• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, UKURAN KANTOR

AKUNTAN PUBLIK, UKURAN PERUSAHAAN KLIEN DAN ROTASI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2009-2012

O l e h :

WINDI ASTUTI 120522058

PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, UKURAN KAP, UKURAN PERUSAHAAN KLIEN DAN ROTASI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT PADA

BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh audit tenure, ukuran KAP, ukuran Perusahaan klien dan rotasi audit terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitan sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi bursa efek indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa audit tenure, ukuran KAP dan Rotasi Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap kualitas audit.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS THE EFFECT OF AUDIT TENURE, AUDIT FIRM SIZE, CLIENT FIRM SIZE, AUDIT ROTATION ON AUDIT QUALITY OF

MANUFACTURING COMPANY THAT LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to obtain the empirical evidence about the effect of audit tenure, audit firm size, client firm size, audit rotation on audit quality of manufacturing company that listed in indonesian stock exchange. The type of this research is casual research and the type of data is quantitative data. Those are obtained from the data published by indonesian stock exchange about financial statement and annual report, independent auditor’s report, journal, reference books, internet and scientifics literature related to this research. Collecting data is documentation method. The analysis methods used is descriptive statistics and multivariate logistics regression. The result of this research shows that audit tenure, audit firm size and audit rotation have a significant positive effect on audit quality, client firm size has significant negative effect on audit quality.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismilllairrohmanirrohim

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, UKURAN KAP, UKURAN PERUSAHAAN KLIEN DAN ROTASI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT PADA BURSA EFEK INDONESIA” sebagai titik akhir dari sebuah proses pembelajaran di Program Strata Satu (S1) Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang mudah-mudahan mendapat ridho Allah SWT. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menanjilkan Al-qur’an sebagai pedoman dan petunjuk bagi hidup dan kehidupan manusia di muka bumi.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. , dan Bapak Drs.

Hotmal Ja’far, MM. Ak. Selaku ketua dan sekretaris Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.si., Ak. dan ibu Dra. Mutia Ismail, MM. Ak.

selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Erwin Abubakar, MBA., Ak. selaku dosen pembimbing penulis

yang telah memberikan bimbingan, koreksi dan masukan dalam

(5)

5. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM., Ak dan bapak Drs. Rustam, M.Si.,

Ak, CA. selaku dosen pembanding dan dosen penguji penulis yang banyak

membantu dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ucapan terima kasih yang sangat besar didedikasikan kepada kedua orang tua

penulis Ayahanda Makmur dan Ibunda Sari Intan atas segala kasih sayang,

dukungan, bimbingan, arahan dan doa yang tiada henti-hentinya selama ini.

7. Kakak tersayang Ika Sari Dewi, SS. Abang tersayang Herry Kurniawan,

SH. dan Didi Hardiansyah, ST. serta adik tersayang Widianti Lestari,

terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dukungan, dan doanya.

8. Amazerffwx guysi, Endah, Risa, Amira, Dini, Pandu, Inug, Raja, Rifka terima

kasih untuk dukungan dan canda tawanya. Teman kampus, Enjel, Nova, Eka,

Kristin, dan teman-teman S1 Akuntansi Ekstensi stambuk 2012 yang tidak

dapat penulis tuliskan satu persatu yang selalu memberikan semangat dan

dukungan selama ini

Akhirnya penulis menyadari semua keberhasilan tidak terlepas dari

petunjuk Allah SWT. Dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Medan, Oktober 2014

Penulis

(6)

DAFTAR GAMBAR……… viii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu……..……….……...…... 21

2.3 Kerangka Konseptual ……… 26

2.4 Hipotesis Penelitian……… 27

BAB III METODE PENELITIAN………. 30

3.1 Variabel Penelitian………. 30

3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….. 30

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 45

4.1 Data Penelitian………... 45

4.2 Analisis Statistik Deskriftif ……….. 46

4.3 Pengujian Data ... 49

4.3.1 Uji Multikolinearitas ……… 49

4.4 Pengujian Model ……… 50

4.4.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ………... 50

4.4.2 Menilai Kelayakan Model Regresi……… 52

4.4.3 Koefisien Determinasi ………. 53

4.4.4 Matriks Klasifikasi ……… 54

4.5 Pengujian Hipotesis……… 55

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 59

4.6.1 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur di BEI ……... 59

4.6.2 Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur di BEI………..….. 60

4.6.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan KlienTerhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. .61 4.6.4 Pengaruh Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur di BEI……….. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 64

5.1 Kesimpulan ……… 64

5.2 Keterbatasan Penelitian ……….. 64

5.3 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ………. 66

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……… 23

3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….. 32

3.2 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ……… 34

3.3 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian....………...… . 35

4.1 Descriptive Statistik ... 46

4.2 Kualitas Audit ... ... 47

4.3 Audit Tenure ... 47

4.4 Ukuran KAP ... 48

4.5 Rotasi Audit ... 48

4.6 Uji Multikolinieritas ... 49

4.7 likelihood block 0 ... 51

4.8 likelihood block 1 ... 51

4.9 hosmer and lemeshow test ... 52

4.10 Contingency Table For Hosmer and Lemeshow Test ... 53

4.11 Nagerkerke R Square ... 54

4.12 Classification Table ... 54

4.13 Case Processing Summary ... 55

4.14 Variables in the Equation ... 56

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Hal

(10)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, UKURAN KAP, UKURAN PERUSAHAAN KLIEN DAN ROTASI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT PADA

BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh audit tenure, ukuran KAP, ukuran Perusahaan klien dan rotasi audit terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitan sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi bursa efek indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa audit tenure, ukuran KAP dan Rotasi Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap kualitas audit.

(11)

ABSTRACT

ANALYSIS THE EFFECT OF AUDIT TENURE, AUDIT FIRM SIZE, CLIENT FIRM SIZE, AUDIT ROTATION ON AUDIT QUALITY OF

MANUFACTURING COMPANY THAT LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to obtain the empirical evidence about the effect of audit tenure, audit firm size, client firm size, audit rotation on audit quality of manufacturing company that listed in indonesian stock exchange. The type of this research is casual research and the type of data is quantitative data. Those are obtained from the data published by indonesian stock exchange about financial statement and annual report, independent auditor’s report, journal, reference books, internet and scientifics literature related to this research. Collecting data is documentation method. The analysis methods used is descriptive statistics and multivariate logistics regression. The result of this research shows that audit tenure, audit firm size and audit rotation have a significant positive effect on audit quality, client firm size has significant negative effect on audit quality.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manajemen memiliki tanggung jawab untuk melaporkan hasil dari

kegiatan operasional dan posisi keuangan perusahaan kepada pemegang saham

lewat laporan keuangan. Muncul kemungkinan terjadinya perbedaan kepentingan

antara manajemen dan pemakai laporan keuangan karena timbulnya kesenjangan

informasi yang disediakan. Pada akhirnya peran pihak ketiga yang kompeten dan

independen dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan

(Al-Thuneibat et al., 2011). Akuntan publik merupakan profesi yang paling tepat

sebagai pihak ketiga dan berperan sebagai auditor untuk melaksanakan fungsi

pemeriksaan.

