• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA PENDIRIAN DAN

AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

BADAN USAHA KOPERASI

TESIS

Oleh

TREESNA SARI BERLIANA L.TOBING 067011102/MKn

a

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERAN NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA PENDIRIAN DAN

AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR BADAN USAHA

KOPERASI

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TREESNA SARI BERLIANA L.TOBING 067011102 /MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Telah diuji

Pada Tanggal : 10 September 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. T. Keizerina Devi A, SH,CN, MHum Anggota : H. Abdul Muis, SH, MS

Notaris Syafnil Gani, SH, MHum

(4)

Judul Tesis : PERAN NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA PENDIRIAN DAN AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR BADAN USAHA KOPERASI

Nama Mahasiswa : Treesna Sari Berliana L. Tobing Nomor Pokok : 067011102

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) Ketua

(Abdul Muis, SH, MS) (Notaris Syafnil Gani, SH, MHum)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc)

(5)

ABSTRAK

Profesi Notaris adalah profesi yang semi publik. Jabatan Notaris adalah jabatan publik namun lingkup kerjanya berada dalam konstruksi hukum privat. Setelah keluarnya Keputusan Menteri Nomor 98/ KEP/ M.UKM/ IX/ 2004, Notaris berwenang untuk membuat akta koperasi. Keterlibatan Notaris tidak semata-mata membantu proses pembuatan akta-akta koperasi saja, tetapi turut peduli terhadap prospek perkembangan koperasi yang menjadi kliennya dan bersedia memberikan bimbingan dan konsultasi hukum yang berkaitan dengan pembuatan akta koperasi. Tujuannya agar kalangan gerakan koperasi dan kalangan masyarakat koperasi semakin memahami dan tidak awam dengan hal-hal yang berbau hukum.

Metode penelitian dilakukan secara deskriptif. Sedangkan metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif. Data dalam penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan pihak Dinas Koperasi dan UKM Medan sebanyak 1 (satu) orang dan Notaris sebanyak 3 (tiga) orang. Pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen atau bahan pustaka yang berkaitan dengan perkoperasian sebelum dan sesudah Indonesia merdeka dan studi lapangan. Analisis data terhadap data primer dan data sekunder dilakukan setelah terlebih dahulu diadakan pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan dan dievaluasi sehingga diketahui validitasnya, lalu dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban dan terakhir dilakukan pembahasan untuk menyelesaikan permasalahn yang ada.

Peran Notaris dalan membuat Akta pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi pada zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan adalah sebagai berikut: Pada zaman Hindia Belanda wajib dibuat oleh Notaris dalam Staatsblad 1915-431;Tidak diwajibkan pada Staatsblad 1927-91;Diwajibkan kembali oleh Staatsblad 1933-108.;Sesudah kemerdekaan, sejak tahun 1949 tidak ada lagi kewajiban itu; Sampai dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 98/2004 menjadi wajib dibuat oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi.Kendala yang dihadapi Notaris dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam membuat akta pendirian koperasi dan akta perubahan anggaran dasar adalah bahwa masih cukup banyak Notaris yang belum memahami seluk-beluk perkoperasian. Selain itu keberadaan Notaris yang belum menyebar secara merata juga merupakan kendala bagi pelaksanaan peraturan pemerintah itu, karena biasanya koperasi lebih banyak berkembang di daerah-daerah pedesaan. Demikian juga mengenai biaya pembuatan akta yang meungkin bagi beberapa pendiri koperasi adalah cukup mahal dan memberatkan.Upaya dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Notaris dalam membuat akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi adalah bahwa Notaris harus terus mempelajari dan mengikuti perkembangan koperasi di Indonesia. Untuk mengatasi kendala dalam sosialisasi wewenang baru Notaris sebagai pejabat pembuat akta koperasi, maka Ikatan Notaris Indonesia sebaiknya terus berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul : “PERANAN NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR BADAN USAHA KOPERASI”

Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Kenotariatan (MKn) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Ibu Dr.T.Keizerina Devi A, SH, CN, MHum, Bapak H.Abdul Muis, SH, MS, dan

Bapak Notaris/ PPAT Syafnil Gani, SH, MHum, dan selaku komisi Pembimbing Yang dengan tulus iklas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini

(7)

Selanjutnya ucapan terima kasih penuls yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, Selaku Direktris serta seluruh Staf atas Bantuan, Kesempatan dan fasilitas yang diberikan, sehingga dapat diselesaikan studi pada Program Magister Kenotariatan (MKn) Sekolah Pascasarjana universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, Selaku Ketua Program Magister kenotariatan (MKn) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Pada Bapak dan Ibu Guru Besar juga Dosen Pengajar pada Program Magister

Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai pada tingkat Magister Kenotariatan 5. Bapak Salmeks Saragih SH, MHum, Ibu Notaris Anita Simanjuntak, Ibu Notaris

Nursaida Hasibuan SH, Bapak Notaris Syafril Warman SH, di Medan yang seluruhnya telah banyak membantu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan tesis ini.

(8)

7. Sahabat sahabat terbaik yang telah banyak memberikan masukan , dorongan dan bantuan kepada Penulis, didalam menyelesakan teris ini, antara lain :

Andi Bena Sembiring S.M, Drg.Meilanie Sinaga, Erwin Sihombing ST, Aries

Sembiring, Sudirman Sinaga SH,dan namanya tidak dapat disebutkan satu

persatu atas tawa dan candanya dan juga telah banyak memberikan masukannya pada penulis dalam menyelesaikan tesis ini

Sungguh rasanya suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis juga turut menghaturkan sembah sujud ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Daulat Lumban Tobing,(Alm) dan Ibunda Megawati Tampubolon, yang telah mebesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang yang tulus dan ikhlas, sehingga mampu menghantarkan penulis didalam mencapai cita-cita.

Begitupun juga penulis ucapkan terima kasih kepada adik-adik Andi Sumarihon Tobing, Sarah Tobing, Anita Tobing, yang telah memberkan doa dan

perhatian yang cukup besar selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Program Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

(9)

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat semua pihak, terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembagkan ilmu hukum,khususnya dalam bidang ilmu Kenotariatan.

Medan, September 2008 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama lengkap : Treesna Sari Berliana L. Tobing Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 21 Agustus 1982

Status : Single

Alamat : : Jl. Flamboyan Raya I Lorong 2, No.14 Tj.Selamat Medan

II. ORANG TUA

Nama Ayah : Daulat Lumban Tobing (Alm)

Nama Ibu : Megawati Tampubolon

III. PENDIDIKAN

SD : Tahun 1988 s/d 1994 SD Santa Maria Tarutung SMP : Tahun 1994 s/d 1997 SMP Santa Maria Tarutung SMA : Tahun 1997 s/d 2000 SMA Negeri 2 Karang Sari

Medan

Perguruan Tinggi / S1 : Tahun 2000 s/d 2005 Universitas Katolik Santo Thomas Medan

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12

G. Metode Penelitian ... 30

BAB II PERANAN NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN. 34 A. Tinjauan Umum Tentang Koperasi ... 34

1. Sejarah Koperasi di Indonesia ... 34

2. Pengertian, Azas dan Landasan Koperasi... 40

3. Tujuan dan Peranan Koperasi... 41

4. Bentuk dan Jenis Koperasi Indonesia... 43

B. Tinjauan Umum Tentang Kenotariatan ... 45

1. Sejarah Kenotariatan di Indonesia ... 45

2. Fungsi Notaris ... 48

3. Wewenang dan Kewajiban Notaris... 50

(12)

