TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL FILM HOROR INDONESIA
PADA MEDIA POSTER
DK 38315 SKRIPSI Semester II 2009-2010
Oleh :
Ganeshya Nathagracia RS NIM : 51906084
Program Studi Desain Komunikasi Visual
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS DESAIN DAN SENI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
ABSTRAK
Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai sarana hiburan. Film horor adalah salah satu genre utama dalam film, yang menampilkan ketegangan, kerisauan, kejijikan, dan berbagai ketidakmasukalan. Pembahasan utama dalam skripsi ini adalah mengenai tinjauan visual tipografi judul film khususnya film horor Indonesia dalam media poster. Poster film memiliki elemen-elemen visual dimana tipografi film adalah salah satunya. Disini yang menarik perhatian adalah adanya kecenderungan kemiripan visual pada poster. Yang paling menonjol adalah adanya kemiripan pola karakter tipografi pada tipografi judul film horor Indonesia. Yang menjadi pertanyaan dalam skripsi ini adalah bagaimana keterkaitan antara konsep cerita film dengan dengan tipografi pada judul film horor Indonesia pada poster.
Dalam penelitian ini, untuk menjawab permasalahan yang diangkat tersebut dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu metode atau cara menguraikan pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta yang terjadi pada waktu sekarang.
Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa, tipografi judul film horor Indonesia pada poster-poster film periode tahun 2001 sampai dengan 2009, yaitu poster film Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati
dengan konsep cerita film yang disuguhkan. Berdasarkan teori prinsip pokok tipografi, hanya empat poster dari keenam poster film horor Indonesia yang memenuhi kaidah prinsip pokok tipografi. Baik itu dari kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca (legibility), kualitas pada teks yang membuat teks tersebut mudah dibaca (readibility), kemampuan huruf dan teks yang dapat terbaca dalam jarak tertentu (visibility), serta kualitas pada huruf dan teks untuk dapat dimengerti dengan jelas (clarity).
Lembar Pengesahan
TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL FILM HOROR INDONESIA PADA MEDIA POSTER
DK 38315 Skripsi Semester II 2009 / 2010
Oleh:
Ganeshya Nathagracia RS
51906084
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Menyetujui,
Pembimbing
Ambarsih Ekawardhani, M. Sn.
Koordinator Tugas Akhir/Skripsi
DAFTAR ISI
2.2.3 Poster Film ……….. 15 2.3.5 Visual Effect pada Tipografi Judul Film ……… 29
BAB III PEMAPARAN POSTER FILM HOROR ………. 31
3.1 Film Beranak Dalam Kubur The Movie ……… 31
3.2.2 Sinopsis Film Kuntilanak 3 ………….……….... 35
3.5.2 Sinopsis Film Tiren
Mati Kemaren ……….. 45 3.5.3 Pemaparan Poster Film Tiren
Mati Kemaren ……….. 47 3.6 Film Tali Pocong Perawan
3.6.1 Karakteristik Film……. . ……….…. 49 3.6.2 Sinopsis Film Tali Pocong Perawan ………. 49 3.6.3 Pemaparan Poster Film Tali Pocong Perawan …... 50 BAB IV TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL
FILM HOROR INDONESIA PADA
MEDIA POSTER……….…… 52
4.1 Tipografi pada Judul Film Horor………. 52 4.2 Analisis Tipografi pada Judul
Film Horor Indonesia dalam Media Poster...….. 53 4.2.1 Tipografi pada Judul Film
Beranak dalam Kubur The Movie ... 53 4.2.2 Analisis Tipografi pada Judul Film
Beranak dalam Kubur The Movie Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan
Teori Prinsip Pokok Tipografi……...…………. 55 4.2.3 Tipografi pada Judul Film Kuntilanak 3 ...……… 57 4.2.4 Analisis Tipografi pada Judul Film
Kuntilanak 3 Berdasarkan Kelompok
Jenis Huruf dan Teori Prinsip Pokok Tipografi .... 59 4.2.5 Tipografi pada Judul Film Horor………...61
4.2.6 Analisis Tipografi pada Judul Film Horor Berdasarkan Kelompok Jenis
Huruf dan Teori Prinsip Pokok Tipografi………...63 4.2.7 Tipografi pada Judul Film Jelangkung………... 65 4.2.8 Analisis Tipografi pada Judul Film
Jelangkung Berdasarkan Kelompok Jenis
4.2.9 Tipografi pada Judul Film
Tiren Mati Kemaren……….. 69 4.2.10 Analisis Tipografi pada Judul Film
Tiren Mati Kemaren Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan Teori
Prinsip Pokok Tipografi……….. 71 4.2.11 Tipografi pada Judul Film
Tali Pocong Perawan……….. 73 4.2.12 Analisis Tipografi pada Judul Film
Tali Pocong Perawan Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan Teori
Prinsip Pokok Tipografi……….. 75
BAB V KESIMPULAN ………. 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.8.1 Skema kerangka penelitian……….. 6
Gambar 2.2.3.1 Poster film Batman Forever dan Saw 3……...………….……… 16 Gambar 2.2.3.2 Poster film Laskar Pelangi dan Pocong 3……….…… 16
Gambar 2.3.2.1 Figure dan Ground……….………....………. 19
Gambar 2.3.2.2 Bentuk Roman………....………. 20 Gambar 2.3.2.3 Nama bagian-bagian huruf……….…….. 20
Gambar 2.3.2.4 Nama bagian-bagian huruf………...… 21 Gambar 2.3.2.5 Contoh huruf kategori Oldstyle………...……….. 22
Gambar 2.3.2.6 Contoh huruf kategori Modern………..…….... 22
Gambar 2.3.2.7 Contoh huruf Slab Serif………..………….... 23
Gambar 2.3.2.8 Contoh huruf Sans Serif……….………..... 23
Gambar 2.3.2.9 Contoh huruf Serif………...... 24
Gambar 2.3.2.10 Contoh huruf Sans Serif………..…..………...... 24
Gambar 2.3.2.11 Contoh huruf Tulis/Latin (Script)………... 25
Gambar 2.3.2.12 Contoh huruf Dekoratif………... 25
Gambar 2.3.4.1 Contoh legibility sebuah huruf……….... 27
Gambar 2.3.4.2 Contoh legibility………... 27
Gambar 2.3.4.3 Contoh legibility………... 27
Gambar 2.3.4.4 Contoh readibility………... 28
Gambar 2.3.4.5 Contoh visibility……….…... 29
Gambar 3.1.3.1 Poster film Beranak Dalam Kubur……….….. 33
Gambar 3.2.3.1 Poster film Kuntilanak 3………....…. 36
Gambar 3.3.3.1 Poster Film Horor…………... 39
Gambar 3.4.3.1 Poster film Jelangkung………….... 43
Gambar 3.5.3.1 Poster film Tiren………..……….... 47
Gambar 3.5.3.1 Poster film Kuntilanak 3……….…… 50
Gambar 4.2.2.1 Anatomi huruf judul film Beranak dalam Kubur……….…….. 55
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2.1.1 Tabel analisis film Beranak dalam Kubur The Movie……… 55
Tabel 4.2.3.1 Tabel analisis film Kuntilanak 3………. 59
Tabel 4.2.5.1 Tabel analisis film Film Horor……… 63
Tabel 4.2.7 .1 Tabel analisis film Jelangkung…………….……….…….. 67
Tabel 4.2.9.1 Tabel analisis film Tiren Mati Kemaren……….. 71
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Permohonan izin melakukan wawancara dengan Askurifai Baksin, S.Sos, selaku praktisi film dan dosen FIKOM Universitas Islam Bandung.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai sarana hiburan. Perfilman Indonesia sempat menguasai bioskop-bioskop lokal di tahun 1980-an. Festival Film Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat itu. Namun karena suatu hal, perfilman Indonesia mengalami kemerosotan pada tahun 1990-an. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menguasai lagi di negeri sendiri, melainkan film-film Hollywood yang merebut posisi tersebut. Hal tersebut berlangsung hingga tahun 2000-an. Munculnya film Petualangan Sherina merupakan awal dari bangkitnya lagi perfilman Indonesia. Semenjak itu, perfilman lokal telah bangun dari tidurnya, film-film lain dengan segmen yang berbeda-beda juga sukses secara komersil. Film Jelangkung film bergenre horor merupakan tonggak tren film horor remaja yang juga menguasai bioskop Indonesia untuk waktu yang cukup lama.
