PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN
(Above Ground Biomass) PADA BEBERAPA RUANG TERBUKA
HIJAU DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh :
YOSSICA TEISSA 091201109
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judu l Skripsi : Pendugaan Cadangan Karbon di Atas Permukaan (Above Ground Biomass) Pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan Nama : Yossica Teissa
Nim : 091201109
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
(Rahmawaty S.Hut., M.Si,P.hd) (Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf M.P)
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
YOSSICA TEISSA : Pendugaan Cadangan Karbon (Above Ground Biomass) pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan ABDUL RAUF.
Sebagai unsur Ruang Terbuka Hijau, hutan kota dan taman kota diharapkan dapat menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan, terutama mereduksi kebisingan dan menurunkan gas rumah kaca. Untuk mengetahui berapa besar peranan ruang terbuka hijau (RTH) dalam menyerap karbon di perkotaan maka dilakukan penelitian tentang pendugaan cadangan karbon pada RTH di Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada areal RTH Kota Medan, yaitu Taman kota Teladan, Taman Kota Lapangan Merdeka, dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika pada bulan Mei-Desember 2013 dengan menggunakan metode purposive sampling, sensus, non-destructive, dan overlay. Parameter yang dianalisis adalah diameter, tinggi, biomassa total (Ton/Ha), dan Karbon tersimpan (Ton/Ha).
Hasil penelitian menunjukkan nilai Karbon tersimpan tertinggi dengan jumlah 92,14817 Ton/Ha terdapat pada Taman Kota Lapangan Merdeka dengan Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) menjadi vegetasi yang paling besar menyimpan karbon dengan nilai 65,13422 Ton/Ha. Jenis vegetasi pohon yang menyimpan karbon terbanyak adalah Rambai Hutan (Baccaurea angulata Merr) dengan nilai karbon tersimpan 10,79006 Ton/Ha dan jenis vegetasi bukan pohon
yang paling banyak menyimpan karbon adalah Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) dengan nilai karbon tersimpan 65,13422 Ton/Ha.
ABSTRACT
YOSSICA TEISSA : Estimate of Carbon Stocks (Above Ground Biomass) on greenery open space (GOS) in the city of Medan. Under Supervision of RAHMAWATY and ABDUL RAUF.
As an element of greenery open space, urban forests and city parks is expected to address the problem in an urban environment, mainly to reduce noise and lower greenhouse gases. To find out how much the role of green open space (RTH) to absorb carbon in the urban study concerning estimation of carbon stocks in the greenery space in the city of Medan. The research was conducted in the area of green space Medan, that is Teladan City Park, Lapangan Merdeka City Park, Bumi Perkemahan Pramuka Cadika Urbant Forest in May-December 2013 using purposive sampling method, census, non-destructive, and overlay. The parameters analyzed were the diameter, height, total biomass (tons / ha), and Carbon stored (Ton / Ha).
The results showed the highest value of carbon stocks 92,14817 tons / ha located on City Park Lapangan Merdeka with Yellow Bamboo (Bambusa vulgaris) be the greatest vegetation carbon stocks is 65,13422 Ton/Ha. Vegetation types of trees to stocks carbon is the most Rambai Hutan (Baccaurea angulata Merr) is of the carbon stocked 10,79006 Ton / Ha and type of vegetation instead of trees to stocks carbon is the most widely Yellow Bamboo (Bambusa vulgaris) with a value of 65,13422 Ton/Ha of carbon stocks.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian
yang berjudul “Pendugaan Cadangan Karbon di Atas Permukaan (Above Ground Biomass) pada Ruang Terbuka Hijau Di Kota Medan”.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rahmawaty S.Hut,M.Si.,Ph.D., Sebagai Ketua komite pembimbing skripsi dan Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf M.P sebagai anggota komite pembimbing,
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan hasil penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini, serta
kepada teman-teman di Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan pembuatan hasil penelitian ini tak lepas dari segala kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan hasil penelitian ini. Semoga dengan segala kekurangannya
DAFTAR ISI
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Biomassa dan Perubahan Iklim ... 4
Upaya Penanggulangan ... 5
Peranan Hutan ... 6
Cadangan Karbon ... 7
Penggunaan Metode ... 11
Ruang Terbuka Hijau... 11
Hutan Kota dan Taman Kota ... 14
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 20
Alat dan Bahan Penelitian ... 22
Metode Penelitian ... 22
Prosedur Penelitian ... 23
Pengumpulan Data ... 23
Analisa Data... 24
Perhitungan nilai Biomassa dan cadangan Karbon ... 25
Pembuatan Peta Penyebaran Vegetasi pada RTH di Kota Medan ... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Vegetasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Medan ... 29
RTH Taman Kota Teladan ... 32
RTH Taman Kota Lapangan Merdeka ... 33
RTH Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika ... 34
Biomassa dan Karbon Tersimpan ... 39
Peta Penyebaran Vegetasi di RTH Penelitian ... 47
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 51
Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Data primer dan Data Sekunder yang digunakan dalam penelitian ... 24 2. Model Alometrik Spesifik dan Umum dari Jenis
Vegetasi Pohon maupun Vegetasi Bukan Pohon ... 25 3. Total Biomassa Beberapa Jenis Rumput di Daerah Tropika ... 26 4. RTH Kota Penelitian Berdasarkan Kawasan Lindung Kota Medan .... 30 5. Jenis Vegetasi Pohon dan Bukan Pohon
pada RTH Taman Kota Teladan ... 32
6. Jenis Rumput dan Semak pada
RTH Taman Kota Teladan ... 32
7. Jenis Vegetasi Pohon dan Bukan Pohon pada
RTH Taman Kota Lapangan Merdeka ... 33 8. Jenis Rumput dan Semak pada RTH Taman Kota
Lapangan Merdeka ... 34 9. Jenis Vegetasi Pohon dan Bukan Pohon pada
RTH Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika ... 35 10.Jenis Pohon pada RTH Taman Kota Teladan, Taman Kota Lapangan
Merdeka dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika... 36 11.Jenis Vegetasi Bukan Pohon Pada RTH Taman Kota Teladan,
Taman Kota Lapangan Merdeka, dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika ... 38 12.Jenis Rumput dan Semak pada RTH Taman Kota Teladan,
Taman Kota Lapangan Merdeka dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika ... 39 13.Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Taman Kota Teladan .... 40 14.Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Taman Kota
Lapangan Merdeka ... 41 15.Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Hutan Kota Bumi
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Peta Lokasi Penelitian... 19 2. Diagram Alir Penelitian ... 28
3. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan
pada Taman Kota Teladan, Taman Kota Lapangan Merdeka
dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika ... 44
4. Peta Sebaran Vegetasi di Taman Kota Teladan ... 48
5. Peta Sebaran Vegetasi di Taman Kota Lapangan Merdeka ... 49 6. Peta Sebaran Vegetasi di Hutan Kota Bumi
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan ... 57
2. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Taman Kota Teladan ... 57
3. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Taman Kota Lapangan Merdeka ... 59
4. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika ... 61
5. Nilai Total Biomassa dan Karbon Tersimpan Pada RTH Kota ... 63
6. Berat Jenis Vegetasi ... 64
ABSTRAK
YOSSICA TEISSA : Pendugaan Cadangan Karbon (Above Ground Biomass) pada Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan ABDUL RAUF.
Sebagai unsur Ruang Terbuka Hijau, hutan kota dan taman kota diharapkan dapat menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan, terutama mereduksi kebisingan dan menurunkan gas rumah kaca. Untuk mengetahui berapa besar peranan ruang terbuka hijau (RTH) dalam menyerap karbon di perkotaan maka dilakukan penelitian tentang pendugaan cadangan karbon pada RTH di Kota Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada areal RTH Kota Medan, yaitu Taman kota Teladan, Taman Kota Lapangan Merdeka, dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika pada bulan Mei-Desember 2013 dengan menggunakan metode purposive sampling, sensus, non-destructive, dan overlay. Parameter yang dianalisis adalah diameter, tinggi, biomassa total (Ton/Ha), dan Karbon tersimpan (Ton/Ha).
Hasil penelitian menunjukkan nilai Karbon tersimpan tertinggi dengan jumlah 92,14817 Ton/Ha terdapat pada Taman Kota Lapangan Merdeka dengan Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) menjadi vegetasi yang paling besar menyimpan karbon dengan nilai 65,13422 Ton/Ha. Jenis vegetasi pohon yang menyimpan karbon terbanyak adalah Rambai Hutan (Baccaurea angulata Merr) dengan nilai karbon tersimpan 10,79006 Ton/Ha dan jenis vegetasi bukan pohon
yang paling banyak menyimpan karbon adalah Bambu Kuning (Bambusa vulgaris) dengan nilai karbon tersimpan 65,13422 Ton/Ha.
