• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Pluralis yang Sering Mengalami Bencana Banjir di Kelurahan Polonia Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Pluralis yang Sering Mengalami Bencana Banjir di Kelurahan Polonia Kota Medan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

Angket Penelitian

I. Identitas Responden 1. Nama :

2. Usia : 3. Pekerjaan :

4. Jenis kelamin : a. Laki- laki b. Perempuan 4. Etnis : a. Cina

b. Karo c. India 5. Agama : a. Islam

b. Protestan c. Katolik d. Budha e. Hindu

II. Deskripsi Tempat Tinggal

1. Apakah anda sudah lama tinggal di lingkungan ini ? a. Sudah lama

b. Belum lama

(Sebutkan berapa lama anda tinggal di lingkungan ini)

(2)

a. Karena dari kecil sudah tinggal di lingkungan tersebut.

b. Ikut keluarga yang pindah ke lingkungan ini yang sebelumnya berdomisili di tempat lain c. Lingkungan tempat tinggal ini strategis

3. Apakah lingkungan tempat tinggal Anda tergolong nyaman? a. Ya, karena

b. Tidak, karena

4. Apakah ada perubahan kondisi lingkungan tempat tinggal anda sekarang dibanding pertama sekali anda pindah ke lingkungan ini ?

a. Ada b. Tidak ada

5. Sebutkan perubahan kondisi lingkungan selama anda tinggal disini?

__________________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ ________________________________________________________________

6. Bagaimana dengan kondisi jarak rumah anda dengan rumah tetangga? a. Sangat sempit

b. Sudah pas

c. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya cukup jauh 7. Sudah baguskah saluran air di depan rumah tempat anda tinggal?

a. Sudah bagus b. Tidak bagus

III. Kondisi Banjir Pada Lingkungan

1. Apakah anda mengetahui sebelumnya bahwa daerah ini adalah daerah rawan banjir ? a. Iya, saya tahu sebelumnya

(3)

2. Bagaimana frekuensi banjir yang terjadi di daerah tempat tinggal anda? a. Sering

b. Jarang

3. Dalam sebulan, kira-kira berapa kali banjir yang bisa terjadi di tempat tinggal anda? a. 1 – 3 kali

b. 4 – 6 kali

c. Lebih dari 6 kali

4. Jika banjir terjadi, cukup dalamkah genangan air yang ada akibat banjir? a. Cukup dalam

b. Tidak begitu dalam

5. Kira-kira apa yang menyebabkan banjir mudah terjadi di lingkungan anda tinggal? a. Saluran air yang tidak memadai/saluran air yang tidak beres

b. Sampah yang menumpuk di mana-mana c. Tanah tempat tinggal yang terlalu rendah

d. Alasan lain ___________________________________________________________ 6. Seperti apa dampak yang terjadi pada tempat tinggal anda jika banjir datang?

__________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ 7. Kapan banjir yang paling besar yang pernah terjadi di lingkungan anda?

_______________________________________________________________________ 8. Kerugian seperti apa yang anda hadapi pada saat banjir besar tersebut

terjadi?____________________________________________________________________ __________________________________________________________________________ _________________________________________________________________

(4)

a. Menyelamatkan barang-barang rumah b. Mengungsi

c. Yang lain, sebutkan ____________________________________________________ IV. Solidaritas masyarakat saat banjir

1. Bagaimana hubungan anda dengan tetangga atau warga yang berada di sekitar rumah anda ? a. Baik

b. Biasa saja

c. Tidak ada interaksi

2. Pernahkah anda menolong tetangga ketika terjadi ketika banjir? a. Pernah

b. Tidak

3. Bagaimana bentuk tolong menolong yang terjadi di antara para warga selama terjadi banjir? a. Ikut membantu memindahkan barang- barang agar tidak rusak terkena banjir.

b. Membantu seluruh anggota keluarga dari rumah yang terkena banjir c. Jawaban a dan b benar

d. Bentuk lain _________________________________________________________ 4. Siapakah yang didahulukan untuk ditolong pada saat terjadi banjir?

a. Sesama suku

b. Siapapun (termasuk orang yang berbeda suku)

5. Apakah kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sering diadakan di lingkungan tempat tinggal anda ini?

a. Sering (1-2 kali dalam sebulan) b. Jarang (2 bulan sekali)

(5)

b. Tidak

7. Pada saat melakukan kerja bakti, apakah anda hanya membersihkan halaman di depan rumah anda saja?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah ada kegiatan yang dilakukan oleh warga masyarakat lingkungan anda secara rutin ? a. Ada

b. Tidak ada

9. Apakah pernah terjadi konflik diantara warga masyarakat di lingkungan ini ? a. Pernah

b. Tidak pernah

10.Bagaimana frekuensi terjadinya konflik di lingkungan tempat tinggal anda tersebut? a. Sesekali

b. Jarang c. Sering

11.Biasanya konflik yang terjadi disebabkan oleh apa saja ?

___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ _______________________________________________________________

(6)
(7)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998 . Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Fitri, Wanda. 2009. Pluralisme dan Kerukunan Hidup Beragama : Studi Komunikasi Antarbudaya Terhadap Hubungan Sosial Lintas Agama di Sumatera. The 9th Annual

Conference on Islamic Studies (ACIS)

Hanifah, Abu. 2010. Toleransi dalam Masyarakat Plural Memperkuat Ketahanan Sosial. Hendropuspito. 1983 . Sosiologi Agama.Yogyakarta : Penerbit Yayasan Kanisius.

Ismail, Rizabuana. 2009. Metode Penelitian Kualitatif : Dasar- dasar Pemikiran Melakukan Penelitian Sosial Dengan Pendekatan Grounded Research. Medan : Usu press.

Laiya, Bambowo. 1983 .Solidaritas Kekeluargaan. Gadjah Mada University Press.

Maleong, Lexy. 1993 . Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mendatu, Achmanto. Pluralitas Etnik di Indonesia, (Online),http://smartpsikologi.blogspot. com/2007/08/pluralitas-etnik-di-indonesia.html. Diakses tanggal 11 Maret 2012. Menghadapi Banjir. Jurnal Psikologi Pitutur, Volume I, No. 2, Juni 2011 : 93-101

Muti’ah, Anisatun,dkk. 2009. Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia (1). Jakarta Timur : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.

(8)

Prayitno, A.,Haji,dan Trubus Rahardiansah. 2008. Ethics For A Multicultural Society: Strategic Solution for Interweaving Togetherness the Frame Work of Pluralism. Jakarta : Universitas Trisakti Press.

Ritzer, George dan Smart, Barry. 2011. Handbook Teori Sosial. Bandung : Penerbit Nusa Media. Sumadi, Suryabrata. 2002 . Metode Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Susiyanto. 2006. Solidaritas Sosial Cina Muslim dan Non- Muslim dan Faktor- Faktor yang

Mempengaruhinya : Studi di Bengkulu. Jurnal Penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006 : 84- 98.

……. .2011. Bencana Alam Sepanjang Tahun 2011. http://news.okezone.com/read/2011/12/30/ 337/549497/bnpb-1-598-bencana-alam-terjadi-ditahun-2011. Diakses tanggal 11 Maret

2012.

(9)

BAB III

Gambaran Responden dan Pengetahuan Masyarakat Pluralis Tentang

Bencana Banjir di Kawasan Tempat Tinggalnya

3.1. Karakteristik Responden

Indonesia merupakan negeri yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti letak geografis Indonesia, sejarah Indonesia dan masih ada beberapa faktor lainnya. Akibatnya Indonesia terdiri dari banyak masyarakat multikultural. Masyarakat itu tersebar diseluruh Indonesia, termasuk di kota Medan, Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia. Pada tabel di bawah ini, telah dipilih responden berdasarkan etnis, yaitu warga masyarakat Cina ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berasal dari etnis Karo ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berasal dari etnis India ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berasal dari etnis lain sepert Jawa dan Melayu ada sebanyak 5 orang (14,29%).

Tabel 1

Responden Berdasarkan Etnis

No. Etnis Frekuensi Persentase (%)

1. Cina 10 28,57%

2. Karo 10 28,57%

3. India 10 28,57%

4. Etnis lain (Jawa dan Melayu) 5 14,29%

Jumlah 35 100%

(10)

Warga masyarakat yang berbeda etnis seperti yang telah dipaparkan di atas hidup di dalam lingkungan yang sama. Berbagai aktivitas yang dilakukan tetap berjalan harmonis karena perbedaan etnis yang terjadi merupakan hal yang biasa terjadi.

Tabel 2 sebanyak 6 orang (17,14%). Responden yang berada pada usia 26-35 tahun ada sebanyak 9 orang (25,72%). Responden yang berada pada usia 36-45 tahun ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berada pada usia 46 – 55 tahun ada sebanyak 8 orang (22,86%). Responden yang berada pada usia 56 tahun ke atas ada sebanyak 2 orang (5,71%). Responden yang berada pada usia 51- 55 tahun ada sebanyak 6 orang (17,15%).

