• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi simbol heroglif dalam film transformers Revenge of The Fallen :(analisis semiotika John Fiske mengenai representasi simbol Heroglif dalam film Transformers Revenge of The Fallen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Representasi simbol heroglif dalam film transformers Revenge of The Fallen :(analisis semiotika John Fiske mengenai representasi simbol Heroglif dalam film Transformers Revenge of The Fallen)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

CURICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Meidiana Crishantina

Nama Panggilan : Mei

Tempat, Tanggal Lahir : Rangkasbitung, 16 Mei 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Nama Ayah : Betta Atmosfara., S.H

Pekerjaan : Pengacara

Nama Ibu : Hj. Heryanti., Sos

Pekerjaan : Pegawai Negeri

Alamat Rumah : Jl R.A Kartini No 39 RT 02/10 Rangkasbitung 42314

Phone : 08819395991

(2)

PENDIDIKAN

Tahun Sekolah/ Universitas

1997-2003 SDN Komplek Kejaksaan Rangkasbitung 2003-2006 SMP Negeri 4 Rangkasbitung

2006-2009 SMA Negeri 1 Rangkasbitung

2009-2013 Universitas Komputer Indonesia ( UNIKOM) Bandung Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

No Hari-Bulan-Tahun Deskripsi

1 9 Juli – 30 Juli Parijz Van Java TV (PJTV) Jl Soekarno Hatta No 663 Posisi Bagian : reporter dan redaksi

Demikian ini dibuat dengan sesungguh-sungguhnya, untuk dapat digunakan seperlunya.

Bandung, Febuari 2014 Peneliti

(3)

REPRESENTASI SIMBOL HIEROGLIF DALAM FILM TRANSFORMERS “REVENGE OF THE FALLEN”

(Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Representasi Simbol Hieroglif Dalam Film Transformers “Revenge of The Fallen”)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana (S1) Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Konsentrasi Ilmu Jurnalistik

MEIDIANA CRISHANTINA NIM : 41809107

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(4)

vi

karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini. Tiada kata lain yang terucap dari bibir ini selain ucapan Alhamdulillah. Shalawat serta salam selalu tercurahkan pada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya dan sahabatnya juga seluruh umatnya hingga akhir zaman. Amin.

Terima kasih kepada kedua orang tua tersayang, Betta Atmosfara B.Dain S.H dan Hj. Heryanti S.Sos yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dorongan daoa kepada peneliti, dan juga telah mendukung sepenuhnya baik moril dan non moril. Untuk itu penelitian ini, peneliti persembahkan untuk kedua orang tua.

Penulisan Usulan Penelitian ini pun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang mendukung dan memberi motivasi agar lebih semangat menyelesaikan usulan penelitian ini. Maka dari itu, penulis merasa sangat perlu untuk memberikan rasa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang terus memberikan kekuatan untuk hidup, kunikmati rezeki tiada henti aku syukuri.

2. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.

(5)

vii

Indonesia. Yang telah mengesahkan seminar usulan penelitian sehingga penelitian ini bisa disidangkan dan terima kasih banyak untuk segala ilmu yang telah diberikan, kepercayaan dan canda tawa di setiap waktunya. 4. Ibu Melly Maulin P., S.Sos., M.Si, selaku Seketaris Program Studi Ilmu

Komunikasi juga selaku dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan.

5. Bapak Sanggra Juliano., S.Ikom, selaku Dosen Wali yang telah memberikan semangat, dan doa bagi peneliti

6. Bapak Arie Prasetio., M.Si selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih karena telah memberikan pencerahan dan penyelesaian masalah bagi peniliti dan kesabaran bagi peneliti. Terima kasih atas bimbingannya selama penulis melakukan perkuliahan.

7. Bapak Adiyana Slamet., S.Ip., M.Si, Bapak Inggar Prayoga., S.I.Kom, dan semua dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan ilmu pelajaran dan pengalaman kepada peneliti.

8. Mbak Astri Ikawati., A.Md.Kom selaku Seketariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu peneliti.

(6)

viii

membantu peneliti melakukan penelitian, maaf kalau ponakannya banyak bertanya.

11.Untuk Rizki Brahma Putra, atas perhatian, cinta dan kasih sayangnya, yang telah membatu peneliti.

12.Untuk Amy Pravitasari, Nurul Fitri, Eka Novayanti, sahabatku terima kasih untuk semangatnya dan canda tawanyanya KITA HARUS LULUS BERSAMA TAHUN INI!!

13.Teman-teman IK-Jurnalistik 2 angkatan 2009, semangat yang sedang melakukan penelitian kita lempar toga bareng. Amin.

14.Teman-teman Ilmu Komunikasi yang telah lulus dan akan lulus, maaf jika tidak dapat dituliskan satu persatu. Kalian telah terekam dihati.

Dalam penelitian ini, peneliti sangat mengharapkan sekali kritik serta saran yang membangun sehingga tercapai kesempurnaan dalam penulisan penelitian ini. Dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa komunikasi konsentrasi jurnalistik.

Bandung, April 2013

(7)

ix DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 14

(8)

x

2.1.5 Pengertian Simbol ... 36

2.1.6 Pengertian Hieroglif ... 38

2.2 Kerangka Pemikiran ... 40

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 40

2.2.2 Kerangka Konseptual ... 47

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 49

3.2 Metode Penelitian ... 54

3.2.1 Desain Penelitian Data ... 54

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 55

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 56

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 56

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 57

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 59

3.2.5.1 Ketekunan Pengamatan ... 59

3.2.5.2 Pemeriksaan Sejawat Dengan Diskusi ... 59

3.2.5.3 Auditing ... 59

(9)

xi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Informan ... 63 4.2 Hasil Penelitian ... 64

4.2.1 Hasil Analisis Film Transformers “Revenge of The Fallen” Pada Sequence Prolog ... 64 4.2.2 Hasil Analisis Film Transformers “Revenge of The Fallen

Pada Sequence Ideological Content ... 72 4.2.3 Hasil Analisis Film Transformers “Revenge of The Fallen

Pada Sequence Epilog ... 79 4.2.4 Hasil Analisis level Ideologi Simbol Dalam Film

Transformers “Revenge of The Fallen” ... 86 4.3 Pembahasan ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan... 102 5.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN

(10)

107

Effendy,Uchyana Onong.1984. Ilmu Komunikasi “Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Epperson, Ralph A. . New World Orders

Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta : Jalasutra. Fiske, John. 1987. Television culture: popular pleasures and politics. New York John Little, W Stephen.2008. Theories of Human Communication. Cengage

Learning.

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosadakarya

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta : Jalasutra

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosadakarya

Satori, Djam’an. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. CV Alfabeta

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung CV

(11)

108

Sumber dan Referensi Lain :

1. Juandi Hadiwijaya. 2012. Skripsi: “Analisis Semiotika Lambang Illuminati Pada Desain T-Shirt Clothing Frogen di Kota Bandung”. Unikom.