ABSTRACT
YOSSICA TEISSA : Estimate of Carbon Stocks (Above Ground Biomass) on greenery open space (GOS) in the city of Medan. Under Supervision of RAHMAWATY and ABDUL RAUF.
As an element of greenery open space, urban forests and city parks is expected to address the problem in an urban environment, mainly to reduce noise and lower greenhouse gases. To find out how much the role of green open space (RTH) to absorb carbon in the urban study concerning estimation of carbon stocks in the greenery space in the city of Medan. The research was conducted in the area of green space Medan, that is Teladan City Park, Lapangan Merdeka City Park, Bumi Perkemahan Pramuka Cadika Urbant Forest in May-December 2013 using purposive sampling method, census, non-destructive, and overlay. The parameters analyzed were the diameter, height, total biomass (tons / ha), and Carbon stored (Ton / Ha).
The results showed the highest value of carbon stocks 92,14817 tons / ha located on City Park Lapangan Merdeka with Yellow Bamboo (Bambusa vulgaris) be the greatest vegetation carbon stocks is 65,13422 Ton/Ha. Vegetation types of trees to stocks carbon is the most Rambai Hutan (Baccaurea angulata Merr) is of the carbon stocked 10,79006 Ton / Ha and type of vegetation instead of trees to stocks carbon is the most widely Yellow Bamboo (Bambusa vulgaris) with a value of 65,13422 Ton/Ha of carbon stocks.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global atau yang sering disebut dengan global warming masih
sangat hangat dibicarakan oleh semua pihak, pemanasan global (global warming) itu sendiri adalah suatu proses meningkatnya
daratan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut karena mencairnya es di kutub, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola
Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim merupakan salah
satu permasalahan lingkungan, khususnya permasalahan lingkungan yang terjadi di perkotaan. Kota merupakan pusat berbagai aktivitas manusia dan tempat konsentrasi penduduk yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Sebuah kota mempunyai fungsi majemuk, dapat sebagai pusat populasi, perdagangan, pemerintahan, industri maupun pusat budaya dari suatu wilayah.
Pembangunan kota ditandai dengan pembangunan berbagai sarana dan
prasaran fisik sebagai penunjang aktivitas penduduk kota. Masalah fisik ruang kota tercermin dari semakin meningkatnya intensitas ruang terbangun kota dan
berkurangnya ruang terbuka hijau kota. Dampak dari perubahan tersebut mengakibatkan semakin menurunnya kualitas lingkungan perkotaan.
Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan yang memiliki
kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 menyatakan luas wilayah Kota Medan
kepadatan penduduk sebesar 7.913jiwa/km2. Dampak yang paling nyata akibat
pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik Kota Medan saat ini adalah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan meningkatnya konsumsi
energi fosil yang memungkinkan lingkungan hidup kota menjadi tercemar.
Pencemaran udara yang disertai dengan meningkatnya kadar CO2 di udara akan menjadikan lingkungan kota yang tidak sehat dan dapat menurunkan
kesehatan manusia, oleh karena itu konsentrasi gas CO2 di udara harus diupayakan tidak terus bertambah naik. Salah satu cara untuk mereduksi CO2 di
daerah perkotaan adalah mengurangi emisi karbon dan membangun Hutan Kota (Dahlan, 1992). Sebagai unsur Ruang Terbuka Hijau, hutan kota dan taman kota diharapkan dapat menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan, terutama
mereduksi kebisingan dan menurunkan gas rumah kaca.
Adanya RTH di perkotaan merupakan salah satu upaya penyerapan karbon
dari emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan (Goldmisth dan Hexter, 1967). Diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udara perkotaan berasal dari
kendaraan bermotor (Krishnayya dan Bedi, 1986). Untuk mengetahui berapa besar peranan RTH dalam menyerap karbon di perkotaan maka dilakukan
Tujuan Penelitian
1. Memetakan jenis vegetasi dan penyebarannya pada RTH Taman Kota Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan Kota Bumi
Perkemahan Pramuka Cadika.
2. Menghitung cadangan karbon di atas permukaan (above ground biomass) pada RTH Taman Kota Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan Kota
Bumi Perkemahan Pramuka Cadika.
3. Mengevaluasi jenis vegetasi dan penyebarannya pada RTH Taman Kota
Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika.
.
Manfaat Penelitian
1. Menambah informasi baru tentang simpanan karbon yang terdapat pada RTH
Taman Kota Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika.
2. Sebagai acuan bagi pihak Dinas Pertamanan Kota Medan untuk menanam
jenis yang lebih baik dalam penyerapan karbon di RTH Taman Kota Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka
Cadika..
3. Sebagai informasi bagi dunia pendidikan, penelitian, dan lembaga terkait dalam pengelolaan sumber daya alam.
TINJAUAN PUSTAKA
Biomassa dan Perubahan Iklim
Biomassa adalah jumlah bahan organik yang diproduksi oleh organisme
(tumbuhan) per satuan unit area pada suatu saat. Biomassa bisa dinyatakan dalam ukuran berat seperti berat kering dalam satuan gram atau dalam kalori. Oleh
karena kandungan air yang berbeda di setiap tumbuhan maka biomassa diukur berdasarkan berat kering. Unit satuan biomassa adalah gr per m2 atau ton per ha (Brown, 1997). Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90 % biomassa
yang terdapat dalam hutan berbentuk pokok kayu, dahan, daun, akar, sampah hutan (serasah), hewan dan jasad renik (Arief, 2005). Biomassa ini merupakan
tempat penyimpanan karbon dan disebut rosot karbon (carbon sink). Namun, pencemaran lingkungan, pembakaran hutan dan penghancuran lahan-lahan hutan yang luas di berbagai benua di bumi, telah mengganggu proses penyimpanan
karbon tersebut. Akibat dari itu, karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas ke dalam atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2 dari udara melalui fotosintesis hutan berkurang. Selain akibat tersebut, intensitas Efek
Rumah Kaca (ERK) akan ikut naik dan meyebabkan naiknya suhu permukaan bumi. Hal inilah yang memicu tuduhan bahwa kerusakan hutan tropik telah
menyebabkan pemanasan global (Soemarwoto, 2001).
Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan
mencapai tingkat yang membahayakan iklim bumi dan keseimbangan ekosistem
(Hairiah dan Rahayu, 2007)
Upaya Penanggulangan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim
yang terjadi saat ini adalah dengan cara meningkatkan penyerapan karbon
(Sedjo dan Salomon, 1988 dalam Rahayu et al. (2006) dan menurunkan emisi karbon (Lasco, 2004 dalam Rahayu et al. (2006). Penurunan emisi karbon dapat
dilakukan dengan mempertahankan cadangan karbon yang telah ada (mengelola hutan lindung, mengendalikan deforestasi, menerapkan praktek silvikultur yang baik, mencegah degradasi lahan gambut dan memperbaiki pengelolaan cadangan
bahan organik tanah), meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman tanaman berkayu dan mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang dapat
diperbarui secara langsung maupun tidak langsung (angin, biomassa, aliran air), radiasi matahari, atau aktivitas panas bumi.
Peningkatan penyerapan cadangan karbon dapat dilakukan dengan
meningkatkan pertumbuhan biomassa hutan secara alami, menambah cadangan kayu pada hutan yang ada dengan penanaman pohon atau mengurangi pemanenan
kayu dan mengembangkan hutan dengan jenis pohon yang cepat tumbuh (Sedjo dan Salomon, 1988 dalam Rahayu et al. (2006). Karbon yang diserap oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomassa kayu, sehingga cara yang paling mudah
Peranan Hutan
Pohon memegang peranan yang sangat penting dalam komunitas hutan dan berfungsi sebagai penyangga kehidupan, baik dalam mencegah erosi, dan
menjaga stabilitas iklim global. Tumbuhan memerlukan sinar matahari, gas asam arang (CO2) yang diserap dari udara serta air dan hara yang diserap dari dalam tanah untuk kelangsungan hidupnya. Melalui proses fotosintasis, CO2 di udara
diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun,
batang, ranting, bunga dan buah. Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi (Csequestration). Dengan demikian mengukur jumlah karbon (C) yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup
(biomasa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfir yang diserap oleh tanaman. Jumlah C tersimpan antar lahan berbeda-beda,
tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan C pada suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah C tersimpan di
atas tanah (biomasa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah C tersimpan di dalam tanah (bahan organik tanah, BOT) (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Peranan hutan sebagai penyerap karbon mulai menjadi sorotan pada saat bumi dihadapkan pada persoalan efek rumah kaca, berupa kecenderungan peningkatan suhu udara atau biasa disebut sebagai pemanasan global. Penyebab
kesetimbangan radiasi berubah dan suhu bumi menjadi lebih panas
(Adinugroho et al. 2010).