C. Peranan Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Sebelum dan Sesudah

Kemerdekaan ... 53

1. Pembuatan Akta Pendirian Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi Menurut Perundang-undangan Produk Hindia Belanda... 53

2. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi Sesudah Zaman Kemerdekaan Sebelum UU No. 25 Tahun 1992... 58

3. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi Menurut UU No. 25 Tahun 1992 ... 66

4. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 98/KEP/M.KUKM/IX/2004... 73

BAB III KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN DAN AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR BADAN USAHA KOPERASI ... 83

A. Pembuatan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Oleh Notaris ... ... 83

B. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Notaris Dalam Pembuatan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi... 84

BAB IV UPAYA MENGATASI KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN DAN AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR BADAN USAHA KOPERASI... 99

A. Status Badan Hukum Koperasi... 99

B. Upaya-Upaya Dalam Mengatasi Kendala-Kendala Yang Dihadapi Oleh Notaris Dalam Pembuatan Akta Pendirian Dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 117

A. Kesimpulan... 117

B. Saran ... 118

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Koperasi yang didirikan/diubah dengan Akta Notaris di

Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan ... 82 2. Jumlah Koperasi yang didirikan/diubah dengan Akta Notaris di

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Skema Pengangkatan Notaris menjadi Pejabat Pembuat Akta

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..

Koperasi merupakan usaha bersama yang dalam menjalankan kegiatan usahanya melibatkan seluruh anggota yang ada secara gotong royong lazimnya seperti dalam kegiatan suatu keluarga. Semangat kebersamaan ini tidak saja dalam bentuk gotong royong bertanggung jawab atas kegiatan usaha koperasi tetapi juga dalam bentuk memiliki modal bersama.1 Oleh karena itu, jelas bahwa peran koperasi sangat penting dalam menumbuh serta mengembangkan potensi ekonomi masyarakat serta dapat mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang memiliki ciri-ciri demokratis, kebersamaan dan kekeluargaan serta keterbukaan.

Menurut Abdul Muis : ”Pada koperasi terdapat pula unsur pengejaran keuntungan komersil, namun pengejaran keuntungan tidak terlalu dititikberatkan melainkan lebih dipentingkan kepada kesejahteraan para anggautanya, sehingga di katakan berwatak sosial”.2.

Koperasi sebagai badan usaha senantiasa harus diarahkan dan didorong untuk ikut berperan secara nyata meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan memberikan status badan hukum koperasi melalui pengesahan atas perubahan Anggaran Dasar dan pembinaan yang merupakan wewenang dan tanggung jawab

1 R. T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Cetakan II, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001),hal 39.

(16)

pemerintah. Dalam hal ini pemerintah melimpahkan wewenangnya kepada Menteri yang membidangi koperasi.

Dalam menghadapi perkembangan perekonomian yang semakin kompleks, maka dalam dunia bisnis diperlukan kepastian hukum. Salah satu cara untuk memperoleh kepastian hukum yaitu dari dokumen-dokumen yang dibuat oleh pelaku bisnis. Hal ini juga berlaku bagi koperasi sebagai salah satu pelaku bisnis. Koperasi memerlukan adanya kepastian hukum menyangkut dokumen-dokumen yang dibuatnya.

Hal ini terkait dengan keabsahan segala perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum maupun orang perorangan. Sehubungan dengan hal ini, walaupun pemerintah berwenang dalam pembentukan koperasi, pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri tanpa bantuan dari pihak tertentu yang juga diberikan wewenang untuk menangani bidang-bidang tertentu terkait dengan proses pembentukan koperasi. Salah satunya adalah dengan terkait dengan proses hukum yang merupakan syarat penting bagi eksistensi sebuah koperasi. Oleh karena itu pemerintah merangkul Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah beserta dinas-dinas terkait.

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam tesis ini adalah sebagai berikut :

(17)

2. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi?

3. Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi?

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam membuat akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi menurut peraturan perundang-undangan tentang koperasi yang berlaku di Indonesia sebelum dan sesudah zaman kemerdekaan.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi.

3. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis.

(18)

anggaran dasar badan usaha koperasi ditinjau dari peraturan perundang-undangan tentang koperasi yang berlaku di Indonesia sebelum dan sesudah zaman kemerdekaan. 2. Secara Praktis.

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi para Notaris untuk dapat diterapkan dalam menjalankan wewenangnya sebagai pejabat pembuat akta koperasi dan juga bagi pengurus dan anggota koperasi agar dapat lebih memahami langkah-langkah yang harus diambil dalam melaksanakan kegiatan perkoperasian.

E. Keaslian Penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang penulis lakukan pada Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan dan juga Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, beberapa Tesis mengenai koperasi yang pernah ditulis adalah sebagai berikut :

1. Inneke Tania Arsyad, Pelaksanaan Pemberian Kredit Kepada Koperasi Dengan Pembebanan Hak Tanggungan (Suatu Penelitian Pada PT. Bank

Bukopin Cabang Medan).

2. Karmila, Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Koperasi Menurut Kepmen No. 98/Kep/ M. KUKM/IX/2004 (Studi di Dinas Koperasi Kota Medan).

(19)

Sesudah Zaman Kemerdekaan)”. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi. 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, dari para penulis ilmu hukum dibidang hukum koperasi yang berkaitan dengan pembuatan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal bagi penulisan tesis ini.3

Pembentukan koperasi sebagai badan hukum harus melalui prosedur hukum yang ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan. Prosedur untuk mendirikan koperasi pada suatu negara berbeda dengan negara lain. Perbedaan utamanya terletak pada siapa yang menjadi sponsor pembentukan koperasi itu.

Dalam rangka menyediakan alat pembuktian yang kuat atas akta pendirian koperasi berikut perubahannya maka pendirian koperasi berikut perubahannya dibuat di hadapan Notaris, karena Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik..

2. Konsepsi

(20)

Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition.4 Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.5

Suatu akta ialah suatu tulisan yang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani.6 Akta merupakan bukti tulisan dalam perkara perdata yang dijadikan bukti utama, karena dalam bidang keperdataan sering kali orang dengan sengaja menyediakan suatu bukti yang dapat dipakai apabila timbul suatu perselisihan.

Otentik atau tidaknya suatu akta tidaklah cukup apabila akta itu dibuat oleh atau di hadapan pejabat saja, tapi pembuatan akta otentik tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang. Suatu akta yang dibuat oleh seorang pejabat tanpa ada wewenang dan kemampuan untuk membuatnya atau tidak memenuhi syarat, tidak dapat dinyatakan otentik, tetapi akan mempunyai kekuatan sama dengan akta di bawah tangan apabila ditandatangani oleh para pihak.7

Menurut R. S. Soeriaatmadja:

Koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang ats dasar persamaan derajat sebagi manusia dengan tidak membedakan haluan agama atau politik dengan sukarela masuk untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.8

4 Sutan Remi Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak

Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia (Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993), hal 10

5 Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia : Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan

dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi (Medan : PPs USU, 2002), hal 35

6 R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2003), hal 32 (selanjutnya disebut R. Subekti (A))

(21)

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 ditentukan bahwa :

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.9

Anggaran Dasar adalah merupakan keseluruhan aturan yang mengatur secara langsung kehidupan koperasi dan hubungan antara koperasi dengan para anggotanya untuk terselenggaranya tertib organisasi.10

Badan hukum ialah dimana suatu badan yang sekalipun bukan berupa seorang manusia namun dianggap mempunyai suatu harta kekayaan sendiri terpisah dari para anggotanya dan merupakan pendukung dari hak-hak dan kewajiban seperti seorang manusia.11

G. Metode Penelitian. 1. Sifat Penelitian.

Bertolak dari rumusan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menggambarkan, menelaah dan menjelaskan serta menganalisa permasalahan yang dikemukakan.

