• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan Selaku Wali Pengawas Terhadap Harta Anak Di Bawah Umur...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan Selaku Wali Pengawas Terhadap Harta Anak Di Bawah Umur..."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB BALAI HARTA PENINGGALAN

SELAKU WALI PENGAWAS TERHADAP HARTA ANAK

DIBAWAH UMUR

(Studi Mengenai Eksistensi Balai Harta Peninggalan Medan

Sebagai Wali Pengawas)

TESIS

Oleh :

SITI HAFSAH RAMADHANY

027011062

MAGISTER KENOTARIATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

RESPONSIBILITY OF THE COURT OF ORPHAN AS A SUPERVISING GUARDIAN TOWARD THE WEALTH OF UNDER AGE CHILDREN

(Study of the Existence of Medan Court Of Orphan as a Supervising Guardian) Siti Hafsah Ramadhany*)

T . S y a m s u l B a h r i * * ) R u n t u n g S i t e p u * * )

Syafnil Gani**)

A b s t r a c t

Guardianship is an institution that being provided by the law, to take care and defend the needs of under age children who is not under parental supervision. This guardianship of under age children is supervised by the law, so that the management of the needs of that under age children can be guaranteed to be carried out, if the needs of those children are in the contrary to the needs of their guardian. The institution which has the highest authority, according to Article 366 — 375 in The Indonesian Civil Code and The State Gazette 1872 Number 166 (an Instruction for The Court Of Orphan in Indonesia), to supervised the guardianship of under age children is The Court Of Orphan. However, it is practically known that the duty of The Court Of Orphan as Supervising Guardian toward the guardianship of under age children is often neglected, with the result that the volume of The Court Of Orphan's activity decreasing from time to time. That condition caused problems such as : 1) Why the role of Supervising Guardian in supervising the wealth of under age children is not carried on properly, 2) Is the function of this Supervising Guardian can be implicated in a larger community so that can be applicator to the Native people, 3) How does The Marriage Ordinance effects the existence of Court Of Orphan as Supervising Guardian, especially for Indonesian citizen that bent in submission to The Indonesian Civil Code.

To answer the issues above, a research in Medan was conducted. Main data completed with additional information from several informant key using judicial nonnative approach and descriptive analysis characteristic. All data has been analyzed by Juridical Qualitative analysis.

The result of the research showed that the element which decreased the volume of Medan Court Of Orphan's activity are due to: 1) Lack of cooperation between related institutions, 2) Large expenses if there is a participation of The Court Of Orphan, 3) The Indonesian Civil Code itself gives a chance to sell the wealth of under age children without The Court Of Orphan's supervision, and 4) Not regulated completely about Supervising Guardian in The Marriage Ordinance and in The Child

(3)

Protection Ordinance. By releasing The Child Protection Ordinance, which is valid for all citizen's category, the possibility to applicant the institution of Supervising Guardian toward native people has been opened, because in that ordinance exist the regulation about Supervising Guardian. The Marriage Ordinance and The Child Protection Ordinance indirectly had caused the duty of Supervising Guardian to decrease in the future, specially for the Indonesian citizen who are bent in submission to The Indonesian Civil Code. This is caused by The Marriage Ordinance validity for all citizens’ category, so any citizen who bent in submission to The Indonesian Civil Code no longer submits to the condition of Supervising Guardian that exists in The Indonesian Civil Code. They neglected the role of the Supervising Guardian because The Marriage Ordinance has also neglected the use of the condition of Supervising Guardian's enforcement (the state) toward every guardianship.

Hopefully there will be an ordinance that regulate a definite law consequence toward a guardian which has been appointed as guardian and toward staffs of related institutions, so that the guardian and related institutions cannot neglect the condition of Supervising Guardian's existence (the state) toward every guardianship that emerge. And expected the existence of government's policy to decreased The Court Of Orphan's fee which felt as a big burden for the people who need The Court's service. Considering the advantages that can be received from the existence of this Court Of Orphan, being expected that the existing draft of Court Of Orphan's Ordinance to be legalized immediately, so that the existence of Court Of Orphan as Supervising Guardian can operates as how it supposed to be according to Indonesia's Ordinance management.

(4)

TANGGUNG JAWAB BALAI HARTA PENINGGALAN SELAKU WALI P E N G A W A S

Perwalian merupakan salah satu lembaga yang disediakan oleh hukum, untuk mengurus dan membela kepentingan anak yang masih di bawah umur yang tidak bernaung di bawah kekuasaan orang tua. Terhadap perwalian atas anak-anak yang masih di bawah umur ini oleh Undang-undang dilakukan pengawasan, agar dapat terjamin terlaksananya pengurusan atas kepentingan dari anak di bawah umur tersebut seandainya kepentingannya bertentangan dengan kepentingan Walinya. Lembaga yang paling berwenang, berdasarkan Pasal 366 – 375 KUHPerdata dan Stb. 1872 Nomor 166 (Instruksi untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia), untuk melakukan pengawasan terhadap perwalian atas anak-anak yang masih di bawah umur tersebut adalah Balai Harta Peninggalan. Namun dalam prakteknya diketahui bahwa sering kali tugas BHP sebagai Wali Pengawas terhadap perwalian atas anak-anak yang masih di bawah umur ini diabaikan, sehingga menyebabkan volume kerja Balai Harta Peninggalan semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal tersebut menyebabkan timbulnya permasalahan : 1) Mengapa fungsi Wali Pengawas dalam penyelesaian warisan yang atasnya turut berhak anak di bawah umur tidak berjalan sebagaimana mestinya, 2) Apakah fungsi Wali Pengawas tersebut dapat diperluas daya berlakunya sehingga dapat diberlakukan terhadap golongan Pribumi, dan 3) Bagaimana pengaruh Undang-undang Perkawinan terhadap eksistensi Balai Harta Peninggalan sebagai Wali Pengawas, khususnya bagi Warga Negara Indonesia yang tunduk kepada KUHPerdata.