Secara umum hutan dengan ”net growth” (terutama dari pohon-pohon
yang sedang berada pada fase pertumbuhan) mampu menyerap lebih banyak CO2, sedangkan hutan dewasa dengan pertumbuhan yang kecil hanya menyimpan stock karbon tetapi tidak dapat menyerap CO2 berlebih/ekstra (Kyrklund, 1990). Dengan adanya hutan yang lestari maka jumlah karbon (C) yang disimpan akan semakin banyak dan semakin lama. Oleh karena itu, kegiatan penanaman vegetasi
pada lahan yang kosong atau merehabilitasi hutan yang rusak akan membantu menyerap kelebihan CO2 di atmosfer.
Cadangan Karbon
Cadangan karbon adalah kandungan karbon yang tersimpan baik itu pada
permukaan tanah sebagai biomasa tanaman, sisa tanaman yang sudah mati (nekromassa) maupun dalam tanah sebagai bahan organik tanah. Perubahan wujud karbon ini kemudian menjadi dasar untuk menghitung emisi, dimana sebagian
besar unsur karbon (C) yang terurai ke udara biasanya terkait dengan O2 (oksigen) dan menjadi CO2 (karbondioksida). Menurut Hairiah dan Rahayu (2007)
konsentrasi karbon (C) dalam bahan organik biasanya sekitar 46 %, oleh karena itu estimasi jumlah C tersimpan per komponen dapat dihitung dengan mengalikan total berat massanya dengan konsentrasi C. Palm et al (1999) mengemukakan
bahwa pohon hutan menyimpan 50-80% karbon namun akumulasinya dipengaruhi oleh jenis, tanah, iklim dan manajemen. Biomassa di atas tanah adalah jumlah
fungsi sistem produktivitas, umur, tegakan dan alokasi bahan organik serta
strategi pemidahan (Citron dan Navelli, 1984). Pendugaan cadangan karbon diatas permukaan terlebih dahulu diduga jumlah biomassa vegetasi. Pendugaan biomassa vegetasi ini menggunakan persamaan allometrik : BK=0,11ρ D2.62
(Kettering, 2001 dalam Hairiah 2007) keterangan :
BK = Biomassa pohon (kg) D = Diameter setinggi dada (cm) ρ = Berat jenis kayu
Total cadangan karbon di atas permukaan tanah diperoleh dari biomassa total dikali 0,46 yaitu nilai rata-rata kandungan karbon dari biomassa vegetasi.
Wibowo (2010) menyebutkan terdapat lima sumber karbon (carbon pools), yaitu 1. Karbon di atas permukaan tanah
a. Biomassa pohon. Karbon pohon merupakan salah satu sumber karbon yang sangat penting pada ekosistem hutan karena sebagian besar karbon hutan berasal dari biomassa pohon. Pohon merupakan proporsi terbesar dalam
penyimpanan C di daratan.
b. Biomassa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi semak belukar
yang berdiameter batang <5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma.
2. Karbon di dalam tanah
3. Nekromassa
Merupakan batang pohon mati baik yang masih tegak atau yang telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah yang merupakan komponen penting dari C.
4. Serasah
Serasah meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan ranting-ranting yang terletak dipermukaan tanah.
5. Bahan organik tanah
Sisa tanaman, hewan dan manusia yang ada di permukaan dan di dalam tanah,
dimana sebagian atau seluruhnya dirombak oleh organisme tanah sehingga melapuk dan menyatu dengan tanah, dinamakan bahan organik tanah.
Sejalan dengan perkembangan isu yang terkait dengan biomassa hutan
maka penelitian atau pengukuran hutan mengharuskan pengukuran biomassa dari seluruh komponen hutan. Dalam perkembangannya, pengukuran biomassa hutan
mencakup seluruh biomassa hidup yang ada di atas dan di bawah permukaan dari pepohonan, semak, palem, anakan pohon dan tumbuhan bawah lainnya, dan ditambah dengan biomassa dari tumbuhan mati seperti kayu dan serasah
(Sutaryo, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2011) di Taman Kota I Bumi
Serpong Damai (BSD) yang bertujuan untuk mengetahui biomassa dan simpanan karbon, memberikan hasil bahwa nilai karbon tersimpan pada taman kota yang memiliki 20 jenis pohon, termasuk dalam 13 famili dengan jumlah tegakan
diameter tegakan tersebut, dan pada suatu kawasan nilai karbon tersimpan
dipengaruhi oleh jumlah dan kerapatan dari vegetasi penyusunnya.
Setiawan (2007) melakukan penelitian dibeberapa RTH di Bandar
Lampung. Pada RTH hutan kota diperoleh cadangan karbon sebesar 840,62 Ton/Ha pada 34 jenis pohon. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Isdiyantoro (2007) pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kodya Jakarta Timur
(vegetasi taman dan jalur hijau) dengan pengambilan data pada tahun 1986, 1992, 2001, dan 2005 memperoleh cadangan karbon secara berturut turtut
188,975 Ton/Ha, 162,050 Ton/Ha.
Penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih dan Suhesti (2010) di Hutan Kota Pekanbaru memiliki potensi kandungan karbon pada hutan kota berbentuk
jalur yaitu 56,15 Ton/Ha dan pada hutan kota berbentuk gerombol yaitu 69,47 Ton/Ha. Perbedaan kandungan karbon disebabkan adanya perbedaan
kerapatan, diameter, tinggi, dan faktor lingkungan. Dimana semua faktor ini berkolerasi positif dengan potensi karbon tegakan per hektar.
Hasil panelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2013) dengan tujuan untuk
mengetahui cadangan karbon Above Ground Biomass (AGB) di Taman Olah Raga dan Rekreasi Gadjah Mada memberikan hasil berturut-turut sebesar
30,38908 Ton/Ha yang memiliki 22 jenis pohon, 19 jenis perdu, 1 jenis bambu dan 2 jenis rumput dan semak, 104, di Hutan Kota Taman Beringin memberikan hasil 104,21975 Ton/Ha yang memiliki 39 jenis pohon, 34 jenis perdu, 2 jenis
bambu dan 2 jenis rumput dan semak, di Taman Kota Ahmad Yani diperoleh nilai karbon tersimpan sebesar 61,48555 Ton/Ha dengan jenis pohon yang terdapat
Penggunaan Metode
Chapman (1976) membagi dua kelompok metode pendugaan biomassa di atas tanah, yaitu:
(1) Metode pemanenan, yang terdiri dari: metode pemanenan individu tanaman, metode pemanenan kuadrat dan metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-rata dan
(2) Metode pendugaan tidak langsung, yaitu metode yang terdiri dari metode alometrik dan metode cropmeter.
Banyak studi menggunakan model allometrik dalam pendugaan biomassa di atas permukaan tanah (Above Ground Biomass/ AGB) karena pemanenan pohon bersifat merusak dan membutuhkan biaya yang besar (Rakhmawati, 2012).
Menurut Eong et.al. (1983), biomassa pohon dapat diduga oleh peubah-peubah bebas seperti Diameter at Breast Height (DBH) yang berhubungan dengan
biomassa total pohon. Menurut Dharmawan et al. (2010), dalam pengukuran jumlah biomassa di atas permukaan tanah diperlukan pemilihan rumus allometrik yang tepat. Pengukuran biomassa biasanya terdiri dari informasi mengenai
diameter pohon (DBH), tinggi pohon, dan berat jenis kayu. Dalam beberapa penelitian diantaranya Baker et al. (2004) telah menunjukkan bahwa perhitungan
dengan mengabaikan berat jenis kayu akan menghasilkan pendugaan biomassa di atas permukaan tanah yang kurang akurat.
Ruang Terbuka Hijau
Menurut Pasal 1 butir 31 Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah, maupun yang sengaja ditanam. Dalam Ruang Terbuka Hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian
hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
Besaran luas RTH yang ideal di suatu kota berdasarkan UU No. 26 tahun
2007 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi proporsi Ruang Terbuka Hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Proporsi 30
(tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota.
