• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun (Drechslera spp.) Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun (Drechslera spp.) Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA PUPUK ORGANIK

TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN (Drechslera spp.)

PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

SKRIPSI

ABDUL NAIKSON DAMANIK 010302036

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA PUPUK ORGANIK

TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN (Drechslera spp.)

PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

SKRIPSI

ABDUL NAIKSON DAMANIK 010302036

HPT

Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Komisi Pembimbing

( Ir. Lahmuddin Lubis MP ) ( Ir. Syamsinar Yusuf, MS )

Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun ABSTRAK

Abdul Naikson Damanik’’ Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun (drechslera maydis L.) Pada Tanaman Jagung (zea mays L.).” dengan komisi pembimbing Bapak

Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku ketua dan Ir. Syamsinar Yusuf, MS selaku anggota.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa pupuk organik terhadap perkembangan penyakit hawar daun (Drechslera spp.) pada tanaman jagung (Zea mays L.).

Penelitian ini dilakukan di lahan areal kebun percobaan tanaman buah (KPTB) Tongkoh, Berastagi dengan ketinggian tempat ± 1342 meter diatas permukaan laut. Penelitian dimulai pada bulan November 2006 sampai mei 2007.

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu: P0 (kontrol) P1 Pupuk Kandang dari kotoran ayam P2 (Pupuk kandang dari kotoran lembu) P3 (Pupuk kandang dari kotoran kambing) P4 (pupuk organik Green giant dan P5 (pupuk organik jaya tani) desngan dosisi 480 g / tanaman. Parameter yang diamati adalah Intensitas serangan (%) dan produksi pipilan kering jagung (ton/ha).

(4)

ABSTRACT

The effect of organic fertilizer for leaf spot diseases at the corn crops. It guided by counselor lecturers Ir. Lahmuddin Lubis, MP and Ir. Syamsinar Yusuf, MS.

Research purposed to know the effect of organic fertilizers of leaf spot on corn crops. Research has been done from Februari to Juny 2007 at KPTB, Tongkoh, Berastagi.

The methods research was used Randomized Block Design Non Factorial, with 6 treatments and 4 replication of organic fertilizers. They are P0 : control 480g/plant, P1 : chicken organic fertlizers 480g/plant, P2 : cow organic fertilizers 480g/plant, P3 : goat organic fertilizers 480 g/plant, P4 : green giant compost 480 g/plant, P5 : jaya tani compost 480 g/plant.

(5)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi manusia dan ternak. Di Indonesia jagung merupakan bahan pokok kedua setelah padi. Sedangkan berdasarkan urutan bahan makanan pokok dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi (Anonimus, 1993).

Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang dapat digunakan untuk menggantikan beras sebab jagung memiliki kandungan protein, karbohidrat dan kalori yang hampir sama yang terkandung pada beras. Oleh karena itu distribusi penanaman jagung terus meluas di berbagai negara di Dunia begitu juga di Indonesia, karena tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang luas didaerah tropis (Rukmana, 1997).

Di Sumatera Utara terjadi penurunan luas panen dan produksi jagung dari tahun 2000 sampai tahun 2002, hal ini karena pada tahun 2000 – 2001 terjadi serangan penyakit hawar daun disentra produksi utama yaitu di kabupaten Karo.

Di Deli Serdang juga terjadi penurunan luas panen dari 25967 ha menjadi 20967 ha dan produksi 78914 ton menjadi 67483 ton (Anonimus, 1993).

(6)

Tanaman jagung seperti halnya tanaman lainnya tidak terlepas dari permasalahan hama dan penyakit di lapangan. Tanaman jagung sendiri memiliki banyak penyakit terutama yang disebabkan jamur atau cendawan. Salah satunya penyakit hawar daun Drechlera spp. (Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).

Penyakit hawar daun adalah penyakit yang disebabkan oleh tiga jenis spesies jamur Drechslera yaitu D. turcium, D. maydis,dan D. carbonum.

Hawar daun D. turcicum pertama kali diidentifikasi pada tahun 1878 di

Amerika Serikat. Umumnya penyakit ini banyak terdapat di daerah yang beriklim dingin yang mengandug embun dengan suhu agak rendah. Pada tahun 1952, penyakit ini dilaporkan banyak menyerang partanaman jagung di Amerika Serikat dan menyebabkan kerugian yang sangat besar, terutama di Florida. Kehilangan hasil mencapai 50% dan bila terjadi infeksi berat tanaman tidak dapat menghasilkan (Robert, 1975).

Di Indonesia penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1917 pada tanaman jagung di Sumatera Utara. Saat ini penyakit hawar daun Drechslera tersebut sudah menyebar luas di Indonesia. Khusus Sumatera Utara saat ini penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah yang sedang dihadapi. Penyakit hawar daun Drechslera spp mulai berkembang di Sumatera Utara sejak awal musim tanam 1999/2000 atau akhir tahun 1999, terutama di dua kabupaten yaitu kabupaten Karo dan Simalungun. Selanjutnya penyakit ini telah menyebar di kabupaten lain seperti Deli Serdang, Langkat, Dairi, Asahan, Tobasa (Toba Samosir), Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan (Roliyah, 2000).

