• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Perjanjian Bagi Hasil Perikanan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1964 Tentang Bagi Hasil Perikanan Antara Nelayan Pemilik Dan Nelayan Penggarap (Studi Di Desa Karang Agung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Perjanjian Bagi Hasil Perikanan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1964 Tentang Bagi Hasil Perikanan Antara Nelayan Pemilik Dan Nelayan Penggarap (Studi Di Desa Karang Agung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENULISAN HUKUM

IMPLEMENTASI PERJANJIAN BAGI HASIL PERIKANAN

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1964

TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN ANTARA NELAYAN

PEMILIK DAN NELAYAN PENGGARAP

(STUDI DI DESA KARANG AGUNG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar kesarjanaan

dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh :

HUSEIN YUSUF EFFENDI 201010110311100

FAKULTAS HUKUM

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PENULISAN HUKUM

IMPLEMENTASI PERJANJIAN BAGI HASIL PERIKANAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1964 TENTANG BAGI HASIL

PERIKANAN ANTARA NELAYAN PEMILIK DAN NELAYAN PENGGARAP

(

STUDI DI DESA KARANG AGUNG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN

)

Disusun dan diajukan Oleh :

Husein Yusuf Effendi

201010110311100

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk dilakukan

Ujian Penulisan Hukum

Pada tanggal : 30 April 2015

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Komariah,SH., M.Si., M.Hum Herwastoeti, SH., M.Si

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum UMM

(3)
(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

PENULISAN HUKUM

IMPLEMENTASI PERJANJIAN BAGI HASIL PERIKANAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1964 TENTANG BAGI HASIL

PERIKANAN ANTARA NELAYAN PEMILIK DAN NELAYAN PENGGARAP

(Studi di Desa Karang Agung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban)

Disusun dan diajukan Oleh: Husein Yusuf Effendi NIM: 201010110311100

Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Ujian Penulisan Hukum Pada tanggal: 07 Mei 2015

Anggota Majelis

Muhammad Isrok, SH.,CN.,M.H Sofyan Arief, SH., M.Kn

Mengetahui, Dekan Fak. Hukum UMM

Dr. Sulardi, SH., M.Si SUSUNAN MAJELIS PENGUJI

Ketua Majelis Sekertaris Majelis

(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PERJANJIAN BAGI HASIL

PERIKANAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1964

TENTANG BAGI HASIL PERIKANAN ANTARA NELAYAN PEMILIK DAN

NELAYAN PENGGARAP (STUDI DI DESA KARANG AGUNG

KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN)”. Skripsi ini merupakan tugas

akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sedalam-dalamnya dan ucapan hormat yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ibu dan Bapak serta untuk semua keluarga yang telah memberikan dorongan

semangat dan motifasi pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang.

3. Bapak Dr. Sulardi, S.H., M.S.i selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Malang beserta jajaran Pembantu Dekan atas segala

(7)

vii

4. Bapak Sofyan Arief, S.H., M.kn. selaku Dosen Wali yang tanpa mengenal lelah

memberikan nasehat kepada penulis mulai dari awal perkuliahan sehingga dapat

mengakhiri perkuliahan.

5. Kepada yang terhormat ibu Komariah, SH., M.S.i., M.Hum selaku dosen

pembimbing I dan ibu Herwastoeti, SH., M.Si. selaku dosen pembimbing II yang

penuh dengan kesabaran sedikit meluangkan waktu dan tenaga serta pikiran

dalam membimbing penulis, hingga terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu bermanfaat bagi

penulis dan Bapak dan Ibu yang bertugas di Tata Usaha Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Kepada masyarakat nelayan Desa Karang Agung yang sudah meluangkan waktu

untuk bisa di wawancarai untuk mendapat data bagi penulis.

8. Teman seperjuangan dan keluarga kecil LSO Pukash Umm yang selalu

memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis

harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan sehingga skripsi ini dapat memberi

manfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Malang,...

Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ... iv

Ungkapan Pribadi/Motto ... v

Abstraksi ... vi

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum tentang Perjanjian Bagi Hasil ... 17

1. Perjanjian menurut KUH Perdata ... 17

a. Pengertian Perjanjian ... 17

(9)

ix

c. Asas-asas Perjanjian ... 22

d. Berakhirnya Perjanjian ... 25

2. Perjanjian Bagi Hasil Pada Umumnya ... 30

3. Perjanjian Menurut Hukum Adat ... 32

a. Pengertian Perjanjian Adat ... 32

b. Karakteristik Masyarakat Desa ... 33

B. Tinjauan tentang Perjanjian Bagi Hasil menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan ... 35

1. Pengertian Perjanjian Bagi Hasil ... 35

2. Bentuk Perjanjian Bagi Hasil ... 36

3. Besarnya Bagian Perjanjian Bagi Hasil ... 36

4. Jangka Waktu Perjanjian Bagi Hasil ... 38

5. Hak dan Kewajiban Para Pihak ... 38

6. Hal yang Dilarang Perjanjian Bagi Hasil ... 40

C.Tinjauan Umum tentang Wanprestasi ... 40

1. Wanprestasi menurut KUH perdata ... 40

a. Pengertian Wanprestasi ... 40

b. Bentuk Wanprestasi ... 41

c. Akibat Hukum Wanprestasi ... 43

2. Wanprestasi menurut Hukum Adat ... 48

a. Wanprestasi dalam Hukum Adat ... 48

b. Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Pada Umumnya ... 50

(10)

x

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Desa Karang Agung ... 59

B. Penerapan Pasal 3 Ayat (1) Angka 1 Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 1964 Tentang Bagi Hasil Perikanan Antara Nelayan Pemilik dan Nelayan Penggarap di Desa Karang Agung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Jawa

Timur ... 63

1. Bentuk Perjanjian Bagi Hasil ... 63

2. Jenis dan Cara Bagi Hasil Nelayan ... 70

C.Penyelesaian Jika Terjadi Wanprestasi antara Nelayan

Pemilik kepada Nelayan Penggarap terkait tentang Bagi

Hasil ... 77

1. Wanprestasi Nelayan ... 77

2. Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Dikalangan

Nelayan ... 80

D.Persepsi Nelayan Pemilik dan Nelayan Penggarap tentang

Pasal 3 ayat (1) angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun

1964 tentang Bagi Hasil Perikanan ... 86

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 95

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Tugas

Lampiran 2. Surat Observasi/Mencari Data

Lampiran 3. Surat Jawaban Observasi

Lampiran 4. Kartu Kendali Bimbingan

(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasyid Saliman. (et.al.,). 2008. hukum bisnis untuk perusahaan teori dan

contoh kasus. Jakarta. Kencana hal 52

Bushar Muhammad.2000. Pokok-pokok Hukum Adat. Jakarta. PT Pradnya

Paramita. Hal. 61

Bambang Waluyo. 2007. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika. Jakarta.

Hal.6

Dalam Arus Akbar Silondae & Wirawan B Ilyas. 2011. Pokok-Pokok Hukum

Bisinis. Jakarta. Salemba Empat hal 21

Djoko Imbawani Atamaja. 2011. Hukum Dagang Indonesia sejarah,pegertian dan

prinsip-prinsip hukum dagang . Malang. Setara Press hal 41

Fifik Wiryani. 1996. Tesis tentang penyelesaian ekstrayudisial atas suloyo yang

terjadi dalam perjanjian jual beli ikan (Studi kasus pola hubungan petani

tambak dan juragan ikan di Desa Simbatan Kecamatan Tikung Kabupaten

Daerah tingkat II Lamongan Jawa Timur). UMM. Hal 12

Hilman Hadikusuma. 1990. Hukum Perjanjian Adat. Bandung. PT. citra Aditiya

Bakti

Hilman Hadikusuma. 1989. Hukum Pidana Adat. Bandung. PT. alumni. Hal. 94

Hilman Hadikusuma. 1992. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Jakarta. Cv.

Mandara Maju. Hal 242

Komariah. 2010, Hukum Perdata, Malang, UPT Penerbit Universitas

(13)

xiii

Kamus Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional

Sri Hariani. 2003. Tesis tentang system bagi hasil perikanan laut setelah keluarnya

UU no. 16 tahun 1964 didesa purworejo kecamatan boning kabupaten

demak. UNDIP Semarang. Hal 1 dan 3

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI-Press. Jakarta. Hal 12.

Salim H.S. 2003. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta.