Berdasarkan Inmendagri No. 14/1988 dapat disebutkan tujuh Ruang
Terbuka Hijau ditinjau dari segi tujuan, yaitu:
(1) Ruang Terbuka Hijau yang berlokasi pasti karena ada tujuan konservasi. (2) Ruang Terbuka Hijau untuk keindahan kota.
(3) Ruang Terbuka Hijau karena adanya tujuan tuntutan fungsi kegiatan tertentu, misalnya untuk lingkungan sekitar pusat kegiatan olah raga yang dibiarkan
hijau.
(4) Ruang Terbuka Hijau untuk pengaturan lalu lintas.
(5) Ruang Terbuka Hijau sebagai sarana olahraga bagi kepentingan lingkungan
perumahan.
(6) Ruang Terbuka Hijau untuk kepentingan flora dan fauna seperti kebun
(7) Ruang Terbuka Hijau untuk halaman bangunan.
Manusia yang tinggal di lingkungan perkotaan membutuhkan suatu lingkungan yang sehat dan bebas polusi untuk hidup dengan nyaman. Peran RTH
untuk memenuhi kebutuhan ini adalah sebagai penyumbang ruang bernafas yang segar, keindahan visual, sebagai paru-paru kota, sumber air dalam tanah, mencegah erosi, keindahan dan kehidupan satwa, dan sebagai unsur pendidikan
(Simonds, 1983). Karena keterikatannya dengan alam, manusia juga membutuhkan kehadiran lingkungan hijau di tengah-tengah lingkungan tempat
tinggalnya. Oleh karena itu manfaat RTH di sini menurut Carpenter, Walker dan Lanphear (1975) adalah sebagai pelembut suasana keras
dari struktur fisik, menolong manusia mengatasi tekanan-tekanan dari kebisingan,
udara panas dan polusi di sekitarnya serta sebagai pembentuk kesatuan ruang. Salah satu penjabaran fungsi dan manfaat penghijauan pada RTH adalah
sebagai berikut:
1. Estetika, penghijauan melalui penanaman tanaman/pohon sebagai elemen keindahan kota.
2. Ekologi, penghijauan sebagai penyangga lingkungan kota dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna.
3 Produksi, penghijauan melalui penanaman pohon produktif sebagai upaya peningkatan budidaya pertanian.
4. Pelayanan umum, penghijauan sebagai upaya memberikan kenyamanan dan
keteduhan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatannya atau berinteraksi atau berekreasi pada areal-areal RTH fasilitas umum seperti
5. Konservasi, kegiatan penghijauan untuk perlindungan terhadap
daerah-daerah hutan lindung, pesisir pantai dan pulau-pulau.
6. Edukasi, Penghijauan untuk menumbuhkan kesadaran berlingkungan dan
membangun berwawasan lingkungan.
Manfaat dari tumbuhan yang merupakan komponen utama Ruang Terbuka Hijau dalam Simond (1983) adalah:
a. Produsen utama dalam rantai makanan karena tumbuhan melalui proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari bisa merubah CO2 dan air ke
karbohidrat dan O2;
b. Melalui proses transpirasi tumbuhan melakukan menyejukkan udara dengan dikeluarkannya uap air melalui daun-daun;
c. Menjaga iklim mikro khususnya suhu dan kelembaban udara kawasan perkotaan;
d. Menjaga peyimpanan air tanah, mengurangi aliran permukaan, dan mencegah erosi;
e. Menjaga kesuburan tanah dan memperbaiki struktur hara tanah.
Hutan Kota dan Taman Kota
Menurut PP No. 63 tahun 2002 Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai
hutan kota oleh pejabat yang berwenang dengan tujuan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur
wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat dengan luas
minimal sebesar 0,25 ha. Dalam Bab I Pasal 3 disebutkan bahwa fungsi hutan kota adalah memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan
air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Hutan kota juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan : (a) pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga,
(b) penelitian dan pengembangan, (c) pendidikan, (d) pelestarian plasma nutfah dan atau (e) budidaya hasil hutan bukan kayu. Keberadaan hutan kota dan taman
kota di kawasan perkotaan memberikan manfaat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Pepohonan yang tumbuh di ruang kota dapat menjadi pelindung kota dari bahaya polusi udara, tanah dan air.
Menurut Irwan (2007) bentuk hutan kota tergantung kepada bentuk lahan yang tersedia untuk hutan kota. Bentuk hutan kota dapat dibagi menjadi:
1. Berbentuk bergerombol atau menumpuk adalah hutan kota dengan komunitas tumbuhannya terkonsentrasi pada suatu areal dengan jumlah tumbuh-tumbuhannya minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan.
2. Berbentuk menyebar yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu, dengan komunitas tumbuh-tumbuhannya tumbuh menyebar terpencar-pencar
dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil.
3. Berbentuk jalur yaitu komunitas tumbuh-tumbuhannya tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan,
Struktur hutan kota diklasifikasikan menjadi :
a. Berstrata dua, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota hanya terdiri dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya.
b. Berstrata banyak, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota selain terdiri dari pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit, ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanan rapat tidak beraturan dengan
strata, serta komposisi mengarah meniru komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam.
Dalam memilih jenis tanaman untuk pembangunan hutan kota, direkomendasikan dipilih jenis tanaman pohon hutan, serta disesuaikan dengan bentuk dan tipe penghijauan kota. Secara umum, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam memilih pohon untuk penghijauan kota antara lain :
a. Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak
mudah menggugurkan ranting dan daun.
b. Mampu tumbuh di tempat terbuka di berbagai jenis tanah. c. Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap gangguan fisik.
d. Tidak memerlukan perawatan yang intensif. e. Berumur panjang.
f. Tahan terhadap kekurangan air.
g. Pohon-pohon langka dan unggulan setempat.
h. Pohon-pohon penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis.
j. Pohon-pohon yang mempunyai evapotranspirasi rendah untuk daerah yang
bermasalah dengan menipisnya air tanah dan intrusi air laut.
k. Pohon-pohon yang dapat berfungsi mengurangi abrasi untuk daerah pantai.
Berikut merupakan daftar tanaman yang mempunyai daya serap karbondioksida yang tinggi berdasarkan hasil riset Endes N. Dahlan : Trembesi (Samanea saman) 28.488,39 kg/tahun, Cassia (Cassia sp.) 5.295,47 kg/tahun,
Kenanga (Cananga odorata) 756,59 kg/tahun, Pingku (Dyxoxylum excelsum) 720,49 kg/tahun, Beringin (Ficus benyamina) 535,90 kg/tahun, Kiara payung
(Felicium decipiens) 404,83 kg/tahun, Matoa (Pometia pinnata) 329,76 kg/tahun, Mahoni (Swetiana mahagoni) 295,73 kg/tahun, Saga (Adenanthera pavoniana) 221,18 kg/tahun, Bungur (Lagerstroemia speciosa) 160,14 kg/tahun, Jati
(Tectona grandis) 135,27 kg/tahun, Nangka (Arthocarpus heterophyllus) 126,51 kg/tahun, Johar (Cassia grandis) 116,25 kg/tahun, Sirsak
(Annona muricata) 75,29 kg/tahun, Puspa (Schima wallichii) 63,31 kg/tahun,
Akasia (Acacia auriculiformis) 48,68 kg/tahun, Flamboyan (Delonix regia) 42,20 kg/tahun,
(Mimusops elengi) 34,29 kg/tahun, Bunga merak (Caesalpinia pulcherrima)
30,95 kg/tahun, Sempur (Dilenia retusa) 24,24 kg/tahun, Khaya
(Khaya anthotheca) 21,90 kg/tahun, Merbau pantai (Intsia bijuga) 19,25 kg/tahun,
Akasia (Acacia mangium) 15,19 kg/tahun, Angsana (Ptherocarphus indicus) 11,12 kg/tahun, Asam kranji (Pithecelobium dulce) 8,48 kg/tahun, Saputangan
(Maniltoa grandiflora) 8,26 kg/tahun, Dadap merah (Erythrina cristagalli) 4,55 kg/tahun, Rambutan (Nephelium lappaceum) 2,19 kg/tahun, Asam
Berdasarkan Permendagri no. 1 tahun 2007, Taman kota merupakan ruang
di dalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Selain itu, taman kota di fungsikan sebagai
paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna. Sebagai ruang terbuka, taman kota dipahami sebagai ruang yang berisi unsur-unsur alam dan pemandangan yang ditimbulkan oleh
keragaman vegetasi, aktivitas dan unsur-unsur yang disediakan sebagai fasilitas sosial dan rekreasi, serta sebagai sumber pernafasan kota (Oktorina, 2004).