Dunia perfilman nasional memang telah bangkit. Hal ini ditandai dengan munculnya optimisme insan muda film dalam berkarya. Namun kebangkitan tersebut ternyata tidak teruji secara kualitas, walaupun secara kuantitas hampir setiap bulan ada film nasional baru yang muncul di bioskop. Poster film-film nasional bergenre horor menjadi yang diutamakan di bioskop-bioskop negeri ini, bahkan jam tayangnya di sejumlah bioskop di Indonesia seringkali berbarengan.
Beberapa judul film seperti Hantu Jeruk Purut, Hantu Ambulans, Suster Ngesot, dan Mati Kemaren (Tiren), pernah diputar di Indonesia. Tema film yang
diangkat dipilih yang menarik, menyesuaikan dengan tren serta diperankan artis muda yang tengah populer sebagai pemainnya, sehingga menjadi daya tarik bagi penggemar tontonan layar lebar.
Tema mistik adalah bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Ini adalah sebuah tema yang sangat dekat dengan cara berpikir dan memori kultural sebagain besar masyarakat Indonesia.
Biaya produksi film horor lokal pun relatif lebih murah dibandingkan dengan film-film lokal bergenre lain. Ini karena film-film horor bisa diproduksi secara digital murni. Biasanya tidak menggunakan pemain atau pemeran yang terkenal, sehingga lebih murah. Rata-rata, biaya film horor adalah 2-2,5 milyar rupiah. Pendapatan sebuah film horor lokal yang bisa mencapai angka sejuta penonton, menurut hitungan Kompas, kira-kira bisa mencapai hampir 8 milyar rupiah.
Suksesnya film bergenre horor lokal di Indonesia membuat perusahaan-perusahaan film dalam negeri punya kecenderungan untuk memproduksi film. Mendampingi film-film bioskop, adalah poster film. Poster-poster ini biasanya dibuat untuk menampilkan film dan memberi gambaran mengenai film. Disini yang menarik perhatian adalah adanya kecenderungan kemiripan visual pada poster, yang paling menonjol adalah penggunaan warna suasana dan tipografi pada judul film.
1.2Identifikasi Masalah
Dari penjelasan yang telah diungkapkan sebelumnya, dapat diuraikan menjadi beberapa bagian permasalahan yaitu:
a. Cerita dari genre flm horor menghasilkan beberapa subgenre film horor. b. Unsur-unsur visual yang digunakan pada poster-poster tersebut mengacu
hanya pada satu konsep yang sama, yaitu memberi kesan menakutkan.
c. Secara khusus pada bagian tipografi banyak ditemukannya kemiripan karakter pada judul film horor Indonesia baik dari warna, outline bentuk huruf, serta komposisinya hingga terlihat serupa atau sama.
1.3Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di dalam latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat dikemukakan suatu perumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana keterkaitan antara konsep cerita film dengan karakter pola visual tipografi pada judul film horor Indonesia pada poster?”
1.4Pembatasan Masalah
Dalam penelitian masalah dibatasi pada tinjauan visual tipografi enam objek poster pada film horor yang beredar di bioskop periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2009, yang terdiri dari film Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren dan Tali Pocong Perawan. Keenam poster film horor Indonesia tersebut dipilih, karena memiliki
1.5Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan ilmu yang memperbincangkan tentang metode ilmiah dalam menggali pengetahuan. Dengan melihat fenomena yang ada, penelitian ini menggunakan penelitian secara deskriptif dengan data kualitatif, yaitu metode atau tata cara menguraikan pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta yang terjadi pada waktu sekarang. Masalah tersebut dianalisis berdasarkan data yang dikumpulkan tanpa menggunakan angka atau dengan kata lain data atau informasi bukan dalam bentuk angka, melainkan data berbentuk seperti kata-kata, kalimat, atau gambar-gambar. Menurut Sarwono dan Lubis (2007:139) data ini dapat berupa gejala, peristiwa, pendapat, karya, artefak, dan lain sebagainya.
Untuk mendapatkan bahan-bahan sebagai bahan dasar penyusunan skripsi ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Pustaka (Literary Research)
Studi pustaka yaitu menggunakan berbagai referensi atau mengacu pada permasalahan melalui media cetak seperti buku, koran, dan jurnal, sebagai landasan teori serta pelengkap penulisan skripsi.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara pengumpulan data melalui wawancara secara langsung kepada orang yang berkaitan dengan objek penelitian. Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan Askurifai Baksin, praktisi media perfilman dan dosen fakultas ilmu komunikasi, Universitas Islam Bandung.
3. Pencarian Online
1.6 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter pola visual tipografi pada judul film terhadap keenam poster film horor Indonesia, dan mengaitkannya dengan konsep cerita film horor Indonesia yang dibahas.
1.7 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan berharga, di dalam menerapkan ilmu yang diperoleh pada saat kuliah dan juga diperuntukkan bagi kemajuan Universitas Komputer Indonesia, terutama dalam bidang Desain Komunikasi Visual.
1.8Kerangka penelitian
Gambar 1.8.1 Skema kerangka penelitian Kemunculan film-film bergenre horor membuat keberadaan film tersebut dibarengi
dengan kemunculan poster fimnya.
Unsur visual pada poster khususnya pada bagian tipografi, banyak ditemukan kemiripan karakter
pada judul film horor Indonesia.
Memaparkan keenam poster film horor Indonesia secara visual
Ilustrasi Tipografi Warna
Menganalisis tinjauan tipografi judul film horor Indonesia berdasarkan teori
prinsip pokok tipografi.
Legibility Readibility Visibility Clarity
1.9Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Penjelasan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah berdasarkan fenomena yang terjadi. Pembatasan masalah untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang dilakukan, yaitu poster film horor yang beredar di bioskop periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2009, yang terdiri dari film Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren dan Tali Pocong Perawan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, manfaat penelitian yang diperuntukkan bagi kemajuan Universitas Komputer Indonesia, terutama di bidang Desain Komunikasi Visual, dan untuk mengetahui serta menginformasikan pola karakter visualisasi tipografi judul film horor Indonesia dalam media poster dengan tipografi sebagai elemen dari poster. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan data kualitatif, kerangka penelitian, juga sistematika penulisan laporan penelitian agar dapat tersusun dengan baik dan mudah dipahami.
BAB II. TINJAUAN FILM HOROR DAN TIPOGRAFI PADA MEDIA POSTER
BAB III. PEMAPARAN POSTER FILM HOROR INDONESIA
Sumber data yang berhubungan tentang poster film horor Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren
dan Tali Pocong Perawan. Pada bab ini dijelaskan mengenai data film, sinopsis
film dan pemaparan yang terdiri dari ilustrasi, tipografi dan warna dari poster film horor Indonesia yang dibahas.
BAB IV. TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL FILM HOROR INDONESIA PADA MEDIA POSTER
Tentang laporan penelitian yang dilakukan. Menjelaskan tentang analisis tipografi judul film horor Indonesia pada poster-poster film Beranak Dalam Kubur The Movie, Kuntilanak 3, Film Horor, Jelangkung, Tiren Mati Kemaren
dan Tali Pocong Perawan dan mengaitkannya dengan teori prinsip pokok tipografi yang terdiri dari legibility, readability, visibility, dan clarity.