Independensi menjadi syarat utama bagi seorang auditor dalam

memberikan jasa audit dan memberikan opini yang dapat dipercaya. Secara

umum, ada dua bentuk independensi auditor : independence in fact dan

independence in appearance. Independence in fact menuntut auditor agar

membentuk opini dalam laporan audit seolah-olah auditor itu pengamat

profesional, tidak berat sebelah. Independence in appearance menuntut auditor

untuk menghindari situasi yang dapat membuat orang lain mengira bahwa dia

tidak mempertahankan pola pikiran yang adil. (Porter et al., 2003 dalam Nasser et

(13)

Audit atas Laporan Keuangan dimaksudkan untuk menurunkan resiko

informasi yang diberikan dan memperbaiki pengambilan keputusan (Arens et al.,

2008 dalam Al-Thuneibat et al., 2011). Proses audit dirancang untuk menentukan

apakah angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan menyajikan hasil

operasi perusahaan dan posisi keuangan yang benar dengan cara-cara yang adil.

(Al-Thuneibat et al., 2011). Karena itu, perbaikan atas kualitas audit menjadi hal

yang penting dan utama untuk menjamin akurasi dari pemeriksaan laporan

keuangan.

De Angelo (1981a) dalam Al-Thuneibat, et al. (2011) mendefinisikan

kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan

melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor

tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.

Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki auditor tersebut.

Flint (1988) dalam Nasser et al. (2006) berpendapat bahwa independensi

akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, karena hal

ini dapat mempengaruhi sikap mental dan opini mereka. Salah satu ancaman yang

berpengaruh adalah audit tenure yang panjang. Dia berpendapat bahwa audit

tenure yang panjang dapat menyebabkan auditor untuk mengembangkan

“hubungan yang lebih nyaman” serta kesetiaan yang kuat atau hubungan

emosional dengan klien mereka, yang dapat mencapai tahap dimana independensi

auditor terancam. Audit Tenure yang panjang juga menimbulkan rasa

(14)

dapat menurun ketika mereka mulai untuk membuat asumsi-asumsi yang tidak

tepat dan bukan evaluasi yang objektif dari bukti terkini.

Al- Thuneibat et al. (2011) berpendapat bahwa hubungan yang lama

antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara

mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas

audit. Dengan menggunakan pendekatan kebijaksanaan akrual mereka

menyimpulkan bahwa hubungan auditor-klien memiliki pengaruh negatif terhadap

kualitas audit.

Jackson et al. (2008) mencoba meneliti bagaimana pengaruh rotasi

perusahaan KAP (dalam kaitannya dengan hubungan auditor – klien) terhadap

kualitas audit. Mereka mengukur kualitas audit dengan dua pendekatan, yaitu

kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern dan tingkat kebijaksaan

akrual. Berbeda dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh Al-Thuneibat et al.

(2011), Jackson et al. (2008) menemukan bahwa kualitas audit akan meningkat

terkait dengan lamanya hubungan auditor-klien, ketika diproksikan dengan

kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern, dan tidak berpengaruh

ketika diproksikan dengan tingkat kebijaksanaan akrual. Berdasarkan temuan

tersebut mereka menyimpulkan bahwa rotasi KAP tidak akan meningkatkan

kualitas audit dan berpendapat bahwa rotasi KAP yang dilakukan oleh perusahaan

klien hanya akan memunculkan biaya-biaya yang tidak penting, baik bagi kantor

akuntan maupun bagi perusahaan dengan manfaat yang minimal. Jackson et al.

(2008) mendukung teori bahwa semakin panjang hubungan auditor dan klien,

(15)

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait kualitas audit (Becker

et al., 1998; Francis et al., 1999; Krishnan, 2003; Behn et al., 2008 dalam Sun dan

Liu, 2011) ditemukan bahwa Big N auditor memiliki kualitas audit yang lebih

tinggi dibandingkan dengan non-Big N auditor. Ada beberapa penjelasan atas

kualitas audit yang lebih tinggi dari auditor besar. De Angelo’s (1998) dalam Choi

et al., (2010) berpendapat independensi dalam auditor besar lebih mungkin terjaga

karena ketergantungan ekonomi auditor terhadap klien tidak begitu berarti bagi

auditor besar, dan auditor besar berpeluang untuk mengalami kerugian yang lebih

besar (misalnya kerugian yang lebih tinggi dalam kehilangan reputasi) pada kasus

kegagalan audit, bila dibandingkan dengan auditor kecil sehingga jaminan atas

kualitas audit lebih ditingkatkan.

Dalam penelitian tentang hubungan Ukuran Kantor Audit dengan Kualitas

Audit dan Audit Pricing, Choi et al. (2010) menemukan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan audit (KAP) terhadap

kualitas audit. Hasil analisis mereka mendukung pandangan yang menyatakan

bahwa kantor audit yang lebih besar menyediakan audit yang lebih berkualitas

dibandingkan dengan kantor audit yang berukuran kecil.

Dong yu (2007), dalam penelitiannya juga menemukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit (KAP) dengan kualitas

audit. Dia berpendapat bahwa kantor akuntan yang besar secara sistematis pasti

akan menghasilkan audit yang berkualitas lebih tinggi. Dia mendasarkan

penelitiannya atas dua argumen yang dibuatnya berdasarkan penelitian-penelitian

(16)

memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak dengan klien yang

berbeda-beda, dan membuat mereka memiliki pengalaman yang kolektif sehingga mereka

mampu untuk menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan

ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor.

