• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Alkohol Terhadap Gambaran Profil Lipid Pada Karyawan PT Inalum Paritohan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Alkohol Terhadap Gambaran Profil Lipid Pada Karyawan PT Inalum Paritohan Tahun 2012"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Gambaran Profil

Lipid Pada Karyawan PT. Inalum Paritohan Tahun 2012

Oleh:

Richardo Marpaung 090100066

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Gambaran Profil

Lipid Pada Karyawan PT. Inalum Paritohan Tahun 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

Richardo Marpaung 090100066

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ALKOHOL TERHADAP GAMBARAN PROFIL LIPID PADA KARYAWAN PT INALUM

PARITOHAN TAHUN 2012

Nama : RICHARDO MARPAUNG

NIM : 090100066

Pembimbing

(dr. Ali Nafiah Nasution, Sp.JP) NIP.

198104142006041002

Penguji I

(dr. Harry Agustaf Asroel, Sp.THT-KL)

NIP.

197008121999031002

Penguji II

(dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes.) NIP

196906091999032001

Medan, Februari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat

bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orang tua penulis Walter Marpaung, dan Tiolina Datubara, abang

,Edison Marpaung, dan kedua adik yang tercinta, Wati Margaretha

Marpaung, dan Theresia Marpaung, yang telah memberikan dukungan

selama ini dalam bentuk moril maupun materil.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. dr. Ali Nafiah Nasution, Sp.JP, selaku dosen pembimbing penulis atas

kesabaran, waktu, dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis

untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. dr. Sarma Nursani Lumbanraja, Sp.OG, selaku pembimbing akademik

penulis, atas bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas

Kedokteran USU.

5. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama masa pendidikan.

6. Teman-teman kelompok sesama bimbingan penelitian dan teman-teman

penulis lainnya, yang telah memberi bantuan berupa saran, kritikan, dan

(5)

7. dr. Toga Aritonang selaku dokter klinik PT. Inalum Paritohan dan bapak

M. Purba yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data

penelitian untuk karya ilmiah ini, serta seluruh direksi dan karyawan PT.

Inalum Paritohan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna

karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karenaitu,

segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas karya tulis

ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar karya tulis ilmiah ini dapat

memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.

Medan, 6 Desember 2012

Richardo Marpaung

(6)

Abstrak

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian paling banyak di dunia. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan PJK adalah gambaran profil lipid. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi alkohol dengan penurunan kejadian miokard infark dalam PJK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat konsumsi alkohol dengan gambaran profil lipid.

Penelitian dilakukan dengan studi potong lintang (cross sectional study) di Klinik PT Inalum Paritohan, secara Consecutive Sampling mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan September 2012. Dilakukan pengisian kuesioner oleh subjek penelitian untuk menentukan tingkat konsumsi alkoholnya, dan pengambilan data gambaran profil lipid dari klinik PT Inalum. Data dianalisa dengan uji Chi Square, dengan tingkat kemaknaan 5%.

Dari 101 subjek penelitian (100%), ditemukan bahwa 78 orang (77,2%) merupakan konsumsen alkohol ringan, 14 orang merupakan konsumen alkohol sedang (13,9%), dan 9 orang (8,9%) merupakan konsumen alkohol berat. 48 orang (47,5%) memiliki kadar kolesterol total darah normal , 46 orang (45,5%) memiliki resiko menengah, dan 7 orang (6,9%) memiliki resiko tinggi, 51 orang (50,5%) memiliki kadar trigliserida normal, 22 orang (21,8%) memiliki kadar trigliserida beresiko menengah, dan 28 orang (27,7%) memiliki kadar trigliserida beresiko tinggi, 72 orang (71,3%) memiliki kadar LDL normal, 27 orang (26,7%) memiliki kadar LDL beresiko menengah, dan 2 orang (2%) memiliki kadar LDL beresiko tinggi, 35 orang memiliki kadar HDL protektif rendah (34,7%), 58 orang (57,4%) memiliki kadar HDL protektif menengah, dan 8 orang (7,9%) memiliki kadar HDL protektif tinggi.

Dijumpai hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi alkohol dengan kadar total kolesterol, dan kadar LDL (p < 0,05). Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi alkohol dengan kadar trigliserida dan kadar HDL(p > 0,05).

(7)

Abstract

Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of mortality worldwide. Lipid profile is one of risk factors which plays important role in the development of CHD. Several studies showed the correlation between consumption of moderate alcohol to decrease of Miocard Infark in CHD. The aim of this study is to learn the correlation of the amount of alcohol consumption with lipid profile.

This is a cross sectional study performed in PT Inalum Paritohan Clinic. Sample was collected by Consecutive Sampling, starting from Agustus 2012 to September 2012. Subject of the studies asked to fill questionnaire to determine the amount of alcohol they consume. Lipid profile data is acquired from PT Inalum Paritohan Clinic. Data was analysed by Chi Square Test.

From 101 (100%) sample of PT Inalum Paritohan workers we found 78 workers (77,2%) consume alcohol in mild category, 14 workers (13,9%) consume alcohol in moderate category, and 9 workers (8,9%) consume alcohol in severe category, 48 (47,5%) workers total cholesterol level are in normal category, 46 (45,5%) workers total cholesterol level are in moderate risk category, and 7 (6,9%) workers total cholesterol level are in high risk category, 51 (50,5%) workers triglyceride level are in normal category, 22 (21,8%) workers triglyceride level are in moderate risk category, and 28 (27,7%) workers triglyceride level are in high risk category, 72 (71,3%) workers LDL level are in normal category, 27 (26,7%) workers LDL level are in moderate risk category, and 2 (2%) workers LDL level are in high risk category, 35 (34,7%) workers HDL level are in low protective category, 58 (57,4%) workers HDL level are in moderate protective category, and 8 (7,9%) workers HDL level are in high protective category.

Significance correlation was found between amount of alcohol consumed with total cholesterol level, and LDL level (p < 0,05). No significance correlation was found between amount of alcohol consumed with triglyceride level and HDL level (p > 0,05)

Significance correlation was found between amount of alcohol consumed with total cholesterol level, and LDL level (p < 0,05). No significance correlation was found between amount of alcohol consumed with triglyceride level and HDL level (p > 0,05)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Hipotesis ... 2

1.4. Tujuan Penelitian ... 2

1.4.1. Tujuan Umum ... 2

1.4.2. Tujuan Khusus ... 2

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Alkohol ... 4

2.1.1.Pengertian Alkohol ... 4

2.1.2.Farmakologi Ethanol ... 4

(9)

2.1.3.1.Efek pada Susunan Saraf Pusat ... 7

2.1.3.2.Efek pada Sistem Kardiovaskuler ... 7

2.1.3.3.Efek pada Hati dan Saluran Gastrointestinal ... 10

2.1.3.4.Sindroma Alkohol pada Janin ... 10

2.1.4.Konsumsi Alkohol ... 11

2.2.Metabolisme Lipid... 14

2.2.1.Pencernaan ... 14

2.2.2.Absorbsi ... 15

2.2.3.Transportasi ... 16

2.2.3.1.Jalur Eksogen... 16

2.2.3.2.Jalur Endogen ... 17

2.3.Lipoprotein Plasma ... 18

2.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gambaran Profil Lipid ... 25

2.4.1.Diet ... 25

2.4.2.Aktivitas Fisik ... 25

2.4.3 Merokok. ... 25

2.4.4.Faktor Fisik dan Genetik ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 27

3.1. Kerangka Konsep ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27

3.2.1.Tingkat Konsumsi Alkohol ... 27

3.2.2.Gambaran Profil Lipid ... 28

3.3. Hipotesis ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30

(10)

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

4.2.1. Waktu Penelitian ... 30

4.2.2. TempatPenelitian ... 30

4.3 Populasi dan Sampel... 30

4.3.1. Populasi Penelitian ... 30

4.3.2. Sampel Penelitian ... 31

4.3.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 32

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN35 5.1 Hasil Penelitian ...35

5.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian ... 35

5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian ... 36

5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh. ... 36

5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Merokok ...37

5.1.3 Konsumsi Alkohol ... 37

5.1.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Alkohol ... 37

5.1.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Minum Alkohol..38

5.1.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Minuman Beralkohol yang Dikonsumsi ... 39