BAB V. KESIMPULAN
BAB II
TINJAUAN FILM HOROR DAN TIPOGRAFI
PADA MEDIA POSTER
2.1Sinematografi – Film
2.1.1 Pengertian Sinematografi - Film
Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematography yang berasal daribahasa Latin kinema '‟gambar'‟. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide. Sinematografi sangat dekat
dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Genre dalam bahasa komunikasi sering diartikan gaya atau style serta tema dan sangat berhubungan dengan pemilihan yang sesuai dengan kelas dan mewakili suatu komunitas tertentu. Seperti pemilihan bahasa, disain foto serta image yang dipakai termasuk setting dan tata letaknya sebuah media massa. Hal
serupa berlaku juga dalam pembuatan film maupun sinetron dalam memilih kata-kata dan gerak serta karakternya. Dalam pengertian ini, film sebagai media penyimpan adalah lembaran kecil selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi
Film mempunyai banyak pengertian yang dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh. Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak orang terlibat.
media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video, piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektonik atau lainnya.
Tiga aspek utama dalam film adalah konsep kebudayaan, tempat pembuatan dimana film tersebut dibuat, dan bagaimana cara penayangannya.
2.1.2Jenis Film
Menurut Askurifai Baksin, praktisi film dan dosen fakultas ilmu komunikasi Universitas Islam Bandung, dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2010 dilihat secara garis besar film dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1. Film Cerita
Film cerita adalah film yang berdasarkan rekaan pembuatnya, yaitu film yang menceritakan tentang segala sesuatu yang tidak benar, yang hanya merupakan sebuah kreasi imajinatif belaka atau berpura-pura dan tidak selalu berdasarkan fakta. Film horor merupakan film yang masuk kategori film cerita.
2. Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film yang menyajikan realita dan berdasarkan cerita yang sesungguhnya melalui berbagai cara berdasarkan faktualitas dan survey yang terdapat di lapangan dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.
3. Film Dokudrama
2.1.3Film Horor
Secara khusus yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah film horor. Film horor adalah salah satu genre utama dalam film. Menurut Askurifai Baksin film horor Indonesia cenderung diangkat dari tradisi, adat, ritual, menampilkan keadaan yang benar-benar dialami masyarakat setempat. Ketegangan, kerisauan, kejijikan, dan berbagai ketidakmasukalan yang disuguhkan dalam film-film horor merupakan situasi yang berkembang dalam masyarakat. Dalam alur cerita film horor, berbagai kekuatan, kejadian, atau karakter jahat, terkadang semua itu berasal dari dunia supernatural, memasuki dunia keseharian masyarakat Indonesia. Pengertian horor, menurut The Merriam-Webster Dictionary (2004), memiliki tiga pengertian. Pertama, kengerian, ketakutan, dan kecemasan yang menyakitkan dan begitu hebat. Kedua, kejijikan yang luar biasa. Ketiga, sesuatu yang menakutkan. Dimana ketiga pengertian horror tersebut berlandaskan pada aspek emosi dari para penonton. Dengan demikian, pengertian dari film horor adalah adalah film yang dirancang untuk untuk menerbitkan rasa, takut, teror, jijik, atau horor dari para penontonnya.
Film horor memusatkan diri pada tema kejahatan dalam berbagai ragam bentuknya. Dalam film horor Indonesia sosok yang adalah hantu yang bergentayangan untuk melampiaskan dendam, sang hantu yang sebelumnya adalah manusia biasa selalu teraniaya, diperkosa, diinjak-injak, dan dihinakan. Balas dendam hanya bisa terjadi ketika sang manusia berubah sebagai hantu.
2.1.4Subgenre Film Horor
Menurut Seorang kritikus film Amerika, Charles Derry dalam bukunya Dark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film (1977: 97)
membagi genre horor dalam tiga subgenre,
terlihat normal dan biasanya baru pada bagian akhir cerita tampak tabiatnya yang mengerikan. Secara tipikal, film-film jenis ini memberikan tekanan pada tema-tema psikologi aliran Freud dan seks.
Contoh film dari subgenre horor ini adalah film Hannibal dan Saw.
2. Horror-of-the-Armageddon adalah jenis film horor yang memetik arketip kisah/mitologi biblikal tentang kiamat. Namun, dalam film, arketip ini diambil melewati rute perkembangan film-film fiksi ilmih (science-fiction) pada 1950-an.
Contoh film dari subgenre horor ini adalah film-film Zombie yaitu, 28 Weeks Later, Dawn of The Dead, Shaun of The Dead dan film The Birds.
3. Horror-of-the-Demonic adalah film yang menawarkan tema tentang dunia yang buruk karena kuasa Setan ada di dunia, dan selalu mengancam kehidupan mat manusia. Kuasa Setan/Kejahatan itu bisa hanya berupa penampakan spiritual belaka.
Contoh film dari subgenre horor ini adalah Child’s Play, Nightmare On Elm’s Street, The Exorcist dan The Omen.
Melihat dari ceritanya, film horor Indonesia menggunakan subgenre Horror-of-the-Demonic. Karena film-film horor Indonesia selalu mengisahkan tentang kekuasaan dari setan itu sendiri, contohnya adalah film Tengkorak Hidoep, Dendam Nyi Roro Kidul, Jelangkung, Pocong, Suster Ngesot, dan Kuntilanak.
2.1.5Perkembangan Film Nasional Khususnya Film Horor di Indonesia
menyebakan tidak lebih 10 judul film yang diproduksi selama setahun. Pada tahun 2000-an industri perfilman Indonesia mulai bangkit lagi, hal ini berlangsung sampai sekarang.
Genre horor dalam kancah perfilman nasional dinilai bisa membangkitkan industri perfilman di Indonesia. Walaupun di satu sisi bagi sebagian masyarakat film horor di anggap tidak terlalu bagus, tetapi sebagai produk seni, film merupakan karya kolektif dari beberapa orang yang artinya sebagaimanapun ringan dan “remehnya” film ini dianggap sebagian orang tetapi film bergenre horor tetap sebagai produk film yang membutuhkan proses kreatif yang tidak gampang. Masalah ini yang membuat masyarakat menjadi terlalu apriori.
Pada awalnya perfilman Indonesia dianggap mati suri, namun ketika bangkit kembali, khususnya pada film horor Indonesia, masyarakat seakan tidak peduli. Hal ini dikarenakan film-film bergenre horor tidak memberikan alternatif lain film yang menarik. Film horor Indonesia lebih menyiratkan nafsu birahi dan mengumbar adegan yang tidak senonoh. Namun di satu sisi yang lain secara produksi film horor Indonesia bisa dianggap sebagai penolong industri perfilman Indonesia. Film bergenre horor tetap mengukuhkan bahwa perfilman nasional masih eksis. Jika industri perfilman tidak memproduksi film bergenre horor, maka perfilman nasional akan mati. Munculnya film bergenre horor di kancah perfilman nasional merupakan suatu bukti bangkitnya perfilman nasional.
2.2 Media Poster
2.2.1 Pengertian Poster
Poster adalah iklan atau pengumuman yang diproduksi secara massal.
Poster pada umumnya dibuat dengan ukuran besar di atas kertas untuk
didisplay kepada khalayak. Sebuah poster biasanya berisi gambar ilustrasi
dengan warna-warna yang indah dan beberapa teks maupun memuat
trademark. Sebuah poster biasanya berguna secara komersial untuk
mengiklankan suatu produk, suatu kegiatan pendidikan, acara entertainment,
even-even tertentu, maupun sebagai alat propaganda. Namun, banyak juga
poster yang dibuat hanya untuk tujuan seni maupun sebagai hiasan.
Dari definisi diatas, jelas bahwa poster adalah salah satu bagian seni grafis yang memiliki gaya, aliran, maupun trend tersendiri yang tidak lepas dari tingkat penguasaan teknologi serta gaya hidup dari suatu zaman. Oleh karena poster dibuat untuk menyampaikan pesan atau informasi, maka poster menjadi elemen dalam Desain Komunikasi Visual.