Sinar Grafika hal 26

Subekti. 1991. Hukum Perjanjian.jakarta. PT.Intermasa. hal. 64

Sophar Maru Hutagalung.2013. Kontrak Bisnis di Asean pengaruh sistem hukum

common law dan civil law. Jakarta. Sinar Grafika. Hal 65

Salim HS. 2011. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta. Sinar Grafika.

Hal. 180

Subekti.2002. pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta. PT intermasa. Hal150

Soerojo Wignjodipoero. 1995. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta. PT

toko gunung agung. Hal 228

Soepomo. 2000. Bab-bab Tentang Hukum Adat. Jakarta. PT Pradnya Paramita. Hal.

112

INTERNET:

Erik Susanto. hukum kekerabatan dan perjanjian adat. http//scribd.com/ diakses

(14)

xiv

Kisah pilu nelayan terjebak dibawah garis kemiskinan. http:// liputan6.com/ diakses

tanggal 3 november 2014

kemiskinan dan solusinya. http:// Rokhmin Dahuri Information Center.htm/ diakses

tanggal 3 november 2014

Lagi-lagi nelayan dan kemiskinan. http://kompasiana.com/ diakses tanggal 4

november 2014

Penanganan Sengketa Perdata. http:// wordpress.com/ diakses tanggal 10 november

2014

UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1964 Tentang Bagi Hasil Peikanan

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia adalah Negara maritime yang berbentuk kepulauan yang

dikelilingi laut, maupun samudera yang luas sehingga memungkinkan sekali

untuk tempat hidupnya berbagai macam fauna laut. Sebagai Negara kepulauan,

maka tentu Negara Indonesia sebagian tanah airnya terdiri dari perairan dan di

dalam perairan yang luas tersebut terkandung sumber daya alam yang sangat

potensial untuk menunjang upaya peningkatan kesejahteraan serta

kemakmuran rakyat. Sejak Indonesia merdeka, pemerintahan Republik

Indonesia berupaya untuk mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur.

Melalui pembagunan yang akan digiatkan ini, diharapkan cita-cita tersebut

diatas dapat tercapai. Salah satu produk hukum yang diharapkan bisa

mendorong tercapainya masyarakat adil dan makmur adalah Undang-Undang

Bagi Hasil Perikanan (UU No. 16 tahun 1964). Sebagimana undang-undang ini

mengatur bagi hasil untuk kalangan nelayan dan petani tambak. Berkaitan

dengan itu penelitian ini dikhususkan pada bagi hasil nelayan.1

Undang-Undang No 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan ini

adalah upaya yang dilakukan pemerintah sebagi salah satu usaha untuk menuju

ke arah perwujudan masyarakat sosialis Indonesia pada umumnya, khususnya

untuk meningkatkan taraf hidup para nelayan penggarap dan penggarap tambak

1 Sri Hariani. 2003. Tesis tentang system bagi hasil perikanan laut setelah keluarnya

(16)

2

serta memperbesar produksi ikan, maka pengusahaan perikanan secara bagi

hasil, baik perikanan laut maupun perikanan darat, harus diatur hingga

menghilangkan unsur-unsurnya yang bersifat pemerasan dan semua pihak yang

turut serta masing-masing mendapat bagian yang adil dari usaha itu.

Undang-undang bagi hasil peikanan nomor 16 tahun 1964 mengatur perjanjian bagi

hasil perikanan anatar nelayan pemilik dan nelayan penggarap atau pemilik

tambak dan penggarap tambak, menurut perjanjian mana mereka

masing-masing menerima bagian dari hasil usaha tersebut menurut imbangan yang

telah disetujui sebelumnya.

Di dalam perjanjian bagi hasil perikanan, nelayan-nelayan penggarap

sangat tergantung pada pemilik kapal (nelayan pemilik). Dalam prakteknya

penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan pertama kali harus dijual

kemudian hasil penjualan tersebut dibagi antara nelayan pemilik dan nelayan

penggarap.

