• Tidak ada hasil yang ditemukan

Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Jadi 2 Karya Musfar Yasin: Analisis Resepsi"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

FILM NAGABONAR KARYA ASRUL SANI

DAN FILM NAGABONAR JADI 2 KARYA MUSFAR YASIN:

ANALISIS RESEPSI

S K R I P S I OLEH Dwi Indah Purnama

NIM 040701008

DEPARTEMEN SASTRA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya sampaikan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Mei 2009

(3)

Film Nagabonar Karya Asrul Sani Dan Film Nagabonar Karya Musfar Yasin Analisis Resepsi

Oleh

Dwi Indah Purnama

ABSTRAK

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya, maka peneliti dapat menyelesaikan skripisi ini. Hanya ALLAH SWT lah yang selalu setia memberikan kekuatan kepada peneliti untuk tetap menjalani penyusunan ini dari berbagai kendala yang dihadapi selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sastra pada Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa tanpa doa, dukungan dan bimbingan dari banyak pihak, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nurhayati Harahap, M. Hum. sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai pembimbing II yang telah banyak memberi dorongan, nasihat dan yang selalu bersedia membimbing saya selama penyelesaian skripsi ini.

(5)

4. Bapak Drs. Irwansyah, M.S. sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan dorongan, nasihat dan yang selalu bersedia membimbing saya selama penyelesaian skripsi ini.

5. Mbak Inung, PT. Citra Cinema Jakarta, yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data.

6. Teristimewa untuk orangtua peneliti yang senantiasa memberi dukungan baik materil maupun spiritual. Dengan kesungguhan peneliti persembahkan semua ini sebagai tanda sayang dan terima kasih atas segala sesuatu yang telah diberikan selama ini.

7. Tidak terlupakan untuk abang Housni Alfaqih Alaydrous yang senantiasa memberikan semangat, bantuan dan dukungan kepada peneliti.

8. Teman-teman di Departemen Sastra Indonesia stambuk 2004 atas semua bantuan dan dukungannya kepada peneliti.

9. Rekan kerja di Dinas Pendapatan Kota Medan atas semua bantuan dan dukungannya kepada peneliti.

(6)

Medan, Juli 2009 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

ABSTRAK

PRAKATA

DAFTAS ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Maslah... 6

1.3 Batasan Masalah... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

1.4.1 Tujuan Masalah... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian... 6

1.4.2.1 Manfaat Akademis... 1.4.2.2 Manfaat Praktis... 6 7 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori... 8

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 19

3.2 Populasi dan Sampel... 19

3.3 Instrumen Penelitian... 20

3.4 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data... 20

3.5 Metode Dan Teknik Analisis Data... 21

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Film “Nagabonar” dan Film “Nagabonar Jadi 2” 4.1.1 Produksi... 4.1.2 Crew... 23 23 4.2 Film “Nagabonar”... 24

4.3 Resepsi Sastra Penikmat Film “Nagabonar” dan Film “Nagabonar Jadi 2” 4.3.1 Hasil Penelitian... 27

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan...

5.2 Saran... 40

43

DAFTAR PUSATAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sastra berhubungan dengan pengarang, karya sastra dan penikmat. Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan karena masing-masing memiliki peran dan fingsi yang berbeda. Tanpa pengarang tidak akan ada karya sastra dan tanpa penikmat karya sastra tidak ada artinya. Penikmat dalam hal ini memahami dan memaknai suatu karya sastra akan berbeda antara pengetahuan, pengalang dan kemampuan penikmat yang berbeda. Segers (dalam Pradopo, 1995:208) mengatakan cakrawala penikmat ditentukan oleh tiga kriteria (1) norma-norma yang terpancar dari teks-teks yang telah dibaca oleh penikmat (2) pengetahuan dan pengalaman atas semua teks yang telah dibaca sebelumnya (3) pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan penikmat untuk memahami, baik dalam horison sempit dari harapan-harapan sastra maupun dalam horison luas dari pengetahuannya tentang kehidupan.

Perkembangan karya sastra didukung dari banyaknya penikmat. Apabila penikmat tidak ada, maka karya sastra itu milik sendiri. Sebagai contoh yang mengalami kemajuan yang luar biasa adalah novel. Banyak produser yang mengasaptasi film khususnya film layar lebar dari sebuah novel, contoh Roro

Mendut (1982) karya sutradara Ami Priyono yang diangkat dari novel Roro

Mendut karya YB. Mangunwijaya, Darah dan Mahkota Ronggeng (1983) karya

(10)

(2003) karya Nasry Chepy yang diangkat dari novel Eiffel I'm In Love karya Rachmania Arunita.

Lahirnya pengadaptasian dari novel ke dalam film biasanya dikarenakan novel tersebut sudah terkenal sehingga para apresiator ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana jika difilmkan. Selain itu ada juga karena ide ceritanya yang menarik. Namun ketika difilmkan, hadir pula rasa kecewa terhadap hasilnya. Ernest Hemmingway, sering dikutip orang sebagai sastrawan Amerika yang sering kecewa jika novel-novelnya difilmkan atau diangkat ke layar putih. Malah pemenang hadiah Nobel ini bersedia membayar biaya yang dikeluarkan produser film, asalkan salah satu film hasil adaptasi dari novelnya tidak diedarkan. Selanjutnya penulis novel Indonesia yang kecewa adalah Motinggo Busye, sehingga ia terdorong untuk terjun ke dunia film. Begitu juga dengan YB. Mangunwijaya yang merasa kecewa dengan film Roro Mendut garapan sutradara Ami Priono.

Hadirnya kekecewaan ini diakibatkan oleh ketidakpuasan antara film yang ditonton dengan cakrawala harapan yang hadir pada pembaca. Hadirnya kekecewaan atau sebaliknya akan menjadi hal yang sangat biasa dalam proses adaptasi karena proses ini selalu menimbulkan suatu perubahan sebagai akibat dari perubahan media dan pemaknaan (interpretasi).

(11)

Pengadaptasian ini menjadi menarik akan timbul sebuah interpretasi tunggal dari seorang novelis terhadap film yang ditontonnya.