Menurut Margono Sastrosoediro dalam bukunya Poster Layanan Masyarakat dan Generasi Muda (1998:7), kata poster berasal dari kata “to post”
yang memiliki arti menempelkan. Sebagai kata benda berarti post (surat). Poster dapat diartikan tukang menempelkan surat pengumuman atau tempelan itu sendiri. Dalam mendesain suatu poster perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
a. Poster harus dapat dibaca dan pesannya dapat dimengerti .
b. Menimbulkan sifat menarik dan harus mengandung sesuatu yang baru dalam bentuk maupun dalam pesan yang tertulis.
c. Poster harus didesain dalam bentuk yang cukup besar bila dilihat dari jarak jauh agar membawa hasil seperti yang dinginkan.
d. Poster dari jarak dekat harus memberikan gairah dengan memakai pengenalan yang mudah dan detail yang menyenangkan.
e. Poster harus tetap di dalam ingatan penonton dengan mengadakan kontak baru antara penonton dan sebuah topik baru atau sebuah hasil baru.
2.2.2 Jenis Poster
Menurut Margono Sastrosoediro dalam bukunya Poster Layanan Masyarakat dan Generasi Muda berdasarkan tujuan periklanannya, poster dibagi menjadi
2 macam yaitu:
a. Poster Komersial
Poster Komersial adalah poster yang memiliki tujuan untuk mengkampanyekan suatu brand produk dagang untuk meningkatkan volume penjualan dan pemasaran itu sendiri.
penjualan pemasaran dari film yang diproduksi kepada khalayak masyarakat.
b. Poster Non Komersial atau Sosial
Poster non komersial atau sosial adalah poster yang memiliki tujuan untuk melayani kepentingan umum bersifat sosial kemasyarakatan. Dasarnya adalah sarana penyampaian atau informasi yang bersifat sosial.
2.2.3 Poster Film
Gambar 2.2.3.1 Poster film Batman Forever dan Saw 3 merupakan contoh poster komersial. Poster film Batman Forever merupakan contoh poster film action
Hollywood, sementara poster film Saw 3 merupakan contoh poster film horor Hollywood.
(Sumber:http://www.movieberry.com/batman_forever/buy/?partner=3270&subaccount= movie dan http://movies.about.com/library/weekly/blsaw3poster2.htm)
Gambar 2.2.3.2 Poster film Laskar Pelangi dan Pocong 3 merupakan contoh poster komersial. Poster film Laskar Pelangi merupakan contoh poster film drama
Indonesia, sementara poster film Pocong 3 merupakan contoh poster film horor Indonesia.
2.2.4 Elemen-Elemen Visual Poster Film
Menurut Askurifai Baksin, elemen-elemen yang harus ada pada poster film antara lain adalah sebagai berikut :
1. Ilustrasi
Karena ilustrasi merupakan unsur kemenarikan dan harus banyak ditonjolkan pada poster film.
2. Tagline
Karena tagline merupakan premis dari sebuah film yang akan ditayangkan untuk mengundang rasa penasaran.
3. Titel Kredit (Credit Title)
Titel kredit dalam poster film terdiri atas nama, produser film, sutradara, judul film, nama-nama pemeran utama dan pemeran pendukung, desainer kostum, pembuat efek visual (visual effect), pengarah musik, editor film, desainer produksi, pengarah koreografi, fotografer, penyusun naskah skenario, logo-logo pendukung suara, serta logo-logo perusahaan.
4. Tipografi Film
Tipografi judul film merupakan bagian dari rancangan grafis yang diciptakan oleh desainer grafis dengan harapan mewakili konsep, karakteristik serta kekuatan kata-kata guna mengekspresikan cerita filmnya.
Semua elemen poster film di atas kemudian dikombinasikan dalam sebuah komposisi yang dapat menarik perhatian.
2.3 Tipografi
2.3.1 Pengertian Tipografi
banyak dipengaruhi oleh faktor budaya serta teknik pembuatan. Karakter tipografi yang ditimbulkan dari bentuk hurufnya bisa dipersepsikan berbeda.
Pemilihan huruf tidak semudah yang dibayangkan, ribuan bahkan jutaan jumlah huruf menyebabkan desainer harus cermat dalam memilih tipografi yang tepat untuk karyanya. Rangkaian huruf dalam sebuah kata maupun kalimat memiliki suatu makna dan kemampuan untuk mengacu dan menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual. Hal itu dikarenakan terdapatnya dua fungsi pada tipografi, yaitu fungsi estestis dan fungsi komunikasi. Sebagai fungsi estetis, tipografi digunakan untuk menunjang penampilan sebuah pesan agar terlihat menarik, sedangkan fungsi komunikasi tipograf digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi beberapa teks dengan jelas dan tepat. Seperti yang ditulis Danton Sihombing dalam buku Tipografi dalam Desain Grafis, bahwa tipografi adalah ilmu yang secara spesifik mempelajari mengenai huruf. Pengetahuan mengenai huruf yang dipelajari dalam sebuah disiplin seni disebut tipografi. Tipografi merupakan konsep yang abstrak, seperti halnya musik. Dengan mendengarkan sebuah lagu kita dapat merangkum karakteristik, kesan, dan suasana hati, seperti perasaan gembira, sedih, optimisme, tenteram ataupun romantis.
Pengaruh teknologi digital pada intinya tidak mengubah fungsi huruf sebagai perangkat komunikasi visual. Teknologi komputer menyajikan spektrum dalam penyampaian pesan lewat huruf, mencitrakan sebuah gaya yang memiliki korelasi dengan khalayak tertentu, di mana desainer grafis memiliki kebebasan untuk menciptakan visualisasi pesan dengan huruf, selain untuk dibaca, tetapi juga mengekspresikan suasana atau rasa.
2.3.2 Perkembangan Tipografi
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata dapat membedakan antara huruf „m‟ dengan „p‟ atau „C‟ dengan „Q‟. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 mengemukakan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt.
Teori ini berbasis pada „pattern seeking‟ dalam perilaku manusia. Salah satu
„membaca‟ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatif yang disebut dengan ground.
Mengenal dan memahami anatomi huruf dapat menjadi langkah awal mempelajari tipografi. Oleh karena itu, para ahli mengelompokkan jenis-jenis desain huruf sesuai ciri masing-masing bagian tersebut.
Gambar 2.3.2.1 Figure dan Ground dalam Teori Gestalt (Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001, hal 12)
Perubahan ciri di bagian-bagian huruf menandai perkembangan sejarah seni perancangan huruf dimana tren perkembangannya dapat diikuti pada masing-masing periode sejak abad 17.
Tidak berbeda dengan seni lukis, seni mendesain huruf pun mengenal karya-karya abadi serta pengaruh-pengaruh bentuk dari karya-karya klasik. Oleh karena itu, mempelajari ciri-ciri suatu bentuk huruf tidak akan terlepas dari pengetahuan mengenai anatomi huruf.
oleh kehadiran software pembuat huruf “fontografer” menjadikan huruf tersebut bisa berubah apa saja sesuai dengan kehendak tipografer.
Gambar 2.3.2.2 Bentuk Roman memiliki ketebalan bagian-bagian huruf yang bervariasi, sedangkan huruf Gothic seluruh bagiannya sama tebalnya
(Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 200)
Ada dua aspek dasar dalam anatomi huruf yang berkaitan dengan cara kita memanfaatkannya.
1. Aspek pertama berkaitan dengan bentuk fisik huruf dan merupakan metode mengenai bagaimana huruf itu dibentuk. Demikian juga cara mengukurnya, baik secara horizontal maupun vertikal.
2. Aspek kedua menyangkut bentuk, konstruksi, dan tampilan secara visual dari masing-masing huruf secara individu.
1. Body 10. Character Origin 19. Spur 2. Cap Height 11. Arm 20. Serif 3. X-Height 12. Stroke 21. Link 4. Ascender 13. Bracket 22. Ear 5. Descender 14. Ball 23. Hairline 6. Baseline 15. Bowl 24. Counter 7. Body Width 16. Bar 25. Stem 8. Left Sidebearing 17. Terminal 26. Spine 9. Right Sidebearing 18. Fanial
Gambar 2.3.2.4 Nama bagian-bagian huruf (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 201)
2.3.3 Anatomi Huruf
a. Ciri-ciri Huruf Sesuai Anatominya
1. Oldstyle
Gambar 2.3.2.5 Contoh huruf kategori Oldstyle (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 202)
Beberapa font yang dapat dikategorikan ke dalam kelompok Oldstyle adalah Bembo, Bauer text, CG Cloister, ITC Usherwood, Claren-don, Garamond, Goudy Oldstyle, Palatino (Palmspring), dan lain-lain.