Undang-Nndang Nomor 16 tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan

pasal 3 ayat (1) angka 1 disebutkan:

jika suatu usaha perikanan diselenggarakan atas dasar perjanjian bagi hasil, maka dari hasil usaha itu kepada pihak nelayan penggarap dan penggarap tambak paling sedikitharus diberikan bagian sebagai berikut:

a. Jika dipergunakan perahu layar. Minimum 75% (tujuh puluh lima

persen) dari hasil bersih.

b. Jika dipergunakan kapal motor.minimum 40% (empat puluh

(17)

3

Dari pasal di atas yang dimaksud dengan hasil bersih adalah bagi

perikanan laut : hasil ikan yang diperoleh dari penangkapan, yang setelah

diambil sebagian untuk “lawuan” para nelayan penggarap menurut kebiasaan

setempat, dikurangi dengan beban-beban yang menjadi tanggungan bersama

nelayan-nelayan dan para nelayan penggarap, sebagaimana yang ditetapkan

didalam pasal 4 angka 1huruf a, yang dimaksud beban-beban tanggungan

bersama nelayan-nelayan dan para nelayan penggarap adalah:

1. Beban-beban yang menjadi tanggungan bersama dari nelayan pemilik dan

pihak nelayan penggarap : ongkos lelang, uang rokok/jajan dan biaya

perbekalan untuk para nelayan penggarap selama di laut, biaya untuk

sedekah laut (selamatan bersama) serta iuran iuran yang disahkan oleh

pemerintah daerah tingkat II yang bersangkuatan seperti untuk koprasi, dan

pembagunan perahu/kapal,dana kesejahteraan, dana kematian dan lain-lain.

2. Beban-beban yang menjadi tanggungan nelayan pemilik : ongkos

pemeliharaan dan perbaikan perahu/kapal serta alat-alat lain yang

dipergunakan, penyusutan dan biaya eksploitasi usaha penangkapan, seperti

untuk pembelian solar, minyak, es dan lain sebaginya.

Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan garis

pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang kedua setelah Kanada), Indonesia,

sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah pesisir (Coastal Zone). Adanya

wilayah pesisir ini justru berdampak pada banyaknya masyarakat miskin yang

bermata pencaharian sebagai nelayan. Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai

(18)

4

kehidupan perekonomiannya bergantung pada pemanfaatan sumber daya laut

dan pesisir. Pada dasarnya, masyarakat pesisir ini tidak hanya difokuskan pada

nelayan saja, melainkan juga pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya,

pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan,

penjual jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, serta kelompok masyarakat

lainnya yang memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan pesisir untuk

menyokong kehidupannya.2

Kelompok nelayan tergabung dalam Himpunan Nelayan Seluruh

Indonesia (HNSI) mengungkapkan 21 juta nelayan masih terjebak di bawah

garis kemiskinan. Angka itu sekitar 56,7 persen dari total nelayan di Indonesia

yang mencapai 37 juta orang.3

Banyak faktor yang menyebabkan mayoritas nelayan di Indonesia

masih terlilit derita kemiskinan. Sejumlah faktor itu dapat dikelompokkan

menjadi tiga4:

1. Faktor teknis

2. Faktor kultural

3. Faktor struktural.

tataran praktis, nelayan miskin karena pendapatan (income) nya lebih

kecil dari pada pengeluaran untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga dan

diri nya dalam kurun waktu tertentu. Sejauh ini pendapatan nelayan,

2 Lagi-lagi nelayan dan kemiskinan. http://kompasiana.com/ diakses tanggal 4

november 2014

3 Kisah pilu nelayan terjebak dibawah garis kemiskinan. http:// liputan6.com/ diakses

tanggal 3 november 2014

4 kemiskinan dan solusinya. http:// Rokhmin Dahuri Information Center.htm/ diakses

(19)

5

khususnya nelayan tradisional dan nelayan ABK dari kapal ikan

komersial/modern (diatas 30 GT), pada umumnya kecil (kurang dari Rp 1

juta/bulan) dan sangat fluktuatif alias tidak menentu.

Secara teknis, pendapatan nelayan bergantung pada nilai jual ikan

hasil tangkap dan ongkos (biaya) melaut. Selanjutnya, nilai jual ikan hasil

tangkapan ditentukan oleh ketersediaan stok ikan di laut, efisiensi tekonologi

penangkapan ikan, dan harga jual ikan. Sedangkan, biaya melaut bergantung

pada kuantitas dan harga dari BBM, perbekalan serta logistik yang dibutuhkan

untuk melaut yang bergantung pula pada ukuran (berat) kapal dan jumlah awak

kapal ikan. Selain itu, nilai investasi kapal ikan, alat penangkapan, dan

peralatan pendukungnya sudah tentu harus dimasukkan kedalam perhitungan

biaya melaut.

