Lampiran 2. Data Pengamatan Uji Organoleptik Warna
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II
Y0L0 1,00 1,00 2,00 1,00 Y0L1 1,00 1,00 2,00 1,00 Y0L2 1,00 1,00 2,00 1,00 Y0L3 1,00 1,00 2,00 1,00 Y1L0 2,00 2,00 4,00 2,00 Y1L1 2,00 2,10 4,10 2,05 Y1L2 2,00 2,10 4,10 2,05 Y1L3 2,20 2,30 4,50 2,25 Y2L0 2,10 2,00 4,10 2,05 Y2L1 2,20 2,20 4,40 2,20 Y2L2 2,90 2,70 5,60 2,80 Y2L3 3,00 3,10 6,10 3,05 Y3L0 3,10 3,10 6,20 3,10 Y3L1 3,50 3,20 6,70 3,35 Y3L2 3,90 4,00 7,90 3,95 Y3L3 4,40 4,10 8,50 4,25 Total 74,20
Rataan 2,31
Daftar Analisis Sidik Ragam Uji Organoleptik Organoleptik Warna. SK db JK KT F.Hit Sig. Y 3 29,126 9,709 1109,5 .000** L 3 1,811 0,604 69,00 .000** Y*L 9 1,311 0,14 16,651 .000** Galat 16 0,140 0,009
Lampiran 3. Data Pengamatan Uji Organoleptik Aroma
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II
Y0L0 1,00 1,00 2,00 1,00 Y0L1 1,00 1,00 2,00 1,00 Y0L2 1,00 1,00 2,00 1,00 Y0L3 1,00 1,00 2,00 1,00 Y1L0 2,20 2,30 4,50 2,25 Y1L1 2,10 2,20 4,30 2,15 Y1L2 2,10 2,20 4,20 2,10 Y1L3 2,10 2,00 4,10 2,05 Y2L0 2,90 3,20 6,10 3,05 Y2L1 2,90 2,90 5,80 2,90 Y2L2 2,30 2,40 4,70 2,23 Y2L3 2,10 2,10 4,20 2,10 Y3L0 4,30 4,00 8,30 4,15 Y3L1 4,00 3,70 7,70 3,85 Y3L2 3,40 3,30 6,70 3,35 Y3L3 3,10 3,00 6,10 3,05 Total 74,70
Rataan 2,33
Daftar Analisis Sidik Ragam Uji Organoleptik Aroma
SK db JK KT F.Hit Sig. Y 3 27,933 9,311 902,899 .000** L 3 1,568 0,523 50,697 .000** Y*L 9 1,145 0,127 12,340 .000** Galat 16 0,165 0,010
Lampiran 4. Data Pengamatan Uji Organoleptik Tekstur
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II
Y0L0 5,00 5,00 10,00 5,00 Y0L1 5,00 5,00 10,00 5,00 Y0L2 4,50 4,60 9,10 4,55 Y0L3 4,40 4,00 8,40 4,20 Y1L0 4,60 4,80 9,40 4,70 Y1L1 4,10 4,30 8,40 4,20 Y1L2 3,90 3,80 7,70 3,85 Y1L3 3,90 3,60 7,50 3,75 Y2L0 4,40 4,20 8,60 4,30 Y2L1 4,10 3,90 8,00 4,00 Y2L2 3,60 3,60 7,20 3,60 Y2L3 3,60 3,20 6,80 3,40 Y3L0 4,10 3,90 8,00 4,00 Y3L1 3,80 3,80 7,60 3,80 Y3L2 3,00 3,00 6,00 3,00 Y3L3 3,00 3,00 6,00 3,00 Total 128,7
Rataan 4,02
Daftar Analisis Sidik Ragam Uji Organoleptik Tekstur
SK db JK KT F.Hit Sig. Y 3 7,103 2,368 106,718 .000** L 3 4,143 1,381 62,249 .000** Y*L 9 0,450 0,050 2,255 .075tn Galat 16 0,355 0,22
Lampiran 5. Data Pengamatan Uji Organoleptik Rasa
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II
Y0L0 3,90 3,90 7,80 3,90 Y0L1 3,90 3,90 7,80 3,90 Y0L2 3,90 3,90 7,80 3,90 Y0L3 3,90 3,90 7,80 3,90 Y1L0 3,20 3,50 5,70 2,85 Y1L1 3,20 3,40 6,60 3,30 Y1L2 3,20 3,40 6,60 3,30 Y1L3 3,20 3,40 6,60 3,30 Y2L0 3,40 3,40 6,80 3,40 Y2L1 3,40 3,40 6,80 3,40 Y2L2 3,40 3,40 6,90 3,45 Y2L3 3,40 3,50 6,90 3,45 Y3L0 4,10 3,80 7,90 3,95 Y3L1 4,10 3,80 7,90 3,95 Y3L2 4,10 3,80 7,90 3,95 Y3L3 4,10 3,80 7,90 3,95 Total 115,7
Rataan 3,61
Daftar Analisis Sidik Ragam Uji Organoleptik Rasa
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. UGM - Press. Yogyakarta.
Arbuckle, W. S. 1996. Ice Cream. The AVI Publishing Company Inc.Westport. Connecticut.
Ardiyastuti, F. 2001. Kualitas Es Krim Yoghurt dendan Penambahan Probiotik Lactobacillus acidophilus. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Ammarmen, G. R. 1987. Effect of Equal Lethal Heat Treatments at Varous Times and Temperature Upon Selected Food Constituent. Prude University Lafayette. Indiana.
Bodyfelt, K. A, Totias, J., and Trout G.M. 1989. The Sensory Evaluation of Dairy Product. Van Westrand Rainhold. New York.
Borghese, A. 2005. Buffalo cheese and Milk Industry. Buffalo production and research REU Technical. FAO Regional office for Europe.
Indrasari, S. D. 2006. Padi Aek Sibundong : Pangan Fungsional. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. No.6 Vol. 28.
Irwanto, D. A. 2002. Komunikasi Pribadi.
Lawrie, R. A. 1995. Ilmu Daging. UI-Press. Jakarta.
Legowo, A. M. 13 September 2002. Yoghurt untuk Kesehatan. Kompas.
Lusita, S. 2011. Aneka Resep Jus Sehat dan Lezat untuk Panjang Umur.In Autika Books. Yogyakarta.
Marshall, R. T dan W. S. Arbuckle. 1996. Ice Cream. 5th Edition. Chapmann
and Hall Publishing. London.
McLean, V. A. 1983. Yoghurt and You: Nutritional vaue of Yoghurt. The national Yoghurt Association.
Soekarto, S. 1995. Metode Pengujian Bahan Pangan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Soekarto, S. 1985. Dasar - dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. IPB Press, Bogor.
Suardi, F. 2010. Persiapan Panelis untuk Pengujian Organoleptik. http://qualitycontrol-07.blogspot.com (11 Desember 2012).
Sunarjono, H, H. 2002. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarjono, H. H. 1997. Bertanam 30 jenis Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprayitno, E, H., Kartikaningsih dan S, Rahayu, 2001, Pembuatan Es Krim dengan Menggunakan Stabilisator Natrium Alginat dari Sargassum sp, Dalam Jurnal Makanan Tradisional Indonesia.
Stefani, 2008. Karakteristik Mikrobiologi Es Krim Yoghurt Sinbiotik Selama Penyimpanan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syafitri, M. 2012. Dahsyatnya Khasiat Jus untuk Kolesterol. Dunia Sehat. Jakarta.
Tamime, A. Y. and Robinson R. K. 1999. Yoghurt : Science and Technology. 2nd
Edit. Woodhead Publishing, Ltd. Cambridge.
Utami, P. P. 2008. Sifat Organoleptik, overrun dan Daya Terima Es Krim yang dibuat dari Campuran Susu Kedelai dan Susu Sapi dengan Perbandingan Berbeda. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Warner, J. N. 1979. Principles of Dairy Processing. Willey Eastern Limited. New Delhi.
Wiliamson,G. dan W.J.A, Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. UGM-Press. Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.
Verheij, E. M. W dan R. E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara, Buah-buahan yang dapat dimakan. Terjemahan S. Somaatmadja. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di tempat usaha es krim Jl. Sei Belutu
Gg. Keluarga No.53C Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September
sampai dengan bulan Oktober 2012.
Bahan dan Alat Bahan
Adapun bahan untuk pembuatan es krim dari susu kerbau Murrah dengan
penambahan yoghurt probiotik ekstrak markisa yaitu: 2 liter Susu kerbau yang
digunakan sebagai objek penelitian. 3 kg buah markisa sebagai penambahan rasa
pada es krim yoghurt. Kultur yoghurt sebagai bibit yoghurt yang akan
ditambahkan pada yoghurt, 200 g susu skim untuk menentukan flavour, 2 kg gula
pasir sebagai penambah rasa manis, 1 sendok makan garam sebagai penambah
rasa asin, 5 butir kelapa sebagai bahan yang akan dijadikan santan, 5 ons tepung
maizena sebagai pelembut adonan, 5 ons tepung kanji dan 2 liter air mendidih
sebagai bahan pencampuran. Adapun bahan dalam proses pembuatan es krim
yoghurt probiotik yaitu: 5 batang es batu sebagai penghantar dingin dan 2 kg
garam kasar sebagai bahan bantu memperlama pencairan es batu pada saat
pemutaran es krim pada ice cream maker.