Proses pengadaptasian di Indonesia dari film ke dalam novel belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan kurangnya minat dari para penerbit buku untuk menerbitkan dengan asumsi bahwa masyarakat di Indonesia lebih menyukai tontonan dari pada bacaan. Asumsi seperti ini tentu saja mudah dibantah karena masyarakat tonton dan masyarakat baca bisa jadi berbeda. Namun seiring mulai meningkatnya minat baca di kalangan masyarakat, adaptasi dari film ke dalam novel pun akhirnya dilakukan, seperti pada film layar lebar terjadi pada film Biola

Tak Berdawai karya Sekar Ayu Asmara yang dinovelkan oleh Seno Gumira

Ajidarma (Akur, 2004), 30 Hari Mencari Cinta dinovelkan oleh Nova Arianti Yusuf (Gagas Media, 2004), film Brownies karya Hanung Bramantyo dinovelkan oleh Fira Basuki, Film Bangsal 13 dinovelkan oleh FX. Rudi Gunawan (Gagas Media, 2004) dan film Rindu Kami PadaMu karya Garin Nugroho dinovelkan oleh Garin Nugroho dan Islah Gusmian (Nastiti, 2005).

(12)

seorang wartawan majalah Tempo yaitu Akmal Nasery Basral mengadaptasi film Nagabonar jadi 2 karya Musfar Yasin menjadi sebuah novel dengan judul yang sama yaitu Nagabonar jadi 2. namun, novel yang ia ciptakan tidak sesukses film NBJ2.

Film NBJ2 adalah film lanjutan dari film NB yang sangat populer pada tahun 1987 karya Asrul Sani. Kedua film ini merupakan film komedi. Pada film NB mengambil latar belakang peristiwa perjuangan rakyat Indonesia ketika sedang melawan penjajahan Belanda di daerah Sumatera Utara pada era kemerdekaan. Tokoh Naga Bonar mendapatkan kesempatan menyebut dirinya seoran kemerdekaan Indonesia pada saat pasukan pendudukan tahun tersebut. Pada awalnya Naga Bonar melakukan ini hanya sekedar untuk mendapatkan kemewahan hidup sebagai seorang Jenderal, akan tetapi pada akhirnya dia menjadi tentara yang sesungguhnya, dan memimpin kemenangan Indonesia dalam peperangan.

(13)

Usaha Bonaga tidak berhasil. Kekeraskepalaan Nagabonar untuk memertahankan lahan perkebunan (dimana di sana juga terdapat makam istri, mamak dan temannya). Semakin menjadi-jadi ketika tahu calon pembeli tanahnya adalah perusahaan Jepang (yang masih dianggapnya penjajah). Sementara Nagabonar dan Bonaga berusaha saling memahami cara pandang dan nilai-nilai satu sama lain, tenggat waktu untuk Bonaga semakin dekat.

Film NB ini disambut baik oleh masyarakat. Film tersebut memberikan kalau cinta terhadap negara, keluarga dan masyarakat penting. Ceritanya memang sangat menonjolkan realita keseharian masyarakat yang terjadi di dalam sebuah film. Walaupun film NBJ2 merupakan film lanjutan dari film terdahulu, namun film NBJ2 mampu mengimbangi film NB. Kedua film tersebut berhasil mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain:

1. Meraih piala Citra pada FFI 1987 untuk Film, Skenario, Cerita, Pemeran Utama Pria (Deddy Mizwar), Pemeran Pembantu Wanita (Roldiah Matulessy), Musik, Suara. Merupakan film unggulan pada FFI 1987, untuk Pemeran Pembantu Pria (Arizal Anoda), Artistik.

2. Film "Naga Bonar Jadi 2" terpilih sebagai film terbaik FFI 2007 yang digelar Jumat malam (14/12) di Anjung Seni Idrus Tintin, Komplek Bandar Serai, Pekanbaru. Film ini mengalahkan 4 film nominasi lainnya yakni "Get Married", Kamulah Satu-Satunya", "Mengejar Mas-Mas", Merah itu Cinta". 3. Selain terpilih sebagai Film Terbaik 2007, "Naga Bonar Jadi 2" juga berhasil

(14)

Pria terbaik, Pemeran Pendukung Pria terbaik, Penulis Skenario Cerita Terbaik, dan Tata Suara Terbaik.

4. Untuk penghargaan pemeran utama pria terbaik diraih oleh Deddy Miswar, untuk Pemeran Pendukung Pria Terbaik diraih Lukman Sardi, Penulis Skenario Cerita Asli Terbaik diraih Musfar Yasin, dan untuk Tata Suara Terbaik diraih oleh Aditya Susanto/Adimolana.

Berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam perkembangan sastra di Indonesia, selain novel yang sering dilakukan dalam proses adaptasi menjadi sebuah film, penulis menemukan bahwa film dapat diadaptasi menjadi sebuah novel.

Berdasarkan pengamatan penulis sejauh ini, film NB dan NBJ2 belum pernah diteliti berdasarkan teori resepsi sastra. Kondisi di atas merupakan dasar bagi penulis untuk meneliti NB dan NBJ2. penelitian ini diarahkan pada tanggapan penikmat terhadap kedua film tersebut.

1.2.Rumusan Masalah

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, adalah: Bagaimanakah tanggapan penikmat terhadap NB dan NBJ2?

1.3.Batasan Masalah

Tanpa mengurangi arti penting dari hal-hal yang lain penulis hanya mengkhususkan penelitian ini pada:

(15)

2. Film NBJ2 karya Musfar Yasin, Produksi PT. Demi Gisela Citra Sinema dan PT. Bumi Prasidi BI-EPSI 2007.

3. Masyarakat sastra yang sudah menonton kedua film tersebut.

1.4.Tujuan dan Manfaat Masalah

1.4.1 Tujuan Masalah

Tujuan penelitian ini untuk: Untuk mendeskripsikan tanggapan penikmat terhadap film NB dan film NBJ2, berdasarkan audio (dialog dan sound effect), lighting dan teknik pengambilan gambar dan setting.

1.4.2. Manfaat Masalah

1.4.2.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi analisis teori resepsi sastra. Selain itu, agar film sebagai salah satu media massa

dipahami sebagai sarana yang mempunyai manfaat karena di balik pembuatan sebuah film, terdapat pesan–pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film. Selain itu, dapat menambah perbendaharaan kepustakaan bagi Departemen Sastra Indonesia tentang perfilman, serta sebagai bahan pertimbangan bagi rekan-rekan lainnya yang ingin mengadakan penelitian terhadap masalah yang sama pada masa yang akan datang.

(16)
(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Landasan Teori

Definisi resepsi sastra yang mendekati dengan penelitian ini, yaitu definisi yang dipaparkan oleh Teeuw (2003:173). Pada dasarnya orientasi terhadap karya sastra itu ada empat macam seperti digambarkan oleh Abrams. Pertama, peranan penulis karya sastra, sebagai penciptanya (ekspresif); kedua, peranan pembaca, sebagai penyambut dan penghayat (pragmatik); ketiga, aspek referensial, acuan karya sastra, kaitannya dengan dunia nyata (mimetik); dan keempat, karya sastra sebagai struktur yang otonom, dengan koherensi intern (objektif) (Teeuw, 1983:59).

