• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin Di Kota Medan Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin Di Kota Medan Tahun 2007"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID PADA BERBAGAI JENIS PERALATAN MAKAN MELAMIN DI KOTA MEDAN

TAHUN 2007

SKRIPSI

OLEH :

ELZA ARTHA 031000113

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul

PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID PADA BERBAGAI JENIS PERALATAN MAKAN MELAMIN DI KOTA MEDAN

TAHUN 2007

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

ELZA ARTHA NIM. 031000113

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 10 Juli 2007

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Evi Naria, Mkes dr. Surya Dharma, MPH

NIP. 132049787 NIP. 131655125

Penguji II Penguji III

Ir. Indra Chahaya, M.Si DR. Irnawati Marsaulina, MS

NIP. 132058731 NIP. 132089428

Medan, 18 September 2007 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

(3)

ABSTRAK

Peralatan makan melamin merupakan sejenis plastik hasil kombinasi melamin dengan formaldehid yang menghasilkan melamin resin, yaitu polimer tahan panas dengan stabilitas dimensi yang sempurna. Formaldehid di dalam melamin dapat muncul pada peristiwa depolimerisasi, partikel-partikel formaldehid muncul sebagai monomer dan menghasilkan racun yang berbahaya bagi kesehatan.

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat survai deskriptif dengan menggunakan metode asam kromatropat untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin dan air panas yang dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin. Metode titrasi untuk mengetahui kadar formaldehid pada peralatan makan melamin yang kemudian disesuaikan dengan ISO 14528-3 Tahun 1999 tentang kadar formaldehid yang diperbolehkan pada peralatan makan melamin. Kadar formaldehid yang terdapat pada air panas dibandingkan dengan standar IPCS tentang ambang batas formaldehid pada tubuh manusia.

Hasil penelitian menunjukkan dari 10 sampel peralatan makan melamin yang terdiri dari 5 sampel cangkir dan 5 sampel mangkok sop dan air panas yang dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin semuanya mengandung formaldehid. Pada sampel cangkir kadar formaldehid tertinggi pada cangkir merek Venxia yaitu sebesar 31,4 ppm dan kadar formaldehid terendah pada cangkir merek Onyx yaitu sebesar 5,5 ppm. Pada sampel mangkok sop kadar formaldehid tertinggi terdapat pada mangkok sop Tanpa Merek yaitu sebesar 40,9 ppm dan kadar formaldehid terendah terdapat pada mangkok sop merek Huamei yaitu sebesar 9,6 ppm. Pada air panas yang dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin, untuk sampel cangkir kadar formaldehid tertinggi terdapat cangkir merek Highner yaitu sebesar 13,5 ppm dan kadar formaldehid terendah terdapat pada cangkir merek Onyx yaitu sebesar 2,3 ppm. Untuk mangkok sop, kadar formaldehid tertinggi terdapat pada mangkok sop Tanpa merek yaitu sebesar 30,05 ppm dan kadar formaldehid terendah terdapat pada mangkok sop merek CD yaitu sebesar 2,1 ppm.

Berdasarkan standar ISO 14528-3 Tahun 1999, kadar formaldehid yang diperbolehkan pada peralatan makan melamin adalah 3 ppm. Peralatan makan melamin yang terdapat di pusat pasar Medan tidak aman jika digunakan sebagai wadah makanan maupun minuman yang panas. Kadar formaldehid pada air panas yang dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin melebihi ambang batas aman formaldehid dalam tubuh manusia yang ditetapkan oleh IPCS yaitu 1 ppm. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut kandungan formaldehid pada penggunaan peralatan makan melamin berdasarkan suhu makanan dan minuman.

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elza Artha

Tempat/Tanggal Lahir : Siborong-borong/19 November 1984

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 5 (Lima)

Alamat Rumah : Jl. Merak No. 42 Sibolga, 22537

Riwayat Pendidikan :

1. SD Tri Ratna Sibolga Tahun 1991 - 1997

2. SLTP Tri Ratna Sibolga Tahun 1997 - 2000

3. SMU N 2 (Plus) Matauli Sibolga Tahun 2000 - 2003

4. FKM USU Medan Tahun 2003 - 2007

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota UKM KMK USU UP POMK FKM sejak 2004-sekarang.

2. Panitia Retret Tim Koordinasi Sumbagut Perkantas sebagai seksi dana tahun

2005.

3. Koordinasi UKM KMK USU UP POMK FKM sebagai anggota komisi

keuangan dan peralatan periode 2005/2006.

4. Koordinasi UKM KMK USU UP POMK FKM sebagai anggota komisi

kelompok kecil periode 2006/2007.

5. Pemimpin Kelompok Kecil UKM KMK USU UP POMK FKM sejak 2006-

sekarang.

6. Tim Misi Perintisan UKM KMK USU UP POMK FKM periode 2007/2008

sebagai kordinator.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bekat

dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“ PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID PADA PERALATAN

MAKAN MELAMIN DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 “. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa yang disajikan dalam skripsi ini mungkin masih

terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang sifatnya membangun untuk memperkaya materi skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Indra Chahaya, M.Si, selaku Kepala Bagian Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing

Skripsi I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan selama

mengikuti perkuliahan dan penyelesaian skripsi di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Surya Dharma, MPH, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh dosen FKM USU beserta seluruh pegawai dan karyawan terkhusus

K’Dian yang membantu kelancaran skripsi ini.

6. Dra. Norma Sinaga, selaku Kepala Bagian Toksikologi Laboratorium Kesehatan

Medan yang telah meluangkan waktu dan memberi petunjuk dan saran dalam

(6)

7. Secara khusus kepada Bapak (Alm. M.Siregar) dan Mama (R.Siahaan) tercinta

dan kakak serta adik-adikku yang kusayangi Lilis R.N. Siregar, Joice Helena

Siregar, Horas Siregar. Terima kasih untuk semua kasih sayang, doa, motivasi

serta bantuan moril dan materil yang tiada hentinya kepada penulis.

8. Teman-teman KTB Chapella Small Group : K’Linsay, K’Imeq, Dahlia, Putri,

Ermi, dan adik-adikku tersayang : Faeri, Ayu, Maya, Riris, Wilma, dan Decy.

Terima kasih buat doa, semangat, dan motivasi yang diberikan.

9. Seluruh teman-teman tercinta : Catrine, Elfrida, Vierto, Fina, Grace, Ade, Vera,

Jamari, Tini, Reni, Tiwi, teman-teman koordinasi POMK FKM 2006/2007,

teman-teman B’52 Kost, terima kasih buat doa, saran, kritik, perhatian dan

dukungannya.

10. Seluruh teman-teman di bagian Kesehatan Lingkungan FKM USU ( Ade, Soneta,

Yan, Pindah, Novri, Ruth) dan teman-teman stambuk 2003, terima kasih buat

dukungan dan kebersamaan selama ini.

11. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan

bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Medan, Juni 2007

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1. Toksikologi Lingkungan ... 6

2.2. Peralatan Makan Melamin ... 7

2.2.1. Pengertian Melamin ... 7

2.2.2. Proses Produksi Peralatan Melamin... 8

2.3. Formaldehid ... 10

2.3.1. Pengertian Formaldehid ... 10

2.3.2. Sifat Fisik dan Kimia Formaldehid ... 10

2.3.3. Kegunaan Formaldehid ... 11

2.3.4. Bahaya Formaldehid ... 13

2.3.5. Penanganan Bila Terpapar Formaldehid... 16

2.3.6. Tindakan Pencegahan Terhadap Formaldehid ... 16

2.4. Standar Kadar Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin ... 18

2.5. Pemeriksaan Kualitatif Formalin ... 19

2.6. Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid... 20

2.7. Kerangka Konsep ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Jenis Penelitian... 22

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2.1. Lokasi Penelitian... 22

3.2.2. Waktu Penelitian ... 22

3.3. Objek Penelitian dan Sampel ... 23

3.3.1. Objek Penelitian ... 23

(8)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

3.5. Teknik Analisa Data... 24

3.5.1. Alat dan Bahan... 25

3.5.2. Prosedur Analisis Peralatan Makan Melamin ... 26

3.6. Defenisi Operasional... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 31

4.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin ... 31

4.1.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin ... 31

4.1.2. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin ... 33

BAB V PEMBAHASAN ... 37

5.1. Pemeriksaan Formaldehid Pada Cangkir dan Mangkok Sop Melamin ... 37

5.2. Pemeriksaan Formaldehid Pada Air Panas Yang Dimasukkan ke dalam Cangkir Dan Mangkok Sop Melamin ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 41

6.1. Kesimpulan ... 41

6.2. Saran ... 42

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tabel 2.1. Efek Formaldehid Terhadap Kesehatan Manusia

Berdasarkan Dosis Pemaparan ...15 2. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Cangkir

Melamin Di Kota Medan Tahun 2007 ...32 3. Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Mangkok

Sop Melamin Di Kota Medan Tahun 2007...32 4. Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Air Panas yang

Dimasukkan Ke Dalam Cangkir Melamin di Kota Medan Tahun

2007...33 5. Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Air Panas yang

Dimasukkan Ke Dalam Mangkok Sop Melamin di Kota Medan

Tahun 2007 ...33 6. Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Cangkir

Melamin Di Kota Medan Tahun 2007...34 7. Tabel 4.6. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop

Melamin Di Kota Medan Tahun 2007 ...35 8. Tabel 4.7. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Air Panas yang

Dimasukkan Ke Dalam Cangkir Melamin di Kota Medan Tahun

2007...35 9. Table 4.8. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Air Panas yang

Disiramkan Ke Dalam Mangkok Sop Melamin di Kota Medan

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Konversi Rumus Formaldehid

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin Lampiran 3. ISO 14528-3 Tahun 1999

Lampiran 4. IPCS 89 Tahun 1989 Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan

manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan

kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna

tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Mukono, 2000).

Arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi

dengan bertumpukan pada pembangunan industri, yang diantaranya memakai

berbagai bahan kimia dan zat radioaktif. Secara global, ilmu pengetahuan dan

teknologi telah meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada kenyataannya, gaya

hidup masyarakat industri ditandai oleh pemakaian produk berbasis kimia. Hal itu

merupakan tantangan yang besar terhadap dampak bahan kimia bagi lingkungan

hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Makanan dan minuman adalah kebutuhan manusia yang paling penting untuk

kelangsungan hidupnya. Kebutuhan akan makanan dan minuman ini tidak terlepas

dari kebutuhan akan peralatan rumah tangga yang digunakan sebagai wadah bagi

makanan dan minuman tersebut seperti piring, gelas, mangkok, sendok, dan peralatan

makan lainnya.

Peralatan rumah tangga yang banyak dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari terbuat dari berbagai jenis bahan. Salah satunya adalah melamin. Di

(13)

yang terbuat dari melamin relatif mudah ditemukan. Peralatan rumah tangga itu

semakin membanjiri pasar tradisional dan swalayan.

Peralatan makan melamin mempunyai beberapa kelebihan

dibandingkan dengan peralatan makan yang terbuat dari kaca, logam,atau keramik.

Melamin lebih kuat, harga murah, desain warna yang menarik dan beragam, ringan

dan tidak mudah pecah. Dengan segala kelebihan melamin tersebut, sebagian orang

tak menyadari bahwa melamin menyimpan potensi membahayakan bagi kesehatan

manusia (Harjono, 2006).

Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), lembaga

khusus dari tiga organisasi PBB yaitu ILO, UNEP dan WHO yang peduli pada

keselamatan penggunaan bahan-bahan kimiawi, secara umum ambang batas aman

formaldehid dalam tubuh kita adalah 1 mg per kilogram berat badan (Kurnianingsih,

2006).

Menurut standar acuan ISO 14528-3 Tahun 1999, Pasific- Melamine

Formaldehyde Powder Molding Campounds kandungan formaldehid yang

diperbolehkan terdapat pada peralatan makan melamin adalah sebesar 3 ppm

(Anonimous, 2007).

Berdasarkan kerja sama penelitian antara Universitas Indonesia dan Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diketahui kandungan formaldehid dalam

perkakas melamin mencapai 4,76 - 9,22 ppm. Hal ini sangat jauh dari standar yang

sudah ditetapkan mengenai kandungan formaldehid yang boleh terdapat pada

(14)

Menurut Ariwahjoedi dalam Harjono, melamin berpotensi menghasilkan

monomer beracun yang disebut formaldehid. Penggunaan formaldehid pada proses

pembuatan peralatan makan melamin berfungsi sebagai bahan baku dan pengawet.

Formaldehid di dalam senyawa melamin dapat muncul kembali dengan adanya

peristiwa yang dinamakan depolimerisasi (degradasi) dimana partikel-partikel

formaldehid kembali muncul sebagai monomer dan otomatis menghasilkan racun

yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia. Hal ini terjadi

apabila senyawa melamin terkena air panas, sinar ultraviolet, adanya

gesekan-gesekan dan abrasi terhadap permukaan melamin (Harjono, 2006).

Bahaya formaldehid terhadap kesehatan manusia dapat mengakibatkan

terjadinya iritasi pada membran mukosa, dermatitis, gangguan pada pencernaan,

hematemesis, hematuria, proteinuria, anuria, acidosis, vertigo, koma, dan kematian

(Windholz, 1976).

Formaldehid yang terhirup lewat pernafasan (inhalasi) akan segera diabsorbsi

ke paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis, rasa terbakar,

dan lakrimasi (keluar air mata dan pada dosis yang lebih tinggi bisa buta), bronchitis,

edema pulmonari atau pneumonia karena dapat mengecilkan bronchus dan

menyebabkan akumulasi cairan di paru. Pada orang yang sensitif dapat menyebabkan

alergi, asma, dan dermatitis. Jika masuk lewat penelanan (ingestion) sebanyak 30 ml

(2 sendok makan) dari larutan formaldehid dapat menyebabkan kematian, hal ini

disebabkan sifat korosif larutan formaldehid terhadap mukosa saluran cerna lambung,

(15)

terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung

(Widyaningsih, 2006).

Efek formaldehid pada kesehatan manusia dapat terlihat setelah terkena

dalam jangka waktu yang lama dan berulang. Iritasi kemungkinan parah, mata berair,

gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, dan menstruasi.

Akumulasi formaldehid yang tinggi di dalam tubuh bisa menyebabkan beragam

penyakit. Bahkan penyakit kanker yang mematikan (Anonimous, 2005b).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Di kota Medan beredar peralatan makan melamin dengan kandungan

formaldehid melebihi standar yang diperbolehkan terdapat pada peralatan

makan melamin tersebut.

2. Kandungan formaldehid yang masuk ke dalam tubuh manusia melebihi nilai

(16)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin yang beredar di

kota Medan tahun 2007.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kandungan formaldehid pada peralatan rumah tangga yaitu

cangkir dan mangkok sop yang terbuat dari bahan melamin.

2. Mengetahui kandungan formaldehid pada air panas yang disiram ke dalam

peralatan makan melamin.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai jumlah kandungan

formaldehid yang terdapat pada peralatan makan yang terbuat dari melamin.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toksikologi Lingkungan

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia

terhadap organisme hidup. Efek merugikan / toksik pada sistem biologis dapat

disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta

suasananya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik.

Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik

dan kimia, situasi paparan, dan kerentanan sistem biologis. Faktor utama yang

berkaitan dengan toksisitas dan situasi paparan adalah cara atau jalan masuknya

paparan serta durasi dan frekuensi paparan. Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan

polutan yang toksik, umumnya melalui saluran pencernaan makanan, saluran

pernafasan, kulit, dan jalur lainnya seperti intra muskuler, intra dermal, dan sub

kutan. Durasi dan frekuensi paparan bahan toksik dibagi menjadi empat kategori,

yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan kronis (Mukono, 2000).