5.1.4 Gambaran Profil Lipid ... 40

5.1.4.1 Gambaran Kadar Kolesterol Total... 40

5.1.4.2 Gambaran Kadar Trigliserida ... 41

5.1.4.3 Gambaran Kadar LDL ... 41

5.1.4.4 Gambaran Kadar HDL ... 42

(11)

5.1.5.1. Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Kadar

Kolesterol Total ... 44

5.1.5.2. Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Kadar Trigliserida ... 45

5.1.5.3. Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Kadar LDL ... 46

5.1.5.4. Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Kadar HDL ... 47

5.2 Pembahasan ... 48

5.2.1 Tingkat Konsumsi Alkohol Karyawan PT Inalum Paritohan Tahun 2012 ... 48

5.2.2 Gambaran Profil Lipid Karyawan PT Inalum Paritohan Tahun 2012 ... 48

5.2.3 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Alkohol dengan Gambaran profil lipid karyawan PT Inalum Paritohan ... 49

5.2.3.1 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Alkohol dengan Kadar Kolesterol Total Karyawan PT Inalum Paritohan ... 50

5.2.3.2 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Alkohol dengan Kadar Trigliserida Karyawan PT Inalum Paritohan ... 50

5.2.3.3 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Alkohol dengan Kadar LDL Karyawan PT Inalum Paritohan ... 51

5.2.3.4 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Alkohol dengan Kadar HDL Karyawan PT Inalum Paritohan ... 51

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gbr 2.1. Demografi Konsumsi Alkohol Global ... 11

Gbr 2.2. Gambaran Konsumsi Alkohol Indonesia ... 12

Gbr 2.3. Skema Perjalanan Kilomikron Secara Metabolik. ... 22

Gbr 2.4. Skema Perjalanan VLDL Secara Metabolik . ... 22

Gbr 2.5. Skema Perjalanan HDL Secara Metabolik ... 23

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pencernaan Lipid ... 14

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Indeks Massa

Tubuh ... 36

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Perilaku Merokok ... 37

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Konsumsi Alkohol ... 38

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Minum Alkohol ... 38

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Minuman Beralkohol yang Dikonsumsi ... 39

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar Kolesterol Total ... 40

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar Trigliserida ... 41

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar LDL ... 42

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Kadar HDL ... 42

Tabel 5.10 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Alkohol dengan Kadar Kolesterol Total ... 44

Tabel 5.11 Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Kadar Trigliserida ... 45

Tabel 5.12 Hubungan Tingkat Konsumsi Alkohol Dengan Kadar LDL ... 46

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ... 60

Lampiran 2. Informed Consent ... 62

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 63

Lampiran 4. Alcohol Timeline Followback Overview ... 64

Lampiran 5. Penggunaan Kuesioner Alcohol Timeline Followback ... 72

Lampiran 6. Alcohol Timeline Followback Calendar 2012 ... 71

Lampiran 7. Data Induk Penelitian……… ... 75

Lampiran 8 Ethical Clearance ... 84

Lampiran 9 Surat Permohonan Pelaksanaan Penelitian ... 85

Lampiran 10 Surat Keterangan Pengambilan Data ... 86

Lampiran 11 Contoh Kuesioner yang Telah Diisi Subjek Penelitian ... 87

(15)

Abstrak

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian paling banyak di dunia. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan PJK adalah gambaran profil lipid. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi alkohol dengan penurunan kejadian miokard infark dalam PJK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat konsumsi alkohol dengan gambaran profil lipid.

Penelitian dilakukan dengan studi potong lintang (cross sectional study) di Klinik PT Inalum Paritohan, secara Consecutive Sampling mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan September 2012. Dilakukan pengisian kuesioner oleh subjek penelitian untuk menentukan tingkat konsumsi alkoholnya, dan pengambilan data gambaran profil lipid dari klinik PT Inalum. Data dianalisa dengan uji Chi Square, dengan tingkat kemaknaan 5%.

Dari 101 subjek penelitian (100%), ditemukan bahwa 78 orang (77,2%) merupakan konsumsen alkohol ringan, 14 orang merupakan konsumen alkohol sedang (13,9%), dan 9 orang (8,9%) merupakan konsumen alkohol berat. 48 orang (47,5%) memiliki kadar kolesterol total darah normal , 46 orang (45,5%) memiliki resiko menengah, dan 7 orang (6,9%) memiliki resiko tinggi, 51 orang (50,5%) memiliki kadar trigliserida normal, 22 orang (21,8%) memiliki kadar trigliserida beresiko menengah, dan 28 orang (27,7%) memiliki kadar trigliserida beresiko tinggi, 72 orang (71,3%) memiliki kadar LDL normal, 27 orang (26,7%) memiliki kadar LDL beresiko menengah, dan 2 orang (2%) memiliki kadar LDL beresiko tinggi, 35 orang memiliki kadar HDL protektif rendah (34,7%), 58 orang (57,4%) memiliki kadar HDL protektif menengah, dan 8 orang (7,9%) memiliki kadar HDL protektif tinggi.

Dijumpai hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi alkohol dengan kadar total kolesterol, dan kadar LDL (p < 0,05). Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi alkohol dengan kadar trigliserida dan kadar HDL(p > 0,05).

(16)

Abstract

Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of mortality worldwide. Lipid profile is one of risk factors which plays important role in the development of CHD. Several studies showed the correlation between consumption of moderate alcohol to decrease of Miocard Infark in CHD. The aim of this study is to learn the correlation of the amount of alcohol consumption with lipid profile.

This is a cross sectional study performed in PT Inalum Paritohan Clinic. Sample was collected by Consecutive Sampling, starting from Agustus 2012 to September 2012. Subject of the studies asked to fill questionnaire to determine the amount of alcohol they consume. Lipid profile data is acquired from PT Inalum Paritohan Clinic. Data was analysed by Chi Square Test.

From 101 (100%) sample of PT Inalum Paritohan workers we found 78 workers (77,2%) consume alcohol in mild category, 14 workers (13,9%) consume alcohol in moderate category, and 9 workers (8,9%) consume alcohol in severe category, 48 (47,5%) workers total cholesterol level are in normal category, 46 (45,5%) workers total cholesterol level are in moderate risk category, and 7 (6,9%) workers total cholesterol level are in high risk category, 51 (50,5%) workers triglyceride level are in normal category, 22 (21,8%) workers triglyceride level are in moderate risk category, and 28 (27,7%) workers triglyceride level are in high risk category, 72 (71,3%) workers LDL level are in normal category, 27 (26,7%) workers LDL level are in moderate risk category, and 2 (2%) workers LDL level are in high risk category, 35 (34,7%) workers HDL level are in low protective category, 58 (57,4%) workers HDL level are in moderate protective category, and 8 (7,9%) workers HDL level are in high protective category.

Significance correlation was found between amount of alcohol consumed with total cholesterol level, and LDL level (p < 0,05). No significance correlation was found between amount of alcohol consumed with triglyceride level and HDL level (p > 0,05)

Significance correlation was found between amount of alcohol consumed with total cholesterol level, and LDL level (p < 0,05). No significance correlation was found between amount of alcohol consumed with triglyceride level and HDL level (p > 0,05)

(17)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profil Lipid adalah suatu gambaran kadar lipid di dalam darah. Beberapa

gambaran yang diperiksa dalam pemeriksaan profil lipid adalah kolesterol total,

trigliserida, HDL (High Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein),

dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Gambaran profil lipid merupakan

suatu indikator yang baik untuk memprediksi apakah seseorang memiliki resiko

yang besar untuk terkena Penyakit Jantung Koroner (PJK) (Selwyn, 2005).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian paling

banyak di dunia. Menurut WHO setiap tahunnya PJK mengakibatkan lebih dari

4,5 juta kematian setiap tahunnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

sendiri PJK merupakan penyebab dari 26,4% kematian pada tahun 2001 (WHO,

2012).

Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa konsumsi minuman beralkohol

satu sampai dua gelas per hari, memiliki efek protektif terhadap penyakit infark

kardiovaskuler .Diduga alkohol berperan dalam menurunkan kadar kolesterol

dalam darah yang akan mengurangi atherosclerosis pembuluh darah dan

mencegah serangan miokard infark (Schuckit, 2005). Park H. dan Kim H (2012)

melaporkan bahwa konsumsi alkohol berkaitan dengan peningkatan kadar HDL

pada peminum berat yang mengkonsumsi alkohol lebih dari 30 gram per hari

sementara peningkatan konsumsi alkohol akan meningkatkan resiko peningkatan

kadar trigliserida.

