• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sinetron Remaja Jomblo Terhadap Perubahan Prilaku Remaja (Studi Korelasional Pengaruh Sinetron Remaja ”Jomblo” Di RCTI Terhadap Perubahan Prilaku Remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sinetron Remaja Jomblo Terhadap Perubahan Prilaku Remaja (Studi Korelasional Pengaruh Sinetron Remaja ”Jomblo” Di RCTI Terhadap Perubahan Prilaku Remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe)"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

Perubahan prilaku remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe)

Diajukan Oleh : Eddy Suranta Brahmana

050922045 Ilmu Komunikasi

(Ekstension)

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Eddy Suranta Brahmana Nim : 050922045

Jurusan : Ilmu Komunikasi Ekstension

Judul : Pengaruh Sinetron Remaja Jomblo Terhadap Perubahan Prilaku Remaja

(Studi Korelasional Pengaruh Sinetron Remaja ”Jomblo” Di RCTI Terhadap Perubahan Prilaku Remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe)

Pembimbing Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi

Dra. Dewi Kurniawati, Msi

Nip. 131 837 036 Nip. 131 654 105

Drs. Amir Purba, MA

Dekan

Nip. 131 757 010

(3)

Jomblo di RCTI Terhadap Perubahan Prilaku Remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe).

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk melihat sejauhmana pengaruh hubungan antara Sinetron Remaja Jomblo di RCTI terhadap perubahan prilaku remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe.

Penelitian ini menggunakan teori-teori yang dianggap relevan seperti Teori Kultivasi, Teori Komunikasi dan Komunikasi Massa, Teori Televisi sebagai Media Massa, Teori Posisi Media Televisi , Teori Sinetron dan Televisi Prilaku Remaja.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel dan melihat sejauhmana variasi-variasi antara satu variabel pada suatu faktor yang berkaitan dengan variabel faktor lain, yang berdasarkan pada koefisien korelasi. Kelebihan metode korelasional adalah dapat mengukur hubungan diantara variabel, meramalkan variabel tak bebas dan memudahkan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental. Sedangkan kelemahan teori ini adalah korelasi tidak selalu menunjukkan hubungan kausalitas, walaupun kadang-kadang korelasi yang tinggi dapat menunjukkan hubungan sebab akibat.

Populasi dalam penelitian ini merupakan siswa-siswi SMU Swasta GBKP Kabanjahe. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Arikunto, yaitu tingkat populasi besar atau lebih dari 100 orang maka dapat diambil 10 - 15 % atau 20 - 25 %, tetapi jika kurang dari 100 orang maka seluruh populasi dijadikan sampel. Maka diperoleh sampel sebanyak 75 responden digunakan tehnik purposive sampling. Pengumpulan datanya dilakukan dengan tehnik lapangan dengan cara penyebaran datanya kuisioner pada responden (siswa-siswi SMU Swasta GBKP Kabanjahe) dimana Peneliti mendampingi responden pada saat pengisian kuisioner dan penelitian kepustakaan yaitu menghimpun data dari buku-buku yang dianggap relevan sesuai penelitian ini. Data dalam penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan tabel tunggal dan tabel silang.

(4)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Yesus Kristus yang memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Sinetron Remaja Jomblo di Televisi Terhadap Perubahan Remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe” ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Sebagai umat manusia yang sesuai kodratnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan, kelemahan dan keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta kesempatan yang ada pada penulis. Oleh karena itu penulis menerima setiap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Keberhasilan penulis dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari petunjuk dari Yesus Kristus, serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

(5)

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA,selaku Ketua Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, MSi selaku Pembimbing yang memberikan masukan, asaran dan bantuan moril yang tak terhingga kepada penulis. 5. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku dosen wali penulis selama masa

perkuliahan hingga selesai.

6. Selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan-masukan dan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis.

7. Bapak Drs. Kasman Sembiring, MM selaku kepala Pendidikan Nasional Kabupaten Karo yang memberikan surat rekomendasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Bapak Drs. Sugianta Ginting, selaku Kepala Sekolah SMU Swasta GBKP Kabanjahe yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengumpulkan data-data bagi penyelesaian skripsi ini. 9. Seluruh guru dan pegawai di SMU Swasta GBKP Kabanjahe, terutama

teman saya Sadar Barus yang selalu menemani penulis ketika penulis berkunjung ke SMU Swasta GBKP Kabanjahe. Dan juga guyonannya yang membuat penulis tersenyum dan tertawa.

(6)

12. Kak Ros dan Kak Cut ... terima kasih.

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Yesus Kristus atas segala bantuan yang telah diberikan, semoga akan memper oleh balasan yang berlipat ganda dariNya.

Medan, Agustus 2007

(7)

KATA PENGANTAR ... ii BAB II URAIAN TEORITIS ` 2.1. Teori Kultivasi 2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Teori Kultivasi ... 2.1.2. Elemen-elemen teori Kultivasi ... 2.1.3. Kelemahan dan Kritik terhadap teori Kultivasi ... 2.2. Komunikasi dan Komunikasi Massa 2.2.1. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Massa 31 2.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa ... 32

2.2.3. Fungsi Komunikasi Massa ... 33

2.3. Televisi sebagai Media Massa 2.3.1. Pengertian Televisi... 34

2.3.2. Sejarah Televisi ... 35

(8)

2.5. Sinetron

2.5.1. Kualitas, Kuantitas dan Objektivitas Sinetrion

Televisi ... 42

2.5.2. Pesan Sinetron Televisi ... 43

2.6. Prilaku Remaja 2.6.1. Pengaruh Televisi dalam Perubahan Prilaku Remaja ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1. SMU Swasta GBKP Kabanjahe... 54

3.2.2. Sinetron Remaja Jomblo ... 3.2. Metode Penelitian ... 59

3.3. Populasi dan Sampel ... 59

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 61

3.5. Tehnik Analisa Data ... 61

BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengumpulan Data ... 64

4.2. Penyajian Tabel Tunggal ... 65

4.3. Penyajian Tabel Silang ... 82

4.4. Penyajian Hiporesis ... 85

4.5. Pembahasan ... 89

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 91

5.2. Saran ... 92 DAFTAR REFERENSI

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Data Siswa/i SMU Swasta GBKP Kabanjahe

Tabel 2 : Data Tangga Pengajar SMU Swasta GBKP Kabajahe Tabel 3 : Distribusi Jenis Kelamin

Tabel 4 : Distribusi Usia Siswa Tabel 5 : Distribusi Uang Saku Tabel 6 : Distribusi Uang Kelas

Tabel 7 : Distribusi Menonton Sinetron Jomblo Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Menonton Tabel 9 : Distribusi Waktu Penayang

Tabel 10 : Distribusi Acting Pemain Sinetron Jomblo

Tabel 11 : Distribusi Daya Pakaian Pemain Sinetron Jomblo Tabel 12 : Distribusi Sinetron Jomblo

Tabel 13 : Distribusi Penampilan Pemain Sinetron Jomblo Tabel 14 : Distribusi Penyampaian Isi Pesan

Tabel 15 : Distribusi Perasaan / Emosi ikut mempengaruhi anda ketika menonton Sinetron Jomblo

(10)

Tabel 18 : Distribusi Mengerti Alur Cerita Sinetron Jomblo

Tabel 19 : Distribusi Memahami Tayangan Sinetron Jomblo Secara Keseluruhan

Tabel 20 : Distribusi Sikap Anda Ketika Sedang Menonton Tayangan Sinetron Jomblo

Tabel 21 : Distribusi Bersama Siapa Menonton Sinetron Jomblo

Tabel 22 : Distribusi Anda Tertarik Menonton Lanjutan Sinetron Jomblo Setelah Menyaksikan Sebelumnya.

Tabel 23 : Distribusi Berbicara Ceplas Ceplos Setelah Menonton Sinetron Jomblo.

Tabel 24 : Distribusi Anda Tertarik Mendiskripsikan Sientron Jomblo Setelah Menontonnya

Tabel 25 : Distribusi Sinetron Jomblo Mempengaruhi Cara Anda Mengungkapkan Perasaan Anda Pada Pasangan

Tabel 26 : Distribusi Sinetron Jomblo Menambah Pengetahuan Anda Dalam Pacaran

Tabel 27 : Distribusi Bagi Kaum Pria Setelah Selesai Menonton Sinetron Jomblo Tertarik Memakai Kaus Ketat Tanpa Lengan.

