i
PENULISAN HUKUM
IMPLEMENTASI PERJANJIAN BAGI HASIL PERIKANAN
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1964
TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN ANTARA NELAYAN
PEMILIK DAN NELAYAN PENGGARAP
(STUDI DI DESA KARANG AGUNG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN)
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar kesarjanaan
dalam bidang Ilmu Hukum
Oleh :
HUSEIN YUSUF EFFENDI 201010110311100
FAKULTAS HUKUM
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENULISAN HUKUM
IMPLEMENTASI PERJANJIAN BAGI HASIL PERIKANAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1964 TENTANG BAGI HASIL
PERIKANAN ANTARA NELAYAN PEMILIK DAN NELAYAN PENGGARAP
(
STUDI DI DESA KARANG AGUNG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN)
Disusun dan diajukan Oleh :
Husein Yusuf Effendi
201010110311100
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilakukan
Ujian Penulisan Hukum
Pada tanggal : 30 April 2015
DOSEN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
Komariah,SH., M.Si., M.Hum Herwastoeti, SH., M.Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum UMM
iv
LEMBAR PENGESAHAN
PENULISAN HUKUM
IMPLEMENTASI PERJANJIAN BAGI HASIL PERIKANAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1964 TENTANG BAGI HASIL
PERIKANAN ANTARA NELAYAN PEMILIK DAN NELAYAN PENGGARAP
(Studi di Desa Karang Agung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban)
Disusun dan diajukan Oleh: Husein Yusuf Effendi NIM: 201010110311100
Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Ujian Penulisan Hukum Pada tanggal: 07 Mei 2015
Anggota Majelis
Muhammad Isrok, SH.,CN.,M.H Sofyan Arief, SH., M.Kn
Mengetahui, Dekan Fak. Hukum UMM
Dr. Sulardi, SH., M.Si SUSUNAN MAJELIS PENGUJI
Ketua Majelis Sekertaris Majelis
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PERJANJIAN BAGI HASIL
PERIKANAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1964
TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN ANTARA NELAYAN PEMILIK DAN
NELAYAN PENGGARAP (STUDI DI DESA KARANG AGUNG
KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN)”. Skripsi ini merupakan tugas
akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya dan ucapan hormat yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ibu dan Bapak serta untuk semua keluarga yang telah memberikan dorongan
semangat dan motifasi pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang.
3. Bapak Dr. Sulardi, S.H., M.S.i selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang beserta jajaran Pembantu Dekan atas segala
vii
4. Bapak Sofyan Arief, S.H., M.kn. selaku Dosen Wali yang tanpa mengenal lelah
memberikan nasehat kepada penulis mulai dari awal perkuliahan sehingga dapat
mengakhiri perkuliahan.
5. Kepada yang terhormat ibu Komariah, SH., M.S.i., M.Hum selaku dosen
pembimbing I dan ibu Herwastoeti, SH., M.Si. selaku dosen pembimbing II yang
penuh dengan kesabaran sedikit meluangkan waktu dan tenaga serta pikiran
dalam membimbing penulis, hingga terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu bermanfaat bagi
penulis dan Bapak dan Ibu yang bertugas di Tata Usaha Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang.
7. Kepada masyarakat nelayan Desa Karang Agung yang sudah meluangkan waktu
untuk bisa di wawancarai untuk mendapat data bagi penulis.
8. Teman seperjuangan dan keluarga kecil LSO Pukash Umm yang selalu
memberikan semangat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis
harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan sehingga skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Malang,...