Bahan toksik yang ada di lingkungan berasal dari alam dan buatan manusia.

Sumber bahan kimia toksik dapat berasal dari udara, air, makanan, pestisida, dan

produk konsumen. Produk konsumen adalah semua bahan selain makanan dan

minuman dan umumnya digunakan untuk keperluan sehari-hari. Salah satu produk

konsumen yang dapat menimbullkan efek toksik pada tubuh manusia dalam

penggunaannya sehari-hari adalah peralatan makan yang terbuat dari melamin. Hal

ini disebabkan karena adanya kandungan formaldehid, merupakan bahan kimia

(18)

2.2. Peralatan Makan Melamin 2.2.1. Pengertian Melamin

Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia,

Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut

bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan

teknologi kimia awal abad ke-20. Pada awalnya bakelite banyak digunakan sebagai

bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama. Namun dalam perkembangannya

kemudian, hasil penemuan Baekeland dikembangkan dan dimanfaatkan dalam

industri rumah tangga. Salah satunya adalah sebagai bahan dasar peralatan makan

seperti sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkok, sendok sup, dan tempayan

yang dihasilkan dari melamin (Harjono, 2006).

Melamin adalah suatu basa organik kuat dengan nama formula kimia C3H6N6

dan nama IUPAC 1,3,5-triazine-2,4,6-triamine, berbentuk prisma monosiklik dengan

titik beku < 250 0C . Melamin larut di dalam air, sangat larut dalam alkohol namun

tidak larut dalam eter. Melamin biasanya digunakan sebagai bahan sintesis dengan

formaldehid.

Peralatan makan melamin merupakan sejenis plastik hasil kombinasi antara

melamin dengan formaldehid menghasilkan melamin resin, yaitu suatu polimer yang

tahan panas dengan stabilitas dimensi yang sempurna. Melamin resin biasanya

dikenal dengan nama Thermoset Plastic karena jenis plastik ini mempunyai bentuk

yang tetap. Jika terkena bahan atau cairan yang panas melamin dapat melebur. Oleh

karena itu peralatan makan melamin sebaiknya tidak digunakan pada suhu yang

(19)

Peralatan makan melamin memiliki resistensi yang baik terhadap lemak,

minyak, dan berbagai larutan organik lainnya, namun sangat rentan terhadap panas

dan sinar ultraviolet karena kedua hal tersebut dapat dapat memicu terjadinya

depolimerisasi. Gesekan-gesekan dan abrasi terhadap permukaan melamin juga dapat

mengakibatkan lepasnya partikel formaldehid. Selain itu, persenyawaan yang kurang

sempurna dalam proses pembuatan melamin mengakibatkan terjadinya residu dimana

sisa formaldehid dan fenol yang tidak bersenyawa akan terjebak dalam materi

melamin. Formaldehid yang terjebak dalam materi melamin bisa mengancam

kesehatan bila masuk ke dalam tubuh manusia (Gennaro, 1990).

2.2.2. Proses Produksi Peralatan Melamin

Melamin resin diproduksi dengan cara mencampurkan melamin dan

formaldehid dalam suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bahan-bahan ini

dipolimerisasi, dilanjutkan dengan proses pengeringan dan pendinginan. Material

yang telah didinginkan, digiling untuk menghasilkan bahan yang lunak. Pada proses

ini dimasukkan bahan pengawet, minyak pelumas, dan zat warna. Setelah proses

penggilingan selesai, dilanjutkan dengan granulasi yaitu membentuk bahan menjadi

butiran-butiran kecil kemudian bahan dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Bagan produksi peralatan melamin dapat dilihat pada bagan berikut ini (Shreve,

(20)

Gambar 2.1. Proses Produksi Peralatan Makan Melamin

melamin

Pengawet, Pelumas, Zat Warna

Ruang Pendingin

Saringan Selulose (Cellulose Filter)

Polimerisasi

Formaldehide (37,5% Sol)

Penggabungan (Mixer)

Pengeringan (Tray Dryer)

Penggilingan

Granulasi

Membentuk cetakan (Molding Compuond)

(21)

2.3. Formaldehid

2.3.1. Pengertian Formaldehid

Formaldehid (CH2O) merupakan suatu campuran organik yang

dikenal dengan nama aldehide, membeku pada suhu < 92 0Cdan mendidih pada suhu

300 0C. Formaldehid awalnya disintesa kimiawan asal Rusia Alexander Butlerov

pada tahun 1859, tetapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. formaldehid

dihasilkan dengan membakar bahan yang mengandung karbon. Dalam atmosfer bumi,

formaldehid dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan

hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat dalam bentuk gas,

larutan, dan padatan. Formaldehid yang digunakan dalam proses pembuatan peralatan

makan melamin adalah formaldehid dalam bentuk larutan yang dikenal dengan nama

formalin (Windholz, 1976).

2.3.2. Sifat Fisik dan Kimia Formaldehid 1. Sifat Fisik

Sifat fisik larutan formaldehid adalah merupakan cairan jernih, tidak berwarna

atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, uap merangsang selaput lender hidung

dan tenggorokan dan jika disimpan di tempat dingin dapat menjadi keruh. Biasanya

disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya dengan suhu tempat

penyimpanan di atas 200 (Depkes RI, 1995).

Formaldehid dalam udara bebas berada dalam bentuk gas, namun bisa larut

dalam air. Larutan formaldehid yang dijual dipasaran menggunakan merek dagang

formalin atau formol. Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi (sangat

(22)

mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi terjadinya polimerisasi

(Anonimous, 2005a).

2. Sifat Kimia

Formaldehid pada umumnya memiliki sifat kimia yang sama dengan aldehid

namun lebih reaktif daripada aldehide lainnya. Formaldehide merupakan elektrofil

sehingga bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa

aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elekrofilik dan alkena. Keadaan katalis

basa mengakibatkan formaldehid bisa menghasilkan asam format dan metanol

(Depkes RI, 1995).

Formaldehid bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksan atau

polimer linier polioksimetilen. Formaldehid bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer

menjadi asam format, karena itu larutan formaldehid harus ditutup serta diisolasi

supaya udara tidak masuk (Anonimous, 2005a).

2.3.3. Kegunaan Formaldehid

Formaldehid merupakan gas yang larut dalam air dengan

konsentrasi 37 % dan dikenal sebagai formalin. Sudah sejak lama dipakai untuk

mempersiapkan vaksin-vaksin melalui mensterilkan bakteri atau menginaktifkan

bakteri atau toksin maupun virus tanpa merusak antigenitasnya. Untuk keperluan ini

dibutuhkan konsentrasi sampai 0,1 %. Formaldehid dapat juga digunakan sebagai gas

dalam mensterilkan permukaan-permukaan yang kering, misalnya di dalam kamar

dimana pasien mengalami infeksi yang serius atau jika hendak mempersiapkan

penjualan/pemakaian alat-alat plastik dalam labotarorium bakteriologis. Akan tetapi

(23)

sebuah polimer (paraformaldehid) yang reversibel. Proses adsorpsi yang tidak

diinginkan : formaldehid tidak dapat menembus (penetrasi) substansi-substansi yang

poreus (berlubang), sehingga menghsilkan sisa-sisa (residu) yang sukar diuraikan

atau dikeluarkan, karena sifatnya yang sukar memproses depolimerisasi deposit dari

paraformaldehid tersebut. Akibatnya terbentuklah kelembaban yang tinggi pada

permukaan bakteri (Kusnawidjaja, 1993).

Formaldehid dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,

sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet.

Sebagai desinfektan, Formaldehid dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal,

gudang, dan pakaian. Formaldehid dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam

bidang medis, larutan formaldehid dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya

mengangkat kutil. Larutan dari formaldehid sering dipakai dalam membalsem untuk

mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai (Windholz, 1976).