Alat
Alat yang akan digunakan yaitu panci sebagai tempat untuk pasteurisasi,
1 unit kompor sebagai alat untuk memasak, belender sebagai alat untuk membuat
mengukur suhu pada saat pasteurisasi, pengaduk kaca sebagai alat untuk
mengaduk pencampuran bahan, timbangan sebagai alat untuk mengukur
banyaknya bahan yang akan digunakan, ice cream maker sebagai alat dalam
pembuat es krim, freezer sebagai alat pembeku, stopwatch sebagai alat untuk
menghitung waktu, pisau sebagai alat untuk memotong buah markisa, sendok
sebagai alat untuk mengambil daging buah markisa, inkubator sebagai alat
pemanas, baskom besar sebagai wadah tempat penyediaan bahan serta
pencampuran, beaker glass alat untuk mengukur ml bahan yang akan digunakan
dan plastik putih ukuran 3 kg untuk tempat es krim yoghurt di freezer.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu:
Faktor 1: Pemberian Yoghurt (Y)
Y0 = 0%
Y1 = 5%
Y2 = 10%
Y3 = 15%
Faktor II: Lama Aging (L)
L0 = 4 jam
L1 = 6 jam
L2 = 8 jam
Dengan kombinasi perlakuan, yaitu :
Y0L0 Y1L0 Y2L0 Y3L0
Y0L1 Y1L1 Y2L1 Y3L1
Y0L2 Y1L2 Y2L2 Y3L2
Y0L3 Y1L3 Y2L3 Y3L3
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n)
adalah sebagai berikut :
(Tc – 1)(n – 1) ≥ 15
(16 – 1)(n – 1) ≥ 15
15n – 15 ≥ 15
15n ≥ 30
n ≥ 2
Model matematik percobaan yang digunakan yaitu :
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana :
Ŷijk = Hasil pengamatan dari faktor Y dari taraf ke-i dan faktor L pada taraf
ke-j dengan ulangan k
µ = efek nilai tengah
αi = efek dari faktor Y pada taraf ke-i
βj = efek dari faktor L pada taraf ke-j
(αβ)ij = efek interaksi faktor Y pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata, maka dilanjutkan
dengan uji beda jarak nyata duncant (Hanafiah, 2005).
Parameter Penelitian Penentuan persen overrun
Nilai Overrun dihitung berdasarkan rumus :
Overrun = W2 – W1 x 100%
W1
Keterangan : W1 : Berat adonan
W2 : Berat Es krim
Waktu leleh
Waktu meleleh adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencair sempurna
pada suhu yang ditentukan dengan satuan menit. Pengukuran waktu meleleh
dilakukan terhadap es krim dengan cara pengambilan 10 g es krim yoghurt
sebagai sampel ditaruh di wadah, lalu biarkan mencair pada suhu 27 0C dan 37 0C.
Suhu 27 0C adalah suhu ruang dan suhu 37 0C adalah suhu inkubator yang
diasumsikan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal.
Uji Organoleptik
Untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis pada es krim yoghurt
probiotik dengan penambahan ekstrak markisa ini, dilakukan uji organoleptik
dengan 10 panelis terlatih. Perhitungan data dapat dilakukan dengan cara
perhitungan seluruh hasil data yang diberikan panelis yang telah dinotasikan
Uji Pembeda :
a. Warna adalah kenampakkan yang diamati dengan indera penglihatan dan
dikelompokkan menjadi 5 kategori.
Parameter :
Sangat kuning : 5
Lebih kuning : 4
kuning : 3
kurang kuning : 2
tidak kuning : 1
b. Aroma adalah rangsangan yang dihasilkan dengan diketahui indera pembau
dan dikelompokkan menjadi 5 kategori.
Parameter :
Sangat bau markisa : 5
Lebih bau markisa : 4
bau markisa : 3
Kurang bau markisa : 2
Tidak berbau markisa : 1
c. Tekstur adalah sifat kekompakkan yang diamati dengan indera peraba dan
dikelompokkan menjadi 5 kategori.
Parameter :
Sangat Lembut : 5
Lebih lembut : 4
Kurang lembut : 2
Tidak lembut : 1
d. Rasa adalah rangsangan yang dihasilkan setelah dimakan terutama dirasakan
oleh indera pengecap sehingga dapat mengidentifikasinya dan menjadi 5
kataegori.
Parameter :
Sangat suka : 5
Lebih suka : 4
Suka : 3
Kurang suka : 2
Tidak suka : 1
Pelaksanaan Penelitian Pembuatan ekstrak markisa
Buah markisa yang segar disortasi dan dicuci bersih. Kemudian buah
markisa dipotong dan isi buah dikeluarkan dengan sendok dimasukkan kedalam
belender, kemudian disaring markisa tersebut yang sudah dibelender
menggunakan saringan, sehingga diperoleh ekstrak markisa.
Pembuatan Yoghurt Probiotik dari Susu Kerbau
Disediakan susu kerbau murni segar kemudian dipasteurisasi/sterilkan
susu tersebut dengan cara panaskan susu hingga 80 0C selama 30 menit.
Kemudian didinginkan dan selanjutnya tahapan kulturisasi, masukkan bibit
yoghurt dengan kombinasi bibit yoghurt Lactobacillus 5% dari jumlah susu yang
diinkubasi pada suhu 45 0C selama 7 jam. Tahapan selanjutnya dilakukan
penambahan ekstrak markisa 50% kemudian taruh kedalam wadah kaca lalu
simpan dalam lemari es sehingga dihasilkan yoghurt.
Pembuatan Es Krim Yoghurt Probiotik
Proses pembuatan es krim meliputi susu kerbau segar di pasteurisasi
pada suhu 80 0C. lalu bahan-bahan seperti 200g susu skim, 2kg gula pasir, 1
sendok makan garam, 3 ons tepung kanji, 5 ons tepung maizena, dicampurkan
dengan air panas hingga homogenisasi. kemudian pada saat akan melakukan
pemutaran pada ice cream maker masukkan 1 liter susu kerbau segar yg telah
dipasteurisasi dan santan pada adonan tadi kemudian dilakukan pencampuran
dengan yoghurt probiotik yang sudah ditambahkan dengan ekstrak markisa sesuai
dengan perlakuan (0%, 5%, 10% dan 15%) dan dimasukkan kedalam ice cream
maker. Pada saat ice cream maker telah memutar, masukkan es batu batangan
yang telah dihancurkan menjadi beberapa bagian kemudian campurkan dengan
garam kasar sehingga menjadi penghantar dingin pada ice cream maker teserbut.
40 menit kemudian adonan telah siap untuk dimasukkan kedalam plastik 3kg lalu
dimasukkan kedalam freezer, diaging sesuai dengan perlakuan ( 4 jam, 6 jam, 8
jam dan 10 jam). Kemudian dilakukan pengujian sifat fisik dan organoleptik yang
meliputi persen overrun, waktu leleh dan organoleptik (warna, rasa, aroma dan
Pengumpulan Data
Data hasil penelitian sifat fisik (% overrun dan waktu leleh) dan uji
organoleptik (warna, rasa, aroma, tekstur) dikumpulkan dan seluruh hasil data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Konsentrasi Yoghurt terhadap Parameter yang Diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan yoghurt dengan ekstrak
markisa pada es krim yoghurt probiotik yang dihasilkan terhadap nilai
organoleptik (warna, aroma, tekstur dan rasa), waktu meleleh dan % overrun
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh Pemberian Yoghurt terhadap Parameter yang Diamati
Pemberian Uji Organoleptik Overrun Waktu Leleh
Yoghurt Warna Aroma Tekstur Rasa (%) Suhu Ruang Suhu Inkubator (27 0C) (37 0C) Y0= 0 1,00 1,00 4,68 3,90 38,88 8,8 5,5
Y1= 5 2,08 2,13 4,12 3,18 38,48 9,0 6,0
Y2=10 2,52 2,6 3,82 3,42 35,65 9,8 6,5
Y3=15 3,52 3,6 3,45 3,95 37,36 11,12 7,3
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai organoleptik warna tertinggi
terdapat pada perlakuan Y3 (pemberian yoghurt 15%) yaitu sebesar 3,52 dan yang
terendah terdapat pada perlakuan Y0 (pemberian yoghurt 0%) yaitu sebesar 1,00.
