• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II tugas ibu jehan proses adaptasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II tugas ibu jehan proses adaptasi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tahap – Tahap Proses Adaptasi 1. Adaptif

Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik.

a. Frustasi

Dalam rangka mencapai tujuannya, seseorang terkadang atau justru sering menghadapi Kendal, sehingga ada kemungkinan tujuantersebut tidak dapatdicapai. Apabila individu tidak dapat mencapai tujuan dan tidak dapat mengerti secara baik mengapa tujuan itu tidak dapat dicapai, maka individu akan mengalami frustasi atau kecewa. Individu yang mengalami frustasi dapat mengalami depresi, merasa bersalah, ketakutan dan sebagainya.

Penyebab frustasi pada individu adalah:

1) Tertundanya pencapaian tujuan ,bisa bersifat sementara atau tidak menentu.

(2)

 Diri sendiri, baik fisik maupun psikis (perasaan tidak mampu, kecemasan, konsep diri)

 Lingkungan dan norma social/aturan-aturan tertentu

 Konflik antara motif-motif yang ada, dua motif atau lebih yang muncul berbarengan dan membutuhkan pemenuhan.

Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena:

1) Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang tidak menentu.

2) Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan.

Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor eksteren.

 Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,

yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani.

 Sedangkan faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar

dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Konflik

Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut.

(3)

2. Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.

3. Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak menyenangkan.

4. Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya

Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus. Dengan kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan) menuju yang kompleks (berat). Dengan demikian secara bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.

1) Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan.

2) Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.

3) Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.

4) Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.

5) Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.

6) Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan.

7) Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.

(4)

9) Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis. Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.

10) Mengisar (displacement) adalah pemindahan prilaku pada prilaku yang lain bentuknya atau objeknya. Contohnya mahasiswa berbuat kesalahan ketika praktik dan ditegur oleh kepala ruangan, kemudian mahasiswa menumpahkan amarahnya kepada paseien yang dirawatnya.

1. Maladaptif

Para ahli dapat memberikan definisi perilaku abnormal berdasarkan hal-hal yang menyimpangaik secara statistik maupun norma sosiaI. Kriteria terpenting adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada pribadi seseorang dan/atau kelompok. Oleh karena itu prilaku abnormal kemudian disebut perilaku mal adaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan), yang memiliki dampak yang merugikan dan membahayakan orang lain atau masyarakat.

Maladaptif adalah gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Mal adaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan narkisisme. sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi antara respon adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif. Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan Sundeen (1998), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain :

a. Faktor perkembangan

(5)

peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak juga dapat mempengaruhi seseorang berespons sosial maladaptif. Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.

b. Faktor Biologis

Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter.

c. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

Karekteristik dari perilaku maladaptif adalah:

a. Manipulasi

Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.

b. Impulsif

(6)

c. Narkisisme

Harga diri yang rapuh secara terusmenerus berusaha mendapatkanpenghargaan dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif:

a. Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri.

b. Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan.

2. TAHAP ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA WANITA SEPANJANG DAUE KEHIDUPAN

Manusia pasti berkembang. Mulai dilahirkan, manjadi anak-anak, remaja, dewasa, hingga meninggal nanti. Selain fisik, mental manusia juga berkembang. Perkembangan mental ini dikarenakan berubahnya lingkungan, tanggung jawab dan masaah yang datang. Selain itu perkembangan mental inijuga dipicu oleh tuntutan orang-orang disekitar. Tahap perkembangan mental ini dimulai semenjak kita masih anak-anak. Masa kanak-kanak adalah masa di mana manusia mengalami perkembangan kgnitif.

Menurut PIAGET perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap:

(7)

Tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatanya. Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah ‘menangis’.

2. Pra-operasional (usia 2-7tahun)

Pada usia ini anak menjadi ‘egosentris’sehingga terkesan ‘pelit’, karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecendrungan untuk meminta orang lain di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis-rumit.

3. Operasional Kogkrit (usia 7-11 tahun)

Saat ini anak mulai meninggalkan ‘egosentris’-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematik.

4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)

Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.

Menurut ERICK ERICKSON perkembangan Psycho-sosial atau perkembangan jiwa manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi 8 tahap:

1. Trust Mistrust (usia 0-1 tahun)

tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri. Fokus terletak pada indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.