Tabel 3

Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

(11)

Berdasarkan jenis pekerjaan, banyaknya jumlah responden yang masih pelajar adalah 5 orang (14,28%). Responden yang bekerja sebagai guru ada sebanyak 4 orang (11,43%). Responden yang bekerja sebagai karyawan swasta ada sebanyak 6 orang (17,15%). Responden yang bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) ada sebanyak 1 orang (2,85%). Responden yang bekerja sebagai wiraswasta ada sebanyak 13 orang (37,14%) dan responden yang berperan sebagai ibu rumah tangga ada sebanyak 6 orang (17,15%).

Tabel 4

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Perempuan 25 71,43%

2. Laki- laki 10 28,57%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sedangkan pada tabel 4, berdasarkan jenis kelamin didapati jumlah responden laki- laki adalah 10 orang (28,57%). Jumlah responden perempuan ada sebanyak 25 orang (71,43%).

Tabel 5

(12)

Tabel 6

Lamanya Responden Tinggal di Kawasan Tempat Tinggalnya

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. 9-10 tahun 1 3,58% sebanyak 1 responden (3,58%) telah tinggal selama 9- 10 tahun di lingkungan tersebut, sebanyak 7 responden (25%) telah tinggal selama 16-20 tahun, sebanyak 7 responden (25%) telah tinggal selama 21-25 tahun. Sebanyak 5 responden (17,85%) telah tinggal selama 26-30 tahun, sebanyak 5 responden (17,85%) yang telah tinggal selama 31-35, sebanyak 2 responden (7,14%) yang telah tinggal selama 36-40 tahun dan 1 responden (3,58%) yang telah tinggal di daerah tersebut.

Ada sebanyak 3 responden (42,86%) yang tinggal selama 1-3 tahun di daerah tersebut. Responden yang belum lama tinggal di daerah tersebut yaitu selama 4- 5 tahun ada sebanyak 2 responden (28,57%), dan responden yang tinggal selama 6 – 8 tahun ada sebanyak 2 responden (28,57%).

Tabel 7

Alasan Responden Memilih Tinggal di Lingkungan Ini

No. Jawaban Frekue

nsi

(13)

3. Lingkungan tempat tinggal ini strategis 8 22,86%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sedangkan tentang pemilihan tempat tinggal, ada sebanyak 17 responden (48,57%) yang menyatakan bahwa mereka memilih lingkungan tempat tinggal tersebut karena sejak mereka kecil sudah tinggal di lingkungan ini bersama orangtuanya. Seiring dengan berjalannya waktu, warga yang tinggal di lingkungan tersebut sejak kecil tumbuh dan menghabiskan masa kecilnya di Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia. Setelah mereka beranjak dewasa bahkan sampai menikah, mereka tetap tinggal di lingkungan tersebut. Sampai mereka berkeluarga dan mempunyai anak, masih tinggal di lingkungan ini. Mengingat harga tanah di masa sekarang yang harganya jauh semakin naik dibandingkan dulu membuat warga masyarakat yang dari kecil sudah tinggal di lingkungan tersebut memutuskan untuk melanjutkan kehidupannya dengan keluarga barunya di lingkungan tersebut bersama kedua orangtuanya juga.

(14)

merupakan salah satu hal penting yang dicari oleh setiap orang agar dapat menjalankan aktivitas sehari- hari.

3.2. Pengetahuan Responden Tentang Kawasan Tempat Tinggal

Lingkungan tempat tinggal yang nyaman merupakan lingkungan tempat tinggal dambaan setiap keluarga. Setiap keluarga memang mempunyai cara masing- masing untuk membuat lingkungan tempat tinggal mereka menjadi nyaman. Kenyamanan adalah hal yang sangat penting karena apabila kenyamanan dapat ditimbulkan di dalam lingkungan tempat tinggal kita akan menciptakan suasana yang harmonis, tidak hanya di antara anggota keluarga tetapi juga antara tetangga.

Tabel 8

Responden Berdasarkan Nyaman/Tidak Lingkungan Tempat Tinggalnya

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Nyaman 33 94,29%

2. Tidak Nyaman 2 5,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Penelitian ini menunjukkan terdapat sebanyak 33 orang (94,29%) yang menyatakan nyaman tinggal di lingkungan ini dan 2 orang (5,71%) yang menyatakan tidak nyaman di lingkungan tempat tinggal mereka

(15)

Bagi 2 orang responden (5,71%) yang menyatakan lingkungan tempat tinggal tidak nyaman disebabkan oleh kondisi lingkungan apabila terjadi banjir. Air yang masuk ke rumah warga menyebabkan warga harus membersihkan rumahnya apabila hujan deras terjadi. Hal tersebut yang membuat responden kurang nyaman tinggal di lingkungan tempat tinggalnya.

Tabel 9

Pengetahuan Tentang Perubahan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Ada Perubahan 31 88,57%

2. Tidak Ada Perubahan 4 11,43%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Pada tabel 9 di atas, didapati sebanyak 31 responden (88,57%) yang menyatakan bahwa di lokasi ini telah terjadi perubahan kondisi lingkungan tempat tinggal dibanding yang dulu pertama sekali mereka tinggal di lingkungan itu. Perubahan yang terjadi dirasakan oleh warga masyarakat sekitar memberikan dampak tersendiri di dalam kehidupan mereka sehari- hari. Namun 4 responden (11,43%) yang merasa bahwa tidak ada perubahan yang terjadi pada kondisi lingkungan tempat tinggal mereka selama tinggal disana.

Sebanyak 31 responden (88,57%) menyatakan bahwa telah terjadi perubahan kondisi lingkungan di daeran tempat tinggal mereka. Perubahan- perubahan yang terjadi yaitu adanya bangunan baru, hal itu dinyatakan oleh 12 responden (34,29%). Bangunan baru seperti rumah- rumah yang semakin banyak dibangun di lahan kosong di sekitar lingkungan tersebut. Komplek perumahan juga sedang dirancang untuk dibangun di sekitar rumah warga.

(16)

Perubahan kondisi lingkungan yang terjadi selanjutnya adalah penduduk yang menjual tanahnya pada developer, ada sebanyak 2 orang (5,71%) yang menyatakan hal tersebut. Lahan kosong milik warga dijual kepada developer sehingga developer dapat membangun perumahan yang berada di lingkungan tersebut. Pembangunan Hermes Palace yang terletak di samping jalan masuk menuju lingkungan III menyebabkan pembangunan Hermes Palace berdampak sedikit banyak ke lingkungan tersebut. Banyak rumah di sekitar Hermes Palace yang dijual ke developer untuk mendukung pembangunan mall tersebut. Akibat pembangunan itu pula jalanan menjadi semakin padat akan kendaraan yang berpengaruh ke lingkungan III karena banyak kendaraan yang memotong dari lingungan tersebut untuk menghindari macet.

Tabel 10

Kondisi Jarak Rumah Responden dengan Rumah Tetangga

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

(17)

berbicara lebih keras saja, tetangga di samping rumah mereka dapat mendengar apa yang dikatakan oleh tetangganya.

Ada sebanyak 2 orang responden (5,71%) yang menyatakan jarak antara satu rumah dengan yang lainnya cukup jauh yaitu 10 meter. Responden yang mengatakan hal tersebut adalah warga masyarakat yang belum lama tinggal di daerah tersebut sehingga ketika warga itu pertama sekali pindah tidak dapat posisi rumah yang sesuai dengan keinginannya. Namun, meskipun jarak antara rumahnya dengan tetangga cukup jauh tidak membuat keluarga tersebut hanya selalu di dalam rumah. Sambil membeli perlengkapan sehari- hari, ibu rumah tangga dari keluarga tersebut sekaligus berinteraksi dengan warga sekitar.

Selanjutnya ada sebanyak 30 responden (85,72% ) yang menyatakan jarak rumah mereka dengan jarang rumah tetangga sudah pas yaitu 5 meter. Pas yang dimaksud dalam pernyataan ini adalah jarak yang tidak terlalu jauh dan jarak yang tidak terlalu sempit diantara rumah- rumah yang ada di lingkungan III tersebut. Setiap warga yang tinggal disana meskipun sibuk dalam aktivitas sehari- harinya selalu menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan tetangganya.

Tabel 11

Pengetahuan Tentang Saluran Pembuangan Air di Depan Rumah Responden

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Sudah bagus 19 54,29%

2. Tidak bagus 16 45,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

(18)

dengan baik dan lancar. Saluran pembuangan tersebut mengalir dengan lancar dan tidak ada sampah yang berada di saluran air tersebut. Warga masyarakat turut merasakan keuntungan dari lancarnya saluran air apabila berfungsi dengan baik. Cara warga menjaga kebersihan saluran pembuangan air adalah dengan membersihkan sampah yang ada di saluran tersebut secara rutin. Tidak semua warga masyarakat memiliki saluran air yang bagus di rumahnya. Biasanya, saluran air tersebut merupakan saluran air yang kering (tidak ada air didalamnya) dan terdapat banyak sampah di dalam saluran air tersebut. Ada sebanyak 16 orang (45,71%) yang saluran air di depan rumahnya tidak berfungsi dengan baik. Dampak yang kurang menguntungkan juga akan timbul akibat saluran air yang tidak berfungsi dengan baik ini, salah satunya adalah dapat menimbulkan terjadinya banjir apabila terjadi hujan.