Menurut Menteri Pekerjaan Umum No.5 tahun 2008 tentang Pedoman penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan perkotaan, luas minimal taman adalah 144.000 m2. Pepohonan yang ada dalam taman kota dapat memberikan
manfaat keindahan, penangkal angin, dan penyaring cahaya matahari. Taman kota berperan sebagai sarana pengembangan budaya kota, pendidikan, dan pusat
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada areal Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota
Medan, yaitu Taman kota Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei
sampai dengan Desember 2013. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kota Medan terletak antara3”30’ – 3”43’
Lintang Utara dan 98”35’ – 98”44’ Bujur Timur. Secara administrasi Kota Medan dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara provinsi Sumatera
Utara dengan topografi miring ke arah utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 meter di atas prmukaan laut. Secara administrasi, wilayah Kota Medan
hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan menurut Stasiun Sampali
pada tahun 2010 berkisar antara 32,30oC-33,90oC dan suhu maksimum berkisar antara 32,73oC-34,47oC. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 74,67-80%, dan kecepatan angina rata sebesar 1,81 m/detik, sedangkan
rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 123,89 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2010 rata-rata per bulan 15,25 hari dengan rata-rata curah hujan
menurut Stasiun Sampali per bulannya 133,75 mm (BPS Kota Medan, 2011). Berdasarkan peta administrasi Kota Medan oleh BPKH Sumatera Utara Tahun 2012, RTH Taman Kota Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan
Secara geografis keterangan masing-masing kecamatan adalah sebagai
berikut :
a. Kecamatan Medan Kota
Kecamatan Medan Kota berbatasan dengan barat, Luasnya adalah 5,27 km² dan kepadatan penduduknya adalah 72.685 jiwa.
b. Kecamatan Medan petisah
Kecamatan Medan petisah berbatasan langsung dengan kecamatan Medan
Baru di sebelah selatan, kecamatan Medan Barat di sebelah utara, kecamatan Medan Sunggal di sebelah barat, dan kecamatan Medan Barat di sebelah timur. Kecamatan Medan petisah merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang
mempunyai luas sekitar 4,93 km2. Letak di atas permukaan Laut 26 meter. Kecamatam Medan Petisah dihuni oleh 61.855 orang penduduk.
c. Kecamatan Medan Johor
Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 16,96 km2. Letak di atas Permukaan Laut 28 meter.
Kecamatan Medan Johor berbatasan langsung dengan kecamatan Polonia di sebelah utara,
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System (GPS), perangkat keras (hardware) yaitu PC (Perconal Computer), perangkat
lunak (software) yaitu ArcView GIS 3.3, pita ukur, clinometer, penggaris, kamera digital, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Administrasi Kota
Medan dan peta usulan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Medan.
Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan menggunakan 4 metode yaitu : 1. Metode Purposive Sampling
Metode Purposive Sampling digunakan untuk menentukan RTH kota penelitian berdasarkan RTRWK Medan 2012.
2. Metode Sensus
Metode sensus adalah cara pengumpulan data dimana seluruh elemen populasi diselidiki. Data yang diperoleh sebenarnya (true value), atau sering
disebut parameter. Kesimpulan yang ditarik berlaku umum (untuk populasi) dan pasti. Metode sensus dilakukan terhadap semua jenis vegetasi untuk mengetahui
jenis-jenis vegetasi yang terdapat di RTH tersebut dengan menggunakan parameter diameter dan tinggi.
3. Metode Non Destructive Sampling
Metode non destructive sampling yaitu metode atau teknik untuk memeriksa kualitas suatu objek atau produk, tanpa mengganggu kinerja produk
jenis vegetasi tanaman dalam pendugaan biomassa, yaitu dengan menggunakan
model alometrik baik yang spesifik pada suatu jenis tanaman maupun secara umum. Perhitungan biomassa dan cadangan karbon dilakukan pada semua jenis
vegetasi tanaman (namun tidak termasuk serasah, underground, dan tanaman mati (necromass).
4. Metode overlay
Metode overlay dilakukan dengan memasukkan data yang diambil memalui GPS ke dalam software DNR GARMIN, lalu diolah di ArcView GIS
3.3. Setelah itu diperoleh peta penyebaran vegetasi pada RTH yang diteliti.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan, serta menganalisis sesuai kebutuhan. Tahapan kegiatannya sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan. Data tersebut antara lain data jenis vegetasi, diameter, tinggi, dan titik koordinat.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah ada sebelumnya. Baik data yang dikeluarkan instansi terkait, penelitian sebelumnya, maupun literatur
Tabel 1 . Data primer dan Data Sekunder yang digunakan dalam penelitian
No Nama Data Jenis Data Sumber Tahun
1. Titik koordinat vegetasi Primer GPS 2013
2. Diameter vegetasi Primer Pita Ukur 2013
3. Tinggi vegetasi Primer Clinometer 2013
4. Peta Administrasi Kota Medan
Sekunder Balai Pemantapan kawasan Hutan (BPKH)
2012
5. Peta Usulan RTRWK Kota Medan
Sekunder BAPEDDA Kota Medan
2012
6. Model Alometrik Sekunder Literatur, jurnal,skripsi
-
2. Analisis Data
Parameter yang diukur a. Vegetasi Pohon
Bentuk hidup (life form) pohon mulai tingkat semai, pancang, tiang dan
pohon, dicatat jenis, diameter dan tingginya. Pengukuran diameter pohon dilakukan berdasarkarkan tingkat pertumbuhannya yaitu :
1. Semai, tinggi sampai 1,5 cm
2. Pancang / sapihan tinggi > 1,5 m sampai diameter < 10 cm
3. Tiang diameter 10 sampai dengan 19 cm
4. Pohon : diameter > 20 cm
Kriteria utama dalam pengambilan data jenis vegetasi pohon adalah dengan
memilih jenis vegetasi pohon. Pengukuran diameter jenis pohon dilakukan dengan pengukuran setinggi dada (Diameter at breast height/ DBH) atau
1,3 m dari permukaan tanah (Hairah, et al., 2011). b. Vegetasi Bukan Pohon
Untuk vegetasi bukan pohon pada jenis palem, perdu, pisang dan bambu
c. Vegetasi rumput
Untuk vegetasi rumput parameter yang digunakan adalah alokasi lahan.
3. Perhitungan Nilai Biomassa dan Cadangan Karbon
Perhitungan nilai biomassa dan cadangan karbon dilakukan secara bertahap yaitu terlebih dahulu dilakukan perhitungan nilai biomassa dan
kemudian dilakukan perhitungan cadangan karbon di atas permukannya (Above Ground Biomass). Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Setelah diperoleh data jenis vegetasi, diameter maupun tinggi vegetasi masing-masing yang dicatat dalam tally sheet, maka dicari nilai biomassa tiap jenis vegetasi tersebut dengan menggunakan rumus alometrik spesifik
maupun umum. Model alometrik biomassa dari beberapa jenis vegetasi berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Model Alometrik Spesifik dan Umum dari Jenis Vegetasi Pohon maupun Vegetasi Bukan Pohon.
Jenis Tanaman Model Alometrik Sumber
Mahoni (Swietenia mahagoni) Jati (Tectona grandis ) Y=0,153 DBH Sutaryo :2006 Palem
Tabel 3. Total Biomassa Beberapa Jenis Rumput Di Daerah Tropika. No Jenis Rumput Total Biomassa (ton/ha/thn)
1 Bermudagrass 7.0 - 15.9
2 Limprograss 7.0 - 22.0
Sumber : Smith dan Frank (1985) dalam Rauf (2004)
b. Setelah dimasukkan kedalam model alometrik yang sesuai maka diperoleh nilai biomasa persatu individu (kg/individu).
c. Selanjutnya untuk individu yang sama ditotalkan nilai biomassanya sehingga diperoleh per satu daerah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
memiliki satuan biomassa (kg/luas RTH).
d. Lalu nilai biomassa setiap jenis vegetasi yang ada disatu daerah Ruang Terbuka Hijau (RTH) diubah semuanya dari kg/luas RTH menjadi Ton/Ha.
e. Setelah nilai biomassa diperoleh, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap nilai cadangan karbon = 0,46 x biomassa tanaman
(Yuliasmara, et al, 2009).
f. Hasilnya diperoleh nilai biomassa dan cadangan karbon per jenis individu yang ada di RTH penelitian (Ton/Ha).