Tingkat konsumsi alkohol di Indonesia merupakan salah satu yang terendah

di dunia, yakni sekitar 2,5 liter per tahun (WHO, 2007).

Alkohol yang umum dikonsumsi adalah alkohol dengan jenis etanol dalam

kadar yang bervariasi tergantung dari jenis dan merk minuman tersebut. Minuman

beralkohol memiliki 3 golongan, Ada 3 golongan minuman berakohol yaitu

golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir), golongan B; kadar etanol 5%-20%

(18)

Manson House, Johny Walker). Ethanol sendiri memiliki beberapa efek yang

berbahaya bagi tubuh, yakni dapat menimbulkan neuropathy, gangguan

glukoneogenesis, perdarahan gastrointestinal, dan meningkatkan resiko terjadinya

kanker (Schuckit, 2005).

Namun demikian, belum ada penelitian di Indonesia yang secara spesifik

memeriksa hubungan antara konsumsi alkohol dengan profil lipid.

1.2 Rumusan masalah

Prevalensi PJK dan mortalitas yang berkaitan dengannya terus meningkat.

Beberapa penelitian menunjukkan hubungan langsung antara peningkatan kadar

LDL dan Trigliserida serta penurunan kadar HDL dengan resiko PJK. Konsumsi

alkohol dipercaya dapat menghasilkan efek protektif terhadap PJK melalui

efeknya terhadap penurunan profil lipid. Namun belum ada penelitian di Indonesia

yang mengkonfirmasi hubungan antara konsumsi alkohol dengan profil lipid.

Dengan demikian , masalah penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara

tingkat konsumsi alkohol dengan profil lipid?

1.3 Hipotesis

Ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan gambaran profil lipid.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum:

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi alkohol dengan profil

lipid pada karyawan PT Inalum tahun 2012.

1.4.2 Tujuan khusus:

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui jenis alkohol yang umum dikonsumsi karyawan PT

Inalum tahun 2012.

2. Untuk mengetahui tingkat konsumsi alkohol karyawan PTInalum.

(19)

4. Untuk mengetahui gambaran profil lipid karyawan PT Inalum pada tahun

2012.

5. Untuk mengetahui faktor resiko lain yang dimiliki oleh karyawan PT Inalum

terhadap serangan Miokard Infark selain gambaran profil lipid yang buruk,

yakni obesitas dan perilaku merokok.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Menambah kemampuan dalam mengerjakan KTI bagi peneliti.

2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai pentingnya menjaga

profil lipid dan efek dari alkohol bagi para pembaca.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alkohol

2.1.1 Pengertian Alkohol

Alkohol adalah salah satu dari sekelompok senyawa organik yang dibentuk

dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus hidroksil

dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama; istilah ini meluas untuk

berbagai hasil pertukaran yang bereaksi netral dan mengandung satu atau lebih

gugus alkohol (Dorland, 2002).

2.1.2 Farmakologi Ethanol

Jenis alkohol yang paling banyak digunakan dalam industri minuman adalah

etanol (C2H5OH) (Brothers, 2011).

Etanol (C2H5OH) ialah suatu molekul kecil, larut dalam air, dan diserap

dengan sempurna dari saluran pencernaan. Uap etanol dapat juga diserap melalui

paru-paru. Setelah menelan alkohol dalam keadaan puasa, maka kadar puncak

dalam darah dapat dicapai dalam 30 menit. Adanya makanan dalam usus

memperlambat serapan. Distribusinya cepat, konsentrasi dalam jaringan lebih

kurang sama dengan konsentrasi plasma. Volume distribusi 0,7 l/kg (Lee, 1998).

Menurut Geokas (1984) dalam Lee (1998), lebih dari 90% alkohol yang

dikonsumsi, dioksidasi dalam hati, sisanya diekskresikan dalam paru-paru dan

urin. Pada dosis klinik yang biasa, kecepatan oksidasi mengikuti zero order kinetic yaitu tidak tergantung pada waktu, sesuai dengan berat badan atau hati, dan jumlah hilangnya alkohol dalam tubuh sangat berkurang atau tertahan

seluruhnya pada individu yang mengalami hepatektomi atau kerusakan hati.

Namun , seorang dewasa dapat memetabolisme 7-10 gram (0,15-0,22 mol)

alkohol setiap jam. Dua jalur alkohol menjadi aldehid telah diajukan. Aldehid

(21)

a.Jalur Alkohol Dehidrogenase

Menurut Frezza et al (1990) dalam Lee (1998), jalur utama metabolisme melibatkan alkohol dehidrogenase, suatu enzim sitolitik yang mengandung seng

dan mengkatalisis perubahan alkohol menjadi aldehid, menurut reaksi berikut :

C2H5OH + NAD+ CH3CHO + NADH + H+

Enzim ini terutama berada dalam hati, namun dapat juga dijumpai dalam

organ lain seperti otak dan lambung.

Alkohol dalam jumlah yang bermakna dimetabolisir oleh alkohol

dihidrogenase lambung dalam perut pada orang laki-laki tapi pada wanita lebih

sedikit, akibatnya wanita memiliki kadar alkohol dalam darah lebih tinggi

daripada laki-laki setelah pemberian dosis etanol per oral, tetapi setelah pemberian

intravena tidak ada perbedaan antara kedua jenis kelamin

Baud et al (1986) dalam Lee (1998) menyatakan bahwa dalam reaksi di atas, ion hidrogen dipindahkan dari alkohol ke faktor nikotinamida adenin dinukleotid

(NAD) untuk membentuk NADH. Sebagai hasil akhir, oksidasi alkohol

menyebabkan berlebihan zat yang bersifat mereduksi di dalam hati terutama

NADH. Terdapat sejumlah kontroversi tentang apakah konsumsi alkohol kronis

mempengaruhi aktivitas alkohol dihidrogenase hati. Sebenarnya, alkohol

dihidrogenase sendiri bukan pembatas kecepatan, tetapi kecepatan oksidasi

mungkin tergantung pada tersedianya kofaktor NAD; karena itu meningkatnya

kecepatan bersihan alkohol pada pecandu alkohol mungkin bukan disebabkan oleh

peningkatan aktivitas alkohol dihidrogenase. 4-Metilpirazol (fomepizol), suatu

persenyawaan dengan statu orphan drug digunakan sebagai antidotum dalam keracunan metanol dan etilen glikol, merupakan inhibitor yang kuat untuk alkohol

dehidrogenase.

(22)

b.Sistem Oksidasi Etanol Mikrosom (SOEM)

Sistem enzim ini juga dikenal sebagai sistem oksidase dengan fungsi

campuran, menggunakan NADPH pengganti NAD sebagai kofaktor dalam reaksi

sebagai berikut :

C2H5OH + NADPH + H+ + O2 CH3CHO +

NADP+ + 2H2O

Karena Km bervariasi dari 0,26 sampai 2 mmol/L untuk alkohol

dihidrogenase dan dari 8-10 mmol/L untuk SOEM, maka diperkirakan untuk

alkohol dengan konsentrasi di bawah 100 mg% (22 mmol/L), alkohol

dihidrogenase merupakan sistem oksidasi utama, sedangkan untuk konsentrasi

alkohol yang lebih tinggi SOEM memegang peranan yang lebih berarti. Selama

konsusmsi alkohol yang kronis maka aktivitas SOEM meningkat dengan

bermakna. Induksi oleh aktivitas ini disertai dengan peningkatan bermakna dalam

bersihan obat yang dimetabolisir oleh sistem enzim mikrosom hati. Demikian juga obat yang bersifat ―penginduksi‖ seperti barbiturat dapat juga meningkatkan sedikit kecepatan bersihan alkohol darah. Namun efek dari obat-obat lain dalam

bersihan etanol kurang penting, karena SOEM bukanlah jalur utama untuk etanol

(Lee, 1998).

c.Metabolisme Asetaldehid

Sekarang pada umumnya telah diterima bahwa lebih dari 90 % asetaldehid

yang terbentuk dari alkohol juga dioksidasi di dalam hati, sementara beberapa

enzim mungkin bertanggung jawab untuk reaksi ini, observasi menunjukkan

bahwa kadar asetaldehid di dalam hati setelah pemberian alkohol hanya 100-350

µmol/L, memberikan kesimpulan bahwa aldehid dehidrogenase yang bergantung

pada NAD mitokondria (Km untuk aldehid kira-kira 10 mmol/L) merupakan jalur

utama untuk metabolisme asetaldehid. Hasil dari reaksi ini adalah asetat, yang

dapat dimetabolisir lebih lanjut menjadi CO2 dan air. Konsumsi alkohol yang

(23)

kronis menyebabkan penurunan jumlah oksidasi asetaldehid di dalam mitokondria

yang sehat, meskipun aktivitas enzim tidak terpengaruh (Lee, 1998).