Perusahaan kecil memiliki lingkup informasi yang lebih “miskin”

dibandingkan dengan perusahaan besar (Atiase, 1985; Bamber, 1987; Llorente et

al., 2002 dalam Fernando et al., 2010). Perusahaan yang lebih besar memiliki

analisis yang lebih tinggi (Christensen et al., 2004; O’Brien dan Bhushan, 1990

dalam Fernando et al., 2010) dan persentase kepemilikan institusional yang lebih

tinggi (O’Brien dan Bhushan, 1990 dalam Fernando et al., 2010). Selain itu, lebih

banyak perhatian yang ditujukan media terhadap perusahaan-perusahaan yang

lebih besar. Perusahaan-perusahaan yang lebih kecil kurang diperhatikan oleh

pemegang sahamnya, menandakan kurangnya informasi dan pengawasan yang

lemah. Keadaan seperti ini sangat kondusif untuk lebih memperlihatkan pengaruh

peran informasi dan pengawasan audit. Oleh karena itu, dampak dari kualitas

audit yang lebih tinggi akan lebih besar bagi perusahaan-perusahaan kecil

sedangkan bagi perusahaan besar peningkatan kualitas audit tidak begitu

berpengaruh karena mereka memiliki kualitas pengendalian yang lebih baik

dibandingkan perusahaan kecil (Fernando et al., 2010).

Perbedaan kesimpulan yang didapat serta dikarenakan pentingnya kualitas

sebuah audit, baik bagi kelangsungan operasional perusahaan penerima jasa

maupun KAP yang memberi jasa, maka menarik untuk dilakukan penelitian

(17)

Klien dan Rotasi audit terhadap Kualitas audit pada perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan

Al-Thuneibat et al. (2011). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan variabel penelitian seperti pada penelitian Al-Thuneibat et al.,

2011, yaitu audit tenure, Ukuran KAP dan Kualitas Audit. Peneliti kemudian

menambahkan variabel independen lain yang tidak dipertimbangkan Al-Thuneibat

et al. (2011) yaitu Ukuran Perusahaan Klien dan Rotasi audit. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Thuneibat et al. (2011)

adalah pada penggunaan variabel ukuran KAP.

Pada penelitian ini yang diuji adalah bagaimana pengaruh variabel Ukuran

KAP terhadap variabel dependen yaitu Kualitas audit, sedangkan pada penelitian

yang dilakukan Al-Thuneibat et al. (2011), yang diuji adalah bagaimana pengaruh

variabel Ukuran KAP terhadap hipotesis 1 (H1) yang dibentuk yaitu Lamanya

hubungan kantor audit (KAP) dan klien mempengaruhi kualitas audit yang diukur

dengan DA. Perbedaan ini sekaligus menjawab keterbatasan yang terdapat pada

penelitian yang dilakukan Al-Thuneibat et al. (2011) dan mereka menyarankan

agar faktor-faktor seperti ukuran auditor dapat diuji pada penelitian mendatang

terkait pengaruhnya terhadap kualitas audit.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penelitian

mengenai kualitas audit masih relevan untuk dilakukan, terutama banyaknya

penelitian yang dilakukan pada interval tahun 2007 – tahun 2011. Penelitian yang

(18)

diharapkan dapat menambah refrensi untuk topik penelitian mengenai kualitas

audit karena penelitian sebelumnya mengambil objek perusahaan-perusahaan di

Amerika, Australia dan Yordania.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, UKURAN

KAP, ROTASI AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN KLIEN TERHADAP

KUALITAS AUDIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara

lain :

1. Apakah audit tenure berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan

manufaktur di indonesia?

2. Apakah Ukuran KAPberpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan

manufaktur di indonesia?

3. Apakah Ukuran Perusahaan Klien berpengaruh terhadap kualitas audit

pada perusahaan manufaktur di indonesia?

4. Apakah Rotasi Audit berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan

(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Meneliti dan membuktikan bahwa audit tenure berpengaruh terhadap

kualitas audit pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

2. Meneliti dan membuktikan bahwa Ukuran KAP berpengaruh terhadap

kualitas audit pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

3. Meneliti dan membuktikan bahwa Ukuran Perusahaan Klien berpengaruh

terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

4. Meneliti dan membuktikan bahwa Rotasi Audit berpengaruh terhadap

kualitas audit pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini tentunya memperluas pengetahuan peneliti,

khususnya dibidang auditing, bagaimana kualitas audit suatuperusahaan

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diteliti dan bagaimana faktor-faktor

tersebut mempengaruhinya.

2. Bagi pihak stakeholder perusahaan, penelitian ini sangat diharapkan untuk

bisa bermanfaat sebagai referensi dalam pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan peningkatan kualitas audit perusahaan yang efisien dan

(20)

3. Bagi pihak auditor, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi

untuk meningkatkan hasil audit yang berkualitas dan bisa

dipertanggungjawabkan.

4. Bagi akademisi, penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi untuk

melakukan penelitian lagi yang masih berhubungan dengan kualitas audit

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai

“agency relationship as a contract under which one or more person (the

principals) engage another person (the agent) to perform some service on their

behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.

Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih

orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas

nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang

terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang

sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan

bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.

Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer

atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan

proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer

cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk

memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya

keagenan (agency cost).

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah

dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap

(22)

rangka menjamin manajer akan mengambil keputusan yang optimal dari

pandangan shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang besar

diantara mereka.

Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi

dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran

kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk

mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham

perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap

keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan dengan bonding mechanism,

yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen melalui program

mengikat manajemen dlam modal perusahaan. Dalam suatu perusahaan, konflik

kepentingan antara prinsipal denga agen salah satunya dapat timbul karena adanya

kelebihan aliran kas (excess cash flow).

Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan dala hal-hal yang tidak ada

kaitannya denga kegiatan utama perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan

kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang berisiko

tinggi yang juga menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih

investasi dengan risiko yang lebih rendah, sehingga diperlukan peran pihak ketiga

yaitu auditor independen untuk mengevaluasi pertanggungjawaban keungan

manajemen dan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

yang disajikan oleh manajemen.

Auditor sebagai pihak yang independen dibutuhkan untuk melakukan

(23)

kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan. Prinsipal mengharapkan auditor

memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan. Data-data

perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan

keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan

kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor

(Komalasari, 2007).

Auditor bertugas untuk memberikan opini atas kewajaran laporan

keuangan perusahaan, dan mengungkapkan permasalahan going concern yang

dihadapi perusahaan apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2.1.2 Kualitas Audit

Istilah kualitas audit dapat memiliki makna yang berbeda tergantung dari

sudut pandang penerima atau pemberi jasa audit. Entitas pemilik maupun pihak

pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit terjadi jika auditor

dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji material atau kecurangan

(fraud) dalam laporan keuangan auditan. Sedangkan para auditor memandang

kualitas audit terjadi apabila mereka berkerja sesuai standar profesional yang ada,

dapat menilai resiko bisnis audit dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko

litigasi dan meghindari kajatuhan reputasi auditor (Harom, 2012).