4. Pembuatan peta penyebaran vegetasi pada RTH di Kota Medan
Pembuatan peta penyebaran vegetasi pada RTH Kota penelitian dilakukan dengan memasukkan titik-titik yang diambil dengan menggunakan GPS ke dalam software DNR GARMIN yang datanya di ubah dalam bentuk
shp setelah itu diolah lagi pada software ArcView GIS 3,3 dan di dapat peta penyebaran vegetasi pada RTH di Kota Medan. Proses pengolahan data titik
1. Pengambilan data di lapangan berupa data titik koordinat pada RTH
dengan menggunakan alat yaitu GPS.
2. Setelah diperoleh data titik koordinat maka untuk proses pengolahan data
tahap awal dilakukan dengan memasukkan data GPS ke perangkat hardware (laptop) dengan menggunakan software DNR Garmin,
3. Diubah file tersebut dengan menggunakan software DNR Garmin menjadi
file berbentuk shp yang kemudian dapat diolah dengan menggunakan software ArcView GIS 3,3
Gambar 2. Bagan alur Pengerjaan Penelitian Pendugaan Cadangan Karbon di RTH Kota Medan.
Pengukuran Diameter, Tinggi, dan Alokasi
Perhitungan Nilai Biomassa dan Cadangan Karbon
Nilai Biomassa (Ton/Ha) dan Karbon Tersimpan (Ton/Ha)
TAHAP I
TAHAP II
Data dalam GPS (berupa titik-titik prngambilan di lokasi)
Ubah Ke *shp ArcView GIS 3.3
DNR GARMIN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Medan
Kota merupakan pusat berbagai aktivitas manusia dan tempat konsentrasi
penduduk yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Sebuah kota mempunyai fungsi majemuk, dapat sebagai pusat populasi, perdagangan,
pemerintahan, industri maupun pusat budaya dari suatu wilayah. Dampak yang paling nyata akibat pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik Kota Medan saat ini adalah berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
meningkatnya konsumsi energi fosil. Hal ini memungkinkan lingkungan hidup kota menjadi tercemar dan tidak dapat dibantah bahwa pelestarian lingkungan
merupakan hal yang harus dilaksanakan demi kelangsungan hidup manusia.
Umumnya kondisi RTH berupa taman dan hutan kota yang telah ada terutama yang dikelola Dinas Pertamanan Kota dalam keadaan baik dan
menggunakan pohon yang dapat memberi fungsi RTH yang optimal, hanya saja RTH ini sering kali terganggu keindahannya karena di sekitar RTH terdapat banyak papan reklame, spanduk dan sejenisnya yang terkesan kacau
peletakkannya, baik karena ditempel maupun dipaku di pepohonan. Hal ini terjadi terutama pada jalur hijau.
Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, social, budaya, ekonomi dan estetika
Vegetasi yang ada dapat ditata sedemikian rupa sehingga mampu
berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengendalian suhu udara, memperbaiki kondisi tanah dan sebagainya. Berdasarkan data di lapangan diperoleh luas
masing-masing RTH Kota dan diketahui penyebaran tanaman yang terdapat pada RTH Kota tersebut. Letak dan luas RTH kota tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. RTH Kota Penelitian Berdasarkan Kawasan Lindung Kota Medan
No Kecamatan
Sumber : BPKH wilayah I SUMUT Data Pengukuran dari Lapangan
Salah satu misi Pemerintahan Kota Medan adalah Penataan Kota yang
ramah lingkungan dengan salah satu program kerjanya yaitu melakukan pembangunan dan pemeliharaan taman-taman kota serta RTH untuk mendukung terwujudnya Kota Medan sebagai Kota Taman. Dalam visi pembangunan Kota
Medan jangka panjang tahun 2006-2026 ditegaskan salah satunya adalah terciptanya ruang kota yang nyaman dengan ruang terbuka yang memadai untuk
menjamin kualitas kesehatan dan hidup masyarakat kota yang lebih baik, dan terpenuhinya mutu kualitas lingkungan air, tanah dan udara, serta terwujudkan konservasi sumber daya air dan sumber daya lainnya yang mampu menjaga
Menurut Permenhut Nomor 71 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Hutan Kota menyebutkan bahwa luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 Ha. Ciri lain yang harus dimiliki hutan
kota adalah luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90%-100% dari luas kota dan luas ruang hijau yang diisi dengan berbagai jenis vegetasi tahunan minimal seluas 90% dari luas total hutan kota. Untuk itu keberadaan hutan kota
sangat penting dalam menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem wilayah perkotaan. Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika memiliki luas
1,911 Ha, yang berarti RTH ini sesuai dengan standar luas hutan kota dan vegetasi yang ada pada RTH Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika di dominasi oleh vegetasi tahunan dengan tanpa menghiraukan fungsi estetika pada hutan kota
tersebut.
Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor 5 Tahun 2008 menyatakan
bahwa luas minimal RTH Taman Kota adalah seluas 144.000 m2 atau 14,4 Ha. Taman Kota Teladan memiliki luas 1,110 Ha dan Taman Lapangan Merdeka memiliki luas 2,693 Ha, sehingga dapat dikatakan Taman Kota Teladan dan
Taman Lapangan Merdeka tidak memenuhi standar luas minimal RTH yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor 5 Tahun 2008.
Salah satu dari tujuh tujuan ruang terbuka hijau menurut Inmendagri No. 14/1988 adalah ruang terbuka hijau karena adanya tujuan tuntutan
fungsi kegiatan tertentu, misalnya untuk lingkungan sekitar pusat olahraga yang
RTH Taman Kota Teladan
Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada RTH Taman Kota Teladan terdiri dari jenis pohon, bukan pohon, semak dan rumput. Semua jenisnya dapat dilihat
pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Jenis Vegetasi Pohon dan Bukan Pohon pada RTH Taman Kota Teladan
No Jenis Nama Latin Jumlah Persentase (%)
1 Palem Raja Ryostonea regia 64 26,02
2 Palem Ekor Tupai Wodyetia bifurcata 3 1,22
3 Palem Putri Veitchia merillii 19 7,72
4 Palem Phoenix Phoenix roebelinii O’Brien 18 7,32
5 Kelapa Hijau Cocos nucifera L 4 1,63
11 Angsana Ptherocarphus indicus 7 2,85
12 Trengguli Cassia fistula 2 0,81
13 Asam Kranji** Pithecelobium dulce 1 0,41
14 Perdu * 113 45,93
Total 246 100,00
∗ Jenis dengan jumlah terbanyak ** Jenis dengan jumlah tersedikit
Tabel 6. Jenis Rumput dan Semak pada RTH Taman Kota Teladan
No Rumput dan Semak Alokasi Lahan (Ha) Persentase (%)
1 Bermudagrass 0,56151 95,85
2 Limpograss 0,02430 4,15
Total 0,58581 100,00
Palem-paleman merupakan jenis vegetasi terbanyak yang ditanami pada
RTH ini. Palem-paleman memiliki bentuk dan bunga yang indah sehingga mewujudkan fungsi estetika pada Taman Kota Teladan. Glodogan tiang (Polyathea longifolia) merupakan jenis vegetasi pohon yang paling banyak
umumnya ditanam karena manfaatnya sebagai pohon peneduh dan keefektifannya
dalam mengurangi polusi suara. Jenis perdu yang terdapat pada Taman Kota Teladan dapat dilihat pada Lampiran 2.
RTH Taman Lapangan Merdeka
Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada RTH Taman Lapangan Merdeka terdiri dari jenis pohon, bukan pohon, semak dan rumput. Semua jenisnya dapat
dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 7. Jenis Vegetasi Pohon dan Bukan Pohon pada RTH Taman Lapangan Merdeka.