2. Metode Pendekatan.

9 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 1 angka 1 10 Sutantya Rahardja Hadikusuma, Op. Cit, hal 69

(22)

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Penggunaan pendekatan yuridis normatif yang dimaksud adalah melakukan pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku, sistematika sebuah undnag-undang, kasus, dokumen-dokumen dan teori-teori yang berkaitan dengan perkoperasian sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia.

3. Sumber Data.

Bahan dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahan dasar hukum normatif yaitu dari sudut kekuatan mengikatnya dibedakan menjadi tiga golongan, yakni bahan hukum primer, sekunder dan tertier. 12

a. Bahan Hukum Primer.

Yang dimaksud dengan bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat dari sudut norma dasar/ kaidah dasar, peraturan dasar perundang-undangan.

b. Bahan Hukum Sekunder.

Yang dimaksud dengan bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang berupa hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah dari kalangan hukum yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tertier

Yang dimaksud dengan bahan hukum tertier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.13

12 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu tinjauan Singkat, (Jakarta : PT Rajawali, 1995), hal 33

(23)

4. Alat Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi dokumen atau bahan pustaka yang berkaitan dengan perkoperasian sebelum dan sesudah Indonesia merdeka. Sebagai penunjang hal tersebut maka dilakukan pengumpulan data sekunder yaitu dengan menelaah berbagai buku hukum atau karya ilmiah, dokumen-dokumen, majalah-majalah dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini serta dengan melakukan wawancara kepada Ibu Notaris Anita Simanjuntak, Ibu Notaris Nursaida Hasibuan SH, Bapak Notaris Syafril Warman SH, di Medan dan Narasumber dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yaitu Bapak Salmeks Saragih SH, M.Hum, yang memahami mengenai permasalahan dalam penelitian ini.

5. Analisis Data.

Setelah data dikumpulkan, tahap berikutnya adalah menganalisis data. Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap suatu masalah yang diteliti. Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk mengetahui keakuratannya.

(24)

pengolahannya.14 Setelah dipilah dan diolah lalu dianalisis secara logis dan sistimatis dengan menggunakan metode berfikir deduktif, sehingga diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB II

PERANAN NOTARIS DALAM MEMBUATAN AKTA PENDIRIAN DAN AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI SEBELUM DAN

SESUDAH KEMERDEKAAN A. Tinjauan Umum Tentang Koperasi dan Kenotariatan A. 1. Tinjauan Umum Tentang Koperasi

Dalam hal pengertian dari segi bahasa, secara umum istilah koperasi berasal dari bahasa latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dalam bahasa Belanda disebut Cooperatieve Verenegingen yang artinya bekerja bersama orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan di Inggris disebut Coperation. Istilah inilah yang kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai

kooperasi yang dibakukan menjadi istilah “koperasi”.

Menurut R. S. Soeriaatmadja: koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak membedakan haluan, agama atau politik dengan sukarela masuk untuk sekedar untuk memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.15

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 ditentukan bahwa: koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi

14 Lexi J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hal 3.

(25)

dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas-asas kekeluargaan.16

A. 2.Tinjauan Umum Tentang Kenotariatan

Notaris merupakan suatu profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat. Jasa Notaris semakin dibutuhkan, apalagi melihat proses pembangunan di Indonesia yang semakin meningkat.17

Ada beberapa hal yang menjadi wewenang dan sekaligus merupakan tugas Notaris seperti yang disebutkan dalam Bab II Pasal 15 UUJN, adalah sebagai berikut:

1. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

2. Notaris berwenang pula :

a) Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

b) Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

c) Membuat kopi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

d) Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya; e) Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta; f) Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau

g) Membuat akta risalah Lelang.18

B. Pembuatan Akta Pendirian Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi menurut Perundang-undangan Produk Hindia Belanda

16 UU No. 25 Tahun 1992, Op. Cit, Pasal 1 angka 1.

17 G.H.S. Lumban Tobing, S.H, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta : Erlangga, 1980), hal 12

(26)

1. Ketentuan dan proses pembuatan Akta Koperasi, Akta perubahan dan Pendaftaran Koperasi menurut Staatsblaad 431 Tahun 1915

2. Pembuatan Akta Koperasi, Akta perubahan dan pendaftaran koperasi menurut Staatsblad No. 91 Tahun 1927.

3. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi menurut Staatsblad 108 Tahun 1933

C. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi Sesudah Zaman Kemerdekaan sebelum UU No. 25 Tahun 1992

1. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi menurut Staatsblad 179 Tahun 1949

2. Ketentuan Akta Pendirian, Pendaftaran dan Akta Perubahan pada undang-undang No. 79 Tahun 1958

3. Ketentuan Pendaftaran dan Pengesahan Anggaran Dasar dan Badan Hukum Koperasi menurut Undang-undang No. 14 Tahun 1965 Tentang Perkoperasian D. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi

Menurut UU No. 25 Tahun 1992

Peraturan pelaksanaan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 mengenai pendaftaran, perubahan anggaran dasar dan pengesahannya diatur dalam PP No. 4 Tahun1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi. Mengenai pendaftaran dan pengesahan diatur dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

(27)

2. Untuk mendapatkan pengesahan terhadap akta pendirian Koperasi, para pendiri atau kuasa para pendiri mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis kepada Menteri dengan melampirkan:

a. dua rangkap akta pendirian Koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup;

b. berita acara rapat pembentukan Koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan permohonan pengesahan apabila ada;

c. surat bukti penyetoran modal, sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok;

d. rencana awal kegiatan usaha Koperasi.

3. Apabila permintaan pengesahan atas akta pendirian Koperasi telah lengkap, kepada pendiri atau kuasanya diberikan tanda terima.

4. Menteri memberikan pengesahan terhadap akta pendirian Koperasi, apabila ternyata setelah diadakan penelitian anggaran dasar koperasi tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian; dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

5. Pengesahan atas akta pendirian Koperasi ditetapkan dengan keputusan Menteri dalam jangka waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap. Surat keputusan pengesahan dan akta pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pernyataan pengesahan disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung sejak keputusan pengesahan ditetapkan.

6. Dalam hal permintaan pengesahan atas akta pendirian Koperasi ditolak, keputusan penolakan serta alasannya berikut berkas permintaan disampaikan secara tertulis kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap.

7. Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri atau kuasanya dapat mangajukan permintaan ulang pengesahan atas akta pendirian Koperasi dalam waktu paling lama satu bulan sejak diterimanya pemberitahuan penolakan.

8. Menteri memberikan keputusan terhadap permintaan ulang dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak diterimanya permintaan ulang pengesahan secara lengkap.

9. Dalam hal pengesahan atas akta pendirian Koperasi diberikan, Menteri menyampaikan surat keputusan pengesahan dan akta pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pernyataan pengesahan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung sejak keputusan pengesahan ditetapkan.

(28)

paling lama tujuh hari terhitung sejak keputusan penolakan ditetapkan. Keputusan Menteri terhadap permintaan ulang tersebut merupakan putusan terakhir.