2. Modern
Gambar 2.3.2.6 Contoh huruf kategori Modern (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 203)
3. Slab Serif
Gambar 2.3.2.7 Contoh huruf Slab Serif (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 204)
Contoh-contoh huruf Slab Serif antara lain Boton, Aachen, Calvert, Lubalin Graph, Memphis, Rockwell, Serifa, Clarendon, Stymie, dan lain-lain.
4. Sans Serif
Gambar 2.3.2.8 Contoh huruf Sans Serif (Sumber : Desain Komunikasi Visual, 2008, hal 204)
Contoh-contoh huruf Sans Serif adalah Franklin Gothic, Akzident Grotesk, Helvetica, Univers, Formata, Avant Garde, Gill Sans, Futura, Optima, dan lain-lain.
1. Huruf Berkait (Serif)
Gambar 2.3.2.9 Contoh huruf Serif (Sumber : Desain Grafis Komputer, 2005, hal 57)
Adalah bentuk huruf yang memiliki kait, dengan ketebalan yang kontras. Jenis ini merupakan hururf yang formal. Serif mengekspresikan organisasi dan intelektualitas. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. Termasuk didalamnya Times New Roman.
2. Huruf Tak Berkait (Sans Serif)
Gambar 2.3.2.10 Contoh huruf Sans Serif (Sumber : Desain Grafis Komputer, 2005, hal 57)
Adalah bentuk huruf yang tidak memiliki kait, bertangkai tebal, sederhana dan mudah dibaca. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer, kurang formal, lebih hangat, bersahabat dan efisien. Jenis huruf ini tidak memiliki garis-garis kecil yang disebut counterstroke. Huruf ini berkarakter streamline, fungsional, modern dan
3. Huruf Tulis/Latin (Script)
Gambar 2.3.2.11 Contoh huruf Tulis/Latin (Script) (Sumber : Desain Grafis Komputer, 2005, hal 58)
Jenis ini merupakan dasar dari bentuk huruf yang ditulis dengan tangan, kontras tebal dan tipisnya sedikit, saling berhubungan dan mengalir. Bentuk huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab dan keanggunan.
4. Dekoratif
Gambar 2.3.2.12 Contoh huruf Dekoratif
(Sumber : http://www.myklroventine.com/2008/10/if-sarah-palin- was-a-font/)
b. Bentuk dan Jenis Huruf Sebagai Keluarga Huruf dan Citra Visual
A
A
A
Bentuk pipih/light Bentuk regular/medium Bentuk gemuk/bold Kesan : - Ringan Kesan : - Kuat Kesan : - Lebih kuat
- Ekslusif - Resmi - Berat - Sopan - Jelas - Lebih tegas - Anggun - Sopan - Kokoh - Resmi - Tegas - Padat - Bersih - Resmi
Bentuk meninggi/condensed Bentuk melebar/extended Kesan : - Resmi Kesan : - Lebih tegas
- Jelas - Kokoh - Sopan - Padat - Terbaca - Resmi - Tegas
2.3.4 Prinsip Pokok Tipografi
Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi, antara lain:
1.Legibility
Kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca. Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya, yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas daripada suatu huruf.
Gambar 2.3.4.1 Contoh legibility sebuah huruf (Sumber : Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001, hal 58)
Gambar 2.3.4.2 Contoh legibility
Gambar 2.3.4.3 Contoh legibility
(Sumber : http://www.tomontheweb2.ca/CMX/4D5E2/image10.jpg)
2. Readibility
Penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan huruf baik untuk membentuk suatu kata, kalimat atau tidak harus memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain. Khususnya spasi antar huruf.
Gambar 2.3.4.4 Contoh readibility
(Sumber : http://www.studiokmzero.com/files/thumb/ 900_Sugo_font2_1.jpeg)
3. Visibility
karya desain mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan dalam desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik. Menurut dokter mata Aritonang dari Rumah Sakit PGI Cikini, jarak pandang normal terjauh adalah 6 m.
Gambar 2.3.4.5 Contoh visibility
4. Clarity
Kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang dituju. Untuk suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh pengamat yang dituju. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, warna, pemilihan type, dan lain-lain.
2.3.5 Visual Effect Pada Tipografi Judul Film
Menurut Didik Wijaya dalam situs www.escaeva.com, visual effect atau efek visual adalah efek yang dibuat dengan komputer yang masuk dalam proses editing menggunakan software yang ada untuk membuat efek-efek tertentu.
BAB III
PEMAPARAN POSTER FILM HOROR INDONESIA
3.1 Film Beranak Dalam Kubur The Movie 3.1.1 Data Film
Jenis Film : Horor
Produser : Dhamo Punjabi dan Manoj Punjabi Sutradara : Adji Saputra dan Freddy Lingga Penulis : Ery Sofid
3.1.2 Sinopsis Film Beranak Dalam Kubur The Movie
Film ini merupakan remake dari film tahun 1971 dengan judul yang sama Beranak dalam Kubur, yang dibintangi oleh aktris spesialis horor Suzanna. Dalam film remake “Beranak dalam Kubur The Movie”, peran Suzanna digantikan oleh aktris Julia Perez.
Film bergenre horror of the demonic ini menceritakan tentang lima orang sahabat Jessy, Jovan, Titaz, Kaila dan Brian yang merupakan mahasiswa kedokteran. Mereka mengikuti kegiatan observasi untuk kepentingan mata kuliah praktikum anatomi di rumah sakit. Mereka kemudian menemukan kamar mayat yang tak lagi digunakan. Kamar mayat itu ditutup selamanya, dan menyediakan kamar mayat lain yang baru. Karena ulah tidak bertanggung jawab Brian dan Kaila, mereka berlima akhirnya memasuki kamar mayat tersebut. Tak satu pun diantara mereka yang tahu, bahwa kamar yang terlihat kosong itu, sesungguhnya menyembunyikan sosok mayat wanita yang ditempatkan tersembunyi di balik sekat. Sosok mayat yang sengaja disembunyikan
ditemukan di kamar mayat yang tak digunakan lagi itu di rumah sakit ketika melakukan observasi. Titaz terkejut dan rekan-rekannya tidak terlalu mempercayai.
Namun akhirnya, satu per satu dari mereka mendapat gangguan hantu wanita di kamar mayat itu. Tak ada yang tahu, siapa sesungguhnya sosok hantu wanita itu. Hingga kemudian, Brian dan Kaila harus menghadapi ajal kematian yang diakibatkan teror hantu wanita. Jessy, Jovan dan Titas yang masih tersisa berpikir keras untuk mencari tahu jawaban atas misteri yang mengundang maut itu
Belakangan baru terungkap, sosok hantu wanita tersebut adalah Jasmine. Jasmine meninggalkan kampung halaman demi mengejar mimpi untuk menjadi penyanyi terkenal di ibukota. Namun, karena melalaikan pesan ibunya yang janda, untuk menjaga kehormatan diri, Jasmine pun terjerumus dalam kubangan lumpur dosa. Jasmine dikhianati oleh laki-laki yang menghamilinya. Jasmine bahkan akhirnya mati secara tragis akibat disantet laki-laki yang menghamilinya. Kegaiban membuat Jasmine keluar dari kuburnya setelah melahirkan bayinya. Namun, Jasmine dan bayinya akhirnya mati. Sejak itulah, arwahnya gentayangan dengan membawa dendam.