De Angelo (1981a) dalam Al-Thuneibat et al. (2010) mendefinisikan

kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan

(24)

tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan pelanggaran

tersebut.

Kualitas audit terdiri atas kualitas sebenarnya (actual) dan dirasakan

(perceived). Actual Quality adalah tingkat dimana resiko dari pelaporan salah saji

material dalam rekening keuangan berkurang, sementara Perceived Quality adalah

seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah

mengurangi salah saji material. Perceived audit quality yang lebih tinggi dapat

membantu mempromosikan investasi pada klien yang diaduit (Taylor, 2005 dalam

Jackson et al., 2008).

Diantara sasaran utamanya, yang ingin dicapai dari kualitas audit adalah

meningkatkan kualitas dari tugas pelaporan keuangan manajemen (Dopuch dan

Simunic, 1982; Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Al-Thuneibat et al., 2011).

Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai bagi

laporan-laporan yang diajdikan alat bagi investor untuk memperkirakan nilai dari

perdagangan saham. Peningkatan kualitas adalah sebuah fungsi tidak hanya

deteksi auditor atas salah saji material, tetapi juga perilaku auditor terhadap

deteksi ini. Maka dari itu, jika auditor memperbaiki salah saji material yang

ditemukan, kualitas audit yang lebih tinggi dihasilkan, sementara itu kegagalan

untuk memperbaiki salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan

audit yang bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit (Johnson et al., 2002

(25)

2.1.3 Opini Going concern

Dalam penelitian ini, opini going concern digunakan sebagai proksi

variabel Kualitas Audit. Going Concern dapat didefinisikan sebagai kelangsungan

hidup suatu entitas (Novalinda, 2012). Dalam akuntansi, going concern diartikan

kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan kegiatan usahanya dan

terus berfungsi sebagai entitas bisnis (wikipedia, 2012). Laporan audit dengan

unqualified opinion sebagai inti informasi yang dikomunikasikan selalu bertumpu

pada asumsi bahwa perusahaan memnuhi syarat sebagai suatu entitas yang going

concern. Keterpenuhan atau sebaliknya ketidakterpenuhan prinsip going concern

ini akan mempengaruhi opini yang harus diberikan oleh auditor. Perbedaan opini

auditor yang harus diberikan tersebut akan mengharuskan perubahan dalam

format laporan auditor. Auditor harus melakukan modifikasi atas laporan auditor

yang dikeluarkannya (Novalinda, 2012).

Tipe pendapat (Opini Auditor) dalam SA seksi 508 (SPAP, 2011) :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. 2. Bahasa Penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku

keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan auditnya.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian

menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

4. Pendapat tidak wajar

menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

(26)

auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

Keadaan tertentu sering kali mengharuskan auditor menambahkan paragraf

penjelasan dalam laporan audit baku. Salah satu keadaan tersebut adalah jika

terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang

adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup (going concern) entitas, namun

setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa

rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan

mengenai hal itu telah memadai (SPAP, 2011). Opini going concern merupakan

bagian dari paragraf penjelasan yang ditambahkan dari opini yang diberikan

auditor dalam laporan auditnya.

PSA No.30 Seksi 341 membahas mengenai “Pertimbangan Auditor atas

Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan kelangsungan Hidupnya”. Paragraf

2 dari PSA tersebut menyebutkan : “Auditor bertanggung jawab untuk

mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas,

tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit.

Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan

peristiwa yang ada atau yang telah terjadi sebelum perkerjaan lapangan selesai.

Suatu perusahaan didirikan dengan harapan akan beroperasi untuk waktu yang

tidak terbatas atau diasumsikan akan melanjutkan usahanya dan tidak akan

dibubarkan kecuali ada bukti bahwa perusahaan tidak dapat memperoleh atau

meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang dan kelangsungan hidupnya

(27)

persoalan dengan going concern umumnya disebabkan karena ketidakpastian dari

dua sumber yaitu kesulitan keuangan (financial distress) dan proses pengadilan

(ligitation).

Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen dan

mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara

efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif yang merugikan

(Novalinda, 2012).

2.1.4 Masa Perikatan Auditor – Klien ( Audit Tenure )

Audit Tenure adalah Masa Perikatan (keterlibatan) antara Kantor Akuntan

Publik (KAP) dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau dapat juga diartikan

sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Isu mengenai Audit Tenure

biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor.

Al-Thuneibat et al. (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang

lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara

mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas

audit. Namun, Jackson et al. (2008) memiliki pandangan yang berbeda dari hasil

penelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et al. (2011). Mereka menyimpulkan

bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan antara auditor dan

klien.

Carey dan Simnett (2006) berpendapat ada dua faktor utama yang

menimbulkan timbulnya hubungan yang negatif antara hubungan auditor-klien

(28)

dengan berkembangnya hubungan pribadi antara auditor dan klien mereka dan

berkurangnya kapasitas auditor untuk memberikan penilaian kritikal. Hubungan

yang lama antara perusahaan dengan kantor akuntan dapat mengarahkan pada

kedekatan antara kantor akuntan dengan manajemen perusahaan sehingga

membuat sikap independen menjadi sulit untuk diterapkan oleh kantor akuntan

(Dao et al., 2008).

Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute of Certified

Accountants (AICPA) dalam Al-Thuneibat et al., 2011, ditemukan bahwa

kegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari ikatan yang

dibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian tersebut

melakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit. Dua penelitian yang

memeriksa gugatan yang melibatkan auditor (St Pierre dan Anderson, 1984; Stice,

1991 dalam Al-Thuneibat et al., 2011) menemukan bahwa kegagalan audit lebih

umum terjadi pada tiga tahun atau kurang dalam hubungan auditor-klien. Auditor

dengan perikatan yang panjang, dibandingkan dengan auditor dengan perikatan

yang pendek, lebih mungkin untuk mengeluarkan opini going concern untuk klien

yang kemudian menyatakan kebangkrutan (Geiger dan Raghunandan, 2002 dalam

Al-Thuneibat et al., 2011).

Hubungan antara auditor klien bisa disimpulkan akan berpengaruh

terhadap kualitas hasil audit. Disatu sisi, hubungan auditor-klien yang panjang

akan memungkinkan auditor dan manajemen mencapai kenyamanan dalam

pekerjaan yang dapat mengancam independensi auditor tersebut. Namun disisi

(29)

posistif terhadap kualitas audit, dengan argumen bahwa auditor akan mengenali

dan sangat memahami proses bisnis perusahaan dan perilaku manajemen.