11. Apabila Menteri tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu yang telah diatur, pengesahan atas akta pendirian Koperasi diberikan berdasarkan kekuatan Peraturan Pemerintah ini.19

E. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi menurut Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004

Ketentuan-ketentuan pada surat keputusan tersebut pada intinya, antara lain : 1. Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi bertugas memberikan pelayanan dalam

proses (pembuatan akta) pendirian, perubahan anggaran dasar, pembubaran serta akta lain yang terkait dengan kegiatan koperasi (akta koperasi) serta bertanggung jawab atas otentisitas akta-akta yang dibuatnya.

2. Untuk dapat ditetapkan sebagai Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi, Notaris harus mengikuti pembekalan di bidang perkoperasian dengan bukti sertifikat yang ditanda tangani oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM.

3. Permohonan penetapan Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi ditujukan kepada Menteri Negara dan UKM melalui kepala Dinas yang membidangi koperasi tingkat Kabupaten/ Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Koperasi dan Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi tingkat Propinsi.

4. Menteri Negara dan UKM menetapkan NPAK melalui surat keputusan yang disampaikan langsung kepada Notaris yang bersangkutan, dengan tembusan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Gubernur dan Kepala Dinas/ Instansi yang membidangi koperasi tingkat Propinsi/ Daerah Tingkat I serta

(29)

kepada Bupati/ Wakil kota dan Kepala Dinas/Instansi yang membidangi koperasi tingkat Kabupaten/ Kota pada tempat kedudukan Notaris.

5. Akta koperasi dibuat dengan bentuk dan isi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dibacakan dan dijelaskan isinya oleh NPAK kepada para pendiri, angggota atau kuasanya sebelum menandatangani akta.

6. Pembuatan Akta koperasi untuk koperasi primer dan sekunder di tingkat kabupaten/kota, propinsi maupun Nasional, adalah kewenangan NPAK sesuai dengan kedudukan kantor koperasi tersebut berada. Khusus untuk koperasi yang berkedudukan di DKI Jakarta, merupakan kewenangan NPAK yang berkedudukan di DKI jakarta.

7. NPAK memberikan jasa tanpa memungut biaya kepada mereka yang menyatakan tidak mampu berdasarkan surat keterangan yang dikeluarkan oleh Lurah/ Kepala Desa tempat kedudukan koperasi dan diketahui oleh Kepala Dinas/ Instansi yang membidangi Koperasi Kabupaten/ Kota setempat.

8. Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi wajib mengirimkan laporan tahunan mengenai akta-akta koperasi yang dibuatnya kepada Menteri Negara Koperasi danUKM dengan tembusan kepada Pejabat yang berwenang di wilayah kerjanya paling lambat pada bulan Februari, setelah berakhirnya tahun yang telah berjalan. 9. Kementerian Koperasi dan UKM serta Dinas/ Instansi yang membidangi koperasi

(30)

BAB III

KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN DAN AKTA PERUBAHAN ANGGARAN

DASAR BADAN USAHA KOPERASI.

Dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi oleh Notaris terdapat beberapa permasalahan antara lain:

1. Pembekalan tentang perkoperasian bagi Notaris calon NPAK dirasakan belum memadai..

2. Selain itu, diperlukan juga bekal pengalaman dengan menyerap pengalaman-pengalaman para petugas yang sebelum adanya Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi menangani langsung pembuatan Akta koperasi.

3. Dalam prakteknya, seringkali Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi harus berkonsultasi kembali dengan para petugas Dinas Koperasi dan UKM sebelum pembuatan akta koperasi.

4. Kekhawatiran yang dirasakan oleh para pendiri koperasi skala kecil, akan timbulnya pembebanan biaya yang mahal untuk membuat akta pendirian koperasi oleh Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi serta dirasakan bahwa rantai birokrasi proses pembuatan koperasi menjadi lebih panjang.20

Permasalahan lainnya bagi sebagian Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi yang tingkat kesibukannya tinggi, sering terbentur dengan sulitnya mengatur waktu untuk menghadiri rapat para pendiri atau rapat anggota seperti yang biasa dilakukan oleh pejabat/ petugas Dinas Koperasi.21 Pada umumnya, Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi belum siap dengan kelengkapan administrasi (formulir-formulir) yang

(31)

harus diisi dan dilengkapi oleh para pendiri koperasi untuk keperluan pengesahan akta koperasi..22

Ada beberapa faktor yang menyebabkan dunia koperasi semakin terpuruk. Selain krisis ekonomi yang belum mereda, persoalan modal juga menjadi penghambat berkembangnya koperasi. Untuk itu, akta koperasi yang dibuat Notaris menjadi salah satu solusi untuk memperkuat kedudukan koperasi. Kendati demikian beberapa pelaku koperasi menilai kebijakan membuat akta koperasi melalui Notaris justru menambah beban koperasi.

Selama ini draft baru yang ada masih banyak kekurangan terutama mengenai aturan penyertaan modal dan Sisa Hasil Usaha Koperasi. Dari permasalan tersebut, diketahui bahwa selama ini belum adanya aturan yang jelas yang mengatur hubungan koordinasi antara Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi dengan Dinas Koperasi selaku Pejabat yang memiliki otoritas di bidang perkoperasian.23

Selain itu selama ini belum ada ketentuan baku yang mengatur tarif pembuatan Akta Koperasi baik yang dikeluarkan Dinas Koperasi maupun Notaris itu sendiri. Kebijakan tarif ini belum seragam diantara Notaris Pembuat Akta Koperasi..24

22 Hasil wawancara dengan Notaris Anita Simanjuntak, SH, Tanggal 12 Mei 2008 23 Ibid

(32)

BAB IV

UPAYA MENGATASI KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN DAN AKTA

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR BADAN USAHA KOPERASI

Notaris harus benar-benar teliti dalam memeriksa kelengkapan syarat-syarat pendirian koperasi, karena apabila salah satu hal tidak terpenuhi maka Notaris tidak boleh membuat akta pendirian koperasi. Oleh karena itu, Notaris membutuhkan pengertian dan pemahaman tentang koperasi, sehingga tidak ada keluhan dari “calon-calon koperasi”. Selain itu, sosialisasi dari pihak Departemen Koperasi dan UKM juga sangat dibutuhkan peran serta pemerintah untuk mensosialisasikan kebijakan tersebut.25

Adanya keterbatasan pengetahuan para Notaris sehubungan dengan koperasi wajib menjadi sorotan bagi pemerintah dan Departemen Koperasi dan UKM agar Notaris dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini akan memudah kan pembentukan koperasi di masa yang akan datang. Sosialisasi dan pembahasan yang lebih mendalam serta menyeluruh mengenai tata cara dan ketentuan yang harus ditempuh sebaiknya segera mungkin dilakukan agar kebutuhan masyarakat akan pembentukan koperasi dapat secepat mungkin terlayani dengan baik.26

Pemberian biaya yang wajar, adalah wujud yang nyata dari kepedulian para Notaris terhadap perkembangan pemberdayaan koperasi, juga akan mendorong masyarakat

(33)

anggota koperasi dan kalangan gerakan koperasi untuk tidak alergi berurusan dengan Notaris.27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

1. Akta pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi pada zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan adalah sebagai berikut:

Pada zaman Hindia Belanda wajib dibuat oleh Notaris dalam Staatsblad 1915-431;

Tidak diwajibkan pada Staatsblad 1927-91; Diwajibkan kembali oleh Staatsblad 1933-108.;

Sesudah kemerdekaan, sejak tahun 1949 tidak ada lagi kewajiban itu;

Sampai dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 98/2004 menjadi wajib dibuat oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi.