3.1.3 Pemaparan Poster Film Beranak Dalam Kubur
Gambar 3.1.3.1 Poster film Beranak dalam Kubur
(Sumber : http://www.fullhalloween.com/blog/5149/beranak-dalam-kubur-2007/)
a. Ilustrasi
b. Tipografi
Penempatan tipografi judul film “Beranak Dalam Kubur The Movie”
diletakkan terpisah tepat di bawah ilustrasi bayi. Tipografi judul film pada poster ini menggunakan 2 jenis font yang berbeda,yaitu di bagian judul “Beranak Dalam Kubur” dan di bagian judul “The Movie”. Judul “The
Movie” dibedakan jenis fontnya guna sebagai penegas bahwa film ini
merupakan remake film Beranak Dalam Kubur yang di produksi tahun 1972 , dan juga sebagai suatu pembeda dari film terdahulunya yang dibintangi oleh Suzanna. Sementara penempatan untuk tipografi pada nama produser, logo rumah produksi dan tipografi “Only In Cinemas” yang merupakan titel kredit (credit title), diletakkan pada bagian atas dan di bagian bawah poster film.
c. Warna
3.2 Film Kuntilanak 3 3.2.1Data Film
Jenis Film : Horor
Produser : Raam Punjabi Sutradara : Rizal Mantovani
Penulis : Ve Handojo dan Rizal Mantovani
3.2.2Sinopsis Film Kuntilanak 3
Film bergenre horror of the demonic ini merupakan penutup dari trilogi film Kuntilanak. Pada film pertama Kuntilanak, mengutamakan atmosfir, film Kuntilanak 2 menawarkan aksi, maka Kuntilanak 3 menampilkan setan di wilayah kekuasaan mereka yang paling utama yaitu neraka dunia, di mana hantu perempuan yang sering dikenal dengan nama Kuntilanak itu seolah-olah menjadi penguasa utamanya.
Tanpa berpaling dari cerita yang sudah dibangun di film Kuntilanak dan Kuntilanak 2, ini Kuntilanak 3 mengisahkan tentang empat orang sahabat yaitu Darwin, Asti, Herman dan Petra pergi ke Desa Ujung Sedo untuk mencari dua orang teman mereka yang hilang, Stella dan tunangannya. Di perjalanan, mereka bertemu dengan seorang gadis bernama Samantha yang memiliki sebuah misi pribadi yang misterius di Ujung Sedo.
Kelima anak muda ini bertualang menembus hutan, kabut dan gua di mana banyak kejadian menyeramkan dan aneh menghantui mereka. Semua ternyata berkaitan dengan misi pribadi Samantha yang memiliki wangsit untuk memanggil Kuntilanak. Ibu Samantha, Mega, menyuruh Samantha mencari seorang dukun tua di Ujung Sedo yang bisa mencabut wangsit tersebut. Namun, dukun tua itu punya rencana jahat lain yang mengancam nyawa semua orang.
3.2.3 Pemaparan Poster Film Kuntilanak 3
Gambar 3.2.3.1 Poster film Kuntilanak 3
(Sumber : http://delirium-vault.com/nekoneko/wp-content/uploads/2008/08/k3-poster.jpg)
a. Ilustrasi
foreground dari poster film. Di bagian belakang poster, ilustrasi
pepohonan kering dan ilustrasi bulan purnama menjadi bagian dari background poster film.
b. Tipografi
Ada 2 jenis tipografi yang terdapat dalam poster ini. Terdiri dari tipografi judul film Kuntilanak 3 yang terletak di ilustrasi perut Samantha, sang tokoh utama. Tipografi pada nama pemeran utama Julie Estelle, yang terletak pada bagian atas poster tepatnya di atas tagline film “Setiap Kisah Memiliki Akhir”, tipografi pada nama para pemain yang lainnya, nama sutradara, nama produser dan rumah produksi yang terletak di bagian bawah setelah tipografi “Mulai 13 Maret Di Bioskop” yang dimana semua tipografi yang disebutkan merupakan titel kredit (credit title). Khusus pada tipografi judul film, ditambahkan ilustrasi cakaran yang terdiri dari tiga garis diagonal sebagai representasi dari angka 3 yang mempunyai artian bahwa film Kuntilanak 3 adalah film yang ketiga dari trilogi film Kuntilanak.
c. Warna
3.3 Film Horor 3.3.1 Data Film
Jenis Film : Komedi Horor Produser : Shankar Rs B.Sc Sutradara : Toto Hoedi
3.3.2Sinopsis Film Horor
“Film Horor” adalah sebuah konsep film Scary Movie Versi Indonesia
yang mengetengahkan parodi dari beberapa film horor Indonesia dan film-film horor internasional lainnya yang telah meraih box office.
3.3.3 Pemaparan Poster Film Horor
Gambar 3.3.3.1 Poster Film Horor
(Sumber : http://film.indonesiaselebriti.com/ulasan_film/ArchivesF/358756404324/ FILM-HOROR)
a. Ilustrasi
Tidak sama seperti poster film horor Indonesia pada umumnya, dimana ilustrasi posternya mengambil dari salah satu adegan atau memperlihatkan para tokoh pemain dari film, ilustrasi utama pada poster film ini terdiri dari sekumpulan para setan yang pernah muncul dalam film horor Indonesia. Dalam poster diperlihatkan ilustrasi setan tanpa kepala dari film hantu jeruk purut, setan pocong, setan kuntilanak merah, jelangkung, sundel bolong, tuyul dan suster ngesot, dimana ilustrasi tersebut merupakan foreground dari poster film. Sama seperti poster film Beranak Dalam Kubur The Movie, lokasi kuburan menjadi setting tempat,
background dari poster, di antara dua titel kredit (credit title) rumah
produksi
b. Tipografi
Ada banyak jenis tipografi yang terdapat dalam poster ini, terdiri dari tipografi judul film itu sendiri, tagline “Scary Movie Pertama Di Indonesia” yang terletak di sebelah kiri bawah poster film, tipografi nama rumah produksi yang terletak di atas tipografi judul film, tipografi nama produser, nama sutradara dan nama para pemain yang terletak di bawah ilustrasi para setan film horor, yang dimana semua tipografi yang disebutkan merupakan titel kredit (credit title). Di bagian atas (header) dan bawah (footer) poster terdapat tipografi dengan kesan extended pada tulisan “Serentak Di Bioskop” dan “Perhatian!!!”. Pada poster film ini, penempatan tipografi judul film terletak di bagian atas poster, diantara dua titel kredit (credit title).
c. Warna
3.4 Film Jelangkung 3.4.1 Data Film
Jenis Film : Horor
Produser : Jose Poernomo
Sutradara : Rizal Mantovani dan Jose Poernomo
3.4.2 Sinopsis Film Jelangkung
Film bergenre horror of the demonic ini mengisahkan tentang Ferdi , Gita, Gembol, dan Soni yang merupakan empat sekawan berbeda karakter dari Jakarta. Mereka selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan makhluk
halus di tempat-tempat angker. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan berhantu, namun tak kunjung menjumpai yang mereka cari. Lelah tidak menemukan yang mereka cari, mereka mendapat ide untuk pergi ke sebuah desa bernama Angkerbatu di daerah Jawa Barat yang dikabarkan banyak mendapat kasus penampakan makhluk halus dan orang kerasukan.
Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah kubur tanpa nama di tengah hutan desa tersebut. Kubur tersebut sangat misterius karena tidak diletakkan bersama kubur lain seperti kubur-kubur pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, mereka memutuskan untuk pulang. Namun pada malam terakhir, Soni yang menginginkan untuk memiliki ilmu gaib, diam-diam melakukan ritual "jelangkung" di kubur misterius tersebut. Jelangkung adalah sebuah ritual mistik kuno yang konon bisa memanggil arwah
dari alam baka untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke sebuah boneka dari batok kelapa dan tongkat kayu. Soni menjalankan ritual sambil mengucapkan mantra: "Jelangkung, jelangkung, di sini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak diantar" untuk memanggil makhluk halus. Kemudian Soni
akhirnya meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka jelangkung, tak menyadari bahwa sesuatu telah terjadi pada boneka jelangkung setelah mereka pergi. Setibanya di Jakarta, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka, masing-masing dengan cara tersendiri oleh sesosok hantu anak kecil yang mengerikan.