Nilai organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan Y3 (pemberian yoghurt
15%) yaitu sebesar 3,6 dan yang terendah terdapat pada perlakuan Y0 (pemberian
yoghurt 0%) yaitu sebesar 1,00. Nilai organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada
perlakuan Y0 (pemberian yoghurt 0%) yaitu 4,68 dan yang terendah terdapat pada
perlakuan Y3 (pemberian yoghurt 15%) yaitu 3,45. Nilai organoleptik rasa
tertinggi terdapat pada perlakuan Y3 (pemberian yoghurt 15%) yaitu 3,95 dan
yang terendah terdapat pada perlakuan Y1 (pemberian yoghurt 5%) yaitu 3,18.
Overrun tertinggi terdapat pada perlakuan Y0 (pemberian yoghurt 0%) yaitu
yaitu 35,65%. Waktu meleleh pada suhu ruang 27 0C terlama terdapat pada
perlakuan Y3 (pemberian yoghurt 15%) yaitu 11 menit 12 detik dan yang tercepat
pada perlakuan Y0 (pemberian yoghurt 0%) yaitu 8 menit 8 detik. Waktu meleleh
pada inkubator (suhu 37 0C) terlama terdapat pada perlakuan Y3 (pemberian
yoghurt 15%) yaitu 7 menit 3 detik dan yang tercepat terdapat pada perlakuan Y0
(pemberian yoghurt 0%) yaitu 4 menit.
Pengaruh Lama Aging terhadap Parameter yang Diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh lama aging pada es krim
yoghurt probiotik dengan penambahan ekstrak markisa yang dihasilkan terhadap
nilai organoleptik (warna, aroma, tekstur dan rasa), waktu leleh dan overrun dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Lama Aging terhadap Parameter yang Diamati
Lama Uji Organoleptik Overrun Waktu Leleh
Aging Warna Aroma Tekstur Rasa (%) Suhu Ruang Suhu Inkubator (27 0C) (37 0C) L0= 4 2,03 2,61 4,50 3,52 37,25 4,80 2,30
L1= 6 2,15 2,47 4,25 3,63 37,48 8,10 4,60
L2= 8 2,31 2,20 3,75 3,65 36,73 10,70 7,60
L3=10 2,63 2,05 3,58 3,78 37,91 15,10 10,70
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai organoleptik warna tertinggi
terdapat pada perlakuan L3 (lama aging 15%) yaitu sebesar 2,63 dan yang
terendah terdapat pada perlakuan L0 (lama aging 0%) yaitu sebesar 2,03. Nilai
organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan L0 (lama aging 4 jam) yaitu
sebesar 2,61 dan yang terendah terdapat pada perlakuan L3 (lama aging 10 jam)
yaitu sebesar 2,05. Nilai organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan L0
aging 10 jam) yaitu 3,58. Nilai organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan
L3 (lama aging 10 jam) yaitu 3,78 dan yang terendah terdapat pada perlakuan L0
(lama aging 4 jam) yaitu 3,52. Overrun tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (lama
aging 10 jam) yaitu 37,91% dan yang terendah terdapat pada perlakuan L2 (lama
aging 8 jam) yaitu 36,73%. Waktu meleleh pada suhu ruang 27 0C terlama
terdapat pada perlakuan L3 (lama aging 10 jam) yaitu 15 menit 10 detik dan yang
tercepat pada perlakuan L0 (lama aging 4 jam) yaitu 4 menit 8 detik. Waktu
meleleh pada inkubator (suhu 37 0C) terlama terdapat pada perlakuan L
3 (lama
aging 10 jam) yaitu 7 menit 3 detik dan yang tercepat pada perlakuan L0 (lama
aging 4 jam) yaitu 2 menit 3 detik.
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging terhadap Nilai Organoleptik Warna
Tabel 4. Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging
terhadap Nilai Organoleptik Warna.
SK db JK KT F.Hit Sig. Y 3 29,126 9,709 1109,5 .000** L 3 1,811 0,604 69,00 .000** Y*L 9 1,311 0,14 16,651 .000** Galat 16 0,140 0,009
Ket : ** = sangat nyata
Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 4 menunjukkan konsentrasi
yoghurt dan lama aging memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)
terhadap nilai organoleptik warna es krim yoghurt probiotik dengan penambahan
ekstrak markisa yang dihasilkan sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji lanjut
Pengaruh Konsentrasi Yoghurt terhadap Nilai Organoleptik Warna
Tabel 5. Uji Lanjut Pengaruh Konsentrasi Yoghurt terhadap Nilai Organoleptik Warna
Konsentrasi Rataan Notasi 0,05 0,01
Y0= 0 1,00 d D
Y1= 5 2,08 a A
Y2=10 2,52 b B
Y3=15 3,52 c C
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan Y0 berpengaruh berbeda sangat
nyata terhadap Y1, Y2, Y3. Nilai organoleptik warna pada konsentrasi yoghurt
tertinggi terdapat pada perlakuan Y3 (konsentrasi yoghurt 15%) sebesar 3,52 dan
yang terendah terdapat pada perlakuan Y0 (konsentrasi 0%) sebesar 1. Dimana
semakin banyak konsentrasi yoghurt yang telah ditambahkan dengan esktrak
markisa pada es krim, maka semakin kuning es krim yoghurt tersebut. Dengan
warna yang lebih mencolok, dapat memikat perhatian para konsumen untuk
mengkonsumsi es krim yoghurt dengan ekstrak markisa. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hubeis (2010), yang menyatakan bahwa Warna merupakan atribut
organoleptik yang pertama dilihat oleh konsumen dalam membeli atau
mengkonsumsi suatu produk. Warna produk yang unik akan lebih menarik
Pengaruh Lama Aging terhadap Nilai Organoleptik Warna
Tabel 6. Uji Lanjut Pengaruh Lama Aging terhadap Nilai Organoleptik Warna Konsentrasi Rataan Notasi
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan L0 berpengaruh berbeda sangat
nyata terhadap L1 L2. Nilai organoleptik warna pada lama aging tertinggi terdapat
pada perlakuan L3 (lama aging 10 jam) sebesar 3,63 dan yang terkecil terdapat
pada perlakuan L0 (lama aging 4 jam) sebesar 2,03. Dimana dapat dilihat pada
rataan bahwa semakin lama es krim yoghurt dengan penambahan ekstrak markisa
di aging, maka semakin tampak warna kuning es krim yoghurt tersebut.
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara konsentrasi
yoghurt dan lama aging memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap
nilai organoleptik warna. Nilai organoleptik warna tertinggi terdapat pada
perlakuan Y3L3 (konsentrasi 15% dan lama aging 10 jam) sebesar 4,25 dan
terendah terdapat pada perlakuan Y0L0 , Y0L1, Y0L2, Y0L3 (konsentrasi yoghurt 0%
dengan lama aging 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam) sebesar 1,00. Pada Setiap
penambahan konsentrasi yoghurt yang dilakukan terjadi peningkatan nilai
organoleptik warna demikian pula dengan peningkatan lama aging. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi konsentrasi yoghurt yang diberikan maka semakin
tinggi pula warna yang dihasilkan pada es krim yoghurt. Hal ini juga berlaku pada
perlakuan lama aging.
Warna memegang peranan penting dalam penerimaan makanan sehingga
perlunya pemerhatian dalam konsentrasi yoghurt dengan penambahan ekstrak
markisa dan lama aging pada es krim yoghurt sehingga menghasilkan suatu
produk yang disukai konsumen. Pada produk yang pucat seringkali kehilangan
citarasa atau menjadi apek. Hal ini dikarenakan warna merupakan sifat produk
yang dapat dipandang sebagai sifat fisik (objektif) dan sifat organoleptik
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging terhadap Nilai
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan Y0 berpengaruh berbeda sangat
nyata terhadap Y1, Y2, Y3. Nilai organoleptik aroma pada konsentrasi yoghurt
terkecil terdapat pada perlakuan Y0 (konsentrasi 0%) sebesar 1,00. Semakin tinggi
konsentrasi yoghurt yang ditambahkan maka akan semakin tinggi nilai
organoleptik aroma, dimana pada yoghurt telah ditambahkan ektsrak markisa
sehingga semakin tinggi pemberiannya maka semakin tajam aroma markisa pada
es krim yoghurt tersebut.