2. Otonomi/Mandiri – Malu/Ragu-Ragu (usia 2-3 tahun)

Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa perombakan anak atau masa ‘nakal’-nya. Sebagai contoh langsung yang terlihat adalah mereka akan sering berlari-lari dalam Sekolah Minggu. Namun kenakalan itu tidak bisa dicegah begitu saja, keran ini adalah tahap dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif),sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memperbaiki tempat untuk mengembangkan motorik dan mentanya. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting di sekitarnya (Orang tua-Guru Sekolah Minggu)

3. Inisiatif-Rasa Bersalah (usia 4-5 tahun)

Dalam tahap ini anak banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi

(8)

Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah-termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecendrungan untuk kurang hati-hati dan menurut perhatian.

5. Fidelity Identitas – Kebingungan peran (usia 12-20 tahun)

Mempertanyakan diri. Siapa aku, bagaimana saya cocok?

Erikson percaya, bahwa jika orang tua membiarkan anak untuk mengeksplorasi, mereka akan menyimpulkan identitasmereka sendiri. Namun, jika orang tua terus mendorong dia atau dia untuk menyesuaikan diri dengan pandangan mereka, para remaja akan menghadapi kebingungan identitas.

6. Keintiman-isolasi (usia 20-24 tahun)

Ini adalah tahap pertama dari pembangunan dewasa. Perkembangan ini biasanya terjadi pada dewasa muda, yaitu antara usia 20 sampai 24 tahun. Pernikahan, keluarga dan persahabatan yang penting dalam tahap hidup mereka. Dengan berhasil membentuk hubungan penuh kasih dengan orang lain, individu dapat mengalami cinta dan keintiman. Mereka yang gagal untuk membentuk hubungan yang langgeng mungkin merasa terisolasi dan sendirian.

7. Generativitas- stagnasi (usia 25-64 tahun)

Ini adalah tahap kedua dewasa dan terjadi antara 25-64 tahun. Selama ini orang menetap dalam kehidupan mereka dan tahu apa yang penting bagi mereka. Selama waktu ini, seseorang menikmati membesarkan anak-anak mereka dan berpartisifasi dalam kegiatan yang memiliki tujuan jelas.

8. Egonteritas- putus asa (usia 65 tahun keatas)

Selama waktu ini individu telah mencapai bab terakhir dalam hidup dan pensiun mendekati atau telah terjadi.

A. MASA BAYI

Masa ini terjadi penyesuian yang radikal. Ini adalah peralihan dari lingkungan dalam kandungan ke lingkingan luar. Berbagai penyesuaian pokok yang dilakukan bayi neonatal. bAyi neonatal harus melakukan empat penyesuain pokok sebelum meraka dapat melanjutkan kemajuan perkembangan. Jika penyesuaian ini tidak segera dilakukan, kehidupan mereka akan terancam dan terjadi hambatan dalam kemajuan pekembangan.

1. Indikasi kesualitan penyesuaian pada postnatal

a. Berkurangnya berat badan, karena adanya kesulitan untuk mengisap dan menelan. Bayi baru lahir biasaya mengalami penurunan berat badan dalam minggu pertama.

(9)

2. Kondisi yang mempengaruhi peyesuaian kehidupan postnatal

Banyak kondisi yang mempengaruhi keberhasilan bayi umtuk menyesuaikan diri dengan kehidupan postanatal,yaitu:

a. Lingkungan prenatal

Lingkungan prenatal yang sehat akan memberikan penyesuaian diri yang baik pada kehidupan postnatal. Perawatan ibu yang kurang baik selama kehamilan yang biasanya disebabkan karena faktor ekonomi sering kali menyebabkan kondisi-kondisi yang kurang menyenangkan, sehingga dapat menggangu perkembangan janindi dalam rahim dan akhirnya dapat mengakibatkan komplikasi selama kehamilan. Tekanan yang dialami ibunya juga menyebabkan janin menjadi hiperaktif selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan kondisi ini stabil setelah kelahiran, yang gagalnya dapat terlihat seperti kesulitan makan, gagal menambah berat badan, sulit tidur, sensitive, dan sejumlah kondisi-kondisi yang membuat penyesuaian pada kehidupan postnatal menjadi sulit.

b. Jenis persalianan

Bayi dengan persalinan normal biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan daripada bayi dengan persalinan sulit, sehingga harus menggunakan alat atau dilakukan operasi Caesar. Bayi yang lahir dengan Caesar cendrung menjadi bayi pendiam, tidak banyak menangis dibandingkan dengan bayi lahir normal atau dengan bantuan alat, selain itu bayi juga terlihat lebih lesu dan aktivitasnya menurun.

c. Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan

ada dua pengalaman yang berpengaruh besar pada penyesuaian postnatal, yaitu seberapa jauhnya ibu terpengaruh obat-obatan selama proses persalinan dan mudah atau sulitnya bayi bernafas.