2. Mia Steria. 2011. Skripsi: “Representasi TKW Dalam Film “Minggu Pagi di Vicoria Park”. Universitas Islam Bandung.

3. Dwi Nur Buana. 2012. Tesis: “Representasi Kekerasan Dalam Film Spongebob Squarepants”. Universitas Islam Bandung

Internet :

1. http://aldi-rizky.blogspot.com/2013/03/film-film-yang-menyimpan-simbol-simbol.html

2. http://www.ryan-isra.net/hieroglif-mesir-egyptian-hieroglyphs/

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Film Transformers jaman dahulu sebuah animasi television buatan Amerika Serikat yang berdasarkan mainan Transformers. Film fiksi ilmiah Amerika Serikat yang diangkat dari kisah Transformers tahun 1984. Film ini mengkombinasikan animasi komputer dengan aksi langsung. Dua faksi robot alien yang bisa menyamarkan diri mereka menjadi peralatan mesin setiap hari ( mobil, motor, tank, pesawat dan lain-lain).

Film ini dilanjutkan dengan Transformers “Revenge of The Fallen” pada tahun 2009 dan Transformers “ Dark of the Moon” pada tahun 2011.

Film Transformers “Revenge of The Fallen” merupakan film fiksi ilmiah

yang dirilis pada tahun 2009, yang disutradarai oleh Michael Bay. Film ini merupakan film sekuel dari Transformers Movie 2007. Industri film adalah sebuah oligarki erat, yang dimiliki oleh sejumlah perusahaan media yang sangat terbatas. Hal ini telah menghasilkan aliran yang konstan untuk mempromosikan agenda tertentu atau mendorong perilaku tertentu. Transformers 2 adalah film benar-benar disesuaikan dengan konteks saat ini, dimana New World Order sedang dijual kepada masyarakat. Berikut ini adalah analisa mendalam oleh kolaborator Ustad Jee & Enigma.

(13)

2

Karena tujuan dari film ini untuk perlahan-lahan mengindoktrinasi massa dan membuat mereka lebih menerima ide tertentu, hal itu menunjukkan tepat ide-ide ini secara positif. Konsep pertama adalah pemerintahan dunia dan kekuasaan militer. Ide di bukan hal baru. Telah ada sejak waktu Romanum Imperium (Kekaisaran Romawi Suci – 27 SM-AD 476) dan juga dibandingkan dengan bentuk pemerintahan fasis kontemporer seperti Fasisme Italia, Nazisme, Garda Besi di Rumania, Falangism di Spanyol . Sebuah aspek kunci dari bentuk seperti pemerintah adalah meningkatkan bentuk Nasionalisme yang universal. Jelas untuk mencapai tujuan pemerintah dunia pertama akan memerlukan bentuk dari filsafat politik demokrasi yang gagal baik dalam tatanan ekonomi dan sosial sehingga dapat diatasi dengan kebutuhan pemerintah dunia.

Kedua, perlunya pemerintah dunia akan menuntut keberadaan sumber daya militer untuk menegakkan keputusan politik pemerintah. Hal ini ditunjukkan dalam film dengan kehadiran AS dan pasukan sekutu lainnya militer di seluruh dunia dari adegan pembuka di Qatar ke berbagai negara di Timur Tengah dan penggunaan kekuatan Angkatan Laut dan udara di seluruh wilayah hukum internasional dengan impunitas.

(14)

Film Transformers bekerja keras untuk menjual kepada massa tentang ide-ide sekuler New World Order. Penanganan hati-hati untuk film memberikan norma kehidupan alien di planet lain, saudara-saudara kami yang disebut dan takdir kami yang saling terkait. Robot organisme yang memiliki ikatan yang kuat keberadaan Planet di bumi, kehidupan Aos.

Sesuai dengan Judul dari penelitian ini, maka bahasan yang dilakukan yaitu Analisis Semiotika pada film Transformers ”Revenge of The Fallen” dari hasil pemaparan data yang terdapat pada sub bab sebelumnya, dapat dilihat tidak bahwa tidak semua kode mempresentasikan pesan simbol pada film Transformers “Revenge of The Fallen”. Kode-kode yang muncul seperti kode penampilan, make

up, ekspresi, gerak tubuh, cara berbicara, dan dialog memiliki arti penting dalam film ini sebagai representasi pesan simbol.

Sesuai dengan Judul dari penelitian ini, maka bahasan yang dilakukan yaitu Analisis Semiotika pada film Transformers ”Revenge of The Fallen” dari hasil pemaparan data yang terdapat pada sub bab sebelumnya, dapat dilihat tidak bahwa tidak semua kode mempresentasikan pesan simbol pada film Transformers “Revenge of The Fallen”. Kode-kode yang muncul seperti kode penampilan, make

up, ekspresi, gerak tubuh, cara berbicara, dan dialog memiliki arti penting dalam film ini sebagai representasi pesan simbol.

Salah satu penulis melakukan penelitian pada film transformers “revenge

(15)

4

Film adalah foto bergerak pertama berhasil dibuat pada tahun 1877 oleh Eadweard Muybridge, fotografer Inggris yang bekerja di California. Muybridge mengambil serangkaian gambar foto kuda berlari, mengatur sederetan kamera dengan benang tersambung pada kamera shutter. Ketika kuda berlari, ia akan memutus benang secara berurutan dan membuka masing-masing kamera shutter. Pada tahun 1895, Auguste Marie Louis Nicolas Lumiere (1862-1954) dan saudara laki-lakinya Lois Jean Lumiere (1864-1948) memberikan pertunjukan film sinematik kepada umum disebuah kafe di Paris.

Pada tingkat petanda, film menjadi sangat pokok dalam semiotika media karena di dalam genre film terdapat sistem signifikasi yang ditanggap orang-orang masa kini dan melalui film mereka mencari rekreasi, inspirasi, dan wawasan, pada tingkat interpretant.

(16)

Fiksi adalah film yang dipisah menjadi jenis film pendek, yaitu film yang berdurasi kurang dari 60 menit, dan film panjang yang memiliki durasi lebih dari 60 menit. Film Fiksi yaitu Drama (romantis), action ( laga) , Mystery (Misteri), Horror (Thriller) dan lain-lain.

Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. “Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah semakin lenyap” (Oey Hong Lee dalam Sobur, 1965:40).

Namun, seiring dengan kebangkitan film pula muncul film-film yang mengumbar seks, kriminal dan kekerasan. Inilah yang kemudian melahirkan berbagai studi komunikasi massa. Sayangnya, perkembangan awal studi komunikasi kerap berkutat di sekitar kajian mengenai dampak media. Selama beberapa dekade, paradigma yang mendominasi penelitian komunikasi tidak jauh beranjak dari “model komunikasi mekanistik”, yang pertama kali diintrodusir oleh Shannon dan Weaver (1949).

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. “Film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan” ( van Zoest dalam Sobur, 1993:109).

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara: kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.

(17)

6

transaksi bisnis, dan menyebarkan pengetahuan adalah peradaban Cina Kuno. Dari beberapa perkiraan arkeologis, piktografi Cina bisa dilacak ke belakang sampai pada abad ke-15 SM. Secara lebih spesifik, ini disebut sebagai logografi, karena menggunakan simbol-simbol gambar untuk menampilkan kata-kata (tanpa melihat ejaannya). Oleh sebab itu, gaya penulisan ini lebih banyak dikembangkan, dipelajari, dan dipakai oleh golongan penguasa dan pendeta. Dari sekitar 2700-2500 sebelum Masehi ditemukan penulisan piktografi lainnya di Mesir, yaitu penulisan Hieroglif. Bangsa Mesir menggunakan papirus ( sejenis kertas bentuk kuno terbuat dari sejenis alang-alang) untuk merekam tulisan-tulisan mereka. Selanjutnya pada sistem hieroglif ini berkembang unsur-unsur fonografik-fonograf adalah bentuk-bentuk yang mewakili bagian-bagian kata seperti suku kata atau suara yang berdiri sendiri (Danesi, 2010)

Seperti yang disebutkan diatas, munculnya penulisan alfabetik mengakibatkan datangnya pergeseran paradigma sejati, karena memungkinkan masyarakat untuk menyimpan dan mengabadikan pengetahuan secara lebih stabil.