Dalam hubungan dengan estetika resepsi, termasuk pada orientasi pragmatis (Teeuw, 1983:59). Karya sastra itu sangat erat hubungannya dengan penikmat, yaitu karya sastra itu ditujukan kepada penikmat, bagi kepentingan masyarakat penikmat. Di samping itu, penikmatlah yang menentukan makna dan nilai karya sastra. Karya sastra itu tidak mempunyai arti tanpa ada penikmat yang menanggapinya. Karya sastra itu mempunyai nilai karena ada penikmat yang menilainya. Pradopo mengatakan bahwa estetika resepsi atau estetika tanggapan adalah estetika (ilmu keindahan) yang didasarkan pada tanggapan atau resepsi pembaca terhadap karya sastra (1985:182).

(18)

pasif. Apabila seorang penikmat mampu memahami dan melihat estetika karya sastra dan kemudian menciptakan suatu karya sastra yang “lain”, disebut dengan tangggapan yag bersifat aktif. (Irwansyah, 1989:17-18).

Hasil tanggapan seseorang berbeda dengan orang lain, dan antara satu periode dengan periode berikutnya. Ini disebabkan adanya perbedaan cakrawala harapan yaitu harapan-harapan seseorang penikmat terhadap karya sastra. Tiap penikmat mempunyai wujud sebuah karya sastra sebelum ia menikmati karya sastra Pradopo, (dalam Sulasun Sutrisno, 1985:184). Cakrawala harapan itu ditentukan oleh tiga kriteria (1) norma-norma yang terpancar dari teks atau cerita yang dinikmati oleh penikmat (2) pengetahuan dan pengalaman penikmat (3) pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan penikmat untuk memhami, baik dalam horisan sempit dari harapan-harapan sastra dalam horison luas dari pengetahuan tentang kehidupan, Pradopo, (dalam Sulasun Sutrisno, 1985:184).

Analisis resepsi ditentukan oleh tanggapan penikmat berbentuk tulisan-tulisan yang dibuat oleh penikmat. Dari tulisan itulah kemudian dikumpulkan menjadi sebuah penilaian dalam karya sastra. Teori yang digunakan penulis, ialah teori resepsi sastra. Teori ini dapat diterapkan dalam dua penilaian, yaitu penilaian secara sinkronik dan diakronik.

(19)

diteliti adalah resepsi (tanggapan) penikmat dalam tiap-tiap periode (Teeuw, 2003:173).

Penilaian secara diakronik ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan tanggapan-tanggapan penikmat ahli sebagai wakil-wakil penikmat dari tiap periode. Dengan demikian dapat dideskripsikan bagaimana nilai estetik sebuah karya sastra berdasarkan penilaian sinkronik dan penilaian diakronik.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Film

Definisi film berbeda di setiap Negara, di Prancis ada pembedaan antara film dan sinema. ‘Filmis’ berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya misalnya sosial politik dan kebudayaan. Kalau di Yunani, film dikenal dengan istilah Cinema yang merupakan singkatan Cinematograph (nama kamera dari Lumiere Bersaudara). Ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris,

movies berasal dari kata move, gambar bergerak atau gambar hidup.

Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan

dimainkan dalam bioskop). Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie (semul

(20)

Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolok dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan medi selluloid sebagai penyimpannya.

Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan pada media selluloid, analog maupu n digital.

Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seni audio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu

genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai

medianya.

2.2.1.1 Jenis-jenis Film

(21)

1. Film Dokumenter

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan yang dibuat sekitar tahun 1980-an. Dokumenter adalah dokumentasi dalam bentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan.

2. Film Cerita Pendek

Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.

3. Film Cerita Panjang

Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini.

(22)

Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berakaitan dengan kegiatan yang dilakukan, misalnya tayangan “Usaha Anda” di SCTV. Film ini berfungsi sebagai alat bantu presentasi atau promosi. b) Iklan Televisi

Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat.

c) Program Televisi

Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. d) Video Klip

Video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium Televisi.

2.2.1.2 Fungsi Film

Adapun fungsi film adalah sebagai berikut: a. Hiburan

Film tersebut dapat menghibur penontonnya, apakah film itu membuat tertawa, mencucurkan airmata atau membuat gemetar ketakutan.

b. Pendidikan

Film yang dibuat dapat membawakan pesan yang sifatnya mendidik, tanpa dijejeli adegan pembunuhan, adegan ranjang, adegan pemerkosaan, dan adegan lain-lain yang berlebihan.

(23)

Film yang dibuat dapat memberikan penerangan pada masyarakat yang menonton.

2.2.2.3 Unsur-unsur Film Dari Segi Teknis

Adapun unsur-unsur film dari segi teknis adalah sebagai berikut: 1.Audio; dialog dan sound effect

a. Dialog berisi kata-kata. Dialog dapat dipergunakan untuk menjelaskan perihal tokoh atau peran, menggerakkan plot maju dan membuka fakta. Dialog yang digunakan dalam film Nagabonar menggunakan bahasa Indonesia.

b. Sound effect adalah bunyian yang digunakan untuk melatarbelakangi adegan yang berfungsi sebagai sebuah gambar untuk membentuk nilai dramatik dan estetika sebuah adegan.

2.Visual; Angel, lighting, Teknik pengambilan gambar dan Setting a. Angel

Angel kamera dibedakan menurut karakteristik dari gambar yang dihasilkan ada 3 yaitu:

1. Straight Angel, yaitu sudut pengambilan gambar yang normal, biasanya

ketinggian kamera setinggi dada dan sering digunakan pada acara yang gambarnya tetap. Mengesankan situasi yang normal, bila pengambilan

straight angel secara zoom out menggambarkan secara menyeluruh

(24)

2. Low Angel, yaitu sudut pengambilan gambar dari tempat yang lebih

tinggi dari obyek. Hal ini membuat seseorang nampak kelihatan mempunyai kekuatan yang menonjol dan akan kelihatan kekuasaannya. 3. High Angel, yaitu sudut pengambilan gambar dari tempat yang lebih

tinggi daro obyek. Hal ini akan memberikan kepada penonton sesuau kekuatan atau rasa superioritas.

b. Pencahayaan / Lighting

Adalah tata lampu dalam film. Ada dua cahaya yang dipakai dalam produksi yaitu natural light (matahari) dan artifical light (buatan) misalnya lampu.

1. Pencahayaan

Kondisi pencahayaan Front Lighting / Cahaya Depan merata dan tampak natural / alami.

2. Side Lighting / Cahaya Samping

Subyek lebih terlihat memiliki dimensi. Biasanya banyak dipakai untuk menonjolkan suatu benda karakter seseorang.