2. Kendala yang dihadapi Notaris dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam membuat akta pendirian koperasi dan akta perubahan anggaran dasar adalah bahwa masih cukup banyak Notaris yang belum memahami seluk-beluk perkoperasian. Selain itu keberadaan Notaris yang belum menyebar secara merata juga merupakan kendala bagi pelaksanaan peraturan pemerintah itu, karena biasanya koperasi lebih banyak berkembang di daerah-daerah pedesaan. Demikian juga mengenai biaya

(34)

pembuatan akta yang mungkin bagi beberapa pendiri koperasi adalah cukup mahal dan memberatkan.

3. Upaya dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Notaris dalam membuat akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi adalah bahwa Notaris harus terus mempelajari dan mengikuti perkembangan koperasi di Indonesia. Untuk mengatasi kendala dalam sosialisasi wewenang baru Notaris sebagai pejabat pembuat akta koperasi, maka Ikatan Notaris Indonesia sebaiknya terus berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.

B. SARAN

(35)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Afandi, A, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000),

Badrulzaman, Mariam Darus, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III tentang Perikatan dengan Penjelasannya, (Bandung : Alumni, 1983).

Brugignk, J.J.H, Refleksi Tentang Hukum ;alih bahasa Arief Sidharta, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999).

Catherine Marshall dan Gretchen B. Rossman, Designing Qualitative Research, London : Sage Pulicaions, 1994

Edilius dan Sudarsono, Manajemen Koperasi Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996).

Gunadi, Tom, Sistem Perekonomian Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, (Bandung : Angkasa, 1981).

Hadhikusuma, RT. Sutantya Rahardja, Hukum Koperasi Indonesia, Cetakan II, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001).

Hadhikusuma, RT. Sutantya Rahardja dan Sumantoro, Pengertian Hukum Perusahaan, Cetakan I, (Jakarta : Rajawali Pers, 1991).

Hadisapoetro Soedarsono, Pokok-Pokok Pikiran Pengembangan Koperasi di Indonesia, (Jakarta : CV Sapta Caraka, 1986).

Joseph Raz, The Concept of A Legal System, Oxford : Clarendon Press, 1998.

(36)

Lubis, Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV.Mandar Maju Bandung, 1994.

Moelong, Lexi, J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001).

Muhammad, Abdulkadir, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1991).

, Hukum Koperasi, (Bandung : Alumni, 1987).

, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan , Cetakan I, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992)

.

Muis, Abdul, Hukum Persekutuan dan Perseroan, (Medan : Fakultas Hukum USU, 2006).

Mutis, Toby, Pengembangan Koperasi, Kumpulan karangan, (Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana, 1992).

M. Wuisman, J.J.J, Penelitian Ilmu-Ilmu sosial, Asas-Asas, (Penyunting : M. Hisyam), (Jakarta : FE UI, 1996)

Pachta, Anjar W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia; Pemahaman, Regulasi, Pendirian dan Modal Usaha, (Jakarta : BPHUI, 2005).

Pramono, Nindyo, Beberapa Aspek Koperasi Pada Umumnya dan Koperasi Indonesia Di Dalam Perkembangan, (Yogyakarta : TPK Gunung Mulia, 1986).

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasi Indonesia, (Jakarta : Dian Rakyat, 1985).

Sagimun M.D. dan Dimyet Myru, Indonesia Berkoperasi (Jakarta : Balai Pustaka, 1965)

Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Cetakan IV, (Bandung : Bina Cipta, 1987). Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI, 1086).

Simandjuntak, Simandjuntak, Emi, Beberapa Aspek Hukum Dagang Di Indonesia Dalam Perkembangan (Bandung : Bina Cipta, 1979).

(37)

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Sularso dan E. D. Damanik, Terjemahan Penetapan Peraturan mengenai Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi, L. N. I. Tahun 1927. No. 91.

Suwandi, Ima, Koperasi; Organisasi Ekonomi Yang Berwatak Sosial (Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1985)

Tang Thong Kie, Studi Notariat : Beberapa Mata Pelajaran dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Buku II, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000).

Tobing, G.H.S, Lumban, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta : Erlangga, 1999).

Untung, H. Budi, Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia, (Yogyakarta : Andi Offset, 2005).

B. MAJALAH Jurnal Renvoi

Media Notariat. Majalah Edisi Mei-Juni 2004.

Majalah Nasional Nomor 22 Tahun 2/ 2005

Media Notariat, Majalah Edisi Mei-Juni 2004, hal 17

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. ---, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

---, Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958

---, Nomor 14 Tahun 1965 Tentang Perkoperasian,

(38)

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, SK Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 98/ Kep/ M. KUKM/ IX/ 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi.

Penetapan Peraturan Perkumpulan-Perkumpulan Koperasi 1949

ABSTRAK

Profesi Notaris adalah profesi yang semi publik. Jabatan Notaris adalah jabatan publik namun lingkup kerjanya berada dalam konstruksi hukum privat. Setelah keluarnya Keputusan Menteri Nomor 98/ KEP/ M.UKM/ IX/ 2004, Notaris berwenang untuk membuat akta koperasi. Keterlibatan Notaris tidak semata-mata membantu proses pembuatan akta-akta koperasi saja, tetapi turut peduli terhadap prospek perkembangan koperasi yang menjadi kliennya dan bersedia memberikan bimbingan dan konsultasi hukum yang berkaitan dengan pembuatan akta koperasi. Tujuannya agar kalangan gerakan koperasi dan kalangan masyarakat koperasi semakin memahami dan tidak awam dengan hal-hal yang berbau hukum.

(39)

sebanyak 3 (tiga) orang. Pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen atau bahan pustaka yang berkaitan dengan perkoperasian sebelum dan sesudah Indonesia merdeka dan studi lapangan. Analisis data terhadap data primer dan data sekunder dilakukan setelah terlebih dahulu diadakan pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan dan dievaluasi sehingga diketahui validitasnya, lalu dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban dan terakhir dilakukan pembahasan untuk menyelesaikan permasalahn yang ada.

Peran Notaris dalan membuat Akta pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi pada zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan adalah sebagai berikut: Pada zaman Hindia Belanda wajib dibuat oleh Notaris dalam Staatsblad 1915-431;Tidak diwajibkan pada Staatsblad 1927-91;Diwajibkan kembali oleh Staatsblad 1933-108.;Sesudah kemerdekaan, sejak tahun 1949 tidak ada lagi kewajiban itu; Sampai dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 98/2004 menjadi wajib dibuat oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi.Kendala yang dihadapi Notaris dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam membuat akta pendirian koperasi dan akta perubahan anggaran dasar adalah bahwa masih cukup banyak Notaris yang belum memahami seluk-beluk perkoperasian. Selain itu keberadaan Notaris yang belum menyebar secara merata juga merupakan kendala bagi pelaksanaan peraturan pemerintah itu, karena biasanya koperasi lebih banyak berkembang di daerah-daerah pedesaan. Demikian juga mengenai biaya pembuatan akta yang meungkin bagi beberapa pendiri koperasi adalah cukup mahal dan memberatkan.Upaya dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Notaris dalam membuat akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi adalah bahwa Notaris harus terus mempelajari dan mengikuti perkembangan koperasi di Indonesia. Untuk mengatasi kendala dalam sosialisasi wewenang baru Notaris sebagai pejabat pembuat akta koperasi, maka Ikatan Notaris Indonesia sebaiknya terus berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.