(19)

3.3. Pengetahuan Responden Tentang Bencana Banjir di Kawasan Tempat Tinggalnya Tabel 12

Pengetahuan Responden Bahwa Daerah Tempat Tinggalnya Merupakan Daerah Rawan Banjir

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Iya, saya tahu sebelumnya 14 40%

2. Saya tidak tahu 21 60%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sebanyak 14 responden (40%) menyatakan bahwa mereka telah mengetahui sebelumnya bahwa daerah tempat tinggal tersebut merupakan daerah yang rawan banjir. Tanah yang rendah membuat sering terjadi banjir di lingkungan ini. Selain itu, apabila terjadi hujan, sungai yang berada di dekat rumah warga akan meluap sehingga air sungai tersebut akan menggenangi jalan dan rumah- rumah tempat tinggal warga.

Responden yang tidak tahu sebelumnya mengenai hal ini ada sebanyak 21 orang (60%). Responden tersebut tidak terlalu mengetahui apabila daerah tersebut merupakan daerah rawan banjir. Menurut mereka, apabila hujan turun terus- menerus memang akan mengakibatkan banjir, tetapi mereka tidak mengetahui seberapa besar banjir yang dapat terjadi di lingkungan tersebut.

Tabel 13

Pengetahuan Responden Tentang Frekuensi Banjir yang Terjadi Setiap Tahun

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Sering 21 60%

2. Jarang 14 40%

Jumlah 35 100%

(20)

Sebanyak 21 orang (60%) yang menyatakan bahwa sering terjadi banjir di lingkungan III tersebut. Menurut responden banjir seiring terjadi terutama karena rumah tempat tinggal mereka yang tidak jauh dari sungai. Sungai yang berada di dekat tempat tinggal mereka tersebut tidak terlalu bersih. Hal tersebut dikarenakan masih banyak orang yang membuang sampah ke sungai. Akibatnya apabila terjadi hujan deras, sungai akan meluap dan air terus mengalir ke dalam rumah warga masyarakat. Banjir yang terjadi di lingkungan tempat tinggal tentu merupakan hal yang tidak disukai oleh warga masyarakat. Namun lama kelamaan warga masyarakat yang ada di lingkungan ini mulai terbiasa dengan kondisi tersebut sehingga pada saat turun hujan warga dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi banjir yang timbul akibat hujan deras yang terjadi. Responden yang menyatakan sering terjadi banjir menyebutkan dalam sebulan banjir bisa terjadi 1- 3 kali. Berarti banjir dapat terjadi setiap minggunya. Para responden juga menyatakan akibat frekuensi tersebut mereka selalu bersiap siaga sebelum banjir terjadi. Persiapan mereka seperti mengamankan perabotan yang biasanya terkena banjir apabila bencana alam tersebut terjadi. Selain itu para warga masyarakat telah menyiapkan beberapa peralatan dalam mengantisipasi terjadinya banjir agar segala bentuk kerugian dalam di minimalisir.

(21)

responden pernyataan mereka didasarkan pada hujan yang terus menerus turun dalam kurun waktu terakhir ini.

Tabel 14

Pengetahuan Responden Tentang Kedalaman Genangan Air Akibat Banjir

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Cukup dalam 19 54,29%

2. Tidak begitu dalam 16 45,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Ada sebanyak 19 responden (54,29%) yang menyatakan bahwa genangan air yang terjadi dan masuk ke rumah cukup dalam. Akibat dari genangan air yang cukup dalam tersebut akan membawa dampak yang tidak menguntungkan bagi pemilik rumah. Responden menyatakan bahwa genangan air yang masuk ke dalam rumah mencapai 10-15cm atau di atas mati kaki. Genangan air ini dapat membuat perabotan yang ada di dalam rumah yang terkena banjir menjadi rusak, terutama perabotan yang terbuat dari kayu. Selain itu sampah yang ikut masuk ke dalam rumah juga menyebabkan bau yang tidak sedap ke dalam rumah dan kondisi ini tentu tidak membuat anggota keluarga nyaman.

(22)

melakukan aktivitasnya sehari- hari. Ada juga responden yang menyatakan genangan air yang masuk ke dalam rumah mencapai 30-50 cm atau selutut. Warga masyarakat berusaha membersihkan rumah dari genangan air, memindahkan perabotan yang ada di dalam rumah ke tempat yang lebih tinggi apalagi kondisi memungkinkan. Selain itu, responden mengemukakan bahwa mereka juga berusaha menyimpan surat- surat berharga agar tidak terkena banjir karena akan sangat merugikan apabila surat berharga tersebut terendam di dalam genangan air yang masuk ke rumah.

Ada sebanyak 16 responden (45,71%) lainnya menyatakan bahwa genangan air yang ditimbulkan oleh banjir tersebut tidak begitu dalam sehingga dampak yang dirasakan oleh pemilik rumah juga tidak terlalu besar.

Tabel 15

Responden Berdasarkan Penyebab Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Saluran air yang tidak memadai/

(23)

bukan masalah baru bagi lingkungan ini. Sampah yang dibuang sembarangan masih menjadi masalah utama. Himbauan mengenai akibat dari sampah yang dibuang sembarangan juga tidak merubah kebiasaan masyarakat setempat. Akibat dari membuang sampah ke sungai, yaitu menyebabkan meluapnya air sungai ketika hujan turun. Selain itu faktor penyebab terjadinya banjir menurut 6 responden (17,15%) lainnya adalah tanah tempat tinggal yang terlalu rendah. Tanah di lingkungan III dianggap kurang tinggi sehingga ada beberapa warga masyarakat yang melakukan renovasi terhadap rumahnya untuk menghindari terjadinya banjir dengan menambah tanah atau meninggikan rumahnya.

Tabel 16

Responden Tentang Dampak Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Lingkungan menjadi kotor 14 40%

2. Air masuk ke dalam rumah 4 11,43%

3. Sampah berserakan 14 40%

4. Aktivitas terganggu 3 8,57%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sebanyak 14 responden (40%) menyatakan bahwa akibat dari banjir adalah lingkungan menjadi kotor. Ketika banjir surut akan banyak meninggalkan sampah yang membuat lingkungan menjadi kotor. Jenis- jenis sampah seperti

(24)

Selanjutnya, sebanyak 14 responden (40%) menyatakan sampah yang berserakan dimana- mana juga merupakan dampak yang terjadi apabila terjadi banjir. Sebanyak 3 responden (8,57%) menyatakan bahwa akibat terjadinya banjir membuat aktivitas sehari- hari yang dilakukan terganggu. Jalanan yang tergenang banjir tidak memungkinkan warga masyarakat melakukan kegiatan sebagaimana mestinya. Akibat lainnya adalah

Tabel 17

Pengetahuan Tentang Banjir Terbesar yang Pernah Terjadi di Kawasan Tempat Tinggal

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak tahu 2 5,71%

2. 01 April 2011 33 94,29%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

(25)

masyarakat melihat ke halaman depan dan dapur mereka, air telah masuk ke dalam rumah mereka. Arus air yang mengalir tersebut sangat deras sehinggga membuat warga masyarakat semakin panik, bahkan ada responden yang mengira bahwa air yang mengalir dengan sangat deras tersebut adalah awal terjadinya tsunami.

(26)

banjir pada saat itu mengamankan surat terlebih dahulu. Banjir yang terjadi pada awal April 2011 tersebut memang sangat membekas di hati dan pikiran responden yang tinggal di lingkungan III, Kelurahan Polonia. Semenjak kejadian itu, para warga selalu waspada setiap hujan deras turun dan segera mempersiapkan diri mereka apabila sewaktu- waktu banjir besar seperti yang terjadi pada awal April 2011 terjadi kembali.

Ada sebanyak 13 responden (39,40%) dalam penelitian ini menyatakan bahwa banyak sampah yang ikut terbawa oleh arus air yang mengalir ke dalam rumah pada saat itu. Warga yang melihat hal tersebut tidak dapat berbuat banyak karena kondisi rumah yang tergenang air cukup tinggi. Sampah yang dibawa oleh arus air tersebut berasal dari sampah- sampah yang dibuang ke dalam sungai yang berada di dekat lingkungan III tersebut. Selain itu sampah juga berasal dari sampah yang ada di jalanan di sekitar rumah warga. Keadaan tersebut membuat rumah warga yang terkena musibah tersebut menjadi jorok dan bau. Warga pun hanya bisa pasrah melihat hal tersebut dan mulai membersihkan sampah- sampah tersebut pada saat air telah surut.