Pengaruh Lama Aging terhadap Nilai Organoleptik Aroma
Tabel 10. Uji Lanjut Pengaruh Lama Aging terhadap Nilai Organoleptik Aroma
Konsentrasi Rataan Notasi 0,05 0,01
L0= 4 jam 2,61 d D
L1= 6 jam 2,47 a A
L2= 8 jam 2,20 b B
L3= 10 jam 2,05 c C
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan L0 berpengaruh berbeda
sangat nyata terhadap L1 L2 L3. Nilai organoleptik aroma pada pengaruh lama
aging tertinggi terdapat pada perlakuan L0 (lama aging 4 jam) sebesar 2,61 dan
terendah terdapat pada perlakuan L3 (lama aging 10 jam) sebesar 2,05. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama es krim yoghurt dengan penambahan ekstrak
markisa di aging maka semakin kurang aroma markisa yang diterima oleh indra
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging terhadap Nilai
Y3L0(konsentrasi 15% dan lama aging 4 jam) sebesar 4,15 dan terendah terdapat
pada perlakuan Y0L0 , Y0L1, Y0L2, Y0L3 (konsentrasi yoghurt 0% dengan lama
aging 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam) sebesar 1,00. Pada Setiap penambahan
konsentrasi yoghurt yang dilakukan terjadi peningkatan nilai organoleptik aroma
dan semakin cepat waktu aging yang dilakukan maka semakin terasa aroma pada
Evaluasi aroma sangat tergantung pada panel citarasa dimana keragaman
yoghurt dan lama aging tidak berpengaruh nyata nyata (P>0,05) terhadap nilai
Dari Tabel 13 dapat dilihat perlakuan Y0 berpengaruh berbeda sangat nyata
terhadap Y1, Y2, Y3. Nilai organoleptik tekstur pada konsentrasi yoghurt tertinggi
terdapat pada perlakuan Y0 (konsentrasi yoghurt 0%) sebesar 4,68 dan terendah
terdapat pada perlakuan Y3 (konsentrasi yoghurt 15%) sebesar 3,45. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian konsentrasi yoghurt dengan
penambahan ekstrak markisa pada es krim maka semakin rendah nilai tekstur pada
es krim yoghurt tersebut. Dimana pada yoghurt telah ditambahkan dengan markisa
yang merupakan salah satu buah yang mengandung serat tinggi sehingga
mengurangi kelembutan pada es krim yoghurt probiotik (Ahira, 2011).
Pengaruh Lama Aging terhadap Nilai Organoleptik Tekstur
Tabel 14. Uji Lanjut Pengaruh Lama Aging terhadap Nilai Organoleptik Tekstur
Konsentrasi Rataan Notasi 0,05 0,01
L0= 4 jam 4,50 c C
L1= 6 jam 4,25 b B
L2= 8 jam 3,75 a A
L3= 10 jam 3,85 d A
Pada Tabel 14 dapat dilihat perlakuan L0 berpengaruh berbeda sangat
nyata terhadap L1, L2, L3. Perlakuan L2 berpengaruh memberikan pengaruh yang
berbeda tidak nyata terhadap perlakuan L3. Nilai organoleptik tekstur pada
pengaruh lama aging tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan L0 (lama aging 4
jam) sebesar 4,50 dan terendah terdapat pada perlakuan L2 (lama aging 8 jam)
sebesar 3,75. Dengan semakin lamanya waktu aging maka semakin berkurang
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging terhadap
Dari Tabel 16 dapat dilihat perlakuan Y0 berpengaruh berbeda sangat nyata
berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap perlakuan Y0 dan Y3 serta tidak
berpengaruh nyata terhadap perlakuan Y2. Nilai organoleptik rasa pada
konsentrasi yoghurt tertinggi terdapat pada perlakuan Y3 (konsentrasi yoghurt
15%) sebesar 3,95 dan terendah terdapat pada perlakuan Y1 (konsentrasi yoghurt
5%) sebesar 3,18.
Dari nilai organoleptik rasa pada konsentrasi yoghurt dapat dilihat bahwa
nilai konsentrasi yoghurt 0% hampir mencapai nilai organoleptik rasa pada
konsentrasi 15%. Hal ini menunjukkan bahwa peramuan rasa untuk menentukan
nilai pemuasan tergantung pada orang yang memakannya, tergantung pada taste
panel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lawrie (995), yang menyatakan bahwa
Peramuan rasa itu ialah sugesti kejiwaan terhadap makanan yang menentukan
nilai pemuasan orang yang memakannya. Evaluasi bau dan rasa masih (terutama)
tergantung pada taste panel.
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging terhadap % Overrun
Tabel 17. Pengararuh Interaksi antara Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging
terhadap % Overrun
SK db JK KT F.Hit Sig.
Y 3 50,163 16,721 207,040 .000** L 3 2,015 0,672 8,318 .001* Y*L 9 0,042 0,005 0,058 1.000tn Galat 16 1,292 0,081
Ket : * = nyata
** = sangat nyata tn = tidak nyata
Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 17 menunjukkan konsentrasi
pada es krim yoghurt probiotik dengan penambahan ekstrak markisa yang
memberikan berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap Y1, Y2 dan Y3. Nilai %
overrun tertinggi terdapat pada perlakuan Y0 (konsentrasi 0%) sebesar 38,8% dan
terendah pada perlakuan Y2 (konsentrasi 10%) sebesar 35,65%. Hal ini
menunjukkan bahwa tinggi rendahnya % overrun tergantung pada kekentalan ice
Pada Tabel 19 dapat dilihat perlakuan L0 tidak berpengaruh berbeda nyata
terhadap L1dan L2 serta berpengaruh berbeda nyata terhadap L3. Nilai % overrun
pada pengaruh lama aging tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan L3 (lama aging
10 jam) sebesar 37,91% dan terendah terdapat pada perlakuan L2 (lama aging
8 jam) sebesar 36,73%. Semakin lama waktu aging maka semakin tinggi
% overrun yang terbentuk, dimana semakin banyak udara yang terperangkap pada
adonan sewaktu pemompaan udara.
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging terhadap Waktu Meleleh pada Suhu Ruang (27 0C)
Tabel 20. Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging
terhadap Waktu Meleleh pada Suhu Ruang (27 0C)
SK db JK KT F.Hit Sig.
Y 3 25,844 8,615 55,133 .000** L 3 450,344 150,115 960,733 .001* Y*L 9 1,781 0,198 1,267 1.000tn Galat 16 2,5 0,156
Keterangan : * = nyata ** = sangat nyata tn = tidak nyata
Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 20 menunjukkan konsentrasi
yoghurt dan lama aging tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap waktu leleh
suhu ruang 27 0C pada es krim yoghurt probiotik dengan penambahan ekstrak
Pengaruh Konsentrasi Yoghurt terhadap Waktu Meleleh pada Suhu Ruang
Dari Tabel 21 dapat dilihat perlakuan Y0 berpengaruh berbeda sangat nyata
terhadap Y1, Y2, Y3. waktu meleleh pada suhu ruang (27 0C) berpengaruh pada
Pengaruh Lama Aging terhadap Waktu Meleleh pada Suhu Ruang (27 0C)
Tabel 22. Uji Lanjut Pengaruh Lama Aging terhadap Waktu Meleleh pada Suhu
Pada Tabel 22 dapat dilihat perlakuan L0 berpengaruh berbeda sangat
nyata terhadap L1, L2 dan L3. Waktu meleleh pada suhu ruang (27 0C)
berpengaruh terhadap lama aging terlama terdapat pada perlakuan L3 (lama aging
10 jam) selama 15 menit 1 detik dan tercepat terdapat pada perlakuan L0 (lama
aging 4 jam) selama 4 menit 8 detik. Hal ini menunjukkan bawa semakin lama
waktu aging, maka semakin lama pula es krim meleleh dengan sempurna.
Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging terhadap Waktu Meleleh pada Inkubator (37 0C)
Tabel 23. Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging
terhadap Waktu Meleleh pada Inkubator (37 0C)
SK db JK KT F.Hit Sig.
Y 3 15,344 5,115 32,733 .000** L 3 318,094 106,031 678,6 .000** Y*L 9 5,281 0,587 3,756 .010* Galat 16 2,500 0,156
Ket : * = nyata
** = sangat nyata
Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 23 menunjukkan konsentrasi
yoghurt dan lama aging berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap waktu
meleleh pada inkubator (37 0C) pada es krim yoghurt probiotik dengan
penambahan ekstrak markisa yang dihasilkan sehingga pengujian dilanjutkan
Pengaruh Konsentrasi Yoghurt terhadap Waktu Meleleh pada Inkubator
Dari Tabel 24 dapat dilihat perlakuan Y0 tidakberpengaruh berbeda nyata
terhadap Y1 dan berbeda sangat nyata pada perlakuan Y2 dan Y3. Perlakuan Y1
tidak berpengaruh berbeda nyata pada Y0 dan Y2 serta berbeda sangat nyata pada
perlakuan Y3. Waktu meleleh pada inkubator (37 0C) berpengaruh pada
konsentrasi yoghurt terlama terdapat pada perlakuan Y3 (konsentrasi yoghurt
15%) selama 7 menit 3 detik dan tercepat terdapat pada perlakuan Y0 (konsentrasi
yoghurt 0%) selama 5 menit 5 detik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi yoghurt yang terdapat pada es krim, maka semakin lama es krim
yoghurt tersebut meleleh.