3. Back Lighting / Cahaya belakang Menghasilkan bayangan dan dimensi

4. Mix Lighting / Cahaya Campuran

Merupakan gabungan dari tiga pencahayaan sebelumnya. Efek yang dihasilkan lebih merata dan meliputi setting yang mengelilingi obyek. c. Teknik Pengambilan Gambar

(25)

film, dimana proses tersebut akan dapat memperngaruhi hasil gambar yang diinginkan, apakah ingin menampilkan karakter tokoh, ekspresi wajah dan setting yang ada dalam sebuah film.

Kategori makna pengambilan gambar adalah sebagai berikut: 1. Teknik makna pengambilan gambar

a. Full Shot Seluruh tubuh Hubungan sosial, subyek utama

berinteraksi dengan subyek lain, interaksi dengan subyek lain, interaksi tersebut menimbulkan aktivitas sosial tertentu.

b. Long Shot Setting dan Karakter Lingkup dan Jarak; audience

diajak oleh sang kemeramen untuk melihat keseluruhan obyek dan sekitarnya. Mengenal subyeknya dan aktivitasnya berdasarkan lingkup setting yang mengelilinginya.

c. Medium Shot Bagian Pinggang ke Atas Hubungan Umum;

audience diajak untuk sekedar mengenal obyek dengan menggambarkan sedikit suasana dari arah tujuan kameramen. d. Close Up hanya Bagian Wajah Keintiman; gambar memiliki

efek yang kuat sehingga menimbulkan perasaan emosional karen audience hanya melihat hanya pada satu titik interest. Penikmat dituntut untuk memahami kondisi subyek.

e. Pan up / frog eye Kamera diarahkan ke atas kecil, lemah;

(26)

f. Pan Dawn / bird eye Kamera diarahkan ke bawah Kuasa,

Wibawa; teknik ini menunjukkan kesan obyek sangat agung, berkuasa, kokoh dan berwibawa. Namun bisa juga menimbulkan kesan bahwa subyek diekploitasi karena hal tertentu.

g. Zoom in / out Focallength ditarik ke dalam Observasi / fokus; audience diarahkan dan dipusatkan pada obyek utama. Unsur

lain di sekeliling subyek berfungsi sebagai pelengkap makna. d. Setting

Setting yaitu tempat atau alokasi untuk pengambilan sebuah visual dalam film. Askurifai Baksin dalam (Elviras, 2003: 17-18)

2.2.2 Resepsi Sastra

Secara defenitif, resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin),

reception (Inggris), yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan

(27)

Resepsi sastra secara singkat dapat disebut sebagai aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik-tolak pada penikmat yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks itu. Penikmat selaku yang pemberi makna adalah variabel menurut ruang, waktu, dan golongan sosial-budaya. Hal itu berarti bahwa karya sastra tidak sama penikmatan, pemahaman, dan penilaiannya sepanjang masa atau dalam seluruh golongan masyarakat tertentu. Ini adalah fakta yang diketahui oleh setiap orang yang sadar akan keragaman interpretasi yang diberikan kepada karya sastra, Abdullah (dalam Nugroho, 2001:74).

Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks sastra dengan mempertimbangkan penikmat selaku pemberi sambutan dan tanggapan. Tentu saja dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu dan golongan sosial (Pradopo, 2003:107).

Estetika resepsi atau resepsi sastra memberikan perhatian utama kepada penikmat karya sastra di antara jalinan segitiga pengarang, karya sastra dan masyarakat penikmat. Ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan karena masing-masing memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Tanpa pengarang tidak akan ada karya satra, dan tanpa penikmat karya sastra tidak ada artinya. Penikmat dalam memahami dan memaknai suatu karya sastra akan bebeda antara pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penikmat yang berbeda, Segers (dalam Pradopo. 1995:208).

(28)

sebagai teori yang menjelaskan bahwa teks sastra (lisan maupun tulisan) dengan bertitik tolak pada penikmat yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks tersebut (Abdullah, 1994).

2.2. Tinjauan Pustaka

Adapun teori yang penulis gunakan adalah resepsi sastra. Alasanya teori ini digunakan karena yang menentukan karya sastra itu baik atau tidaknya ditentukan oleh penikmat. Jadi, teori resepsilah yang penulis pergunakan untuk menguatkan bahwa kedua film tersebut benar-benar film yang disenangi oleh masyarkat.

Penelitian terdahulu:

1. Drs. Irwansyah, SU (1989) dalam tesisnya yang berjudul Resepsi atau

Tanggapan Pembaca terhadap Sja’ir Puteri Hidjau.

2. Elviras, (2008) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Semiotik Makna

Nasionalisme Pada Film “Nagabonar Jadi Dua” Karya Musfar Yasin.

(29)
(30)

BAB III

METODE PENELTIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di sekitar daerah Jalan Murni, Tanjung Rejo Medan dan Kantor Pemerintahan Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan 27 Maret sampai dengan 15 April 2009. Penelitian di sekitar Jalan Murni terdiri atas 20 orang, penelitian di kantor Dinas Pendapatan (DISPENDA) Kota Medan terdiri atas 20 orang.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan pemakai bahasa tertentu yang tidak diketahui batas-batasnya akibat luasnya daerah dan banyaknya orang yang memakai bahasa tersebut (Sudaryanto, 1990:36). Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang sudah menonton NB dan NBJ2 di sekitar Jalan Murni, Tanjung Rejo Medan dan Kantor Pemerintahan Dinas Pendapatan Kota Medan.

Sampel adalah sebagian dari pemakai bahasa yang mewakili dari satu poulasi (Sudaryanto, 1990:30). Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan bersifat purposive sampling yang berarti bahwa unit sampel yang diambil akan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan agar mengarah kepada pencapaian tujuan penelitian (Nawawi dan Martini, 1993:157). Dalam penelitian ini unit sampel yang diambil harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu yaitu:

(31)

2. berusia antara 8-50 tahun; 3. merupakan warga setempat;

4. berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP);

5. berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tinggi) dengan harapan terlalu tinggi mobalitasnya;

6. berpropesi sebagai POLRI, pegawai negeri/swasta, wiraswasta, pedagang, petani dan buruh;

7. memiliki kebanggaan terhadap bahasanya; 8. daoat berbahasa Indonesia;

9. sehat jasmani dan rohani.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan/kuisioner dan alat-alat bantu seperti pena dan kertas.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah: metoe deskriptif analitik, metode historis dan metode komparatif.