Ibu yang sering mengonsumsi obat-obatan selama proses persalinan menunjukan perilaku yang kurang teratur dan tampak mengantuk selama tiga hari atau lebih setelah persalinan.

d. Lamanya pariode kehamilan

Bayi postmatur biasanya lebih cepat dan lebih berhasil menyesuaikan dengan lingkungan daripada bayi yang dilahirkan tidak cukup bulan kecuali jika terjadi kerusakan pada persalinan. Bayi-bayi yang tidak cukup bulan biasanya mengalami komplikasi dalam menyesuiakan dengan lingkungan dan ini sangat mempengaruhi penyesuaikan dimasa mendatang.

e. Sikap orang tua

(10)

f. Sikap postnatal

Secara keseluruhan mutu perawatan postnatal sangat penting dalam menentukan jenis penyesuiandiri yang dilakukan bayi, namun ada tiga aspek yang penting, yaitu:

- Banyaknay perhatian yang diperoleh bayi

- Jinis dan banyaknya rangsangan yang diberikan

- Derajat kepercayaan orang tua dalam melakukan tugas.

B. MASA BALITA

Bawah lima tahun atau sering disingkat balita ini adalah rentang usia yang dimulai dari dua sampai lima tahun. Pariode ini disebut juga sebagai usia prasekolah.

1. Perkembangan fisik

Cirri khas perkembagan ini pertambahan berat badan menurun. Hal ini terjadi karena balita menggunakan banyak energy untuk bergerak.

2. Perkembangan Psikologi

a. Psikomotor

Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggengam, melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.

Pada akhir pariode balita kemampuan motorik halus anak juga terlatih seperti meronce, menulis, mengambar, menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu.

b. Aturan

Pada masa balita adalah saatnya melakukan latihan menggendalikan diri (toilet training). Freud mengatakan bahwa pada usia ini individu mulai berlatih untuk mengikuti aturan melalui proses penahanan keinginan untuk membuang kotoran.

c. Kognitif

Kemampuan bahasa balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata adalah 50 kosa kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia tiga tahun mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga kata atau mulai mempelajari tata bahasa dari ibunya.

Contoh kalimatnya : usia 24 bulan “haus, minum”

(11)

d. Sosial dan indvidu

Pada pariode ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan luar keluarga. Balita mulai memahami dirinya sebagai individu yang memiliki atribut tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai merasa berbeda dengan orang lain dilingkunganya. Mekanisme perkembangan ego yang drastis untuk membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang tinggi terhadap barang pribadi maupun orang signifikannya sehingga pada usia ini balita sulit untuk dapat berbagi dengan orang lain.

3. Pendidikan dan Pengembangan

Cara belajar prasekolah ini melalui bermainserta rangsangan dari lingkungannya. Jenis dan fungsi bermain:

- Permainan peran, melatih kemampuan pemahaman social

- Permainan imajinasi, melatih kemampuan kreativitas anak

- Motorik kasar contohnya: spider web, permainan palang, permainan keseimbangan dan lain-lain.

- Motorik halus contohnya: mewarnai, menguap dan lain-lain

C. MASA USIA SEKOLAH

Pada masa usia sekolah anak mulai memasuki masyarakat diluar keluarganya. Sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada anak sebagi individu dan sebagai mahkluk social. Peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara belajar, kebiasaan bergaul, dan macam-macam tuntutan sekolah yang cukup ketat akan memberikan segi-segi keindahan dan kesenangan pada anak. Semua pengalaman ini memberikan pengaruh yang besar sekali bagi perkembangan kepribadiaan anak.

Sampai pada usia kurang lebih 3 1/2 tahun , anak adalah anak keluarga seutuhnya. Sesudah umur tersebut, anak mulai pemikiran pengalamanya diluar lingkungan keluarga. Fungsi penghayatan emosional yang dominan sampa usia 3 ½ tahun lalu diganti dengan penghayatan yang sifatnya lebih rasional dengan mana anak menjadi semakin sempurna, sebab anak sudah tidak terlampau subjektif lagi. Peralihan menuju pada onjektifitas ini antara lain menyebabkan timbulnya kesadaran akan keawjiban kerja dan prestasi. Jika dalam fase terdahulu relasinya dengan benda0benda ditentukan oleh aktifitas bermain, mulai sekarang timbul keinsafan bahwa dirinya bisa bekerja dan ia sanggup menghasilkan prestasi dengan jalan bermanipulasi dengan benda-benda disekitarnya.