Penulis
viii DAFTAR ISI
Lembar Cover/Sampul Dalam ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ... iv
Ungkapan Pribadi/Motto ... v
Abstraksi ... vi
F. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum tentang Perjanjian Bagi Hasil ... 17
1. Perjanjian menurut KUH Perdata ... 17
a. Pengertian Perjanjian ... 17
ix
c. Asas-asas Perjanjian ... 22
d. Berakhirnya Perjanjian ... 25
2. Perjanjian Bagi Hasil Pada Umumnya ... 30
3. Perjanjian Menurut Hukum Adat ... 32
a. Pengertian Perjanjian Adat ... 32
b. Karakteristik Masyarakat Desa ... 33
B. Tinjauan tentang Perjanjian Bagi Hasil menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan ... 35
1. Pengertian Perjanjian Bagi Hasil ... 35
2. Bentuk Perjanjian Bagi Hasil ... 36
3. Besarnya Bagian Perjanjian Bagi Hasil ... 36
4. Jangka Waktu Perjanjian Bagi Hasil ... 38
5. Hak dan Kewajiban Para Pihak ... 38
6. Hal yang Dilarang Perjanjian Bagi Hasil ... 40
C.Tinjauan Umum tentang Wanprestasi ... 40
1. Wanprestasi menurut KUH perdata ... 40
a. Pengertian Wanprestasi ... 40
b. Bentuk Wanprestasi ... 41
c. Akibat Hukum Wanprestasi ... 43
2. Wanprestasi menurut Hukum Adat ... 48
a. Wanprestasi dalam Hukum Adat ... 48
b. Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Pada Umumnya ... 50
x
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Desa Karang Agung ... 59
B. Penerapan Pasal 3 Ayat (1) Angka 1 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 1964 Tentang Bagi Hasil Perikanan Antara Nelayan Pemilik dan Nelayan Penggarap di Desa Karang Agung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Jawa
Timur ... 63
1. Bentuk Perjanjian Bagi Hasil ... 63
2. Jenis dan Cara Bagi Hasil Nelayan ... 70
C.Penyelesaian Jika Terjadi Wanprestasi antara Nelayan
Pemilik kepada Nelayan Penggarap terkait tentang Bagi
Hasil ... 77
1. Wanprestasi Nelayan ... 77
2. Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Dikalangan
Nelayan ... 80
D.Persepsi Nelayan Pemilik dan Nelayan Penggarap tentang
Pasal 3 ayat (1) angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
1964 tentang Bagi Hasil Perikanan ... 86
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 95
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Tugas
Lampiran 2. Surat Observasi/Mencari Data
Lampiran 3. Surat Jawaban Observasi
Lampiran 4. Kartu Kendali Bimbingan
xii
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rasyid Saliman. (et.al.,). 2008. hukum bisnis untuk perusahaan teori dan
contoh kasus. Jakarta. Kencana hal 52
Bushar Muhammad.2000. Pokok-pokok Hukum Adat. Jakarta. PT Pradnya
Paramita. Hal. 61
Bambang Waluyo. 2007. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika. Jakarta.
Hal.6
Dalam Arus Akbar Silondae & Wirawan B Ilyas. 2011. Pokok-Pokok Hukum
Bisinis. Jakarta. Salemba Empat hal 21
Djoko Imbawani Atamaja. 2011. Hukum Dagang Indonesia sejarah,pegertian dan
prinsip-prinsip hukum dagang . Malang. Setara Press hal 41
Fifik Wiryani. 1996. Tesis tentang penyelesaian ekstrayudisial atas suloyo yang
terjadi dalam perjanjian jual beli ikan (Studi kasus pola hubungan petani
tambak dan juragan ikan di Desa Simbatan Kecamatan Tikung Kabupaten
Daerah tingkat II Lamongan Jawa Timur). UMM. Hal 12
Hilman Hadikusuma. 1990. Hukum Perjanjian Adat. Bandung. PT. citra Aditiya
Bakti
Hilman Hadikusuma. 1989. Hukum Pidana Adat. Bandung. PT. alumni. Hal. 94
Hilman Hadikusuma. 1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Jakarta. Cv.
Mandara Maju. Hal 242
Komariah. 2010, Hukum Perdata, Malang, UPT Penerbit Universitas
xiii
Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional
Sri Hariani. 2003. Tesis tentang system bagi hasil perikanan laut setelah keluarnya
UU no. 16 tahun 1964 didesa purworejo kecamatan boning kabupaten
demak. UNDIP Semarang. Hal 1 dan 3
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta. Hal 12.