(11)

Tabel 30 : Distribusi Sientron Jomblo Mempengaruhi Anda Dalam Berbicara

Tabel 31 : Distribusi Frekuensi Menonton Dan Tertarik Berbicara Ceplas-Ceplos Setelah Menonton Sinetron Jomblo.

(12)

Televisi sebagai produk teknologi maju, berkembang pesat sejalan dengan perkembangan zaman.

Televisi itu sendiri telah banyak menyentuh kepentingan masyarakat dunia. Siaran-siaran yang

ditampilkan menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat, karena televisi memiliki sifat medium,

yaitu pesan yang disampaikan mempunyai daya rangsang yang cukup tinggi. Televisi merupakan salah

satu saluran media massa, karena televisi mempunyai fungsi sebagai alat edukatif, persuasif, motivatif

yang mudah dan dapat dipahami (J.B. Wahyudi 1996 : 207). Ketiga fungsi yang diemban tadi dibentuk

dalam acara yang enak untuk ditonton oleh pemirsa televisi.

Pesan-pesan yang disalurkan media televisi dapat masuk di tengah-tengah keluarga, kelompok

masyarakat dan dapat dinikmati oleh anak-anak, remaja, orang tua, pria dan wanita, orang yang tidak

berpendidikan ataupun cendekiawan, rakyat kecil sampai pemimpin negara dan orang-orang perkotaan

maupun pedesaan. Semua orang dapat berhak menikmati siaran televisi dimanapun itu disiarkan karena

kemajuan teknologi mendukung untuk semuanya. Hal ini juga seperti dikatakan oleh J.B. Wahyudi bahwa

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai produk teknologi maju, berkembang pesat sejalan dengan perkembangan zaman. Televisi itu sendiri telah banyak menyentuh kepentingan masyarakat dunia. Siaran-siaran yang ditampilkan menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat, karena televisi memiliki sifat medium, yaitu pesan yang disampaikan mempunyai daya rangsang yang cukup tinggi.

Televisi merupakan salah satu saluran media massa, karena televisi mempunyai fungsi sebagai alat edukatif, persuasif, motivatif yang mudah dan dapat dipahami (J.B. Wahyudi 1996 : 207). Ketiga fungsi yang diemban tadi dibentuk dalam acara yang enak untuk ditonton oleh pemirsa televisi.

(14)

yang memiliki latar belakang usia, pendidikan, status sosial, kepercayaan, faham golongan yang berbeda-beda. Televisi dapat membuat orang puas, tidak puas, senang, sedih, marah, gembira yang semuanya merupakan hal yang wajar karena sifat manusia yang berbeda (J.B. Wahyudi : 1996 : 215).

Semaraknya acara televisi yang disiarkan bagi masyarakat ditandai dengan munculnya televisi-televisi swasta di Indonesia. Hal ini sesuai dengan langkah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang memberi izin pendirian stasiun televisi yang murni komersial dan dimiliki swasta. Stasiun-stasiun televisi itu adalah RCTI, SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, TRANS CORPORATION, METRO TV dan LATIVI. Kedelapan stasiun swasta itu berlomba-lomba untuk menarik perhatian penonton tersebut.

Seorang pakar komunikasi khususnya dalam komunikasi massa, George Gerbner memandang televisi sebagai kekuatan dominan dalam membentuk masyarakat modern. Gerbner meyakini kekuatan televisi berasal dari simbol-simbol yang ditampilkan dalam drama kehidupan setiap harinya. Bahkan Gerbner mengilustrasikan orang-orang yang menonton televisi saat ini sama, ketika mereka mendengar khotbah-khotbah keagamaan.

(15)

anak – anak muda. Hal senada juga diungkapkan oleh Judith Van Evra (dikutip dari bahwa anak – anak muda yang dianggap kurang berpengalamanlebih bergantung kepada televisi untuk mendapatkan informasi dibandingkan dengan orang dewasa.

Siaran yang disajikan oleh televisi swasta kebanyakan bersifat hiburan seperti sinetron (sinematografi elektronik), kuis, infotainment, dll. Siaran hiburan ini sangat digemari oleh penonton. Sinetron merupakan suatu tayangan yang berisikan tentang kehidupan manusia yang dianggap mewakili citra atau identitas komunitas tertentu yang ditata sedemikian rupa sehingga hasilnya menarik perhatian dan memikat hati penontonnya. Hal ini memungkinkan bertambahnya durasi atau jam tayang sinetron-sinetron lokal. Kebanyakan sinetron-sinetron yang kita lihat di televisi bertemakan tentang dunia remaja, percintaan, persahabatan dan kekayaan.

Sinetron remaja Jomblo ditayangkan di RCTI setiap hari minggu pukul 22:00 WIB. Dalam sinetron remaja Jomblo bercerita tentang persahabatan empat orang yang terdapat pada satu fakultas di Universitas Negeri Bandung. Nama tokoh utama yang ada dalam sinetron ini adalah Agus, Doni, Bimo dan Olive. Ke empat orang ini adalah jomblo sejati.

(16)

sifatnya pendiam dan pemalu menaruh hati terhadap Asri selama tiga tahun dan Olive tidak pernah punya keberanian untuk mengatakan cintanya kepada Asri.

Olive mengagumi Asri secara diam – diam dan ketiga sahabatnya tidak tahu bahwa Olive punya pujaan hati. Doni, mengenal Asri secara tidak sengaja di kampus. Dari perkenalan ini Doni dan Asri bersahabat. Doni tidak tahu bahwa Asri yang dikenalnya adalah pujaan hati sahabatnya sendiri,Olive. Secara kebetulan Asri bertamu kerumah Doni malam – malam dan ketika itu mereka melangkah terlalu jauh dan melakukan hubungan badan. Belakangan Doni tahu dari Agus bahwa Asri adalah pujaan hati Olive. Ketika Olive tahu bahwa Doni dan Asri tahu telah resmi pacaran amarah Olive memuncak. Olive menuduh Doni mengkhianati persahabatan mereka karena memacari Asri secara diam – diam, sedangkan Doni merasa tidak bersalah dan menuduh Olive tidak serius mencintai Asri karena tidak pernah mengatakan cinta kepada Asri

(17)

hal ini langsung memutuskan Doni. Setelah dicek kebenarannya, Doni tidak pernah melakukannya. Kehidupan Doni kembali jomblo. Keempat orang ini kembali bersahabat dan memutuskan jomblo adalah kehidupan yang paling baik bagi mereka.

Pengaruh sinetron di televisi bagi remaja di Kabanjahe sangat besar sekali. Hal ini terlihat dari cara berpakaian dan cara berpacaran mereka. Mereka mengadopsi hal – hal baru yang ada dalam sinetron sehingga membuat para orang tua resah karena anak mereka mulai tidak terkendali. Seperti yang dikatakan oleh kepala sekolah SMU swasta GBKP Kabanjahe kepada penulis sewaktu mengadakan pra penelitian siswa – siswi yang mereka didik mulai mengalami perubahan sikap dan perilaku disebabkan oleh sinetron di televisi. Hal ini sangat jelas terlihat dari sebagian besar cara berpakaian siswi di sekolah yang suka memakai rok di atas lutut dan mewarnai rambut mereka. Dan juga ada siswa suka menindik salah satu telinga mereka.

Hal ini mereka tiru dari menonton sinetron televisi. Mayoritas remaja di SMU swasta GBKP Kabanjahe hanya melihat dan meniru sisi negatif dari sinetron yang mereka tonton.

(18)

psikoseksual,dan tercapainya puncak perkembangan kognitif, maupun moral ( Sarwono, 1997 : 14 ). Sehingga bukan tidak mungkin bahwa setiap informasi dan pengalaman mempengaruhi remaja untuk menentukan sikap dan pandangannya terhadap sesuatu.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah tentang pengaruh sinetron remaja Jomblo terhadap perubahan prilaku remaja sebagai bahan penelitian, dan memilih remaja di SMU swasta GBKP Kabanjahe sebagai sampel dan lokasi diadakannya penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah adalah sebagai berikut :

“Sejauh manakah hubungan antara sinetron remaja Jomblo di RCTI terhadap perubahan prilaku remaja di SMU Swasta GBKP Kabanjahe?”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat batasan secara spesifik hal – hal yang akan diteliti. Adapun pembatasan yang akan diteliti adalah :

(19)

2. Penelitian terbatas hanya pada perubahan perilaku siswa / i di SMU swasta GBKP Kabanjahe.

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian

1.4. 1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui minat menonton remaja terhadap sinetron remaja Jomblo.