(32)

b. Metode historis ialah memusatkan perhatian pada data masa lalu berupa peninggalan-peninggalan, dokumen-dokumen, benda-benda bersejarah, benda-benda pusaka, tempat-tempat dianggap keramat, Nawawi (dalam Irwansyah, 1989:25). Data masa lalu itu dipergunakan sebagai usaha

pemecahan masalah untuk memahami kejadian atau keadaan pada masa lalu, Ibid (dalam Irwansyah, 1989:25). Metode ini dilakukan dengan cara mencari dokumen-dokumen terdahulu yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti kemudian dianalisis.

c. Metode komparatif ialah metode yang dilakukan untuk membandingkan suatu objek penelitian antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda (Marzuki, C. 1999. Metodologi Riset. Jakarta: Erlangga). Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan antara film NB dengan film NBJ2, dalam hal ini membandingkan tanggapan penikmat.

(33)

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Diseleksi

Pertama penulis akan menyeleksi dialog-dialog dalam film NB dan NBJ2, melalui tokoh Nagabonar, Kirana, Bonaga, Monita. Penulis akan menemukan bagian mana yang akan digunakan dan bagaimana yang tidak digunakan.

b. Diklarisifikasi

Setelah diseleksi penulis akan mengklarisifikasikan bagian mana yang dapat merepresentasikan tanggapan penikmat terhadap kedua film tersebut.

c. Diinterpretasikan

Setelah itu penulis akan menginterpretasikan hasil analisis tersebut dengan menjelaskan bagaimana tanggapan penikmat terhadap kedua film tersebut dan menurunkannya menjadi laporan tertulis.

d. Ditarik

(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Film “Nagabonar”, dan Film “Nagabonar Jadi 2”

4.1.1 Produksi

‘Nagabonar’ adalah sebuah film Indonesia tahun 1987 yang diproduksi Prasidi Teta dengan sutradara MT. Risyaf yang berdurasi 180 menit. Film ini dirilis pada tahun April 1987.

‘Nagabonar Jadi 2’ adalah sebuah film Indonesia tahun 2007 dan merupakan film lanjutan “Nagabonar” tahun 1987 yan diproduksi Citra Sinema dengan sutradara Dedy Mizwar yang berdurasi. Film ini dirilis pada tahun Maret 2007.

d. Pemeran Pembantu : Wawan Sarwani; Afrizal Anoda; Piet Pagau; Matulessy; Roldiah; Yetty Sardijo; Mustafa; Nico Pelamonia; Kaharuddin Syah

e. Publikasi: Deskripsi Fisik: Film Berwarna

: Durasi 180 menit

f. Media : Film layar lebar

g. Subjek : Film drama komedi

h. Bahasa : Indonesia

i. Penulis Skenario: Penulis Cerita

: Asrul Sani

j. Penata Artistik : Radjul Kahfi

k. Penata Suara : Hadi Artomo

(35)

m. Penata Foto : Sri Atmo

n. Penyunting : Karsono Hadi

2. NBJ2

a. Sutradara : Dedy Mizwar

b. Produser : Tyas A.Moein; Giselawati Wiranegara; Zairini Zain

c. Pemeran Utama : Dedy Mizwar; Tora Sudiro; Wulan Guritno; Michael Mulyadro; Uli Herdinansyah; Darius Sinathrya; Lukman Sardi

d. Pemeran Pembantu : Emir Alviandri Akram; Prio Aljabar; Indra Birowo; Ghozali; Sakurta H.Ginting; Nusa Kalimasada; Opie Kumis; Julian Kunto; Arif Lintau; Jaja Mihardja; Harris Nasution; Leroy Osmani; Nico Pelomani; Harry Rahyan; Alda Syafira

e. Publikasi: Deskripsi Fisik Film Berwarna

(36)

penghargaan yang diraih oleh film NB, salah satu diantaranya meraih penghargaan berupa film terbaik tahun 1987.

NB adalah seorang tukang copet, tidak berpendidikan, naif, nekad, namun memiliki rasa setiakawan yang besar dan jujur. Ia mengangkat dirinya menjadi komandan sebuah laskar dan berjuang melawan Belanda. Ia jatuh cinta pada Kirana (Nurul Arifin), gadis anak dokter yang berpihak kepada Belanda.

Film yang lahir 20 tahun setelah sebuah legenda bernama Nagabonar yang disutradarai M.T. Risyaf menggegerkan perfilman Indonesia. Penonton masa itu tahu seorang pencopet yang kemudian mengangkat dirinya menjadi jenderal adalah sebuah olok-olok gaya Asrul Sani. Dialah sang penulis skenario yang sudah almarhum dan belum ada tandingannya hingga kini. Nagabonar dengan segala kalimat legendarisnya ”apa kata dunia” adalah Asrul Sani. Dan adalah Deddy Mizwar yang meniupkan roh sosok Nagabonar itu.

Kemudian, muncullah sebuah film yang berjudul Nagabonar Jadi 2 (NBJ2), yang merupakan Sekuel dari film Naga Bonar (1987), berputar tentang hubungan Naga Bonar (Deddy Mizwar) dan putranya, Bonaga (Tora Sudiro) dalam suasana kehidupan anak muda metropolis. Untuk memulai bisnis, Bonaga berniat menjual tanah milik ayahnya yang disana terletak kuburan keluarga Naga Bonar. Akhirnya timbul konflik perbedaan nilai diantara mereka.

(37)
(38)

Film Nagabonar mencatat sejarah sebagai film Indonesia pertama yang diputar ulang setelah 21 tahun. Negatif film tersebut, yang memuat lebih dari 140 ribu adegan, direparasi ulang sebelum ditayangkan pada 8 Mei 2008. Di jelaskan Deddy Mizwar, aktor yang membintangi cerita ciptaan Asrul Sani itu, merapikan ulang film Nagabonar lebih rumit ketimbang membuat film baru. Menurut dia, upayanya untuk kembali menghidupkan tokoh-tokoh di Nagabonar pertama tidak semata-mata untuk kepentingan komersial. Melainkan, ada nilai sejarah di dalamnya.

Dia memaparkan tiga alasan kenapa dirinya begitu gigih memperjuangkan Nagabonar kembali naik ke bioskop. Alasannya, kata Deddy, memenuhi rasa penasaran sebagian penonton film Nagabonar Jadi 2 yang belum menyaksikan seri pertamanya. "Sebagian besar penonton Nagabonar Jadi 2 adalah remaja yang belum pernah nonton Nagabonar pertama. Jadi, mereka belum tahu siapa itu si Bujang, Kirana, dan Emak (beberapa tokoh di Nagabonar, Red)," papar Deddy.

Kedua, Deddy ingin menggunakan momentum seabad Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei mendatang. Di tengah keragaman genre film yang beredar, Deddy merasa prihatin dengan sepinya film yang mengandung nilai kebangsaan.