Pengaruh Lama Aging terhadap Waktu Meleleh pada Inkubator (37 0C)
Tabel 25. Uji Lanjut Pengaruh Lama Aging terhadap Waktu Meleleh pada
Pada Tabel 25 dapat dilihat perlakuan L0 berpengaruh berbeda sangat
nyata terhadap L1, L2 dan L3. waktu meleleh pada inkubator (37 0C) berpengaruh
terhadap lama aging terlama terdapat pada perlakuan L3 (lama aging 10 jam)
selama 10 menit 7 detik dan tercepat terdapat pada perlakuan L0 (lama aging
4 jam) selama 2 menit 3 detik. Hal ini menunjukkan bawa semakin lama waktu
aging, maka semakin lama pula es krim meleleh dengan sempurna.
meleleh pada Inkubator (37 0C) . Waktu meleleh pada inkubator terlama terdapat
pada perlakuan Y3L3(konsentrasi 15% dan lama aging 10 jam) yaitu selama 12
lama aging 4 jam) dan Y1L0, (konsentrasi yoghurt 5% dengan lama aging 4 jam)
yaitu selama 2 menit.Semakin rendah konsentrasi yoghurt dan lama aging, maka
semakin cepat pula es krim yoghurt probiotik dengan penambahan ekstrak
markisa meleleh dengan sempurna. Hal ini dikarenakan komposisi yang
terkandung dalam es krim berpengaruh sangat nyata terhadap waktu meleleh
pada inkubator serta semakin rendah lama aging maka semakin cepat pula waktu
meleleh es krim yoghurt.
Waktu leleh merupakan waktu yang diperlukan es krim untuk meleleh
secara sempurna pada suhu ruang. Semakin tinggi suhu pada suatu ruang, maka
semakin cepat pula es krim meleleh dengan sempurna. Penelitian waktu meleleh
pada inkubator (37 0C) diumpamakan sebagai suhu tubuh pada manusia ketika
mengkonsumsi es krim yoghurt dengan penambahan ekstrak markisa diukur
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
yoghurt 0% dan lama aging 4 jam merupakan hasil yang kurang diterima oleh
panelis dan konsentrasi yoghurt 15% dengan lama aging 10 jam merupakan hasil
lebih baik dan dapat diterima oleh panelis.
Saran
Untuk menghasilkan es krim yoghurt yang mutunya lebih baik dan dapat
diterima oleh masyarakat, disarankan menggunakan konsentrasi yoghurt 15%
dengan lama aging 10 jam. Disarankan untuk penelitian lebih lanjut untuk
menggunakan lama aging yang lebih lama serta penelitian untuk mengetahui sifat
TINJAUAN PUSTAKA
Susu Kerbau
Secara umum, komposisi susu kerbau sama dengan susu sapi dan ruminant
lainnya yaitu: air, protein, lemak, laktosa, vitamin dan mineral. Susu kerbau
umumnya lebih kaya lemak dari pada susu sapi, sedangkan komponen gizi susu
lainnya relatif sama. Susu kerbau memiliki ciri khas seperti ketiadaan karoten
sehingga membuat warna susu lebih putih dari pada susu sapi (Murti, 2002).
Susu kerbau jauh lebih banyak mengandung lemak susu (butterfat)
daripada susu sapi. Susu kerbau dipakai untuk membuat makanan yang sama
dengan makanan yang dibuat dari susu sapi seperti yoghurt, manisan, es krim dan
berbagai tipe keju (Williamson dan Payne, 1993).
Sebagaimana ternak perah lainnya, kerbau perah mempunyai hasil utama
susu. Kerbau termasuk pemasok susu terbesar kedua di dunia setelah sapi. Sekitar
separuh kerbau di dunia adalah kerbau tipe sungai yang diternakkan dengan tujuan
untuk menghasilkan susu dengan kadar lemak yang tinggi (Warner,1976).
Secara umum, komposisi susu kerbau sama dengan susu dari ternak
ruminansia lainnya, hanya saja dengan proporsi yang berbeda-beda. Susu kerbau
mudah dikenal karena memiliki ciri seperti : warnanya lebih putih, lebih kaya
lemak, globula lemak susunya lebih kecil dan beremulsi dengan susu. Lemaknya
lebih mudah dicerna dan mengandung mineral yang lengkap. Curd proteinnya
lebih lunak sehingga memungkinkan untuk dibuat keju. Keju dibuat dengan cara
koagulasi (penggumpalan) kasein susu membentuk gumpalan susu yang dibuat
susu sapi dan baik untuk orang yang mengalami gangguan sistem pencernaan.
beku yang berasal dari susu yang dibekukan melalui agitasi adonan es krim yang
telah dipasteurisasi. Proses pembuatan es krim meliputi persiapan bahan untuk
mendapatkan formulasi yang diinginkan, dilanjutkan dengan tahap berikutnya
yaitu pencampuran, pasteurisasi, homogenisasi, penuaan, pembekuan dan
pengerasan (Marshall and Arbuckle, 1996).
krim, biasanya sebanyak 12-17% dari berat campuran adonan es krim.
Meningkatkan flavor dan merupakan sumber total padatan yang paling murah.
Bahan pemanis yang biasanya digunakan yaitu sukrosa dan dicampur dengan gula
(Goff and Hartel, 2004).
Es krim adalah produk olahan susu yang dibekukan, yang terbuat dari
kombinasi susu dengan beberapa tambahan seperti telur, gula, madu, stabilizer
(bahan penstabil), emulsifier (pengemulsi), bahan flavor dan pewarna. Es krim
merupakan produk pangan beku yang berasal dari susu yang dibekukan melalui
agitasi adonan es krim yang telah di pasteurisasi. Agitasi pada saat pembekuan
bertujuan untuk menggabungkan udara kedalam adonan es krim dan
menyeragamkan konsistensi serta kekentalan es krim (Eckles et al., 1984).
Kualitas es krim dapat dilihat dari overrun, waktu meleleh, dan uji
organoleptik yang ditentukan melalui uji hedonik melalui cita rasa, warna, aroma
dan tekstur. Overrun ditentukan melalui perhitungan pengembangan volume es
krim dari volume adonan (Ardiyastuti, 2001). Menurut Irwanto 2002 dalam
Niswandini 2004, Waktu meleleh adalah waktu yang diperlukan es krim untuk
meleleh sempurna pada suhu ruang.
Yoghurt Probiotik
Yoghurt adalah susu yang diasamkan melalui proses fermentasi. Hasil
olahan susu ini berbentuk seperti bubur. Yoghurt dapat menurunkan kadar
kolesterol darah, menjaga kesehatan lambung dan mencegah penyakit kanker
saluran pencernaan. Manfaat yang terakhir ini dikarenakan yoghurt mengandung
bakteri hidup sebagai probiotik dari makanan yang membolehkan seseorang
(McLean, 1983). Dipasaran yoghurt terbagi dalam dua jenis, yang pertama adalah
yoghurt plain yaitu yoghurt tanpa rasa tambahan dan yang kedua adalah drink
yoghurt yaitu yoghurt plain yang oleh produsen telah ditambahkan perasa
tambahan buah-buahan seperti rasa markisa, strawberry, jeruk ataupun leci.
Yoghurt merupakan salah satu jenis produk olahan susu yang diasamkan
sebagai hasil fermentasi oleh bakteri tertentu. Mikroba probiotik selain dapat
bertahan hidup pada pencernaan manusia juga mempunyai fungsi sebagai
penghasil substrat yang setara dengan antibiotik alami sehingga mempunyai nilai
medis (Tamime and Robinson 1999 dalam Stefani 2008). Probiotik dapat
mengurangi kadar kolesterol secara in vitro, mengurangi lactose intolerant,
menciptakan keseimbangan mikroflora usus, memiliki daya hambat terhadap
aktivitas karsinogenik dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh (Fuller, 1992).
Yoghurt adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Fermentasi
gula susu (laktosa) menghasilkan asam laktat, yang berperan dalam protein susu
untuk menghasilkan tekstur seperti gel dan bau yang unik pada yoghurt. Asam
laktat yang membuat rasa asam pada yoghurt. Yoghurt merupakan makanan yang
aman dikonsumsi yang mempunyai manfaat seperti vitamin B1, vitamin B2 serta
beberapa jenis asam amino penyusun protein. Yoghurt juga sangat disarankan
bagi orang atau anak yang tidak mampu mencerna laktosa (lactose intolerance)
sebagai pengganti minum susu. Dengan mengonsumsi yoghurt tidak akan ada
diare lagi (Syafitri, 2012).
Pada pembuatan yoghurt dilakukan proses fermentasi dengan
memanfaatkan bakteri asam laktat misalnya dari golongan Lactobacillus
berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam maupun CO2. Asam
dan CO2 yang dihasilkan tersebut kemudian merangsang pertumbuhan dari
Laktobacillus bulgaricus. Mikroorganisme ini sepenuhnya bertanggung jawab
atas pembentukan tekstur dan rasa yoghurt (Goff, 2003).