Menyebarnya teknologi pengolah kata membawa ke tumbuhnya penerbitan dekstop. Sekarang ini hampir setiap orang bisa membuat buku, surat kabar, atau majalah menggunakan komputernya dan kemudian mengirimkan hasil terbitannya ke seluruh dunia dengan kecepatan cahaya.

(18)

Di dalam Galaksi Digital, sudah tidak tepat lagi membicarakan „persaingan’ media. Kemajuan di bidang teknologi digital dan jaringan

telekomunikasi membawa konvergensi semua media menjadi satu sistem komunikasi termediasi yang menyeluruh.

Yang pertama dan terutama, konvergensi muncul dalam proses digitalisasi semua teknologi media dan dalam integrasi sebagai media yang berbeda menjadi jaringan-jaringan komputer :

Telepon adalah medium telekomunikasi yang pertama kali mengalami digitalisasi adalah telepon pada tahun 1962, dengan dipasangnya jaringan-jaringan telepon berkecepatan tinggi yang mampu melakukan puluhan percakapan secara serentak.

Media cetak digitalisasi yang diawali pada tahun 1967. Sekarang ini sebagian besar surat kabar dibuat menggunakan teknologi digital dan tersedia dalam versi online. (Danesi, 2010)

(19)

8

simbol hieroglyph yang muncul dalam film Transformers “Revenge of The Fallen”.

Peneliti menganggap bahwa simbol-simbol hieroglif yang muncul dalam film Transformers “Revenge of The Fallen” memiliki makna-makna yang sikronik satu sama lain. Tentunya semua simbol-simbol ini dapat ditelaah dengan menggunakan pisau bedah semiotika.

Semiotika berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti tanda. Kemudian diturunkan dalam bahasa Inggris menjadi Semiotics. Dalam bahasa Indonesia Semiotika atau semiologi diartikan sebagai ilmu tentang tanda. Dalam berperilaku dan berkomunikasi tanda merupakan unsur yang terpenting karena bisa memunculkan berbagai makna sehingga pesan dapat dimengerti.

Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni : (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan suatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indera kita, tanda mengacu pada sesuatu diluar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya, mengacungkan jempol kepada kawan kita yang berprestasi. Dalam hal ini, tanda mengacu sebagai pujian dari saya dan ini diakui seperti itu baik oleh saya maupun teman saya yang berprestasi. Makna yang disampaikan dari saya kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun langsung.s

(20)

semiotika ini akan sangat membantu peneliti dalam menelaah arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan mengungkap makna yang ada didalamnya. Tanda-tanda yang berada dalam film tentu saja berbeda dengan format Tanda-tanda yang bersifat tekstual. Begitu pun dengan tanda-tanda yang terdapat dalam film Transformers “Revenge of The Fallen”.

Semiotika bertujuan untuk menggali hakikat sistem tanda yang beranjak kelauar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang smengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (denotatif) atau kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. (Sobur, 2002: 126-127).

Pada penulisan awalnya penulis menggunakan analisis Roland Barthes, yang dimana analisis dari Roland Barthes lebih terfokus pada gambar tidak bergerak, mitos dan symbol, namun pada akhirnya penulis menggunakan analisis dari John Fiske, karena analisis dari John Fiske lebih terfokus pada analisis tanda audio visual, moving picture, dan budaya popular. Karena pada penelitian yang diambil oleh penulis adalah film Transformers “Revenge of The Fallen”, yang dimana film ini terdapat simbol yang tersembunyi dalam sequence terakhir yang akan diteliti.

(21)

10

1. Level Reality: Kode yang tercakup dalam level ini adalah penampilan, kostum, riasan, lingkungan, tingkah laku, cara berbicara, bahasa atau gerak tubuh, ekspresi, suara.

2. Level Representation: Di level kedua ini kode yang termasuk di dalamnya adalah seputar kode-kode teknik, seperti kamera, pencahayaan, editing, music, dan suara. Di mana level ini menstransimisikan kode-kode konvensional

3. Level Ideology: Level ini adalah hasil dari level realita dan level representasi yang terorganisir atau terkategorikan kepada penerimaan dan hubungan sosial oleh kode-kode ideology, seperti individulisme, patriarki, ras, kelas, materialisme, kapitalisme. Posisi pembacaan ada pada posisi sosial yang mana penggabungan antara kode-kode televisual, sosial, dan ideology menjadi satu untuk membuatnya menjadi berhubungan, penyatuan rasa, untuk membuat „rasa’ dari program kita dengan cara ini

kita dimanjakan pada ideology praktis diri kita, kita memelihara dan mengesahkan ideology dominan, dan penghargaan kita untuk kesenangan yang mudah dari pengenalan akan hal yang lazim dan cukup.

(22)

2) Kode atau sistem dimana lambang-lambang disusun. Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan.3) Kebudayaan dimana kode dan lambing itu beroperasi (Fiske, 1990:40 dalam Alex Sobur 2001:94).

Character on television are not just representation of individual people, but are encoding ideology”.

Karakter dalam televisi tidak hanya representasi dari orang itu sendiri, tetapi penafsiran atau konsep dari orang yang melihat. (Fiske : 1987) “A program or movie it self, is product by industries. A text by it’s reader”.

Sebuah program atau film itu sendiri, adalah produk dari industri. Proses pemaknaan oleh pembaca itu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

Pertanyaan Makro :

Bagaimana Representasi Simbol Hieroglif dalam Film Transformers “Revenge of The Fallen

Pertanyaan Mikro :

1. Bagaimana Level Realitas Representasi Simbol Hieroglif dalam film Transformers “Revenge of The Fallen” ?

2. Bagaimana Level Representasi Simbol Hieroglif dalam film Transformers “Revenge of The Fallen” ?

(23)

12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Representasi Simbol Hieroglif dalam Film Transformers “Revenge of The Fallen”

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Level Realitas Simbol Hieroglif dalam film Transformers “Revenge of The Fallen

2. Untuk mengetahui Level Representasi Simbol Hieroglyph dalam film Transformers “Revenge of The Fallen

3. Untuk mengetahui Level Ideologi Simbol Hieroglyph dalam film Transformers “Revenge of The Fallen

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

(24)

1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Kegunaan Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu. Yaitu mengkaji langsung tentang analisis semiotik yang terdapat dalam sebuah karya film scifi .

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran yang berguna sebagai referensi bagi Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia kedepannya dalam mengungkapkan makna dan tanda dalam sebuah karya film.