(39)

ini, Deddy digandeng musikus kawakan Melly Goeslaw, berduet menyanyikan lagu ciptaan Melly yang berjudul Apa Kata Dunia?

4.3.Resepsi Penikmat Film NB dan Film NBJ2

4.3.1 Hasil Penelitian

Karya sastra ditulis atau diciptakan tentunya ditunjukan kepada penikmat. Penikmatlah yang menjadi sasaran komunikasi sastra, sehingga tanpa penikmat suatu karya sastra tidak akan berfungsi. (Irwansyah, 1989:165). Tanpa penikmat tidak ada penikmatan, pemahaman, dan penilaian sastra, Teeuw (dalam Irwansyah, 1989: 165).

Penelitian ini menggunakan teknik kuesioner terhadap penikmat sastra. Korespondennya adalah masyarakat sastra yang sudah menonton kedua film tersebut. Penelitian dilakukan di sekitar daerah Jalan Murni, Tanjung Rejo Medan dan Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan (DISPENDA) pada tanggal 23 Maret sampai dengan 15 April 2009. Penelitian di daerah Jalan Murni, Tanjung Rejo Medan terdapat 20 koresponden dan Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan (DISPENDA) terdapat 15 koresponden.

Adapun kuisioner yang diajukan terdiri atas 11 pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

4.3.1.1 Dialog dan Sound Effect

a. Audio

(40)

Dialog berisi kata-kata. Dialog dapat digunakan untuk menjelaskan perihal tokoh atau peran, menggerakkan plot maju dan menambah fakta. Dialog yang digunakan dalam film NB dan NBJ2 menggunakan bahasa Indonesia.

2. Sound Effect

Sound effect adalah bunyian yang digunakan untuk melatarbelakangi adegan yang berfungsi sebagai penunjang sebuah gambar untuk membentuk nilai dramatik dan estetika sebuah adegan.

Pada film NB sound effect yang ditimbulkan pada film tersebut menghasilkan sound effect yang baik. Namun pada film NB pada tahun 1987

sound effect yang ditampilkan tidak begitu baik, dikarenakan pengaruh dari

alat-alat yang belum lengkap atau belum modern (canggih) sehingga mengahasilkan

sound effect yang kurang memuaskan penikmat. Sedangkan pada film Nagabonar

Jadi 2, sound effect yahng ditampilkan adalah baik.

b. Visual

1. Lighting

Lighting yang terdapat dalam film NB tahun menghasilkan lighting yang

(41)

2. Pengambilan Gambar

Pengambilan gambar yang terdapat dalam film NB tahun menghasilkan lighting yang kurang karena film dikarenakan pengaruh dari alat-alat yang belum lengkap atau belum modern (canggih) sehingga mengahasilkan pengambilan gambar yang kurang memuaskan penikmat. Sedangkan pada film Nagabonar Jadi 2, pengambilan gambar yang ditampilkan adalah baik.

3. Setting

Setting yang terdapat dalam film NB tahun menghasilkan lighting yang

(42)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Film NB dan film NBJ2 adalah sebuah film yang yang bertemakan rasa cinta, cinta terhadap keluarga dan tanah air, yang sebenarnya ada dalam kehidupan masyarakat dari kalangan kelas manapun. Film ini bertutur dari rasa cinta orang tua terhadap anaknya, cinta anak terhadap orang tua, cinta tehadap negara dan cinta sesama manusia.

Hasil penelitian membuktikan bahwa kedua film tersebut benar-benar film yang memiliki tanggapan penikmat yang dari tahun 1987 sampai dengan saat ini yang begitu luar biasa. Tanggapan penikmat begitu antusias terhadap kedua film tersebut. Dilihat dari penghargaan-penghargaan yang diperoleh kedua film tersebut, kemudian hasil penelitian berdasarkan sound effect, pengambilan gambar dan setting banyak digemari penikmat.

5.2 Saran

(43)

Untuk penelitian lanjutan menyarankan agar melakukan metode kuesioner yang lebih mendalam agat mendapatkan hasil yang lebih spesifik mengenai analisis resepsi sastra terhadap film.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Imran T. 1994. Resepsi Sastra Teori dan Penerapannya (makalah). Dalam buku Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta. IKIP Muhammaditah Yogyakarta.

Elviras. 2003. Analisis Semitoka Makna Nasionalisme Pada Film “Nagabonar

Jadi 2” karya Musfar Yasin (Skripsi). Malang: Universitas

Muhammadiyah.

Irwansyah. 1989. Syair Putri Hijau, Tinjauan Reseptif (Tesis). Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta:Gramedia. Kristanto, JB 2005. Katalog Film Indonesia 1926 – 2005. Jakarta: Nalar.

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. 1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta: UGM Press.

Marzuki, C. 1999. Metodologi Riset. Jakarta: Erlangga.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1985. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik dan

Penerapannya. Cetakan I. Yogyakarta:Pustaka Jaya.

, 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Hanindita Graha Media.

, 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik

dan Penerapannya. Cetakan IV. Yogyakarta:Pustaka Jaya.

(44)

, 2007. Estetika sastra dan budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutrisno, Sulasun, dkk. 1985. Bahasa dan Sastra Budaya. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta:Gramedia.

, 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Cetakan III. Jakarta:Pustaka Jaya.

Sani, Arul. 1988. Skenario Film Jenderal Nagabonar. Jakarta:Pustaka Karya Grafika Utama.

Yasin, Musfar. 2007. Skenario Film Nagabonar Jadi 2. Jakarta: Gisela Citra Sinema.

05 Mei 2008.

(45)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Nagabonar (1)

Nagabonar

Sutradara MT Risyaf Produser Budiati Abiyoga

Penulis Asrul Sani Pemeran

Utama Dedy Mizwar; Nurul Arifin

Pemeran Pembantu

Wawan Sarwani; Afrizal Anoda; Piet Pagau;

Maltulessy, Roldiah; Yetty Sardjio; Mustafa; Nico Pelamonia; Kaharuddin Syah Penata Musik Franki Raden

Penata Suara Hadi Artomo Penata Foto Sri Atmo

(46)

2. Nagabonar yang Dirilis Ulang

3. Nagabonar (2) Nagabonar

GENRE Drama Komedi

PEMAIN

Deddy Mizwar, Nurul Arifin, Afrizal Anoda, Wawan Wanisar, Piet Pagau, Roldiah Matulesy, Yetty Mustafa, Nico Plemonia, Kaharuddin Syah SUTRADARA MT Risyaf

PENULIS

NASKAH Asrul Sani PRODUSER Bustal Nawawi RUMAH

PRODUKSI Prasidi Teta And Citra Sinema DURASI 95 Menit

KLASIFIKASI

PENONTON Segala Umur TANGGAL

(47)