(7)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Berdasarkan hal di atas perlu kiranya dilakukan penelitian guna mencari cara alternatif pengendalian seperti penggunaan pupuk organik.

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa – sisa maluk hidup yang

diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai (Novizan, 2003).

Pupuk organik merupakan salah satu terwujudnya pertanian organik. Data yang diperoleh bahwa tanah di pulau Jawa umumnya mengandung bahan organik

dibawah 2 % sementara di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi di Bandung menunjukkan sekitar 95% lahan di pertanian di Indonesia

menujukkan C-organik kurang dari 1 % padahal batas minimum bahan organik dianggap layak untuk lahan pertanian yaitu antara 4–5 % (Musnamar, 2003).

Jenis – jenis pupuk organik :

1. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak dan sisa – sisa makanan dari hewan ternak

2. Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian dari tanaman yang masih hijau yang dibenamkan kedalam tanah dengan maksud untuk menambah bahan organik dan unsur hara di dalam tanah.

3. Guano adalah pupuk yang berasal dari endapan kotoran dari burung – burung laut yang terdapat didalam gua

(8)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa pupuk organik terhadap

perkembangan penyakit hawar daun (Drechslera spp.) pada tanaman jagung (Zea mays L.).

Hipotesa penelitian

Diduga ada pengaruh pemberian pupuk organik terhadap perkembangan

penyakit hawar daun (Drechslera spp.) pada tanaman jagung (Zea mays L.).

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(9)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun TINJAUAN LITERATUR

Tanaman Jagung

Menurut Anonimus (1993), tanaman jagung termasuk famili Graminiae,

dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Monokotiledoneae

Ordo : Glumiflorae

Family : Graminieae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays

Tanaman jagung adalah tanaman semusim yang berbatang tinggi, tegak dan biasanya tunggal yang dominan walaupun ada beberapa tunas (anakan), kedudukan daunnya distik (dua baris daun yang keluar dalam kedudukan

berselang), dengan pelepah–pelepah daun yang saling bertindih dan daun –daunnya lebar dan relatif panjang (Rukmana, 1997).

Sistim perakaran jagung terdiri atas akar – akar seminal dan akar udara. Akar–akar seminal merupakan akar yang radikal atau akar primer ditambah

dengan sejumlah akar adventif pada dasar sari buku pertama diatas pangkal batang. Akar–akar seminal ini tumbuh pada saat berkecambah. Pertumbuhan akar

(10)

Batang tanaman jagung beruas – ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang yang muncul pada pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 – 300 cm atau lebih tergantung pada tipe jagung. Ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Bagian tengah batang terdiri atas sel – sel parenchym yaitu selubang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras termasuk lapisan epidermis (Rukmana, 1997).

Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dibatasi oleh spicula yang beguna untuk menghalangi masuknya air, hujan, embun kedalam pelepah (Suprapto, 1999).

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok–kelok dan jumlahnya antara 8–20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Rukmana, 1997).

Syarat Tumbuh

(11)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Tanaman jagung dapat tumbuh baik pada hampir semua jenis tanah akan tetapi tanaman ini akan dapat tumbuh lebih baik pada tanah gembur, kaya akan humus. Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk ditanami jagung

karena pertumbuhan akarnya tidak baik atau akarnya menjadi busuk (Suprapto, 1999).

Untuk pertumbuhan tanaman dibutuhkan tanah yang bersifat netral. Kemasaman tanah (pH) yang baik untuk tanaman jagung adalah 5,5–7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus tehadap kemiringan tanah, dengan maksud untuk mencegah

erosi yang tejadi pada waktu hujan turun yang besar (Tobing dkk., 1995).

Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik di daerah tegalan, sawah tadah hujan dan beririgasi, serta sebagian didataran tinggi.

Tanaman jagung ditanam pada awal musim hujan atau menjelang musim kemarau

Sub Divisio : Ascomiotina

Kelas : Laculoascomycetes

Ordo : Pleosporales

Famili : Pleossporaceae

Genus : Drechslera

(12)

Penyakit ini disebabkan oleh tiga jenis spesies Drechslera Yaitu D. turcicum, penyebab penyakit hawar daun turcicum, D. maydis Nisk., penyebab

penyakit hawar daun maydis yang juga dikenal dengan nama Syn Helminthosporium maydis (Nisk) Subrum et Jain. Dan ketiga adalah D. carbonum

Ullstrup., yang merupakan penyebab hawar daun carbonum (Semangun, 1993).

D. turcicum panjang konidiofor 300 µ m dan tebal 7-11 µ m. Konidium lurus agak melengkung, jorong atau berbentuk ganda terbalik, berwara coklat atau pucat (Semangun, 1993).