Kultur (etos kerja) nelayan pada umumnya juga belum sejalan dengan

etos kemajuan dan kesejahteraan. Dari sisi pengeluaran, rata-rata ukuran

keluarga nelayan adalah 5 jiwa (orang) yang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 anak,

lebih besar ketimbang rata-rata ukuran keluarga secara nasional yang hanya 4

jiwa. Lebih dari itu, kebanyakan nelayan juga lebih boros dibandingkan

dengan petani, dan nelayan enggan untuk menabung. Dari sisi pendapatan,

banyak nelayan yang ketika suatu hari atau trip mendapatkan banyak ikan, lalu

hari atau trip berikutnya tidak mau ke laut mencari ikan. Demikian juga

halnya, saat musim paceklik ikan, nelayan pada umumnya segan atau tidak

mau bekerja di sektor ekonomi lainnya, seperti budidaya tambak, pertanian

(20)

6

nelayan yang resisten alias tidak mau menerima inovasi teknologi baru, baik

yang berkaitan dengan teknologi penangkapan, pengelolaan lingkungan hidup,

maupun manajemen keuangan keluarga. Semua ini membuat banyak keluarga

nelayan yang pola hidupnya ibarat ‘lebih besar pasak dari pada tihang’.

Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang umumnya rendah diyakini menjadi

penyebab utama mengapa banyak keluarga nelayan memiliki budaya yang

berlawanan dengan etos kemajuan dan kesejahteraan.

Faktor yang boleh jadi merupakan penyebab dominan dari kemiskinan

nelayan adalah yang bersifat struktural, yakni kebijakan dan program

pemerintah yang tidak kondusif bagi kemajuan dan kesejahteraan nelayan.

Mahal dan susah didapatkannya BBM, alat tangkap, beras, dan perbekalan

melaut lainnya bagi nelayan, terutama nelayan di luar Jawa, wilayah

perbatasan, dan pulau-pulau kecil terpencil, merupakan bukti nyata dari

minimnya kepedulian pemerintah kepada nelayan. Demikian juga halnya

dengan sumber modal. Sampai saat ini nelayan, terutama yang tradisional,

masih sangat sulit atau tidak bisa mendapatkan pinjaman kredit dari

perbankan. Bayangkan, kapal ikan yang terbuat dari kayu, sebesar apapun,

belum bisa dijadikan sebagai agunan. Prasarana pendaratan ikan atau

pelabuhan yang memenuhi persyaratan santitasi dan higienis yang dilengkapi

dengan industri hilir (pengolahan hasil perikanan) juga masih terbatas bagi

nelayan. Harga jual ikan yang sangat fluktuatif (tak menentu) juga belum

(21)

7

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melihat bagaimana masalah

kemiskinan nelayan di Desa Karang Agung Kecamatan Palang KabuPaten

Tuban yang dimana di Desa ini masyarakatnya rata-rata berprofesi sebagai

nelayan sehingga peneliti ingin mengetahui secara langsung apakah bagi hasil

yang dilakukan oleh nelayan pemilik dan nelayan penggarap sudah

mensejaterahkan masyarakat pesisir di Desa Karang Agung Kecamatan Palang

Kabupaten Tuban.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakang tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pasal 3 ayat (1) angka 1 undang-undang nomor 16

tahun 1964 tentang bagi hasil perikanan antara nelayan pemilik dan nelayan

penggarap di Desa Karang Agung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban

Jawa Timur ?

2. Bagaimana penyelesaian jika terjadi Wanprestasi antara nelayan pemilik

kepada nelayan penggarap terkait tentang bagi hasil ?

3. Bagaimana persepsi nelayan pemilik dan nelayan penggarap tentang Pasal 3

ayat (1) angaka 1 undang-undang nomor 16 tahun 1964 tentang Bagi Hasil

Perikanan ?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan pasal 3 ayat (1) angka 1 undang-undang bagi

hasil perikanan anatara nelayan pemilik dan nelayan penggarap di Desa

(22)

8

2. Untuk mengetahui penyelesaian jika terjadi wanprestasi antara nelayan

pemilik dan nelayan penggarap terkait tentang bagi hasil.

3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi para nelayan pemilik dan penggarap

tentang undang-undang bagi hasil perikanan.