2.1.3 Efek Konsumsi Alkohol

2.1.3.1 Efek pada Susunan Saraf Pusat

Sekitar 35 % peminum alkohol mengalami blackout , suatu episode amnesia anterograde temporer, di mana penderitanya tidak mampu mengingat keseluruhan

atau sebagian kejadian pada saat minum. Gangguan lain yang paling sering adalah

gangguan tidur (Schuckit , 2005).

Konsumsi alkohol dalam jumlah besar dan waktu lama ( biasanya

bertahun-tahun) dapat juga menyebabkan sejumlah gangguan neurologis. Pasien mungkin

mengalami kelemahan fungsi intelektual dan motorik, emosi labil, penurunan

ketajaman, persepsi dan amnesia. Kelainan neurologis yang paling sering

dijumpai pada pecandu alkohol kronis adalah kerusakan saraf perifer simetris

yang merata, dimulai dengan parestesia pada bagian distal tangan dan kaki. Bila

tidak ada penyebab yang lain yang diketahui menyebabkan neuropati perifer,

maka neuropati seperti ini biasanya berhubungan dengan penggunaan alkohol

yang kronis (Lee, 1998).

2.1.3.2 Efek pada Sistem Kardiovaskuler

Konsumsi alkohol akut mengakibatkan penurunan kontraktilitas miokard

dan mengakibatkan vasodilatasi perifer, yang akhirnya akan menghasilkan sedikit

penurunan pada tekanan darah dan mekanisme kompensasi dengan peningkatan

curah jantung. Konsumsi oksigen jantung meningkat pada pasien yang meminum

alkohol setelah berolahraga ringan. Hal ini mungkin tidak akan berpengaruh

secara signifikan pada peminum yang sehat pada umumnya, namun pada wanita

dan pria dengan penyakit jantung menetap hal ini dapat berbahaya (Schuckit ,

(24)

Alkohol mengubah sistem kardiovaskular dalam beberapa cara. Kerusakan

langsung pada otot jantung akibat penyalahgunaan alkohol diduga disebabkan

karena kekurangan tiamin atau karena zat yang mencemari minuman alkohol.

Kardiomiopati alkohol sekarang diduga terjadi pada manusia dengan riwayat

episode peminum berat untuk waktu yang lama tanpa memperhatikan kekurangan

vitamin atau makanan. Aritmia telah dilaporkan terjadi pada peminum alkohol ―dalam pergaulan‖ dan selama putus alkohol (Schuckit , 2005).

Konsumsi alkohol kronis bisa jadi memiliki beberapa efek menguntungkan.

Suh, et al (1992) dalam Lee (1998) menyatakan bahwa konsumsi satu sampai tiga gelas minuman beralkohol per hari dapat menurunkan insidens penyakit jantung

koroner dibandingkan dengan mereka yang sama sekali tidak minum alkohol.

Haskell, et al (1984) dalam Lee (1998) membuktikan bahwa alkohol meningkatkan kadar fraksi HDL3 dari high density lipoprotein. Namun, HDL2

yang kurang kental, secara epodemiologis berkaitan dengan penurunan risiko

penyakit jantung. Bila penggunaan alkohol disertai dengan penyakit hati, maka

fraksi HDL menurun.

Arti klinis dari pernyataan ini tidak dimengerti sepenuhnya. Efek

melindungi sistem kardiovaskular dari minuman yang spesifik, seperti anggur

merah, memerlukan penelitian lebih lanjut (Lee, 1998).

Meskipun beberapa penelitian menemukan bahwa konsumsi alkohol dalam

kadar sedang menurunkan resiko penyakit jantung koroner, konsumsi alkohol

berat akan meningkatkan resiko kematian akibat stroke, hipertensi, dan alcoholic cardiomyopathy (Pearson, 1996).

Zakhari (1997) menyatakan bahwa selain peningkatan kadar HDL, beberapa

mekanisme yang diajukan sebagai mekanisme efek protektif konsumsi alkohol

(25)

Pembentukan kompleks asam lemak etil ester: ditemukan bahwa inhibisi

atherogenesis dari etanol mungkin diperantarai oleh pembentukan kompleks

asam lemak etil ester yang ditemukan pada pemeriksaan in vitro, dapat menginhibisi esterifikasi kolesterol (Lange, 1982).

Pengurangan stress : efek konsumsi akut alkohol pada reaktivitas sistem

kardiovaskuler terhadap stress diteliti pada mahasiswa yang memiliki pola ―kerentanan koroner‖. Ditemukan bahwa setelah konsumsi ethanol 1 g/kg ethanol meningkatkan daya tahan terhadap stress , terutama pada para

peminum jangka panjang (Zakhari, 1997).

Peningkatan diameter koroner : peminum alkohol dalam jumlah sedang

ditemukan memiliki diameter arteri koroner sirkumfleksia sinistra dan arteri

sinistra anterior desendens dibandingkan dengan yang bukan peminum.

Lebih lanjut, ditemukan hubungan berkebalikan antara oklusi arteri dengan

jumlah alkohol yang dikonsumsi. Alkohol meningkatkan aliran darah

koroner pada manusia dengan kadar alkohol dalam darah antara 25-65 mg/

100 ml. pada penelitian in vivo, ditemukan bahwa alkohol menyebabkan dilatasi pembuluh darah koroner (Zakhari, 1997).

Mekanisme lain yang mungkin menyebabkan efek protektif alkohol terhadap

penyakit jantung koroner adalah efek inhibisi alkohol pada aggregasi platelet

dan penurunan fibrinogen plasma, dan peningkatan aktivitas fibrinolitik

(Zakhari, 1997).

Pasien yang menghentikan konsumsi alkohol dapat mengalami aritmia berat

yang mungkin merupakan akibat adanya kelainan metabolisme kalsium dan

magnesium. Serangan jantung dan sinkop serta juga kematian mendadak sewaktu

(26)

2.1.3.3 Efek pada Hati dan Saluran Gastrointestinal

Insidensi pankreatitis akut tiga kali lebih tinggi pada para peminum alkohol

dibandingkan populasi umum. Alkohol mengganggu proses glukoneogenesis pada

hati, yang mengakibatkan penurunan produksi glukosa dari glikogen, yang

mengakibatkan peningkatan produksi laktat dan penurunan oksidasi asam lemak.

Hal ini berpengaruh pada peningkatan timbunan lemak pada sel hati. Pada orang

normal, hal ini bersifat reversibel, namun dengan pajanan berulang terhadap

etanol, beberapa perubahan berat di hati muncul, termasuk hepatitis yang

diinduksi oleh alkohol, perivenular sclerosis, dan cirrhosis, yang ditemui pada 15

% pasien alkoholik (Schuckit , 2005).

Toriola et al (2009) mengemukakan bahwa konsumsi alkohol kronis meningkatkan resiko kanker paru. Selain itu Schatzkin et al (1987) dalam Lee (1998) menyatakan bahwa penggunaan alkohol kronis meningkatkan risiko

kanker pada mulut, farings, larings, esofagus, dan hati. Beberapa bukti

menyatakan ada suatu peningkatan insidens kanker payudara pada pecandu

alkohol.

Walaupun persoalan metodologi penelitian yang menghubungkan kanker

dengan penggunaan alkohol termasuk sulit, tetapi hasilnya yang konsisten, cukup

mengesankan. Lebih banyak lagi informasi diperlukan sebelum suatu batas

ambang konsumsi alkohol yang dihubungkan dengan kanker dapat ditentukan.

Pada kenyataannya, alkohol sendiri tidak bersifat karsinogen dalam berbagai

sistem percobaan. Namun, minuman alkohol dapat mengandung zat-zat bersifat

karsinogen yang terbentuk pada waktu fermentasi atau proses pembuatannya

serrta dapat mengubah fungsi hati dan selanjutnya aktivitas zat karsinogen yang

potensial meningkat (Lee, 1998).