Konidium halus agak membesar ditengahnya panjang 45-135 X15 -25 µm dan mempunyai 3-8 sekat (septa). Stadium sempurnannya dikenal dengan Trichometaphera turcica (Pass) Lutter (Weber, 1973).

D. maydis Nisk, konidiofornya lurus atau tegak yang muncul dari stomata yang panjangnya mencapai 700 µ m dan tebal 4-10 µ m. Konidiumnya berbentuk perahu bengkok dengan spora berwarna coklat agak panjang memiliki 12 sekat dan panjang 30-115 X 10-17µm (Semangun, 1993).

D. carbonum memiliki konidiofor yang keluar sendiri–sendiri membentuk kelompok–kelompok kecil, lurus, lentur berwarna coklat sampai kehijauan. Lebarnya 5-8 µ m dan panjangnya 250 µ m (Semangun, 1993).

Konidiofor bengkok seperti tabung tengahnya lebih besar, membulat 30-100 X 12-18 µm dengan 7-8 sekat, stadium sempurnanya dikenal dengan

(13)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Gambar 1. Patogen Drechslera spp. Sumber :

Daur Hidup Penyakit

Jamur dapat bertahan pada tanaman hidup yang terdapat di lapangan, pada

rerumputan, sorgum dan sisa tanaman yang sakit dan biji. Bakteri tidak dapat

hidup pada sisa jagung yang sakit yang terpendam didalam tanah (Semangun, 1993).

Jamur dapat bertahan dalam bentuk spora vegetatifnya atau pada stadium aseksualnya pada jaringan daun tanaman jagung yang mati. Kemudian pada keadaan cuaca yang menguntungkan, stadium sempurnanya dapat kembali tumbuh menyebar dan menginfeksi tanaman yang hidup (Robert, 1975).

(14)

Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Secara umum lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan

penyakit adalah suhu rendah dan tinggi, kelembapan nisbi yang tinggi, cahaya, angin, curah hujan, ketersediaan inang (nutrisi) dan adanya kabut atau embum di udara (Semangun, 1996).

Pada hawar daun D. turcicum biasanya penyakit lebih banyak terdapat dan berkembang didaratan tinggi pada suhu rendah yaitu 20-27 0C dan kelembapan 90%, curah hujan yang tinggi dan intensitas sinar matahari yang kurang (Semangun, 1993).

D. maydis lebih banyak terdapat dan berkembang didataran rendah dengan cuaca agak panas, suhu yang relatif tinggi kira–kira 26-30 0 C sedikit lebih

tinggi dari D. turcicum. Konidium lebih banyak terbentuk pada kelembapan 80-90 %. Sedangkan pada suhu optimum untuk pembentukan peristesium 26-27 0C. Pada kondisi ideal siklus penyakit berkisar 60-70 jam dan berkembang

dengan cepat pada suhu 20-32 0C (Lucas et al, 1985).

Gejala Serangan

Bagian tanaman yang terserang penyakit hawar daun menunjukkan gejala

(15)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Penyakit hawar daun turcicum menyebabkan terjadinya bercak–bercak kecil berbentuk jorong, berwarna hijau tua atau hijau kelabu kebasah–basahan kemudian menjadi warna coklat kehijauan. Bercak lama kelamaan membesar membentuk kumparan atau perahu dengan lebar 1-2 cm dan panjang 5– 10 cm. Sehabis hujan atau banyak embun pada kedua sisi bercak terbentuk banyak spora.

Tanaman yang sakit keras tampak kering seperti habis terbakar (Semangun, 1991).

Penyakit hawar daun maydis menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat kelabu atau hijau kekuningan yang dikelilingi halo klorotik berbentuk elips panjang pada daun tanaman jagung. Kemudian bercak menjadi berwarna gelap dan dikelilingi warna coklat kemerahan (Lucas, et al, 1985).

Penyakit hawar daun carbonum menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat muda atau colat kekuningan pada daun jagung. Panjang bercak 2,5 cm dan lebar 0,3–0,6 cm jamur tidak banyak berbentuk spora pada daun sering mematikan daun–daun bawah, selain itu juga menyebabkan warna togkol berwana hitam (Semangun, 1991).

A

B

Gambar 2. Gejala serangan penyakit hawar daun jagung

Keterangan : A. Bagian daun yang terserang penyakit hawar daun B. Bagian daun yang sehat

Sumber : Foto Langsung

(16)

Pengendalian

Cara–cara pengendalian yang efektif dapat berbeda menurut jenis penyakit,

tanaman inang dan interaksi diantara patogen dan tanaman inang tersebut (Amirsjah, 1995). Beberapa cara yang dapat digunakan dalam upaya pengendalian penyakit hawar daun , antara lain :

1. Penanaman varietas tahan, varietas tahan sangat berperan dalam mencegah tanaman terserang penyakit atau mencegah penyakit tidak dapat berkembang pada tanaman tersebut. Menurut Sudjono (1988) dalam Semangun (1991), ada beberapa jenis tanaman jagung yang tahan terhadap penyakit hawar daun antar lain yaitu : Arjuna, Kalangga, Hibrida C1. Sedangkan menurut Rukmana (1997) varietas jagung yang tahan terhadap penyakit hawar daun diantaranya adalah Parekesit, Wiyasa dan Bromo.