Salim H.S. 2003. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta.
Sinar Grafika hal 26
Subekti. 1991. Hukum Perjanjian.jakarta. PT.Intermasa. hal. 64
Sophar Maru Hutagalung.2013. Kontrak Bisnis di Asean pengaruh sistem hukum
common law dan civil law. Jakarta. Sinar Grafika. Hal 65
Salim HS. 2011. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta. Sinar Grafika.
Hal. 180
Subekti.2002. pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta. PT intermasa. Hal150
Soerojo Wignjodipoero. 1995. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta. PT
toko gunung agung. Hal 228
Soepomo. 2000. Bab-bab Tentang Hukum Adat. Jakarta. PT Pradnya Paramita. Hal.
112
INTERNET:
Erik Susanto. hukum kekerabatan dan perjanjian adat. http//scribd.com/ diakses
xiv
Kisah pilu nelayan terjebak dibawah garis kemiskinan. http:// liputan6.com/ diakses
tanggal 3 november 2014
kemiskinan dan solusinya. http:// Rokhmin Dahuri Information Center.htm/ diakses
tanggal 3 november 2014
Lagi-lagi nelayan dan kemiskinan. http://kompasiana.com/ diakses tanggal 4
november 2014
Penanganan Sengketa Perdata. http:// wordpress.com/ diakses tanggal 10 november
2014
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1964 Tentang Bagi Hasil Peikanan
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia adalah Negara maritime yang berbentuk kepulauan yang
dikelilingi laut, maupun samudera yang luas sehingga memungkinkan sekali
untuk tempat hidupnya berbagai macam fauna laut. Sebagai Negara kepulauan,
maka tentu Negara Indonesia sebagian tanah airnya terdiri dari perairan dan di
dalam perairan yang luas tersebut terkandung sumber daya alam yang sangat
potensial untuk menunjang upaya peningkatan kesejahteraan serta
kemakmuran rakyat. Sejak Indonesia merdeka, pemerintahan Republik
Indonesia berupaya untuk mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur.
Melalui pembagunan yang akan digiatkan ini, diharapkan cita-cita tersebut
diatas dapat tercapai. Salah satu produk hukum yang diharapkan bisa
mendorong tercapainya masyarakat adil dan makmur adalah Undang-Undang
Bagi Hasil Perikanan (UU No. 16 tahun 1964). Sebagimana undang-undang ini
mengatur bagi hasil untuk kalangan nelayan dan petani tambak. Berkaitan
dengan itu penelitian ini dikhususkan pada bagi hasil nelayan.1
Undang-Undang No 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan ini
adalah upaya yang dilakukan pemerintah sebagi salah satu usaha untuk menuju
ke arah perwujudan masyarakat sosialis Indonesia pada umumnya, khususnya
untuk meningkatkan taraf hidup para nelayan penggarap dan penggarap tambak
1 Sri Hariani. 2003. Tesis tentang system bagi hasil perikanan laut setelah keluarnya
2
serta memperbesar produksi ikan, maka pengusahaan perikanan secara bagi
hasil, baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus diatur hingga
menghilangkan unsur-unsurnya yang bersifat pemerasan dan semua pihak yang
turut serta masing-masing mendapat bagian yang adil dari usaha itu.
Undang-undang bagi hasil peikanan nomor 16 tahun 1964 mengatur perjanjian bagi
hasil perikanan anatar nelayan pemilik dan nelayan penggarap atau pemilik
tambak dan penggarap tambak, menurut perjanjian mana mereka
masing-masing menerima bagian dari hasil usaha tersebut menurut imbangan yang
telah disetujui sebelumnya.
Di dalam perjanjian bagi hasil perikanan, nelayan-nelayan penggarap
sangat tergantung pada pemilik kapal (nelayan pemilik). Dalam prakteknya
penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan pertama kali harus dijual
kemudian hasil penjualan tersebut dibagi antara nelayan pemilik dan nelayan
penggarap.