Kata kunci : Notaris, Akta Koperasi

KATA PENGANTAR

(40)

Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Kenotariatan (MKn) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Ibu Dr.T.Keizerina Devi A, SH, CN, MHum, Bapak H.Abdul Muis, SH, MS, dan Bapak Notaris/ PPAT Syafnil Gani, SH, MHum, dan selaku komisi Pembimbing

Yang dengan tulus iklas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini

Kemudian juga, kepada Dosen Penguji yang terhormat dan Amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, dan Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum, yang telah berkenan memberikann masukan dan arahan yang

konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penlisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

Selanjutnya ucapan terima kasih penuls yang sebesar-besarnya kepada:

(41)

9. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, Selaku Direktris serta seluruh Staf atas Bantuan, Kesempatan dan fasilitas yang diberikan, sehingga dapat diselesaikan studi pada Program Magister Kenotariatan (MKn) Sekolah Pascasarjana universitas Sumatera Utara.

10. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, Selaku Ketua Program Magister kenotariatan (MKn) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 11. Pada Bapak dan Ibu Guru Besar juga Dosen Pengajar pada Program Magister

Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai pada tingkat Magister Kenotariatan 12. Bapak Salmeks Saragih SH, MHum, Ibu Notaris Anita Simanjuntak, Ibu Notaris

Nursaida Hasibuan SH, Bapak Notaris Syafril Warman SH, di Medan yang seluruhnya telah banyak membantu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan tesis ini.

13. Para pegawai/karyawan pada program studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara diantaranya Ibu Fatimah SH, Sari, Lisa, Afni, Rizal, Aldi, dan lain-lain, Yang membantu kelancaran dalam hal menajemen administrasi yang dibutuhkan.

14. Sahabat sahabat terbaik yang telah banyak memberikan masukan , dorongan dan bantuan kepada Penulis, didalam menyelesakan teris ini, antara lain :

Andi Bena Sembiring S.M, Drg.Meilanie Sinaga, Erwin Sihombing ST, Aries

(42)

persatu atas tawa dan candanya dan juga telah banyak memberikan masukannya pada penulis dalam menyelesaikan tesis ini

Sungguh rasanya suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis juga turut menghaturkan sembah sujud ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Daulat Lumban Tobing,(Alm) dan Ibunda Megawati Tampubolon, yang telah mebesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang yang tulus dan ikhlas, sehingga mampu menghantarkan penulis didalam mencapai cita-cita.

Begitupun juga penulis ucapkan terima kasih kepada adik-adik Andi Sumarihon Tobing, Sarah Tobing, Anita Tobing, yang telah memberkan doa dan

perhatian yang cukup besar selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Program Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua.

(43)

Medan, September 2008 Penulis,

(44)

RIWAYAT HIDUP

IV. IDENTITAS PRIBADI

Nama lengkap : Treesna Sari Berliana L. Tobing Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 21 Agustus 1982

Status : Single

Alamat : : Jl. Flamboyan Raya I Lorong 2, No.14 Tj.Selamat Medan

V. ORANG TUA

Nama Ayah : Daulat Lumban Tobing (Alm)

Nama Ibu : Megawati Tampubolon

VI. PENDIDIKAN

SD : Tahun 1988 s/d 1994 SD Santa Maria Tarutung SMP : Tahun 1994 s/d 1997 SMP Santa Maria Tarutung SMA : Tahun 1997 s/d 2000 SMA Negeri 2 Karang Sari

Medan

Perguruan Tinggi / S1 : Tahun 2000 s/d 2005 Universitas Katolik Santo Thomas Medan

(45)

DAFTAR ISI I. Perumusan Masalah... 8 J. Tujuan Penelitian... 9 K. Manfaat Penelitian... 9 L. Keaslian Penelitian ... 10 M. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12 N. Metode Penelitian ... 30

BAB II PERANAN NOTARIS DALAM MEMBUAT AKTA

PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

KOPERASI SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN. 34 D. Tinjauan Umum Tentang Koperasi ... 34

1. Sejarah Koperasi di Indonesia... 34 2. Pengertian, Azas dan Landasan Koperasi ... 40 3. Tujuan dan Peranan Koperasi ... 41 4. Bentuk dan Jenis Koperasi Indonesia ... 43 E. Tinjauan Umum Tentang Kenotariatan ... 45 1. Sejarah Kenotariatan di Indonesia ... 45 2. Fungsi Notaris ... 48 3. Wewenang dan Kewajiban Notaris... 50 4. Larangan Bagi Notaris ... 52 F. Peranan Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian dan Akta

Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Sebelum dan Sesudah

(46)

1. Pembuatan Akta Pendirian Koperasi, Akta Perubahan dan Pendaftaran Koperasi Menurut

Perundang-undangan Produk Hindia Belanda... 53 2. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan

Pendaftaran Koperasi Sesudah Zaman Kemerdekaan

Sebelum UU No. 25 Tahun 1992... 58 3. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan

Pendaftaran Koperasi Menurut UU No. 25 Tahun 1992 ... 66 4. Pembuatan Akta Koperasi, Akta Perubahan dan

Pendaftaran Koperasi Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No.

98/KEP/M.KUKM/IX/2004... 73

BAB III KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI OLEH

NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN DAN AKTA PERUBAHAN ANGGARAN DASAR BADAN

USAHA KOPERASI ... 83 C. Pembuatan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar

Koperasi Oleh Notaris ... ... 83 D. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Notaris Dalam Pembuatan

Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi... 84

BAB IV UPAYA MENGATASI KENDALA-KENDALA YANG

DIHADAPI OLEH NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN DAN AKTA PERUBAHAN

ANGGARAN DASAR BADAN USAHA KOPERASI... 99 A. Status Badan Hukum Koperasi... 99 B. Upaya-Upaya Dalam Mengatasi Kendala-Kendala Yang

Dihadapi Oleh Notaris Dalam Pembuatan Akta Pendirian Dan

Perubahan Anggaran Dasar Koperasi... 111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 117

(47)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Koperasi yang didirikan/diubah dengan Akta Notaris di

Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan ... 82 2. Jumlah Koperasi yang didirikan/diubah dengan Akta Notaris di

(48)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Skema Pengangkatan Notaris menjadi Pejabat Pembuat Akta

(49)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang merdeka dan berdaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup yang merata lahir dan batin bagi setiap warga negaranya. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Sistem perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar1945 khususnya Pasal 33 ayat (1) yang menentukan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

Dalam penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan bahwa kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat lebih diutamakan daripada kemakmuran dan kesejahteraan pribadi. Hal ini semakin mempertegas bahwa perekonomian Indonesia disusun berdasarkan demokrasi ekonomi dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.28 Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 menempatkan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional dan bagian integral tata perekonomian nasional.

28 M. Hatta, Penjabaran Pasal 33 UUD 1945, (Jakarta:Penerbit Mutiara,1980), hal 26.

(50)

Usaha-usaha masyarakat dalam mencapai kehidupan yang lebih baik sangat bergantung pada usaha-usaha pemerintah dalam meningkatkan perekonomian negara. Apabila pemerintah berhasil meningkatkan perekonomian negara, maka semakin dapat diharapkan juga bahwa bagi anggota masyarakat akan semakin terbuka kemungkinan untuk meningkatkan taraf hidupnya.29 Salah satu langkah yang ditempuh pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup dan memajukan kesejahteraan masyarakat adalah melaksanakan kebijakan pembangunan ekonomi yang lebih diarahkan kepada terwujudnya demokrasi ekonomi. Agar hal ini dapat terwujud, sangat dibutuhkan pula peran aktif masyarakat dalam kegiatan pembangunan ekonomi. Pemerintah tidak mungkin dapat bekerja sendiri tanpa dukungan dan peran aktif masyarakat.