Kemudian jika perusahaan menggunakna jasa auditor baru, maka auditor tersebut

butuh masa pengenalan dan penyesuaian terhadapa bisnis kliennya yang akan

sedikit mengganggu efektifitas dan efisiensi proses audit.

2.1.5 Ukuran Kantor Akuntan Publik (Audit Firm Size)

ukuran kantor akuntan publik dalam penelitian ini diproksikan dengan

reputasi kantor akuntan publik tersebut, yang diwakili dengan kantor akuntan

publik big four dan non big four. Kantor akuntan publik dengan reputasi big four

dipastikan memiliki klien yang lebih banyak daripada akuntan publik non bigfour.

Hal ini didasari pada kualitas auditor yang ada dalam kantor akuntan yang punya

reputasi big four, yang dianggap memiliki kualitas dan pengalaman yang lebih

baik dari auditor kantor akuntan non big four.

Choi et al. (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa secara umum,

kantor akuntan publik internasional dengan nama besar (seperti big four) atau

keahlian industri bisa menyediakan laporan auditan dengan kualitas yang lebih

tinggi dibandingkan kantor akuntan yang relatif kecil yang kurang nama besar

atau keahlian industri. Dengan demikian, ukuran kantir akuntan publik yang

berklasifikasi bigfour akan memberikan hasil audit yang lebih baik dibandingkan

dengan kantor akuntan publik yang tidak terklasifikasi big four.

Berdasarkan sumber dari Wikipedia (2011), terdapat empat KAP besar di

(30)

a. KAP Purwantono, Suherman & Surja – berafilisiasi dengan Ernst & Young.

b. KAP Osman Bing Satrio – berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu

c. KAP Siddharta dan Widjaja – berafiliasi dengan KPMG, dan

d. KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan – berafiliasi dengan

PricewaterhouseCoopers (PwC).

2.1.6 Ukuran Perusahaan Klien

Perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik

dibandingkan perusahaan kecil (Fernando et al., 2010). Dari sudut pandang

Perceived Quality, ketika baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil

memperoleh tingkat kepercayaan yang sama dari pengguna laporan keuangan

bahwa laporan keuangan mereka telah bebas dari salah saji material, bagi

perusahaan kecil tingkat kepercayaan ini menjadi lebih efektif. Outcome yang

diperoleh perusahaan kecil ketika output (kepercayaan pengguna laporan

keuangan) telah dicapai lebih besar dibandingkan perusahaan besar. Bagi

perusahaan kecil, kepercayaan pengguna laporan keuangan bukan hanya mampu

mempromosikan investasi mereka (Taylor, 2005 dalam Jackson et al., 2008),

namun tentu saja membuat perusahaan mereka lebih diperhatikan publik dan

investor. Sedangkan, bagi perusahaan besar yang sudah menjadi perhatian dan

sorotan publik, tingkat kepercayaan ini hanya membantu dalam mempromosikan

investasi. Sehingga dari sudut pandang Perceived Quality, jasa audit pada

perusahaan kecil lebih berkualitas dibandingkan dengan perusahaan besar dan

(31)

2.1.7 Rotasi Audit (Audit Rotation)

Dharmasaputra dan Nafi (2007) dalan Hartadi (2009) menyatakn bahwa

geger skandal akuntansi dan laporan keuangan raksasa energi Amerika serikat,

Enron Corporation pada 2001 mendorong banyak negara memperketat peraturan

tentang KAP. Dan salah satunya adalah perlu tidaknya melakukan rotasi audit

Rotasi audit (audit rotation) masih menjadi suatu perdebatan oleh para

praktisi akuntansi karena dianggap hanya menimbulkan atau menambah biaya

yang tidak perlu. Adityasih (2007) dalam Hartadi (2009) berpendapat bahwa

pembatasan hanya dilakukan kepada akuntan publik, bukan kepada kantor

akuntan, dengan begitu klien tidak perlu berpindah-pindah kantor akuntan.

Dalam artikel Hartadi (2009) dimuat Peraturan Menteri Keuangan

No.17/PMK.01/2008 yang berkaitan dengan rotasi audit adalah sebagai berikut:

Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 dan No.359/KMK.06/2003 dengan alasan demi menjaga kualitas auditor dengan cara melakukan pembatasan masa pemberian jasa akuntan publik, diharapkan akan mendapatkan reaksi positif dari meningkatnya kualitas aduitor, tetapi disisi lain sejak Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 yang dirubah dengan KMK No.359/KMK.06/2003 tentang jasa akuntan publik merupakan KMK yang banyak mengundang perhatian dan pro-kontra dari para akuntan praktisi karena pada KMK tersebut pertama kali diperkenalkannnya rotasi bagi praktik akuntan publik di indonesia.

Menurut PMK No.17/PMK.01/2008, rotasi kantor akuntan publik harus

dilakukan setiap enam tahun sekali dan untuk akuntan publik harus dirotasi tiga

tahun sekali.

Hubungan yang ada antara rotasi audit dengan kulaitas audit adalah rotasi

(32)

menjaga independensi auditor, sehingga sulit untuk dipengaruhi atau ditekan oleh

pihak manajemen.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Keseragaman pemilihan penelitian terdahulu menimbulkan persamaan dan

perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan. Persamaan dengan penelitian

sebelumnya terletak pada penggunaan variable kualitas audit sebagai varibel

dependen. Perbedaannya sendiri terletak pada Perusahaan yang menjadi objek

penelitian, dimana penelitian yang akan dilakukan berfokus pada

perusahaan-perusahaan manufaktur yang telah listing di Bursa Efek Indonesia, sedangkan

penelitan-penelitian terdahulu dilakukan terhadap Perusahaan-perusahaan

Amerika (Choi et al., 2010; dan Dong Yu, 2007 ), Australia (Jackson et al., 2008),

dan Yordania (Al-Thuneibat et al., 2011); Periode penelitian yaitu untuk

penelitian yang akan dilakukan mengambil periode tahun 2006-2010; serta

perbedaaan Lingkup negara penelitian yang tentu saja memiliki nilai-nilai dan

kebjaksanaan yang berbeda antara masing-masing negara.