2. Secara mekanis dilakukan dengan mencabut tanaman yang terserang kemudian dimusnahkan atau dibakar.

3. Dengan melakukan sanitasi areal pertanaman untuk menjaga kondisi lahan agar tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah bekembang.

4. Melakukakan penanaman serentak pada awal musim atau akhir musim kemarau.

(17)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Semangun (1991) jamur yang terbawa oleh biji dapat dimatikan dengan Thiram dan Karboxin atau dengan perawatan udara panas selama 17 menit dengan suhu 54 - 55°C.

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Pada Tanaman Jagung

Hara mempengaruhi laju pertumbuhan dan tingkat kesiapan untuk bertahan

terhadap serangan patogen. Kelebihan unsur hara menyebabkan pertumbuhan muda dan sekulen, dan mungkin memperpanjang lama stadium vegetatif dan menunda kematangan tumbuhan. Kelebihan unsur hara menyebabkan tumbuhan menjadi lebih rentan terhadap patogen, sebaliknya tumbuhan yang mengalami kekurangan nitrogen akan tumbuh lebih lama, lebih lambat dan lebih cepat tua dan rentan terhadap patogen yang menyerang tumbuhan yang lemah dan tumbuh lebih lambat (Agrios, 1996).

Secara umum tumbuhan yang mendapat hara seimbang, yaitu semua kebutuhan tersedia dalam jumlah yang cukup akan lebih mampu melindugi dirinya sendiri dari infeksi baru dengan membatasi infeksi yang terjadi dibanding dengan jika salah satu hara lebih keadaan lebih atau kurang, tatapi keadaan hara yang seimbang mugkin mempengaruhi perkembangan penyakit (Agrios, 1996).

(18)

Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain menimbulkan tersedianya unsur–unsur hara bagi tanaman, pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah (Sutejo, 1995).

Pemberian pupuk kandang sebagai pupuk dasar dapat berfungsi untuk menyuburkan tanah dan membuat strukturnya remah sehingga tidak mudah memadat. Disamping itu juga dapat meningkatkan kemampuan mengikat air sehingga dapat menjadi lebih efisien. Pupuk kandang juga mendorong mikroorganisme dalam tanah yang bermanfaat untuk lebih aktif kerjanya (Wibowo, 1999).

Unsur – unsur hara yang terkandung didalam pupuk organik :

1. Nitrogen ( N )

Nitrogen adalah unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang banyak, nitrogen berperan penting dalam merangsang pertumbuhan vegetatif dari tanaman.

2. Fosfor ( P )

(19)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

3. Kalium ( K )

Kalium adalah unsur hara makro yang banyak dibutuhkan oleh tanaman, didalam tubuh tanaman kalium bukanlah sebagai penyusun jaringan tanaman, tetapi lebih banyak berperan dalam proses metabolisme tanaman seperti mengaktifkan kerja enzim, membuka dan menutup stomata, tranportasi hasil – hasil fotosintesis, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit tanaman ( Hasibuan, 2004 )

Pupuk kandang lembu mengandung unsur hara N 0,40 %, P2O5 0.20 %, K2O 0.1 %, Pupuk kandang kambing N 0.60 %, P2O5 0.30 %, K2O 0.17 %, Pupuk

kandang ayam N 1 %, P2O5 0.80 %, K2O 0.40 %, Pupuk organik Green Giant N 3 %, P2O5 5 %, K2O 3, Pupuk Organik Jaya Tani N 0.74 %, P2O5 0.71 %, K2O

(20)

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di lahan areal kebun percobaan tanaman buah (KPTB) Tongkoh, Berastagi dengan ketinggian tempat ± 1342 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2007 sampai bulan Juni 2007.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : benih jagung Hibrida Varietas Kresna, pupuk organik Green Giant, pupuk kompos Jaya Tani, pupuk kandang dari kotoran ayam, pupuk kandang dari kotoran kambing, pupuk kandang dari kotoran lembu dan bahan pendukung lainnya.

Alat yang dibutuhkan antara lain: cangkul, meteran, tugal, gembor, timbangan, papan sample, papan nama, cat, kuas, alat tulis dan alat pendukung lainnya.

