• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pencegahan Kecacatan Pada Tangan Penderita Kusta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENCEGAHAN KECACATAN PADA

TANGAN PENDERITA KUSTA

dr. Imam Budi Putra, SpKK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENCEGAHAN KECACATAN PADA TANGAN

PENDERITA KUSTA

PENDAHULUAN

Penyakit kusta adalah penyakit yang memberi stigma yang sangat besar pada masyarakat, sehingga penderita kusta menderita tidak hanya karena penyakitnya saja, tetapi juga dijauhi atau dikucilkan oleh masyarakat, sehingga kusta merupakan masalah sosio-medis yang kompleks. Penyakit ini menyerang saraf perifer dengan komplikasi cacat primer maupun sekunder yang tampak menyeramkan sehingga penderitanya ditakuti, dijauhi dan diisolasi secara sosial.(1,2,3,4,5,6)

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk timbulnya cacat seminimal mungkin dan mencegah bertambah beratnya cacat yang sudah ada. Diantaranya dengan diagnosis dan penanganan penyakit dilakukan secara dini. Demikian pula diperlukan pengetahuan berbagai hal yang dapat menimbulkan kecacatan sehingga tidak menimbulkan cacat tubuh yang tampak menyeramkan t rsebut. (l,2,3,4,5)

PATOGENESIS KECACATAN(I,7,8)

Kecacatan akibat kerusakan saraf tepi tersebut dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Terjadi lesi pada saraf berbentuk penebalan saraf, nyeri, tanpa ada gangguan fungsi gerak, terjadi gangguan sensorik.

(3)

3. Terjadi penghancuran saraf. Kelumpuhan akan menetap pada stadium ini dapat terjadi infeksi yang progresif dengan kerusakan tulang dan kehilangan penglihatan.

JENIS CACAT KUSTA(I,6,7,8,9,10,11)

Sebagian besar masalah kecacatan pada kusta ini terjadi akibat penyakit kusta yang terutama menyerang saraf perifer.

Cacat yang timbul pada penyakit kusta dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok : 1. Cacat Primer ; cacat yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama

kerusakan akibat respons jaringan terhadap M.Leprae, yang termasuk cacat primer :

a. Cacat pada fungsi saraf sensorik ; misalnya ; anestesia, fungsi saraf motorik, misalnya ; claw hand, wrist drop, foot drop, claw toes, lagoftalmos.

Dan cacat pada fungsi otonom menyebabkan, kulit kering, elastisitas kulit berturang serta gangguan refleks vasodilatasi.

b. Infiltrasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan menyebabkan alopesia atat madarosis, kerusakan glandula sebasea dan sudorifera menyebabkan kulit kering dan tidak elastis.

c. Cacat pada jaringan lain akibat infiltasi kuman kusta dapat terjadi pada tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, tulang testis dan bola mata.

2. Cacat Sekunder :

(4)

akibat trauma mekanis atau termis yang dapat mengalami infeksi sekunder dengan segala akibatnya.

Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan menggenggam atau berjalan, juga memudahkan terjadinya luka.

Kelumpuhan saraf otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. Akibatnya kulit mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder.

(5)

DERAJAT CACAT KUSTA MENURUT WHO (1988) (1,11,12,13)

Mengingat bahwa organ yang paling berfungsi dalam kegiatan sehari-hari adalah mata, tangan dan kaki, maka WHO membagi cacat kusta menjadi tiga tingkat kecacatan yaitu :

Cacat pada tangan dan kaki :

Tingkat 0 : tidak ada anestesdi an kelainan anatomis Tingkat 1 : ada anestesi tetapi tidak ada kelainan anatomis Tingkat 2 : terdapat kelainan anatomis

Cacat pada mata :

Tingkat 0 : tidak ada kelainan pada mata (termasuk visus)

Tingkat 1 : ada kelainan mata, tetapi tidak terlihat, visus sedikit berkurang Tingkat 2 : ada langoftalmos dan visus sangat terganggu

KECACATAN SPESIFIK PADA TANGAN (1,5,7,8,9,11,14,l5,16,17,18,19)

Dalam kondisi normal tangan dengan mudah melakukan berbagai gerak spesifik, misalnya : menggenggam, cengkeram, menjepit dan lain-lain. Kelemahan otot tangan akan menyebabkan hilangnya kemampuan gerak tersebut.

a). Gangguan n.ulnaris

Anestesi pada ujung jari bagian anterior kelingking dan jari manis Clowing kelingking dan jari manis

Atropi hipotenar dan otot interoseous dorsalis pertama

Pada pergelangan tangan, fleksi melemah dan abduksi ke arah ulnar tak mampu.