D.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian hukum ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini merupakan sarana pembelajaran dan pengembangan

ilmu pengetahuan penulis sehingga penulis dapat mengikuti

pengembangan hukum dalam bidang hukum perdata terutama yang

berhubungan dengan bagi hasil peikanan.

b. Menambah literature yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan penulis terhadap permasalahan yang diangkat mengenai bagi

hasil perikanan antara nelayan pemilik dan nelayan penggarap. Dan juga

sebagai untuk penyelesaian Tugas Akhir untuk mendapat gelar

kesarjanaan strata satu (S1) dalam bidang Hukum di Fakultas Hukum

(23)

9

b. Bagi Pembentuk Undang-Undang

Penelitian ini diharapkan ada peninjauan kembali terhadap

Undang-Undang yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk

melaksanakan suatu peraturan perundang-undangan dengan baik,

sehingga dapat tercapainnya Asas Keadilan, Asas Kemanfaatan dan Asas

Kepastian Hukum.

c. Bagi Nelayan pemilik dan nelayan penggarap

Bagi para nelayan pemilik dan nelayan penggarap agar

mengetahui bahwa bagi hasil perikanan yang dilakukan antara Nelayan

tidak ada penyimpangan dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

E.Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

sosiologis yakni melihat hukum yang didasarkan pada ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan dikaitkan dengan teori hukum serta

dengan melihat realita yang ada dimasyarakat.5

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menggali keterangan dari

berbagai pihak terkait sebagai kajian dalam proses pembahasan dengan

membandingkan teori dan kenyataan dan berdasarkan perundang-undangan

yang berlaku, serta dikaiykan dengan teori-teori hukum dan dengan melihat

realita yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini.

5 Bambang Waluyo. 2007. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika. Jakarta.

(24)

10

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Karang Agung Kecamatan Palang

Kabupaten Tuban. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa di

Desa Karang Agung mayoritas penduduknya adalah masyarakat nelayan

yang dimana pembagi hasil perikanannya tidak sesuai dengan

undang-undang. dan juga peneliti ingin mengetahui pembagian hasil penangkapan

ikan dalam praktek yang sesungguhnya.

3. Sumber Data

Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan supaya peneliti

dapat memperoleh data yang relevan dan akurat. Adapun teknik

pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh lasung dari hasil

wawancara dengan narasumber.6 Sumber data ini diperoleh dari para

nelayan pemilik dan nelayan penggarap di Desa Karang Agung

Kecamatan palang Kabupaten Tuban kemudian data ini diolah oleh

peneliti.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah merupakan data yang diperoleh dari

Undang-Undang, dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang

(25)

11

berhubungan dengan penelitian dalam bentuk skripsi,tesis,dan peraturan.7

Diantara adalah :

1) UU No. 16 tahun 1964 tentang bagi hasil perikanan

2) KUHPerdata

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian

ini adalah :

a. Wawancara

Teknik pengambilan data diperoleh dari penjelasan para nelayan

pemilik dan nelayan penggarap dan memahami permasalahan yang

berkaitan dengan objek penelitian. Wawancara juga bisa disebut metode

bertatap muka dengan responden untuk menanyakan fakta-fakta yang

ada, pendapat maupun persepsi dari responden. Hasil Wawancara yaitu

pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan wawancara semi struktur

terhadap responden. Wawancara langsung dalam pengumpulan fakta

sosial sebagai bahan kajian ilmu hukum empiris, dilakukan dengan tanya

jawab secara langsung dimana semua pertanyaan lebih bebas dengan

tujuan untuk menemukan permasalahan secara terbuka sesuai dengan isu

hukum yang diangkat dalam penelitian.

Populasi responden tersebut diantaranya :

Masyarakat Desa Karang Agung yang berprofesi sebagai

nelayan penggarap dan nelayan pemilik sebesar 2045 dengan memilih 20

(26)

12

responden dengan cara random sampling. Random sampling merupakan

salah satu metode dalam pengambilan sampeldari suatu populasi.

Penentuan sampel yaitu secara acak dari responden yang akan di tempat

penelitian.

Untuk lebih jelasnya mengenai responden nelayan pemilik dan

nelayan penggarap di Desa Karang Agung akan digambarkan dalam tabel

berikut:

Tabel 1. 1

(27)

13

Penulis menanyakan beberapa pertanyaan kepada responden

yang berkaitan dengan penelitian diantaranya :

1) Apakah saudara mengetahui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1964

tentang bagi Hasil Perikanan ?