Dalam industri, formaldehid kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan

rupa-rupa bahan kimia. Kalau digabungkan dengan fenol, urea, atau melamin,

formaldehid menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem

permanen, misalnya yang dipakai untuk peralatan rumah tangga, kayu lapis/triplek

atau karpet (Anonimous, 2005b).

Beberapa kegunaan lain dari formaldehid adalah :

1. Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.

2. Bahan pembuatan sutra sintesis, zat pewarna, cermin, dan kaca.

3. Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia fotografi.

(24)

5. Bahan untuk pembuatan produk parfum.

6. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.

7. Pencegah korosi untuk sumur minyak.

Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), formalin digunakan

sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah

tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin,

dan pembersih karpet (Windholz, 1976).

2.3.4. Bahaya Formaldehid

Formaldehid yang terhirup lewat pernafasan (inhalasi) akan segera diabsorbsi

ke paru dan menyebabkan paparan akut berupa pusing kepala, rhinitis, rasa terbakar,

dan lakrimasi (keluar air mata dan pada dosis yang lebih tinggi bisa buta), bronchitis,

edema pulmonari atau pneumonia karena dapat mengecilkan bronchus dan

menyebabkan akumulasi cairan di paru. Pada orang yang sensitif dapat menyebabkan

alergi, asma, dan dermatitis. Jika masuk lewat penelanan (ingestion) sebanyak 30 ml

(2 sendok makan) dari larutan formaldehid dapat menyebabkan kematian, hal ini

disebabkan sifat korosif larutan formaldehid terhadap mukosa saluran cerna lambung,

disertai mual, muntah, nyeri, pendarahan, dan perforasi. Jika terpapar secara

terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung

(Widyaningsih, 2006).

Formaldehid sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit maupun tertelan.

Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran

pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam

(25)

sehingga akan menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang

mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh. Formaldehid merupakan zat yang

bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Kandungan formaldehid di

udara lebih dari 0,1 ppm mengakibatkan terjadinya iritasi kepala dan membran

mukosa yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, dan tenggorokan seperti

terbakar (Widodo, 2006).

Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh mengalami metabolisme yang

kompleks. Formaldehid juga dapat mengakibatkan terjadinya mutasi sel pada jaringan

tubuh manusia dan binatang. Pemaparan terhadap formaldehid mengakibatkan

terjadinya penyakit perut, hematemesis, hematuria, proteinuria, vertigo, koma,dan

kematian (Windholz, 1976).

Di dalam tubuh, formaldehid bisa mengakibatkan terikatnya DNA oleh

protein sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Dampak formalin pada

kesehatan manusia dapat bersifat (Anonimous, 2005a) :

1. Akut

Efek pada kesehatan manusia langsung terlihat, seperti iritasi, alergi,

kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing.

2. Kronik

Efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu

yang lama dan berulang. Iritasi kemungkinan parah, mata berair, gangguan pada

pencernaan, hati, ginjal, pancreas, sistem saraf pusat, menstruasi. Pada hewan

percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat

(26)

mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang karena

terjadi akumulasi formaldehid dalam tubuh.

Formaldehid masuk ke dalam tubuh manusia dapat terjadi dengan berbagai

cara misalnya lewat udara, saluran pencernaan, dan kontak langsung dengan

kulit.Berikut ini adalah efek yang ditimbulkan formaldehid pada tubuh manusia

berdasarkan dosis pemaparannya (Anonimous, 2005a) :

Tabel 2.1. Efek Formaldehid Terhadap Kesehatan Manusia Berdasarkan Dosis Pemaparan

No Dosis Pemaparan Efek Terhadap Kesehatan

1 0-0,5 ppm -

2 0,05-1,5 ppm Efek pada syaraf (neurophysiological) 3 0,01-2,0 ppm Iritasi pada mata

4 0,1-25 ppm Iritasi tingkat tinggi pada organ luar

5 5-30 ppm Efek pada paru-paru

6 50-100 ppm Radang dan pneumonia

7 > 100 ppm Kematian

(27)

2.3.5. Penanganan Bila Terpapar Formaldehid

Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin,

tindakan awal yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah

paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan

masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan.

Bila terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan atau sepatu yang terkena

larutan formaldehid. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak

dan air yang banyak dan pastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada

bagian yang terbakar, lindungi kulit dengan pakaian yang kering, steril dan longgar.

Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan.

Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan garam dapur

0,9 % (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara

terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter (Anonimous,

2005).

Bila tertelan segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat

berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau di bawa ke rumah

sakit (Widodo, 2006).

2.3.6. Tindakan Pencegahan Terhadap Formaldehid

Tindakan pencegahan terhadap formaldehid dilakukan berdasarkan

jalur masuk formalin tersebut ke dalam tubuh, yaitu :

1. Terhirup

Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung untuk pernafasan

(28)

kemungkinan masuknya formaldehid ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi

alat ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan.

2. Terkena Mata

Gunakan pelindung mata atau kaca mata, penahan yang tahan terhadap

percikan. Sediakan air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna

apabila terjadi keadaan yang darurat.

3. Terkena Kulit

Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok dan gunakan sarung

tangan yang tahan bahan kimia.

4. Tertelan

Hindari makan, minum, merokok selama bekerja dan cuci tangan sebelum

makan.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah masuknya formalin ke dalam

tubuh manusia pada penggunaan peralatan makan melamin dengan tidak

menggunakan peralatan makan melamin sebagai wadah makanan/minuman yang

panas serta menghindari terjadinya gesekan pada permukaan peralatan makan

melamin yang dapat memicu terjadinya degradasi monomer formaldehid pada

peralatan makan melamin (Harjono, 2006).

Dalam memilih produk melamin yang aman dapat dilakukan dengan menguji

ketahanan produk dengan membakar ujung melamin dengan lilin, jika melamin palsu,

reaksi yang timbul adalah terurainya monomer bahan, sehingga bau gas formaldehid

akan menyengat hidung, sedangkan melamin yang asli cukup kelihatan gosong tetapi

(29)

warna minuman, teh atau kopi (sisi dalam wadah kelihatan gelap dan kotor),

sedangkan melamin asli cenderung memiliki warna yang stabil (Anonimous, 2005b).

2.4. Standar Kadar Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin

Standar kadar formaldehid pada peralatan rumah tangga yang

terbuat dari bahan melamin umumnya menggunakan standar Food Grade. Food grade

adalah salah satu isitilah untuk menjelaskan golongan material yang layak dipakai

untuk memproduksi perlengkapan makan. Suatu material dianggap Food Grade

apabila material tersebut tidak akan memindahkan atau mentransfer zat-zat yang

berbahaya/beracun ke makanan yang kita makan (Anonimous, 2005b)

Saat ini di Indonesia standar Food Grade belum tersedia, jadi standar yang

digunakan adalah standard Internasional yaitu ISO 14528-3 tahun 1999, Pasific-

Melamine Formaldehide Powder Molding Campounds yang menyatakan bahwa

jumlah kandungan formaldehid yang boleh terdapat pada peralatan makan melamin

(30)

2.5. Pemeriksaan Kualitatif Formalin

Secara kualitatif formalin dapat diperiksa melalui beberapa cara, yaitu : 1. Reaksi dengan perak amoniakal

Pemeriksaan formaldehid dengan penambahan pereaksi Tollens dengan

pemanasan akan menghasilkan cermin perak pada dinding tabung reaksi.

Reaksi ini terjadi berdasarkan sifat reduksi gugus aldehid dari formalin

(Horwitz, 1970).