(6)

Terjadi gangguan sensasi pada sisi ulnar tangan dan jari V

Terjadi gangguan vasamotor, yaitu : dingin, kering dan pucat pada sisi ulnar tangan. Kuku jari V sering rusak, dan luka sering terjadi karena gangguan sensasi serta gangguan proses penyembuhan.

b). Gangguan n.medianus

Anestesi pada ujung jari bagian anterior ibu jari telunjuk dan jari tengah Tidak mampu adduksi ibu jari

Clowing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah Ibu jari kontraktur

c). Kombinasi gangguan n.ulnaris dan medianus

Pergelangan tangan akan hiperekstensi dan tangan menetap kearah radial. Ibu jari abduksi gerakan fleksor abduksi ataupun adduksi jari - jari tidak dapat dikerjakan

Atropi pada dorsal interosious tenar, hipotenar, gambaran tendon fleksor menonjol.

Gangguan sensasi terjadi hampir pada seluruh tangan.

Gangguan otonomik seperti pada gangguan saraf ulnaris juga terjadi. d). Gangguan n.radialis

anastesi dorsum manus Tangan gantung (Wrist Drop)

(7)

PENCEGAHAN CACAT (1,5,7,8,11,14,15,16,17,18,19)

Tujuan pencegahan cacat:

1. Mencegah timbulnya cacat pada saat diagnosis kusta ditegakkan dan diobati. Untuk tujuan ini diagnosis dini dan terapi yang rasional perlu ditegakkan dengan cepat dan tepat.

2. Mencegah agar cacat yang telah terjadi jangan menjadi lebih berat. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan :

Melindungi dan menjaga tangan yang anastesi (mungkin pula yang telah cacat). Agar jangan tangannya sampai terjadi luka. Karena luka-luka ditangan biasanya disebabkan hanya oleh kelalaian misalnya ; terbakar oleh api rokok, terkena benda panas atau api pada waktu memasak atau lecet-lecet ketika rnengerjakan sesuatu, karena alat yang bergagang (berpegangan) kasar dan keras.

Untuk mencegah terjadinya luka-luka seperti itu, mereka perlu diingatkan untuk :

- Berhati-hati terhadap benda-benda panas atau api.

- Pada waktu merokok sebaiknya menggunakan pipa untuk mencegah luka terbakar dari jari-jari.

- Memakai sarung tangan atau alas kain yang tebal apabila hendak mengangkat atau mengambil barang yang masih panas.

(8)

- Pada waktu mencangkul atau kerja lain agar tidak menggunakan alat-alat yang bergagang kasar dan keras. Lapisan kain pada pegangan (gagang) akan membantu mencegah terjadinya lecet-lecet.

- Pada waktu sedang bekerja, supaya sering - sering melepaskan pegangan dan memeriksa tangan, apakah telah terjadi lecet atau tidak.

- Tangan juga perlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih kurang 20 - 30 menit.

- Sehabis merendam tangan bisa digosok dengan minyak goreng atau vaselin.

- Kalau ada luka, supaya segera diobati, karena luka yang semula kecilpun akan dapat menjadi parah, kalau saja lalai merawat dan mengobati.

- Pembalut atau verban harus bersih untuk mencegah infeksi. - Tangan juga perlu dijaga kebersihannya.

- Kalau tangan masih ada luka, mereka perlu berhenti bekerja. Tangan perlu diistirahatkan (dengan pemasangan sepalk kalau perlu) agat lukanya sembuh.

- Memeriksa tangan setiap waktu sehabis bekerja dengan alat-alat yang bergagang kayu dan keras, untuk mengetahui apakah telah terjadi lecet atau tidak.