Bentuk peran aktif dan dukungan masyarakat bagi pemerintah dalam pembangunan ekonomi yang diarahkan kepada terwujudnya demokrasi ekonomi, dapat dilakukan melalui koperasi. Sebagai sarana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, koperasi tidak lepas dari landasannya yaitu Pancasila. Kekhususan koperasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh ideologi bangsa dan sistem politik ekonomi negara yang tercermin dari isi peraturan perundang-undangan yang mengatur perkoperasian di Indonesia.30

Koperasi merupakan usaha bersama yang dalam menjalankan kegiatan usahanya melibatkan seluruh anggota yang ada secara gotong royong lazimnya seperti dalam kegiatan suatu keluarga. Semangat kebersamaan ini tidak saja dalam bentuk gotong royong bertanggung jawab atas kegiatan usaha koperasi tetapi juga dalam 29 Emmy Pangaribuan Simandjuntak, Beberapa Aspek Hukum Dagang Di Indonesia Dalam

Perkembangan (Bandung : Bina Cipta, 1979), hal 116.

(51)

bentuk memiliki modal bersama.31 Oleh karena itu, jelas bahwa peran koperasi sangat penting dalam menumbuh serta mengembangkan potensi ekonomi masyarakat serta dapat mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang memiliki ciri-ciri demokratis, kebersamaan dan kekeluargaan serta keterbukaan.

Menurut Abdul Muis : ”Pada koperasi terdapat pula unsur pengejaran keuntungan komersil, namun pengejaran keuntungan tidak terlalu dititikberatkan melainkan lebih dipentingkan kepada kesejahteraan para anggautanya, sehingga di katakan berwatak sosial”.32

Koperasi memiliki peranan yang sangat penting terutama bagi masyarakat kecil untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Koperasi dan undang-undang sebelumnya yang dibuat pada masa orde lama. Dikeluarkannya undang-undang ini menunjukkan suatu bentuk keseriusan pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Segala sesuatu yang menyangkut koperasi dari awal berdiri sampai akhir dari adanya koperasi tidak terlepas dari keikutsertaan pemerintah.

Koperasi di Indonesia juga wajib memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas menyangkut kehidupan perekonomian rakyat yang dapat menyelaraskan dengan perkembangan lingkungan yang dinamis. Pembangunan koperasi perlu diarahkan agar semakin berperan dalam perekonomian nasional. Pengembangnnya 31 R. T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Cetakan II, (Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2001),hal 39.

(52)

diarahkan agar koperasi benar-benar menerapkan prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi yang mantap, demokrasi, otonom, partisipatif dan berwatak sosial. Hal ini bertujuan agar koperasi dapat menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat.

Koperasi sebagai badan usaha senantiasa harus diarahkan dan didorong untuk ikut berperan secara nyata meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan memberikan status badan hukum koperasi melalui pengesahan atas perubahan Anggaran Dasar dan pembinaan yang merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Dalam hal ini pemerintah melimpahkan wewenangnya kepada Menteri yang membidangi koperasi.

Dalam menghadapi perkembangan perekonomian yang semakin kompleks, maka dalam dunia bisnis diperlukan kepastian hukum. Salah satu cara untuk memperoleh kepastian hukum yaitu dari dokumen-dokumen yang dibuat oleh pelaku bisnis. Hal ini juga berlaku bagi koperasi sebagai salah satu pelaku bisnis. Koperasi memerlukan adanya kepastian hukum menyangkut dokumen-dokumen yang dibuatnya.

Menurut Tan Thong Kie:

Setiap masyarakat membutuhkan seseorang (figuur) yang keterangan-keterangannya dapat diandalkan, dapat dipercayai, yang tanda tangan serta segelnya (capnya) memberi jaminan dan bukti kuat, seorang ahli yang tidak memihak dan penasihat yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar atau unimpeachable), yang tutup mulut, dan membuat surat perjanjian yang dapat melindunginya dihari-hari yang akan datang.33

Hal ini terkait dengan keabsahan segala perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum maupun orang perorangan. Sehubungan dengan hal ini, walaupun pemerintah

(53)

berwenang dalam pembentukan koperasi, pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri tanpa bantuan dari pihak tertentu yang juga diberikan wewenang untuk menangani bidang-bidang tertentu terkait dengan proses pembentukan koperasi. Salah satunya adalah dengan terkait dengan proses hukum yang merupakan syarat penting bagi eksistensi sebuah koperasi. Oleh karena itu pemerintah merangkul Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah beserta dinas-dinas terkait.

Proses hukum tidak terlepas dari peraturan hukum yang berlaku. Hukum berperan sebagai suatu alat agar terpenuhinya keabsahan pembentukan suatu badan usaha termasuk koperasi. Berdasarkan hal tersebut, maka seiring dengan perkembangan dan kebutuhan yang ada saat ini, pemerintah merasa perlu untuk membuat suatu terobosan baru bagi koperasi agar sebagai badan hukum, koperasi dapat disejajarkan dengan bentuk badan hukum lainnya dalam beberapa hal, salah satunya adalah pembuatan akta pendirian.

Menurut R.T Sutantya Rahardja Hadikusuma :

“Dengan diperolehnya status badan hukum, maka secara hukum, koperasi tersebut telah diakui keberadaannya seperti orang (person) yang mempunyai kecakapan untuk bertindak, memiliki wewenang wewenang untuk mempunyai harta kekayaan, melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti : membuat perjanjian, menggugat dan digugat di muka pengadilan, dan sebagainya. Sehingga dengan demikian, sebagai suatu badan hukum maka koperasi juga merupakan subyek hukum”34

Kenyataan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat adalah bahwa pada umumnya koperasi di Indonesia adalah yang berskala kecil dan kurang mengalami

(54)

perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan masyarakat beranggapan bahwa koperasi diperuntukkan hanya untuk golongan tertentu saja. Selain itu, selama ini perkembangan koperasi berjalan tersendat-sendat, dikarenakan sedikitnya akses yang diperoleh koperasi tersebut untuk melebarkan usahanya.

Banyak orang yang berpandangan salah bahwa usaha koperasi, baik produksi, konsumsi maupun kredit adalah demikian terbatas tidak seperti usaha-usaha pada badan usaha lainnya yang dalam perkembangannya dapat menangani usaha-usaha yang besar. Akibatnya orang-orang (meliputi sebagian yang menjalankan usaha tani, peternakan, perikanan dan industri-industri kecil yang keadaan dan kemampuannya masih lemah) masih banyak yang tidak tertarik untuk bergabung dalam koperasi.35

Oleh karena itu dibutuhkan suatu cara agar koperasi lebih mendapat tempat di hati masyarakat dan memperoleh kepercayaan dari pihak-pihak yang berhubungan dengan bidang usaha koperasi. Salah satunya adalah dengan mengikutsertakan Notaris pada kegiatan perkoperasian.