No Jenis Nama Latin Jumlah Persentase (%)
1 Palem Raja Roystone regia 69 8,30
2 Palem Phoenix** Phoenix roebelinii O’Brien 1 0,12
3 Palem Kipas Livistona chinensis 2 0,24
4 Palem Botol Hyophorbe lageniScauli 42 5,05
5 Palem Putri Veitchia merillii 15 1,81
6 Palem Kuning Chrysalidocaus lutescens 14 1,68 7 Palem Jepang Ptychosperma macarthurii 18 2,17
8 Palem Merah Cyrtostachys renda 4 0,48
9 Palem Kurma** Phoenix dactylifer 1 0,12
10 Kelapa Hijau** Cocos nucifera L 1 0,12
11 Nangka** Artocarpus heterophyllus 1 0,12
12 Glodogan Cabang Polyathea sp. 4 0,48
19 Araucaria Araucaria cuninghanii 5 0,60
20 Sena** Cassia angustifolia 1 0,12
21 Cermai** Phyllanthus acidus 1 0,12
22 Mangga** Mangifera indica 1 0,12
23 Perdu* 470 56,56
24 Pisang Kalatea Heliconia calatea 53 6,38
25 Bambu Kuning Bambusa vulgaris 121 14,56
Total 831 100,00
Tabel 8. Jenis Rumput dan Semak pada RTH Taman Lapangan Merdeka
No Rumput dan Semak Alokasi Lahan (Ha) Persentase (%)
1 Bermudagrass 1,83400 99,36
2 Limpograss 0,01173 0,64
Total 1,84573 100,00
Pada RTH Taman Lapangan Merdeka jenis vegetasi palem-paleman juga mendominasi, pemilihan palem sebagai jenis vegetasi yang paling banyak ditanami karena jenis tanaman ini mempunyai nilai estetika tinggi dengan
tumbuhannya yang berbunga. Sehingga orang yang berada pada Taman Lapangan Merdeka merasa nyaman untuk berada di dalamnya. Jenis vegetasi pohon yang
paling banyak ditanamani adalah Araucaria (Araucaria cuninghanii). Araucaria (Araucaria cuninghanii) merupakan salah sumber pokok kayu berkualitas tinggi untuk industri kertas dan pulp, plywood, vinir, kerangka dan kayu pertukangan
(Widyatmoko, et al, 2010). Jenis-jenis perdu yang terdapat pada Taman Lapangan Merdeka dapat dilihat pada Lampiran 3.
RTH Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika
Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada RTH Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika terdiri dari jenis rumput, pohon dan bukan pohon.
Bermudagrass merupakan jenis rumput yang terdapat pada pada Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika dengan alokasi lahan sebesar 0,82400 Ha.
Tabel 9. Jenis Vegetasi Pohon dan Bukan Pohon pada RTH Hutan Kota Bumi
4 Angsana Ptherocarphus indicus 4 1,32
5 Jati Tectona grandis 2 0,66
∗ Jenis dengan jumlah terbanyak ** Jenis dengan jumlah tersedikit
Jenis vegetasi yang terdapat pada RTH Taman Kota Teladan,
Taman Lapangan Merdeka, dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika sangat beragam. Mulai dari jenis pohon yang klasifikasinya berdasarkan ukuran yaitu semai, pancang, tiang dan pohon, dan jenis yang bukan pohon yaitu perdu,
palem, semak dan rumput. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ketiga RTH ini terdapat 33 jenis pohon, 14 jenis bukan pohon dan 2 jenis
Tabel 10. Jenis Pohon pada RTH Taman Kota Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika.
No Jenis Nama Latin Jumlah Persentase (%)
6 Angsana Ptherocarphus indicus 11 10,19
7 Trengguli Cassia fistula 2 1,85
8 Asam Kranji** Pithecelobium dulce 1 0,93
9 Nangka** Artocarpus heterophyllus 1 0,93
10 Tanjung Mimusops elengi 2 1,85
16 Araucaria Araucaria cuninghanii 5 4,63
17 Cermai** Phyllanthus acidus 1 0,93
24 Jabon* Anthocephalus cadamba 24 22,22
25 Pulai** Alstonia scholaris 1 0,93
∗ Jenis dengan jumlah terbanyak ** Jenis dengan jumlah tersedikit
Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan vegetasi berkayu yang
tanaman kayu keras yang cepat tumbuh. Jabon juga merupakan tanaman yang
dapat menjadi konservasi bagi tanah dan air karena sifatnya yang memiliki akar serabut dan banyak sekali menyerap air. Kayu jabon merupakan salah satu jenis
kayu yang mempunyai pertumbuhan sangat cepat di dunia yakni 10 cm/tahun dan memiliki kualitas yang baik sehingga jenis ini kerap dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat produk kayu olahan. Maka dari itu, dengan adanya
budidaya Jabon ini secara tidak langsung akan membantu pemerintah dalam mengatasi masalah kerusakan lingkungan hidup serta memelihara keseimbangan
ekosistem alam. Menanam jabon bagaikan menanam emas, sebab kebutuhan kayu akan terus meninggi, karena saat ini pemerintah melarang penggunaan kayu bulat hasil tebangan hutan alam. Hal ini sesuai dengan prinsip pengembangan dan
pengelolaan hutan kota untuk mencapai fungsinya adalah mengelola faktor lingkungan, sosial dan ekonomi. Hutan Kota banyak memiliki keuntungan, salah
satunya adalah keuntungan ekonomis, dan keuntungan ekonomis tersebut meliputi: pohon, bunga dan buah serta getah yang dihasilkan dapat menunjang pendapatan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Jenis vegetasi bukan pohon yang terdapat pada ketiga RTH penelitian sebanyak 14 jenis, yang terdiri dari palem-paleman, bambu, pisang dan perdu.
Jenis perdu merupakan jenis terbanyak yang terdapat pada ketiga RTH Kota penelitian, terdapat 828 individu atau 64,62% dari total jumlah bukan pohon yang dijumpai pada ketiga RTH. Jenis vegetasi bukan pohon yang terdapat pada ketiga
Tabel 11. Jenis Vegetasi Bukan Pohon pada RTH Taman Kota Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika.
No Jenis Nama Latin Jumlah Persentase (%)
1 Palem Raja Ryostonea regia 133 10,46
2 Palem Ekor Tupai Wodyetia bifurcata 3 0,24
3 Palem Putri Veitchia merillii 35 2,75
4 Palem Phoenix Phoenix roebelinii O’Brien 19 1,49
5 Kelapa Hijau Cocos nucifera L 5 0,39
6 Palem Kipas Livistona chinensis 2 0,16
7 Palem Botol Hyophorbe lagenicauli 42 3,30
8 Palem Kuning Chrysalidocaus lutescens 14 1,10
9 Palem Jepang Ptychosperma macarthurii 18 1,42
10 Palem Merah Cyrtostachys renda 4 0,31
∗ Jenis dengan jumlah terbanyak ** Jenis dengan jumlah tersedikit
Kebanyakan jenis perdu (Lampiran 2,3, dan 4) yang ditemukan pada RTH penelitian adalah jenis bunga-bunganan, yang menjadikan taman kota memiliki fungsi estetika. Ini sesuai dengan pernyataan Oktorina (2004) yang mengatakan
bahwa taman kota dipahami sebagai ruang yang berisi unsur-unsur alam dan pemandangan yang ditimbulkan oleh keragaman vegetasi. Perdu menurut
Menteri Pekerjaan Umum Tahun 2008 adalah tumbuhan berkayu dengan percabangan mulai dari pangkal batang dan memiliki lebih dari satu batang utama. Vegetasi dapat menghadirkan estetika tertentu yang terkesan alamiah dari garis,
bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma yang ditimbukan dari daun, bunga maupun
buahnya.
Bogenvil (Bougenvillea sp.), Kenanga (Cananga odorata) dan jenis vegetasi
pohon pada tingkatan semai. Banyaknya jenis vegetasi pohon pada tingkatan semai yang berada pada RTH penelitian dikarenakan adanya penananaman yang
dilakukan oleh beberapa instansi terkait untuk menciptakan RTH dengan kualitas yang lebih baik. Pada ketiga RTH penelitian juga dijumpai jenis rumput dan semak. Jenis rumput dan semak yang dijumpai dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jenis Rumput dan Semak pada RTH Taman Kota Teladan, Taman Lapangan Merdeka dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika.
No Rumput dan Semak Alokasi Lahan (Ha)
1 Bermudagrass 3,21951 36,86339 16,95716
2 Limpograss 0,03603 0,41259 0,18979
Total 3,25554 37,27598 17,14695
Bermudagrass adalah rumput yang berwarna hijau dengan tinggi biasanya 2-15 cm. Jenis ini banyak ditanam dengan tujuan sebagai penutup tanah agar tidak terjadi kerusakan pada tanah (pengikisan tanah saat hujan). Jenis ini banyak
ditanami di perkarangan dan taman, fungsinya sebagai penghias menjadikan perkarangan dan taman terasa menjadi lebih segar. Limpograss adalah kelompok
rumput dan semak dengan tinggi bisa mencapai 30-150 cm (Newman at al, 2011). Limprograss pada umumnya termasuk jenis bunga-bungaan.
Biomassa dan Karbon Tersimpan
Dalam penelitian di ketiga RTH dilakukan perhitungan biomassa dan
Taman Lapangan Merdeka, dan Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika
dapat dilihat pada Tabel 13,14 dan 15.