Menjaga fungsi saraf.

(9)

UPAYA PENCEGAHAN CACAT (1,2,3,4,5,6,14,15,16,18,19)

Pencegahan cacat kusta lebih baik dan lebih ekonomis daripada penanggulangannya. Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh petugas kesehatan, maupun oleh penderita itu sendiri dan keluarganya.

Upaya pencegahan cacat terdiri dari :

1. Upaya pencegahan cacat primer, yang meliputi: - Diagnosis dini

- Pengobatan secara teratur dan adekuat

- Diagnosis dini dan penatalaksanaan neuritis, termasuk silent neuritis. - Diagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi.

Oleh karena kecacatan kusta adalah akibat gangguan saraf perifer, maka pemeriksaan saraf perifer harus dilakukan secara teliti dan benar, yang rneliputi fungsi sensorik, fungsi motorik dan fungsi otonom. Pada keadaan dini, bila berbagai gangguan ini cepat diketahui, maka dengan terapi medikamentosa serta tindakan perlindungan saraf dari kerusakan lebih lanjut, maka hasilnya akan sangat baik.

2. Upaya pencegahan cacat sekunder;

- Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka.

- Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur.

- Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan.

- Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi sehingga pada proses penyembuhan tidak terlalu banyak jaringan yang hilang

(10)

PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CACAT TANGAN OLEH

PENDERITA(1,6,9,11,14,15)

Pencegahan dan perawatan untuk mencegah terjadinya cacat dapat dilakukan oleh penderita sendiri atau keluarganya sebagai berikut :

1. Mengamati dan melaporkan kepada petugas kesehatan adanya : - Perubahan rasa, berkurangnya petugas kekuatan otot, nyeri saraf. - Timbul luka, kulit retak-retak atau kekakuan sendi

- Luka yang tidak sembuh-sembuh.

- Perlu perbaikan / ganti alat bantu atau alat pelindung. 2. Perawatan Tangan

- Bila ada kelemahan otot maka perlu latihan secara aktif, tetapi bila masih ada sisa kekuatan otot atau kekuatan otot sudah tidak ada atau hampir hilang, dapat dilakukan latihan secara pasif.

- Pertahankan ROM (range of movement) sendi-sendi tangan dengan latihan ROM baik pasif maupun aktif. Bila telah timbul kontraktur harus dilakukan latihan peregangan.

a). Perawatan tangan yang mati rasa

- Penderita perlu memeriksa tangannya setiap hari untuk mencari tanda-tanda luka seperti kemerahan kulit melepuh, luka dan lain-lain.

- Tangan yang mati rasa perlu direndam setiap hari dalam air dingin selama + 30 menit.

- Dalam keadaan masih basah perlu dioleskan minyak.

(11)

- Jari-jari yang bengkok perlu diurut lurus agar sendi sendi tidak menjadi kaku.

- Tangan yang mati rasa perlu dilindungi dengan menghindari dari panas dan benda-benda yang tajam dan kasar.

b). Perawatan tangan Yang luka

- Luka perlu dibersihkan dengan sabun dan pada waktu direndam - Luka perlu dibalut agar tetap bersih

- Bagian yang luka perlu diistirahatkan dari tekanan tekanan yang menghambat Proses Penyembuhan.

- Bila ada bengkak, panas dan bau penderita perlu segera dilaporkan ke dokter.

Prinsip yang penting pada perawatan sendiri untuk pencegahanc acata dalah : - Pelderita mengerti bahwa daerah yang mati rasa merupakan ternpat resiko

terjadinya luka.

- Penderita harus melindungi ternpat resiko tersebut. - Penderita mengetahui penyebab luka.

- Penderita dapat melakukan perawatan kulit dan melatih sendi bila mulai kaku. - Penyembuhan luka dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan membersihkan

(12)

KESIMPULAN

Pada penyakit kusta, kerusakan pada saraf tepi merupakan sumber awal kecacatan.

Cara terbaik untuk melakukan pencegahan cacat adalah dengan melaksanakan diagnosis dini kusta dengan pengobatan MDT yang cepat dan tepat.