Reaksi :

AgNO3 + NaOH AgOH putih + NaNO3

2 AgOH Ag2O abu-abu + H2O

Ag2O + 4 NH4OH 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O

HCHO + 2 Ag(NH3)2OH + 3 H2O 2 Ag cermin perak +

HCOOH + 4 NH4OH

2. Reaksi dengan asam kromatropat

Reaksi spesifik untuk mengidentifikasi larutan formaldehid adalah

pembentukan warna dengan asam kromatropat. Reaksi ini terjadi berdasarkan

kondensasi formaldehid dengan sistem aromatik dari asam kromatropat (Roth,

1988)

Sebanyak 5 ml asam kromatropat dimasukkan dalam tabung reaksi

kemudian ditambah 1 ml destilat. Larutan kemudian dipanaskan dalam

penangas air yang mendidih selama 15 menit. Selama pemanasan diamati

warna ungu yang terbentuk yang menunjukkan ada tidaknya kandungan

(31)

2.6. Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid

Secara kuantitatif formaldehid dapat diperiksa melalui beberapa cara, yaitu :

1. Titrasi Asam-Basa

a. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III

Timbangkan seksama 3 gram, tambahkan dengan campuran 25 ml hidrogen

peroksida encer dan 50 ml natrium hidroksida 1 N hangatkan di atas tangas air

hingga pembuihan berhenti. Titrasi dengan asam klorida 1 N menggunakan

indikator larutan fenolftalein P. Lakukan titrasi blangko. 1 ml larutan hidroksida 1

N setara dengan 30,03 mg CH2O (Depkes RI, 1979).

b. Metode Spektrofotometri

Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri sinar tampak

dengan menggunakan pereaksi Reagen Nash yang dapat bereaksi dengan larutan

formaldehid menghasilkan warna kuning yang mantap dan diukur pada panjang

(32)

2.7. Kerangka Konsep

ISO 14528-3 Tahun 1999

Tidak Ada

Kadar Formaldehid Ada

Uji Laboratorium - Uji Kualitatif - Uji kuantitatif

Uji Laboratorium - Uji Kualitatif - Uji kuantitatif

Tidak Ada

Ada Kadar

Formaldehid International Programme on Chemical Safety

(IPCS)1989

Perlakuan dengan air

panas Peralatan Makan Melamin

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif

yaitu untuk menganalisa kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin

dengan melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu dengan menggunakan reaksi asam

kromatropat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pusat pasar Medan dengan mengambil

sampel berbagai merek peralatan makan melamin. Adapun alasan dipilihnya lokasi di

pasar tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena :

1. Pasar tersebut banyak dimanfaatkan masyarakat umum untuk membeli

kebutuhan mereka.

2. Banyak penjual peralatan makan melamin di pasar tersebut sehingga sesuai

sebagai tempat melaksanakan penelitian.

3. Belum pernah dilakukan penelitian kandungan formalin pada peralatan makan

melamin.

3.2.2. Waktu Penelitian

(34)

3.3. Objek Penelitian dan Sampel 3.3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah peralatan makan yang terbuat dari melamin berupa

cangkir dan mangkuk sop yang dijual di pusat pasar Medan. Dari pasar tersebut

diambil 5 buah cangkir dan 5 buah mangkok sop dengan merek yang berbeda sebagai

bahan yang langsung diperiksa di laboratorium

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian di atas diambil dengan metode Purposive Sampling dimana

sampel diambil dengan pertimbangan bahwa jenis peralatan makan melamin tersebut

banyak dijual di pasar dan paling banyak dibeli masyarakat. Ada 10 merek peralatan

makan melamin yang diambil sebagai sampel dimana setiap jenisnya dilakukan 2 kali

pemeriksaan. Pemeriksaan pertama untuk peralatan makan melamin yang masih baru

dan belum mendapatkan perlakuan dan pemeriksaan yang kedua dilakukan terhadap

peralatan makan melamin yang masih baru namun sudah mendapat perlakuan yaitu

disiram dengan air panas. Air siraman yang dimasukkan ke dalam peralatan makan

melamin diperiksa untuk melihat kandungan formaldehid yang terkandung di

dalamnya.

Adapun merek peralatan makan melamin yang diambil berdasarkan jenisnya

adalah :

1. Cangkir

a. Venxia

b. Hoover

(35)

d. Higher

e. Tanpa Merek

2. Mangkok Sop

a. Huamei

b. Qunaimei

c. DH

d. CD

e. Tanpa merek

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap formaldehid yang terkandung dalam

peralatan makan melamin.

3.4.2. Data Sekunder

Adapun data sekunder diperoleh dari tinjauan kepustakaan dan literatur.

3.5. Teknik Analisa Data

Peralatan makan melamin yang dijual di pusat pasar medan

diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode asam kromatropat untuk

melihat ada tidaknya kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin

kemudian dihitung kandungan formaldehid yang terdapat pada peralatan makan

(36)

3.5.1. Alat dan Bahan 3.5.1.1. Alat-Alat

1. Centrifuge

2. Gelas ukur 5 ml

3. Gelas ukur 10 ml

4. Labu Kjeldahl

5. Panci

6. Tabung reaksi

3.5.1.2. Bahan-Bahan

1. Asam Kromatropat 0,5 %

2. Asam Pospat 10 %

3. Asam Sulfat 60 %

4. Aquadest

3.5.1.3. Cara Pembuatan Pereaksi 1. Asam Pospat 10 %

Ambil 12 ml asam Pospat 85 %, encerkan dengan aquadest sampai 100

ml.

2. Asam Sulfat 60 %

Ambil 63 ml H2SO4 (p) encerkan dengan aquadest hingga 100 ml.

3. Asam Kromatropat

(37)

3.5.2. Prosedur Analisis Peralatan Makan Melamin

3.5.2.1. Untuk peralatan makan melamin yang Tidak Mendapatkan Perlakuan 1. Pemeriksaan Kualitatif

a. Peralatan makan melamin dicuci dengan menggunakan sabun kemudian

dibilas hingga bersih.

b. Sejumlah 10-20 gram cuplikan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 800 ml

yang telah berisi air 100-200 ml.

c. Diasamkan dengan 5 ml larutan asam Pospat 10 %.

d. Destilasi perlahan-lahan hingga diperoleh 90 ml destilat yang ditampung

dalam gelas ukur yang telah berisi 10 ml air (ujung pendingin harus

tercelup).

e. 1-2 ml destilat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambah 5 ml larutan

asam kromatropat 0,5 % dalam asam sulfat 60 % yang dibuat segar.

f. Masukkan ke dalam tangas air yang mendidih selama 15 menit.

g. Larutan akan berwarna ungu jika mengandung formaldehid.

2. Pemeriksaan Kuantitatif

a. Peralatan makan melamin dicuci dengan menggunakan sabun kemudian

dibilas hingga bersih.

b. Sejumlah 10-20 gram cuplikan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 800 ml

yang telah berisi air 100-200 ml.

(38)

d. Destilasi perlahan-lahan hingga diperoleh 90 ml destilat yang ditampung

dalam gelas ukur yang telah berisi 10 ml air (ujung pendingin harus

tercelup).

e. Hasil destilat ditambahkan indikator Phenolphtalen , titrasi dengan larutan

NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna pink.

f. Kandungan formaldehid dapat di dengan rumus :

V x N x BM formaldehid (30,03)

________________________ x 100 %

Berat Sampel

V = Volume Titrasi Sampel

N = Normalitas NaOH yang digunakan.

3.5.2.2. Untuk peralatan makan melamin setelah mendapat perlakuan (Disiram dengan air panas)

1. Pemeriksaan Kualitatif

a. Peralatan makan melamin dicuci dengan menggunakan sabun kemudian

dibilas hingga bersih.

b. Masukkan 200 ml air panas dengan suhu 80 0C ke dalam wadah melamin

(cangkir dan mangkok sop) kemudian didiamkan selama 5 menit.

c. Diasamkan dengan 5 ml larutan asam Pospat 10 %.

d. Destilasi perlahan-lahan hingga diperoleh 90 ml destilat yang ditampung

dalam gelas ukur yang telah berisi 10 ml air (ujung pendingin harus

(39)

e. 1-2 ml destilat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambah 5 ml larutan

asam kromatropat 0,5 % dalam asam sulfat 60 % yang dibuat segar.

f. Masukkan ke dalam tangas air yang mendidih selama 15 menit.

g. Larutan akan berwarna ungu jika mengandung formaldehid.