Penelitian yang dilakukan Al-Thuneibat et al. (2011) mengambil objek

perusahaan-perusahaan yang listing di Amman Stock Exchange pada periode

2002-2006. Mereka menganalisis hubungan antara lamanya perikatan auditor

(hubungan auditor-klien) dengan kualitas audit serta pengaruh ukuran perusahaan

audit terhadap hubungan tersebut. Audit Tenure diukur dengan melihat berapa

jumlah tahun sebuah KAP memberi jasa audit pada laporan keuangan perusahaan

(33)

akrual (discretionary accruals). Ukuran perusahaan audit diukur dengan

menghitung nilai pasar saham. Hasil dari penelitian mereka adalah bahwa audit

tenure (hubungan auditor-klien) mempengaruhi kualitas audit secara negatif.

Jackson et al. (2008) meneliti tentang pengaruh dari kewajiban yang

dibuat untuk melakukan rotasi KAP terhadap kualitas audit. Variabel audit tenure

ditambahkan karena kecenderungan bahwa rotasi KAP dilakukan untuk

menghindari terciptanya hubungan yang dekat antara auditor dan klien. Mereka

mengukur kualitas audit dengan dua pendekatan, kecenderungan untuk

menerbitkan opini going concern dan tingkat kebijaksanaan akrual. Objek

penelitian mereka adalah praktek auditor switching yang dilakukan

perusahaan-perusahaan di Australia pada periode 1995-2003. Kesimpulan yang diambil

adalah bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan yang dekat

antara auditor-klien ketika diproksikan dengan kecenderungan untuk menerbitkan

opini going concern dan tidak berpengaruh ketika diproksikan dengan tingkat

kebijaksanaan akrual.

Dong Yu (2007) meneliti bagaimana pengaruh ukuran kantor audit Big

Four terhadap kualitas audit. Objek Penelitiannya adalah perusahaan-perusahaan

di Amerika yang diaudit oleh KAP Big Four periode 2003-2005. Kesimpulan

penelitiannya adalah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran

perusahaan audit (KAP) dengan kualitas audit. Kesimpulan yang didapat sesuai

dengan asumsi awalnya yaitu bahwa kantor akuntan yang lebih besar

(34)

Fernando et al. (2010) meneliti tentang dampak dari Ukuran auditor,

auditor spesialisasi industri dan masa jabatan auditor terhadap biaya modal ekuitas

perusahaan klien. Mereka mencoba melihat perbedaan pengaruh antara

variabel-variabel tersebut berdasarkan ukuran perusahaan klien. Fernando et al. (2010)

melakukan penelitian terhadap perusahaan keuangan dengan mengambil data dari

Center for Research in Security Prices (CRSP) dan Institutional Brokers’

Estimate System (IBES) untuk tahun 1990-2004. Mereka mengukur Audit Tenure

dengan menghitung masa jabatan auditor terhadap klien. Spesialisasi industri

diukur dengan persentase dari total penjualan yang dilakukan klien pada industri

tertentu selama tahun tertentu.

Ukuran klien diukur dengan menghitung logaritma natural dari nilai pasar

ekuitas dengan terlebih dahulu mengelompokkan perusahaan menjadi jenis

perusahaan besar dan perusahaan kecil. Hasil penelitian mereka menghasilkan dua

kesimpulan. Pertama, ukuran auditor, spesialisasi industri dan masa jabatan adalah

penentu yang penting atas kualitas audit dirasakan (perceived). Ketiga

karakteristik tersebut berhubungan negatif dengan biaya modal ekuitas. Kedua,

mereka menemukan bahwa hasil tersebut didorong oleh klien yang kecil,

sehubungan dengan atribut kualitas audit dihargai lebih tinggi oleh klien yang

lebih kecil.

Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan ringkasan dari penelitian-penelitian

(35)
(36)
(37)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menurut erlina (2008) adalah suatu model yang

telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

Kerangka konseptual penelitian ini tercantum pada gambar 2.1

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa variabel independen dari penelitian ini

adalah : Audit Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Ukuran Perusahaan Klien,

dan Rotasi audit. Variabel dependen penelitian ini adalah kualitas audit.

Hubungan auditor-klien adalah lamanya masa kerja auditor dengan

kliennya. Hubungan auditor-klien ini berhubungan dnegan independensi auditor

tersebut dalam melakukan investigasi terhadap kliennya untuk mengeluarkan

opini audit mengenai perusahaan klien tersebut. Sinyal Opini yang diberikan

auditor merupakan sinyal yang mencerminkan keandalan informasi keuangan

yang dihasilkan perusahaan yang telah diaudit. Dengan demikian, dapat dikatakan Audit Tenure (X1)

Ukuran KAP (X2)

Ukuran Perusahaan Klien (X3)

Kualitas

Audit (Y)

(38)

bahwa hubungan auditor klien ini mempengaruhi kualitas audit yang merupakan

sinyal positif bagi perusahaan, pemilik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Perusahaan yang ada di indonesia diwajibkan mengganti atau

menggunakan jasa kantor akuntan publik yang berbeda setiap 6 tahun sekali dan

jasa auditornya selama 3 tahun sekali. Peraturan ini ada tertera dalam PMK

No.170PMK.01/2008. Tujuannya adalah untuk meminimalisir terjadinya

kecurangan yang diakibatkan oleh kedekatan auditor dengan kliennya, dan

tentunya juga berhubungan dengan kualitas audit.

Kualitas kantor akuntan publik juga dapat memberikan sinyal kepercayaan

pihak perusahaan, pemilik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atas legalitas

dan integritas opini bebas yang dikeluarkan akuntan. Ukuran kantor perusahaan

yang besar dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dari kantor akuntan

publik yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan kantor akuntan publik dengan ukuran

yang lebih besar memiliki auditor-auditor yang lebih ahli dan lebih

berpengalaman dibandingkan dengan kantor akuntan yang lebih kecil. Dengan

keahlian, pengalaman, dan jam terbang audit yang lebih tinggi, maka kualitas

hasil auditnya juga akan lebih baik.

2.4Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008) hipotesis adala preposisi yang dirumuskan dengan

maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau

pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai

(39)

teoritis dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Audit Tenure mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan

manufaktur di BEI.

H2 : Ukuran KAP mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan

manufaktur di BEI.

H3 : Ukuran Perusahaan Klien mempengaruhi kualitas audit pada

perusahaan manufaktur di BEI.

H4 : Rotasi Audit mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis variable, yaitu variabel independen

dan variabel dependen. Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan

atau mempengaruhi variabel terikat atau dependen baik secara positif maupun

negatif, sedangkan variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen dan merupakan variabel yang menjadi

perhatian utama peneliti ( Sekaran, 2003).