Selama bertahun-tahun, akta pendirian koperasi dibuat dan disahkan hanya oleh Departemen Koperasi (sekarang Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah), namun dengan berbagai pertimbangan, pemerintah menyerahkan pembuatan akta pendirian koperasi sebagai wewenang Notaris. Pejabat yang selama ini memberikan bantuan dalam penyusunan meskipun sudah diberikan pelatihan khusus masih dianggap kurang memenuhi kualifikasi. Hal ini dikarenakan pejabat tersebut bukanlah pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah sebagai pejabat yang berwenang untuk membuat akta otentik. Selanjutnya dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka diperlukan adanya penyesuaian mengenai pejabat yang berwenang mengesahkan badan hukum koperasi. 35 Drs. G. Kartasapoetra, R. G Kartasapoetra dan Ir. A. G Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan

(55)

Berdasarkan kenyataan yang ada di tengah-tengah masyarakat, maka perlu diadakan penyempurnaan kebijakan di bidang perkoperasian. Salah satu kebijakan yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk jabatan profesional berupa Pejabat Pembuat Akta Koperasi yang bertugas dan berwenang untuk membuat akta-akta koperasi. Keberadaan Pejabat Pembuat Akta Koperasi dapat menjamin perlindungan hukum terhadap hak-hak baik koperasi sebagai badan hukum maupun pengurus, anggota dan pihak ketiga yang berhubungan dengan koperasi.

Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan hukum dalam bidang perkoperasian, khususnya yang berkaitan dengan proses, prosedur dan tata cara pendirian, perubahan anggaran dasar dan akta yang terkait dengan kegiatan koperasi, diperlukan adanya upaya untuk menjamin kepastian hukum terhadap akta-akta perkoperasian melalui penggunaan akta otentik. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia menyatakan perlu menggalang partisipasi para Notaris dalam pembuatan akta pendirian koperasi dan perubahan anggaran dasar koperasi. Hal ini diikuti dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik

Indonesia dengan Ikatan Notaris Indonesia (I. N. I) Nomor 98 Tahun 2004 pada tanggal 4 Mei 2004 di Jakarta. Dalam Nota Kesepahaman tersebut dinyatakan bahwa Notaris adalah pejabat umum satu-satunya yang diberi wewenang oleh Negara di bidang hukum perdata yang secara profesional membuat akta otentik sebagai alat sempurna untuk memberi kepastian hukum.36 Keterlibatan Notaris tidak hanya dalam pembuatan akta pendirian koperasi saja, tetapi juga dalam pembuatan akta yang terkait

(56)

dengan kegiatan perkoperasian. Kesepakatan ini telah diperkuat dengan dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Nomor 981 / Kep/ M. KUKM/ IX/ 2004 tanggal 24 September 2004. Berdasarkan Nota Kesepahaman ini maka kewenangan yang diberikan kepada Notaris menjadi semakin besar dan Notaris wajib memenuhi syarat yang telah ditentukan untuk dapat menjadi Notaris pembuat akta untuk koperasi.

Untuk menjadi Pejabat Pembuat Akta Koperasi, para Notaris akan diberikan pembekalan dan diberi sertifikasi. Apabila syarat tersebut telah dipenuhi maka kepada Notaris diberikan wewenang untuk membuat akta yang meliputi akta pendirian, perubahan berita acara, dan akta-akta lain yang berkaitan dengan kegiatan perkoperasian.

Dari uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa adanya kebijakan baru dari pemerintah dalam pembuatan akta koperasi. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk meneliti secara cermat mengenai kebijakan baru pemerintah tersebut serta dampak-dampak positif dan kendala-kendala yang ada. Oleh karena itu, pembahasan lebih lanjut akan diuraikan dalam tulisan tesis ini dengan judul : ”Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi (Penelaahan Terhadap Peraturan Perundang-undangan tentang Koperasi yang berlaku di Indonesia Sebelum dan Sesudah Zaman Kemerdekaan).

B. Perumusan Masalah

(57)

4. Bagaimana peranan Notaris dalam membuat akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi menurut peraturan perundang-undangan tentang koperasi sebelum dan sesudah zaman kemerdekaan?

5. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi?

6. Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

4. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam membuat akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi menurut peraturan perundang-undangan tentang koperasi yang berlaku di Indonesia sebelum dan sesudah zaman kemerdekaan.

5. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi.

6. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi.

D. Manfaat Penelitian

(58)

3. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi terutama mahasiswa Magister Kenotariatan untuk menambah wacana di bidang ilmu hukum khususnya tentang peranan Notaris dalam membuat akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi ditinjau dari peraturan perundang-undangan tentang koperasi yang berlaku di Indonesia sebelum dan sesudah zaman kemerdekaan. 4. Secara Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi para Notaris untuk dapat diterapkan dalam menjalankan wewenangnya sebagai pejabat pembuat akta koperasi dan juga bagi pengurus dan anggota koperasi agar dapat lebih memahami langkah-langkah yang harus diambil dalam melaksanakan kegiatan perkoperasian.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang penulis lakukan pada Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan dan juga Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, beberapa Tesis mengenai koperasi yang pernah ditulis adalah sebagai berikut :

3. Inneke Tania Arsyad, Pelaksanaan Pemberian Kredit Kepada Koperasi Dengan Pembebanan Hak Tanggungan (Suatu Penelitian Pada PT. Bank Bukopin

Cabang Medan).

(59)

yang dilakukan antara PT. Bank BUKOPIN sebagai kreditur dengan koperasi sebagai debitur, bank menginginkan suatu kepastian agar pinjaman yang diberikan kepada debitur koperasi benar-benar aman dan terjamin pengembaliannya. Salah satu cara untuk mengamankan pelunasan hutang adalah dengan diberikannya suatu jaminan. Salah satu obyek yang dapat dijadikan jaminan kredit bank adalah hak atas tanah. Lembaga jaminan yang mengatur tentang hak atas tanah adalah hak tanggungan.

4. Karmila, Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Koperasi Menurut Kepmen No. 98/Kep/ M. KUKM/IX/2004 (Studi di Dinas Koperasi Kota Medan).

Gambar

Gambar 1. Skema Pengangkatan Notaris menjadi Pejabat Pembuat Akta Koperasi
Tabel 2. Jumlah Koperasi yang didirikan/diubah dengan Akta Notaris di Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Utara
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan
Tabel 3. Jumlah Koperasi di Kota Medan Sampai November 2007

Referensi

Dokumen terkait

menuju berbadan hukum di Kota Medan adalah dalam pembuatan akta pendirian dibuat oleh Notaris khusus pembuat akta Koperasi yang diatur dalam Pasal 1 angka (4)

prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi kepada para pendiri, pengurus dan anggota koperasi, juga dapat mengakomodasikan kepentingan para insan koperasi ke dalam akta pendirian

Akta Notaris merupakan akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014

Hak dan kewajiban seorang Notaris terkait pembuatan akta pendirian Perkumpulan telah tertuang didalam Pasal 15 ayat (1) UUJN terkait kewenangan seorang, meskipun

Juni 2005.. … membuat akta otentik sebagai bukti dilakukannya suatu perbuatan hukum tertentu dalam proses pendirian, perubahan anggaran dasar serta akta-akta lainnya yang

Dalam lingkup hukum keperdataan, bahwa pejabat umum yang memiliki kewenangan dalam pembuatan akta otentik adalah Notaris, akta otentik tersebut merupakan sebuah

Penyempurnaan tersebut berkaitan dengan keterlibatan Notaris Pembuat Akta Koperasi dalam pembuatan akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi sebagai penyesuaian

Hak dan kewajiban seorang notaris terkait pembuatan akta pendirian Perkumpulan telah tertuang didalam Pasal 15 ayat 1 UUJN terkait kewenangan seorang, meskipun badan hukum Perkumpulan