(27)
(28)

BAB IV

SOLIDARITAS MASYARAKAT PLURALIS DALAM MENGHADAPI

BANJIR

5.1. Solidaritas Masyarakat Banjir

Dalam kehidupan sehari- hari, sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, manusia akan saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Begitu pula dengan warga masyarakat yang tinggal di kawasan kajian. Setiap warga mengenal tetangga yang ada di sebelah rumah mereka serta berinteraksi dengan orang- orang tersebut. Interaksi yang terjadi diantara setiap warga tersebut akan menghasilkan solidaritas dalam menghadapi banjir.

Tabel 18

Responden Etnis Berdasarkan Hubungan dengan Tetangga

No Jawaban Cina India Karo Persentase(%)

1. Baik 9 10 9 28 orang (93,33%)

2. Biasa saja 1 - 1 2 orang (6,67 %)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

(29)

bedakan setiap orang yang dibantu karena menurut mereka setiap etnis adalah sama dan mereka juga telah tinggal di lingkungan tersebut bersama dalam waktu yang cukup lama. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh ibu Rigi Tarigan :

“… Saya rasa tidak ada alasan untuk tidak membantu tetangga yang berbeda etnis. adalah orang – orang yang baik dan bertahun- tahun saya tinggal disini saya dan kami saling membantu setiap banjir terjadi. Prinsip saya adalah pada saat

, orang berbuat baik pada saya, saya juga akan berbuat yang sama …”

Sebanyak 2 responden (6,67%) yang terdiri dari 1 responden etnis Cina dan 1 responden etnis Karo, menyatakan bahwa hubungan dengan tetangga yang ada di sekitar rumah mereka biasa saja. Alasan responden tersebut karena padatnya aktivitas yang mereka lakukan di luar rumah sehingga pada saat mereka pulang, para warga tersebut memilih untuk beristirahat di rumah saja dan tidak melakukan interaksi yang lebih dengan tetangga di sekitar rumah mereka

Tabel 19

Responden Berdasarkan Pernah/ Tidak Menolong Tetangga Ketika Terjadi Banjir

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Pernah 10 10 10 10 orang (100%)

2. Tidak - - - - (0 %)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

(30)

Menurut warga yang berada di lingkungan III, tolong menolong yang terbiasa mereka lakukan sejak dulu berdampak pada kehidupan mereka sehari- hari sampai sekarang. Karena kebiasaan baik tersebut, setiap warga yang pernah menolong tetangganya juga akan ditolong dikemudian hari apabila menghadapi kesulitan, terutama kesulitan di dalam menghadapi bencana banjir. Sebanyak 30 responden (100%) yang terdiri dari 10 responden etnis Cina, 10 responden etnis Karo dan 10 responden etnis India menyatakan bahwa mereka pernah menolong tetangganya pada saat menghadapi banjir.

Tabel 20

Bentuk Tolong- Menolong yang Terjadi di antara Warga Pluralis Selama Banjir

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%) etnia Karo yang menyatakan hal tersebut. Tidak semua barang atau perabotan yang ada di dalam rumah yang dapat dipindahkan ketika banjir terjadi. Sulitnya keadaan yang dihadapi saat banjir membuat setiap warga tidak dapat dengan mudah mengamankan barang- barang yang ada didalam rumah mereka.

(31)

seluruh anggota keluarga keluar dari rumah. Hal tersebut dilakukan mengingat ada anak- anak dan orang yang telah lanjut usia yang akan mengalami kesulitan untuk keluar dari rumah pada saat menghadapi situasi banjir yang sulit. Ada sebanyak 4 responden (13,33%) yang terdiri dari 2 responden etnis Cina, 1 responden etnis Karo dan 1 responden etnis India yang menyatakan hal tersebut. Namun pada saat menghadapi banjir, kedua tindakan yang merupakan bentuk tolong- menolong yang terjadi dapat dilakukan secara bersamaan. Segala sesuatu dapat terjadi ketika banjir datang. Hal tersebut yang menyebabkan setiap warga waspada dalam menghadapi banjir dan siap untuk saling menolong antara satu dengan yang lain. Ada sebanyak 16 responden (53,34%) yang terdiri dari 5 responden etnis Cina, 4 responden etnis India dan 7 responden etnis Karo yang menyatakan hal tersebut.

Tabel 21

(32)

Sebanyak 28 responden lainnya yang terdiri dari 9 responden etnis Cina, 9 responden etnis India dan 10 responden etnis Karo menyatakan ketika terjadi banjir mereka tidak membeda- bedakan yang akan ditolong pada saat terjadi banjir. Menurut responden, tidak ada perbedaan antara tetangga yang memiliki persamaan etnis dengan yang berbeda. Semua sama karena pada aktivitas sehari- hari pun tidak ada yang membeda- bedakan antara warga yang satu dengan yang lain di lingkungan tersebut.

Tabel 22

Pendapat Responden Berdasarkan Sering/ Tidaknya Kerja Bakti Diadakan

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

(33)

Foto 8. Salah satu warga yang ikut berpartipasi dalam kerja bakti yang diadakan secara rutin

Sebanyak 8 responden (26,67%) yang terdiri dari 2 responden etnis Cina, 3 responden etnis India dan 3 responden etnis Karo lainnya yang menyatakan bahwa kerja bakti di lingkungan mereka jarang dilakukan yaitu 2 bulan sekali. Menurut responden mereka jarang mendengar kabar adanya kerja bakti berlangsung selama sebulan. Biasanya mereka mendapat pemberitahuan bahwa kerja bakti dilaksanakan pada awal dan akhir bulan.

Tabel 23

Responden Berdasarkan Iya/ Tidak Mengikuti Kerja Bakti yang Dilaksanakan

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Iya, mengikuti 10 9 10 29 orang

(96,67%)

2. Tidak mengikuti - 1 - 1 orang (3,33%)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

(34)

bersih. Selain itu kerja bakti yang diselenggarakan tidak pernah mengganggu aktivitas mereka. Semakin banyak orang yang terlibat dalam kerja bakti tersebut akan membuat kerja yang dilaksanakan untuk membersihkan rumah tersebut tidak terlalu berat.

Tidak semua warga masyarakat lingkungan III yang mengikuti apabila kerja bakti dilaksanakan. Ada sebanyak 1 responden (3,33%) yaitu responden etnis India yang menyatakan mereka tidak mengikuti kegiatan kerja bakti karena kesibukan yang mereka jalani sehari- hari

Tabel 24

Pendapat Responden Berdasarkan Iya/ Tidak Hanya Membersihkan Halaman di Depan Rumah Pada Saat Kerja Bakti

Pada saat membersihkan lingkungan, ada sebanyak 6 responden (20,00%) yang terdiri dari 3 responden etnis Cina, 2 responden etnis India, dan 1 responden etnis Karo yang menyatakan bahwa ketika mereka melakukan kerja bakti, mereka hanya membersihkan halaman yang ada di depan rumahnya saja. Alasan responden tersebut adalah warga yang bersangkutan merasa capek apabila membersihkan sampai ke lingkungan yang lain.

(35)

Tabel 25

Pendapat Responden Mengenai Ada/ Tidaknya Kegiatan Secara Rutin yang Dilakukan Oleh Warga Masyarakat

No Jawaban Cina India Karo Persentase (%)

1. Ada 6 9 10 25 orang (83,33%)

2. Tidak Ada

4 1 - 5 orang (16,67%)

Jumlah 10 10 10 30 orang (100%)

Sumber: Data Primer 2012

Kegiatan yang ada di dalam suatu lingkungan akan menambah solidaritas masyarakatnya karena pada kegiatan tersebut biasanya masyarakat dapat berkomunikasi juga dengan tetangganya. Ada sebanyak 25 responden (83,33%) yang terdiri dari 6 responden etnis Cina, 9 responden etnis India, dan 10 responden etnis Karo yang menyatakan bahwa ada kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga masyarakat. Kegiatan tersebut seperti kerja bakti dan ada juga arisan yang dilakukan oleh ibu- ibu yang ada di lingkungan ini. Kegiatan olahraga pun merupakan kegiatan yang sering dilakukan. Kegiatan olahraga dibuat pada sore hari dan pada hari- hari libur. Tersedianya lapangan olahraga yang ada ditengah- tengah lingkungan tempat tinggal memudahkan warganya untuk melakukan kegiatan olahraga tersebut. Biasanya olahraga yang dilakukan seperti sepakbola, volley, dan badminton.

(36)

Tabel 26

Pendapat Responden Mengenai Pernah/ Tidak Pernah Terjadi Konflik Diantara Warga Masyarakat

Perbedaan pendapat yang terjadi di tengah kehidupan bermasyarakat merupakan hal yang sering terjadi. Ada sebanyak 23 responden (76,67%) yang terdiri dari 8 responden etnis Cina, 7 responden etnis India, dan 8 responden etnis karo yang menyatakan bahwa pernah terjadi konflik diantara warga masyarakat selama mereka tinggal di lingkungan tersebut. Menurut mereka, konflik yang terjadi tidak sering tetapi hanya sesekali saja. Bahkan ada 7 responden (23,33%) yang terdiri dari 2 responden etnis Cina, 3 responden etnis India, 2 responden etnis Karo yang menyatakan bahwa konflik tidak pernah terjadi di lingkungan tersebut karena menurut responden tidak pernah terjadi hal yang berujung konflik di lingkungan tempat tinggal mereka tersebut.