3. Bagi Khalayak

(25)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu merupakan salah satu referensi yang diambil peneliti. Melihat hasil karya ilmiah para peneliti terdahulu yang mana ada dasarnya peneliti mengutip beberapa pendapat yang dibutuhkan oleh penelitian sebagai pendukung penelitian. Tentunya dengan melihat hasil karya ilmiah yang memiliki pembahasan serta tinjauan yang sama.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian analisis tekstual dengan pendekatan studi semiotika. Untuk pengembangan pengetahuan, peneliti akan terlebih dahulu menelaah penelitian mengenai semiotika. Hal ini perlu dilakukan karena suatu teori atau model pengetahuan biasanya akan diilhami oleh teori dan model yang sebelumnya. Selain itu, telaah pada penelitian terdahulu berguna untuk memberikan gambaran awal mengenai kajian terkait dengan masalah dalam penelitian ini.

Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka pada hasil terdahulu, ditemukan beberapa penelitian tentang representatif. Berikut ini adalah penelitian mengenai representatif :

(26)

Penelitian Dwi Nur Buana meneliti adanya kekerasan yang terdapat dalam film Spongebob Squarepants edisi Karate Island, The Bully, dan Krab Borg yang terpresentasikan melalui tamparan, tendangan, lemparan, pukulan, menyingkirkan pihak lain dan konflik antar tokoh.

Nama : Dwi Nur Buana

Metode yang digunakan : Studi Semiotika

Judul Penelitian : Reprsentasi Kekerasan dalam Film Spongebob Squarepants

(27)

16

Mengetahui representasi perempuan Jawa dan untuk menjelaskan gagasan-gagasan dominan yang ingin disampaikan oleh film R.A Kartini yang berkaitan dengan persoalan Ideologi.

Penelitian Edwina Ayu Dianingtyas lebih condong meneliti ketidakadilan gender dalam budaya Jawa yang identic dengan ideology patriaki. Ideologi patriaki dalam film R.A Kartini ditampilkan melalui budaya poligami, penggunaan bahasa dalam kebudayaan Jawa.

Nama : Edwina Ayu Dianingtyas

(28)

Film ini menunjukan banyaknya bentuk perjuangan yang dilakukan perempuan Indonesia sebagai TKW di Hongkong. Dalam film ini objek utamanya adalah perempuan sebagai TKW yang kemudian ditampilkan dari sisi yang berbeda.

Penelitian Mia Steria cenderung pada permasalahan feminism dimana perempuan dalam film ini yaitu TKW, mereka merupakan seorang feminism yang mempunyai cita-cita untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.

Nama : Mia Steria

Metode yang digunakan : Studi Kualitatif Interpretatif pendekatan analisisSemiotika

Judul Penelitian : Representasi TKW dalam όilm “Minggu Pagi di Victoria Park “

(29)

18

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, perasaan, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seorang kepada yang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik (feedback) dari orang yang diajak berbicara tersebut. Komunikasi menurut bahasa Latin yaitu Communicati (Inggris, Communication), artinya pemberitahuan. Kata sifatnya, Communis (Inggris, Commonness, berarti bersama-sama di antara dua orang atau lebih, yang berbicara mengenai kebersamaan, berbagi kepentingan, keinginan, pengetahuan, kepemilikan dan gagasan.

Berdasarkan arti kata komunikasi di atas lebih di pertegas lagi dengan pengertian komunikasi di bawah ini, yaitu

“Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambing bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan dan perilaku”.

(Effendy, 1989:60)

Berdasarkan pengertian diatas, Communicare bisa berarti dua orang atau lebih, yang secara bersama-sama bertemu baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui media atau saluran tertentu (komunikasi antar pribadi), tukar menukar mengenai pengetahuan, pengalaman, pikiran, gagasan dan perasaan (to make common, sharing).

(30)

receiver, komunikator dan komunikan akan mempunyai sudut pandang yang sama mengenai sesuatu pesan. Komunikasi akan efektir apabila komunikator mampu berkomunikasi sesuai dengan komunikannya.

Selain itu pula, seorang komunikator harus mempunyai rencana dan tujuan, tidak saja pesan itu tersampaikan, tapi juga dapat merubah sikap dan pendapat serta mempengaruhi komunikan, hal ini dipertegas dari definisi komunikasi, yaitu

“komunikasi atau upaya-upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat”.

Secara khusus Hovland menjelaskan bahwa “Communication is the process to modify the behavior of other individual”, (komunikasi adalah perubah perilaku orang lain). (Hovland dalam Effendy, 1988:113)

Dalam penyampaikan pesan, komunikasi dilakukan tidak terbatas pada komunikasi secara langsung, bisa juga dilakukan melalui media seperti televisi, radio, surat kabar. Sehingga pesan akan tersampaikan dan tersebar luas tidak terbatas ruang dan waktu, serta mempengaruhi khalayak secara luas pula. Hal ini berdasar pada pengertian komunikasi:

“Komunikasi adalah pengoperan atau penyiaran (transmitter) lambing-lambang melalui sebagian besar media komunikasi massa seperti Surat Kabar, Radio, Majalah, Buku dan sebagian besar media komunikasi yang bersifat pribadi percakapan antar insan”. (Barelson dalam Effendy, 1986:69).

Unsur-unsur Komunikasi

(31)

20

berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan. Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang. Komunikan : Orang yang menerima pesan.

Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh

tempatnya atau banyak jumlahnya. Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.

(Effendy, 2002: 6)

Sifat Komunikasi

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikas Teori dan Praktek” menjelaskan bahwa berkomunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun

beberapa sifat komunikasi tersebut, yaitu: 1. Tatap muka (face to face)

2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal)

- Lisan (oral) - Tulisan

4. Non Verbal (Non-verbal)

- Gerakan/isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (Pictorial)

(Effendy, 2002:7)

(32)

menggunakan bahasa sebagai lambing atau symbol komunikasi bermedia kepada komunikan, fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam, yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan sebagainya, ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengemukakan beberapa tujuan

berkomunikasi, yaitu:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasive bukan memaksakan kehendak

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pemimpin harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

(33)

22

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator, kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas, sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.

(Effendy, 1993: 18)

Jadi secara singkat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

Dalam komunikasi massa, yang memiliki otoritas tunggal adalah media massa yang memproduksi, menyeleksi, dan menyampaikan kepada khalayak. Oleh karena itu komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanik seperti; radio, televisi, surat kabar dan film. Pesan-pesan bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).

(34)

media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar diberbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Massa diartikan sebagai sesuatu yang meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.

Menurut Cangara (2006:36) komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film.

Karakteristik komunikasi massa

Karakteristik komunikasi massa menurut Ardiantio Elvinaro, dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Sebagai berikut:

1. Komunikator terlambangkan 2. Pesan bersifat umum

3. Komunikannya anonim dan heterogen 4. Media massa menimbulkan keserempakan

5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan 6. Komunikasi massa bersifat satu arah

7. Stimulasi alat indera terbatas

(35)

24

Komunikator terlambangkan, Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya, Komunikasi massa itu melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.

Pesan bersifat umum, Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.

Komunikannya anonim dan heterogen, Dalam komunikasi massa, komunikatornya tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda.

Media massa menimbulkan keserempakan, Effendy mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan konteks dengan sejumlah besar penduduk dalam jumlah yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan terpisah.

Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan, Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.

(36)

melakukan kontak langsung. Komunikatornya aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.

Stimulasi Alat Indera Terbatas, Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar.

Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan tidak langsung (Inderect), Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi massa. Efektivitas komunikasi sering dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oeh komunikan

Fungsi komunikasi massa

Fungsi komunikasi massa menurut Dominick dalam Ardianto, Elvinaro. Dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Terdiri dari:

1. Surveillance (Pengawasan) 2. Interpretation (Penafsiran) 3. Linkage (Pertalian)

4. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai) 5. Entertainment (Hiburan)

(Dominick dalam Ardianto, Elvinaro. Dkk. 2007: 14).