Metoda Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok ( RAK ) non faktorial yang terdiri dari:

P0 : Kontrol

(21)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

P2 : Pupuk Kandang dari Kotoran lembu 480 gr/tanaman

P3 : Pupuk Kandang dari Kotoran Kambing 480 gr/tanaman

P4 : Pupuk Organik Green Giant 480 gr/tanaman

P5 : Pupuk kompos Jaya Tani 480 gr/tanaman Dimana rumus mencari ulangan adalah sebagai berikut : Perlakuan (t) = 6

(t - 1) (r - 1) ≥ 15 (6-1) (r - 1) ≥ 15

5r - 5 ≥ 15 r ≥ 4

Jumlah ulangan sebanyak 4 kali

Model Linear yang digunakan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

Yijk = + i + j + ij

Keterangan

Yij = Nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j

= Rataan umum

i = Pengaruh perlakuan ke-i

j = Pengaruh kelompok ke-j

(22)

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dimulai dengan pembersihan areal, setelah areal bersih dilakukan pencangkulan tanah sedalam ± 20 cm, menghancurkan bongkahan tanah dan meratakan tanah yang telah dicangkul, yang terakhir dilakukan penggemburan tanah kembali dengan membalikkan tanah sekaligus membuat

petak-petak percobaan dengan ukuran 200 X 300 cm sebanyak 24 petak (6 perlakuan x 4 ulangan), jarak antar petak adalah 50 cm.

Penanaman Benih

Penanaman dilakukan dengan cara menugal sedalam 3-4 cm. tiap lubang ditanam dengan 2 benih jagung dengan jarak tanam 25 X 75 cm.

Penyisipan

Penyisipan dilakukan 1 minggu setelah tanam yaitu dengan mengganti tanaman yang mati, yang tumbuh abnormal dan tidak berkecambah.

Penjarangan

(23)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dan Pembumbunan dilakuan secara bersamaan dan dilakukan 2 minggu sekali

Pemupukan

Aplikasi pemupukan pertama dilakukan pada saat seminggu sebelum

penanaman benih dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam 250 gr/tanaman, pupuk kandang dari kotoran lembu 250 gr/tanaman, Pupuk

kandang dari kotoran kambing 250 gr/tanaman, pupuk kompos Green Giant 250 gr/tanaman, pupuk kompos Jaya Tani 250 gr/tanaman. Aplikasi kedua

diberikan setelah tanaman berumur 20 hari masing masing 230 gr/tanaman untuk masing-masing bahan organik.

Dosis pupuk yang dibutuhkan yaitu sebanyak 40 ton/ha untuk pupuk organik dan pupuk kandang sesuai dengan keterangan dari petugas KPTB.

Pengendalian Hama

Hama yang ada di pertanaman dikendalikan dengan menggunakan insektisida botani sedangkan untuk penyakit tidak dilakukan pengendalian.

(24)

Pemanenan dilakukan pada akhir percobaan setelah memenuhi kriteria panen.kriteria panen yang digunakan yaitu : daun dan kelobot telah mulai menguning dan kering, rambut berwarna coklat kehitaman dan biji keras.

Peubah Pengamatan

Intensitas Serangan Penyakit

Pengamatan terhadap Intensitas serangan penyakit yaitu Drechslera spp. dilakukan pada saat tanaman terinfeksi penyakit pertama kali di

lapangan yang diamati tiap satu minggu sekali sampai tanaman berumur 85 HST. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ ( n x v )

IS = x 100 %

( N x Z )

Keterangan:

IS : Intensitas Serangan penyakit n : Jumlah daun dari kategori serangan v : Nilai skala dari kategori serangan

Z : Nilai skala dari kategori serangan tertinggi N : Jumlah seluruh daun yang diamati

Kategori nilai skor serangan:

0 : Tidak ada gejala serangan

(25)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

5 : Luas kerusakan pada permukaan daun 25-50 % 7 : Luas kerusakan pada permukaan daun 50-75 % 9 : Luas kerusakan pada permukaan daun75-100 % (Sujono dan Sudarmadi, 1989)

Produksi

Produksi dihitung dengan menimbang berat bersih biji jagung pipilan pada akhir masa percobaan yang dikonversikan ke dalam ton/ha, dengan menggunakan rumus:

X 10.000 m2

Y (ton/ha) = x

L 1000 kg keterangan :

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas Serangan Drechslera spp.

Hasil pengamatan intensitas serangan Drechslera spp. pada setiap waktu pengamatan mulai 6-9 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada lampiran 3-6. Dari analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang nyata, sangat nyata dan tidak nyata antara perlakuan. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata, maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Uji Beda Rataan pengaruh pupuk organik terhadap intensitas serangan Drechslera spp. (%)

Perlakuan Minggu setelah tanam (mst )

6 7 8 9

P0 0.93 5.35a 10.54aA 23.13aA

P1 0.27 3.48b 4.02eE 12.09eE

P2 0.84 5.03a 8.58bB 18.5cBC

P3 0.58 4.75a 8.11bcBC 20.58bB

P4 0.30 2.90c 3.75eE 7.33fF

P5 0.77 3.53b 6.51dD 16.08dCD

Keterangan: Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dan angka dengan huruf besar yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 % dengan uji jarak Duncan ( DMRT) .