Naga Bonar (Jadi) 2

Sutradara

Produser Tyas A Moein

Penulis

Pemeran

Musik oleh Thoersi Argeswara Penyunting Tito Kurnianto Durasi .. menit

Negara

(48)

3. Novel Nagabonar Jadi 2

Naga Bonar (Jadi) 2

Judul Nagabonar Jadi 2 Penulis Akmal Nasery Basral Penerbit PT Andal Krida Nusantara

(49)

TENTANG PENULIS

1. ASRUL SANI

Asrul Sani seniman kawakan yang antara lain dikenal lewat Sajak Tiga Menguak Takdir bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin meninggal dunia hari Minggu 11 Januari 2004 malam sekitar pukul 22.15 di kediamannya di Jln. Attahiriah, Kompleks Warga Indah No. 4E, Pejaten Jakarta. Seniman kelahiran Rao, Sumbar, 10 Juni 1927 ini wafat setelah kesehatannya terus menurun sejak menjalani operasi tulang pinggul sekitar satu setengah tahun sebelumnya.

(50)

Dalam antologi “Tiga Menguak Takdir” Asrul Sani tak kurang menyumbangkan delapan puisi, kecuali puisi berjudul “Surat dari Ibu”. Sejak puisi “Anak Laut” yang dimuat di Majalah “Siasat” No. 54, II, 1948 hingga terbitnya antologi “Tiga Menguak Takdir” tadi, Asrul Sani tak kurang menghasilkan 19 puisi dan lima buah cerpen. Kemudian, semenjak antologi terbit hingga ke tahun 1959 ia antara lain kembali menghasilkan tujuh buah karya puisi, dua diantaranya dimuat dalam “Tiga Menguak Takdir”, lalu enam buah cerpen, enam terjemahan puisi, dan tiga terjemahan drama. Puisi-puisi karya Asrul Sani antara lain dimuat di majalah “Siasat”, “Mimbar Indonesia”, dan “Zenith”.

Sastrawan Angkatan 45 bukan hanya dituntut bertanggungjawab untuk menghasilkan karya-karya sastra pada zamannya, namun lebih dari itu, mereka adalah juga nurani bangsa yang menggelorakan semangat kemerdekaan. Adalah tidak realistis sebuah bangsa bisa merdeka hanya bermodalkan bambu runcing. Namun ketika para “nurani bangsa” itu mensintesakan keinginan kuat bebas merdeka menjadi jargon-jargon “merdeka atau mati” dan semacamnya, maka, siapapun pasti akan tunduk kepada suara nurani.

Sesungguhnya bukan hanya bersastra, pada tahun 1945-an itu Asrul Sani yang pernah duduk sebangku dengan sastrawan Pramoedya Ananta Toer sewaktu sekolah di SLTP Taman Siswa Jakarta, bersama kawan-kawan telah menyatukan visi perjuangan revolusi kemerdekaan ke dalam bentuk Lasjkar Rakjat Djakarta. Masih di masa revolusi itu, di Bogor dia memimpin Tentara Pelajar, menerbitkan suratkabar “Suara Bogor”, redaktur majalah kebudayaan “Gema Suasana”, anggota redaksi “Gelanggang”, ruang kebudayaan majalah “Siasat”, dan menjadi wartawan pada majalah “Zenith”.

Hingga tiba pada bulan Oktober 1950 saat usianya masih 23 tahun, Asrul Sani sudah mengkonsep sekaligus mengumumkan pemikiran kebudayaannya yang sangat monumental berupa “Surat Kepercayaan Gelanggang”, yang isinya adalah sebentuk sikap kritisnya terhadap kebudayaan Indonesia. Isinya, antara lain berbunyi, ‘kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat kecil bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana-mana dunia-dunia baru yang sehat dan dapat dilahirkan’.

(51)

hewan, pada sekitar tahun 1955 hingga 1957 Asrul Sani pergi ke Amerika Serikat justru untuk menempuh pendidikan dramaturgi dan sinematografi di University of Southern California.

Seni dan keteknikan adalah dua dunia yang berbenturan dalam diri Asrul. Setamat Sekolah Rakyat di Rao, Asrul Sani menuju Jakarta belajar di Sekolah Teknik, lalu masuk ke Fakultas Kehewanan Universitas Indonesia (di kemudian hari dikenal sebagai Institut Pertanian Bogor). Sempat pindah ke Fakultas Sastra UI namun kemudian balik lagi hingga tamat memperoleh titel dokter hewan. Agaknya kekuatan jiwa seni telah memenangkan pertaruhan isi batin Asrul Sani. Maklum, bukan hanya karena pengalaman masa kecil di desa kelahiran yang sangat membekas dalam sanubarinya, sebelum ke Negeri Paman Sam Amerika Serikat pun pada tahun 1951-1952 ia sudah terlebih dahulu ke Negeri Kincir Angin Belanda dan belajar di Sekolah Seni Drama.

Selain karena pendekatan akademis dan romatisme kehidupan pertanian di desa, totalitas jiwa berkesenian terutama film makin menguat pada dirinya setelah Asrul Sani bertemu Usmar Ismail, tokoh lain perfilman. Bahkan, keduanya sepakat mendirikan Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) yang melahirkan banyak sineas maupun seniman teater kesohor, seperti Teguh Karya, Wahyu Sihombing, Tatiek W. Maliyati, Ismed M Noor, Slamet Rahardjo Djarot, Nano dan Ratna Riantiarno, Deddy Mizwar, dan lain-lain.

Film pertama yang disutradarai Asrul Sani adalah “Titian Serambut Dibelah Tudjuh” pada tahun 1959. Dan, ia mulai mencapai kematangan ketika sebuah film karyanya “Apa yang Kau Cari Palupi” terpilih sebagai film terbaik pada Festival Film Asia pada tahun 1970. Karya besar film lainnya adalah “Monumen”, “Kejarlah Daku Kau Kutangkap”, “Naga Bonar”,. “Pagar Kawat Berduri”, “Salah Asuhan”, “Para Perintis Kemerdekaan”, “Kemelut Hidup”, dan lain-lain. Tak kurang enam piala citra berhasil dia sabet, disamping beberapa kali masuk nomibasasi. Alam pikir yang ada adalah, sebuah film jika dinominasikan saja sudah pertanda baik maka apabila hingga enam kali memenangkan piala citra maka sineasnya bukan lagi sebatas baik melainkan dia pantas dinobatkan sebagai tokoh perfilman.

