitas diatas
digunakan rumus Scott sebagai berikut :
Pi = % Observed Agreement - % Expected Agreement 1 - % Expected Agreement
Keterangan :
Pi = Nilai Keterhandalan
Observed Agreement = Nilai yang disetujui antar pengkode yakni nilai CR Expected Agreement = Persetujuan yang diharapkan dalam suatu kategori
yang sama nilai matematisnya serta dinyatakan dalam jumlah hasil pengukuran dari proposisi seluruh kategori.
Ambang penerimaan yang sering dipakai untuk uji reliabilitas kategorisasi adalah 0,75.
Jika persetujuan antara pengkoding (periset dan hakim) tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi
operasionalnya mungkin perlu dirumuskan lebih spesifik lagi. Artinya kategorisasi yang dibuat