(37)

tersebut, kesalahpaham yang berujung konflik pun dapat terjadi. Tidak hanya hal tersebut yang dapat menyebabkan konflik, hal lain yang dapat menimbulkan konflik yaitu kalah taruhan, seperti taruhan bola yang sering dilakukan apalagi ketika ada turnamen olahraga seperti Euro, World Cup sedang berlangsung.

Terkadang beberapa warga yang kalah taruhan tidak melakukan apa yang menjadi kesepakatan diawal pada saat akan memulai taruhan. Taruhan tersebut awalnya hanya untuk membuat lebih menarik turnamen olahraga yang sedang berlangsung. Akibat dari tidak dilaksanakannya kesepakatan yang telah dibuat dari awal membuat konflik juga dapat terjadi diantara warga tersebut. Namun, meskipun ada beberapa penyebab terjadinya konflik di lingkungan ini, konflik tidak berlangsung lama karena para warga sadar dengan adanya konflik tersebut membuat warga masyarakat itu sendiri dan tetangga di sekitar tidak akan merasa nyaman lagi untuk tinggal di lingkungan tersebut.

Tabel 27

Pendapat Responden Berdasarkan Setuju/ Tidak Setuju dengan Kalimat yang Menyatakan “Tetangga adalah Keluarga Terdekat”

(38)

(100%) yang terdiri dari 10 responden etnis Cina, 10 responden etnis India, dan 10 responden etnis Karo menyatakan mereka setuju dengan kalimata yang menyatakan “tetangga adalah keluarga yang terdekat”. Pernyataan tersebut didasarkan pada kenyataan yang terjadi di tengah-

tengah bermasyarakat. Menurut mereka, pada saat terjadi masalah pada mereka, tetangga yang akan terlebih dahulu dimintai pertolongan karena jarak yang paling dekat dengan warga yang mengalami masalah tersebut. Keluarga yang tidak tinggal dekat dengannya membuat warga masyarakat sulit untuk meminta bantuan secara cepat. Hal tersebut juga terjadi ketika menghadapi banjir yang sering terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada saat banjir datang, tetanggalah yang akan lebih cepat membantu warga yang membutuhkan pertolongan pada saat itu.

5.2. Bentuk Solidaritas Sesama Masyarakat 5.2.1. Solidaritas Sesama Masyarakat India

(39)

Lokal Shanti. Namun, vihara Lokal Shanti pada saat itu terendam air lebih tinggi dibanding vihara Bodhi Gaya. Parit besar yang ada di belakang vihara Lokal Shanti meluap ketika banjir terjadi tahun 2011 lalu. Banyak sampah yang terdapat di dalam parit besar itu sehingga pada saat hujan turun terus – menerus menyebabkan air dan lumpur yang berasal dari parit besar tersebut menggenangi vihara.

(40)

Foto 10. Bekas banjir yang terjadi di vihara Lokal Shanti awal April 2011 lalu. Tanda yang nampak pada dinding di vihara yang menunjukkan seberapa tinggi air yang menggenangi vihara

tersebut.

(41)

Foto 11. Vihara Bodhi Gaya yang digunakan sebagai tempat mengungsi masyarakat India pada banjir April (01/04/2011)

(42)

menenangkan warga yang panik sehingga beban mental yang dialami oleh warga tersebut berkurang. Masyarakat India yang tinggal di kawasan itu memang sudah mengenal antara satu dengan yang lain. Jumlah mereka yang tergolong banyak membuat solidaritas yang terjalin diantara mereka semakin nampak. Banyak masyarakat yang berdoa di dalam vihara pada saat itu dan kemudian kembali ke aula.

(43)

Setelah warga yang ditugaskan untuk membeli bahan makanan kembali, kemudian dibagi beberapa tim yang terdiri dari ibu- ibu dan remaja putri untuk memasak bahan makanan tersebut. Ketika banjir besar tersebut terjadi, makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah makanan yang mudah untuk dimasak dan bahan makanan yang digunakan mudah untuk dicari. Makanan yang dimasak seperti nasi, sayur- sayuran, indomie dan telur goreng. Dalam memasak makanan tersebut warga tidak kesulitan untuk memperoleh bahan yang diperlukan sehingga makanan yang disediakan di dapur umum dapat segera disajikan kepada para korban banjir. Air minum yang ada dimanfaatkan juga oleh warga untuk dibagikan bagi warga etnis India yang lain. Sebagai tambahan, warga masyarakat juga merebus air agar dapat diminum oleh seluruh warga yang mengungsi. Pada siang hari, warga makan secara bergantian dikarenakan piring dan gelas yang digunakan pada saat itu sangat terbatas sementara jumlah warga yang mengungsi banyak. Meskipun demikian, banyak warga yang tetap semangat dan berharap air yang masuk ke dalam rumah mereka cepat surut sehingga mereka dapat kembali ke rumah tersebut.

(44)

lemari, karena apabila mereka memindahkan kursi tersebut ke luar akan menimbulkan dampak yang sama karena keadaan di luar rumah yang juga tergenang air pada saat itu. Beberapa alat elektronik seperti kulkas yang tersambung ke listrik juga diamankan oleh warga tersebut. Mereka mencabut colokan kulkas yang masih tersambung karena akan berbahaya apabila terkena air. Selain itu, warga yang memeriksa keadaan rumah tersebut pun menemukan benda elektronik yaitu handphone yang tertinggal di rumah pemiliknya. Menurutnya, pemilik barang elektronik tersebut panik ketika banjir besar terjadi pada pagi hari sehingga barang tersebut tertinggal. Kemudian pemuda tersebut bergabung dengan beberapa warga India yang lain yang juga sedang memindahkan barang- barang yang bisa diamankan. Tindakan mereka tersebut didasarkan karena kepedulian yang sangat besar kepada warga India lain yang tinggal di kawasan tersebut. Di dalam kegiatan sehari- hari yang mereka lakukan dengan warga India lainnya yang membuat hubungan mereka erat tidak hanya disaat suka tetapi juga disaat- saat sulit seperti ketika mereka menghadapi banjir yang melanda kawasan tempat tinggal mereka. Sementara beberapa warga India berusaha untuk menyelamatkan barang- barang yang ada di rumah mereka dan juga yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, para warga yang mengungsi di vihara juga melakukan beberapa kegiatan. Kegiatan yang mereka lakukan seperti membereskan piring dan gelas yang telah dipakai untuk makan pada siang hari. Selain itu, masyarakat yang beretnis India tersebut juga berdoa secara bersama- sama di vihara tersebut agar banjir besar yang terjadi di kawasan tempat tinggal mereka segera surut dan rumah tempat tinggal warga tidak mengalami kerusakan akibat banjir besar tersebut.

(45)

dalam. Warga masyarakat secara bergantian menemani ibu tersebut dan bersedia merawat ibu yang tergeletak sakit itu. Tidak ada warga yang merasa keberatan ketika harus memberikan tempat yang lebih bagi ibu tersebut untuk berbaring. Sikap saling peduli dan saling memperhatikan yang terjadi diantara masyarakat yang beretnis India itu bukan hal yang baru terjadi. Masyarakat yang beretnis India yang tinggal di lingkungan tersebut sangat peduli dengan kondisi tetangga yang tinggal di dekat kawasan tempat tinggal mereka. Setiap warga merasa bahwa tetangga adalah keluarga yang paling dekat dengan mereka sehingga hubungan yang baik diantara setiap warga harus dijalin dan dipertahankan agar kehidupan sehari- hari berjalan dengan damai dan harmonis. Berbagai masalah yang dapat timbul diantara warga dijadikan sebagai pelajaran bagi setiap warga agar dapat menyelesaikan masalah dan tidak berujung dengan konflik. Solidaritas yang terjadi diantara masyarakat yang beretnis India di lingkungan III lah yang membuat warga nyaman untuk tinggal di lingkungan tersebut. Selain itu, hubungan yang terjalin dengan baik antara sesama warga juga diterapkan bagi anak- anak yang ada di keluarga mereka sehingga kebiasaan yang baik tersebut dapat dipertahankan.

(46)

5.2.2. Solidaritas Sesama Masyarakat Cina

Pada saat terjadi banjir di kawasan tempat tinggal mereka, masyarakat Cina biasanya akan mengungsi di tempat warga yang tidak terkena banjir dan ada beberapa keluarga yang menginap di hotel yang dekat dengan lokasi terjadinya banjir. Meskipun tidak tinggal di dalam satu lingkungan yang berdekatan, ketika banjir tiba seperti banjir yang terjadi pada bulan April 2011 lalu masyarakat Cina yang berada di lingkungan lain akan mengajak warga masyarakat yang menjadi korban banjir untuk mengungsi ke rumah mereka. Beberapa rumah yang tidak terkena dampak banjir besar yang terjadi segera menghubungi kerabatnya yang berada di lingkungan yang terkena banjir. Warga tersebut didatangi ke rumahnya atau ke tempat dimana warga yang terkena banjir mengungsi sementara waktu. Kekerabatan yang terjadi diantara warga telah ditanam sejak lama melalu kegiatan yang warga masyarakat Cina lakukan seperti arisan yang secara rutin mereka adakan diantara sesama warga Cina. Melalui kegiatan tersebutlah setiap warga semakin dekat dan kompak sehingga begitu mendengar banjir besar melanda rumah warga yang lain, ada respon yang diberikan oleh warga Cina lainnya.