(37)

26

instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

Interpretation (penafsiran) Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca, pemirsa atau pendengar untuk memperluas wawasan.

Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini disebut juga socialization (sosialiasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, Media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

(38)

menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

2.1.2 Bahasan Film Transformers Transformers 1

(39)

28

mendesak Sam untuk menempatkan All Spark di dadanya, yang akan menghancurkan mereka berdua, tetapi Sam malah memasukan kubus ke dada Megatron, yang membunuh dia dan menghancurkan All Spark. Semua mayat Transformer mati dibuang ke Laurentian Abyss di Samudera Atlantik untuk di sembunyikan, sector 7 akan ditutup oleh presiden Amerika Serikat, dan keluar Witwicky dilepaskan dari tahanan. Film ini berakhir dengan Optimus Prime mengatakan bahwa “nasib Autobots telah memberikan mereka rumah baru”, dan mengirim pesan ke semua Autobots yang masih hidup untuk tiba

di Bumi. 1

Makna Sekuel Transformers menceritakan tentang konflik antara Autobots dan Decepticon dalam mencari keberadaan Allspark, yang menyimpan kekuatan untuk membangun kembali planet mereka dari kehancuran. Meski akibatnya kehidupan manusia akan binasa jika hal ini terjadi. Singkat cerita konflik ini dimenangkan oleh kelompok Autobots yang tentunya juga melibatkan campur tangan manusia, dalam hal ini pihak militer US, dalam aksi mereka melawan kelompok Decepticon. Allspark berhasil dihancurkan dan Megatron yang adalah pemimpin Decepticon berhasil dikalahkan, raganya yang berupa rangkaian besi dibuang ke dasar laut.

Transformers 2

όilm Transformers “Revenge of The Fallen” merupakan film fiksi

ilmiah yang dirilis pada tahun 2009, yang disutradarai oleh Michael Bay. Film ini merupakan film sekuel dari Transformers Movie 2007. Industri film

(40)

adalah sebuah oligarki erat, yang dimiliki oleh sejumlah perusahaan media yang sangat terbatas. Hal ini telah menghasilkan aliran yang konstan untuk mempromosikan agenda tertentu atau mendorong perilaku tertentu. Transformers 2 adalah film benar-benar disesuaikan dengan konteks saat ini, dimana New World Order sedang dijual kepada masyarakat. Berikut ini adalah analisa mendalam oleh kolaborator Ustad Jee & Enigma.

Dalam kedua film Transformers, ada tampilan yang konsisten dari kekuatan militer, kerjasama dan kehadiran di negara-negara di seluruh dunia. Karena tujuan dari film ini untuk perlahan-lahan mengindoktrinasi massa dan membuat mereka lebih menerima ide tertentu, hal itu menunjukkan tepat ide-ide ini secara positif. Konsep pertama adalah pemerintahan dunia dan kekuasaan militer. Ide di bukan hal baru. Telah ada sejak waktu Romanum Imperium (Kekaisaran Romawi Suci – 27 SM-AD 476) dan juga dibandingkan dengan bentuk pemerintahan fasis kontemporer seperti Fasisme Italia, Nazisme, Garda Besi di Rumania, Falangism di Spanyol . Sebuah aspek kunci dari bentuk seperti pemerintah adalah meningkatkan bentuk Nasionalisme yang universal. Jelas untuk mencapai tujuan pemerintah dunia pertama akan memerlukan bentuk dari filsafat politik demokrasi yang gagal baik dalam tatanan ekonomi dan sosial sehingga dapat diatasi dengan kebutuhan pemerintah dunia.

(41)

30

militer di seluruh dunia dari adegan pembuka di Qatar ke berbagai negara di Timur Tengah dan penggunaan kekuatan Angkatan Laut dan udara di seluruh wilayah hukum internasional dengan impunitas.

Komponen ketiga pemerintahan dunia akan membutuhkan sosok otoriter untuk menggantikan pejabat terpilih yang dipilih dalam proses demokrasi. Hal ini secara halus mengisyaratkan kepada massa dengan menunjukkan Presiden Amerika Serikat dalam film-film baik tidak membuat keputusan atau tidak mampu karena otoritas tokoh-tokoh dalam menimpa militer didirikan protokol dan membuat „hidup‟ keputusan untuk melindungi

populasi manusia.

Film Transformers bekerja keras untuk menjual kepada massa tentang ide-ide sekuler New World Order. Penanganan hati-hati untuk film memberikan norma kehidupan alien di planet lain, saudara-saudara kami yang disebut dan takdir kami yang saling terkait. Robot organisme yang memiliki ikatan yang kuat keberadaan Planet di bumi, kehidupan Aos.2

Makna Sekuel Transformers “Revenge of The Fallen” dimana

pertempuran antara The Fallen, seorang Decepticon pertama yang sangat berambisi untuk mendapatkan energon dengan cara apapun. The Fallen juga sebenarnya para makhluk planet Cybertron ribuan tahun lalu mengunjungi bumi. Merea mengetahui bahwa bumi merupakan planet potensial penghasil energon karena planet ini memiliki matahari yang merupakan bahan baku utama energon. Akan tetapi, jika matahari benar-benar dibuat dari energon,

2

(42)

maka matahari akan padam dan kehidupan bumi akan musnah. Mengetahui ini, para Prime memutuskan untuk menolak mengekspoitasi matahari, kecuali The Fallen. Ia bersikeras menjadikan matahari padam untuk membuat energon. Para Prime mencegah rencana tersebut dengan mengorbankan diri mereka untuk menyembunyikan mesin pembuat energon beserta kuncinya yang disebut Matrix of Leadership.

Transformers 3

Selepas kekalahan Decepticons dalam Transformer 2 “Revenge of The

Fallen”, mereka datang untuk menuntut bela dari Autobots. Transformer 3 “Dark of The Moon”, Autobots dan Decepticons telah terlibat dengan

(43)

32

bertambah buruk ketika ketiadaan Autobots. Ketika Sam Witwicky di ancam oleh Decepticons, Autobots datang menyelamatkan keadaan. Sebenarnya Autobots tak mati karena mereka mengaburi mata Starscream. Pertempuran antara Decepticons yang Autobots yang di sokong oleh tentara U.S pun tercetus.3

Makna Sekuel Transformers “Dark of The Moon” Maih mengusung

inti konflik yang sama, yakni perseteruan antara Autobots dan manusia melawan Decepticon. Di sekuel ini diceritakan Sam yang adalah tokoh utama manusia dalam film ini telah selesai menamatkan pendidikannya dan mulai memasuki dunia kerja. Meskipun merasa telah terbebas dari kehidupan bersama para robot, ternyata perannya belum usai karena perjuangan terus berlanjut. Kini konflik datang juga dari pihak manusia, pemerintah ingin agar Autobots keluar dari bumi sesuai dengan peringatan Megatron. Namun untunglah para autobots berhasil mengelabui mereka dengan berpura-pura keluar dari bumi, padahal sebenarnya mereka tidak. Dan seperti yang sudah-sudah, bumi kembali aman karena Decepticon lagi-lagi berhasil dikalahkan.