2.1.3.4 Sindroma Alkohol pada Janin

Abel (1981) dan Ernhart et al (1987) dalam Lee (1998) mengemukakan bahwa penyalahgunaan alkohol pada ibu selama masa kehamilan disertai dengan

efek teratogenik yang penting pada anaknya. Kelainan yang telah dinyatakan

(27)

tubuh; (2) mikrosefali (ukuran kepala relatif kecil); (3) koordinasi kurang; (4)

bagian tengah wajah kurang berkembang; dan (5) anomali pada sendi-sendi kecil.

Kasus yang lebih berat dapat berupa kelainan jantung kongenital dan retardasi

mental. Tampaknya minum alkohol yang berlebihan pada trimester pertama

kehamilan mempunyai akibat yang besar pada kelainan perkembangan janin ;

konsumsi alkohol berlebihan pada akhir kehamilan efeknya lebih besar pada gizi

janin dan berat waktu lahir

.

2.1.4 Konsumsi Alkohol

Minuman beralkohol dikonsumsi hampir di seluruh bagian dunia, mulai dari

minuman beralkohol yang diolah secara tradisional seperti arak, tuak, dan tuak

bali, hingga minuman yang diolah secara modern seperti bir dan anggur. Berikut

ini adalah gambaran demografi konsumsi alkohol secara global menurut WHO

pada tahun 2005.

Gambar 2.1. Gambaran Demografi Konsumsi Alkohol Global.

(28)

Gambar 2.2 Gambaran Konsumsi Alkohol Indonesia

(29)

Data tersebut adalah data mengenai konsumsi alkohol Indonesia berdasarkan

laporan PBB sejak tahun 1990-2006.

Berdasarkan data tersebut, Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki tingkat konsumsi alkohol paling rendah jika dibandingkan dengan

negara lain.

Namun, meskipun Indonesia merupakan salah satu negara yang paling

rendah tingkat konsumsi alkoholnya, angka tersebut sebenarnya belum bisa

dipastikan mengingat bahwa di Indonesia juga beredar minuman beralkohol yang

ilegal secara luas, dan minuman beralkohol tradisional yang sering luput dari

(30)

2.2 Metabolisme Lipid 2.2.1 Pencernaan

Mulut Mengunyah berperan dalam memisahkan lemak.

Kelenjar Ebner mengeluarkan enzim lipase lingual

yang memulai proses hidrolisis lemak.

Lambung Asam hidroklorid memisahkan lemak dari makanan.

Lipase lambung menghidrolisis lemak dalam jumlah

terbatas.

Kandung Empedu Empedu mengemulsikan dan memecah lemak lebih

jauh sehingga enzim bereaksi terhadap trigliserida

dan melepaskan asam lemak.

Pankreas Lipase pankreas menghidrolisis trigliserida menjadi

digliserid, monogliserid dan asam lemak.

Usus Halus Digliserid dan monogliserid dihidrolisis menjadi

komponen-komponen : Asam lemak dan Gliserol

Asam lemak rantai pendek (sampai 12 karbon)

tertarik oleh air dan diabsorbsi secara langsung. Asam

lemak rantai panjang, digliserid dan monogliserid

direkonversi menjadi asam lemak dan lifosfogliserida.

Kolesterol esterase berasal dari pankreas

menghidrolisis ester kolesterol

Tabel 2.1. Pencernaan Lipid

(31)

2.2.2 Absorbsi

Absorpsi lipid terutama terjadi di duodenum. Sebagian besar hasil

pencernaan diabsorpsi ke dalam membran mukosa usus halus dengan cara difusi

pasif. Perbedaan konsentrasi diperoleh dengan cara :

1. Adanya protein pengikat asam lemak yang segera mengikat asam

lemak yang masuk sel.

2. Esterifikasi kembali asam lemak menjadi monogliserida di jejunum,

yaitu produk utama pencernaan yang melintasi mukosa usus halus.

Sebelum diabsorpsi kolesterol mengalami esterifikasi kembali oleh

katalisator enzim asetil-Koenzim A dan kolesterol asetiltransferase.

Pembentukan enzim-enzim ini dipengaruhi oleh konsentrasi tinggi kolesterol

makanan.

Sebagian besar hasil pencernaan lemak berupa monogliserida dan asam

lemak rantai panjang (C12 atau lebih) di dalam membran mukosa usus diubah

kembali menjadi trigliserida. Interaksi misel (produk dari pencernaan sebagian

lipid terdidri dari 2-monoasilgliserol, lisolesitin, kolesterol dan asam lemak

bergabung dengan garam empedu membentuk konjugasi polimolekuler bermuatan

negatif pada brush border dari sel. Kandungan lipid keluar masuk dari misel dengan cara berdifusi. Meskipun proses terjadi di bagian distal duodenum dan

jejunum, garam empedu tidak diabsorbsi di sini, tetapi sebaliknya diabsorbsi di

segmen ileum dari usus halus. Mereka kembali ke hepar melalui vena porta untuk

diresekresi dalam kandung empedu. Sirkuit ini disebut sebagai sirkulasi

enterohepatik dari garam empedu. Efisiensi resirkulasi ini sekitar 97-98%

(Chandra, 2007).

Setelah diabsorbsi, asam lemak bebas, 2-monoasilgliserol, kolesterol dan

lifosfoatidilkolin menuju ke enterosit, terjadi resintesis intraseluler dari TG,

fosfatidilkolin (FK), dan kolesterol ester (KE). Asam lemak rantai panjang

pertama kali diaktifkan berikatan dengan koenzim A melalui enzim asil coA

sintetase kemudian mengalami reesterifikasi menjadi TG, FK, dan KE. Asam

lemak rantai pendek sebaliknya melalui sel langsung ke darah portal. Dalam

(32)

jaringan lain. Perbedaan nasib antara asam lemak rantai panjang dan asam lemak

rantai pendek adalah bahwa spesifitas dari asil KoA sintetase hanya untuk asam

lemak rantai panjang (Chandra, 2007).

Kolesterol diresintesis dalam eritrosit, bersama dengan vitamin larut dalam

lemak, dukumpulkan dalam retikulum endoplasma sebagai partikel lemak yang

besar. Ketika masih dalam retikulum endoplasma, kolesterol menerima lapisan

protein pada permukaannya, untuk menstabilkannya dalam lingkungan berair

ketika masuk sirkulasi. Kolesterol kemudian diambil oleh vesikel lemak yang

kemudian menyatu dengan aparatus Golgi membentuk kilomikron (KM), yang

ditransportasikan ke membran sel dan keluar menuju sirkulasi untuk ditranspor

lebih lanjut (Chandra, 2007).

2.2.3 Transportasi

Terdapat dua jalur transfer lipid fisiologik, yaitu :

2.2.3.1. Jalur eksogen : dari usus ke hati

2.2.3.2. Jalur endogen : dari hati ke jaringan perifer serta sebaliknya.

Transpor sebagian besar lipid hidrofobik dalam sirkulasi ini dicapai dengan

konjugasi lipid dan protein yang disebut lipoprotein. Komponen lipoprotein pada

prinsipnya adalah : Triasligliserol (TG), Kolesterol Bebas (K), Kolesterol Ester

(KE) dan fosfolipid (FL) (Chandra, 2007).

2.2.3.1. Jalur eksogen :

Dalam sehari lipoprotein mengangkut minimal 100 gram triasilgliserol (TG)

dan satu gram kolesterol (K) dari makanan. Di dalam usus TG dan K dikemas

dalam partikel lipoprotein besar yang disebut kilomikron (KM) yang mengandung

apo B48 , apo C-11, apoA dan apoE. Sebagian TG dipecah menjadi asam lemak

dengan perantaraan lipoprotein lipase. Asam lemak rantai panjang akan diangkut

oleh pembuluh limfe. Asam lemak bebas ini masuk ke otot sebagai sumber energi.

(33)

menjadi chylomicron remnant (KMr) yang mengandung apo B48 dan apoE, yang kemudian diikat oleh reseptor KMr masuk dalam hati dipecah menjadi asam

lemak dan kolesterol. Sebagian besar kolesterol akan memasuki sirkulasi

enterohepatik (Botham, 2006).