(47)

kemungkinan surat – surat yang berharga tersebut dapat jatuh ke dalam arus air yang masuk ke rumah.

(48)
(49)

Setelah siang, banjir yang melanda rumah warga belum surut juga. Ada beberapa warga yang telah mengungsi namun ingin ke rumahnya dikarenakan belum sempat mengamankan barang- barang yang ada di rumahnya. Salah satunya adalah seorang ibu yang ingin kembali ke rumahnya karena belum mengamankan komputer- komputer yang merupakan benda berharga karena computer tersebut merupakan bagian dari usaha warnet yang dibukanya. Melihat hal itu, tentu ibu tersebut dilarang karena kondisi lingkungan yang belum memungkinkan. Namun, karena melihat kekhawatiran ibu tersebut membuat beberapa warga memutuskan untuk mengamankan computer tersebut sekaligus melihat kondisi rumah mereka. Hubungan yang baik antar sesama warga Cina di lingkungan tempat tinggal mereka yang membuat setiap warga mau melalukan hal tersebut bahkan mau memeriksa keadaan rumah tetangganya padahal banjir masih belum surut. Sesampainya di rumah ibu tersebut, warga yang masuk ke dalam rumah segera memindahkan komputer yang ada ke tempat yang lebih tinggi dan mengamankan kabel- kabel yang ada di dekat komputer agar tidak terjadi hal- hal yang tidak diinginkan.

Setelah itu, beberapa warga tersebut ikut membantu masyarakat etnis Cina lainnya yang tampak sedang memindahkan barang- barang miliknya. Solidaritas yang tampak di antara sesama etnis tersebut berlangsung sejak dulu ketika mereka pindah ke lingkungan ini. Alasan setiap warga membantu sesama etnis mereka dalam menghadapi banjir adalah adalah apabila nanti kita membutuhkan

bantuan di kemudian hari, orang- orang tidak akan segan untuk menolong karena mereka merasa nyaman

dengan apa yang dilakukan terhadap mereka. Alasan yang dipaparkan di atas diterapkan oleh masyarakat

(50)

Banjir yang dihadapi oleh masyarakat Cina pada awal April 2011 lalu memang menjadi

pengalaman yang tidak terlupakan bagi masyarakat yang mengalaminya. Namun, setiap warga sadar

bahwa dengan menghadapi masalah dengan tenang akan lebih mudah menghadapi bencana yang terjadi.

Masyarakat Cina yang lebih banyak melalukan tindakan dibanding mengeluh pun menunjukkan hal

tersebut melalui perbuatan mereka. Tindakan yang mengingatkan warga sesama etnis untuk segera

mengungsi, tindakan untuk menggunakan uang arisan untuk membeli makanan yang dibutuhkan oleh

warga masyarakat yang terkena banjir, serta tindakan yang mau membantu sesama warga untuk

mengamankan barang- barang miliknya meskipun banjir belum surut di kawasan tempat tinggal mereka.

Beberapa tindakan yang mereka lakukan tersebut menunjukkan hubungan yang tidak biasa yang terjalin

diantara sesama etnis. Persamaan etnis membuat mereka lebih merasakan kedekatan dengan tetangganya

tersebut. Menurut masyarakat Cina yang telah mengalami banjir besar bahwa setiap manusia memang

merupakan makhluk sosial sehingga mereka akan saling bergantung di dalam kehidupan sehari- hari

terutama dalam menghadapai bencana banjir yang sewaktu- waktu dapat terjadi kembali di kemudian

hari. Selama 2 hari warga mengungsi ke tempat yang dianggap aman untuk memastikan banjir besar

yang terjadi pada hari sebelumnya sudah surut.

5.2.3. Solidaritas Sesama Warga Karo

(51)

yang mengalami banjir. Setelah menemukan tempat untuk mengungsi, masyarakat tersebut mulai memikirkan keadaan barang- barang yang ada di rumah mereka.

Ketika banjir terjadi, hanya sedikit barang yang dapat diamankan oleh warga. Keadaan yang sudah takut akan banjir besar yang terjadi membuat warga tidak terlalu memikirkan barang- barang yang ada di rumah mereka pada saat itu. Di rumah tempat mereka mengungsi bersama beberapa masyarakat Karo lainnya mereka juga bertukar cerita saat mengetahui banjir besar yang terjadi. Selain itu, warga juga teringat dengan barang – barang yang ada di rumah mereka sehingga perasaan saat menceritakan hal tersebut bercampur aduk. Namun masyarakat Karo terbiasa dengan perkumpulan yang mereka lakukan selama ini dengan masyarakat Karo yang lain sehingga pada saat mereka mengungsi seperti sekarang, mereka merasa lebih tenang dan beban pikiran yang mereka alami bisa berkurang. Masyarakat Karo telah membiasakan diri mereka untuk berkumpul secara rutin. Selama ini perkumpulan yang terjadi tersebut diadakan sekali dalam seminggu. Dalam perkumpulannya mereka biasanya menghabiskan waktu dengan mengobrol serta bertukar cerita serta meminta saran apabila sedang mengalami masalah.

Arisan juga merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Karo dalam perkumpuan yang mereka lakukan secara rutin tersebut.

(52)

yang ada dalam perkumpulan masyarakat Karo, yang tidak terkena banjir tersebut mulai mengumpulkan bahan makanan seadanya yang diperoleh dari pemilik rumah tempat mereka mengungsi. Keadaan yang sangat sulit untuk keluar pada saat itu membuat warga hanya menggunakan bahan makanan yang telah tersedia. Setelah itu, tugas dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu ada ibu- ibu yang membersihkan bahan makanan, ada ibu- ibu yang memasak, dan juga ada ibu- ibu yang membersihkan segala sesuatu yang barkaitan dengan proses pembuatan makanan, setelah semua warga selesai makan. Dengan adanya kerjasama yang dilakukan oleh warga masyarakat yang terkena banjir dan yang tidak, membuat pekerjaan yang dilakukan menjadi mudah. Selain itu, setiap warga masyarakat dapat mengisi tenaga mereka karena sejak pagi hari begitu banjir terjadi, warga disibukkan dengan urusan yang berkaitan dengan kondisi rumah mereka yang terkena banjir dan mengungsikan seluruh anggota keluarga mereka ke tempat yang aman bersama seluruh masyarakat Karo yang lain.

(53)

namun bersama- sama dengan warga lain yang ikut kembali ke lingkungan tersebut. Hal itu dilakukan agar apabila ada kesulitan yang mereka temukan dalam memindahkan barang, antara warga yang satu dengan yang lain dapat saling membantu. Kebiasaan tolong- menolong yang ditanamkan dalam diri setiap masyarakat Karo telah ada sejak mereka kecil. Sebagian masyarakat yang menghabiskan masa kecilnya di kampung membuat mereka terbiasa melakukan hal tersebut. Di kampung, hampir seluruh masyarakat Karo bekerja di ladang sehingga mereka terbiasa bekerja keras dan saling membantu, tidak hanya dengan orangtua mereka, tetapi juga ikut membantu para pekerja yang ada di ladang tersebut. Kebiasaan itu yang juga mempengaruhi tindakan mereka dalam menghadapi banjir.

Pada saat mereka tiba di rumah warga, mereka pun bekerja sama untuk memindahkan barang- barang yang belum sempat dipindahkan ketika banjir terjadi sejak dini hari. Benda- benda yang berat tentu dipindahkan secara bersama- sama sehingga lebih ringat mengangkatnya. Setelah memastikan setiap benda yang bisa diamankan ke tempat yang lebih tinggi dipindahkan, warga masyarakat Karo tersebut juga memeriksa apabil ada surat- surat berharga yang tercecer atau terletak di atas meja atau kursi. Masyarakat Karo yang melakukan tindakan tersebut tidak memeriksa seluruh rumah masyarakat Karo yang lain. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak ingin ada pandangan yang tidak baik ketika mereka memeriksa kondisi di dalam rumah yang terkena banjir tanpa seizin pemilik rumah.

(54)

ada di sekitar rumah warga dan ada juga yang berasal dari saluran pembuangan yang ada di depan rumah rumah. Banyaknya sampah yang masuk ke dalam rumah masyarakat Karo membuat mereka berinisiatif untuk mengambil sampah- sampah tersebut agar ketika banjir surut, lingkungan dan rumah warga tidak terlalu kotor. Masyarakat Karo tersebut melakukan tindakan itu pada siang hari. Cuaca pada saat itu memang tidak terlalu panas sehingga air yang menggenangi jalanan dan rumah masih tinggi dan belum nampak air tersebut akan surut. Ada warga yang menggunakan celana pendek, ada pula warga yang menggunakan celana panjang karena tidak sempat mengganti pakaian mereka ketika banjir datang. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menghalangi warga untuk melakukan tindakan agar mengurangi dampak yang merugikan lingkungan dan rumah mereka ketika banjir surut. Kekompakkan yang terjalin diantara warga juga yang membuat mereka mau melakukan hal tersebut.