2.1.3 Pengertian Representasi

Representasi berasal dari kata “Represent” yang bermakna stand for artinya “berarti” atau juga “act as delegent for” yang bertindak sebagai

perlambangan atas sesuatu (Kerbs, 2001, p.456). “Representasi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang menghadirkan atau mempresentasikan

3

(44)

sesuatu yang diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau symbol” (Piliang,

2003, p.21).

Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa. Lewat bahasa (symbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) tersebut itulah seseorang yang dapat mengungkapkan pikiran, konsep, dan ide-ide tentang sesuatu (Juliastuti,2000)

Isi atau makna dari sebuah film dapat dikatakan dapat mempresentasikan suatu realitas yang terjadi karena menurut Fiske, representasi ini merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi atau kombinasinya” (όiske, 2004, p.2κ2)

They focus on the mode of representation, on film or television as a machine producing illusion of the real, they draw attention to the (televisual) process and use techniques to break the illusion that we aren’t watching television, but “reality” (όiske, 1λκι, p.13κ)

Mereka fokus pada model representasi, film atau televisi sebagai mesin penghasil sesuatu yang nyata, mereka menarik perhatian terhadap proses (televisual) dan menggunakan teknik untuk mematahkan bahwa kita tidak menonton televisi tetapi “realita”.

2.1.4 Pengertian Semiotika

Semiotika menurut pandangan Saussure adalah dikaitkan dengan teori-teori linguistik. Karena melihat latar latar belakangnya Ia sendiri adalah seorang ahli Linguistik Swiss yang sangat tertarik pada bahasa.Baginya, tanda merupakan objek fisik dengan sebuah makna, yang diistilahkan sebagai “penanda” (signifier) dan “petanda” (signified). Penanda merupakan citra

(45)

34

Konsep mental ini secara luas sama pada semua anggota kebudayaan yang sama yang menggunakan bahasa yang sama.

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.

Dengan semiotika, kita lantas berurusan dengan tanda. Semiotika, seperti kata Lecthe (2001:191 dalam Sobur, 2003:16) adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sign “tanda-tanda” dan berdasarkan pada sign system (code) “sistem tanda” (Seger, 2000:4 dalam Sobur, 2003:16)

Semiotika bertujuan untuk menggali hakikat sistem tanda yang beranjak kelauar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang smengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (denotatif) atau kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. (Sobur, 2002: 126-127)

(46)

(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

Semiotika menurut Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini,2006).

“Semiotic or cultural critism decontructs this unity and exposes it‟s “naturalness”as a highly ideological contruct”.(όiske, 1λκι, p.13κ) Analisis semiotika atau budaya mendekonstruksi persatuan dan mengekspos “ke alamian” sebagai konstruksi sangat ideologis.

(47)

36

2.1.5 Pengertian Simbol

Ketika masyarakat majemuk berinteraksi dengan masyarakat lain yang berbeda budaya, maka tatkala proses komunikasi dilakukan, simbol-simbol verbal atau nonverbal secara tidak langsung dipergunakan dalam proses tersebut. Penggunaan simbol-simbol ini acapkali menghasilkan makna-makna yang berbeda dari pelaku komunikasi, walau tak jarang pemaknaan atas simbol akan menghasilkan arti yang sama, sesuai harapan pelaku komunikasi tersebut. Maka, simbol yang diartikan Pierce sebagai tanda yang mengacu pada objek itu sendiri, melibatkan tiga unsur mendasar dalam teori segi tiga makna : simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih dan hubungan antara simbol dengan rujukan (Sobur, 2003 : 156). Di sini dapat dilihat, bahwa hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan (petanda) sifatnya konfensional. Berdasarkan konvesi tersebut, Alex Sobur (2003 : 156) memaparkan, masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya.

Sedangkan dalam “bahasa” komunikasi, simbol ini seringkali

(48)

hubungan antara manusia dan objek (fisik, abstrak dan sosial) tanpa kehadrian manusia dan objek tersebut. Inilah yang dilakukan masyarakat suku Amungme, di mana dalam kebudayaan masyarakat tersebut, simbol-simbol/lambang digunakan untuk menunjuk objek fisik dan objek abstrak dalam kehidupan mereka, yang telah mereka yakini secara turun-temurun. Gunung dan tanah disimbolkan sebagai ibu mereka yang memberikan kehidupan dan kematian pada nantinya. Air-air sungai yang membelah perkampungan masyarakat suku Amungme ini dimaknai sebagai air susu yang mengalir melalui payudara sang ibu. Dapat dikatakan, bahwa masyarakat tersebut telah melakukan simbolisasi yang maknanya telah disepakati bersama.

Sedangkan Saussuren berpendapat, simbol merupakan diagram yang mampu menampilkan gambaran suatu objek meskipun objek itu tidak dihadirkan. Sebuah simbol, dalam perspektif Saussuren, adalah jenis tanda di mana hubungan antara penanda dan petanda seakan-akan bersifat arbitrer. Konsekuensinya, hubungan antara kesejarahan mempengaruhi pemahaman pelaku komunikasi, yaitu individu/masyarakat (Sobur, 2003:158-62).

(49)

38

beberapa bentuk, antara lain : konteks fisik, konteks waktu, konteks historis, konteks psikologis dan konteks sosial budaya.

Dengan keunikan ini, maka manusia sebagai pelaku komunikasi dapat segera mengubah data tangkapan indra menjadi simbol-simbol, dan manusia dapat menggunakan simbol-simbol untuk menunjuk kepada simbol lain dan untuk mewariskan pengetahuan, wawasan, juga kebudayaan yang terpendam dari generasi ke generasi (Sobur, 2003:164). Maka, simbol dapat berdiri untuk suatu institusi, cara berpikir, ide, harapan dan banyak hal lainnya. Melalui simbolisasi ini pula, dapat dikatakan bahwa manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, seperti adanya bunyi, isyarat sampai kepada simbol yang dimodifikasi dalam bentuk sinyal-sinyal melalui gelombang udara dan cahaya (Sobur, 2003:164).

2.1.6 Pengertian Hieroglif

Hieroglif Mesir memiliki arti “ukiran suci/sakral”. Hieroglyphs, dari kata Yunani purba ἱ ε ογ φ ά (hieroglyphiká) yang terdiri dari kata ἱ ε (hierós „suci‟) dan γ φω (glýphō „mengukir‟). Hieroglif adalah tulisan

formal yang digunakan oleh orang Mesir Purba yang merupakan gabungan unsur-unsur logogram dan abjad. Diketahui lebih dari 700 aksara hieroglif yang sudah diketahui sejauh ini. Aksara adalah sebuah sistem penulisan suatu bahasa dengan simbol, atau sebuah alfabet, atau huruf. Dengan demikian, ada hieroglif yang berupa huruf atau sebuah pengunkapan kalimat.

(50)
[image:50.595.249.377.279.426.2]

hieroglif kuno oleh 3200 SM dan lebih luas oleh milennium ketiga pertengahan, yang saat Teks Piramida. Script Indus dikembangkan selama millennium ke tiga, baik sebagai bentuk proto-menulis, atau modus kuno menulis. Script Cina dikatakan berasal independen di sekitar abad 16 SM.4

Gambar 2.1

Hieroglif Mesir berupa huruf Alfabet

Gambar 2.2

Hieroglif Mesir simbol raja-raja Mesir kuno

4

[image:50.595.212.413.504.628.2]
(51)

40

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Semiotika adalah studi mengenai tanda dan cara tanda-tanda tersebut bekerja, kedua kata tersebut memiliki definisi yang sama, walaupun penggunaan salah satunya biasanya menunjukan mengenai pemikiran penggunanya.