Hasil penelitian menujukan bahwa serangan hawar daun Drechslera spp.

(27)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun (Drechslera spp.) Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2007.

Hal ini disebabkan pada saat penelitian berlangsung terjadi hujan yang terus menerus (terlampir) dan ketinggian tempat diatas permukaan laut dimana kita ketahui bahwa semakin tinggi curah hujan maka akan semakin membantu dalam pertumbuhan pathogen. Semangun (1993) mengatakan semakin tinggi daerah penanaman dan kelembaban (≥ 80 %) maka akan semakin tinggi serangan hawar daun jagung.

Tabel 1 menunjukan bahwa serangan hawar daun pada pengamatan 6 MST tidak berpengaruh nyata antara masing-masing kombinasi perlakuan. Pada

pengamatan 7 MST menunjukkan pengaruh yang nyata antara P0, P2, P3 dengan perlakuan P1, P4 dan P5. Pada pengamatan 8 dan 9 MST menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada perlakuan P0 dengan P1, P2, P3, P4 dan P5.

Berdasarkan perlakuan yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan pupuk kandang dari kotoran lembu (P2) menunjukkan intensitas serangan hawar daun lebih tinggi pada setiap waktu pengamatan setelah kontrol, kecuali pada pengamatan ke 9 MST, dimana perlakuan pupuk kandang dari kotoran kambing (P3) menunjukkan serangan hawar daun yang lebih tinggi. Pada pengamatan 9 MST intensitas serangan hawar daun sebesar 20,58 dengan pupuk kandang dari kotoran kambing (P3) dan yang terendah adalah dengan perlakuan pupuk organik Green Giant (P4) sebesar 7,33. dan diikuti dengan pupuk kandang dari kotoran ayam (P1) sebesar 12,09. karena unsur hara (N, P dan K) yang terkandung dalam pupuk Green Giant lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

(28)

Gambar 3. Histogram pengaruh pemberian pupuk organik terhadap intensitas serangan hawar daun jagung pada setiap waktu pengamatan.

Dari grafik histogram diatas terlihat bahwa tanpa perlakuan (kontrol) menunjukan intensitas serangan yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lain setiap waktu pengamatan.

Secara umum tumbuhan yang mendapat hara seimbang yaitu semua kebutuhan tersedia dalam jumlah yang cukup akan lebih mampu melindungi dirinya sendiri dari infeksi patogen (Agrios, 1996). Ini dapat dilihat pada waktu pengamatan 9 MST pada perlakuan pupuk Green Giant, dimana unsur haranya lebih tinggi dan seimbang dibanding dengan perlakuan yang lain, sehingga intensitas serangan hawar daun lebih rendah dibanding dengan perlakuan yang lain.

2. Produksi

Dari hasil analisa sidik ragam untuk pengamatan produksi dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk kandang berpengaruh nyata dengan produksi jagung. Dapat dilihat pada lampiran 11.

Tabel 2. Rataan Produksi Tanaman Jagung (Kg/Plot).

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

P0 3.25 3.17 2.97 3.11 12.50 3.13fF

P1 4.98 5.79 6.23 6.09 23.09 5.77bB

P2 4.37 4.51 5.18 3.91 17.97 4.49dD

P3 4.72 4.27 4.38 4.52 17.89 4.47deDE

P4 5.93 6.21 6.31 6.27 24.72 6.18aA

(29)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Total 28.03 29.62 29.88 28.42 115.95

Rataan 4.67 4.94 4.98 4.74 4.83

Keterangan: Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dan angka dengan huruf besar yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 % dengan uji jarak Duncan ( DMRT) .

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa rataan jagung kering tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (Pupuk Green Giant) sebesar 6,18 kg/plot. P1 (pupuk kandang dari kotoran ayam) sebesar 5,77 kg/plot. P5 (kompos jaya tani) sebesar 4.95kg/plot dan yang terendah pada perlakuan P0 ( kontrol) sebesar 3.13 kg/plotsssss. Tingginya produksi dipengaruhi oleh intensitas serangan hawar daun jagung. Semakin tinggi intensitas serangan hawar daun jagung maka akan semakin rendah produksi. Ini disebabkan karena proses fotosintesis akan terhambat karena rusaknya jaringan tanaman. Pada setiap ulangan hasil produksi tidak menunjukan perbedaan yang jauh hasil dari rataan.

Produksi untuk masing – masing setiap perlakuan :

X 10.000 m2 Y (ton/ha) = x

L 1000 kg 1. P0 : = 5,21 ton/ha

2. P1 : = 9,61 ton/ha

3. P2 : = 7,48 ton/ha

4. P3 : = 7,45 ton/ha

(30)

6. P5 : = 8,25 ton/ha

Sehingga pupuk organik yang tepat untuk digunakan adalah pupuk Green Giant karena dapat mencapai potensi produksi seperti yang terlampir pada deskripsi jagung yaitu sebesar 10 ton/ha.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap penyakit hawar daun jagung (Drechslera spp.) pada pengamatan 6 MST pada masing-masing perlakuan, pada pengamatan 7 MST berpengaruh nyata antara

perlakuan P0, P2, P3 dengan P1, P4 dan P5, sedang pada pengamatan 8 dan 9 MST berpengaruh sangat nyata pada perlakuan P0 dengan P1, P2,

P3, P4 dan P5.