Untuk menjawab permasalahan di atas dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis di Kota Medan. Data utama dilengkapi dengan tambahan informasi dari beberapa narasumber dengan menggunakan pendekatan juridis normatif. Analisis data dilakukan secara Juridis Kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab menurunnya volume kerja Balai Harta Peninggalan Medan karena : 1) Kurangnya kerjasama antar instansi terkait, 2) Besarnya beban biaya apabila ikut serta peran Balai Harta Peninggalan, 3) KUHPerdata memberikan peluang untuk menjual harta anak di bawah umur tanpa

(5)

pengawasan Balai Harta Peninggalan, dan 4) Tidak lengkapnya pengaturan tentang W a l i P e n g a w a s d a l a m U n d a n g - u n d a n g P e r k a w i n a n d a n U n d a n g - u n d a n g Perlindungan Anak. Dengan dikeluarkannya Undang-undang Perlindungan Anak, yang diberlakukan bagi semua golongan penduduk, maka kemungkinan untuk memberlakukan lembaga Wali Pengawas terhadap Golongan Pribumi telah terbuka, k a r e n a d al am U n d a n g -u n d an g t e r s e b u t s u d a h a d a p en g at u r a n t en t an g W a li Pengawas. Undang-undang Perkawinan dan Undang-undang Perlindungan Anak, secara tidak langsung sudah mengakibatkan semakin berkurangnya peran Wali Pengawas dimasa yang akan datang, khususnya bagi warga negara Indonesia yang tunduk kepada KUHPerdata. Hal ini disebabkan oleh karena Undang-undang Perkawinan tersebut diberlakukan kepada semua golongan penduduk, sehingga warga negara yang tunduk pada KUHPerdata tidak lagi mematuhi aturan tentang syarat adanya Wali Pengawas dalam KUHPerdata. Mereka mengabaikan peran Wali Pengawas tersebut karena dalam Undang-undang Perkawinan juga diabaikan tentang syarat adanya pengawasan (negara) terhadap setiap perwalian.

Hendaknya ada peraturan yang mengatur sanksi hukum yang tegas terhadap seorang Wali yang telah diangkat sebagai Wali dan terhadap pejabat-pejabat instansi terkait, sehingga Wali dan instansi-instansi terkait tidak dapat mengabaikan syarat adanya pengawasan (negara) terhadap setiap perwalian yang timbul. Juga diharapkan adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan upah Balai yang dirasakan sangat membebani para pihak yang membutuhkan jasa Balai tersebut. Mengingat manfaat yang dapat diperoleh dan eksistensi Balai Harta Peninggalan ini, diharapkan Rancangan Undang-undang Balai Harta Peninggalan yang ada segera disahkan, agar e k s i s t e n s i B a l a i H a r t a P e n i n g g a l a n s e b a g a i W a l i P e n g a w a s d a p a t b e r j a l a n sebagaimana mestinya menurut tata perundang-undangan Indonesia.

Kata Kunci : Balai Harta Peninggalan Wali Pengawas

Referensi

Dokumen terkait

Balai Harta peninggalan merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bertugas memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang belum dewasa. Perlindungan hukum ini bertujuan

Tulisan yang berjudul ” Pelaksanaan Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan Semarang sebagai kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta kekayaan debitor

Tulisan yang berjudul ”Pelaksanaan Tanggung Jawab Balai Harta Peninggalan Semarang sebagai kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta kekayaan debitor

Berdasarkan penelitian yang penulis dapat di Balai Harta Peninggalan Surabaya, bahwa upaya yang dilakukan pihak Balai Harta Peninggalan untuk menentukan pemilik

6 Tujuan perwalian adalah menempatkan seorang anak yang di bawah umur dalam perwalian sehingga semua kepentingan dari sang anak akan menjadi tanggung jawab wali,

Hasil penelitian menyebutkan : dalam konteks kepailitan, tanggung jawab atas kelalaian dan kesalahan yang dilakukan Balai Harta Peninggalan diatur dalam Pasal 72 Undang-undang

Mengenai tanggung jawab kurator Balai Harta Peninggalan dalam pelaksanaan tugas pengurusan dan pemberesan yaitu apabila melakukan kelalaian atau kesalahan yang menimbulkan

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Pelaksanaan Peralihan Hak Atas Tanah Terhadap Harta Peninggalan Orang Tua Bagi Anak Di Bawah Umur Studi Kasus di Nagari