Character on television are not just representation of individual people, but are encoding ideology”.

Karakter dalam televisi tidak hanya representasi dari orang itu sendiri, tetapi penafsiran atau konsep dari orang yang melihat. (Fiske, 1987) “A program or movie it self, is product by industries. A text by it’s reader”.

Sebuah program atau film itu sendiri, adalah produk dari industri. Proses pemaknaan oleh pembaca itu. (Fiske, 1987)

Menurut Fiske semiotika adalah studi tentang pertandaan dan pemaknaan dari sistem tanda, ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun, dalam “teks” media, atau studi bagaimana tanda dari jenis karya

apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna.

(52)

pada pengertian budaya sebagai “sistem citra dan simbol” yang dipakai

bersama oleh suatu kelompok; suatu pola simbol, interpretasi, premis, dan aturan yang dikonstruksi secara sosial dan ditransmisikan secara histories, atau jaringan makna bersama yang kompleks”.

Dalam kode-kode televisi yang diungkapkan dalam teori John Fiske, bahwa peristiwa yang ditayangkan dalam dunia televisi telah dienkode oleh kode-kode sosial yang terbagi dalam tiga level sebagai berikut:

1. Level pertama adalah realitas (Reality)

Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah penampilan (appearance), kostum (dress), riasan (make-up), lingkungan (environment), kelakuan (behavior), dialog (speech), gerakan (gesture), ekspresi (expression), suara (sound).

2. Level kedua adalah Representasi (Representation).

Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah kamera (camera), pencahayaan (lighting), perevisian (editing), musik (music), dan suara (sound). Level Representasi meliputi :

a. Teknik kamera

Jarak dan sudut pengambilan

(53)

42

2. Estabilishing shot : Biasanya digunakan untuk membuka suatu adegan.

3. Medium Shot (MS) : Shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang di atas kepala. Dan Medium Shot dapat dikembangkan lagi, yaitu Wide Medium shot (WMS), gambar medium shot tetapi agak melebar kesamping kanan kiri. Pengambilan gambar medium shot menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang ekspresi dan karakter, secara lebih dekat lagi dibandingkan long shot.

4. Close Up : Menunjukkan sedikit dari scane, seperti karakter wajah dalam detail sehingga memenuhi layar, dan mengaburkan objek dengan konteksnya, Pengambilan ini memfokuskan pada perasaan dan reaksi dari seseorang, dan kadangkala digunakan untuk menunjukkan emosi seseorang. 5. View Point : Jarak dan sudut nyata darimana kamera

memandang dan

6. Point of View : Sebuah pengambilan kamera yang mendekatkan posisinya pada pandangan seseorang yang ada, yang sedang memperlihatkan aksi lain.

(54)

8. Eye Level View : Pengambilan gambar dari level yang sejajar dari mata manusia biasa untuk memperlihatkan tokoh-tokoh yang ada di adegan tersebut.

9. Full Shot (FS) : Pengambilan gambar yang menunjukkan satu karakter penuh dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki. 10.Insert Frame : Dimana salah satu karakter masuk ke dalam

adegan tertentu yang sudah berjalan sebelumnya. Perpindahan

1. Zoom :Perpindahan tanpa memindahkan kamera, hanya lensa difokuskan untuk mendekati objek. Biasanya untuk memberikan kejutan kepada penonton.

2. Following pan : Kamera berputar untuk mengikuti perpindahan objek. Kecepatan perpindahan terhadap objek menghasilkan mood tertentu yang menunjukkan hubungan dengan subjeknya.

3. Tracking (dolling) : Perpindahan kamera secara pelan maju atau menjauhi objek (berbeda dengan zoom). Kecepatan tracking mempengaruhi perasaan penonton, jika dengan cepat (utamanya tracking in) menunjukkan ketertarikan, demikian sebaliknya.

b. Pewarnaan

(55)

44

unsure teknis yang membuat benda bisa dilihat. Dalm film animasi warna bertutur dengan gambar, yang fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu, menunjang mood atau atmosfir set dan bisa menunjang dramatik adegan.

c. Teknik editing Meliputi:

1. Cut : Merupakan secara tiba-tiba dari suatu pengambilan, sudut pandang atau lokasi lainnya. Ada bermacam-macam cut yang mempunyai efek untuk merubah scane, mempersingkat waktu, memperbanyak point of view, atau membentuk kesan terhadap image atau ide.

2. Jump cut : Untuk membuat suatu adegan yang dramatis.

3. Motivated cut : Bertujuan untuk membuat penonton segera ingin melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan sebelumnya.

d. Penataan Suara

(56)

2. Sound effect : untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu kejadian.

3. Music : Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk mengiringi suatu adegan, warna emosional pada music turut mendukung keadaan emosional atau adegan.

(Jurnal Daniel Chandler. The Grammar of Television and Film melalui

http://www.aber.ac.uk/media/Document/short/gramtv.html) 3. Level ketiga adalah Ideologi (Ideology)

(57)

46

Gambar 2.1

Bagan The Codes of Television John Fiske

Level Pertama :

“Realitas”

Penampilan, busana, make-up, environment (lingkungan),

behavior (kelakuan), speech (cara berbicara), gesture (bahasa

tubuh), ekspresi.

Semua dibentuk secara elektonik oleh kode-kode seperti :

Level Kedua :

“Representasi”

Kamera, lighting (tata cahaya), editing, musik, sound

Sebagai pengirim conventional representational codes

(kode-kode representasi yang umum), yang mana merupakan bentuk dari

representations, sebagai contoh : Cerita, konflik, karakter, dialog,

setting, dan lain-lain.

Level Ketiga :

“Ideologi”

Disusun kedalam hubungan dan diterima secara sosial oleh

ideological codes (kode-kode ideologi), seperti : Individualisme,

patriarki, ras, kelas (penggolongan berdasar kelas sosial),

(58)

2.2.2 Kerangka Konspetual

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengakaji tanda. Tanda – tanda adalah upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah – tengah manusia dan bersama – sama manusia.

Terdapat beberapa sequence yang akan di analisis dalam film Transformers “Revenge of The Fallen” dengan konsepsi John Fiske. Semiotika yang yang dikaji oleh Fiske antara lain membahas bahwa sebuah peristiwa yang digambarkan dalam sebuah gambar bergerak atau moving picture memiliki kode – kode sosial.

Dari The Code of Television Fiske di bawah diadaptasi bahwa kode – kode sosial pada level pertama adalah realitas dalam sequence dan realitas tersebut terdiri dari penampilan, busana, make-up, environment (lingkungan), behavior (kelakuan), speech (cara berbicara), gesture (bahasa tubuh), ekspresi. Kemudian realitas dalam sequence tersebut direpresentasikan melalui kamera, pencahayaan, editing, musik dan sound. Dan pada level ketiga hasil dari hubungan antara realitas dan representasi dalam sequence diterima secara social oleh ideological codes (kode-kode ideologi), seperti : individualisme, patriarki, ras, kelas (penggolongan berdasar kelas sosial), materialisme, kapitalisme, dan lain-lain.