Undang-Nndang Nomor 16 tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan
pasal 3 ayat (1) angka 1 disebutkan:
jika suatu usaha perikanan diselenggarakan atas dasar perjanjian bagi hasil, maka dari hasil usaha itu kepada pihak nelayan penggarap dan penggarap tambak paling sedikitharus diberikan bagian sebagai berikut:
a. Jika dipergunakan perahu layar. Minimum 75% (tujuh puluh lima
persen) dari hasil bersih.
b. Jika dipergunakan kapal motor.minimum 40% (empat puluh
3
Dari pasal di atas yang dimaksud dengan hasil bersih adalah bagi
perikanan laut : hasil ikan yang diperoleh dari penangkapan, yang setelah
diambil sebagian untuk “lawuan” para nelayan penggarap menurut kebiasaan
setempat, dikurangi dengan beban-beban yang menjadi tanggungan bersama
nelayan-nelayan dan para nelayan penggarap, sebagaimana yang ditetapkan
didalam pasal 4 angka 1huruf a, yang dimaksud beban-beban tanggungan
bersama nelayan-nelayan dan para nelayan penggarap adalah:
1. Beban-beban yang menjadi tanggungan bersama dari nelayan pemilik dan
pihak nelayan penggarap : ongkos lelang, uang rokok/jajan dan biaya
perbekalan untuk para nelayan penggarap selama di laut, biaya untuk
sedekah laut (selamatan bersama) serta iuran iuran yang disahkan oleh
pemerintah daerah tingkat II yang bersangkuatan seperti untuk koprasi, dan
pembagunan perahu/kapal,dana kesejahteraan, dana kematian dan lain-lain.
2. Beban-beban yang menjadi tanggungan nelayan pemilik : ongkos
pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat-alat lain yang
dipergunakan, penyusutan dan biaya eksploitasi usaha penangkapan, seperti
untuk pembelian solar, minyak, es dan lain sebaginya.
Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang kedua setelah Kanada), Indonesia,
sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah pesisir (Coastal Zone). Adanya
wilayah pesisir ini justru berdampak pada banyaknya masyarakat miskin yang
bermata pencaharian sebagai nelayan. Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai
4
kehidupan perekonomiannya bergantung pada pemanfaatan sumber daya laut
dan pesisir. Pada dasarnya, masyarakat pesisir ini tidak hanya difokuskan pada
nelayan saja, melainkan juga pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya,
pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan,
penjual jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, serta kelompok masyarakat
lainnya yang memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan pesisir untuk
menyokong kehidupannya.2
Kelompok nelayan tergabung dalam Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia (HNSI) mengungkapkan 21 juta nelayan masih terjebak di bawah
garis kemiskinan. Angka itu sekitar 56,7 persen dari total nelayan di Indonesia
yang mencapai 37 juta orang.3
Banyak faktor yang menyebabkan mayoritas nelayan di Indonesia
masih terlilit derita kemiskinan. Sejumlah faktor itu dapat dikelompokkan
menjadi tiga4:
1. Faktor teknis
2. Faktor kultural
3. Faktor struktural.
tataran praktis, nelayan miskin karena pendapatan (income) nya lebih
kecil dari pada pengeluaran untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga dan
diri nya dalam kurun waktu tertentu. Sejauh ini pendapatan nelayan,
2 Lagi-lagi nelayan dan kemiskinan. http://kompasiana.com/ diakses tanggal 4
november 2014
3 Kisah pilu nelayan terjebak dibawah garis kemiskinan. http:// liputan6.com/ diakses
tanggal 3 november 2014
4 kemiskinan dan solusinya. http:// Rokhmin Dahuri Information Center.htm/ diakses
5
khususnya nelayan tradisional dan nelayan ABK dari kapal ikan
komersial/modern (diatas 30 GT), pada umumnya kecil (kurang dari Rp 1
juta/bulan) dan sangat fluktuatif alias tidak menentu.