2. Untuk mengetahui hubungan antara sinetron remaja Jomblo dan prilaku remaja.

3. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh sinetron tersebut terhadap prilaku remaja.

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah Penelitian mengenai ilmu komunikasi, terutama khususnya pengaplikasian terhadap penggunaan teori kultivasi.

(20)

1.5 Kerangka Teori

Rakhmat (1986 : 6), menyatakan teori adalah himpunan konstruk atau konsep, defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Kemudian Nawawi (1993 : 40), menyatakan setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah atau sub masalah.

Adapun teori yang relevan dalam penelitian ini adalah teori kultivasi, dimana penelitian difokuskan kepada pengaruh sinetron terhadap perubahan prilaku remaja. Teori pendukung dalam penelitian ini adalah teori kultivasi,komunikasi dan komunikasi massa, sinetron di televisi, perubahan prilaku dan remaja.

1. Teori Kultivasi

1.1.1. Sejarah dan perkembangan teori kultivasi

(21)

kultivasi Gerbner bertanggung jawab atas hasil ciptaannya. Sebenarnya, Gerbner merupkan penyair asal hongaria yang bermimigrasi ke Amerika Serikat dan memulai pendidikan jurnalisnya di Berkely. Setelah bekerja di San Fransisco Chronicle ia kembali melanjutkan pendidikan untuk mengambil gelar master dan melanjutkan lagi ke jenjang Doctor dimana ia menulis Toward a General Theory of Communication bersama James D. Finn ( www.Colostate.edu ). Dari tulisan inilah teori kultivasi bermula.

Penelitian pertamanya yang berjudul Cultural Indicators Project pada awal 1960an membuka jalan untuk menambah riwayat kerjanya pada pelaksanaan metode penelitian analisis kultivasi. Gerbner menghabiskan waktunya di The Annenberg School of Communication University of Pensylvania. Dimana ia bertugas sebagai dekan sambil melanjutkan penelitian kultivasi sosial pada televisi, yang menekankan pada kekerasan dan efek televisi.

Pada umumnya teori kultivasi terkenal atas penelitian mereka terhadap efek televisi yang walaupun seerhana dan bertahap tetapi juga cukup signifikan dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Mereka memfokuskan penelitian mereka pada topik tingkatan mulai dari peranan gender, kelompok, usia, hingga kepada sikap berpolitik, tetapi mereka sangat tertarik kepada topik kekerasan

(22)

world in itself. Dunia rekayasa ini membujuk heavy viewers untuk membuat asumsi tentang kekerasan, masyarakat, tempat, dan kejadian khayalan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sebenarnya.

Dalam hal ini televisi bertindak sebagai agen sosialisasi yang mendidik penonton pada versi yang berbeda dari kenyataan. Latar belakang teori kultivasi meyatakan bahwa penonton cenderung menaruh kepercayaan terhadap televisi ketika mereka menonton televisi lebih sering. Fokus penelitian ini terletak pada heavy viewers. Sedangkan Light Viewers mempunyai banyak sumber – sumber lain untuk mempengaruhi pemikiran mereka terhadap realitas daripada heavy viewers yang sumber utama informasinya hanya program televisi.

(23)

suatu kebudayaan, kemudian mengikatnya bersama-sama

Gerbner melihat televisi telah mendominasi ‘lingkungan simbolis’ kita. Gerbner membuktikan bahwa kekerasan yang sangat sering ditayangkan di televisi merupakan pesan simbolis tentang hukum dan tata tertib daripada suatu penyebab sederhana dan sikap agresif penonton (seperti yang telah dibuktikan oleh Albert Bandura). Contohnya, aliran action – adventure dibuat untuk memperkuat kepercayaan terhadap hukum dan tata tertib, status quo dan keadilan sosial.

Perbedaan pola reaksi antara light viewers dan heavy viewers adalah perbedaan pengolahan (cultivation diffrential), menggambarkan ditingkatan mana suatu sikap itu dibentuk dengan menonton televisi. Orang tua cenderung digambarkan secara negatif di televisi dan heavy viewers (khususnya anak-anak muda ) cenderung mempunyai pandangan negatif tentang orang tua dibandingkan light viewers. Banyak heavy viewers tidak menyadari pengaruh tayangan televisi terhadap sikap – sikap dan nilai – nilai dalam hidup mereka.

(24)

munculnya kekerasan didalam kehidupan sehari – hari lebih tinggi dibandingkan light viewers yang mempunyai kesamaan latar belakang dengan heavy viewers. Teoritikus mengarahkan hal ini kepada efek mainstreaming.

(25)

2. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Banyak sudah definisi yang berbeda, lahir dari pakar komunikasi mengenai pengertian komunikasi. Hal ini tentu saja disebabkan oleh sudut pandang dan latar belakang pengetahuan yang berbeda dari para ahli.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Itulah sebabnya, komunikasi pada prinsipnya harus bersifat dua arah dalam rangka pertukaran ide dan informasi menuju pada terbentuknya pengertian bersama. Berdasarkan pada pengertian di atas, para ahli mulai mencoba memberikan definisinya. Menurut Carl I. Hovland, Ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas penyimpangan informasi yaitu suatu pembentukan pendapat dan sikap.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau pengoperan lambang-lambang dalam bentuk informasi.

Sejalan dengan pertumbuhan manusia dan kemajuan teknologi komunikasi diperlukan suatu bentuk komunikasi yang mampu menjangkau khalayak yang lebih besar dan jarak yang jauh secara serempak. Bentuk komunikasi ini dinamakan komunikasi massa (mass communication).

(26)

heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa tidak menghasilkan “feed back” (umpan balik) yang langsung tapi tertunda dalam waktu yang relatif.

3. Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu “Tele” yang berarti jauh dan “Visi” yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi dapat diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh dalam hal ini mempunyai pengertian melihat gambar ataupun mendengar suara yang diproduksi di suatu tempat melalui suatu alat / perangkat (Wahyudi, 1986 : 49).

Sebagai media elektronik, televisi memiliki ciri – ciri seperti yang diebutkan (Effendy, 1984 : 24) yakni berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya heterogen.

(27)

4. Sinetron di Televisi

Paket sinetron cukup banyak digemari pemirsa dan berbagai lapisan sosial. Tampilnya paket sinetron televisi mempunyai unsur yang salah satunya, cerita sinetron umumnya sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat. Sebagai contoh, penayangan materi siaran sinetron saat ini, secara umum seakan sudah lepas dari “akar budaya” kita. Tema yang diangkat bahwa berputar-putar pada lingkaran saja yakni polemik kehidupan keluarga, percintaan, persahabatan, perselingkuhan, warisan dll. Itulah gambaran yang telah terjadi pada materi sinetron di televisi saat ini.

5. Perubahan Perilaku Remaja

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980 : 206-207) masa remaja dibagi atas dua bagian.

Pertama awal masa remaja yaitu berlangsung kira – kira dari umur 13 tahun-16 tahun atau 17 tahun. Kedua, akhir masa remaja yang bermula dari usia 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu uasia matang secara hukum.

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan perilaku dibagi atas dua yaitu : 1. Perilaku tertutup / terselubung, yaitu aspek-aspek mental seperti

persepsi, ingatan dan perhatian. Perilaku ini terbagi atas :

(28)

berupa reaksi terhadap rangsangan, menyadari dan memberi arti atau belajar dan mengingat apa yang dipelajari.

b. Emosi yakni efek, perasaan, suasana di dalam diri yang dimunculkan oleh penyadaran terhadap isi perangsangan.

c. Konasi yakni pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih sesuatu bentuk perilaku.

d. Penginderaan, meliputi penyampaian atau mengantar pesan (rangsangan) sampai ke susunan syaraf pusat.