2. Pemeriksaan Kuantitatif

a. Peralatan makan melamin dicuci dengan menggunakan sabun kemudian

dibilas hingga bersih.

b. Masukkan 200 ml air panas ke dalam wadah melamin (cangkir dan

mangkok sop) kemudian didiamkan selama 5 menit.

c. Diasamkan dengan 5 ml larutan asam Pospat 10 %.

d. Destilasi perlahan-lahan hingga diperoleh 90 ml destilat yang ditampung

dalam gelas ukur yang telah berisi 10 ml air (ujung pendingin harus

tercelup).

e. Hasil destilat ditambahkan indikator Phenolphtalen , titrasi dengan larutan

NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna pink.

f. Kandungan formaldehid dapat di dengan rumus :

V x N x BM formaldehid (30,03)

________________________ x 100 %

Berat Sampel

V = Volume Titrasi Sampel

(40)

3.6 Defenisi Operasional

Sesuai dengan kerangka konsep yang menjadi variable independen

(variabel bebas) adalah peralatan makan melamin yang mengandung formaldehid.

a. Peralatan Makan Melamin

Peralatan makan sejenis plastik yang merupakan hasil kombinasi antara melamin

dengan formaldehid yang menghasilkan melamin resin dan membentuk suatu

plastik keras yang disebut Thermoset Plastic yang dijual di pusat pasar Medan.

Peralatan makan yang diperiksa adalah cangkir dan mangkok sop.

b. Uji Laboratorium

Uji laboratorium dengan menggunakan reaksi asam kromatropat untuk

pemeriksaan kualitatif dan titrimetri untuk pemeriksaan kuantitatif yang

dilakukan di laboratorium kesehatan Medan.

c. Perlakuan Dengan Air Panas

Peralatan makan yang belum pernah digunakan atau yang baru dibeli diberi

perlakuan dengan cara memasukkan air panas dengan suhu 80 0C ke dalam

peralatan makan melamin tersebut, kemudian didiamkan selama 5 menit.

d. ISO 14528-3 Tahun 1999

Standar acuan ISO 14528-3 Tahun 1999, Pasific- Melamine Formaldehyde

Powder Molding Campounds yang menyatakan jumlah kandungan formaldehid

yang diperbolehkan terdapat pada peralatan makan melamin adalah sebesar 3

(41)

e. IPCS (International Programme on Chemical Safety) Tahun 1989

Standar yang dibuat oleh IPCS (International Programme on Chemical Safety),

yang menyatakan bahwa secara umum ambang batas aman formaldehid dalam

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin

4.1.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin

Hasil pemeriksaan kualitatif formaldehid pada 10 sampel peralatan makan

melamin dan air panas (80 oC) yang dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin

tersebut yang terdiri dari 5 sampel cangkir melamin dan 5 sampel mangkok sop

melamin yang dijual di pusat pasar Medan dilakukan di Laboratorium Kesehatan

[image:42.612.114.521.354.500.2]

Medan dapat dilihat pada tabel. di bawah ini :

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin di Kota Medan Tahun 2007

No Merek Sampel Reaksi Asam Kromatropat

Hasil 1 Venxia Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 2 Hoover Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 3 Onyx Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 4 01 Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 5 Highner Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + )

Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa pada 5 sampel cangkir

melamin yang diperiksa secara kualitatif dengan menggunakan reaksi Asam

Kromatropat menunjukkan terjadinya perubahan warna ungu pada 5 sampel. Hal ini

(43)

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop Melamin di Kota Medan Tahun 2007

No Merek Sampel Reaksi Asam Kromatropat

Hasil 1 CD Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 2 DH Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 3 Qunamei Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 4 Huamei Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 5 Tanpa Merek Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + )

Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa pada 5 sampel mangkok sop melamin

yang diperiksa secara kualitatif dengan menggunakan reaksi Asam Kromatropat

menunjukkan terjadinya perubahan warna ungu pada 5 sampel. Hal ini menunjukkan

[image:43.612.115.526.363.509.2]

bahwa cangkir melamin tersebut mengandung formaldehid.

Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Air Panas Yang Dimasukkan ke Dalam Cangkir Melamin di Kota Medan Tahun 2007

No Merek Sampel Reaksi Asam Kromatropat Hasil 1 Venxia Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 2 Hoover Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 3 Onyx Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 4 01 Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 5 Highner Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + )

Tabel 4.3. di atas menunjukkan bahwa pada 5 sampel air panas yang

dimasukkan ke dalam cangkir melamin yang diperiksa secara kualitatif dengan

menggunakan reaksi Asam Kromatropat menunjukkan terjadinya perubahan warna

ungu pada 5 sampel. Hal ini menunjukkan bahwa Air panas yang dimasukkan ke

(44)

Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Air Panas Yang Dimasukkan Ke Dalam Mangkok Sop Melamin di Kota Medan Tahun 2007

No Merek Sampel Reaksi Asam Kromatropat Hasil 1 CD Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 2 DH Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 3 Qunamei Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 4 Huamei Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 5 Tanpa Merek Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + )

Tabel 4.4. di atas menunjukkan bahwa pada 5 sampel air panas yang

dimasukkan ke dalam mangkok sop melamin yang diperiksa secara kualitatif dengan

menggunakan reaksi Asam Kromatropat menunjukkan terjadinya perubahan warna

ungu pada 5 sampel. Hal ini menunjukkan bahwa Air panas yang dimasukkan ke

dalam cangkir melamin tersebut mengandung formaldehid.

4.1.2. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Peralatan Makan Melamin

Hasil pemeriksaan formaldehid terhadap peralatan makan melamin dan air

panas (80 oC) yang dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin tersebut yang

terdiri dari 5 sampel cangkir melamin dan 5 sampel mangkok sop melamin yang

dijual di pusat pasar Medan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Medan dapat

(45)
[image:45.612.113.548.127.243.2]

Tabel 4.5. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin Di Kota Medan Tahun 2007

No Merek Sampel Berat Sampel (g) Volume Titrasi (ml) Kandungan Formaldehid (mg/kg = ppm)

ISO 14528-3 Tahun

1999

1 Venxia 220,062 2,30 31,4 3 ppm

2 Hoover 220,057 2,25 30,7 3 ppm

3 Onyx 220,044 0,40 5,5 3 ppm

4 01 220,044 1,55 21,2 3 ppm

5 Highner 219,387 1,85 25,3 3 ppm

Tabel 4.5. menunjukkan kandungan formaldehid yang bervariasi

pada berbagai merek cangkir melamin. Kandungan formaldehid yang tertinggi

terdapat pada cangkir melamin dengan merek Venxia yaitu sebesar 31,4 ppm dan

kandungan formaldehid terendah terdapat pada cangkir melamin dengan merek Onyx

yaitu sebesar 5,5 ppm.