3.4.3 Pemaparan Poster Film Jelangkung
Gambar 3.4.3.1 Poster film Jelangkung
(Sumber : http://www.dennyshotspot.com/sinetronplay/jelangkung.html)
a. Ilustrasi
Hanya ada 5 objek gambar yang menjadi ilustrasi pada poster film Jelangkung. Objek-objek tersebut terdiri dari tokoh empat sekawan Ferdi
,Gita, Soni dan Gembol, dan ilustrasi boneka batok kelapa dan tongkat kayu sebagai setan jelangkung. Poster film ini memiliki kesamaan dengan poster Kuntilanak 3 dimana ilustrasi poster film tidak diambil dari salah satu adegan film, melainkan poster tersebut dihiasi dengan tokoh-tokoh yang berdiri bejajar dengan ekspresi wajah tegang dan ketakutan.
b. Tipografi
pada tagline “Datang Tak Dijemput Pulang Tak Diantar” yang terletak di atas ilustrasi empat tokoh empat sekawan, dan tipografi titel kredit (credit title) yang terdiri atas nama para aktor, nama produser, nama sutradara dan nama rumah produksi. Pada tipografi judul film terdapat kesan melting atau tetesan sebagai representasi dari darah.
c. Warna
Poster film Jelangkung didominasi oleh warna-warna gelap. Di bagian background poster terdapat penggunaan gradasi warna dari warna hitam
3.5 Film Tiren Mati Kemaren 3.5.1Data Film
Jenis Film : Horor
Produser : Ody Mulya Hidayat Sutradara : Emil G. Hamp
3.5.2 Sinopsis Film Tiren (Mati Kemaren)
Film bergenre horror of the demonic ini mengisakan tentang Ranti yang ditemukan mati secara tidak wajar, mendadak, dan misterius. Ayahnya Hendra bersikeras untuk memakamkan Ranti disamping neneknya, namun karena lubang disebelah neneknya secara tidak sengaja sudah terisi, Hendrapun diminta warga untuk mengebumikan Ranti secara biasa saja. Namun, sebuah kucing melewati kuburan saat jenazah Ranti akan dimakamkan. Kata orang, apabila kucing melewati kuburan maka jenazah yang menempati kuburan itu tidak tenang.
Baru sehari setelah kematiannya, arwah Ranti sudah membuat seisi kampung ketakutan karena selalu menakut-nakuti orang-orang yang kerja malam. Hendra menerima keluhan tersebut dan mengatakan bahwa itu adalah konsekuensi gara-gara Ranti tidak dimakamkan di sebelah neneknya. Alhasil malam itu juga kuburan Ranti dan kuburan sebelah neneknya dikubur untuk ditukarkan. Setelah ditukar, Herman turun ke liang lahat dan mengikat tali pocong Ranti. Herman membisikkan kalimat agar Ranti jangan kembali ke dunia sana dulu sebelum Ranti membalas dendam pada orang yang telah membunuhnya
Leopun masih dalam penderitaannya karena teror. Sesampai di rumah dari pertemuan dengan Ranti, ia dikejar hingga ia terantuk meja dan meninggal. Reno yang menyendiri disebuah kafe, bertemu hantu Ranti dalam wujud manusia. Renopun tergoda dengan Ranti. Merekapun berhubungan intim, Ranti yang hantu, tidak terlihat dimata orang lain sehingga Reno terlihat seperti orang gila, apalai aroma bau busuk yang disebarkan Ranti yang membuat semua orang terheran-heran. Maya yang tidak tahu hubungan Reno pun mendapatkan teror dari Pocong Ranti. Keanehan juga diterima oleh Reno yang membuat hubungan Reno dan Maya merenggang dan Maya pergi dari rumah. Tepat setelah itu, Ranti datang dan Renopun berhubungan intim lagi dengannya. Saat itu Maya kembali dan menyaksikan suaminya bercinta dengan pocong. Rantipun muncul dihadapan Maya dan membuat Maya terjatuh dari tangga hingga meninggal.
3.5.3 Pemaparan Poster Tiren (Mati Kemaren)
Gambar 3.5.3.1 Poster film Tiren
(Sumber : http://delirium-vault.com/nekoneko/wp-content/uploads/2009/03/tiren-1.jpg)
a. Ilustrasi
b. Tipografi
Penempatan tipografi judul film “Tiren Mati Kemaren” diletakkan
terpisah tepat di bawah ilustrasi mayat yang sedang dimandikan seorang pria. Sama halnya seperti tipografi judul film pada poster film Beranak Dalam Kubur The Movie, tipografi judul film pada poster film ini menggunakan 2 jenis font yang berbeda, yaitu di bagian judul “Tiren” yang menggunakan bold font sebagai penegasan judul film bahwa “Tiren” adalah singkatan dari mati kemaren, dan tipografi judul “Mati Kemaren” yang merupakan singkatan dari judul film Tiren. Untuk penempatan nama pemain, nama sutradara, nama produser, dan nama rumah produksi yang merupakan titel kredit (credit title), diletakkan di antara tiporafi judul film. Nama pemain utama Dewi Perssik, diletakkan di atas tipografi judul film Tiren Mati Kemaren di bawah penggunaan tagline “Apa Yang Terjadi Besok Lebih Menakutkan Dari Kemarin” dan di bawah titel kredit (credit title) nama-nama pemain dari film, nama sutradara, dan nama produser.
c. Warna
3.6 Film Tali Pocong Perawan 3.6.1 Data Film
Jenis Film : Horor
Produser : Manoj Punjabi Sutradara : Arie Aziz
3.6.2 Sinopsis Film Tali Pocong Perawan
Cerita film bergenre horror of the demonic ini diawali dari sebuah kampus, dimana seorang mahasiswi ditemukan gantung diri. Adegan berikutnya menceritakan mengenai dua kakak beradik, Nino dan Aldo. Nino adalah lelaki yang berpenampilan agak aneh. Tidak seperti Aldo, kakaknya yang lebih modis dan supel. Tidak heran, mudah bagi Aldo untuk mendapatkan gadis yang diinginkannya. Termasuk gadis cantik bernama Virnie. Nino yang berperilaku aneh ternyata juga sangat menyukai Virnie. Nino seringkali mengintip mereka berdua di rumah. Hingga pada puncaknya, Nino memiliki niat untuk merebut Virnie dari kakaknya sendiri.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari internet, Nino menemukan teori "tali pocong perawan", dimana tali tersebut memiliki kekuatan untuk menarik hati seorang wanita. Cara mendapatkannya pun tidak biasa, harus menggali kubur sang perawan yang meninggal dengan tangan. Lalu, mengambil tali kain kafan dengan mulut.
3.6.3 Pemaparan Poster Film Tali Pocong Perawan
Gambar 3.5.3.1 Poster film Tali Pocong Perawan
(Sumber : http://forum.kompas.com/movies/896-40-hari-bangkitnya-pocong-vs-tali-pocong-perawan.html)
a. Ilustrasi
Penggunaan ilustrasi separuh tubuh dari seorang wanita perawan yang sedang gantung diri pada poster film, merupakan suatu adegan yang di ambil dari film tersebut. Ini sama halnya dengan poster film Beranak Dalam Kubur The Movie dan poster film Tiren Mati Kemaren dimana
b. Tipografi
Poster film Tali Pocong Perawan menggunakan 3 jenis tipografi, yang terdiri dari tipografi judul film, tagline, dan titel kredit (credit title). Penempatan tipografi judul film Tali Pocong Perawan diletakkan di antara ilustrasi separuh tubuh wanita yang sedang gantung diri dan ilustrasi kursi yang terjatuh. Khusus pada tipografi judul film, terdapat
aksen tali pada huruf “T” dari kata “Tali”, yang merupakan representasi
dari objek tali pada ilustrasi poster film.
c. Warna
Penggunaan warna pada poster film Tali Pocong Perawan didominasi oleh warna-warna gelap yang terdiri dari warna hitam, abu-abu dan putih. Di bagian background poster terdapat gradasi warna hitam ke warna abu-abu dan putih, di bagian foreground poster terdapat gradasi warna hitam ke warna abu-abu pada ilustrasi separuh tubuh wanita. Warna merah darah tidak ditonjolkan, melainkan warna darah pada ilustrasi tubuh wanita digunakan warna ungu keabuan. Khusus pada tipografi judul film, digunakan warna putih sebagai represntasi suci dari makna kata perawan.