Penelitian ini menguji Pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran

Perusahaan Klien dan Rotasi Audit terhadap Kualitas Audit. Variabel Independen

dari penelitian ini adalah Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien

dan Rotasi Audit , sedangkan Variabel Dependen yang digunakan yaitu Kualitas

Audit.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi Operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Kualitas Audit

Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan proksi opini Going

concern. Variabel kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel

dummy dengan melihat kecenderungan auditor untuk menerbitkan opini

(41)

maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien tidak menerima

opini going concern diberikan nilai 0 (Jackson et al., 2008)

2. Audit Tenure

Variabel Audit Tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun sebuah

KAP mengaudit laporan keuangan sebuah perusahaan secara berurutan

(Al-Thuneibat et al., 2011). Penghitungan jumlah tahun tenure dilakukan

ke belakang yaitu dimulai dari tahun 2011 dan terus ditelusuri sampai

tahun dimana klien berpindah ke auditor lain (Boone et al., 2008 dalam

Al-Thuneibat et al., 2011).

3. Ukuran KAP

Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya KAP yang

dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4

dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4 (Choi, 2010). Variabel

Ukuran KAP diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika

perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 maka akan diberikan nilai 1.

Sedangkan jika perusahaan diaudit oleh KAP non Big 4, maka diberikan

nilai 0.

4. Ukuran Perusahaan Klien

Ukuran Perusahaan Klien merupakan besarnya ukuran perusahaan yang

diukur berdasarkan total aset. Semakin besar total aset sebuah perusahaan

mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar, begitu juga

(42)

dihitung dengan melakukan logaritma natural atas total aset perusahaan

(Nasser et al.,2006).

5. Rotasi Audit

Rotasi Audit dalam penelitian ini diukur dengan variabel dummy, yaitu

dengan melihat apakah perusahaan meritasi jasa kantor akuntan publiknya

selama periodewaktu penelitian. Bila perusahaan merotasi jasa kantor

akuntan publiknya maka diberikan nilai 1, jika perusahaan tidak merotasi

jasa kantor akuntan publiknya diberikan nilai 0.

Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel dependen

Indikator Pengukuran Skala

(43)

Klien (X3) perusahaan tottal asset Rotasi Audit

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode

2009-2012.

Sektor manufaktur dipilih karena memiliki jumlah perusahaan yang listing

paling banyak dibandingkan dengan industri lain, untuk menghindari terjadinya

industrial effect yaitu resiko yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu

dengan yang lain (Tamba dan Siregar, 2009), serta dikarenakan

perusahaan-perusahaan yang termasuk di dalamnya memiliki tingkat financial risk yang

beragam sehingga penting untuk diteliti bagaimana kualitas jasa audit yang

diberikan. Sedangkan tahun 2009-2012 dipilih menjadi periode penelitian karena

pada tahun tersebut telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3 yang

terkait dengan variabel Audit Tenure.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive

sampling. Purposive Sampling merupakan teknik pemilihan sampel yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang dipilih memiliki kriteria

sebagai berikut :

(44)

2. perusahaan-perusahaan tersebut telah mengeluarkan laporan tahunan

secara lengkap untuk tahun 2009-2012, dan mempublikasikan laporan

tahunan tersebut berturut-turut.

3. Selama periode penelitian (2009-2012), perusahaan (auditee) tidak

mengalami delisting dari BEI.

Berdasarkan atas pertimbangan tersebut diperoleh 34 perusahaan seperti yang

tertera pada tabel 3.2 dan 3.3 dengan jumlah observasi selama 4 tahun

(2009-2012) diperoleh 136 unit analisis (4x34)

Tabel 3.2

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah

pelanggaran kriteria

Akumulasi

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2012.

125

2 perusahaan-perusahaan

tersebut telah mengeluarkan laporan tahunan secara lengkap untuk tahun 2009-(auditee) tidak mengalami delisting dari BEI

17 34

Jumlah Unit Analisis 136

(45)

Tabel 3.3

Daftar Populasi dan Sampel

No Nama Perusahaan

(46)
(47)
(48)

103 Multi Bintang Indonesia, Tbk. √ × √

104 Prashida aneka Niaga, Tbk. √ × √

105 sekar Bumi, Tbk. √ × ×

106 Sekar Laut, Tbk √ × √

107 Siantar Top, Tbk. √ × √

108 Tiga pIlar sejahtera, Tbk. √ × √

109 Ultra Jaya Milk Indonesia, Tbk. √ √ √ SAMPEL 25

110 BAT Indonesia, Tbk. √ × ×

111 Bentoel International Investama, Tbk. √ √ ×

112 Gajah Tunggal, Tbk. √ √ √ SAMPEL 26

113 HM Sampoerna, Tbk. √ × √

114 Bristol-Myers squibb Indonesia, Tbk. (PS) √ × √ 115 Bristol-Myers squibb Indonesia, Tbk. √ × √ 116 Darya-varia Laboratoria, Tbk. √ √ √ SAMPEL 27

117 IndoFarma, Tbk. √ × √

118 Kalbe Farma, Tbk. √ √ √ SAMPLE 28

119 Kimia Farma, Tbk. √ √ √ SAMPEL 29

120 Merck, Tbk. √ √ √ SAMPEL 30

121 Tempo Scan Pasific, Tbk. √ √ √ SAMPEL 31

122 Mandom Indonesia, tbk. √ √ √ SAMPEL 32

123 Mustika Ratu, Tbk. √ √ √ SAMPEL 33

124 Sara Lee Body Care Indonesia, Tbk. √ × ×

(49)

3.4 Jenis, Sumber & Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan data Annual

Report yang diakses dari situs resmi BEI

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji

data sekunder yang berupa laporan keuangan auditan dari perusahaan manufaktur

yang listing dan dipublikasikan oleh BEI melalui Indonesian Capital Market

Directory (ICMD).

3.5 Metode Analisis Data

Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi logistik (logistic regression). Alasan penggunaan alat analisis regresi

logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi.

Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas

merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial

(non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression)

karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006).

Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic

(50)

3.5.1 Statistik Deskriptif dan Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang

dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan maksimum

minimum (Ghozali, 2006). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata

populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai

dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat

nilai minimum dan maksimum dari populasi. Selain itu, dalam peneltian ini

digunakan Analisis Tabulasi silang untuk mendeskripsikan variabel yang bersifat

kategori atau berskala nominal. Crosstab digunakan karena pada dasarnya

berfungsi untuk menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang meliputi baris dan

kolom dan data yang disajikan adalah data berskala nominal atau kategori

(Ghozali, 2006).

3.5.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar

sesama variabel independen sama dengan nol. (Ghozali, 2006)

Multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dengan menganalisis

(51)

korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan

indikasi adanya Multikolinieritas.