2. Prilaku terbuka, yaitu prilaku yang langsung dapat dilihat seperti jalan, lari, tertawa, menulis dan lain-lain. Perilaku ini terdiri atas :

a. Prilaku yang disadari, dilakukan dengan kesadaran penuh, tergantung dari aksi dalam otak besar.

b. Prilaku reflektoris, yakni gerakan refleks yang dalam tahap pertama berkaitan dengan sumsum tulang belakang, belum disadari. Baru kemudian tingkah laku refleks disadari, bila pesan sampai ke pusat syaraf.

c. Prilaku di luar pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat pada sumsum penyambung atau gerakan otot karena kepekaan otot.

(29)

seseorang dan lingkungan diluar diri seseorang, yakni lingkungan fisik, lingkungan geografis dan sosial.

Masa remaja dikenal sebagai suatu masa dimana ketegangan emosi tinggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi remaja pada masa ini utamanya disebabkan oleh karena anak laki – laki dan anak perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi,1998:40).

Dalam penelitian ini ditetapkan kerangka konsep metodologi penelitian dalam bentuk kelompok variabel sebagai berikut :

1.Variabel bebas ( X )

Adalah varriabel yang menjadi pendahulu atau penyabab dari variabel lain, atau yang mempengaruhi munculnya variabel lain ( Y ). Variabel X dalam penelitian ini adalah sinetron Jomblo. Seperti yang dikatakan Gerbner, aspek yang perlu diperhatikan dalam proses belajar yaitu :

a. Attention

(30)

b. Capacity

Yaitu jumblah frekwensi menonton khalayak terhadap sinetron remaja jomblo. Dalam hal ini peneliti menggolongkan remaja ke dalam tiga ketegori yaitu :

- Heavy Viewers, remaja yang menonton lebaih dari 4 kali - Moderate Viewers, remaja yang menonton sebanyak 3 – 4 kali - Light Viewers, remaja yang menonton sebanyak 1 – 2 kali c. Focussing Strategic

Yaitu cara khalayak menonton sinetro remaja Jomblo, dalam hal ini, peneliti mengkategorisasikan remaja yang menonton di ruamah, berdasarkan cara ketika menonton sinetron tersebut seperti sambil makan, tidur dan duduk

d. Involvement

Yaitu keterlibatan orang lain yang berada disekitar khalayak ketika menonton sinetron Jomblo seperti dengan orang tua, adik, teman,dll.

2. Variabel Terikat ( Y )

(31)

3. Variabel Antara ( Z )

Adalah variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel Z dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, yaitu jenis kelamin, umur, uang saku dan kelas.

1.7. Model Teoritis

Model teoritis dalam penelitian ini sesuai dengan teori kultivasi, yaitu :

±

Variabel Anteseden ( Z ) - jenis kelamin

(keterlibatan orang lain)

(32)

1.8. Operasional variabel

Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi variabel – variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu :

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas ( X )

Capacity ( frekwensi menonton ) Focusing strategic

(cara menonton ).

Involvement ( keterlibatan orang lain ) 2. Variabel Terikat ( Y )

- Terjadi proses peniruan dan timbulnya prilaku – prilaku baru. c. Efek kognitif

(33)

Prilaku yang disadari Prilaku reflektoris

Prilaku di luar pengaruh kehendak 3. Variabel Antara ( Z )

Karakteristik responden

Jenis kelamin Umur

Uang saku Kelas

1.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel yang terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut : 1. Variabel bebas ( X )

Learning adalah proses belajar melalui media massa, yang salam penelitian ini adalah sinetron remaja Jomblo, dimana khalayak mempelajari sesuatu dan menirunya.

a. Attention, yaitu tahap yang menjelaskan bahwa kita dapat mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya dengan seksama. Peristiwa yang menarik perhatian adalah yang tampak menonjol, terjadi berulang – ulang.

b. Capacity, yaitu jumblah frekwensi menonton khalayak terhadap sinetron remaja jomblo. Dalam hal ini peneliti menggolongkan remaja ke dalam tiga ketegori yaitu :

(34)

- Moderate Viewers, remaja yang menonton sebanyak 3 – 4 kali - Light Viewers, remaja yang menonton sebanyak 1 – 2 kali

c. Focussing strategic, yaitu cara khalayak menonton sinetron remaja Jomblo, dalam hal ini, peneliti mengkategorisasikan remaja yang menonton di ruamah, berdasarkan cara ketika menonton sinetron tersebut.

1. Menonton sambil tiduran 2. Menonton sambil duduk 3. Menonton sambil makan

4. Menonton dengan serius dan tidak mau diganngu

5. Menonton sambil berbicara dengan orang yang disekitarnya 6. Menonton sambil belajar

2. Variabel terikat ( Y )

Perubahan behavioral, yaitu perubahan yang merujuk pada prilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola – pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku. Dalam penelitian ini akan diamati perubahan behavioral yang dialami khalayak setelah menonton sinetron Jomblo. 1. Mengoleksi VCD / kaset sinetron remaja Jomblo

2. Menghafal / menyanyikan theme song sinetron remaja Jomblo

3. Mengidentikkan diri dengan tokoh pemain yanng ada dalam sinetron Jomblo

(35)

3. Variabel antara ( Z )

Karakteristik responden merupakan nilai – nilai yang dimiliki oleh individu yang membedakannya dengan individu lain.

1.10. Hipotesa

Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998 : 67). Hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh sinetron remaja Jomblo

dengan prilaku remaja.

Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh sinetron remaja Jomblo dengan prilaku remaja

3. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa sebagai data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi 1999 : 141).

(36)

ditayangkan di televisi. Berdasarkan hasil pra penelitian yang diperoleh, maka jumlah siswa tersebut adalah 300 orang (sumber : bagian tata usaha SMU Swasta GBKP Kabanjahe TA. 2006-2007).

Tabel 1

Kelas Jumlah I

II

172 128

Total 300

Sumber : Bagian Tata Usaha SMU Swasta GBKP Kabanjahe TA. 2006-2007

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara tertentu (Nawawi 1991 : 144).Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang terdaftar sebagai siswa/siswi SMU swasta GBKP Kabanjahe tahun ajaran 2006 – 2007.

Berdasarkan data populasi yang ada, maka untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Arikunto, yaitu tingkat populasi besar atau lebih dari 100 orang maka dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 25 %, tetapi jika

kurang dari 100 orang maka seluruh populasi dijadikan sampel. (Arikunto, 1998 : 20). Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan dana dari

peneliti dalam melakukan penelitian maka diambil sampel 25 % dari jumlah populasi.

(37)

Dari rumus diatas di dapat sampel sebanyak 75 siswa. Dalam hal ini teknik sampel yang digunakan adalah : 1. Purposive sampling

Merupakan teknik pengambilan sampel yag disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang digunakan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Adapun kriteria yang ditetapkan berdasarkan tujua penelitian : - Remaja yang sekolah di SMU swasta GBKP Kabanjahe - Remaja yang telah menonton sinetron Jomblo minimal 3 kali

2. Accidental Sampling

Dimana cara pengambilan sampel dilakukan secara accidental, yaitu menjadika siapa saja yang ada atau kebetulan ditemui dan memenuhi kriteria yang ditentukan menjadi sampel atau responden, sampai jumlah sampel terpenuhi.

c. Teknik Pengumpulan Data

Data dibagi atas dua yaitu : 1. Data Primer

- Observasi terhadap media, pengamatan secara sistematik terhadap gejala – gejala yang tampak pada objek penelitian

(38)

2. Data sekunder

- Kuesioner, menyebarkan angket pertanyaan secara langsung kepada responden untuk dijawab secara tertulis.

d. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dalam tiga bentuk penyajian yaitu :

1. Analisa tabel tunggal

Suatu analisa yang dilakukan dengan membagi variabel – variabel penelitian ke dalam sejumblah frekwensi dan persentase.

2. Analisa tabel silang

Suatu analisa dan mengetahui apabila variabel yang satu mempunyai hubungan dengan variabel yang lain. Da dapat diketahui apakah antar variabel tersebut positif atau negatif.

e. Uji hipotesa

Cara untuk mengetahui apakah hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini ditolak atau diterima.