Sampah- sampah yang tergenang diambil oleh masyarakat dengan menggunakan plastik. Setelah itu warga meletakkan sampah tersebut didalam plastik. Tidak semua sampah dapat mereka sisihkan, sampah seperti plastik, bungkus makanan yang dapat mereka sisihkan. Selama hampir 1 jam masyarakat tersebut melakukan kegiatan itu sehingga tidka terasa air semakin lama semakin surut. Tindakan yang mereka lakukan pada saat itu agar ketika warga kembali ke rumah mereka, dampak yang timbul akibat banjir besar tidak terlalu banyak. Melalui bencana banjir yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya seperti yang terjadi pada April 2011 lalu membuat solidaritas yang terjadi diantara warga tampak, termasuk masyarakat Karo yang tinggal di lingkungan III.

(55)

5.2.4. Solidaritas Warga dengan Etnis Lain

Solidaritas pada masyarakat yang tinggal di lingkungan III tidak hanya terjadi diantara masyarakat yang memiliki etnis yang sama, seperti solidaritas yang terjadi pada masyarakat India, Cina, dan Karo. Solidaritas yang terjadi di kawasan tempat tinggal tersebut juga terjalin diantara warga yang berbeda etnis, yaitu masyarakat etnis Melayu dan Jawa. Hal tersebut terjadi karena warga sudah saling mengenal antara satu dengan yang lain dengan tetangga yang berada di lingkungannya sejak lama bahkan sejak mereka kecil. Meskipun berbeda etnis mereka tidak merasa kesulitan untuk saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Di kawasan ini apabila melihat etnis yang satu bergaul dengan etnis yang lain sudah tidak menjadi hal yang baru lagi. Hal tersebut dipaparkan Iis, warga etnis Jawa, dalam pendapatnya :

“…Kadang saya juga merasa aneh ketika berjalan dengan tetangga yg ber-etnis lain. Dari warna kulit saja kadang kami berbeda.Tapi mau gimana lagi, saya dari kecil di lingkungan ini dan berbaur dengan semua orang termasuk dengan yang seusia saya…”

(56)

Foto 12. Ibu Shanti (India) dan Ibu Desma (Karo) yang merupakan tetangga dekat

Banjir yang terjadi pada awal April merupakan banjir yang paling besar yang dialami oleh warga masyarakat di lingkungan tersebut. Tidak semua warga yang mengalami banjir tersebut sadar secara langsung ketika pagi hari (01/04/2011) air mulai masuk ke rumah warga dengan arus yang kencang. Banyak warga yang terbangun karena adanya suara peringatan yang dibuat oleh kepala lingkungan dan juga ada warga yang diingatkan bahwa banjir besar terjadi oleh tetangga, seperti pernyataan yang dipaparkan oleh Ibu Rigi Tarigan berikut :

“… Saya saja tidak tau bahwa air sudah mulai masuk ke rumah. Kalau tidak diingatkan oleh tetangga saya yang keling itu, mana saya tau air makin lama makin deras yang masuk ke rumah. Habis dia teriak baru saya sadar dan mulai panik…”

(57)

terjadi banjir, setiap keluarga panik untuk mengamankan anggota keluarga mereka dan barang- barang yang berada di rumah mereka. Meskipun demikian, setiap warga juga saling menolong warga yang lain ketika banjir terjadi karena mereka sadar apabila mereka menghadapi banjir bersama- sama tentu akan semakin ringan kesulitan yang mereka hadapi pada saat itu.

Masyarakat etnis lain seperti Jawa dan Melayu yang tinggal di daerah tersebut juga merasakan solidaritas yang terjadi diantara ketiga etnis yang mendominasi di lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka menyatakan bahwa ketika banjir besar terjadi, beberapa diantara mereka diingatkan oleh warga etnis lain karena mereka sendiri tidak sadar bahwa arus air yang deras sudah memasuki rumah mereka. Setelah itu, ketika terjadi banjir mereka bingung menentukan tempat untuk mengungsi sementara waktu. Menurut pernyataan warga etnis yang lain yaitu ada masyarakat India yang juga mengajak mereka untuk mengungsi di vihara tempat mereka mengungsi. Sebagian warga Jawa dan Melayu tersebut mau ikut ke vihara karena mereka ingin mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sebagian warga etnis lainnya memilih untuk tetap tinggal di rumah untuk melihat bagaimana kondisi rumah mereka. Di vihara semua masyarakat berbaur dengan masyarakat yang lain. Dalam kehidupan sehari- hari interkasi yang terjadi diantara warga yang berbeda etnis telah terjadi di lingkungan ini. Akibatnya ketika terjadi bencana, seperti bencana banjir yang besar saat itu, menimbulkan kepedulian karena hubungan yang telah terjalin selama bertahun- tahun diantara warga.

(58)

dengan mengungsi di tempat- tempat yang tidak terkena dampak banjir yang terlalu parah, warga yang mengungsi juga mendapat makanan. Meskipun makanan yang ada terbatas, setiap warga mendapat makanan pada siang hari. Melalui tindakan yang membagikan makanan meskipun tidak terlalu banyak, namun dibagikan secara merata tanpa membeda- bedakan etnis yang lain membuat solidaritas semakin nampak di lingkungan ini. Hubungan baik yang mereka jalin sebagai tetangga menunjukkan bahwa masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis di lingkungan tersebut saling berhubungan disaat yang baik tetapi juga disaat menghadapi banjir besar seperti yang terjadi awal April 2011.

(59)

diganti oleh masyarakat Cina yang juga beragama Buddha. Sumbangan diberikan oleh masyarakat tersebut bagi para penjaga vihara seperti beras, susu, aqua, teh sehingga para penjaga vihara tersebut dapat menjaga kesehatannya dalam usaha mereka untuk membersihkan vihara yang kotor. Masyarakat yang tinggal di lingkungan III memang terdiri dari beberapa etnis, namun mereka selalu menerapkan sikap saling menghargai antara satu dengan yang lain dan sikap yang tidak membeda- bedakan setiap orang yang ada di lingkungan mereka. Karena hal tersebut, solidaritas yang ada diantara masyarakat etnis India, Cina, dan Karo serta etnis lainnya seperti Jawa dan Melayu semakin kuat dalam menghadapi banjir besar yang terjadi 01 April 2011 lalu.

5.3. Faktor yang Memengaruhi Solidaritas Sosial diantara Warga

Solidaritas yang terjadi di lingkungan kehidupan bermasyarakat biasanya akan semakin dikuatkan oleh beberapa faktor yang memengaruhinya. Lingkungan III yang merupakan kawasan tempat tinggal yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, seperti Karo, India, dan Cina serta suku lainnya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membuat solidaritas diantara warga semakin kuat. Adapun faktor- faktor tersebut, yaitu :

1. Komunikasi yang intens

(60)

setiap warga karena mereka sadar bahwa sebagai manusia mereka membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya sehari- hari. Banyak warga yang telah lama tinggal di lingkungan III, bahkan semenjak mereka kecil dan ikut dengan orangtuanya, yang menyatakan hal tersebut. Warga lingkungan III yang saling berbaur dan berkomunikasi antara satu dengan yang lain bukan merupakan hal yang baru di lingkungan tersebut. Biasanya pada sore hari atau pada hari libur warga akan berkumpul di suatu tempat seperti warung – warung atau tempat duduk yang di dekat rumah mereka. Hal yang secara rutin mereka lakukan tersebut membuat hubungan yang terjalin diantara warga semakin baik sehingga solidaritas yang ditimbulkan akibat hubungan tersebut semakin kuat. Banyak hal yang dibicarakan oleh warga lingkungan III pada saat berkumpul dengan tetangga mereka baik warga yang sama dan berbeda etnis. Misalnya, berbicara seputar kegiatan yang telah mereka jalani selama satu hari, pekerjaan mereka, bahkan bertukar cerita mengenai keluarga mereka. Kepercayaan yang ada diantara warga tersebut semakin kuat karena setiap warga merasa diberi kepercayaan apabila ada tetangganya yang mau bercerita dan menanyakan pendapat atas masalah yang diceritakan. Akibat hal tersebut, warga pun semakin sering bertukar cerita sehingga hubungan yang terjalin semakin kuat, apalagi warga yang tinggal di lingkungan III pada umumnya telah tinggal di lingkungan tersebut dalam kurun waktu cukup lama. Perbedaan suku yang terdapat di lingkungan III tidak membuat warga merasa tidak nyaman untuk bercerita dengan tetangganya yang berbeda etnis, seperti pendapat Ibu Aswan berikut :

(61)

Banyak masyarakat yang tinggal di lingkungan III tersebut merasakan hal yang sama. Solidaritas yang semakin kuat diakibatkan oleh seringnya warga bertemu dengan warga yang lain sehingga sering terjalin interaksi diantara warga.