Secara teknis, pendapatan nelayan bergantung pada nilai jual ikan
hasil tangkap dan ongkos (biaya) melaut. Selanjutnya, nilai jual ikan hasil
tangkapan ditentukan oleh ketersediaan stok ikan di laut, efisiensi tekonologi
penangkapan ikan, dan harga jual ikan. Sedangkan, biaya melaut bergantung
pada kuantitas dan harga dari BBM, perbekalan serta logistik yang dibutuhkan
untuk melaut yang bergantung pula pada ukuran (berat) kapal dan jumlah awak
kapal ikan. Selain itu, nilai investasi kapal ikan, alat penangkapan, dan
peralatan pendukungnya sudah tentu harus dimasukkan kedalam perhitungan
biaya melaut.
Kultur (etos kerja) nelayan pada umumnya juga belum sejalan dengan
etos kemajuan dan kesejahteraan. Dari sisi pengeluaran, rata-rata ukuran
keluarga nelayan adalah 5 jiwa (orang) yang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 anak,
lebih besar ketimbang rata-rata ukuran keluarga secara nasional yang hanya 4
jiwa. Lebih dari itu, kebanyakan nelayan juga lebih boros dibandingkan
dengan petani, dan nelayan enggan untuk menabung. Dari sisi pendapatan,
banyak nelayan yang ketika suatu hari atau trip mendapatkan banyak ikan, lalu
hari atau trip berikutnya tidak mau ke laut mencari ikan. Demikian juga
halnya, saat musim paceklik ikan, nelayan pada umumnya segan atau tidak
mau bekerja di sektor ekonomi lainnya, seperti budidaya tambak, pertanian
6
nelayan yang resisten alias tidak mau menerima inovasi teknologi baru, baik
yang berkaitan dengan teknologi penangkapan, pengelolaan lingkungan hidup,
maupun manajemen keuangan keluarga. Semua ini membuat banyak keluarga
nelayan yang pola hidupnya ibarat ‘lebih besar pasak dari pada tihang’.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang umumnya rendah diyakini menjadi
penyebab utama mengapa banyak keluarga nelayan memiliki budaya yang
berlawanan dengan etos kemajuan dan kesejahteraan.
Faktor yang boleh jadi merupakan penyebab dominan dari kemiskinan
nelayan adalah yang bersifat struktural, yakni kebijakan dan program
pemerintah yang tidak kondusif bagi kemajuan dan kesejahteraan nelayan.
Mahal dan susah didapatkannya BBM, alat tangkap, beras, dan perbekalan
melaut lainnya bagi nelayan, terutama nelayan di luar Jawa, wilayah
perbatasan, dan pulau-pulau kecil terpencil, merupakan bukti nyata dari
minimnya kepedulian pemerintah kepada nelayan. Demikian juga halnya
dengan sumber modal. Sampai saat ini nelayan, terutama yang tradisional,
masih sangat sulit atau tidak bisa mendapatkan pinjaman kredit dari
perbankan. Bayangkan, kapal ikan yang terbuat dari kayu, sebesar apapun,
belum bisa dijadikan sebagai agunan. Prasarana pendaratan ikan atau
pelabuhan yang memenuhi persyaratan santitasi dan higienis yang dilengkapi
dengan industri hilir (pengolahan hasil perikanan) juga masih terbatas bagi
nelayan. Harga jual ikan yang sangat fluktuatif (tak menentu) juga belum
7
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melihat bagaimana masalah
kemiskinan nelayan di Desa Karang Agung Kecamatan Palang KabuPaten
Tuban yang dimana di Desa ini masyarakatnya rata-rata berprofesi sebagai
nelayan sehingga peneliti ingin mengetahui secara langsung apakah bagi hasil
yang dilakukan oleh nelayan pemilik dan nelayan penggarap sudah
mensejaterahkan masyarakat pesisir di Desa Karang Agung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian Latar Belakang tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pasal 3 ayat (1) angka 1 undang-undang nomor 16
tahun 1964 tentang bagi hasil perikanan antara nelayan pemilik dan nelayan
penggarap di Desa Karang Agung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban
Jawa Timur ?