Pencegahan cacat ditujukan untuk :

1. Mencegah timbulnya cacat pada saat diagnosis kusta ditegakkan dan diobati. 2. Mencegah agar cacat yang telah terjadi jangan menjadi lebih berat.

3. Menjaga agar cacat yang telah baik tidak kambuh lagi.

Rehabilitasi dan fisioterapi memegang peranan yang sangat penting untuk mengatasi cacat yang disebabkan oleh penyakit kusta.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda. A. et all, Kusta Diagnosis dan Penatalaksanaan, Edisi I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1997.

2. Rosmini. D., Program Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia Hasil Yang Dicapai dan Masalah, dalam ; Makalah Lengkap dan Abstrak pada Pertemuan Ilmiah Tahunan ke VI Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indornesia dan Lokakarya Dermatopatologi Kusta, Makassar, 2001.

3. Srinivasan, H., The Problem and Challenge of Disability and Rehabilitation in Leprosy, Madras, India, 2002.

4. Gokhale. S. D., Social and Economic Rehabilitation. in ; International Journal of Leprosy Vol. 69, No. 2. June 2001. (Supplement : Asian Leprosy Congress 9-13 Nov 2000, Agra, India).

5. Job. C.K. ; A Preventable and Treatable Complication ; in Intemational Journal of Leprosy Vol. 69, No. 2. June 200L (Supplement : Asian Leprosy Congress 9 - 13 Nov 2000, Agra, India).

6. Brand P.W, Frischi E.P ; Rehabilitation in Leprosy. in : Hastings R. C, ed. Leprosy First ed, Edinburgh ; Churchil Livingstone, 1989.

7. The African Medical and Research Foundaction ; Aguicle to leprosy for field staff, Nairobi, 1983.

8. Ross W.F, Halim P.W., Penyakit Kusta, Edisi I, PT. Gramedia Jakarta, 1989. 9. Thangaraj R.H., A. Manual of Leprosy. 4th ed, New Delhi : The Leprosy Misiion

Southern Asia, 1985.

10.Srinivasan H., Prevention of Disabilities in Patients With Leprosy, First ed, WHO Geneva, 1993.

11.Diden PPM&PLP, Depkes R.I., Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, Cetakan XIII, Depkes R.I, Jakarta, 1999.

12.Kosasih A, dkk ; Kusta, dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke - 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1999.

13.WHO, A. Guide to Leprosy Control, Second ed, WHO Geneva, 1998.

(14)

15.Rumah Sakit Kusta Sitanala - Tangerang : Bagaimana Menjaga dan Merawat Kaki, Tangan, Mata, Hidung Penderita Kusta.

16.Tarusaraya P., Halim. P.W : Penelitian Kecacatan Pasien Kusta di Rumah Sakit Kusta Sitanala – Tangerang dalam : Cermin Dunia Kedokteran No. 1I7,1997. 17.WHO, A Guide to Eliminate Leprosy, WHO Geneva, 2000.

18.B rown. S.G : Acta Clinica, Docomenta geigy,Third Reviset ed, CIBA – GEIGY Lirnited, Basle, Switszerland, 1984.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menjukkan bahwa:1 upaya peningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa kelas III SD Kanisius Pugeran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeTeams

Setelah hasil klasifikasi dari metode Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) dan Fuzzy k-Nearest Neighbor in Every Class (FK-NNC) didapatkan, langkah selanjutnya adalah

Tidak hanya telah berhasil meluncurkan rudal balistik buatan neg- aranya sendiri, Korea Utara kembali menembakkan empat buah rudal jarak pendek yang ditujukan sebagai bentuk

Dalam Galatia 1:16-17 disebutkan bahwa “berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaat pun aku tidak

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan (Suryani, 2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan institusional, kepemilikan

mudharabah pada Bank Syariah Mandiri Kcp Sengkang adalah dapat meningkatkan investasi dana pihak ketiga pada bank syariah karena jika bank menggunakan sistem

Gambar di bawah merupakan grafik trafik dalam waktu 1 menit yang diambil dari host sumber selama konferensi dengan metode multicast menggunakan network analizer NTOP... Data