3.5.3 Pengujian Hipotesis Penelitian

Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood Estimation (MLE).

Ho = b1 = b2 = b3 = ...= bi = 0

Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠... ≠bi ≠ 0

Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak mempunyai

pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian

terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Kaidah pengambilan

keputusan adalah:

1. Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif didukung.

2. Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak didukung.

3.5.3.1 Menilai keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data. Beberapa

test statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit

adalah:

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar

model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi

(52)

dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan

alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likelihood (-2LL)

menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang

dihipotesiskan fit dengan data.

3.5.3.2 Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square)

Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru

ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi

likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit

diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien

Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1

(satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan

nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2

pada multiple regression.

Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.5.3.3 Menguji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

(53)

ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika

nilai statistic Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau

kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan

antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik

karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka

hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai

observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data

observasinya.

3.5.3.4 Matriks Klasifikasi

Matriks Klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi

untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada

perusahaan terkait dengan berkualitas atau tidaknya sebuah proses audit

.

3.5.3.5 Analisis Regresi Logistik yang Terbentuk

Gujarati (dalam Ghozali, 2006) berpendapat pada dasarnya analisis regresi

adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu

atau lebih variabel independen (bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan

memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan

nilai variabel independen yang diketahui.

Hasil Analisis Regresi adalah berupa berupa koefisien untuk

(54)

nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu untuk

melihat pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Audit Fee, dan Rotasi Audit

terhadap kualitas Audit pada perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur

di Indonesia.

Persamaan Model Regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ln (AQ) = b0 + b1 AT + b2 AFS + b3 UK + b4 RA + e……… (3)

Keterangan :

AQ : kualitas Audit.

AT : Audit Tenure

AFS : Ukuran Kantor Akuntan Publik

UK : Ukuran Perusahaan Klien

RA : Rotasi Audit

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Objek dan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini perusahaan

manufaktur yang listing di BEI selama periode 2009, 2010, 2011, dan 2012.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam pemilihan sampel dengan

menggunakan teknik purposive sampling, maka terdapat 34 perusahaan yang

digunakan dalam penelitian ini dengan total sampel untuk periode 4 tahun

penelitian sebanyak 136 perusahaan.

Metode dokumentasi digunakan sebagai metode pengumpulan data dengan

mengumpulkan dokumen-dokumen berupa annual report tahun 2009-2012,

laporan auditor independen, laporan keuangan auditan, profil perusahaan serta

catatan atas laporan keuangan perusahaan manufaktur tersebut serta data terkait

lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini.

Teknik regresi logistik digunakan pada penelitian ini. Pengujian regresi

logistik dilakukan dengan beberapa tahapan (Ghozali, 2012), yaitu melakukan

penilaian kelayakan model regresi, melakukan penilaian keseluruhan model,

koefisien determinasi, uji multikoleniaritas, matrik klasifikasi sampai model

regresi yang terbentuk. Semua pengolahan data akan dilakukan dengan alat

(56)

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum

tentang objek penelitian yang dijadikan sampel.Untuk melihat data statistik secara

umum, peneliti menggunakan descriptive untuk variabel yang diukur dengan skala

rasio dan frequency untuk variabel yang diukur dalam skala nominal.

Tabel 4.1

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kualitas Audit 136 .00 1.00 .2500 .43461

Audit Tenure 136 .00 1.00 .6176 .48776

Ukuran KAP 136 .00 1.00 .5074 .50179

Ukuran Perusahaan Klien 136 23.38 30.19 27.9040 1.22520

Rotasi Audit 136 .00 1.00 .1765 .38263

Valid N (listwise) 136

Sumber : Data sekunder yang telah diolah di SPSS 20

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal berikut ini :

1. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 34 perusahaan dikali empat (4)

tahun penelitian sehingga total N adalah 136 perusahaan. Dengan satu (1)

variabel yang memiliki skala rasio yaitu Ukuran Perusahaan Klien sebagai

variabel independen ketiga dan tiga (3) variabel yang memiliki skala nominal

yaitu Audit tenure, ukuran kap dan rotasi audit.

2. Variabel independen ketiga, yaitu ukuran perusahaan klien, memiliki nilai

minimum sebesar 23,38 yang ditunjukan oleh perusahaan IKAI (Inti Keramik

Alam Asri Industry Tbk) pada tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 30.19

yang ditunjukkan oleh perusahaan Gajah Tunggal Tbk pada tahun 2012

(57)

perusahaan yang diteliti memiliki ukuran perusahaan yang diproksikan

dengan log (aktiva) sebesar 27,904.

Tabel 4.2

Kualitas Audit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 102 75.0 75.0 75.0

1 34 25.0 25.0 100.0

Total 136 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen

keempat, yaitu kualitas audit merupakan variabel nominal yang menggunakan

variabel dummy, dimana sampel perusahaan yang diaudit oleh KAP yang

berafiliasi dengan The Big Four diberi kode “1” sedangkan sampel perusahaan

yang diaudit oleh KAP yang tidak berafiliasi dengan The Big Four diberi kode

“0”. Variabel ini memiliki data valid karena seluruhnya telah diproses. Sampel

perusahaan yang diaudit oleh KAP berafiliasi dengan The Big Four sebanyak 34

sampel perusahaan atau 25 % sedangkan yang diaudit oleh KAP tidak berafiliasi

dengan The Big Four sebanyak 102 sampel perusahaan dengan persentase sebesar

75%.

Tabel 4.3

Audit Tenure

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 52 38.2 38.2 38.2

1 84 61.8 61.8 100.0

Total 136 100.0 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH FEE AUDIT , AUDIT TENURE , ROTASI AUDIT, REPUTASI AUDIT, UKURAN KAP, DAN PENGALAMAN TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Kota

Menurut Putri (2014), dalam penelitiannya berjudul Pengaruh Auditor Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, dan Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan Klien, dan Spesialisasi Audit Terhadap Kualitas Audit

Menurut Putri (2014), dalam penelitiannya berjudul Pengaruh Auditor Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, dan Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris

“Pengaruh Auditor Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, dan Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun

Pratiwi (2013) meneliti tentang Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Kap, Disclosure, Ukuran Perusahaan Klien, dan Opini Audit Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi

“Pengaruh Auditor Tenure, Ukuran Kantor Akuntan Publik, dan Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada

Penelitian Yahya (2015) tentang pengaruh audit tenure, rotasi auditor, ukuran KAP, dan independensi terhadap kualitas audit menunjukkan bahwa variabel ukuran KAP