2.2.3.3. Jalur endogen

Hati mempunyai peran penting dalam metabolisme lemak, antara lain

mensintesis garam empedu yang penting untuk pencernaan dan penyerapan

lemak, serta memegang peran kunci dalam transport lemak karena hepar tempat

sintesis lipoprotein dari lemak endogen. Jalur endogen lipid terdiri dari tiga

komponen yang saling berhubungan (Botham, 2006).

Komponen pertama adalah very low density lipoprotein (kolesterol VLDL),

intermediate density lipoprotein (kolesterol IDL) dan low density lipoprotein

(kolseterol LDL), mentranspor lipid ke perifer.

Komponen ke dua adalah high density lipoprotein (kolesterol HDL) yang mentranspor kolesterol dari jaringan perifer ke hepar.

Komponen ke tiga dari sistem ini adalah komponen tanpa lipoprotein, yang

mempengaruhi asam lemak bebas dari simpanan ke organ untuk dimetabolisme.

Sistem dimulai dengan kumpulan partikel kolesterol VLDL di hepar. Kolesterol

VLDL terdiri dari K, KE, dan TG yang terikat dengan apo B-100, apo C dan apo

E. sebagian dari kolesterol, baik yang berasal dari makanan ataupun yang

disintesis di hati juga dimasukkan dalam partikel kolesterol VLDL dan kemudian

diekskresikan ke plasma. Dalam plasma, sebagian TG yang ada di dalam

kolesterol VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase membentuk asam lemak

bebas yang kemudian dibawa ke jaringan-jaringan sebagai sumber energi.

Sebagian kolesterol VLDL diubah menjadi kolesterol IDL setelah kehilangan

apoC. Dalam keadaan normal kadar kolesterol IDL plasma sangat rendah, karena

(34)

kolesterol LDL kemudian mengikatkan diri pada reseptor-reseptor kolesterol

LDL.

Kompenen ke dua dari sistem transport endogen disebut dengan istilah

transpor balik kolesterol, yakni gerakan kembalinya kolesterol dari jaringan

perifer ke hepar. Partikel kolesterol HDL mempunyai heterogenitas tinggi dengan

subkomponen berasal dari kedua traktus intestinalis dan hepar. Kolesterol HDL

mengandung apo A, apo C dan apo E. kolesterol HDL berperan dalam transport

balik kolesterol dari jaringan menuju hepar untuk diekskresi. Lingkaran kejadian

ini menegaskan bahwa peningkatan kolesterol HDL berhubungan dengan

pengurangan risiko koroner pada manusia. (Botham, 2006)

Komponen ke tiga dari sistem transpor endogen lipid melibatkan non

lipoprotein berhubungan dengan asam lemak bebas dalam sirkulasi. Asam lemak

dihasilkan dari hidrolisis TG seluler yang disekresikan dari jaringan adiposa

menuju plasma di mana mereka berikatan dengan albumin (Botham, 2006).

2.3. Lipoprotein Plasma

Lipoprotein merupakan gabungan molekul lipid dan protein. Seperempat

sampai sepertiga bagian dari lipoprotein adalah protein dan selebihnya adalah

lipid. Lipoprotein mempunyai fungsi mengangkut lipid di dalam plasma ke

jaringan-jaringan yang mmebutuhkannya sebagai sumber energi, sebagai

komponen membran sel atau sebagai prekursor metabolit aktif (Botham, 2006).

Friday (2002) dalam Chandra (2007) menyatakan bahwa kelainan

lipoprotein merupakan hasil dari sintesis, proses atau katabolisme partikel

lipoprotein plasma yang abnormal. Partikel-partikel tersebut berintikan kolesterol

dan trigliserida yang diselubungi oleh fosfolipid dan apolipoprotein. Lebih dari

50% penderita dengan PJK sebelum 60 tahun mempunyai kelainan lipoprotein

familial. Semakin muda usia penderita, semakin besar faktor genetik.

(35)

mengindikasikan kelainan genetik dengan xantoma sebagai signalnya, sehingga

memerlukan skrining pada keturunan pertama penderita.

Terdapat lima jenis utama lipoprotein yaitu : kilomikron (KM), very low density lipoprotein (kolesterol VLDL), intermediate density lipoprotein

(kolesterol IDL), low density lipoprotein (kolesterol LDL) dan high density lipoprotein (kolesterol HDL). Klasifikasi ini berdasarkan kenaikan densitasnya, dengan KM mempunyai densitas paling rendah sedangkan kolesterol HDL

mempunyai densitas paling tinggi. Perlu diingat bahwa protein mempunyai

densitas lebih tinggi daripada lipid sehingga kolesterol HDL dengan densitas

paling tinggi mengandung paling banyak protein (Botham, 2006).

Ross (1995) dalam Chandra (2007) menyatakan bahwa kilomikron dari usus

halus dan kolesterol VLDL hati dapat membentuk prekursor kolesterol HDL

diskoidal bebas, tetapi kolesterol HDL dapat juga dilepaskan langsung dari hati

dalam bentuk partikel-partikel diskoidal (HDL nascent). Esterifikasi dari kolesterol bebas yang diakumulasi dalam prekursor ini selanjutnya menyebabkan

pembentukan partikel-partikel kolesterol HDL spherical. Kolesterol HDL berperan sebagai penerima lipid terutama kolesterol bebas dari bermacam-macam

jaringan. Protein utama kolesterol HDL adalah apoprotein A-I dan A-II.

Kolesterol HDL berperan sebagai pembuangan kolesterol dari bermacam-macam

jaringan. Kadar plasmanya berbanding terbalik dengan risiko penyakit arteri

koronaria. Kolesterol HDL yang tinggi dikatakan sebagai faktor protektif

fisiologis atau faktor anti aterogenik.

Kolesterol low density lipoprotein (LDL), mengandung 22% protein dan 78% lemak yang merupakan sumber utama kolesterol yang terikat dengan

apoprotein (Chandra, 2007).

Kolesterol LDL bereperan dalam transport lemak melalui jalur endogen

(nondietetik) dan dibentuk melalui peran lipase pada partikel prekursor.

(36)

dan disekresi sebagai Kolesterol VLDL. Lipoprotein Lipase (LPL), yang terdapat

dalam endotel kapiler jaringan lemak dan otot skeletal, akan menghidrolisis

kolesterol VLDL yang berintikan trigliserida dengan bantuan apo CII sebagai

kofaktor , sehingga menjadi kolesterol IDL. Asam lemak yang dibebaskan akan

dire-esterifikasi menjadi trigliserida di jaringan lemak atau dioksidasi untuk

menghasilkan energi di otot. Kolesterol IDL dibersihkan dari plasma oleh reseptor

kolesterol LDL atau menjadi kolesterol LDL setelah melepas apo E pada

permukaan kolesterol IDL. Permukaan kolesterol LDL terdiri dari apo B 100

(Botham, 2006).

Peningkatan apo B (>130 mg/dl) terjadi pada 1/3 pasien dengan prematur

CAD. Kolesterol LDL lebih dari persentil ke 95 terjadi pada 15 % pasien dengan

MI sebelum usia 60 tahun, sedangkan kadar apo B di atas persentil 95 terjadi pada

35%. Pengukuran kadar apo B plasma sangat berguna untuk penderita

hipertrigliseridemia atau PJK (Botham, 2006)

Havel (1995) dalam Chandra (2007) menyatakan bahwa fungsi utama

kolesterol LDL adalah meneruskan kolesterol ke jaringan ekstrahepatik yang

mempunyai afinitas spesifik yang tinggi, yang disebut reseptor LDL. Melalui

reseptor inilah kebutuhan kolesterol tubuh akan terpenuhi dan akan merupakan

faktor penghambat sintesis kolesterol di dalam sel-sel tubuh. Kolesterol

dihantarkan ke hepatosit dan sel perifer untuk sintesis membran sel dan hormon

steroid. Pengikatan terhadap reseptor kolesterol LDL disebabkan oleh apoprotein

B-100 yang terkandung dalam partikel kolesterol LDL. Secara langsung kadar

kolesterol LDL plasma berhubungan dengan risiko penyakit arteri koronaria.

Potensi aterogenik sangat tinggi.