2. Bagaimana penyelesaian jika terjadi Wanprestasi antara nelayan pemilik
kepada nelayan penggarap terkait tentang bagi hasil ?
3. Bagaimana persepsi nelayan pemilik dan nelayan penggarap tentang Pasal 3
ayat (1) angaka 1 undang-undang nomor 16 tahun 1964 tentang Bagi Hasil
Perikanan ?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan pasal 3 ayat (1) angka 1 undang-undang bagi
hasil perikanan anatara nelayan pemilik dan nelayan penggarap di Desa
8
2. Untuk mengetahui penyelesaian jika terjadi wanprestasi antara nelayan
pemilik dan nelayan penggarap terkait tentang bagi hasil.
3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi para nelayan pemilik dan penggarap
tentang undang-undang bagi hasil perikanan.
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian hukum ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini merupakan sarana pembelajaran dan pengembangan
ilmu pengetahuan penulis sehingga penulis dapat mengikuti
pengembangan hukum dalam bidang hukum perdata terutama yang
berhubungan dengan bagi hasil peikanan.
b. Menambah literature yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan penulis terhadap permasalahan yang diangkat mengenai bagi
hasil perikanan antara nelayan pemilik dan nelayan penggarap. Dan juga
sebagai untuk penyelesaian Tugas Akhir untuk mendapat gelar
kesarjanaan strata satu (S1) dalam bidang Hukum di Fakultas Hukum
9
b. Bagi Pembentuk Undang-Undang
Penelitian ini diharapkan ada peninjauan kembali terhadap
Undang-Undang yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
melaksanakan suatu peraturan perundang-undangan dengan baik,
sehingga dapat tercapainnya Asas Keadilan, Asas Kemanfaatan dan Asas
Kepastian Hukum.
c. Bagi Nelayan pemilik dan nelayan penggarap
Bagi para nelayan pemilik dan nelayan penggarap agar
mengetahui bahwa bagi hasil perikanan yang dilakukan antara Nelayan
tidak ada penyimpangan dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
E.Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
sosiologis yakni melihat hukum yang didasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan dikaitkan dengan teori hukum serta
dengan melihat realita yang ada dimasyarakat.5
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menggali keterangan dari
berbagai pihak terkait sebagai kajian dalam proses pembahasan dengan
membandingkan teori dan kenyataan dan berdasarkan perundang-undangan
yang berlaku, serta dikaiykan dengan teori-teori hukum dan dengan melihat
realita yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini.
5 Bambang Waluyo. 2007. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika. Jakarta.
10
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Karang Agung Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa di
Desa Karang Agung mayoritas penduduknya adalah masyarakat nelayan
yang dimana pembagi hasil perikanannya tidak sesuai dengan
undang-undang. dan juga peneliti ingin mengetahui pembagian hasil penangkapan
ikan dalam praktek yang sesungguhnya.
3. Sumber Data
Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan supaya peneliti
dapat memperoleh data yang relevan dan akurat. Adapun teknik
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh lasung dari hasil
wawancara dengan narasumber.6 Sumber data ini diperoleh dari para
nelayan pemilik dan nelayan penggarap di Desa Karang Agung
Kecamatan palang Kabupaten Tuban kemudian data ini diolah oleh
peneliti.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah merupakan data yang diperoleh dari
Undang-Undang, dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang
11
berhubungan dengan penelitian dalam bentuk skripsi,tesis,dan peraturan.7
Diantara adalah :
1) UU No. 16 tahun 1964 tentang bagi hasil perikanan
2) KUHPerdata
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian
ini adalah :
a. Wawancara
Teknik pengambilan data diperoleh dari penjelasan para nelayan
pemilik dan nelayan penggarap dan memahami permasalahan yang
berkaitan dengan objek penelitian. Wawancara juga bisa disebut metode
bertatap muka dengan responden untuk menanyakan fakta-fakta yang
ada, pendapat maupun persepsi dari responden. Hasil Wawancara yaitu
pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan wawancara semi struktur
terhadap responden. Wawancara langsung dalam pengumpulan fakta
sosial sebagai bahan kajian ilmu hukum empiris, dilakukan dengan tanya
jawab secara langsung dimana semua pertanyaan lebih bebas dengan
tujuan untuk menemukan permasalahan secara terbuka sesuai dengan isu
hukum yang diangkat dalam penelitian.