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan korelasi Rank Spearman sebagai berikut:

(39)

H1 : jika nilai z ( tabel ) < dari nilai z ( hitung ) maka Ho ditolak

rs : nilai koefisien korelasi n : Jumlah sampel

Untuk mengetahui kuat lemahnya korelasi digunakan skala Guilford sebagai berikut :

Kurang dari 0.20 : Hubungan rendah sekali 0.20 – 0.40 : Hubungan rendah tapi pasti 0.40 – 0.70 : Hubungan cukup berarti 0.70 – 0.90 : Hubungan yang tinggi; kuat

Lebih dari 0.90 : Hubungan sangat tinggi; kuat sekali dapat diandalkan

Dan untuk melihat tingkat signifikansi hubungan digunakan z tabel dengan kriteria :

z temuan < z tabel, maka hubungan tidak signifikan z

(40)

URAIAN TEORITIS

2.1. Teori Kultivasi

2.1.1. Sejarah dan perkembangan teori kultivasi

Atas dedikasi terhadap kebebasan, kejujuran, dan keadilan dalam media, George Gerbner mempelopori lahirnya teori kultivasi. Meskipun banyak teoritikus telah ikut serta membuktikan kebenaran dari analisis kultivasi Gerbner bertanggung jawab atas hasil ciptaannya. Sebenarnya, Gerbner merupkan penyair asal hongaria yang bermimigrasi ke Amerika Serikat dan memulai pendidikan jurnalisnya di berkely. Setelah bekerja di San Fransisco Chronicle ia kembali melanjutkan pendidikan untuk mengambil gelar master dan melanjutkan lagi ke jenjang Doctor dimana ia menulis Toward a General Theory of Communication bersama James D. Finn ( www.Colostate.edu ). Dari tulisan inilah teori kultivasi bermula.

(41)

cukup signifikan dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Mereka memfokuskan penelitian mereka pada topik tingkatan mulai dari peranan gender, kelompok, usia, hingga kepada sikap berpolitik, tetapi mereka sangat tertarik kepada topik kekerasan

Teori kultivasi menegaskan bahwa sikap heavy viewers telah diolah terutama oleh apa yang mereka tonton di televisi. Gerbner menggambarkan dunia televisi sebagai not a window on or reflection of the world, but a world in itself. Dunia rekayasa ini membujuk heavy viewers untuk membuat asumsi tentang kekerasan, masyarakat, tempat, dan kejadian khayalan lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sebenarnya.

Dalam hal ini televisi bertindak sebagai agen sosialisasi yang mendidik penonton pada versi yang berbeda dari kenyataan. Latar belakang teori kultivasi meyatakan bahwa penonton cenderung menaruh kepercayaan terhadap televisi ketika mereka menonton televisi lebih sering. Fokus penelitian ini terletak pada heavy viewers. Sedangkan Light Viewers mempunyai banyak sumber – sumber lain untuk mempengaruhi pemikiran mereka terhadap realitas daripada heavy viewers yang sumber utama informasinya hanya program televisi.

(42)

di malam hari dan tidak percaya pada semua orang secara umum. Teoritikus kultivasi membedakan antara efek “first order” (kepercayaan khalayak tentang kehidupan dunia seperti kelaziman dari kekerasan) dan efek “second order” (sikap- sikap khusus seperti hukum dan tata tertib atau keamanan pribadi). Gerbner membuktikan bahwa media massa mengolah sikap- sikap dan nilai-nilai yang sudah ada dalam suatu kebudayaan : media memelihara dan menyebarkan nilai-nilai ini di antara anggota- anggota dari suatu kebudayaan, kemudian mengikatnya bersama-sama

Gerbner melihat televisi telah mendominasi ‘lingkungan simbolis’ kita. Gerbner membuktikan bahwa kekerasan yang sangat sering ditayangkan di televisi merupakan pesan simbolis tentang hukum dan tata tertib daripada suatu penyebab sederhana dan sikap agresif penonton (seperti yang telah dibuktikan oleh Albert Bandura). Contohnya, aliran action – adventure dibuat untuk memperkuat kepercayaan terhadap hukum dan tata tertib, status quo dan keadilan sosial.

(43)

nilai dalam hidup mereka.

Teoritikus membuktikan bahwa heavy viewing, tidak menghiraukan tingkat pendidikan atau penghasilan, mengendalikan penonton kepada opini yang seragam, sementara light viewing mengendalikan penonton kepada opini yang beragam. Efek kultivasi dari tayangan televisi adalah keseragaman pendapat. Gerbner dan kawan – kawan memperlihatkan bahwa kepercayaan heavy viewers yang menonton kekerasan di televisi terhadap munculnya kekerasan didalam kehidupan sehari – hari lebih tinggi dibandingkan light viewers yang mempunyai kesamaan latar belakang dengan heavy viewers. Teoritikus mengarahkan hal ini kepada efek mainstreaming.

(44)

Efek kultivasi juga menjadi sangat kuat ketika lingkungan penonton sama seperti yang ditampilkan televisi. Kejahatan yang ditayangkan ditelevisi sebahagian besar terjadi dikota besar, sehingga heavy viewers yang tinggal di kota besar adalah subjek dari double dose, dan teoritikus kultivasi membuktikan bahwa kekerasan ‘resonantes’ yang lebih bagi heavy viewers.

2.1.2. Elemen-elemen teori kultivasi

Di dalam teori, George Gerbner menyatakan bahwa setiap tayangan yang ditayangkan televisi dapat mempengaruhi khalayak yang menontonnya. Pengaruh yang disebabkan oleh televisi ini ternyata bukan sampai pada kognitif atau efektif saja, tetapi juga sampai kepada efek konatif (behavioural). Sebelum sampai pada tahap behavioural ini, Gerbner menyatakan ada beberapa tahapan yang harus dilalui yang secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut :

TV | Incidental | Social Behaviour Viewing | Information | reality

| Holding |

Learning : | Consturcting 1. Attention

2. Capacity

(45)

sebuah proses belajar (learning) di dalam benak khalayak yang menontonnya. Proses learning yang diajukan oleh Gerbner ini hampir sama seperti teori belajar sosialyang dikemukakan oleh Albert Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung tetapi dari peniruan atau peneladanan (modelling). Perilaku merupakan hasil faktor – faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki ketrampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dengan karakteristik kita. Permulaan proses belajar adalah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai abstract modelling (Rakhmat, 1993 : 241). Di dalam proses ini, Gerbner menyatakan ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Attention.

Tahap attention merupakan bagian dari tahap social learning. Secara sederhana tahap ini menjelaskan bahwa kita baru dapat mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya. Setiap saat, kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita teladani. Akan tetapi tidak seluruh peristiwa kita perhatikan.

(46)

perasaan positif pada pengamatnya. 2. Capacity.

Menurut Gerbner, jumlah frekwensi menonton (capacity) khalayak terhadap suatu tayangan juga mempengaruhi terjadinya proses kultivasi. Karenanya Gerbner membagi khalayak penonton kedalam tiga kategori, yaitu (

a. Heavy Viewers : khalayak yang menonton televisi lebih dari 4 jam sehari.

b. Moderate Viewers : khalayak yang menonton televisi selama 2 – 4 jam dalam sehari.

c. Light Viewers : khalayak yang menonton televisi kurang dari 2 jam dalam sehari.

Dalam hal ini, Gerbner menyatakan bahwa khalayak yang tergolong dalam kategori heavy viewers lebih mudah mempercayai realitas yang ditayangkan oleh televisi daripada light viewers dan moderate viewers.

3. Focusing strategic

(47)

Misalnya saja, ketika sedang belajar masing – masing orang memiliki cara yang berbeda-beda. Ada yang lebih konsentrasi bila sambil mendengarkan musik dan adapula yang lebih senang dengan keadaan yang sunyi senyap.

4. Involvement

Involvement disini berbicara tentang keterlibatan orang lain (orang tua, teman, saudara, dan lain-lain) yang berada di sekitar khalayak ketika ia sedang menonton sebuah tayangan di televisi. Keterlibatan orang lain dalam menonton juga mempengaruhi terjadinya proses kultivasi dalam diri seseorang. Setelah proses belajar ini selesai, maka khalayak dapat memutuskan informasi-informasi apa saja yang akan ia ambil (incidental information holding). Ketika proses pemilihan selesai, dalam benak khalayak terjadi proses constructing. Dalam tahap ini, khalayak diajak untuk mengindentifikasi informasi-informasi yang sudah dipilihnya tadi. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Sehingga pada saat inilah terdorong untuk menjadi sama dengan apa yang ditayangkan.