Tabel 4.6. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Mangkok Sop Melamin di Kota Medan Tahun 2007

No Merek Sampel Berat Sampel (g) Volume Titrasi (ml) Kandungan Formaldehid (mg/kg = ppm)

ISO 14528-3 Tahun 1999

1 CD 218,330 1,05 14,4 3 ppm

2 DH 220,034 2,1 28,7 3 ppm

3 Qunamei 220,054 1,43 19,6 3 ppm

4 Huamei 220,040 0,70 9,6 3 ppm

5 Tanpa Merek 220,054 3,00 40,9 3 ppm

Tabel 4.6. menunjukkan kandungan formaldehid yang bervariasi pada

berbagai merek mangkok sop melamin. Kandungan formaldehid yang tertinggi

terdapat pada mangkok sop melamin tanpa merek yaitu sebesar 40,9 ppm dan

kandungan formaldehid terendah terdapat pada mangkok sop melamin dengan merek

(46)

Tabel 4.7. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Air Panas yang Dimasukkan ke Dalam Cangkir Melamin di Kota Medan Tahun 2007

No Merek Sampel Berat Sampel (g) Volume Titrasi (ml) Kandungan Formaldehid (mg/kg) ISO 14528-3 Tahun 1999

1 Venxia 200 0,45 6,8 3 ppm

2 Hoover 200 0,25 3,8 3 ppm

3 Onyx 200 0,15 2,3 3 ppm

4 01 200 0,50 7,5 3 ppm

[image:46.612.114.547.140.257.2]

5 Highner 200 0,90 13,5 3 ppm

Tabel 4.7. menunjukkan kandungan formaldehid yang bervariasi pada air

panas yang disiramkan ke dalam berbagai merek cangkir melamin. Kandungan

formaldehid yang tertinggi terdapat air panas yang disiramkan ke dalam cangkir

melamin dengan merek Highner yaitu sebesar 13,5 ppm dan kandungan formaldehid

[image:46.612.114.546.406.580.2]

terendah terdapat pada cangkir melamin dengan merek Onyx yaitu sebesar 2,3 ppm.

Table 4.8. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Air Panas yang Disiramkan ke Dalam Mangkok Sop Melamin di Kota Medan Tahun 2007

No Merek Sampel Berat Sampel (g) Volume Titrasi (ml) Kandungan Formaldehid (mg/kg = ppm)

ISO 14528-3 Tahun 1999

1 CD 200 0,14 2,1 3 ppm

2 DH 200 1,05 15,8 3 ppm

3 Qunamei 200 1,09 16,4 3 ppm

4 Huamei 200 0,45 6,8 3 ppm

5 Tanpa Merek 200 2,03 30,05 3 ppm

Tabel 4.8. menunjukkan kandungan formaldehid yang bervariasi pada air

panas yang disiramkan ke dalam berbagai merek mangkok sop melamin. Kandungan

(47)

melamin Tanpa Merek yaitu sebesar 30,05 ppm dan kandungan formaldehid terendah

(48)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pemeriksaan Formaldehid Pada Cangkir dan Mangkok Sop Melamin Berdasarkan hasil pemeriksaan secara kualitatif formaldehid pada peralatan

makan melamin di peroleh hasil bahwa dari 5 sampel cangkir dan 5 sampel mangkok

sop yang diperiksa, ternyata seluruh peralatan makan melamin tersebut mengandung

formaldehid.

Hasil pemeriksaan secara kuantitatif pada sampel yang positif mengandung

formaldehid diketahui bahwa untuk sampel cangkir, kadar formaldehid tertinggi

terdapat pada sampel merek Venxia dengan kandungan formaldehid sebesar 31,4 ppm

artinya dalam 1 kg sampel peralatan makan melamin yang diperiksa terdapat

kandungan formaldehid sebanyak 31,4 mg. Kadar formaldehid terendah terdapat pada

cangkir merek Onyx dengan kandungan formaldehid sebesar 5,5 ppm artinya dalam 1

kg sampel peralatan makan melamin yang diperiksa terdapat kandungan formaldehid

sebanyak 5,5 mg.

Kandungan formaldehid yang terdapat pada mangkok sop diperoleh bahwa

untuk mangkok sop, kadar formaldehid tertinggi terdapat pada sampel mangkok sop

Tanpa Merek dengan kandungan formaldehid sebesar 40,9 ppm artinya dalam 1 kg

sampel peralatan makan melamin yang diperiksa terdapat kandungan formaldehid

sebanyak 40,9 mg. Kadar formaldehid terendah terdapat pada sampel merek Huamei

dengan kandungan formaldehid sebesar 9,6 ppm artinya dalam 1 kg sampel peralatan

(49)

Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan formaldehid pada peralatan makan

melamin, kandungan formaldehid yang terdapat pada sampel yang diperiksa jauh

melebihi standar kandungan formaldehid yang diperbolehkan terdapat pada peralatan

makan melamin sesuai dengan standar acuan ISO 14528-3 Tahun 1999, Pasific-

Melamine Formaldehyde Powder Molding Campounds, yang menyatakan bahwa

kandungan formaldehid yang diperbolehkan terdapat pada peralatan makan melamin

adalah sebesar 3 ppm.

Kandungan formaldehid yang terdapat pada peralatan makan melamin berasal

dari proses pembuatan peralatan makan melamin dimana formaldehid digunakan

sebagai bahan baku dan pengawet. Tingginya kandungan formaldehid yang terdapat

pada peralatan makan melamin disebabkan dalam sistem produksi melamin yang

tidak terkontrol, bahan formaldehid yang digunakan cenderung tidak sebanding

dengan jumlah fenol sehingga mengakibatkan terjadinya residu, yaitu sisa monomer

formaldehid yang tidak bersenyawa tinggal di dalam materi melamin. Selain itu,

terdapat peralatan makan melamin yang terbuat dari urea formaldehid dengan

kandungan formaldehid yang tinggi (Harjono, 2006).

5.3. Pemeriksaan Formaldehid Pada Air Panas Yang Dimasukkan ke dalam Cangkir Dan Mangkok Sop Melamin

Pemeriksaan formaldehid secara kualitatif pada air panas dengan suhu 80 0C

kemudian didiamkan selama 5 menit yang dimasukkan ke dalam peralatan makan

melamin diperoleh hasil bahwa air panas yang dimasukkan ke dalam 5 sampel

(50)

Hasil pemeriksaan kuantitatif pada sampel air panas yang mengandung

formaldehid menunjukkan bahwa untuk sampel air panas yang dimasukkan ke dalam

cangkir melamin, kadar formaldehid tertinggi terdapat pada sampel merek Highner

yaitu kandungan formaldehid sebesar 13,5 ppm artinya bahwa dalam 1 liter sampel

yang diperiksa terdapat kandungan formaldehid sebanyak 13,5 ml. Kadar formaldehid

terendah terdapat pada sampel air panas yang disiramkan ke dalam cangkir melamin

dengan merek Onyx yaitu sebesar 2,3 ppm artinya dalam 1 liter air panas yang

dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin terdapat kandungan formaldehid

sebesar 2,3 ml.

Kandungan formaldehid yang terdapat pada air panas yang dimasukkan ke

dalam peralatan makan disebabkan senyawa melamin sangat rentan terhadap air

panas dan sinar ultraviolet. Kedua hal diatas dapat mengakibatkan terjadinya

depolimerisasi yaitu formaldehid muncul kembali dalam senyawa melamin sebagai

monomer yang menghasilkan racun (Harjono,2006).

Kemungkinan lain yang menyebabkan tingginya kandungan formaldehid yang

terdapat pada air panas yang dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin adalah

untuk produk melamin yang tidak termasuk kategori food grade, bahan pembuatnya

bukan dari melamin, tetapi urea formaldehid. Urea formaldehid merupakan bahan

pembuat plastik yang baik. Akan tetapi, bila terkena paparan panas lebih dari 62 oC

akan mudah melepaskan formalin atau bentuk cair dari formaldehid (Ariwahjoedi,

(51)

Formaldehid yang terdapat pada air panas yang dimasukkan ke dalam peralatan

makan melamin ini menunjukkan kandungan formaldehid yang dapat masuk ke

dalam tubuh kita jika kita mengkonsumsi air yang dimasukkan ke dalam peralatan

makan melamin tersebut. Menurut IPCS ambang batas aman formaldehid pada tubuh

manusia adalah sebesar 1 ppm.