2) Bagaimana bagi hasil yang anda lakukan ?

3) Apakah bagi hasil yang dilakukan sudah adil ?

4) Apakah didalam bagi hasil yang anda lakuakan pernah mengalami

Suloyo atau wanprestasi ?

(28)

14

6) Bagaimana presepsi anda tentang Undang-Undang Nomor 16 tahun

1964 Tentang Bagi hasil Periakanan, apakah adil atau tidak ?

b. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data-data yang dimiliki oleh pihak yang berkaitan

langsung dengan penelitian.

c. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penelitian untuk

menghimpun informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Informasi itu dapat diperoleh seperti dari buku-buku atau literatur.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah tahap yang sangat penting dan menentukan

dalam setiap penelitian. Seluruh data yang terkumpul diolah sedemikian

rupa sehingga tercapai suatu kesimpulan. Teknik analisa data yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif Kualitatif adalah

mendiskripsikan danmenganalisa apa yang dinyatakan oleh responden

secara tertulis atau lisan dan prilaku nyata.8 Analisa data kualitatif ini dapat

dilakukan dengan pengumpulan data-data yang telah diperoleh, kemudian

dihubungkan dengan literatur-literaturyang ada hubungannya dengan

masalah yang diteliti. Kemudian dicari pemecahannya dengan cara

menganalisa, yang pada akhirnya akan dicapai kesimpulan untuk

menentukan hasilnya.

(29)

15

F.Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penelitian ini disusun secara sistematis secara

berurutan sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas dan terarah, adapun

sistematika penulisan mulai dari BAB I hingga BAB IV dalam penelitian ini

secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka yang meliputi deskripsi dan uraian

mengenai bahan-bahan teori, doktrin atau pendapat sarjana dan kajian yuridis

berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku terkait dengan permasalahan yang

akan dijadikan penulisan hukum, yaitu tinjauan tentang perjanjian, Tinjauan

tentang bagi hasil peikanan, tinjauan tentang wanprestasi.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan tentang permasalahan yang diteliti serta pemaparan

hasil penelitian terhadap bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan

berdasarkan pada teori dan kajian pustaka, yaitu Gambaran Umum lokasi

penelitian, penyelesaian wanprestasi dalam bagi hasil perikanan, dan pendapat

para nelayan tentang bagi hasil perikanan yang ada di dalam Undang-Undang

(30)

16

BAB IV PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi,

kesimpulan ini merupakan kesimpulan dari semua hal yang telah diuraikan

dalam bab-bab sebelumnya dan saran yang berkaitan dengan masalah yang

Gambar

Tabel 1. 1

Referensi

Dokumen terkait

Kebolehpercayaan Persepsi Melayu terhadap Cina dalam Kajian Rintis dan Kajian Sebenar Kebolehpercayaan Persepsi Cina terhadap Melayu dalam Kajian Rintis dan Kajian

Hopper adalah tempat untuk menempatkan material plastik, sebelum masuk ke barrel, biasanya untuk menjaga kelembapan material plastik, digunakan tempat penyimpanan khusus

Hasil regersi logistik menenjukan bahwa faktor penyebab unmet need KB daerah perkotaan dan daerah perdesaan berbeda Faktor yang paling mempengaruhi unmet need KB di

Namun peristiwa yang terjadi dalam Kisah Para Rasul 2:4 harus dipahami sebagai sebuah penggenapan atas janji Bapa yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 1:5,

menerima dampak baik dari kegiatan eksport- import antar pulau maupun kebutuhan hunian oleh penduduknya sendiri, disamping mempunyai fungsi ekologis tersendiri yang penting

Elliot ei itse asiassa niinkään sano, että ennallistettu luonto olisi vähemmän arvokasta kuin alkuperäinen luonto: oikeastaan hän väittää, ettei se ole enää lainkaan

kesehatan kerja perusahaan dalam keadaan darurat, peraturan tentang dampak lingkungan, peralatan (boiler dan sistem bahan bakar biomasa) dan komponennya,

Selat Malaka bagian Utara, Perairan Lhokseumawe, Perairan P.Simeulue - Meulaboh, Perairan Kep.Nias dan Kep.Mentawai, Perairan Bengkulu dan P.Enggano, Perairan Barat Lampung,