2. Serangan hawar daun (Drechslera spp.) tertinggi pada 9 MST yaitu pada perlaukan P0 sebesar 23,13 % dan yang terendah adalah P4 sebesar 7,33%.

3. Dari hasil penelitian, pupuk organik yang tepat digunakan untuk menekan intensitas serangan hawar daun jagung adalah pupuk organik Green Giant.

4. Tingkat produksi berat kering jagung tertinggi hingga terendah pada perlakuan P4 yaitu seberat 6.14 kg/ plot atau 10,1 ton/ha ,P1 yaitu seberat 5.77 kg/plot atau 9,61 ton/ha dan terendah pada perlakuan kontrol P0 yaitu seberat 3.13.kg/plot atau 5,21 ton/ha.

(31)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Perlu dilakukan pengujian di laboratorium untuk mengukur kandungan unsur – unsur yang terkandung dalam pupuk organik sebelum diaplikasikan ke lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T dan Y. E. Widyastuti, 2000. Meningkatkan Produksi Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Tiga. Terjemahan: M. Busnia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Amirsjah, L. Y. A., 1995. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anonimus, 1993.Tehnik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

, 1999. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan, Jakarta.

Cholis, A. dan A. L. Abadi, 1991. Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Pangan. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Surabaya.

Effendi, S., 1995. Bercocok Tanam Jagung. Jasa Guna, Jakarta. Elis, D. 2006. Mycology Online.

2006

Hasibuan, E.F. 2004. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Lingga, P. dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

(32)

Musnamar, I. E., 2003. Pupuk Organik Padat. Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Novizan, 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Robert, A. L., 1975. Plant Disease. The Year Book of Agriculture. United States Departement of Agriculture, Washington DC.

Roliyah, Y., 2000. Laporan Perkembangan Penyakit Hawar Daun Pada Tanaman Jagung di Propinsi Sumatera Utara. Balai Proteksi Pangan dan Hortikultura I, Medan.

Rukmana, H. R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Semangun, H., 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Penerbit Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

, 1993. Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Penerbit Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

, 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Subandi, M. Syam dan A Widjono, 1988. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor

Sudarsono, T. dan T. Sujarman, 1981. Pedoman Manajemen Usaha Tani. Dinas Pendidikan Direktorat Penyuluhan Pertanian, Jakarta.

Sujono. dan Sudarmadi. 1989. Teknik Pengamatan Hama dan Penyakit. Fakultas Pertanian, UGM Press. Yogyakarta.

Suprapto, H. S., 1999. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tobing, M. P. L., O. Ginting, S. Ginting dan R. K. Damanik, 1995. Diktat Agronomi Tanaman Makanan I. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Weber, G. F., 1973. Bacterial and Fungal of Plant in The Tropics. University of Florida Press. Gainesville.

Wibowo. S., 1999. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta.

(33)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan Penelitian

I II IV III

P5

P2

P0

P4

P1

P2

P0

P5

P4

P3

P1

P3

P5

P2

P4

P4

P2

P0

P1

(34)

U

Bagan pengambilan sampel

200 cm

300 cm 50 cm

150 cm`

50 cm

Keterangan:

P0 : Kontrol

P1 : Pupuk kandang dari kotoran ayam X X X

(35)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

P2 : Pupuk kandang dari kotoran lembu P3 : Pupuk kandang dari kotoran kambing

P4 : Pupuk Organik Green Giant

P5 : Pupuk kompos Jaya Tani

Xa : Tanaman sampel

Jumlah ulangan : 4

Jumlah unit percobaan : 4 x 6 = 24 plot Jumlah tanaman/plot : 33 tanaman

Jumlah seluruh tanamn : 33 x 24 = 792 tanaman Jumlah sampel/plot : 9 tanaman

Jumlah seluruh sample : 9 x 24 = 216 sampel

Luas lahan : 1050 x 2150 cm = 2.257.500. cm2 = 225,75 m2

Luas plot : 200 x 300 cm = 60000 cm2 = 6 m2 Jarak antar plot : 50 cm

(36)

Lampiran 2

Deskripsi Jagung Bersari bebas Varietas Kresna

Asal : (Cetlet/Arjuna)/Arjuna persilangan jagung

lokal Jawa Timur, disilangkan dengan varietas Arjuna yang hasilnya disebut cetar, selanjutnya cetar disilangkan kembali dengan Arjuna.