(48)

Sebagai respon dari kritik Hirsch, Gerbner merevisi teori kultivasi dengan menambahkan dua konsep tambahan yaitu mainstreaming dan resonance yang disebut the double-dose effect. Mainstreaming merupakan efek lanjutan dari kultivasi. Efek Mainstreaming yang dikemukakan oleh Gerbner menggambarkan proses pengaburan, pencampuran dan pembelokan yang dialami oleh kelompok heavy viewers. Gerbner menyatakan bahwa terpaan yang konstan terhadap hal yan sama membentuk pandangan yang sama pula dibenak khalayaknya, sehingga bagi mereka yang sering menonton televisi memiliki orientasi, perspektif dan pengertian yang sama pula. Gerbner mengilustrasikan efek mainstreaming ini dengan mengaburkan perbedaan ekonomi dan politik. Televisi terlalu membesar – besarkan kelas menengah yang tergolong dalam kelompok heavy viewers sehingga mereka memiliki kecenderungan untuk bermalas-malasan dan tidak perduli lagi dengan masa depannya. Sementara itu, para light viewers yang bekerja sebagai pekerja kasar akan memposisikan dirinya sebagai golongan pekerja keras.

(49)

ketika media meneghkan apa yang terdapat dalam kehidupan sehari – hari ketik khalayak menonton tayangan yang mengandung kekerasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa heavy viewers yang pernah mengalami efek kultivasi yang ganda.

2.1.3. Kelemahan dan kritik terhadap teori kultivasi.

Meskipun teori kultivasi yang diperkenlkan oleh George Gerbner ini sudah tepat diterapkan pada analisis yang berkaitan dengan tayangan televisi, akan tetapi ada beberapa kelemahan dan kritik terhadap teori ini, antara lain :

a. Hawkins dan Pingree menyatakan bahwa korelasi antar terpaan televisi dan kepercayaan khalayak membuktikan hubungan sebab akibat. Tayangan di televisi membentuk sebuha realitas sosial yang dibangun dengan cara teetentu, akan tetapi realitas sosial ini bisa jadi mempengaruhi prilaku.

b. Dennis McQuail berpendapat bahwa simbol – simbol struktur, prilaku khalayak dan apa yang dilihat khalayak pasti banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya. Sikap kita tidak hanya dipengaruhi oleh televisi saja, tetapi juga oleh media lain, pengalaman langsung orang lain, dan lain – lain

(50)

yang harus diperhatikan. Misalnya saja para heavy viewers seharusnya lebih memperhatikan penampilannya. Hal ini disebabkan biasanya aktor dan aktris di televisi kelihatan muda, langsing dan menarik. Tetapi kenyataannya para heavy viewers ini sama sekali tidak menaruh perhatian pada kesehatan dan berat badan.

d. Doob and MacDonald menyebutkan bahwa hubungan tayangan kekerasan di televisi dan rasa takut dapat dijelaskan melalui hubungan bertetangga dimana khalayak tinggal. Mereka yang tinggal di daerah yang tingkat kriminalitasnya tinggi cenderung untuk tetap tinggal di rumah dan meyakini bahwa ada kemungkinan besar dirinya akan diserang dibanding dengan mereka yang tinggal di daerah yang tingkat kriminalitasnya rendah.

(51)

2.2.1. Pengertian komunikasi dan komunikasi massa.

Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan, adapula yang mengartikan saling tukar menukar pikiran atau pendapat.

Menurut Effendy, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan sebagai paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang untuk mengubah sikap, opini atau prilaku orang lain dengan upaya memperoleh tanggapan ( Effendy, 1986 : 62 ).

Kegiatan komunikasi yang menggunakan media massa sebgai saluran disebut dengan komunikasi massa. Pengertian komunikasi massa menurut Jalaludin Rakhmat ( 1992 : 189 ) adalah sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serempak dan sesaat.

(52)

khalayak yang kurang lebih sejajar dengan komunikator dan komunikan ( penerima ).

Jadi pada dasarnya komunikasi massa bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan menggunakan berbagai media yang ada.

2.2.2. Karakteristik komunikasi massa

Orang-orang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasi haruslah memahami karakteristik komunikasi massa. Adapun karakteristik komunikasi massa menurut Liliweri, (1991 : 37-39) adalah :

1. Sifat Komunikator. Sesuai dengan hakekatnya dalam sifat penggunaan media atau saluran secara profesional dengan teknologi tinggi melalui usaha – usaha industri maka kepemilikan media massa bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur, fungsi dan misi tertentu.

2. Sifat pesan. Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal tentang pelbagai hal dari berbagai tempat. Isi media massa tentang berbagai peristiwa apa saja yang patut diketahui oleh masyarakat umum.

(53)

4. Sifat Komunikan. Komunikan dalam komunikasi massa adalah khalayak. Khalayak merupakan masyarakat umum yang sangat beragam, heterogen dalam segi demografis, geografis, maupun psikografis. Jumlah keanggotaan komunikan itu sangat besar dan diantara mereka ada yang tidak saling kenal namun pada suatu waktu dan tempat relatif sama mereka memperoleh jenis pesan yang sama dari media massa tertentu.

5. Sifat efek. Bagaimanapun juga komunikasi massa mempunyai efek tertentu. Secara umum terdapat tiga efek dari komunikasi massa, berdasarkan teori hierarki efek, yaitu efek kognitif ( pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan dan pendapat terhadap suatu yang diperolehnya ), efek afektif ( pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak ), dan efek konatif ( pesan komunikasi massa mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu ).

(54)

1. Media massa memberikan informasi dan membantu kita untuk mengetahui secara jelas segala hal tentang dunia sekeliling, kemudian menyimpannya dalam ingatan kita. Media massa berguna sebagai pengawas untuk mengajukan perbandingan dari apa yang kita lihat, dengar tentang dunia dengan dunia luar lingkungan kita hidup.

2. Media massa membantu kita untuk menyusun agenda, menyususn jadwal kehidupan setiap hari berdasarkan apa yang telah kita baca, tonton yang dapat menguntungkan kita secara lebih baik lagi.

3. Media massa berfungsi membantu kita berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat lain di luar masyarakat kita.

4. Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia. Melalui media massa kita melangkapi apa yang hendak dipelajari tentang para pendahulu kita.

2.3 Televisi Sebagai Media Massa

2.3.1 Pengertian televisi

(55)

sebagai televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dapat juga disalurkan melalui kabel ( televisi kabel ).

Menurut Skornis dalam bukunya Television and Society ; An Incuest and Agenda ( 1985 ), dibandingkan dengan media massa lainnya ( radio, surat kabar, majalah, buku, dsb ), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ketiga unsur diatas ( Kuswandi, 1996 : 5 ). Dengan layar relatif kecil diletakkan disudut ruangan rumah televisi merupakan suasana tertentu dimana para pemirsanya duduk dengan santai tanpa kesengajaan untuk mengikutinya. Penyampaian isi pesan juga seolah – olah langsung antara komunikator ( pembawa acara, pembawa berita, artis ) dengan komunikan ( pemirsa ). Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan jelas terlihat secara visual.

Menurut sosiolog Marshall McLuhan, kehadiran televisi membuat dunia menjadi “ desa global ”yaitu suatu masyarakat dunia yan batasnya diterobos oleh media televisi ( Kuswandi, 1996 : 20 ). Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis.

(56)

yang membuat hati penonton menjadi penasaran sehingga dapat dilihat dengan kenyataan bahwa televisi seolah – olah menggantikan bioskop sebagai sarana hiburan di dalam rumah yang menyebabkan mereka jarang keluar rumah tetapi lebih betah tinggal dirumah menonton acara – acara yang ditayangkan ditelevisi.

2.3.2 Sejarah televisi

Televisi merupakan media massa elektronik yang diciptakan manusia dengan menggunakan prinsip – prinsip radio karena televisi lahirnya sesudah radio. Istilah televisi terdiri dari perkataan “tele” dan “visi”, tele berarti jauhdan visi berarti penglihatan. Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip – prinsip radio, sedangkan penglihatan diwujudkan dengan kamera sehingga menjadi gambar hidup atau bergerak maupun gambar diam ( still picture ).