Havel (1995) dalam Chandra (2007) juga menyatakan bahwa kolesterol

HDL, mengandung 52% protein dan 48% lemak, merupakan lipoprotein terkecil

dibentuk di dalam sel-sel hati dan sel-sel usus kecil. Fungsi utama mengnagkut

kolesterol dan fosfolipid dari jaringan atau sel perifer ke hati untuk dirombak

(37)

membawa kurang lebih ¼ kolesterol dalam plasma. Pada penyakit jantung

koroner, kadar kolesterol HDL akan menurun. Penurunan kolesterol HDL sampai

<35 mg/dl merupakan faktor risiko potensial yang independen terjadinya PJK.

Sekitar 50% populasi dengan kelainan kolesterol HDL disebabkan oleh faktor

genetik. Terdapat dua macam partikel kolesterol HDL, yaitu kolesterol HDL 3 dan

kolesterol HDL 2 yang lebih besar. Kolesterol HDL diproduksi oleh liver dan

usus halus, yang terdiri oleh bahan primer yakni fosfolipid dan apo A I, yang

remodelling-nya terjadi di dalam plasma. Kolesterol HDL mengikat kolesterol bebas dari sel ekstrahepatal dan partikel lipoprotein lain. Kolesterol diesterifikasi

oleh enzim lesitin-kolesterol asiltransferase (LCAT), dengan apo A I sebagai

kofaktor, dan menghasilkan kolesterol ester yang masuk dalam inti kolesterol

HDL sehingga meningkatkan ukuran partikel kolesterol HDL. Perubahan ester

kolesterol dalam kolesterol HDL dengan trigliserida dalam kolesterol VLDL dan

kolesterol IDL yang diperantarai kolesteril ester transfer protein (CETP) akan

mengecilkan ukuran kolesterol.

Defisiensi enzim LCAT menyebabkan partikel lipoprotein abnormal pada

semua tipe yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk mengesterifikasi

kolesterol bebas sehingga terakumulasi di plasma.

Pada defisiensi lipase hepar, terjadi prematur CAD meskipun terjadi

peningkatan kolesterol HDL. Kelainan yang jarang ini ditandai dengan kegagalan

(38)

Gambar 2.3. Skema Perjalanan Kilomikron Secara Metabolik.

(sumber : Botham, 2006)

Gambar 2.4. Skema Perjalanan VLDL Secara Metabolik .

(39)

Gambar 2.5. Skema Perjalanan HDL Secara Metabolik

(40)

Gambar 2.5. Skema Sintesis VLDL di Hati.

(41)

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gambaran Profil Lipid 2.4.1.Diet

Faktor diet merupakan salah satu faktor paling penting yang

mempengaruhi gambaran profil lipid. Diet rendah lemak; diet tinggi protein

kedelai, serat, atau phytosterols; makanan yang mengandung gandum utuh ,

dan suplementasi asam lemak omega-3 berperan baik dalam menurunkan

resiko Miokard Infark melalui modulasi terhadap gambaran profil lipid, yakni

dengan meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL, total kolesterol,

trigliserida, dan VLDL. Konsumsi kacang-kacangan, modifikasi diet dengan

kacang-kacangan, tinggi karbohidrat dan protein, teh hijau dan anggur merah,

sama seperti suplementasi policosanol dan ekstrak beras merah juga memiliki

efek protektif terhadap serangan miokard infark melalui modulasi pada

gambaran profil lipid dengan mekanisme yang sama (J. Huang, 2011).

2.4.2. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik menengah-reguler dapat menurunkan kadar trigliserida dan

kolesterol secara bermakna. Olahraga berupa senam dan lari ringan selama 3 x

45 menit selama 8 minggu dapat menurunkan kadar trigliserida dan total

kolesterol pada anak obesitas dan anak dengan BMI normal (Anam, 2010).

2.4.3. Merokok

Pada dua kelompok sampel penelitian yang dengan karakteristik pria

dengan indeks masa tubuh pada rentang yang sama dan tanpa sejarah

penyalahgunaan alkohol serta tanpa riwayat diabetes melitus, Sinha et al

(1995) menemukan bahwa dibandingkan dengan kelompok yang tidak

merokok , kelompok perokok memiliki kadar trigliserida, LDL, dan total

kolesterol yang secara signifikan lebih tinggi dan memiliki kadar HDL yang

lebih rendah. Pada keadaan puasa, dan diet tanpa penghentian rokok, kelompok

perokok menunjukkan peningkatan kadar HDL yang lebih rendah

(42)

2.4.4. Faktor Fisik dan Genetik

Faktor fisik dan genetik juga memiliki peranan penting dalam gambaran

profil lipid seseorang. Cugnetto et al (2007) menyatakan bahwa pria dengan indeks massa tubuh lebih tinggi cenderung memiliki gambaran profil lipid yang

lebih buruk dibandingkan pria dengan indeks massa tubuh normal. Gambaran

profil lipid yang buruk adalah gambaran profil lipid dimana kadar total

kolesterol, trigliserida, dan LDL yang lebih tinggi dibandingkan normal dan

rasio perbandingan total kolesterol dan HDL lebih rendah dibandingkan

normal.

Gambaran trigliserida dan HDL dipengaruhi oleh faktor genetik.

Hal ini terkait dengan produksi lipoprotein lipase yang berbeda pada beberapa

(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Tingkat Konsumsi Alkohol

Definisi Jumlah konsumsi alkohol yaitu total konsumsi alkohol dari

minuman beralkohol selama sebulan.

Cara Ukur Pengisian kuesioner Alcohol timeline followback selama sebulan. Responden diminta untuk mengisi kuesioner setiap hari

selama sebulan terkait jumlah dan jenis konsumsi alkoholnya pada

hari dan tanggal tertentu Jumlah minuman yang dituliskan pada

lembar isian kemudian dijumlahkan dan dikalikan berdasarkan

jumlah persentase alkohol yang dikandungnya. Kemudian

dirata-ratakan selama sebulan.

Alat Ukur Menggunakan kuesioner Alcohol timeline followback 2012 untuk jangka waktu sebulan, yang terdiri dari 30 hari kolom isian ,yang

diisi dengan jumlah konsumsi alkohol responden pada tanggal

tersebut. Responden mengisi kolom dengan jenis minuman, dan

(44)

estimasi kadar alkohol pada minuman yang umum dikonsumsi:

Tuak 4% (Sembiring, 2011)

Bir 5% (Sobell, 1992)

Anggur 20% (Sobell, 1992)

Kategori

Konsumsi

Alkohol

Berdasarkan British Association for The Study of Liver , 2007 dijelaskan bahwa penilaian sesuai dengan total kalori yang terdapat

dalam alkohol dikategorikan sebagai berikut:

1. Tingkat konsumsi rendah (rata-rata total konsumsi alkohol

0-30 ml setiap hari selama sebulan)

2. Tingkat konsumsi sedang (rata-rata total konsumsi alkohol

30-40 ml tiap hari selama sebulan).

3. Tingkat konsumsi berat (rata-rata total konsumsi alkohol

lebih dari 40 ml tiap hari selama sebulan).

(Dufour, 1999)

Pada penelitian ini, subjek penelitian yang tidak

mengkonsumsi alkohol samasekali dikategorikan dalam kelompok

tingkat konsumsi alkohol rendah, sesuai dengan pengelompokan

tersebut.

Skala

pengukuran skala ordinal.

3.2.2 Gambaran profil lipid

Definisi Gambaran profil lipid yakni gambaran dari hasil pemeriksaan

laboratorium kadar lipid responden setelah sebulan mengisi

kuesioner yang mencakup kadar total kolesterol, trigliserida, HDL,

dan LDL.

Cara Ukur Menggunakan data pemeriksaan laboratorium oleh dokter/klinisi.

(45)

metode CHOD-PAP, Trigliserida diperiksa di laboratorium dengan

menggunakan metode GPO €― PAP, LDL diperiksa di

laboratorium dengan menggunakan metode Homogeneous, dan

HDL diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode

Homogeneous.

Alat ukur Hasil pemeriksaan, yang terdiri dari total kolesterol,

trigliserida, HDL, dan LDL.

Kategori

Gambaran

Profil Lipid

Total kolesterol : normal (<200 mg/dl), resiko menengah

(200-239 mg/dl), resiko tinggi (>240 mg/dl)

Trigliserida : normal (<150 mg/dl), resiko menengah

(150-200 mg/dl), resiko tinggi (>(150-200 mg/dl)

HDL : efek protektif rendah (35 mg/dl), sedang (35-55

mg/dl), tinggi (>55 mg/dl)

LDL : normal (<150 mg/dl), resiko menengah (150-190

mg/dl), resiko tinggi (>190 mg/dl)

(Kosasih, 2008)

Skala

Pengukuran skala ordinal.