Itulah Asrul Sani, yang pada hari Minggu, 11 Januari 2004 tepat pukul 22.15 WIB dengan tenang tepat di pelukan Mutiara Sani (56 tahun) istrinya meninggal dunia pada usia 76 tahun karena usia tua. Dia meninggal setelah digantikan popoknya oleh Mutiara, diberikan obat, dan dibaringkan. Sebagaimana kematian orang percaya, Asrul Sani menjelang menit dan detik kematiannya, usai dibaringkan tiba-tiba dia seperti cegukan, lalu kepalanya terangkat, dan sebelum mengkatupkan mata untuk selamanya terpejam dia masih sempat mencium pipi Mutiara Sani, yang juga aktris film layar lebar dan sinetron.

(52)

Semenjak menjalani operasi tulang pinggul enam bulan lalu, hingga pernah dirawat di RS Tebet, Jakarta Selatan, kesehatan Asrul Sani mulai menurun. Dia adalah putra bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya, Sultan Marah Sani Syair Alamsyah, Yang Dipertuan Rao Mapattunggal Mapatcancang adalah raja adat di daerahnya.

Selama hidupnya Asrul Sani hanya mendedikasikan dirinya pada seni dan sastra. Sebagai penerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Pemerintah RI pada tahun 2000 lalu, dia berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Namun dia berpesan ke istrinya untuk hanya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta Selatan dengan alasan, sambil bercanda tentunya ke Mutiara Sani setahun sebelumnya, ‘masak sampai detik terakhir, kita masih mau diatur negara’.

Meski sudah mulai mengalami kemunduran kesehatan dalam jangka waktu lama, Asrul Sani masih saja menyempatkan menulis sebuah pidato kebudayaan, yang, konon akan dia sampaikan saat menerima gelar doktor kehormatan honoris causa dari Universitas Indonesia, Jakarta. Nurani bangsa itu telah pergi. Tapi biarlah nurani-nurani aru lain mekar tumbuh berkembang seturut zamannya.

2. MUSFAR YASIN

Musfar Yasin (lahir d penulis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik d menulis skenario. Ia mulai belajar menulis skenario pada tahun Sanggar Kerj layar lebar penghargaan sebagai Skenario Terpuji.

(53)

3. AKMAL NASERY BASRAL

Akmal Nasery Basral adal cerpen pertamanya Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006) yang terdiri dari menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Saat ini tinggal di Cibubur, Jihan, Aurora, Ayla.

Sebagai wartawan ia pernah bekerja untuk majalah berita minggua 1998), Gamma (1999), sebelum bekerja di juga pendiri dan pemimpin redaksi majalah tren digital @-ha (2000-2001), serta MTV Trax (2002) yang kini menjadi Trax setelah kerjasama MRA Media Group, penerbit majalah itu, dengan MTV selesai.

(54)

Amor, sebuah judul yang diambil dari salah satu lagu kelompo musik favoritnya.

Karya-karyanya:

Seputar Pembaruan Tentang Islam, co-editor (non-fiksi, 1990).

Andai Ia Tahu: Kupas Tuntas Proses Pembuatan Film, penyunting

pendamping (co-editor) (non-fiksi, 2003)

Kisah Kasih Negeri Pengantin, co-writer (non-fiksi, 2005)

Imperia, novel (2005)

Ada Seseorang di Kepalaku Yang Bukan Aku, kumpulan cerpen (2006)

Melodi Tanpa Do, skenario Film Televisi (FTV), ditayangkan Indosiar

(2006)

Selasar Kenangan, penyunting penyelia, kumpulan cerpen mailing list

Apresiasi Sastra (2006)

Nagabonar Jadi 2, novel adaptasi (2007)

Karya Terjemahan

Million $$$ Baby (F.X. Toole), penyunting pendamping (co-editor) edisi

Indonesia (2006)

The Sea (John Banville), penyunting edisi Indonesia (2007)

Akhenaten Adventure (P.B. Kerr), penyunting edisi Indonesia (2008)

Di luar minatnya pada bidang jurnalistik dan sastra, Akmal Nasery Basral juga dikenal sebagai pengamat tim sosialisasi Anugerah Musik Indonesia, sebuah penghargaan musik yang mengacu pada piala terhadap penghargaan utama bagi insan musik Indonesia ini dilakukan pada 1997, kalangan jurnalis diwakili oleh Akmal dan Bens Leo. Pada pergelaran AMI ke-10 (2006), Akmal ditunjuk sebagai ketua Tim Kategorisasi yang memformat ulang seluruh kategorisasi penghargaan.

(55)

Penghargaan yang Diraih FNB dan FNBJ2

• Meraih piala Citra pada FFI 1987 untuk Film, Skenario, Cerita, Pemeran Utama Pria (Deddy Mizwar), Pemeran Pembantu Wanita (Roldiah Matulessy), Musik, Suara. Merupakan film unggulan pada FFI 1987, untuk Pemeran Pembantu Pria (Arizal Anoda), Artistik.

• Film "Naga Bonar Jadi 2" terpilih sebagai film terbaik FFI 2007 yang digelar Jumat malam (14/12) di Anjung Seni Idrus Tintin, Komplek Bandar Serai, Pekanbaru. Film ini mengalahkan 4 film nominasi lainnya yakni "Get Married", Kamulah Satu-Satunya", "Mengejar Mas-Mas", Merah itu Cinta".

• Selain terpilih sebagai Film Terbaik 2007, "Naga Bonar Jadi 2" juga berhasil menggondol Lima Piala Citra masing-masing untuk kategori Pemeran Utama Pria terbaik, Pemeran Pendukung Pria terbaik, Penulis Skenario Cerita Terbaik, dan Tata Suara Terbaik.

(56)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah didapatkan hasil analisa di laboratorium, kemudian data dari hasil penelitian dianalisis dengan koefisien korelasi pada ion logam Pb yang didapatkan

Independensi, Etika Profesi dan PengalamanAuditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara” dengan baik

Pada makalah ini akan dijelaskan penggunaan algoritma eliminasi Gauss di dalam menyelesaikan masalah klasik di dalam ilmu kimia, yaitu masalah penyetaraan persamaan

(1) Sekretaris DPRD, Kepala Bagian, Kepala Subbagian dan Kelompok Jabatan Fungsional dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,

Hasil ini lebih rendah dari penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara skor MAGS dengan kejadian metastasis pada

INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN

Penguasaan TIK guru matematika dan IPA sekolah menengah Kota Jambi tergolong sedang, hal ini ditunjukan oleh informasi yang dihasilkan dari pengolahan data persepsi guru

Berdasarkan perhitungan beban emisi sumber industri titik yang telah dilakukan dari tujuh kawasan industri didapatkan Kawasan Industri Tanjung Emas memiliki beban emisi