Table 13. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Taman Kota Teladan
No Jenis Nama Latin Jlh 3 Glodogan tiang Polyathea longifolia 10 23,31 13,40 3429,86698 3,80715 1,75129 4 Glodogan Cabang Polyathea sp. 1 50,96 15,00 2614,09489 2,90165 1,33476 5 Beringin Ficus benjamina 2 65,13 13,50 4981,68329 5,52967 2,54365 6 Angsana Ptherocarphus indicus 7 31,12 10,86 4653,78275 5,16570 2,37622 7 Trengguli Cassia fistula 2 56,21 12,50 4564,95125 5,06710 2,33086 8 Asam Kranji Pithecelobium dulce 1 81,21 15,00 5826,86846 6,46782 2,97520 9 Palem Raja* Ryostonea regia 64 42,90 14,37 7368,92000 8,17950 3,76257 10 Palem Ekor Tupai Wodyetia bifurcate 3 26,11 4,00 105,90000 0,11755 0,05407 11 Palem Putri Veitchia merillii 19 16,53 3,42 586,00000 0,65046 0,29921 12 Palem Phoenix Phoenix roebelinii 18 12,83 2,06 365,90000 0,40615 0,18683 13 Kelapa Hijau Cocos nucifera L 4 23,65 13,50 216,90000 0,24076 0,11075
14 Perdu** 113 2,54 1,20005 0,00013 0,00006
15 Bermudagrass 6,42929 2,95747
16 Limpograss 0,35241 0,16211
TOTAL 47,12675 21,67831
Keterangan : D : Diameter Rata-Rata (cm) T : Tinggi Rata-Rata (m)
∗ : Jenis vegetasi dengan jumlah Biomassa tertinggi ** : Jenis vegetasi dengan jumlah Biomassa terendah
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh jumlah total biomassa dan karbon tersimpan pada RTH Taman Kota Teladan yaitu 47,12675 Ton/Ha dan
21,67831 Ton/Ha. Pada RTH ini Palem Raja (Ryostonea regia) merupakan jenis vegetasi yang mempunyai jumlah biomassa dan karbon tersimpan tertinggi yaitu 8,17950 Ton/Ha dan 3,76257 Ton/Ha. Palem-paleman disebut sebagai Kaum
Bangsawan dari Kerajaan Tanaman, jenis palem-paleman merupakan jenis tanaman yang mempunyai perakaran yang dalam sehingga tidak mudah tumbang
dan mempunyai bentuk yang indah, dan jenis vegetasi ini sangat cocok di tanam pada RTH. Glodogan Tiang (Polyalthia longifolia) merupakan jenis vegetasi pohon yang paling banyak ditanami, dan mempunyai manfaat dalam mengurangi
vegetasi yang memiliki jumlah biomassa dan karbon tersimpan yang paling
terendah yaitu 0,00013 Ton/Ha dan 0,00006Ton/ Ha.
Table 14. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Taman Lapangan Merdeka
No Jenis Nama Latin Jlh
1 Nangka Artocarpus heterophyllus 1 21,34 14,00 210,42316 0,07814 0,03594 2 Glodogan Cabang Polyathea sp. 4 37,02 59,00 5111,64702 1,89812 0,87314 3 Tanjung Mimusops elengi 2 43,63 7,50 5177,54731 1,92259 0,88439 4 Ketapang Terminalia cattapa 1 22,29 8,00 236,01218 0,00876 0,00403 5 Kemiri Aleurites moluccana 1 64,97 20,00 1914,38701 0,71088 0,32700 6 Melinjo Gnetum gnemo 1 25,16 10,00 280,12400 0,10402 0,04785 7 Rambai Hutan Baccaurea angulata Merr 1 203,82 17,00 63168,74951 23,45665 10,79006 8 Jambu Bol Syzygium malaccense 1 39,81 5,00 919,37583 0,34139 0,15704 9 Araucaria Araucaria cuninghanii 5 40,00 19,00 4690,18366 1,74162 0,80115 10 Sena Cassia angustifolia 1 33,12 7,00 570,96896 0,21202 0,09753 16 Palem Botol Hyophorbe lagenicauli 42 28,71 2,13 876,99500 0,32566 0,14980 17 Palem Putri Veitchia merillii 15 18,15 4,46 582,63000 0,21635 0,09952 18 Palem Kuning Chrysalidocaus lutescens 14 7,73 2,79 363,30000 0,13491 0,06206 19 Palem Jepang Ptychosperma macarthurii 18 6,69 6,04 918,76000 0,34117 0,15694 20 Palem Merah Cyrtostachys renda 4 6,37 10,00 326,00000 0,12105 0,05569 21 Palem Kurma Phoenix dactylifer 1 50,96 15,00 120,00000 0,04456 0,02050 22 Kelapa Hijau Cocos nucifera L 1 2,00 2,00 19,90000 0,00739 0,00340 22 Bambu kuning Bambusa vulgaris 53 3,74 381318,40000 141,59614 65,13422 23 Pisang Heliconia calatea 121 4,30 2,14 38,42387 0,01427 0,00656
24 Perdu** 470 3,33 1,23116 0,00048 0,00022
25 Limpograss 0,17009 0,07824
26 Bermudagrass 20,99930 9,65968
TOTAL 200,32210 92,14817
Keterangan : D : Diameter Rata-Rata (cm) T : Tinggi Rata-Rata (m)
∗ : Jenis vegetasi dengan jumlah Biomassa tertinggi ** : Jenis vegetasi dengan jumlah Biomassa terendah
Berdasarkan perhitungan, jumlah total biomassa dan karbon tersimpan pada RTH Taman Lapangan Merdeka yaitu 200,32210 Ton/Ha dan 92,14817
Ton/Ha. Pada RTH ini Bambu kuning (Bambusa vulgaris) merupakan jenis vegetasi yang mempunyai jumlah biomassa dan karbon tersimpan tertinggi yaitu
141,59614 Ton/Ha, dan 65,13422 Ton/Ha. Bambu mempunyai fungsi lingkungan yang sangat signifikan dalam menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah
62 ton karbon/Thn/Ha. Sebaliknya bambu juga dapat melepaskan oksigen 35%
lebih banyak dari pada kayu (Widjaja, 2004). Vegetasi pohon yang paling banyak ditanami adalah Glodogan Cabang (Polyathea sp), vegetasi pohon ini mempunyai
manfaat dalam mengurangi polusi suara dan sebagai pohon peneduh. Ini sesuai dengan pernyataan Grey dan Deneke (1978) yang mengatakan jenis tumbuhan yang paling efektif untuk mengurangi polusi suara ialah yang mempunyai tajuk
yang tebal dengan daun yang rindang. Dengan menanam berbagai jenis tanaman pada berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi
kebisingan. Perdu (Lampiran 3) merupakan vegetasi yang memiliki jumlah
biomassa dan karbon tersimpan yang paling terendah yaitu 0,00048 Ton/Ha dan 0,00022 Ton/Ha.
Table 15. Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Hutan Kota Bumi Perkemahan Pramuka Cadika.
1 Mahoni Swientenia mahagoni 12 39,99 13,08 10458,44867 4,84187 2,22726 2 Mahoni Swientenia macrophylla 2 51,43 14,00 3743,95793 1,73331 0,79732 3 Kirai Payung Filicium decipiens 2 38,22 11,00 1748,83088 0,80964 0,37244 4 Angsana* Ptherocarphus indicus 4 77,47 14,00 39129,19446 18,11537 8,33307 5 Jati Tectona grandis 2 41,40 9,00 2549,38024 1,18027 0,54292 6 Saga Adenanthera pavonina 2 57,32 28,00 7587,37391 3,51267 1,61583 7 Jabon Anthocephalus cadamba 24 23,41 14,74 4363,53685 2,02016 0,92927 8 Pulai Alstonia scholaris 1 31,53 12,00 353,00822 0,16343 0,07518 15 Jengkol Archidendron jiringa 1 20,54 15,00 165,67455 0,07670 0,03528 16 Alaban Vitex pubescens 1 25,48 8,00 441,17497 0,20425 0,09395 17 Kelapa Cocos nucifera 11 23,86 10,14 908,05000 0,42039 0,19338 18 Palem Putri Veitchia merillii 1 14,01 9,00 73,80000 0,03417 0,01572 19 Perdu** 239 4,90 2,70883 0,00088 0,00041
20 Bermudagrass 9,43480 4,34001
TOTAL 45,31910 20,84678
Keterangan : D : Diameter Rata-Rata (cm) T : Tinggi Rata-Rata (m)