3.3 Hipotesis

Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat konsumsi alkohol terhadap

gambaran profil lipid karyawan PT Inalum tahun 2012.

Ha: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi alkohol terhadap gambaran

(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Alasan digunakan pendekatan ini, setiap sampel penelitian diwawancarai

sehubungan dengan jumlah alkohol yang dikonsumsinya selama sebulan

sebelumnya, kemudian dilakukan pengukuran kadar profil lipid.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai 1 agustus 2012 sampai 30 september 2012.

4.2.2 Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT Inalum Paritohan berdasarkan survei

pendahuluan dengan beberapa alasan antara lain:

1. Tingkat sosial-ekonomi pekerja tidak jauh berbeda, oleh karena itu secara

ekonomi mereka mampu untuk membeli dan mengkonsumsi alkohol.

2. Mayoritas pekerja berasal dari latar belakang budaya dan pendidikan

yang sama, sehingga pada umumnya gaya hidup dan keputusan dalam

pemilihan makanannya tidak jauh berbeda.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah karyawan tetap PT Inalum Paritohan tahun

(47)

4.3.2 Sampel Penelitian

Penarikan sampel penelitian sering dilakukan dalam suatu penelitian oleh

beberapa alasan seperti jumlah populasi yang sangat besar sehingga seluruh

populasi tidak mungkin diperiksa karena memakai waktu yang lama, adanya

homogenitas atau sifat kesamaan dalam populasi, dan ketelitian terhadap

pengukuran sampel akan lebih baik dibandingkan populasi. Alasan lain berupa

lebih murah, lebih mudah, lebih cepat, lebih akurat, lebih spesifik, dan mewakili

populasi (Wahyuni, 2007).

Teknik penarikan sampel dilakukan dengan teknik randomisasi sederhana

(Simple Random Sampling). Metode ini mengambil sampel dari semua karyawan PT Inalum dengan mempertimbangkan ciri/karakteristik responden sampai jumlah

sampel terpenuhi (Wahyuni, 2007). Untuk meminimalisir kemungkinan bias,

peneliti mengeksklusikan pasien yang mengalami diabetes melitus dan

mengkonsumsi obat-obatan yang berfungsi memodifikasi gambaran profil lipid,

sedangkan untuk faktor resiko yang lain peneliti tidak dapat melakukan eksklusi

karena keterbatasan penelitian.

Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus menurut Wahyuni

(2007) sebagai berikut:

N . Z21-α/2 p. (1-p) (N-1) d2 + Z21-α/2 p. (1-p)

Keterangan

n = Besar sampel minimum.

Z1- α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (1,96).

p = Harga proporsi di populasi (0,5).

d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (10% = 0,1).

(48)

Maka berdasarkan rumus, besar sampel minimal yang diperlukan adalah 73

orang. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, pada proses penelitian sampel

digenapkan menjadi 101 orang.

4.3.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sampel penelitian harus memenuhi kriteria inklusi serta tidak memiliki

kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi:

a. Bersedia melakukan dan menyelesaikan pengisian kuesioner.

b. Berusia antara 25-55 tahun.

Kriteria eksklusi:

a. Karyawan dengan penyakit hati, ginjal, diabetes, dan penyakit jantung

koroner.

b. Karyawan yang mengkonsumsi obat – obatan yang berguna untuk

menurunkan kadar lipid.

c. Karyawan yang tidak bersedia untuk mengikuti penelitian.

d. Karyawan dengan isian Alcohol Timeline Followback selama sebulan yang tidak lengkap.

e. Karyawan vegetarian.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan terdiri dari data primer diperoleh melalui wawancara

yang memuat daftar pertanyaan dan isian sesuai dengan masalah penelitian untuk

tingkat konsumsi alkohol dan melalui pengukuran kadar profil lipid. Data ini

langsung diperoleh saat penelitian berlangsung seperti identitas responden, kriteria

ekslusi dan inklusi serta jumlah konsumsi alkohol. Kuesioner yang digunakan

adalah Alcohol Timeline Followback oleh L.C. Sobell dan M.B. Sobell (1992). Kuesioner ini telah divalidasi dan digunakan pada beberapa penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui jumlah dan frekuensi konsumsi alkohol pada

(49)

yang dicantumkan pada kuesioner adalah jumlah konsumsi alkohol dan jenis

konsumsi alkohol.

Pengukuran kadar profil lipid dilakukan oleh klinisi Klinik PT Inalum

Paritohan pada bulan september 2012, sesuai dengan berakhirnya tanggal dari

kuesioner Alcohol Timeline Followback 2012 pada masing-masing subjek penelitian.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah dan dianalisis secara komputerisasi menggunakan program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17 yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut (Wahyuni, 2007) :

1. Editing

Memeriksa kembali kelengkapan setiap lembar kuesioner yang mencakup

kelengkapan jawaban, keseragaman jawaban, dan kejelasan penulisan identitas

serta kelengkapan pengukuran kadar profil lipid mencakup kadar total kolesterol,

kadar trigliserida, kadar HDL, kadar LDL, dan VLDL.

2. Coding

Setelah data terkumpul dan dikoreksi, selanjutnya diberi kode oleh peneliti

secara manual dimulai dari kode sampel, penilaian tingkat konsumsi alkohol, dan

kadar profil lipid.

3. Entry

Data yang telah melewati proses coding lalu dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning data

Semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer diperiksa kembali

apakah sudah sesuai dengan data penelitian.

5. Saving

(50)

6. Analisis data

Identitas responden telah ditabulasi sederhana dan dilakukan perhitungan

besar sampel dan persentase terhadap keseluruhan sampel, berdasarkan usia. Data

tingkat konsumsi dikategorikan berdasarkan ringan, sedang, dan berat.

Sedangkan, data profil lipid dikategorikan berdasarkan masing-masing kategori

profil lipid, yakni normal, resiko menengah, dan resiko tinggi. Besar sampel dan

persentase terhadap kedua data tersebut dihitung dan selanjutnya, data tingkat

(51)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengumpulan data untuk hasil penelitian dilakukan dengan

menggunakan instrumen kuisioner yang telah diisi oleh responden dan data hasil

pemeriksaan profil lipid pasien. Hasil tersebut kemudian dianalisis lalu

dipaparkan di bawah ini.

5.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kompleks Perumahan PT Inalum

Paritohan yang terletak di Kecamatan Pintupohan Meranti, Kabupaten Toba

Samosir Sumatera Utara. Kompleks perumahan PT Inalum Paritohan adalah

kompleks perumahan yang didirikan untuk sebagai rumah dinas karyawan PT

Inalum Paritohan yang beroperasi secara resmi sejak 1975. Kompleks perumahan

ini memiliki fasilitas rumah tinggal untuk 180 karyawan yang berumah tangga

dan 50 karyawan yang belum berkeluarga. Kompleks perumahan ini selain

memiliki fasilitas tempat tinggal juga memiliki fasilitas lain seperti minimarket,

rumah ibadah, terminal, klinik perusahaan, dan pusat olahraga berupa pusat

kebugaran, lapangan tenis, lapangan sepakbola, lapangan golf, lapangan volley

dan lapangan basket.

Kompleks perumahaan ini terletak berdekatan dengan desa Pintupohan

Meranti yang dibatasi dengan pagar. Di sekitar desa ini terdapat kedai-kedai

tradisional yang menjual minuman keras golongan A (khususnya tuak dan bir)

dan golongan B. Konsumen kedai ini umumnya berasal dari desa setempat dan

dari kompleks perumahan. Jumlah karyawan terdaftar pada saat dilaksanakannya

penelitian ini adalah 212 orang termasuk laki-laki dan perempuan. Pengambilan

data kuesioner dilaksanakan di rumah karyawan dan di kantor, sementara data

Gambar

Gambar 2.1. Gambaran Demografi Konsumsi Alkohol Global.
Gambar 2.2 Gambaran Konsumsi Alkohol Indonesia
Tabel 2.1. Pencernaan Lipid
Gambar 2.4. Skema Perjalanan VLDL Secara Metabolik .
+7

Referensi

Dokumen terkait