Keberadaan lactobacillus bulgaricus dan streptococcus thermophillus
didalam saluran pencernaan manusia dapat mengurangi asupan nutrisi dan ruang
hidup mikroorganisme pathogen yang dapat menimbulkan penyakit sehingga
populasinya menurun (Decker, 2001).
Yoghurt yang baik memiliki tekstur yang lembut seperti bubur, es krim,
tidak terlalu encer dan tidak pula terlalu padat. Rasa yang dihasilkan oleh yoghurt
berbahan susu kerbau cenderung lebih asam dibandingkan berbahan susu full
krim, karena produksi asam oleh bakteri lebih cepat akibat bakteri yang juga
berkembang lebih cepat pada susu kerbau dibandingkan dengan susu lainnya.
Rasa asam pada yoghurt merupakan indikasi perkembangbiakan dari
percampuran bakteri yang berjalan cepat (Legowo, 2002).
Markisa
Di Indonesia ada 2 jenis markisa, yaitu markisa yang buahnya ungu dan
markisa yang buahnya kuning. Markisa ungu merupakan salah satu jenis markisa
yang paling banyak dibudidayakan untuk diambil sari buahnya. Sari buah markisa
ungu mempuyai cita rasa yang manis asam dengan aromanya yang khas. Selain
dimanfaatkan sari buahnya sebagai bahan campuran untuk yoghurt, es krim, jelly,
kue-kue, atau dicampur dengan sari buah lain, markisa ungu juga dikonsumsi
Buah passiflora sp memiliki banyak sari buah pada daging buahnya
sehingga selalu dimanfaatkan untuk sari buah segar. Akan tetapi, daging buah
yang matanglah yang merupakan produk utama. Dimana daging buah ini
dinikmati dalam keadaan segar atau diolah menjadi sari buah. Sari buah dapat
dicampur dengan jeruk manis, pepaya dan jambu biji (Verheij dan Coronel, 1997).
Markisa mempunyai batang kecil, langsing dan panjang sekali. Daunnya
lebar, ada yang bercengap menjari, tetapi ada pula yang tidak. Buah markisa
jarang dimakan segar karena rasanya yang masam. Buahnya dibuat minuman
markisa yang tahan lama. Di Ujung Pandang dan Medan terdapat pabrik markisa
terkenal (Sunarjono, 1997).
Pada umumnya tanaman markisa dapat tumbuh dengan baik dan
berpotensi tinggi di daerah dataran tinggi, pada ketinggian lebih dari 700 m dpl.
Iklim yang cocok bagi pengembangan tanaman markisa adalah iklim basah
sampai sangat basah. Meskipun demikian, beberapa jenis atau varietas markisa
mempunyai toleransi yang spesifik terhadap lingkungan tumbuh, terutama faktor
iklim dan tanah (Nuraini, 2011).
Buah markisa juga sebagai sumber beberapa vitamin, khususnya
vitamin B, vitamin C dan vitamin A. Banyak sekali manfaat buah markisa bagi
kesehatan. Ini terkait dengan manfaat buah markisa sebagai pereda nyeri,
anti-kejang, penenang dan anti radang. Gangguan seperti sembelit, disentri, insomnia,
gangguan haid, batuk, serak, tenggorakkan kering juga bisa dihalau dengan
buah ini. Daging buah markisa digunakan untuk merilekskan saraf saat sakit
kepala, tidak nafsu makan, tidak bisa konsentrasi dan susah tidur. Orang-orang
Bahkan menurut mereka, makan 1 buah markisa sebelum tidur bisa membuat
mimpi indah (Hakimah, 2012).
Kandungan serat yang tinggi pada markisa, cukup baik untuk menjaga
kesehatan pencernaan manusia sehingga bagian pencernaan dan usus akan lebih
bersih dan terhindar dari penyakit akibat gangguan pencernaan. Bukan hanya pada
bagian daging markisa yang mengandung serat, tetapi pada bagian biji markisa
juga mengandung serat yang cukup tinggi sehingga bisa dikonsumsi juga. Pada
beberapa kasus, markisa sering digunakan sebagai pencahar alami (Ahira, 2011).
Buah markisa juga sebagai sumber beberapa vitamin, khususnya vitamin C
dan vitamin A. Disamping itu, manfaat buah markisa bagi kesehatan antara lain
untuk menyembuhkan badan lemah setelah sakit, kehilangan nafsu makan, anemia
disertai bibir pucat, terasa dingin pada anggota badan dan pusing, serta
memulihkan kondisi setelah pengobatan khususnya yang disebabkan oleh parasit
pada anak (Lusita, 2011).
Sifat Fisik
Berbagai standar produk makanan didunia, memperbolehkan
penggelembungan campuran bahan es krim ( Ice cream mix/ ICM ) dengan udara
sampai volumenya menjadi dua kali lipat (disebut dengan maksimum
100% overrun). Overrun dihitung berdasarkan perbedaan volume es krim dan
Nilai Overrun dihitung berdasarkan rumus :
Overrun = W2 – W1 x 100% W1
Keterangan : W1 : Berat adonan
W2 : Berat Es krim
Penimbangan berat adonan dilakukan sebelum proses pendinginan dan
penimbangan berat es krim dilakukan sebelum es krim dihasilkan oleh ice cream
maker (Rahma, 1992).
Aging dilakukan agar diperoleh ice cream yang lebih kental, lebih halus
dan tampak mengkilap. Aging akan menambah kehalusan serta menambah volume
ice cream, namun demikian ice cream tidak boleh terlalu kental karena akan
mempersulit pengembangan dan memperkecil overrun. Kekentalan dapat
dinaikkan baik dengan homogenisasi maupun dengan aging (idris, 2003).
Menurut Syamsiar (1995), proses aging yaitu mendiamkan adonan pada suhu 4 0C
selama 4-24 jam.
Ice cream berkualitas memiliki overrun berkisar antara 70-80% sedangkan
untuk industri rumah tangga berkisar antara 30-50%. Overrun akan
mempengaruhi tekstur dan kepadatan yang sangat menentukan kualitas ice cream
(Padaga dan Sawitri, 2005).
Penimbangan berat adonan pada volume yang sama yaitu 120 ml
dilakukan sebelum proses pendinginan dan penimbangan berat es krim
dimasukkan ke dalam ruang pengeras (Arbuckle, 1996).
Waktu meleleh diukur dengan cara: sebanyak sepuluh gram es krim
ditempatkan pada kertas saring yang dijepit diantara cawan petri. Hal ini
Waktu yang diperlukan es krim untuk meleleh sempurna diukur dengan satuan
menit (Bodyfelt, 1989).
Waktu meleleh merupakan waktu yang diperlukan oleh es krim untuk
meleleh secara sempurna pada suhu ruang. Kisaran waktu meleleh es krim
menurut Marshall dan Arbuckle (1996) sebesar 12 -15 menit. Es krim yang baik
membutuhkan waktu meleleh yang lama pada suhu 25ºC-27ºC dan waktu meleleh
yang cepat pada suhu tubuh yaitu 37ºC jika dikonsumsi.
Overrun yang terlalu rendah dapat menyebabkan es krim beku menjadi
produk yang terlalu keras dan lembek seperti puding, sementara overrun yang
terlalu tinggi menyebabkan es krim terlalu lunak, cepat meleleh, dan memiliki
rasa yang hambar (Suprayitno, dkk., 2001).
Overrun menunjukkan banyak sedikitnya udara yang terperangkap di
dalam campuran es krim atau ICM karena proses agitasi. Overrun mempengaruhi
tekstur dan kepadatan yang sangat menentukan kualitas es krim. Adanya udara
dalam ICM akan membentuk rongga-rongga udara yang akan segera terlepas
bersamaan dengan melelehnya es krim. Semakin banyak rongga udara akan
menyebabkan es krim cepat menyusut dan meleleh pada suhu ruang. Es krim yang
berkualitas memiliki overrun 70-80% sedangkan untuk industri rumah tangga
35-50% (Padaga, dkk., 2005).
Uji Organoleptik
Meskipun berbagai cara analisis objektif dapat digunakan sebagai tanda
waktu kadaluarsa bahan makanan, namun penentuan terakhir ialah kepuasaan
konsumen sendiri. Karena itu, penilaian indra sering memegang peranan lebih
manusia. Kerusakan mutu pada dasarnya terjadi sebagai akibat dari perubahan
warna, flavour, tekstur dan perubahan zat gizi. Berbagai jenis kerusakan yang
dapat membahayakan kesehatan ternyata sering terungkapkan dalam bentuk
“gejala” atau tanda yang dapat dideteksi oleh indra manusia yang normal. Karena
itu dalam mempertimbangkan waktu, kadaluarsa makanan, pengujian atau
penilaian indra tidak boleh diabaikan peranannya (Rahman, 1992).