Kemajuan yang pesat dalam pertelevisian sehingga mencapai taraf yang begitu memuaskan bagi manusia seperti sekarang, adalah berkat ditemukannya alat yang disebut iconoscope (“icon” berarti gambar, “scopein” berarti melihat ) oleh Dr. Vladimir K. Zwarykin dari Rusia pada tahun 1920.

(57)

Iconoscope yang berupa lampu terdapat dalam kamera elektronik yang fungsinya merubah gambar menjadi getaran listrik, kemudian ditransmisikan setelah ditangkap oleh pesawat penerima. Dalam pesawat penerima proses perubahan getaran listrik menjadi gambar yang sama dengan yang diambil kamera dengan alat yang dinamakan kinescipe. Dengan bantuan alat tersebut dapat menimbulkan gambar – gambar dari obyek yang diambil kamera.

Siaran televisi di Indonesia pada awal kelahirannya hanya siaran yang sederhana saja. Pada waktu itu belum semua orang mempunyai pesawat televisi. Penyiarannya pun masih dipancarkan dalam warna yang hitam putih oleh satu-satunya stasiun resmi milik pemerintah yang hanya dapat mengudarakan siaran – siaran yang masih sangat sederhana ( TVRI ). Tetapi dengan kemajuan teknologi yang kian berkembang maka kini siaran televisi di Indonesia ditayangkan dalam format warna.

(58)

ditayangkan di Jakarta dan sekitarnya saja.

Pada awal 1991 hadir pula siaran televisi swasta lain yang mencoba mengambil tema pendidikan yaitu TPI ( Televisi Pendidikan Indonesia ). Pada awal berdirinya televisi ini mengudara secara nasional dan dapat ditangkap seluruh Indonesia, siaran secara nasional ini hanya berlangsung pada pagi hari hingga siang hari.

Dengan kehadiran RCTI, SCTV, TPI, TRANS TV, TRANS 7, LATIVI, ANTEVE, GLOBAL TV dan METRO TV, televisi mengalami perbaikan dan kemajuan baik dalam mutu siaran maupun waktu penayangannya. Kemudian untuk lebih meningkatkan siarannya maka pada pertengahan tahun 1993 RCTI mengudara secara nasional dan membangun stasiun transmisi dibeberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan, Batam dan lain – lain.

Dengan demikian di Indonesia sudah mempunyai sembilan stasiun televisi yang telah mngudara secara nasional.

2.3.3. Fungsi televisi sebagai media massa

(59)

komunikasi.

Seperti halnya dengan media massa lainnya, televisi pada pokoknya mempunyai fungsi – fungsi sebagai berikut ( Effendy, 1990 : 28 – 32 ) yaitu 1. Fungsi penerangan Dalam menjalankan fungsinya sebagai sarana

penerangan televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata atau berita, dilengkapi gambar – gambar yang sudah tentu faktual.

2. Fungsi pendidikan. Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, stasiun televisi menyiarkan acara – acara tertentu secara teratur.

(60)

menikmati acara hiburan.

2.3.4. Pola tayangan televisi

Secara umum pola tayangan siaran televisi di setiap negara adalah sama. Kalau pun ada perbedaan tidaklah terlalu prinsipil.

Di Indonesia, antara televisi milik pemerintah dan televisi swasta memiliki banyak kesamaan dalam materi maupun pola tayangannya. Perbedaaan yang sangat menyolok hanya terletak pada siaran iklan. Kalau pada televisi swasta pemirsa bisa menjadi jengkel karena terllu banyaknya produk iklan yang disiarkan. Ketidaksennangan sering muncul pada acara – acara yang paling disenangi pemirsa.Semakin disenangi suatu acara maka akan semakin banyak iklan yang disiarkan.

Materi siaran yang umum dapat dijumpai pada stasiun televisi adalah film, baik film asing maupun film nasional. Masing-masing televisi berlomba-lomba menayangkan film-film yang menarik dan berkualitas. Untuk memudahkan pemirsa dalam memilih acara, masing-masing stasiun televisi mempunyai film unggulan seperti mega emas layar unggulan, mega sinema dan berbagai film menarik lainnya.

(61)

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang melahirka suatu peradapan, khususnya dalam proses komunikasi dan infrmasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi dan komunikasi setiap media massa. Globalisai informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai – nilai sosial dan budaya manusia.

Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibanding media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spetakuler dalam sisi – sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampua televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut dalam menguasai jara secara geografis dan sosiologis.

Sementara tiga dasawarsa belakangan ini merupakan kurun waktu yang memadai bagi kita untuk menilai diri sendiri, mental, moral,prlaku, wawasan, cita – cita, dan sebagainya. Kesemuanya itu adalah dampak dari media televisi yang berhasil menampilkan realitas sosial melalui perangka elektronik cangih (kamera dan mikrofon). Pemirsa dapat menikmati gambar dan suara yang nyata atas suatu kejadian dibelahan bumi lain.

(62)

media. Padahal untuk melakukan rehumanisasi, remoralisasi dan resakralisasi diperlukan waktu yang sangat lama.

Siaran televisi saat ini dapat dilakukan dimana saja dan dapat pula dipantau dari mana saja. Terbukti pada 20 Juli 1969 melalui pesawat televisi, manusia di bumi dapat menyaksikan Neil Amstrong ( pimpinan misi Apollo XI ) pertama kali menginjakkan kaki di bulan, (JB. Wahyudi, komunikasi jurnalistik,1991).

Daya tarik televisi sedemikian besar, sehingga pola – pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul telvisi, berubah total sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru (news religius) bagi kehidupan manusia. Menonton televisi,sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung.

Pada akhinya, media televisi menjadi alat atau sarana mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan bahkan melakukan perbahan ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang suda ada sejak lama.

(63)

disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif). Satu hal yang paling berpengaruh dari daya tari televisi ialah bahwa informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.

Ada kekuatan tentu saja ada kelemahan. Kekurangan televisi adalah karena bersifat “transitory” maka isi pesannya tidak dapat di ‘memori’ oleh pemirsa (lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk klpingan koran). Media televisi terikat ole waktu dan tontonan, sedangkan media cetak dapat dibaca kapan dan dimana saja. Teleisi tidak dapat melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar seperti halnya media cetak.. Hal ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen (status sosial ekonominya), juga karena kepentingan politik dan stabilitas keamanan negara. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa, sedangkan media cetak lebih mengandalkan efek rasionalitas.

(64)

teknologi satelit, teknologi elektronika, pengetahuan tentang penyutradaraan serta trik – trik dalam menayangkan gambar di kamera.

Selain itu televisi juga mempersiapkanmateri –materi hiburan yang lebih banyak dibandingkan media cetak, karena pada umumnya pemirsa televisi lebih tertarik menyaksikan televisi dari unsur hiburannya dibanding pemberitaan – pemberitaan analisis, hanya terbatas pada masyarakat yang mempunyai status sosial tinngi, baik dari segi materi maupun pendidikan.

Perkembangan media televisi saat ini mencapai tingkat yang paling tingi, yaitu dengan munculnya liputan-liputan investigasi yang tajam dengan menayangkan bukti-bukti peristiwa kepada pemirsa terutama kalau sistem politik negara tempat televisi itu siaran bersifat liberalisme.

Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Sanford B. Wienberg dalam “Message - A Reader In Human Communication”. Rando House, New York 1980, mengungkapkan 3 ( tiga ) fungsi media :

1. The surveilence of the environment , yaitu mengamati lingkungan. 2. The correlation of the part of society in responding to the

(65)

generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga fungsi diatas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara untuk menyambung atau menyampakan nilai – nilai tertentu kepada masyarakat. Tepatlah apabila ketiga fungsi yang dinyatakan oleh Harold Laswell terseut menjai kewajiban yang perlu dilakukan oleh media massa pada umumnya.

Charles Wright menambahkan fungsi media massa. Hal ini jelas sebagai salah satu fungsi yang lebih bersifat human interest. Maksudnya agar pemirsa tidak merasa jenuh dengan berbagai isi pesan yang disajikan oleh media televisi (“overload”). Selain itu, fungsi hiburan media massa juga berdaya guna sebagai sarana pelarian (esapism) pemirsa / khalayak sasaran terhadap satu masalah.