Golongan : Bersari Bebas

Umur (hari)-50% keluar rambut : ± 50

Batang : Tegak

Warna Batang : Hijau

Tinggi tanaman : ± 185 cm

Daun : Panjang, lebar dan terkulai

Warna daun : Hijau tua

Keragaman : Agak Seragam

Perakaran : Baik

Kerebahan : Rebah Batang (0-35%)

Malai : Semi kompak (55%)

Warna Anthera : Coklat muda (75%)

(37)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Warna Rambut : Coklat Keunguan (75%)

Tongkol : Panjang dan silindris

Tipe Biji : Mutiara

Warna Biji : Kuning

Jumlah baris biji/tongkol : 12-14 baris

Baris Biji : Lurus

Kelobot : Tertutup baik (85%)

Bobot 1000 biji : 270 gr

Potensi Hasil : 10 ton/ha pipilan kering Ketahanan Terhadap Penyakit : Cukup Tahan Bulai

Tahun dilepas : 2000

Sumber : Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Benih Tanaman

(38)

Lampiran 3. Data pengamatan Intensitas Serangan pada 6 MST

Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN I II III IV

P0 1.06 1.06 1.02 0.56 3.70 0.93

P1 0.53 0.25 0.24 0.06 1.07 0.27

P2 0.76 0.78 1.01 0.80 3.35 0.84

P3 0.54 0.92 0.50 0.35 2.31 0.58

P4 0.46 0.01 0.29 0.45 1.21 0.30

P5 0.42 0.30 1.78 0.59 3.09 0.77

TOTAL 3.769 3.318 4.836 2.809 14.732 RATAAN 0.628167 0.553 0.806 0.468167 0.61

DAFTAR SIDIK RAGAM

SK dB JK KT F.hit F05 F01

ulangan 3 0.372318 0.124106 1.117865 tn 3.29 Perlakuan 5 1.558885 0.311777 2.808284 tn 2.9 4.56 Galat 15 1.67 0.11102 Total 23 3.60 KK = 54.28%

(39)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun Lampiran 4. Data pengamatan Intensitas Serangan pada 7 MST

(40)

b

c

Lampiran 5. Data pengamatan Intensitas Serangan pada 8 MST

(41)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Lampiran 6. Data pengamatan Intensitas Serangan pada 9 MST

(42)

Perlakuan 5 672.1622 134.4324 18.20949 ** 2.9 4.56

Lampiran 7. Data pengamatan produksi (kg/plot)

(43)

Abdul Naikson Damanik : Pengaruh Pemberian Beberapa Pupuk Organik Terhadap Penyakit Hawar Daun

Daftar Sidik Ragam

SK dB JK KT F Hit F 0,05 F 0,01

Perlakuan 5 23.49 4.70 30.63 ** 2.87 4.43

Galat 18 2.76 0.15

Total 23 26.25

KK = 8.11%

FK = 560.18

Keterangan : ** = Sangat Nyata

* = Nyata

tn = Tidak Nyata

Uji Jarak Duncan

Sy = 0.20

P 2 3 4 5

SSR 0.05 2.97 3.12 3.21 3.27 3.32 3.35

SSR 0.01 4.07 4.27 4.28 4.46 4.53 4.59

LSR 0.05 0.58 0.61 0.63 0.64 0.65 0.66

LSR 0.01 0.80 0.84 0.84 0.87 0.89 0.90

Rataan 3.13 4.47 4.49 4.95 5.77 6.18

Perlakuan P0 P3 P2 P5 P1 P4

a

b c

Lampiran 8. Foto-Foto Penelitian

(44)

Gambar

Gambar 1. Patogen Drechslera spp.
Gambar 2. Gejala serangan penyakit hawar daun jagung
tabel 1. Tabel 1.  Uji Beda Rataan pengaruh pupuk organik terhadap intensitas serangan                     Drechslera spp
Tabel 1 menunjukan bahwa serangan hawar daun pada pengamatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara berturut-turut dapat ditunjukkan sebagai berikut: Hasil pengolahan data pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh

Oleh karena itu, jika aspek-aspek pengelolaan keuangan haji keluar dari prinsip-prinsip tersebut maka dapat dikatakan bahwa ada pelanggaran terhadap Undang-Undang,

25 Mina Wuwu Demen, Sriharjo, Imogiri, Bantul induk lele 2 paket. 26 Mino Lestari Kediwung, Mangunan, Dlingo induk lele

Sasaran strategis Terselenggaranya Pengendalian Layanan IPTEK KP Triwulan III TA 2016 terdiri 1 (satu) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari Good Corporate Governance dengan indikator dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi

Desa Kesilir merupakan desa yang terkenal akan surganya Buah Naga yang terletak di Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi. Desa ini memiliki 3 dusun yaitu Dusun

Tinggi kolom lumpur di dalam string dan tinggi kolom minyak annulus akan setara dengan tinggi atau head yang diperlukan untuk mengimbangi tekanan formasi.. Periksa apakah