Populasi responden tersebut diantaranya :
Masyarakat Desa Karang Agung yang berprofesi sebagai
nelayan penggarap dan nelayan pemilik sebesar 2045 dengan memilih 20
12
responden dengan cara random sampling. Random sampling merupakan
salah satu metode dalam pengambilan sampeldari suatu populasi.
Penentuan sampel yaitu secara acak dari responden yang akan di tempat
penelitian.
Untuk lebih jelasnya mengenai responden nelayan pemilik dan
nelayan penggarap di Desa Karang Agung akan digambarkan dalam tabel
berikut:
Tabel 1. 1
13
Penulis menanyakan beberapa pertanyaan kepada responden
yang berkaitan dengan penelitian diantaranya :
1) Apakah saudara mengetahui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1964
tentang bagi Hasil Perikanan ?
2) Bagaimana bagi hasil yang anda lakukan ?
3) Apakah bagi hasil yang dilakukan sudah adil ?
4) Apakah didalam bagi hasil yang anda lakuakan pernah mengalami
Suloyo atau wanprestasi ?
14
6) Bagaimana presepsi anda tentang Undang-Undang Nomor 16 tahun
1964 Tentang Bagi hasil Periakanan, apakah adil atau tidak ?
b. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data-data yang dimiliki oleh pihak yang berkaitan
langsung dengan penelitian.
c. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data yang dilakukan oleh penelitian untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Informasi itu dapat diperoleh seperti dari buku-buku atau literatur.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah tahap yang sangat penting dan menentukan
dalam setiap penelitian. Seluruh data yang terkumpul diolah sedemikian
rupa sehingga tercapai suatu kesimpulan. Teknik analisa data yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif Kualitatif adalah
mendiskripsikan danmenganalisa apa yang dinyatakan oleh responden
secara tertulis atau lisan dan prilaku nyata.8 Analisa data kualitatif ini dapat
dilakukan dengan pengumpulan data-data yang telah diperoleh, kemudian
dihubungkan dengan literatur-literaturyang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti. Kemudian dicari pemecahannya dengan cara
menganalisa, yang pada akhirnya akan dicapai kesimpulan untuk
menentukan hasilnya.
15
F.Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan penelitian ini disusun secara sistematis secara
berurutan sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas dan terarah, adapun
sistematika penulisan mulai dari BAB I hingga BAB IV dalam penelitian ini
secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka yang meliputi deskripsi dan uraian
mengenai bahan-bahan teori, doktrin atau pendapat sarjana dan kajian yuridis
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku terkait dengan permasalahan yang
akan dijadikan penulisan hukum, yaitu tinjauan tentang perjanjian, Tinjauan
tentang bagi hasil peikanan, tinjauan tentang wanprestasi.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan diuraikan tentang permasalahan yang diteliti serta pemaparan
hasil penelitian terhadap bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan
berdasarkan pada teori dan kajian pustaka, yaitu Gambaran Umum lokasi
penelitian, penyelesaian wanprestasi dalam bagi hasil perikanan, dan pendapat
para nelayan tentang bagi hasil perikanan yang ada di dalam Undang-Undang
16
BAB IV PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi,
kesimpulan ini merupakan kesimpulan dari semua hal yang telah diuraikan
dalam bab-bab sebelumnya dan saran yang berkaitan dengan masalah yang