Warna merupakan sifat produk yang dapat dipandang sebagai sifat fisik
(objektif) dan sifat organoleptik (subjektif). Perubahan cita rasa pada umunya
cenderung berkaitan dengan perubahan warna. Produk yang pucat seringkali
mengalami kehilangan cita rasa atau menjadi apek. Warna merupakan atribut
penting pada makanan dan kadang bias dihubungkan dengan kualitas sehingga
mempengaruhi aseptabilitas produk pangan (Soekarta, 1990).
Warna merupakan atribut organoleptik yang pertama dilihat oleh
konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi suatu produk. Warna produk yang
unik akan lebih menarik perhatian konsumen daripada warna produk yang biasa.
Warna harus menarik, menyenangkan konsumen, seragam dan dapat mewakili
citarasa yang ditambahkan (Hubeis, 2010).
Peramuan rasa itu ialah sugesti kejiwaan terhadap makanan yang
menentukan nilai pemuasan orang yang memakannya. Evaluasi bau dan rasa
masih (terutama) tergantung pada taste panel. Keragaman antara individu dalam
respon intensitas dan kualitas terhadap stimulus tertentu (oleh karena beberapa
faktor luar) menyebabkan pemilihan anggota panel merupakan hal yang penting
Rasa sebagian besar bahan pangan biasanya tidak stabil, yaitu dapat
mengalami perubahan selama penanganan dan pengolahan, salain itu perubahan
tekstur atau viskositas dapat pula mengubah cita rasa (Winarno, 1997).
Cita rasa suatu bahan pangan adalah respon ganda dari bau dan rasa. Bila
digabungkan dengan perasaan (konsisten dan tekstur) dari makanan di dalam
mulut, konsumen dapat membedakan suatu makanan dengan jenis makanan lain.
Cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap indra
pengecap dalam tubuh manusia. Makanan yang memiliki cita rasa yang tinggi
adalah makanan yang disajikan dengan menarik, menyebarkan bau yang sedap
dan memberikan rasa yang lezat (Ammermen, 1987).
Penilaian dengan indra/penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian
organoleptik telah dapat dibakukan dan dijadikan alat penilai dalam laboratorium.
Laboratorium penilaian organoleptik telah banyak terdapat di industri maupun
lembaga penelitian. Penilaian organoleptik telah pula digunakan sebagai metode
dalam penelitian dan pengembangan. Dalam hal ini prosedur penelitian
memerlukan pembakuan baik dalam cara penginderaan maupun dalam melakukan
analisis data (Adnan, 1984).
Oleh sebab itu warna dari suatu makanan merupakan sifat cahaya dari sifat
makanan tersebut. Makanan yang telah berubah karena pemanasan, pembekuan,
pengeringan dan penggaraman diharapkan akan mempunyai kemampuan untuk
memantulkan, menyebarkan dan meneruskan cahaya sehingga warna terlihat oleh
mata adalah berkaitan dengan kualitas cahaya yang kita lihat (Soekarto, 1995).
Semua makanan yang masuk ke dalam mulut setelah dikunyah akan
pengecap yang ada di lidah. Makanan yang empuk dapat dikunyah dengan
rangsangan pada saraf pengecap yang ada di lidah. Makanan yang empuk dapat
dikunyah dengan sempurna dan akan menghasilkan senyawa yang lebih banyak
berarti intensitas rangsangan menjadi lebih tinggi (Moehyi, 1992).
Penginderaan tentang tekstur yang berasal dari sentuhan dapat ditangkap
oleh seluruh permukaan kulit, tetapi biasanya jika orang ingin menilai tekstur
suatu bahan digunakan ujung/jari tangan. Biasanya bahan yang dinilai ini
diletakkan diantara permukaan dalam jari tangan kita. Penilaian biasanya
dilakukan dengan menggosok-gosokkan jari dengan bahan yang yang dinilai
diantara kedua jari. Macam penginderaan tekstur yang juga dapat dinilai dengan
ujung jari meliputi kebasahan, kering, keras, halus dan berminyak
(Desrosier, 1988).
Ukuran merupakan salah satu sifat mutu fisik yang berlaku untuk semua
produk, yang memegang peranan penting dalam pengawasan dan standarisasi
mutu produk, juga produk makanan dalam hal ini adalah produk es krim. Tekstur
es krim dapat dinilai dengan penilaian organoleptik. Sifat organoleptik
menggunakan indera manusia sebagai instrumen penilaian. Beberapa sifat yang
menentukan dari suatu produk dapat dinilai secara organoleptik, misalnya aroma,
warna, rasa dan tekstur (Utami, 2008).
Kerusakan tekstur ice cream dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
encer (weak) atau ada benang halus, lembek (tetapi bukan kerusakan serius karena
konsumen lebih suka tekstur yang keras, bergetah (disebabkan oleh overrun yang
Kemampuan hedonik yaitu kemampuan menyatakan sikap subjektif
pribadi terhadap sifat organoleptik benda yaitu senang atau tidak senang
terhadap benda tersebut. Salah satu jenis penerimaan di dalam penilaian
organoleptik adalah uji hedonik, dimana tujuannya adalah untuk mengetahui suatu
produk dapat diterima oleh masyarakat. Untuk melaksanakan suatu penilaian
organoleptik diperlukan panel, dalam penilaian mutu atau analisis sifat sensorik
suatu komoditi panel yang bertindak sebagai instrument/alat. Alat ini terdiri dari
manusia atau kelompok yang disebut panelis. Biasanya diwakili oleh sekelompok
manusia yang berasal dari berbagai umur, jenis kelamin dan suku yang berbeda.
Soekarto (1985) menambahkan bahwa kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik
dapat bersifat umum baik-buruk dan bersifat spesifik seperti empuk-keras pada
makanan.
Panelis terlatih merupakan panelis hasil seleksi dari sejumlah panel (5-10
orang atau 15-25 orang). Seleksi pada panelis terlatih umumnya mencakup hal
kemampuan untuk membedakan citarasa dan aroma dasar, ambang pembedaan,
kemampuan membedakan derajat konsentrasi, daya ingat terhadap citarasa dan
aroma. Hal ini untuk menciptakan kemampuan atas kepekaan tertentu di dalam
menilai sifat organoleptik bahan makanan tertentu. Anggota panel terlatih yang
digunakan tidak selalu dari personalia laboratorium ataupun orang non
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar
mengingat banyaknya kasus gizi buruk di kalangan masyarakat. Namun demikian,
susu juga merupakan produk yang mudah rusak, sehingga memerlukan
penanganan dan pengolahan secara cepat. Tujuan pengolahan susu adalah untuk
memperoleh produk susu yang beraneka ragam, berkualitas dan berkadar gizi
tinggi, tahan simpan, mempermudah pemasaran serta meningkatkan daya tukar
dan daya guna bahan mentahnya.
Walaupun susu merupakan bahan pangan yang memegang peranan
penting dalam usaha penanggulangan kekurangan pangan tetapi ada faktor
pembatas dalam penggunaan susu, dimana sebagian besar orang-orang dewasa
menderita lactose intolerance yaitu kurangnya produksi enzim laktase dalam
saluran pencernaannya. Orang yang menderita lactose intolerance tersebut tidak
mampu mencerna laktosa dari susu dan apabila mengkonsumsi susu akan
berakibat terjadi kembung dan diare (Priadi, 1997).
Pada umumnya, peminat susu kerbau relatif sedikit. Hal ini diakibatkan
oleh persediaan susu kerbau terbatas, tidak ada pemasaran atau tidak disukai
karena kandungan lemak yang menyebabkan rasa mual atau bahkan sampai
membuat diare apabila susu kerbau diminum dalam jumlah banyak. Padahal di
Itali harga susu kerbau lebih mahal dibandingkan susu sapi (Borghese, 2005).
Oleh karena itu, perlunya perhatian terhadap pengembangan ternak kerbau
tetapi menjadi suatu komoditi yang dapat diandalkan bagi kehidupan masyarakat
peternak.
Es krim merupakan bahan pangan yang digemari masyarakat dari berbagai
kelompok usia. Es krim yang dihasilkan ditentukan oleh komposisi dan
kandungan bahan yang digunakan. Pertimbangan konsumen dalam memilih bahan
pangan adalah kandungan gizi, cita rasa dan aspek kesehatan serta dari segi
ekonominya. Hal ini menuntut adanya bahan pangan yang tidak hanya dapat
memenuhi kebutuhan dasar tubuh, tetapi juga bersifat fungsional
(Indrasari 2006 dalam Rahma 2009).
Es krim merupakan makanan dessert beku yang sangat diminati di dunia.
Makanan dessert akan dinilai terutama flavournya yang menyenangkan, efek
dingin dan kesegarannya (Marshall and Arbuckle, 1996). Akan tetapi kandungan
lemak yang tinggi pada es krim menjadikan makanan ini dihindari oleh beberapa
orang, terutama bagi yang mengalami obesitas. Oleh karena itu, diperlukan
penambahan bahan makanan lain yang rendah lemak seperti yoghurt.