(59)

48

Sebab, dalam film ini terkandung pesan-pesan tersenyumbunyi. Maka dari itu peneliti menggunakan model John Fiske sebagai teori pendukung dalam menganalisis Semiotik simbol Hieroglif Dalam film Transformers ”Revenge

[image:59.595.106.533.316.558.2]

of the Fallen”.

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran Analisis Semiotika “Representasi Simbol Hieroglif dalam Film Transformers “Revenge of the Fallen”

Sumber : Peneliti, 2013 Semiotika

Kode kode televisi John Fiske

Level Realitas Level Representasi Level Ideologi

(60)

49 3.1 Objek Penelitian

Sinopsis Transformers “Revenge of The Fallen

Transformers jaman dahulu sebuah siri animasi television buatan Amerika Serikat yang berdasarkan mainan Transformers. Film fiksi ilmiah Amerika Serikat yang diangkat dari kisah Transformers tahun 1984. Film ini mengkombinasikan animasi komputer dengan aksi langsung. Dua faksi robot alien yang bisa meyamarkan diri mereka menjadi peralatan mesin setiap hari (mobil, motor, tank, pesawat dan lain-lain).

Film ini dilanjutkan dengan Transformers “Revenge of The Fallen” pada tahun 2009 dan Transformers “ Dark of the Moon” pada tahun 2011.

(61)

50

Dalam kedua film Transformers, ada tampilan yang konsisten dari kekuatan militer, kerjasama dan kehadiran di negara-negara di seluruh dunia. Karena tujuan dari film ini untuk perlahan-lahan mengindoktrinasi massa dan membuat mereka lebih menerima ide tertentu, hal itu menunjukkan tepat ide-ide ini secara positif. Konsep pertama adalah pemerintahan dunia dan kekuasaan militer. Ide di bukan hal baru. Telah ada sejak waktu Romanum Imperium (Kekaisaran Romawi Suci – 27 SM-AD 476) dan juga dibandingkan dengan bentuk pemerintahan fasis kontemporer seperti Fasisme Italia, Nazisme, Garda Besi di Rumania, Falangism di Spanyol . Sebuah aspek kunci dari bentuk seperti pemerintah adalah meningkatkan bentuk Nasionalisme yang universal. Jelas untuk mencapai tujuan pemerintah dunia pertama akan memerlukan bentuk dari filsafat politik demokrasi yang gagal baik dalam tatanan ekonomi dan sosial sehingga dapat diatasi dengan kebutuhan pemerintah dunia.

Kedua, perlunya pemerintah dunia akan menuntut keberadaan sumber daya militer untuk menegakkan keputusan politik pemerintah. Hal ini ditunjukkan dalam film dengan kehadiran AS dan pasukan sekutu lainnya militer di seluruh dunia dari adegan pembuka di Qatar ke berbagai negara di Timur Tengah dan penggunaan kekuatan Angkatan Laut dan udara di seluruh wilayah hukum internasional dengan impunitas.

(62)

mampu karena otoritas tokoh-tokoh dalam menimpa militer didirikan protokol dan membuat „hidup’ keputusan untuk melindungi populasi manusia.

Film Transformers bekerja keras untuk menjual kepada massa tentang ide-ide sekuler New World Order. Penanganan hati-hati untuk film memberikan norma kehidupan alien di planet lain, saudara-saudara kami yang disebut dan takdir kami yang saling terkait. Robot organisme yang memiliki ikatan yang kuat keberadaan Planet di bumi, kehidupan Aos.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Bagaimana representasi simbol Hieroglif dalam film Transformers “Revenge of The Fallen”. Adapun subjek “penelitian ini adalah Sequence dalam film Transformers “Revenge of The

Fallen”.

Dalam setiap subjek film Transformers “Revenge of The Fallen” terdapat banyak pesan yang memiliki makna tersembunyi yang dikemas dengan genre fiksi ilmiah yang imajinatif dan khalayan yang tokoh utamanya merupakan robot alien bernama Autobots. Banyak aspek-aspek dalam film ini, baik itu latar belakang maupun tokoh yang terlibat dalam film ini, yang menurut peneliti begitu kental dengan nilai-nilai atau unsur-unsur yang menampilkan kempuan Amerika.

Maka dari itu peneliti memilih (tiga sequence) sequence dari film Transformers “Revenge of The Fallen” yang menurut peneliti sangat

(63)
[image:63.595.108.517.483.714.2]

52

Tabel 3.1

Tampilan Sequence dalam film Transformers “Revenge of The Fallen

PROLOG

Timeline Sequence

1:14:04 – 1:14:35

IDEOLOGICAL CONTENT

Timeline Sequence

(64)

EPILOG

Timeline Sequence

2:16:35 – 2:16:49

(65)

54

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian Data

Menurut Fiske semiotika adalah studi tentang pertandaan dan pemaknaan dari sistem tanda, ilmu tentang tanda, tentang bagaimana makna dibangun, dalam “teks” media, atau studi bagaimana tanda dari jenis karya

apapun dalam masyarakat yang mengkomunikasikan makna. Fiske menuliskan bahwa dalam semiotika memiliki tifa studi utama yaitu, kebudayaan tempat kode dan tanda itu bekerja.

Analisis semiotika The Codes of Television dari John Fiske mengatakan bahwa peristiwa yang dinyatakan telah diencodingkan oleh kode-kode sosial sebagai berikut ( Fiske, 1987, p.4)

1. Level Pertama

Level realitas, yang meliputi penampilan (appearance), kostum (dress), riasan (make-up), lingkungan (environment), kelakuan (behavior), dialog (speech), gerakan (gesture), ekspresi (expression), suara (sound).

2. Level Kedua

Gambar

Gambar 2.2 Hieroglif Mesir simbol raja-raja Mesir kuno
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Analisis Semiotika “Representasi Simbol Hieroglif
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Data Informan Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu peneliti juga melihat bahwa film The Bling Ring ini sesuai dengan The Codes of Television milik John Fiske yang mana menurutnya realitas dapat dikodekan,

(Analisis Semiotika Representasi Dunia Pendidikan di Daerah Pedalaman Papua dalam Fi lm Berjudul “Di Timur Matahari” Produksi Alenia Pictures ), Skripsi, Program S-1 Ilmu

(Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Perbudakan Dalam Film 12 Years a Slave Karya Sutradara Steve

Judul Skripsi : Analisis Semiotika John Fiske Tentang Representasi Body Shaming pada Serial Insatiable di Netflix.. Nama Mahasiswa : Anistya

Berdasarkan hasil penelitian pada film Nightcrawler dengan menggunakan metode Semiotika yang dikemukakan oleh John Fiske untuk dapat mengetahui bagaimana

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan representasi peran ayah dalam “Miracle in Cell No.7 2013” dengan menggunakan analisis semiotika John Fiske.. Teknik analisis yang

Hasil penelitian ini keempat tokoh dalam geng The Guys memiliki nilai dan fungsi dari persahabatan yang berupa perbandingan sosial, keamanan, dukungan fisik, kebermanfaatan, dorongan,

vi ABSTRAK REPRESENTASI PESAN MORAL PADA FILM ANAK GARUDA Analisis Semiotika John Fiske Bagus Hendrawan, 2022, hal i-96 Skripsi S-1 Program Studi Televisi dan Film, Jurusan Seni