BAB IV
TINJAUAN TIPOGRAFI JUDUL
FILM HOROR INDONESIA PADA MEDIA POSTER
1.1 Tipografi Pada Judul Film Horor
Film merupakan media komunikasi dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Bentuk imaji maupun realita diwakili dalam bentuk film. Peninggalan masa lampau, cara menghadapi masa kini, semua ditunjukkan melalui film. Dalam perkembangannya film bukanlah lagi sebagai moving images, yaitu usaha untuk menampilkan citra bergerak, namun juga telah juga diikuti oleh muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia serta gaya hidup seseorang.
1.2 Analisis Tipografi Pada Judul Film Horor Indonesia dalam Media Poster 1.2.1 Tipografi Pada Judul Film Beranak dalam Kubur The Movie
Tipografi Judul Film Beranak dalam Kubur The Movie
Sub Genre Horor Horror of the Demonic
Visual Effect yang digunakan
bertindak sebagai pengait yang secara maya dapat
menjembatani ruang antara huruf yang satu dengan yang lain.
Kelompok Jenis Huruf berdasarkan Anatomi Huruf
Serif Sans Serif Script Decoraritve
Tabel 4.2.1.1 Tabel analisis film Beranak dalam Kubur The Movie
1.2.2 Analisis Tipografi Pada Judul Film Beranak dalam Kubur The Movie Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan Teori Prinsip Pokok Tipografi
Berdasarkan pandangan Adi Kusrianto dalam buku Pengantar Desain Komunikasi Visual, tipografi dari judul film ini masuk kedalam
kelompok anatomi huruf Modern, karena serif pada huruf biasa berbentuk lurus dan juga terdapat perbedaan yang ekstrim antara bagian tipis dan tebal pada stroke.
Gambar 4.2.2.1 Anatomi huruf judul film Beranak dalam Kubur
Berdasarkan pandangan Pujiriyanto dalam buku Desain Grafis
Komputer, Teori Grafis Komputer, tipografi pada judul film ini masuk
segi kesan visual effect pada tipografi judul film yang dimodifikasi dan di dekorasi, kesan horor atau seram sudah dimunculkan pada efek texture bevel and emboss dan efek scratches pada tipografi “Beranak” dan “Kubur” untuk menambah kesan kedalaman pada tipografi. Di samping itu, dari segi kesan huruf, tipografi judul film Beranak Dalam Kubur The Movie memberikan kesan yang horor namun klasik. Klasik, karena film ini merupakan remake dari film terdahulunya yang di produksi pada tahun 1972 dan horor, karena dibintangi Suzanna, yang dijuluki Ratu horor Indonesia.
1.2.3 Tipografi Pada Judul Film Kuntilanak 3
Tipografi Judul Film Kuntilanak 3
Sub Genre Horor
Horror of the Demonic
Visual Effect yang digunakan
dari tiga garis
Kelompok Jenis Huruf berdasarkan Anatomi Huruf
Serif Sans Serif Script Decoraritve
Tabel 4.2.3.1 Tabel analisis film Kuntilanak 3
1.2.4 Analisis Tipografi Pada Judul Film Kuntilanak Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan Teori Prinsip Pokok Tipografi
Berdasarkan pandangan Adi Kusrianto dalam buku Pengantar Desain Komunikasi Visual, tipografi dari judul film ini masuk kedalam
kelompok anatomi huruf Modern dimana serif pada huruf biasa berbentuk lurus dan karena terdapat perbedaan yang ekstrim antara bagian tipis dan tebal pada stroke.
Gambar 4.2.4.1 Anatomi huruf judul film Kuntilanak 3
Berdasarkan pandangan Pujiriyanto dalam buku Desain Grafis Komputer, Teori Grafis Komputer, tipografi pada judul film ini masuk
huruf Roman memberikan kesan klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin. Jika melihat hanya berdasarkan dari kesan jenis huruf yang ditampilkan, hal ini bertolak belakang dengan konsep cerita film horor. Tetapi jika melihat tidak hanya berdasarkan dari kesan jenis huruf, melainkan dari kesan visual effect texture bevel and emboss yang ditampilkan, kesan horor atau seram
sudah cukup terasa. Penambahan ilustrasi efek cakaran atau scratches kuku kuntilanak yang terdiri dari 3 cakaran adalah untuk mempresentasikan angka 3 sebagai sekual film yang ketiga dari trillogi film Kuntilanak.
1.2.5 Tipografi Pada Judul Film Horor
Tipografi Judul Film Horor
Sub Genre Horor Horror of the Demonic
Horror of the Comedy
Visual Effect yang digunakan
Kelompok Jenis Huruf berdasarkan Anatomi Huruf
Serif Sans Serif Script Decoraritve
Tabel 4.2.5.1 Tabel analisis film Film Horor
1.2.6 Analisis Tipografi Pada Judul Film Horor Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan Teori Prinsip Pokok Tipografi
Berdasarkan pandangan Pujiriyanto dalam buku Desain Grafis Komputer, Teori Grafis Komputer, tipografi pada judul film ini termasuk
kedalam kelompok huruf dekoratif atau decorative font yang sangat rumit desainnya. Huruf dekoratif bisa membuat efek respons yang berbeda. Dalam hal ini, tipografi judul film menggunakan jenis dekoratif dengan efek melty blood atau efek tetesan darah yang memberikan kesan seram dan horor,
tetapi kesan komedi tidak ditampilkan dalam tipografi judul film, melainkan ditampilkan dalam bentuk ilustrasi dan penggunaan warna-warna terang di bagian header dan footer pada poster film.
Gambar 4.2.6.1 Anatomi huruf judul Film Horor
1.2.7 Tipografi Pada Judul Film Jelangkung
Tipografi Judul Film Jelangkung
Sub Genre Horor Horror of the Demonic
Visual Effect yang digunakan
Kelompok Jenis Huruf berdasarkan Anatomi Huruf
Serif Sans Serif Script Decoraritve
Tabel 4.2.7 .1 Tabel analisis film Jelangkung
1.2.8 Analisis Tipografi Pada Judul Film Jelangkung Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan Teori Prinsip Pokok Tipografi
Berdasarkan pandangan Pujiriyanto dalam buku Desain Grafis Komputer, Teori Grafis Komputer, tipografi pada judul film ini masuk
kedalam kelompok huruf dekoratif atau decorative font yang sangat rumit desainnya. Huruf dekoratif bisa membuat efek respons yang berbeda. Sama dengan tipografi judul film Film Horor, dalam hal ini tipografi judul film juga menggunakan jenis dekoratif dengan efek melty blood atau efek tetesan darah yang memberikan kesan seram dan horor.
Gambar 4.2.8.1 Anatomi huruf judul film Jelangkung
1.2.9 Tipografi Pada Judul Film Tiren (Mati Kemaren) Tipografi Judul Film Tiren (Mati Kemaren)
Sub Genre Horor
Kelompok Jenis Huruf berdasarkan Anatomi Huruf
Serif Sans Serif Script Decoraritve
Tabel 4.2.9.1 Tabel analisis film Tiren Mati Kemaren
1.2.10 Analisis Tipografi Pada Judul Tiren Mati Kemaren Berdasarkan Kelompok Jenis Huruf dan Teori Prinsip Pokok Tipografi
Berdasarkan pandangan Adi Kusrianto dalam buku Pengantar Desain Komunikasi Visual, tipografi dari judul film Tiren Mati Kemaren
masuk kedalam 2 kelompok anatomi huruf, yaitu huruf Slab Serif dan Sans Serif. Pada tipografi “Tiren”, kelompok huruf Slab Serif ditandai dengan serif pada huruf yang berbentuk horizontal dan tebal (Slab) serta terdapat perbedaan yang tidak terlalu besar di bagian stroke yang tebal dan tipis. Pada
tipografi “Mati Kemaren”, kelompok huruf Sans Serif ditandai dengan tidak
adanya serif pada semua ujung huruf dan memiliki ketebalan yang sama pada bagian stroke.