2. Hubungan Timbal Balik

(62)

timbal- balik yang terjadi diantara kehidupan bermasyarakat yang membuat warga yang tinggal di lingkungan III merasakan bahwa hubungan solidaritas yang terjadi diantara mereka semakin kuat.

3. Agama

Masyarakat yang terdiri dari beragam suku yang tinggal di lingkungan III menganut kepercayaan yang berbeda di dalam beragama. Masyarakat Karo, India, Cina, dan masyarakat lain seperti Jawa dan Padang memiliki keberagaman dalam beragama. Namun, perbedaan tersebut tidak membuat warga menjadi jauh antara satu dengan yang lain atau membatasi warga dalam berinteraksi. Perbedaan yang ada diantara warga malah membuat warga yang tinggal lingkungan III semakin belajar untuk dapat menerima perbedaan yang ada di tengah- tengah kehidupan bermasyarakat mereka. Selain itu, warga juga semakin menghargai akan perbedaan yang ada diantara mereka. Misalnya seperti apabila diadakan wirit di rumah salah satu warga yang beragama Muslim, warga yang beragama lain akan berusaha untuk tidak membuat keributan di depan atau sekitar rumah warga tersebut. Tidak hanya itu, bahkan warga yang sudah saling mengenal antara satu dengan yang lain di lingkungan tersebut tidak segan untuk membantu mempersiapkan acara wirit tersebut. Kegiatan seperti yang telah dipaparkan di atas adalah kegiatan yang sudah sering terjadi di lingkungan tersebut. Begitu pula halnya dengan warga yang beragama lain ketika mengadakan acara keagamaan di rumah mereka. Rasa segan yang awalnya muncul di dalam diri setiap individu berhasil dikalahkan dengan rasa yang ingin saling menolong antara satu dengan yang lain.

(63)

menghormat perbedaan keyakinan yang ada diantara mereka. Sikap saling membantu tanpa membeda- bedakan suku dan agama dalam bertetangga merupakan bentuk dari pemahaman warga yang diperoleh dari ajaran agamanya. Hal tersebut yang membuat warga lingkungan III semakin dekat dan solidaritas yang terjadi semakin kuat sehingga tetangga yang berada di lingkungan tempat tinggal mereka dianggap seperti keluarga terdekat.

4.Kegiatan dalam Masyarakat

Kegiatan yang diselenggarakan sehari- hari membuat warga lingkungan III merasa menjadi semakin mengenal dan semakin dekat antara satu dengan yang lain. Berbagai kegiatan yang diadakan berdasarkan usul dari kepala lingkungan serta pendapat dari masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kegiatan yang rutin diadakan di lingkungan III yaitu kegiatan olahraga dan kerja bakti. Kegiatan tersebut diselenggarakan untuk seluruh warga yang tinggal di lingkungan sekitar. Melalui kegiatan itu, kedekatan antar warga semakin nampak jelas. Dulu, sekitar 4 tahun yang lalu lapangan olahraga yang berada di lingkungan III belum ada. Warga bermain bola, bulutangkis, dan olahraga lainnya di jalanan yang berada di depan rumah mereka. Setelah kepala lingkungan III, yaitu Bapak Ram Sanden melihat hal tersebut, ia pun membuat lapangan olahraga yang berada di tempat strategis, yaitu di lapangan luas yang berada di seberang rumah warga. Sejak adanya lapangan olahraga yang sudah ada selama hampir 4 tahun itu, banyak warga yang dapat menyalurkan kegemaran mereka di dalam berolahraga. Namun, tanpa mereka sadari melalui kegiatan olahraga yang rutin dilakukan tersebut, warga menjadi semakin sering berinteraksi dengan warga lainnya yang juga berolahraga di lapangan.

(64)

Namun, warga yang ikut dalam kerja bakti selalu mengajak tetangganya untuk ikut membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka. Terkadang ada warga yang tertarik melihat banyaknya masyarakat yang terlibat dalam kerja bakti, lalu mereka juga ikut bergabung untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal. Tidak hanya lingkungan yang bersih dan nyaman saja yang didapat oleh warga. Kerjasama di dalam kegiatan membersihkan lingkungan juga nampak dan semakin kuat dirasakan oleh warga. Hal itu dikarenakan kegiatan yang rutin dilakukan tersebut .

(65)
(66)

Asimilasi di antara warga pluralis

Perkawinan antara 2 etnis yang berbeda terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat pluralis yang ada di lingkungan III. Perbedaan etnis yang disatukan menjadi satu dalam sebuah keluarga akibat solidaritas yang kuat di antara masyarakat pluralis.

Foto 13. Keluarga Ibu Bobby (India) yang menikah dengan bapak Hermanto (Cina) sejak tahun 1995

(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Bencana banjir merupakan kejadian alam yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya karena banjir datang secara tiba- tiba dengan waktu yang tidak menentu. Indonesia merupakan salah satu negara yang sering mengalami banjir di daerah tertentu. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya banjir. Banyaknya sampah yang dibuang sembarangan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya banjir di Indonesia. Meskipun telah disediakan tempat- tempat pembuangan sampah di lingkungan tempat tinggal, tidak membuat masyarakat membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Padahal akibat dari tindakan tersebut tentu akan membawa kerugian yang sangat besar bagi lingkungan tempat tinggal masyarakat. Sampah yang dibuang sembarangan akan menjadi penyebab utama banjir terutama ketika hujan turun secara terus- menerus.

(68)

Masyarakat yang tinggal di Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia juga menghadapi masalah lingkungan yang sama seperti yang dihadapi oleh masyarakat lainnya, yaitu banjir. Pada saat hujan turun terus- menerus akan membuat lingkungan menjadi banjir. Keadaan tersebut disebabkan dengan adanya sungai yang terletak di dekat pemukiman warga yang melup. Air yang naik ke daratan dan banyaknya sampah yang ada di sekitar bantaran sungai menyebabkan banjir meluap ke rumah warga. Banjir besar yang pernah terjadi di lingkungan ini telah terjadi dua kali, yaitu pada tahun 1999 dan tahun 2011 lalu. Banjir yang terjadi pada tahun 1999 merupakan banjir besar yang pertama kali terjadi. Pada saat itu hujan yang terus- menerus turun membuat sungai meluap dan air luapan tersebut masuk ke rumah warga. Kerugian besar yang juga dialami oleh masyarakat adalah putusnya jembatan yang menghubungan rumah warga dengan pajak sore yaitu pajak yang berada di seberang sungai. Tentu aktivitas warga sangat terganggu dengan kejadian tersebut karena warga membutuhkan bahan- bahan makanan yang dimasak untuk keluarga mereka ketika itu. Akhirnya sebelum jembatan diperbaiki, warga sekitar berinisiatif untuk membuat getek atau sejenis bambu- bambu yang dibuat menjadi rakit agar warga dapat menyeberang ke pajak tersebut. Jembatan yang putus akibat banjir besar yang terjadi ketika itu diperbaiki dan masih digunakan oleh masyarakat sampai sekarang. Melihat kerugian yang sangat besar dialami oleh masyarakat sekitar pada saat banjir datang membuat warga masyarakat lingkungan III semakin waspada ketika hujan deras turun secara terus- menerus. Selain itu warga juga lebih menjaga kebersihan lingkungan dan memperhatikan sampah- sampah yang bertebaran di sekitar bantaran sungai.

Gambar

Tabel 1 Responden Berdasarkan Etnis
Tabel 3 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Tabel 5 Responden Berdasarkan Agama
Tabel 7 Alasan Responden Memilih Tinggal di Lingkungan Ini
+7

Referensi

Dokumen terkait

Partnership refers to the document of The Memorandum of Understandi ng on a Tri-National Partnership between the Government of the Republic of Indonesia, the

Tujuan pertama menyampaikan informasi bahwa ada Nagari Bukik Batabuah sebagai penghasil saka melalui fotografi esai dan merinci Kilang Saka dan mengaplikasikan

Penelitian ini telah menghasilkan web service nilai sebagai service yang akan diakses oleh perangkat mobile android dalam mendapatkan informasi semester dan nilai

Aplikasi latihan tes inteligensi ini dibuat untuk memberikan alternatif lain dalam menjalani tes psikologi secara lebih efektif dan efisien, yakni dengan menghemat penggunaan

Sejalan dengan Misi ke-tiga Pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan 2011-2015 yakni Revitalisasi prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik serta meningkatkan kapasitas

[r]

An online resource bank and community forum where teachers can access thousands of Cambridge support resources, exchange lesson ideas and materials, and join subject-specific

Informan masih kanak - kanak ketika ayah intorman melakukan poligami dan kemudian ayah jarang pulang ke rumah, sedangkan pada usia informan sangat dibutuhkan