Yoghurt sebagai salah satu diversifikasi dari susu fermentasi. Yoghurt
merupakan produk yang lebih mudah diterima oleh konsumen karena biasa
digunakan sebagai makanan bagi orang-orang yang ingin melangsingkan tubuh.
Yoghurt lebih mudah dicerna dalam perut dibandingkan susu biasa. Selain
itu yoghurt juga mengandung nilai pengobatan terhadap lambung dan usus
yang terluka, kadar kolesterol di dalam darah dapat diturunkan, sehingga
mencegah terjadinya penyumbatan terhadap pembuluh darah. Yoghurt
sangat sesuai dikonsumsi oleh penderita defisiensi enzim laktase dalam tubuhnya
Yoghurt probiotik adalah yoghurt yang diperkaya dengan bakteri hidup
sehingga merupakan salah satu hasil olahan susu yang bermanfaat ganda, selain
sebagai sumber nutrisi bagi tubuh dengan rasa yang khas juga telah terbukti
mempunyai aktivitas antimikroba terhadap bakteri patogen dalam saluran
pencernaan. Penambahan yoghurt probiotik kedalam es krim menghasilkan es
krim yoghurt probiotik yang mempertahankan dan meningkatkan viabilitas bakteri
probiotik dalam saluran pencernaan serta akan memberikan manfaat kesehatan
dari mengkonsumsi es krim yoghurt probiotik tersebut.
Salah satu buah lokal yang diharapkan dapat dikembangkan menjadi buah
ekspor adalah buah markisa. Buah markisa memiliki kandungan serat yang tinggi.
Hal ini sangat bermanfaat bagi kesehatan pencernaan, saluran pencernaan dan
usus menjadi bersih, sehingga buah markisa dapat dijadikan pilihan sebagai salah
satu sumber serat. Biji dari buah markisa pun bisa dimakan karena mengandung
serat. Buah markisa juga bisa dijadikan pencahar ringan. Buah markisa kaya akan
antioksidan yang berperan untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker dalam
tubuh.
Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, daging buah ini juga bisa diolah
menjadi sari buah. Sari buah adalah cairan yang diperoleh dengan memeras buah,
baik disaring ataupun tidak. Sari buah markisa memiliki aroma yang keras dan
khas dengan rasa yang asam. Jika ditambah pemanis (gula) dan diencerkan maka
rasanya akan sangat enak dan cocok untuk dicampur dengan sari buah lainnya.
Penambahan ekstrak markisa berguna dalam meningkatkan serat dan
vitamin C dalam es krim. Tanaman markisa merupakan buah yang berbentuk agak
dan berubah manjadi warna ungu sampai hitam pada saat matang. Bijinya banyak
dan kecil berwarna hitam, berbentuk pipih diselimuti daging buah yang
mengandung cairan bewarna kuning dan rasanya asam (Risamunandar, 1986).
Produk olahan es krim yoghurt probiotik dari susu kerbau murrah dengan
penambahan ekstrak markisa diharapkan dapat memberikan pilihan pada
masyarakat yang ingin mengkonsumsi makananan yang memiliki nilai gizi yang
tinggi dan digemari. Proses fermentasi pada yoghurt diharapkan dapat
menghilangkan bau, sedangkan penambahan probiotik pada proses pembuatan
yoghurt diharapkan dapat menghasilkan es krim yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia. Dimana pada yoghurt probiotik ditambahkan dengan ekstrak markisa
yang memberikan citarasa yang khas, yang akan dicampurkan menjadi satu bagian
dalam es krim. Oleh karena itu perlunya pengujian fisik (overrun dan waktu
meleleh) dan uji organoleptik (rasa, aroma, warna dan tekstur) sehingga adanya
respon dari masyarakat terhadap es krim dari susu kerbau Murrah dengan
penambahan yoghurt probiotik ekstrak markisa.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui persentase konsentrasi yoghurt dan lama aging
terhadap sifat fisik dan uji organoleptik es krim dari susu kerbau Murrah dengan
penambahan yoghurt probiotik ekstrak markisa.
Hipotesis
Adanya pengaruh konsentrasi yoghurt dan lama aging terhadap mutu es
krim dari susu kerbau Murrah dengan penambahan yoghurt probiotik ekstrak
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat,
khususnya bagi pengusaha ternak kerbau Murrah dan es krim mengenai alternatif
pengolahan susu kerbau Murrah dalam pembuatan es krim yoghurt probiotik
ABSTRAK
DJUWITA SARY: Persentase Konsentrasi Yoghurt dan Lama Aging terhadap Sifat Fisik dan Uji Organoleptik Es Krim dari Susu Kerbau Murrah dengan Penambahan Yoghurt Probiotik Ekstrak Markisa (Passiflora sp) di Sei Blutu, Medan. Dibimbing oleh USMAN BUDI dan NURZAINAH GINTING.
Masyarakat yang menyukai susu kerbau Murrah relatif sedikit, sehingga diperlukannya pengolahan susu kerbau murrah menjadi es krim yoghurt probiotik. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu: konsentrasi yoghurt (Y): (0, 5, 10, 15%) dan lama aging (L): (4, 6, 8, 10 jam). Paremeter yang dianalisis yaitu uji organoleptik (warna, aroma, tekstur dan rasa), % overrun dan waktu meleleh pada suhu ruang (27 0C) dan pada inkubator (37 0C).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi yoghurt memberi pengaruh sangat nyata terhadap uji organoleptik (warna, aroma, tekstur dan rasa), % overrun dan waktu meleleh pada suhu ruang (27 0C) serta pada inkubator
(37 0C). Lama aging memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap uji
organoleptik (warna, aroma dan tekstur) dan waktu meleleh pada inkubator (37 0C), berpengaruh nyata terhadap % overrun dan waktu meleleh pada suhu ruang (27 0C) serta berpengaruh tidak nyata terhadap uji organoleptik (rasa). Interaksi antara konsentrasi yoghurt dengan lama aging memberi pengaruh sangat nyata terhadap uji organoleptik (warna dan aroma), berpengaruh nyata terhadap waktu leleh pada inkubator (37 0C) dan berpengaruh tidak nyata terhadap uji organoleptik (tekstur dan rasa), % overrun dan waktu meleleh pada suhu ruang
(27 0C). Penambahan konsentrasi yoghurt 15% dengan lama aging 10 jam
menghasilkan es krim yoghurt probiotik dengan penambahan ekstrak markisa lebih baik dan dapat diterima.
ABSTRACT
DJUWITA SARY: Percentage of Yoghurt Concentration and aging time on Physical Properties and Orgonoleptic Test of Ice Cream from Murrah Buffalo’s Milk with Adddition of Probiotik Yoghurt Passion Fruit Extract (Passiflora sp) at Sei Blutu, Medan. This Research Supervised by USMAN BUDI and NURZAINAH GINTING.
People who liked milk of Murrah buffalo are relatife small, so the need for processing of murrah buffalo milk into probiotik yoghurt to ice cream. For that a research had been conducted using Completely Randomized Design (CRD) with two factors, that is Yoghurt Concentration (Y): (0, 5, 10, 15%) and Aging Time (L): (4, 6, 8, 10 hours). Parameters analysed the organoleptik test (color, aroma, texture and taste), % overrun and melt time at room temperature (27 oC) and the incubator (37 0C).
The result showed that yoghurt concentration had highly significant effect on organoleptik test (color, aroma, texture and taste), % overrun and melt time at room temperature (27 oC) and the incubator (37 0C). The aging time had highly significant
effect on organoleptic test (color, aroma, and texture) melt time at room incubator (37
0C). Significantly effect the % overrun and aging time melt at room temperature (27 oC)
and not significant effect on organoleptic test (taste). The interaction of yoghurt concentration and aging time had highly significant effect on organoleptic test (color and aroma), significantly effect the melt time in the incubator (37 0C) and not significant
effect on organoleptic test (texture and taste), % overrun and melt time at room temperature (27 oC). The addition 15% of yoghurt 10 hour og aging time gave the best effect and more acceptable quality of the Probiotik Yoghurt Ice Cream from Murrah Buffalo’s Milk with Adddition of Passion Fruit Extract produced.
PERSENTASE KONSENTRASI YOGHURT DAN LAMA
AGING TERHADAP SIFAT FISIK DAN UJI ORGANOLEPTIK
ES KRIM DARI SUSU KERBAU MURRAH DENGAN
PENAMBAHAN YOGHURT PROBIOTIK EKSTRAK
MARKISA (Passiflora sp.)
SKRIPSI
Oleh: DJUWITA SARY
080306022
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
PERSENTASE KONSENTRASI YOGHURT DAN LAMA
AGING TERHADAP SIFAT FISIK DAN UJI ORGANOLEPTIK
ES KRIM DARI SUSU KERBAU MURRAH DENGAN
PENAMBAHAN YOGHURT PROBIOTIK EKSTRAK
MARKISA (Passiflora sp.)
SKRIPSI
Oleh : DJUWITA SARY
080306022/PETERNAKAN