Bahaya formaldehid terhadap kesehatan manusia dapat mengakibatkan

terjadinya iritasi pada membran mukosa, dermatitis, gangguan pada pencernaan,

hematemesis, hematuria, proteinuria, anuria, acidosis, vertigo, koma, dan kematian

(Windholz, 1976). Formaldehid bersifat karsinogen, jika terpapar secara

terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, dan jantung

(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan formaldehid pada peralatan makan melamin yang

dijual di Pusat Pasar Medan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada sampel cangkir terdapat formaldehid. Kandungan formaldehid tertinggi

terdapat pada merek Venxia yaitu sebesar 31,4 ppm dan kandungan formaldehid

terendah terdapat pada merek Onyx yaitu sebesar 5,5 ppm.

2. Pada sampel mangkok sop terdapat formaldehid. Kandungan formaldehid

tertinggi terdapat pada mangkok sop Tanpa Merek yaitu sebesar 40,9 ppm dan

kandungan formaldehid terendah terdapat pada merek Huamei yaitu sebesar 9,6

ppm.

3. Air panas yang dimasukkan ke dalam cangkir melamin mengandung formaldehid.

Kandungan formaldehid tertinggi terdapat pada air panas yang dimasukkan ke

dalam cangkir merek Highner dengan kandungan formaldehid sebesar 13,5 ppm

dan kandungan formaldehid terendah terdapat pada air panas yang dimasukkan ke

dalam sampel cangkir dengan merek Onyx yaitu sebesar 2,3 ppm.

4. Air panas yang dimasukkan ke dalam mangkok sop melamin mengandung

formaldehid. Kandungan formaldehid tertinggi terdapat pada air panas yang

dimasukkan ke dalam mangkok sop Tanpa Merek dengan kandungan formaldehid

sebesar 30,05 ppm dan kandungan formaldehid terendah terdapat pada air panas

(53)

6.2. Saran

1. Peralatan makan melamin tidak aman digunakan sebagai wadah makanan dan

minuman yang panas khususnya pada suhu 80 0C karena pada suhu tersebut

formaldehid yang terdapat pada peralatan makan melamin dapat keluar dan

masuk ke dalam tubuh manusia.

2. Masyarakat sebaiknya tidak tergiur dengan harga peralatan makan melamin yang

murah karena tidak menjamin bahwa peralatan makan melamin tersebut aman

digunakan sebagai wadah makanan dan minuman yang panas.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan formaldehid pada

penggunaan peralatan makan melamin berdasarkan suhu makanan dan minuman

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous., 2002. Instruksi Kerja Pengujian Bidang II., Medan : Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.

---, 2005a. Formaldehida., www.wikipedia.com diakses tanggal 27 Januari 2007.

---,2005b. Formalin Di Balik Piring-piring Cantik., www.terangdunia.com diakses tanggal 16 Desember 2006.

---, 2007. Mewaspadai Penggunaan Melamin yang Mengandung Formalin., Direktorat Perlindungan Konsumen.htm diakses tanggal 21 April 2007.

Ariwahjoedi, 2006. Bahaya Kanker Di Balik Melamin Murah., www.depkes.go.id diakses tangal 24 April 2007.

Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia., Edisi Ketiga, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

---, 1995. Farmakope Indonesia., Edisi Keempat, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Widyastuti, Palupi, 2005. Bahaya Bahan Kimia Pada Kesehatan Manusia Dan Lingkungan., Jakarta : EGC.

Gennaro, 1990. Remington’s Pharmaceutical Science., Eighteenth Edition. Easton : Mack Publishing Company.

Harjono, Y., 2006. Makan Sehat Hidup Sehat., Jakarta : Kompas.

Horwitz, W., 1970. Official Method of Analysis of Official Analytical Chemist., Fifteenth Edition. Station Washington D.C.

Kurnianingsih, 2006. Formalin Ada pada Melamin. www.wikipedia.com diakses tanggal 27 Januari 2007.

Kusnawidjaja, 1993. Pengaruh Proses Kimia Terhadap Kesehatan Masyarakat., Bandung : Penerbit Alumni.

(55)

Roth J., 1988. Pharmaceutical Chemistry., Singapore : Ellis Horwood.

Shreve, Norris.,1956. Chemical Process Industries., Edisi Keempat, Kogakusha : Mc. Graw Hill International Book Company.

Widyaningsih, T.D., 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan., Surabaya : Penerbit Trubus Agrisarana.

Widodo, J., 2006. Pengaruh Formalin Bagi Sistem Tubuh.puterakembara.org.id diakses tanggal 23 April 2007.

Windholz dkk, 1976. The Merck Index An Encyclopedia of Chemicals and Drugs., Ninth Edition. Rahway USA : Merck & CO.,Inc.

(56)

HASIL PEMERIKSAAN KANDUNGAN FORMALDEHID PADA PERALATAN MAKAN MELAMIN DI KOTA MEDAN 1. Pemeriksaan Kualitatif

a. Pemeriksaan kualitatif pada cangkir melamin

No Merek Sampel Reaksi Asam Kromatropat Hasil 1 Venxia Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 2 Hoover Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 3 Onyx Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 4 01 Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 5 Highner Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + )

b. Pemeriksaan kualitatif pada mangkok sop melamin

No Merek Sampel Reaksi Asam Kromatropat Hasil 1 CD Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 2 DH Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 3 Qunamei Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 4 Huamei Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 5 Tanpa Merek Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + )

c. Pemeriksaan Kualitatif pada air panas yang dimasukkan ke dalam Cangkir melamin.

No Merek Sampel Reaksi Asam Kromatropat Hasil 1 Venxia Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 2 Hoover Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 3 Onyx Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 4 01 Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + ) 5 Highner Terbentuk warna ungu Formaldehid ( + )

d. Pemeriksaan Kualitatif pada air panas yang dimasukkan ke dalam Mangkok Sop melamin.

(57)

2. Pemeriksaan Kuantitatif

a. Pemeriksaan kuantitatif pada cangkir melamin No Merek Sampel Berat Sampel

(g) Volume Titrasi (ml) Kandungan Formaldehid (mg/kg = ppm)

1 Venxia 220,062 2,30 31,4

2 Hoover 220,057 2,25 30,7

3 Onyx 220,044 0,40 5,5

4 01 220,044 1,55 21,2

5 Highner 219,387 1,85 25,3

b. Pemeriksaan kuantitatif pada mangkok sop melamin No Merek Sampel Berat Sampel

(g) Volume Titrasi (ml) Kandungan Formaldehid (mg/kg = ppm)

1 CD 218,330 1,05 14,4

2 DH 220,034 2,1 28,7

3 Qunamei 220,054 1,43 19,6

4 Huamei 220,040 0,70 9,6

5 Tanpa Merek 220,054 3,00 40,9

c. Pemeriksaan Kuantitatif pada air panas yang dimasukkan ke dalam Cangkir melamin

No Merek Sampel Berat Sampel (g) Volume Titrasi (ml) Kandungan Formaldehid (mg/kg)

1 Venxia 200 0,45 6,8

2 Hoover 200 0,25 3,8

3 Onyx 200 0,15 2,3

4 01 200 0,50 7,5

(58)

d. Pemeriksaan Kuantitatif pada air panas yang dimasukkan ke dalam Mangkok Sop melamin

No Merek Sampel Berat Sampel (g)

Volume Titrasi

(ml)

Kandungan Formaldehid (mg/kg = ppm)

1 CD 200 0,14 2,1

2 DH 200 1,05 15,8

3 Qunamei 200 1,09 16,4

4 Huamei 200 0,45 6,8

5 Tanpa Merek 200 2,03 30,05

Medan, 18 Juni 2007 Pembimbing Laboratorium

(59)

Gambar

Gambar 2.1. Proses Produksi Peralatan Makan Melamin
Gambar 2.1. Proses Produksi Peralatan Makan Melamin
Tabel 2.1. Efek Formaldehid Terhadap Kesehatan Manusia Berdasarkan Dosis Pemaparan
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Cangkir Melamin di Kota Medan Tahun 2007
+4

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL : ANALISA KONDISI HIGIENE DAN SANITASI INSTALASI GIZI SERTA PEMERIKSAAN E-COLI PADA PERALATAN MAKAN DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN 2016.. Bersama ini