(12)

Pada saat ini anak tidak lagi banyak dikuasai oleh dorongan-dorongan endogen atau implus intern dalam perbuatan dan pikiranya, akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh stimuli dari luar.

Di sekolah ini hasil-hasil kebudayaan bangsa dan zamannya akan ditransformasikan ataupun ditranmisikan pada anak. Dengan pengoperan hasil budaya tadi, diharapkan agar anak bisa menjadi produk-produk cultural bangsanya, untuk kemudian mampu bertingkah laku sesuai dengan norma – norma etis dan norma social lingkungan sekolah.

Dengan pengajaran disekolah anak dipersiapkan mampu melaksanakan tugas kewajiban yang baru, khususnya dipersiapkan untuk tugas0tugas hidup yang cukup berat pada usia dewasa. Untuk semuaini diperlukan bimbingan dan tuntunan formal (pendidikan) yang cukup lama. Sebab semua pendidkan dan pengajaran disekolah ditujukan pada pemberian fasilitas bagi pengembangan segenap fungsi jasmani dan rohani anak didik.

D. REMAJA

Remaja adalah mereka yang berusia antara 12-21 tahun, yang akan mengalami pariode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut:

1. Masa pra-pubertas (12-13 tahun)

Masa ini disebut juga masa pueral yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan masa ini lebih singkat di bandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormone seksualitas dan mulai berkembangannya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.

Pada fase remaja, terjadi perkembangan intektual yang sangat pesat sehingga cendrung besikap suka mengkritik, membantah orang tua. Selain itu pada masa ini remaja juga cendrung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih menggemukakan pendapatnya. Remaja tidak ingin di perlakukan sebagai anak kecil. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno atau kurang berguna.

2. Masa pubertas (14-16 tahun)

Masa ini disebut masa remaja awal dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat hormone-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini . pada remaja ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama sedangkan dari remaja pria dengan datangnya pria ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampingi serta memberikan pengertianya yang baik dan benar tentang seksualitas. Disamping itu remaja mulai mengerti gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual.

(13)

Pada masa ini meraka dapat menerima kodratnya baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Merka juga bangga karena tubuh mereka menetukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putrid masa ini berlangsung lebih singkat dbandingkan dengan remaja pria, sehingga proses pendewasaan remaja putrid lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksual mereka sudah tercapai spenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sebelumnya.

4. Periode remaja Adolesen (19-21 tahun)

Pada pariode ini umumnya sudah mencapai kematangan yang sempurna , baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal abstrakdan mulai memperjuangkan suatu idealism yang didapat dari fikiran mereka. Mereka mula menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah dari pada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupanya serta sifat – sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.

Berikut ini merupakan berbagai tuntunan psikologisyang muncul ditahap remaja:

a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif.

b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua

c. Remaja mampu bergaul belih matang dengan kedua jenis kelamin

d. Remaja mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

e. Remaja memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Selain berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, adapun cirri-cir khusus remaja:

a. Pertumbuhan fisik yang sangat cepat

b. Emosi yang tidak stabil

c. Perkembangan seksual sangat menonjol

d. Cara berpikir kuasalitas

e. Terikat erat dengan kelompok

Dapus

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik dalam

Pergeseran makna seperti itu disebut modulasi (pergeseran makna). Sedangkan ungkapan yang konsepnya tidak sama antara BSu dan BSa, memerlukan prosedur adaptasi. Pemadanan

Namun, karena kata zhâlim sudah menjadi bahasa atau istilah keseharian dalam bahasa Indonesia (zalim), terkadang makna yang sesungguhnya justru sering dikaburkan, dilupakan,

1) Individualized Influence, pemimpin melalui model-model aturan bagi pengikut, yang mana pengikut mengidentifikasi dan ingin melakukan melebihi model tersebut. Pemimpin-

Dengan visi dan misinya yang kuat, maka seluruh pegawai terdorong dengan kuat pula untuk berprestasi tinggi, secara bersama-sama, selalu berbuat dan berpikir inovatif,

Penelitian difokuskan pada interpretasi horizon batuan dasar Pra-Tersier berupa Formasi Kemum dan intrusi granit serta struktur geologi (terutama sesar dan rekahan) dengan

Antara yang ditaati ini dengan Wujud Hakiki itu ialah ibarat perkaitan matahari dengan dengan cahayanya atau sesuatu yang menyala dengan api; dan dengan itu "memalingkan

Sasaran Strategis/Pr ogram/Kegia tan Indikator Kinerja Cara Perhitungan Indikator Target Realisasi Capaian Predikat Satuan Tahun 2020 (%) 1 2 3 4 5 6 7 8