2.5. Sinetron

2.5.1. Kualitas, kuantitas, dan objektivitas sinetron televisi.

(66)

Memang belum ada metode atau ukuran yang jelas dan pasti dalam membuat sinetron yang baik dan berkualitas serta memenuhi selera pemirsa. Semua masih relatif, tergantung masing – masing penilaian pemirsa. Tetapi para kru televisi dituntut untuk bertanggun jawab dalam membuat paket sinetron. Ini merupakan beban moral yang harus diterima.

Banyaknya sinetron yang menggambarkan sisi – sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat, tentu sangat bermanfaat bagi pemirsa dalam menentukan sikap. Pesan – pesan sinetron terkadang terungkap secara simbolis dalam alur ceritanya. Kalau isi sinetron tidak mencerminkan realitas sosial yang objektif dalam kehidupan pemirsa, maka yang tampak dalam cerita sinetron tersebut hanya gabaran semu.

Akibat fatal yang muncul apabila isi pesan sinetron berlawanan dengan kondisi sosial, yakni pemirsa tidak mendapatkan manfaat secara khusus bagi kehidupannya, menyangkut aspek hubungan dan pergaulan sosial. Sinetron-sinetron yang hanya “menjual” kemiskinan dan menonjolkan doktrin tertentu (menggurui), akan membuat pemirsa jenuh untuk menontonnya.

(67)

1. Terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial dalam masyarakat.

2. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan responsif ( ending cerita ).

Sebelum membuat sinetron, ada baiknya kru televisi mengenal dan memahami situasi serta kondisi budaya masyarakat. Jadi kesimpulannya, isi pesan sinetron televisi harus dapat mewujudkan dan mengekspresikan kenyataan sosial masyarakat, tanpa melepaskan diri dari lingkaran budaya pemirsa yang heterogen.

2.5.2. Pesan sinetron televisi

Berbicara mengenai isi pesan dalam sebuah paket sinetron televisi, bukan hanya melihat dari segi budaya, tetapi juga berhubungan dengan masalah ideologi, ekonomi, maupun politik. Dengan kata lain, paket sinetron merupakan cerminan kenyataan kehidupan dari masyarakat sehari – hari.

(68)

terjadi karena dalam kehadirannya, isi pesan sinetron selalu terbentur pada masalah politis dan ideologis dalam suatu sistem politik nasional.

Dengan adanya event festival sinetron indonesia (FSI), jangan membuat para pembuat sinetron terjebak pada keinginan untuk menghasilkan sebanyak mungkin cerita – cerita sinetron (dalam hal ini production house).

2.6. PRILAKU REMAJA

2.6.1. Pengaruh televisi dalam perubahan prilaku remaja

Remaja merupakan penggemar film dan sinetron televisi. Penayangan film maupun acara sinetron pada siang, sore dan malam hari membawa perubahan pola kehidupan remaja, terutama menyangkut masalah prilaku yang sudah mapan di masyarakat.

Sebelum pengaruh televisi mengubah tatanan masyarakat, pola kehidupan sehari-hari remaja dapat terlihat jelas yakni pagi sekolah, siang/sore membantu orang tua, kegiatan ekstrakurikuler maupun privat. Sedangkan malam hari belajar. Namun kenyataan ini harus sinar dengan adanya televisi.

(69)

sekolah. Bagi mereka tidak menonton berarti tidak akan cerita dengan teman-temannya. Dan mereka tidak mau jika dikatakan ketinggalan informasi. Salah satu keluhan orang tua terhadap anak-anaknya dengan munculnya acara-acara yang digemari adalah semakin jarangnya mereka membaca.

(70)

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1. SMU Swasta GBKP Kabanjahe

SMU Swasta GBKP Kabanjahe terletak di jalan Mariam Ginting no.3 Kabanjahe kecamatan Kabanjahe. Sekolah ini termasuk dalam kategori sekolah swasta unggulan di kabanjahe.

Sekolah ini berdiri pada tahun 1981 berlokasi di jalan Marian Ginting Kabanjahe dibawah pimpinan bapak Pendeta Ngerket Tarigan (1981-1982 ). Pada tahun 1983-1989 kepemimpinan digantikan oleh Bapak Jemat Sitepu, BA.

Pada tahun 1989 – 2001 dipimpin oleh Bapak Drs Seruan Sembiring. Kemudian digantikan oleh Bapak Drs Sugianta Ginting dari tahun 2001 s/d sekarang.

1.Tenaga pengajar

Mengenai jumlah tenaga pengajar pada sekolah ini, di didik oleh guru – guru yang berjumlah sebanyak 32 orang. Berikut data selengkapnya

(71)

No Keterangan Jumlah

1

2

Pria

Wanita

11 Orang

21 Orang

Total 32 Orang

Sumber : Arsip Tata Usaha SMU Swasta GBKP Kabanjahe Tahun 2007

Disamping itu terdapat juga pegawai non guru yang disebut dengan pegawai honorer berjumlah 2 orang, tata usaha sebanyak 4 orang dan guru BP 1 orang.

2. Aktivitas Kurikuler

Selain kegiatan belajar sesuai dengan tugas sekolah, SMU Swasta GBKP Kabanjahe juga aktif melakukan berbagai kegiatan ekstrakulikuler yang meliputi :

1. Pramuka

2. Kegiatan olah raga yaitu, basket, volley, bola kaki. 3. Paskibraka

4. Kegiatan kerohanian PA ( Penelaahan Alkitab )

(72)

Nasional selalu diperingati olrh siswa dan guru. Hal ini dimaksud untuk menanamkan semangat patriotisme. Pihak sekolah juga menjalin hubungan yang baik dengan para orang tua siswa, dengan demikian diharapkan adanya komunikasi timbal balik sehingga kegiatan siswa dapat dikontrol dengan baik.

3. Sarana dan Prasarana

Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, peranaan sarana dan prasarana sangat besar artinya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, tersedianya sarana dan prasarana yang cukup akan lebih memungkinkan tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya, maka tabel dibawah ini dilihat pembagian ruangan secara terperinci.

No Keterangan Jumlah

1. Ruang Kepala Sekolah 1 2. Ruang Wakil Sekolah 1

3. Ruang BP 1

4. Ruang Perpustakaan 1

5. Ruang Belajar 12

6. Ruang PKS 1

7. Ruang Guru 1

8. Ruang Komputer 1

9. Ruang Laboratrium 1 10. Kamar mandi guru 1 11. Kamar mandi Siswa 2

12. Lapangan basket 1

(73)

4. Struktur Organisasi

Untuk memberi arah kerja yang sistematis serta untuk memperjelas garis kerja, maka dibentuk sebuah struktur orang di dalamnya memuat tugas-tugas kepala sekolah beserta staff pengajar dan pegawai lainnya. Struktur organisasi dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut :

STRUKTUR ORGANISASI PEMBAGIAN TUGAS DAN MEKANISME

KERJA SMU SWASTA GBKP KABANJAHE TAHUN 2006 / 2007

(74)

Sinetron remaja “ Jomblo” menceritakan tentang kisah persahabatan antara Agus, Bimo, Doni dan Olive. Persahabatan adalah segalanya bagi mereka.

Sinetron ini merupakan lanjutan dari film jomblo yang sebelumnya telah sukses pemutarannya di bioskop – bioskop Indonesia. Isi dari cerita sinetron ini sama dengan filmnya, hanya saja terdapat penambahan pemain.

Agus yang telah menemukan cinta sejatinya dimana pacarnya ini adalah kawan Sekolah Dasar nya dulu. Olive, Doni dan Bimo tidak mau ketinggalan mencari pacar. Olive diam – diam menaruh hati kepada seorang gadis yang bernama Asri di kampusnya, tetapi olive tidak punya nyali untuk menyatakan cintanya kepada gadis tersebut. Doni yang tidak sengaja bertemu Asri di kampus telah menarik hatinya. Dan doni tidak tahu bahwa gadis yang disukainya adalah gadis pujaan sahabatnya sendiri. Doni yang punya nyali segara menyatakan cintanya kepada Asri di pesta ulang tahun Asri. Olive emosi begitu tahu bahwa gadis pujaannya telah direbut oleh Doni sahabtanya sendiri dan timbul pertengkaran diantara mereka.

3.2. Metode Penelitian

Gambar

Tabel 1 Kelas
Tabel 2 No Keterangan
TABEL 3 UANG SAKU
TABEL 4 KELAS
+7

Referensi

Dokumen terkait